Anda di halaman 1dari 27

TUGAS MAKALAH KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III

ANATOMI, FISIOLOGI, KIMIA, FISIKA DAN BIOKIMIA TERKAIT SISTEM


PERSARAFAN

DISUSUN OLEH:

KELAS B13B KELOMPOK 5

1. NI WAYAN MEYA WIDIANTI (203221162)


2. NI KADEK RIKAYANTI (203221163)
3. NI MADE SRI MEIRA UTAMI (203221164)
4. NI LUH KETUT AYUNIATI (203221165)
5. A. A. MADE RIA SUARMAYANTI (203221166)
6. I GUSTI PUTU KRITIAWAN (203221167)
7. I DEWA AYU RAI WIDIARI (203221168)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES WIRA MEDIKA BALI

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini
tepat pada waktunya. Adapun makalah ini merupakan salah satu tugas dari mata kuliah
Keperawatan Medikal Bedah III.
Dalam menyelesaikan penulisan makalah ini, kami mendapat banyak bantuan dari
berbagai pihak dan sumber. Karena itu kami sangat menghargai bantuan dari semua pihak
yang telah memberi kami bantuan dukungan juga semangat, buku-buku dan beberapa sumber
lainnya sehingga tugas ini bisa terwujud. Oleh karena itu, melalui media ini kami sampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya dan jauh dari
kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan dan ilmu pengetahuan yang kami miliki.
Maka itu kami dari pihak penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang dapat
memotivasi kami agar dapat lebih baik lagi di masa yang akan datang.

Denpasar, 17 April 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

COVER
KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.............................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................1
D. Manfaat........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Sistem Saraf.................................................................................................................3
1. Komponen Sel Saraf (Neuron)....................................................................................4
2. Pengelompokan Jaringan Saraf...................................................................................5
3. Sel Neurolgia...............................................................................................................7
4. Sinapsis.......................................................................................................................8
5. Impuls Saraf..............................................................................................................10
B. Sistem Saraf Pusat.....................................................................................................12
1. Meningen...................................................................................................................13
2. Cairan Serebropinal...................................................................................................13
3. Otak...........................................................................................................................15
4. Madula Spinalis.........................................................................................................16
C. Sistem Saraf Tepi/Perifer..........................................................................................17
BAB III PENUTUP..................................................................................................................23
A. Simpulan....................................................................................................................23
B. Saran..........................................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................24

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tubuh manusia merupakan satu kesatuan dari berbagai sistem organ. Suatu sistem
organ terdiri dari berbabagai organ tubuh atau alat-alat tubuh. Dalam melaksanakan
kegiatan fisiologisnya diperlukan adanya hubungan atau kerjasama anatara alat-alat tubuh
yang satu dengan yang lainnya. Agar kegiatan sistem-sistem organ yang tersusun atas
banyak alat itu berjalan dengan harmonis (serasi), maka diperlukan adanya sistem
pengendalian atau pengatur. Sistem pengendali itu disebut sebagai sitem koordinasi.

Sistem saraf manusia merupakan jalinan jaringan saraf yang saling berhubungan,
sangat khusus, dan kompleks. Sistem saraf ini mengoordinasikan, mengatur, dan
mengendalikan interaksi antara seorang individu dengan lingkungan sekitarnya. Sistem
tubuh yang penting ini juga mengatur aktivitas sebagin besar sistem tubuh lainnya. Tubuh
mampu berfungsi sebagai satu kesatuan yang harmonis karena pengaturan hubungan saraf
diantara berbagai sistem (Price dan Wilson, 2005).

Fenomena mengenai kesadaran, daya pikir, daya ingat, bahasa, sensasi, dan gerakan
semuanya berasal dari sistem ini. Oleh karena itu, kemampuan untuk memahami, belajar,
dan berespon terhadap rangsangan merupakan hasil dari integrasi fungsi sistem saraf,
yang memuncak dalam kepribadian dan perilaku seseorang (Price dan Wilson, 2005).

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka, rumusan masalah yang diangkat yaitu bagaimana
anatomi, fisiologi, kimia, dan fisika terkait persarafan?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu mengetahui konsep kegawatdaruratan trauma abdomen dan
pentalaksanaannya.
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa diharapkan mampu :
1. Untuk mengetahui bagaimana anatomi dan fisiologi sistem saraf manusia.
2. Untuk mengetahui bagaimana anatomi dan fisiologi sistem saraf pusat manusia.
1
3. Untuk mengetahui bagaimana anatomi dan fisiologi sistem saraf tepi manusia.

D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada
semua pihak, khususnya kepada mahasiswa untuk menambah pengetahuan dan
wawasan mengenai anatomi, fisiologi, kimia, dan fisika terkait persarafan.
2. Manfaat Praktis
Hasil dari penyusunan makalah ini diharapkan dapat dijadikan sebagai suatu
pembelajaran bagi mahasiswa yang nantinya ilmu tersebut dapat dipahami dan
diaplikasikan dalam praktik keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sistem Saraf
Sistem saraf mendeteksi dan berespon terhadap perubahan yang terjadi di dalam dan
luar tubuh. Bersama dengan kelenjar endokrin, sistem ini mengatur dan mengendalikan
aspek penting homeostasis (lingkungan internal tubuh kita) dengan mengontrol kelenjar
endokrin utama (hipofisis) melalui hipotalamus otak. Berbagai aktivitas sistem saraf
dapat dikelompokkan bersama dalam tiga kategori umum; funsgi sensorik, fungsi
integritas dan fungsi motorik.

