OLEH :
KELOMPOK 1
KELAS B-11A
Cok Istri Novia Trisna Angga Dewi (183222903)
Devira Pradnya Pratisista (183222904)
Dewa Ayu Lilik Saraswati (183222905)
Febi Pramita Lestari (183222906)
Gek Fitrina Dwi Sariasih (183222907)
Gusti Ayu Indah Puspa Ranni (183222908)
I Dewa Ayu Agung Yuli Umardewi (183222909)
I Gusti Ayu Murtini (183222910)
I Gusti Ayu Selvia Yasmini (183222911)
I Gusti Ayu Yustiana (183222912)
I Kadek Apriana (183222913)
I Made Dwi Satwika Wiraputra (183222914)
i
KATA PENGANTAR
Om Swastyastu
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah
satu tugas dari Keperawatan Gawat Darurat.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan
dari berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan
beberapa sumber lainnya sehingga tugas ini bisa terwujud. Oleh karena itu, melalui
media ini kami sampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami
miliki. Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang
dapat memotivasi saya agar dapat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
2.1 Efek Kondisi Kegawat Daruratan Terhadap Pasien dan Keluarga ......................... 3
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
petugas di IGD, baik yang bersifat fisik, kenyamanan dan keamanan serta komunikasi
terpeutik yang baik.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui Fungsi Advokasi dan Komunikasi Pada
Kegawat Daruratan.
1.3.2 Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Mengetahui bagaimana efek kondisi kegawat daruratan terhadap pasien dan
keluarga.
2. Mengetahui bagaimana isu end life pada keperawatan gawat darurat.
3. Mengetahui bagimana komunikasi dalam keperawatan gawat darurat.
4. Mengetahui apa saja peran dan fungsi advokasi perawat gawat darurat.
1.4 Manfaat
Manfaat yang diperoleh dalam penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui
Fungsi Advokasi dan Komunikasi Pada Kegawat Daruratan.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Efek Kondisi Kritis Terhadap Pasien yaitu ada Psikologis dan Non psikologis
1) Efek Psikologis
a) Stres akibat kondisi penyakit
b) Rasa cemas dan takut bahwa hidup terancam (kematian)
c) Perasaan isolasi
d) Depresi
e) Perasaan rapuh karena ketergantungan fisik dan emosional (Morton et al,
2011).
Sebuah penelitian di Norwegia yang mereview beberapa penelitian kualitatif
pada pasien yang dirawat diruang ICU menemukan bahwa pasien mengalami stres yang
berhubungan dengan 3 tema besar, yaitu:
a. Stres berkaitan dengan tubuh mereka
b. Stres berkaitan dengan ruangan ICU
c. Stres berkaitan dengan relationship dengan orang lain (Jastremski, 2000 dalam
Suryani, 2012)
2) Efek Non Psikologis
a) Ketidakberdayaan
b) Pukulan (perubahan) konsep diri
c) Perubahan citra diri
3
d) Perubahan pola hidup
e) Perubahan pada aspek sosial-ekonomi (pekerjaan, financial pasien,
kesejahteraan pasien dan keluarga)
f) Keterbatasan komunikasi (tidak mampu berkomunikasi), (Morton et al,
2011).
B. Efek Kondisi Kritis Terhadap Keluarga Psikologis Non psikologis
1) Efek Psikologis
a) Stres akibat kondisi penyakit pasien (anggota keluarga), prosedur
penanganan
b) Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian pada pasien (anggota
keluarga)
c) Pengingkaran terhadap kondisi kritis pasien (anggota keluarga) (Hudak &
Gallo, 1997)
2) Efek Non Psikologis
a) Perubahan struktur peran dalam keluarga
b) Perubahan pelaksanaan fungsi peran dalam keluarga
c) Terbatasnya komunikasi dan waktu bersama
d) Masalah financial keluarga
e) Perubahan pola hidup keluarga (Morton et al, 2011)
4
salah satu kegiatan membantu memberikan dukungan psikososial dan spiritual
(Putranto, 2015). Jadi dapat disimpulkan bahwa End of life care merupaka salah
satu tindakan keperawatanyang difokuskan pada orang yang telah berada di akhir
hidupnya, tindakan ini bertujuan untuk membuat orang hidup dengan sebaik-
baiknya selama sisa hidupnya dan meninggal dengan bermartabat.
5
Dalam rangka menjaga kepercayaan dari penerima perawatan, dan untuk
memastikan bahwa keputusan yang tepat dibuat, maka proses pengambilan
keputusan dan hasilnya harus dijelaskan kepada para pasien dan akurat
didokumentasikan.
f. Perawatan non diskriminatif
Keputusan pengobatan pada akhir hidup harus non-diskriminatif dan harus
bergantung hanya pada faktor-faktor yang relevan dengan kondisi medis,
nilai-nilai dan keinginan pasien.
g. Hak dan kewajiban tenaga kesehatan
Tenaga kesehatan tidak berkewajiban untuk memberikan perawatan yang
tidak rasional, khususnya, pengobatan yang tidak bermanfaat bagi
pasien.Pasien memiliki hak untuk menerima perawatan yang sesuai, dan
tenaga kesehatan memiliki tanggung jawab untuk memberikan pengobatan
yang sesuai dengan norma-norma profesional dan standar hukum.
h. Perbaikan terus-menerus
Tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk berusaha dalam memperbaiki
intervensi yang diberikan pada standar perawatan end of life baik kepada
pasien maupun kepada keluarga.