1. Fungsi sensorik (aferen): Sistem saraf menggunakan jutaan reseptor sensoriknya


untuk memantau perubahan yang terjadi baik di dalam dan luar tubuh. Informasi
yang dikumpulkan disebut input sensorik.
2. Fungsi integritas: Sistem saraf memproses dan menafsirkan input sensorik kemudian
memutuskan apa yang harus dilakukan pada setiap saat. Proses ini disebut integrasi.
3. Fungsi motorik: Sistem saraf mengaktifkan organ efektor (otot dan kelenjar) untuk
menimbulkan respon. Proses ini disebut output motorik.

Gambar: Fungsi Sistem Saraf

Sistem saraf dapat dikelompokkan menjadi dua kategori utama yaitu, sistem saraf
pusat (SSP) yang terdiri atas otak dan medula spinalis dan sistem saraf tepi (SST) yang
terdiri atas semua saraf diluar otak dan medula.

3
1. Komponen Sel Saraf (Neuron)
Jaringan saraf terdiri dari kelompok sel saraf atau neuron yang mengirimkan
informasi disebut impuls saraf dalam bentuk perubahan elektrokimia, dan merupakan sel
konduksi. Neuron adalah sel saraf yang sesungguhnya. Neuron, atau sel-sel saraf, adalah
unit struktural dan fungsional dari sistem saraf. Neuron memiliki dua karakteristik
fungsional yang unik: iritabilitas dan konduktivitas. Iritabilitas adalah kemampuan untuk
menanggapi rangsangan dengan membentuk impuls saraf (misal sentuhan, cahaya).
Konduktivitas adalah kemampuan untuk mengirimkan impuls saraf sepanjang akson ke
neuron lain atau sel efektor. Karakteristik ini memungkinkan berfungsinya sistem saraf.
Pensinyalan atau sinyal lewat melalui baik sarana listrik dan kimia. Setiap neuron
memiliki tiga bagian, yaitu badan sel, dendrit dan akson (Chalik, 2016).

Gambar: Neuron dan bagian-bagiannya

Badan Sel
Badan sel saraf merupakan bagian yang paling besar dari sel saraf. Setiap badan
sel saraf mengandung inti tunggal. Inti ini merupakan pusat kontrol sel. Badan sel
berfungsi untuk menerima rangsangan dari dendrit dan meneruskannya ke akson.
Pada badan sel saraf terdapat inti sel, sitoplasma, mitokondria, sentrosom, badan
golgi, lisosom. Dalam sitoplasma badan sel, ada retikulum endoplasma kasar
[reticulum endoplasmic rough (RER)]. Dalam neuron, ER kasar memiliki struktur
granular disebut sebagai badan Nissl, juga disebut zat chromatophilic, dan merupakan
tempat sintesis protein (Chalik, 2016).

4
Dendrit
Dendrit adalah serabut sel saraf pendek dan bercabangcabang, seperti cabang-
cabang pohon. Dendrit merupakan perluasan dari badan sel. Ini adalah daerah reseptif
neuron. Dendrit berfungsi untuk menerima dan mengantarkan rangsangan ke badan
sel (Chalik, 2016).

Akson

Akson adalah serabut sel saraf panjang yang merupakan penjuluran sitoplasma
badan sel. Akson hilock, adalah prosesus panjang atau serat yang dimulai secara
tunggal tetapi dapat bercabang dan pada ujungnya memiliki banyak perpanjangan
halus disebut terminal akson yang kontak dengan dendrit dari neuron lainnya.
Benang-benang halus yang terdapat di dalam akson disebut neurofibril. Neurofibril
dibungkus oleh beberapa lapis selaput mielin yang banyak mengandung zat lemak
dan berfungsi untuk mempercepat jalannya rangsangan. Pada bagian luar akson
terdapat lapisan lemak disebut selubung mielin yang merupakan kumpulan sel
Schwann yang menempel pada akson. Sel Schwann adalah sel glia yang membentuk
selubung lemak di seluruh serabut saraf mielin. Membran plasma sel Schwann
disebut neurilemma. Fungsi selubung mielin adalah melindungi akson dan memberi
nutrisi. Bagian dari akson yang merupakan celah sempit dan tidak terbungkus mielin
disebut nodus Ranvier, yang berfungsi mempercepat penghantaran impuls (Chalik,
2016).

2. Pengelompokan Jaringan Saraf


Berdasarkan fungsinya dibedakan menjadi tiga, yaitu neuron aferen, neuron eferen dan
interneuron.

5
Gambar: Tiga kelompok neuron. Tanda panah menunjukkan arah transmisi aktivitas
saraf. Neuron aferen dimana SST umumnya menerima input pada reseptor sensorik.
Komponen eferen dari SST dapat berakhir pada otot, kelenjar, neuron, atau sel efektor
lainnya. Keduanya komponen aferen dan eferen dapat terdiri dari dua neuron, tidak satu
seperti yang ditunjukkan di sini.

a. Nuron aferen
1) Menyampaikan informasi ke SSP dari reseptor di ujung perifer nya
2) Prosesus tunggal dari badan sel membelah menjadi prosesus perifer panjang
(akson) yang berada di SSO dan prosesus pusat pendek
(akson) yang berada di SSP

b. Nuuron eferen
1) Menyampaikan informasi dari SSP ke sel efektor, utamanya sel otot, kelenjar, dan
sel lainnya
2) Badan sel dengan beberapa dendrit dan segmen kecil akson berada di SSP,
sebagian besar akson berada di SSO
c. Interneuron
1) Berfungsi sebagai integrator dan pengubah sinyal
2) Terletak seluruhnya dalam SSP
3) Berjumlah > 99 % dari semua neuron
(Chalik, 2016)

Secara struktur ada empat jenis neuron, yaitu: neuron tanpa akson, neuron bipolar,
neuron unipolar, dan neuron multipolar

6
Gambar: Klasifikasi anatomi neuron. Arah panah menunjukan impuls neural. Ukuran dari
neuron tanpa akson dan neuron bipolar lebih kecil dibandingkan dengan neuron unipolar
dan neuron multipolar
a. Nauron tanpa akson: secara struktur lebih kecil dan tidak mempunyai akson. Neuron
ini berlokasi di otak dan beberapa organ peraa khusus.
b. Neuron bipolar: ukuran dari neuron bipolar lebih kecil dibandingkan dengan neuron
unipolar dan multipolar. Neuron bipolar sangat jarang ada, tetapi mereka ada di dalam
organ perasakhusus, neuron ini menyampaikan ulang infromasi tentang penglihatan,
penciuman, dan pendengaran dari sel-sel yang peka terhadap rangsang ke neuron-
nuron lainnya.
c. Neuron unipolar: di dalam suatu neuron unipolar, dendrit dan akson melakukan proses
secara berlanjut. Segmen awal dari cabang dendrti membawa aksi potensial dan
neuron ini memiliki akson. Beberapa neuron sensorik dari saraf tepi merupakan
neuron unipolar dan sinaps neuron berakhir di system saraf pusat (SPP).
d. Neuron multipolar: neuron multipolar lebih banyak memiliki dendrit dan dengan satu
akson. Neuron ini merupakan tipe neuron yang Sebagian besar berada si SPP. Conoth
tipe neuron ini adalah seluruh neuron motoric yang mengendalikan otot rangka.
(Simon&Schuster, 1998) dalam (Muttaqin Arif, 2008)

3. Sel Neurolgia
Neuroglia (berasal dari nerve glue) mengandung berbagai macam se yang secara
keseluruhan menyokong, melindungi, dan sumber nutrisi sel saraf pada otak dan medulla
spinalis, sedangkan sel Schwann merupakan pelindung dan penyokong neuron-neuron
diluar sistem saraf pusat. Neuroglia jumlahnya lebih banyak dari selsel neuron dengan
perbandingan sekitar sepuluh banding satu. Sel ini terdiri atas, astrosit, oligodendrosit,
mikroglia dan sel ependymal (Bahrudin, 2013).

7
Gambar: Sel Glia dari system saraf pusat

Astrosit: adalah sel berbentuk bintang yang membungkus sel-sel saraf untuk membentuk
jaringan pendukung di otak dan sumsum tulang belakang. Astrosit juga bergabung
dengan epitel pembuluh darah untuk membentuk sawar darah otak, yang melindungi
neuron dengan mengatur secara ketat pertukaran material antara darah dan neuron
(Chalik, 2016).

Oligodendrosit: terlihat seperti astrosit kecil. Mereka juga memberikan dukungan


dengan membentuk baris semikaku seperti jaringan ikat antara neuron di otak dan
sumsum tulang belakang. Mereka menghasilkan selubung mielin berlemak pada neuron
otak dan sumsum tulang belakang dari SSP, tetapi mereka tidak membentuk neurilemma.
Kurangnya neurilemma adalah salah satu faktor yang berkontribusi terhadap
ketidakmampuan akson dalam otak dan sumsum tulang belakang untuk regenerasi setelah
cedera (Chalik, 2016).

Mikroglia: adalah sel kecil yang melindungi SSP (tersebar di seluruh SSP) berperan
untuk menelan dan menghancurkan mikroba (fagosit) seperti bakteri dan kotoran selular
(Chalik, 2016).

Sel ependimal: melapisi ventrikel otak yang berisi cairan. Sebagian memproduksi cairan
serebrospinal dan lain-lain dengan silia mengerakkan cairan melalui SSP. Sel Schwann
membentuk selubung mielin yang mengelilingi serat saraf di SST (Chalik, 2016).

8
4. Sinapsis
Neuron menyalurkan sinyal-sinyak saraf ke seluruh tubuh. Kejadian ini dikenal
dengan impuls saraf. Impuls saraf bersifat listrik di sepanjang neuron dan berdifat kmia di
antara neuron.