6
Nyaman atau perasaan menyenangkan didefinisikan secara inclusive oleh
Kolcaba (1991) sebagai kebebasan dari ketidaknyamanan, keadaan tenteram
dan damai, dan apapaun yang membuat hidup terasa menyenangkan.
(Ruland and Moore, 1998).
3. Pengalaman martabat (harga diri) dan kehormatan
Setiap akhir penyakit pasien adalah “ ingin dihormati dan dinilai sebagai
manusia” (Ruland & Moore, 1998). Di konsep ini memasukkan ide personal
tentang nilai, sebagai ekspresi dari prinsip etik otonomi atau rasa hormat
untuk orang, yang mana pada tahap ini individu diperlakukan sebagai orang
yang menerima hak otonomi, dan mengurangi hak otonomi orang sebagai
awal untuk proteksi (United states, 1978).
4. Merasakan Damai
Damai adalah “perasaan yang tenang, harmonis, dan perasaan puas, (bebas)
dari kecemasan, kegelisahan, khawatir, dan ketakutan” (Ruland & Moore,
1998). Tenang meliputi fisik, psikologis, dan dimensi spiritual.
5. Kedekatan untuk kepentingan lainnya
Kedekatan adalah “perasaan menghubungkan antara antara manusia dengan
orang yang menerima pelayanan” (Ruland & Moore, 1998). Ini melibatkan
kedekatan fisik dan emosi yang diekspresikan dengan kehangatan, dan
hubungan yang dekat (intim).
7
Mati Biologis (Biological
Perbedaan Mati Klinis (Clinical Death)
Death)
Tanda Berhentinya detak jantung, denyut Kematian yang terjadi akibat
nadi dan pernafasan. degenerasi jaringan di otak dan
organ lainnya.
Fungsi Organ Beberapa organ seperti mata dan Beberapa organ akan mati (tidak
ginjal akan tetap hidup saat terjadi dapat berfungsi kembali) setelah
mati klinis. mati biologis.
Organ dalam Organ dalam tubuh dapat Organ dalam tubuh tidak dapat
tubuh digunakan sebagai transplantasi. digunakan untuk transplantasi.
Sifat Reversibel / dapat kembali Ireversibel/ tidak dapat kembali
Pemerikasaan Pemeriksaan keadaan klinis Pemeriksaan keadaan klinis dan
Pemeriksaan Neurologis
Suhu Tubuh Hipertermia (> 36oC) dan Hipotermia (< 36oC)
terkadang ditemui Hipotermia
Kriteria 1) Berhentinya detak jantung 1) Dilatasi bilateral dan fixaxi
2) Berhentinya denyut nadi pupil
3) Berhentinya pernafasan 2) Berhentinya semua reflek
spontan. 3) Berhentinya respirasi tanpa
bantuan
4) Berhentinya aktivitas
cardiaovaskuler
5) Gambaran gelombang otak
datar
8
medis lain untuk tidak melakukan resusitasi jantung paru (RJP) atau
cardiopulmonary resuscitation (CPR) pada pasien. Pesan ini berguna untuk
mencegah tindakan yang tidak perlu dan tidak diinginkan pada akhir
kehidupan pasien dikarenakan kemungkinan tingkat keberhasilan CPR yang
rendah (Sabatino, 2015). DNR diindikasikan jika seorang dengan penyakit
terminal atau kondisi medis serius tidak akan menerima cardiopulmonary
resuscitation (CPR) ketika jantung atau nafasnya terhenti. Form DNR ditulis
oleh dokter setelah membahas akibat dan manfaat dari CPR dengan pasien
atau pembuat keputusan dalam keluarga pasien (Cleveland Clinic, 2010).
American Heart Association (AHA) mengganti istilah DNR (Do Not
Resuscitate) dengan istilah DNAR (Do Not Attempt Resuscitate) yang
artinya adalah suatu perintah untuk tidak melakukan resusitasi terhadap
pasien dengan kondisi tertentu, atau tidak mencoba usaha resusitasi jika
memang tidak perlu dilakukan, sehingga pasien dapat menghadapi kematian
secara alamiah, sedangkan istilah DNR (Do Not Resuscitate) mengisyaratkan
bahwa resusitasi yang dilakukan akan berhasil jika kita berusaha (Brewer,
2008).