Sinapsis merupakan hubungan penyampaian impuls dari satu neuron ke neuron yang
lain. Peristiwa ini terjadi dari ujung percabangan akson (terminal akson) dengan ujung
dendrit neuron yang lain. Celah antara satu neuron dengan neuron yang lain disebut
dengan celah sinapsis. Loncatan-loncatan listrik yang bermuatan ion terjadi dalam celah
sinapsis, baik ion positif dan ion negatif. Di dalam sitoplasma sinapsis, terdapat vesikel
sinapsis. Ketika impuls mencapai ujung neuron (terminal akson), vesikel akan bergerak,
lalu melebur dengan membran prasinapsis dan melepaskan neurotransmiter (Chalik,
2016). Neurotransmiter merupakan zat kimia yang disinteses dalam neuron dan disimpan
dalam gelembung sinaptik pada ujung akson. Neurotransmiter merupakan cara
komunikasi antarneuron. Setiap neuron melepaskan satu transmitter. Zat-zat kimia ini
menyebabkan perubahan permeabilitas sel neuron, sehingga dengan bantuan zat-zat kimia
ini, neuron dapat lebih mudah dalam menyalurkan impuls, tergantung dari jenis neuron
dan transmitter tersebut. (Ganong, 1999) dalam (Muttakin, 2008). Neurotranmiter
berdifusi melalui celah sinapsis, lalu menempel pada reseptor di membran pascasinapsis
(Chalik, 2016).

9
Gambar: Pelepasan Neurotransmiter dan terminasi neurotransmitter

5. Impuls Saraf
Impuls yang diterima oleh reseptor dan disampaikan ke efektor akan menyebabkan
terjadinya gerakan atau perubahan pada efektor. Gerakan tersebut adalah sebagai berikut.

a. Gerak Sadar
Gerak sadar atau gerak biasa adalah gerak yang terjadi karena disengaja atau
disadari. Impuls yang menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang
panjang. Bagannya adalah sebagai berikut.
Impuls > Reseptor > Saraf Sensorik > Otak > Saraf Motorik > Efektor (Otot)

b. Gerak Refleks
Gerak refleks adalah gerak yang tidak disengaja atau tidak disadari. Impuls yang
menyebabkan gerakan ini disampaikan melalui jalan yang sangat singkat dan tidak
melewati otak.
Contoh gerak refleks adalah sebagai berikut:
1) Terangkatnya kaki jika terinjak sesuatu.
10
2) Gerakan menutup kelopak mata dengan cepat jika ada benda asing yang
masuk ke mata.
3) Menutup hidung pada waktu mencium bau yang sangat busuk.
4) Gerakan tangan menangkap benda yang tiba-tiba terjatuh.
5) Gerakan tangan melepaskan benda yang bersuhu tinggi.
c. Potensial Istirahat
Sel saraf yang sedang beristirahat, sepeti sel lain dalam tubuh, mempertahankan
perbedaan potensial listrik (voltase) pada membrane sel diantara bagian dalam sel dan
cairan ektraseluler di sekeliling sel. Voltase sel relatif berkisar antara -50 mV sampai
-80 mV terhadap voltase luar. Bergantung pada kondisi neuron dan ektraseluler yang
mengelilingi sel.
1) Membran sel dalam keadaan istirahat dianggapan bermuatan listrik atau
terpolarisasi. Keadaan ini dapat dibuktikan dengan menempatkan elektroda
menit di dalam sel dan di luar membran.
2) Polarisasi (potensial istirahat) disebabkan oleh konsentrasi ion Natrium
dan Kalium yang tidak seimbang di dalam dan di luar sel, serta perbedaan
permebilitas membrane terhadap ion ini dan ion lain.
1) Membran neuron sangat permeabel terhadap ion K+ dan Cl- serta
relative impermiabel terhadap ion Na.
2) Membran ini impermiabel terhadap molekul protein intraseluler besar
yang bermuatan negatif.
3) Konsentrasi ion K+ didalam membrane sel lebih tinggi daripada diluar
membran sel, konsentrasi ion Na diluar membrane sel lebih tinggi
daripada didalam sel.
4) Karena tingkat permeabilitas membrane terhadap ion K sekitar 75 kali
lebih besar daripada ion Na, maka difusi ion K keluar dari sel lebih
cepat daripada ion Na kedalam sel.
5) Saat ion K bermuatan positif kelur dari sel, ion tersebut meninggalkan
molekul protein bermuatan negatif yang terlalu besar untuk dapat
berdifuso melalui membran. Hal ini mengakibatkan bagian dalam sel
mengalami elektronegativitas.
3) Difusi dan transport aktif bertanggung jawab untuk pergerakan ion
melewati membran plasma.

11
d. Potensial Aksi

1) Jika serabut saraf cukup terstimulasi, maka gerbang Na+ akan terbuka.

2) Ion Natrium bermuatan positif bergerak kedalam sel, mengubah potensial istirahat
(polarisasi) menjadi potensial aksi (depolarisasi) ditunjukkan dengan pergeseran
diferensial dari -65mV ke puncak listrik (potensial puncak) yang hampir mencapai
+40 mV. Depolarisasi juga menyebabkan terbukanya lebih banyak
gerbang natrium, yang kemudian akan mempercepat respons dalam siklus
umpan balik positif.

3) Potensial aksi sangat singkat, yang hanya bertahan kurang dari seperseribu detik.

4) Gerbang Natrium kemudian menutup, mengehentikan aliran deras ion Na+,


Gerbang Kalium akan membuka, menyebabkan ion K + mengalir keluar sel dengan
deras.

5) Repolarisasi (polarisasi balik) adalah pemulihan daya potensial untuk kembali


pada keadaan istirahat.
a) Pompa natrium-kalium membantu pengembalian gradient konsentrasi
ion asal yang melewati membran sel.
b) Pompa yang dijalankan dengan energy ini akan menghancurkan
kelebihan ion Na yang memasuki sel dan mengembalikan ion K yang
telah berdifusi keluar sel.

6) Respon all or none.

a) Stimulus ambang untuk depolarisasi biasanya terjadi saat ada


perubahan sekitar 15 mV dari keadaan potensial istirahat.

b) Begitu ambang depolarisasi tercapai, potensial aksi akan terbentuk.


Inilah yang disebut respons all-or-none. Neuron akan merespons secara
keseluruhan atau tidak merespons sama sekali.

7) Periode refraktori.

a) Periode refraktori absolut : waktu selama gerbang ion Na tertutup dan


gerbang K masih terbuka dan serabut saraf sama sekali tidak responsif
terhadap kekuatan stimulus lain.

b) Periode refraktori relative : masa setelah masa refraktori absolute.

12
Masa ini berlangsung kurang dari 2 milidetik dan merupakan waktu
dimana stimulus dengan kekuatan yang lebih tinggi memicu potensial
aksi yang kedua.
e. Perambatan Impuls Saraf

1) Setelah inisiasi, potensial aksi menjalar di sepanjang serabut saraf dengan


kecepatan dan amplitude yang tetap.
2) Arus listrik local menyebar ke area membran yang berdekatan. Hal ini
menyebabkan gerbang natrium membuka dan mengakibatkan gelombang
depolarisasi menjalar di sepanjang saraf.
3) Dengan cara ini, sinyal atau impuls saraf, ditransmisi dari satu sisi ke
delam sistem saraf sisi yang lain.

E. Sistem Saraf Pusat


Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan medula spinalis. Selain itu, ditunjang juga oleh
neurolgia, meningen, ventrikel otak dan cairan serebsropsinal.

1. Meningen
Otak dan medula spinalis dilapisi oleh tiga lapisan jaringan, meningen (selaput
otak), yang terletak diantara tengkorak dan otak, serta antara foramen vertebra dan
medula spinalis. meningen berfungsi; melindungi dan menutupi SSP, melindungi
pembuluh darah dan mengelilingi sinus vena, mengandung cairan serebrospinal, dan
membentuk partisi di tengkorak kepala. Meningen terdiri atas durameter, araknoid
dan pia meter (Chalik, 2016).

13
Gambar: Meningen

2. Cairan Serebropinal
Dalam otak terdapat rongga yang berbentuk tidak beraturan atau ventrikel yang
berisi cairan serebrospinal. Ventikel tersebut antara lain; ventrikel lateral, ventrikel
ketiga, ventrikel keempat (Luk, 2011).
Cairan serebrospinal, atau (CSS), adalah bening, cairan berair yang menggenangi
SSP, komposisinya mirip (tapi tidak identik) dengan plasma darah dari mana dia
terbentuk. Namun, mengandung sedikit protein daripada plasma dan konsentrasi ion
yang berbeda. Sebagai contoh, CSS mengandung lebih banyak ion Na+, Cl-, dan H+
daripada plasma darah, dan sedikit Ca2+ dan K+ (Chalik, 2016). Cairan
serebrospinal disekresikan ke dalam masing-masing ventrikel otak oleh Pleksus
koroid (Price, 1999) dalam (Muttaqin Arif, 2008).
Cairan serebrospinal dialirkan kembali ke darah melalui divertikula kecil dari
araknoid, yang disebut vili araknoid. Perpindahan CSS dari ruang subarakhnoid ke
sinus vena bergantung pada perbedaan tekanan pada tiap-tiap dinding vili araknoid,
yang bekerja sebagai katub satu arah. Saat tekanan CSS lebih tinggi dari tekanan
vena, CSS mengalir ke darah dan saat tekanan vena lebih tinggi, vili araknoid
kolaps/menutup, mencegah darah mengalir ke CSS (Luk, 2011). Volume total CSS
di seluruh rongga serebrospinal sekitar 125 ml. CSS disekresikan kurang lebih 500-
750 ml/hari. Tekanan CSS dapat diukur pada saat lumbal pungsi dan pada posisi
telentang biasanya berkisar antara 130 mmH2O (13 mmHg). Unsur normal CSS
adalah air, glukosa, albumin, leukosit. (Price, 1999) dalam (Muttaqin Arif, 2008).