Keputusan penolakan resusitasi (DNAR) menurut Brewer (2008)
melibatkan tiga prinsip moral yang dapat dikaji oleh perawat, yaitu
autonomy, beneficience, dan nonmalefecience, ketiga prinsip tersebut
merupakan dilema etik yang menuntut perawat berpikir kritis, karena
terdapat dua perbedaan nilai terhadap profesionalisme dalam memberikan
asuhan keperawatan, secara profesional perawat ingin memberikan
pelayanan secara optimal, tetapi disatu sisi terdapat pendapat yang
mengharuskan penghentian tindakan.
9
lanjut (UU no 44 tahun 2009). Gawat darurat adalah Suatu keadaan yang terjadinya
mendadak mengakibatkan seseorang atau banyak orang memerlukan penanganan
atau pertolongan segera dalam arti pertolongan secara cermat, tepat dan cepat.
Apabila tidak mendapatkan pertolongan semacam itu maka korban akan mati atau
cacat atau kehilangan anggota tubuhnya seumur hidup.
10
D. Teknik Komunikasi Terapeutik Dalam Keadaan Gawat Daruat
1. Mendengarkan
Perawat harus berusaha untuk mendengarkan informasi yang disampaikan
oleh klien dengan penuh empati dan perhatian. Ini dapat ditunjukkan dengan
memandang kearah klien selama berbicara, menjaga kontak pandang yang
menunjukkan keingintahuan, dan menganggukkan kepala pada saat berbicara
tentang hal yang dirasakan penting atau memerlukan ummpan balik. Teknik
dimaksudkan untuk memberikan rasa aman kepada klien dalam
mengungkapkan perasaan dan menjaga kestabilan emosi klien.
2. Menunjukkan penerimaan
Menerima bukan berarti menyetujui, melainkan bersedia untuk
mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan sikap ragu atau penolakan.
Dalam hal ini sebaiknya perawat tidak menunjukkan ekspresi wajah yang
menunjukkan ketidaksetujuan atau penolakan. Selama klien berbicara
sebaiknya perawat tidak menyela atau membantah. Untuk menunjukkan
sikap penerimaan sebaiknya perawat menganggukkan kepala dalam
merespon pembicaraan klien.
3. Mengulang Pernyataan Klien
Dengan mengulang pernyataan klien, perawat memberikan umpan balik
sehingga klien mengetahui bahwa pesannya mendapat respond an berharap
komunikasi dapat berlanjut. Mengulang pokok pikiran klien menunjukkan
indikasi bahwa perawat mengikuti pembicaraan klien.
4. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawta perlu mengehentikan pembicaraan
untuk meminta penjelasan dengan menyamakan pengertian. Ini berkaitan
dengan pentingnya informasi dalam memberikan pelayanan keperawatan.
Klarifikasi diperlukan untuk memperoleh kejelasan dan kesamaan ide,
perasaan, dan persepsi
5. Menyampaikan Hasil Pengamatan
Perawat perlu menyampaikan hasil pengamatan terhadap klien untuk
mengetahui bahwa pesan dapat tersampaikan dengan baik. Perawat
menjelaskan kesan yang didapat dari isyarat nonverbal yang dilakukan oleh
11
klien. Dengan demikian akan menjadikan klien berkomunikasi dengan lebih
baik dan terfokus pada permasalahan yang sedang dibicarakan.
12
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dalam pelaksanaan tindakan denagn klien gawat darurat perawat perlu
melakukan komunikasi terapiotik pada klien harus dengan jujur, memberikan gambaran
situasi yang sesunguhnya sedang terjadi dengan tidak menambahkn kecemasan dan
memberikan suport verbal maupun non verbal . Klien dapat merasakan puas ataupun
tidak puas apabila klien sudah mendapatkan pelayanan kesehatan yang diberikan
petugas di IGD, baik yang bersifat fisik, kenyamanan dan keamanan serta komunikasi
terpeutik yang baik.
3.2 Saran
Diharapkan makalah ini dapat menambah sumber bacaan bagi mahasiswa
keperawatan khusus pada mata kuliah keperawatan gawat darurat.
13
DAFTAR PUSTAKA
Stuart and Sunden. Principle and Practice of psychiartric Nursing, Sixth –Edition.
Toronto; CV Masby. Co. 1998
Potter, P. A., & Perry, A. G. (2005). Konsep dan Praktik Keperawatan Profesional Buku
Ajar Fundamental Keperawatan, Konsep Proses dan Klinik (Vol. 1, pp. 265).
Jakarta: EGC.
Ruland, Cornelia M. RN, PhD & Moore, Shirley, M. RN, PhD. Theory Construction
Based on Standards of Care: A Proposed Theory of the Peaceful End of Life.
Nursing Outlook, 1998, 46 (4), p.169-75.
Friedman, et al. (2010). Buku ajar Keperawatan Keluarga : Riset, Teori, & Praktik.
Edisi 5. Jakarta: EGC
Hudak & Gallo. (1997). Keperawatan Kritis : Pendekatan Holistik. Jakarta: EGC
Suryani. (2012). Aspek Psikososial dalam Merawat Pasien Kritis (Converence Paper).
Universitas Padjajaran
14