Fungsi CSS adalah:

a. Menunjang dan melindungi otak dna medula spinalis


b. Mempertahankan tekanan yang sama disekitar struktur lunak
c. Bekerja sebagai bantalan dan penahan syok antara otak dan tulang kranial
d. Menjaga otak dan medula spinalis tetap lembab serta memungkinkan pertukaran
zat antara CSS dan sel saraf, seperti nutrien dan produk sisa.
(Luk, 2011)

14
Gambar: Lokasi, pembentukan, dan sirkulasi dari CSS

3. Otak
Otak adalah organ yang sangat kompleks. Mengandung sekitar 100 miliar neuron
dan prosesus neuronal dan sinapsis tak terhitung jumlahnya. Otak terdiri dari empat
komponen utama: otak besar (serebrum), otak kecil [serebelum (cerebellum)],
diensefalon, dan batang otak (brainstem). Otak manusia mencapai 2% dari
keseluruhan berat tubuh, mengkonsumsi 25% oksigen dan menerima 1,5% curah
jantung (Chalik, 2016).

15
Gambar: Bagian-bagian utama otak manusia

Bagian Fungsi

Batang otak Menghubungkan sumsum tulang belakang ke otak besar; terdiri dari medula
(brainstem) oblongata, pons, dan otak tengah, dengan formasi reticular tersebar di ketiga daerah
tersebut; memiliki banyak fungsi penting, seperti yang tercantum di bawah setiap
subdivisi; merupakan lokasi inti saraf kranial.

Medula oblongata Jalur untuk traktus saraf asending dan desending; pusat untuk beberapa refleks
penting (misalnya, denyut jantung dan kekuatan kontraksi, diameter pembuluh
darah, pernapasan, menelan, muntah, batuk, bersin, dan cegukan).

Pons Mengandung traktur saraf asending dan desending; menyampaikan informasi dari
otak besar (serebrum) dan otak kecil (serebelum); pusat refleks; membanyu
medula mengontrol pernapasan.
Otak tengah Mengandung traktur saraf asending dan desending; mengrimkan impuls saraf
(midbrain) sensorik dari sumsum tulang belakang ke talamus dan impuls saraf motorik dari
otak ke sumsum tulang belakang. Mengandung pusat refleks yang mrnggrrakkan
bola mata, kepala, dan leher dalam menanggapi rangsangan visual dan
pendengaran.

Formasi retikuler Tersebar di seluruh batang otak; mengontrol banyak aktivitas batang otak,
termasuk kontrol motorik, persepsi nyeri, kontraksi ritme, dan siklus
tidurbangun; Mempertahankan kewaspadaan kortikal otak [sistem pengaktivasi
retikuler (reticular activating system)]. Koordinasi makan dan bernapas
Otak kecil Mengontrol gerakan otot dan tonus; mengatur keseimbangan dan postur yang
(serebelum) tepat; mengatur tingkat gerakan yang disengaja; terlibat dalam keterampilan
pembelajaran motorik.
Berkontribusi terhadap perencanaan, pemrograman.
Diensefalon Talamus Menghubungkan batang otak ke otak besar; memiliki banyak fungsi pengiriman
Hipotalamus impuls dan homeostasis, seperti yang tercantum di bawah setiap subdivisi.

Otak besar (serebrum) Mengontrol persepsi sadar, pikiran, dan aktivitas motorik sadar; bisa
Inti basal mengabaikan kebanyakan sistem lainnya.
Mengontrol aktivitas otot dan postur; umumnya menghambat gerakan yang tidak
disengaja saat istirahat.

Sistem limbik Respon otonom terhadap bau, motivasi, emosi, mood, memori, dan fungsi lainnya.

(Chalik, 2016)

4. Madula Spinalis
Sumsum tulang belakang terletak memanjang di dalam rongga tulang belakang,
mulai dari ruas-ruas tulang leher sampai ruas-ruas tulang pinggang yang kedua.
Sumsum tulang belakang terbagi menjadi dua lapis yaitu lapisan luar berwarna putih

16
(white area) dan lapisan dalam berwarna kelabu (grey area) (Chamidah, 2013).
Lapisan luar mengandung serabut saraf dan lapisan dalam mengandung badan saraf.
Di dalam sumsum tulang belakang terdapat saraf sensorik, saraf motorik dan saraf
penghubung. Fungsinya adalah sebagai penghantar impuls dari otak dan ke otak serta
sebagai pusat pengatur gerak refleks (Setiadi. 2007).

Gambar: Bagian area medulla spinalis

F. Sistem Saraf Tepi/Perifer


Susunan saraf tepi (SST) yaitu saraf kranial dan saraf spinalis yang merupakan garis
komunikasi antara SSP dan tubuh . SST tersusun dari semua saraf yang membawa pesan
dari dan ke SSP (Bahrudin, 2013). Berdasarkan fungsinya SST terbagi menjadi 2 bagian
yaitu:

1. Sistem Saraf Somatik


Sistem saraf somatik terdiri dari 12 pasang saraf kranial dan 31 pasang saraf
spinal. Proses pada saraf somatik dipengaruhi oleh kesadaran.
Saraf kranial
12 pasang saraf kranial muncul dari berbagai bagian batang otak. Beberapa dari
saraf tersebut hanya tersusun dari serabut sensorik, tetapi sebagian besar tersusun dari
serabut sensorik dan motoric (Bahrudin, 2013).

No Nama Fungsi

17
I Saraf olfaktorius Saraf indra penciuman
II Saraf optikus Saraf indra penglihatan
III Saraf okulomotorius Mempersarafi 4 dari 6 otot ekstrinsik yang
menggerakkan bola mata (otot superior, rekti medial
dan inferior, obliq inferior), otot intrinsik (otot siliaris
yang mengubah bentuk lensa dan daya refraktirnya,
serta otot sirkular iris yang mengonstriksi pupil, dan
palpebra levator, yang mengangkat kelopak mata.
IV Saraf toklearis Mempersarafi obliq superior mata
V Saraf trigeminus Mengendalikan saraf sensoris di wajah dan kepala
(rongga mulut, hidung dan gigi), menerima impuls
nyeri, suhu dan sentuhan. Serat motorik menstimulasi
otot matrikasi (pengunyah)
VI Saraf abdusens Mempersarafi otot rektus lateral bola mata.
VII Saraf fasialis Serat saraf motorik, mempersarafi otot-otot ekspresi
wajah. Serat saraf sensoris menyampaikan impuls dari
papila pengecap di dua pertiga anterior lidah ke area
persepsi pengecapan di korteks serebri.
VIII Saraf Saraf vestibular berfungsi mempertahankan postur
vestibulokoklearis dan keseimbangan tubuh.
Saraf koklear berfungsi menyampaikan impuls ke
area pendengaran di korteks serebri tempat suara
dipersepsikan.
IX Saraf glosofaringeus Menstimulasi otoot lidah dan faring serta sel
sekretorik kelenjar parotis (saliva).
Serat sensoris menyampaikan impuls ke korteks
serebri dar lidah posterior, tonsil, dan faring, serta
dari papila pengecap di lidah dan faring. Saraf ini
penting dalam refleks gag dan menelan.
X Saraf vagus Saraf ini berjalan melalu leher ke toraks dan
abdomen.
Saraf motorik mempersarafi otot polos, dan kelenjar
sekresi faring, laring, trakea, jantung, esofagus,
lambung, usus haus, pankreas eksokrin, kandung
empedu, duktus biliariss (saluran empedu), limpa,
ginjal, ureter, dn pembuluh darah di rogga toraks dan
abodomen.
Serat sensoris mengampaikan impuls dari membran
yang melapisi struktur yang sama di otak.
XI Saraf aksesorius Mempersarafi sternokleidomastoid dan trapezius.
Cabang-cabang bergabung dengan saraf vagus dan
mempersarafi otot faringeal dan laringeal.
XII Saraf hipoglosus Mempersarafi otot lidah dan otto di sekitar tulang
hioid serta berfungsi dalam proses menelan dan
bahasa.

Saraf spinal
Ada 31 pasang saraf spinal berawal dari korda melalui radiks dorsal (posterior)
dan ventral (anterior). Saraf spinal adalah saraf gabungan motorik dan sensorik,

18
membawa informasi ke korda melalui neuron aferen dan meninggalkan melalui
eferen. Saraf spinal diberi nama dan angka sesuai dengan regia kolumna vertebra
tempat munculnya saraf tersebut (Bahrudin, 2013).

Gambar: Saraf spinalis (31 pasang) beserta nama dan letaknya

2. Sistem Saraf Otonom


Sistem saraf otonom mempertahankan homeostasis tubuh dengan mengatur
berbagai aktivitas, meliputi laju jantung, laju pernapasan, suhu tubuh, proses
pencernaan, dan fungsi urinari.
Efek aktivitas otonom terjadi cepat dan organ efektornya adalah sebagai berikut:
1. Otot polos, misalnya perubahan jalan napas atau diameter pembuluh darah
2. Otot jantung, misalnya perubahan kecepatan dan tekanan denyut jantung.
3. Kelenjar, misalnya menigkatkan atau menurunkan sekresi
pencernaan.
Sistem saraf otonom dibagi menjadi divisi simpatis (keluar dari torakolumbal) dan
parasimpatis (keluar dari kraniosakral). Fungsi SSO adalah sebagai berikut;

19
1. Stimulasi simpatik menyiapkan tubuh untuk mengatasi situasi yang penuh stres
dan menyenangkan, misal meningkatkan mekanisme pertahanan pada saat marah
dan berada di lingkungan bersuhu ekstrem. Rentang status emosional juga
menyebabkan stimulasi simpatik. Kelenjar adrenal distimulasi untuk menyekresi
epinefrin dna noreepinefrin ke aliran darah. Hormon ini meningkatkan dan
mempertahankan efek stimulasi simpatik. Stimulasi simpatik menggerakkan
tubuh untuk fight (melawan) atau flight (menghindar).
2. Stimulasi parasimpatik memiliki kecenderungan untuk memperlambat proses
tubuh kecuali pencernaan dan absorbs makanan serta fungsi sistem
gastrourinarius.
(Luk, 2011)

Gambar: Sistem Saraf Otonom (Parasimpatik dan Simpatik)

Normalnya kedua sistem ini bersama-sama mempertahankan denyut jantung


yang teratur, suhu tubuh yang normal, lingkungan internal yang sesuai dengan
lingkungan eksternal disekitarnya.

Tabel Efek Sistem Saraf Otonom pada Sistem Tubuh

20
Sistem Tubuh Efek Simpatis Efek Parasimpatis
Sistem  Mempercepat bangkitan  Menurunkan
Kardiovaskuler SA node denyut jantung
 Meningkatkan  Mengonstriksi arteri
denyut jantung koroner sehingga suplai
 Mendilatasi arteri koroner darah ke otot jantung
 Meningkatkan suplai menurun
darah ke otot jantung
 Mendilatasi pembuluh darah
 Meningkatkan
suplai oksigen
 Meningkatan tahanan
perifer dan tekanan darah
dengan mengonstriksi
asrteri kecil da arteriol di
kulit.
 Mengonstriksi pembuluh
darah di kelenjar sekresi
sistem pencernaan
 Mempercepat
koagulasi darah
Sistem Pernapasan  Relaksasi otot sehingga  Menghasilkan kontraksi
mendilatasi jalan napas otot polos dalam dinding
 Meningkatkan RR jalan napas (bronkiolus
 Meningkatkan dna bronkus)
asupan oksigen dan
mengeluarkan CO2 untuk
menghadapi
fight and flight
Sistem  Hati; meningkatkan  Hati;
Pencernaan dan konversi glikogen menjadi peningkatan konnversi
Perkemihan glukosa sehingga glukosa menjadi
membutuhkan lebih glikogen dan sekresi
banyak karbohidrat untuk empedu
memberikan energi  Lambung dan usus halus;
 Usus halus dan lambung; peningkatan motalitas
kontraksi oto polos, dan dan sekresi disertai laju
penurunan sekresi getah pencernaan dan absorbsi
pencernaan, makanan
memperlambat pencernaan  Pankreas; peningkatan
dan absorbsi makanan, dan sekresi getah pankreas
peningkatan tonus sfingter dan hormon insulin
 Kelenjar adrenal;  Sfingter uretra dan anal;
distimulasi untuk relaksasi sfingter anal
menyekresi adrenalin dan interna disertai kontraksi
noradrenalin otot rektum

21
yangmeningkatkan menyebabkan terjadi
dan mempertahankan defekasi. Selain itu,
stimulasi simpatik terjadi relaksasi volunter
 Sfingter uretra dan anal; sfingter eksternal uretra
tonus otot sfingter dan anal.
meningkat sehingga
menghambat berkemih dan
defekasi
 Relaksasi kandung kemih
 Peningkatan
laju metabolisme
Mata  Kontraksi serta otot yang  Kontraksi serta otot
berada di sekeliling iris sirkular iris yang
dan dilatasi pupil menyebabkan kontraksi
 Retraksi otot polos pupil
palpebra levator  Kelopak mata cenderung
 Mata terbuka lebar dan tertutup, menunjukkan
menunjukkan ekspresi mata mengantuk
mata saat terjaga atau
senang.
Kulit  Peningkatan sekresi Tidak ada saraf parasimpatik
keringat yang yang mepersarafi kulit
menyebabkan peningkatan
panas yang hilang dari
tubuh
 Kontraksi pili arektor (otot
di folikel rambut kulit)
yang menyebabkan bulu
kuduk tampak berdiri
 Konstriksi pembuluh
darah perifer
meningkatkan suplai
darah kem organ aktif
(otot jantung dan rangka)

22
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Sistem saraf adalah suatu jaringan saraf yang kompleks, sangat khusus dan
saling berhubungan satu dengan yang lain. Sistem saraf mengkoordinasi,
menafsirkan dan mengontrol interaksi antara individu dengan lingkungan lainnya.
Sel saraf terdiri atas milyaran sel neuron dan sel pendukung (neuroglia).
Berdasarkan fungsinya, neuron dapat dibagi menjadi neuron sensorik, motorik dan
konektor. Berdasarkan bentuknya, neuron dapat dibagi menjadi neuron unipolar,
bipolar dan multipolar.
Sistem saraf pusat merupakan pusat dari seluruh kendali dan regulasi pada
tubuh, baik gerakan sadar atau gerakan otonom. Dua organ utama yang menjadi
penggerak sistem saraf pusat adalah otak dan sumsum tulang belakang.
Saraf tepi terdiri atas serabut saraf otak dan serabut saraf sumsum tulang
belakang (spinal). Serabut saraf sumsum dari otak, keluar dari otak sedangkan
serabut saraf sumsum tulang belakang keluar dari sela-sela ruas tulang belakang.
Tiap pasang serabut saraf otak akan menuju ke alat tubuh atau otot, misalnya ke
hidung, mata, telinga, dan sebagainya.
G. Saran
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat dan menambah sumber bacaan bagi
mahasiswa keperawatan khusus pada mata kuliah keperawatan medical bedah mengenai
anatomi, fisiologi, kimia, dan fisika terkait system persarafan.

23
DAFTAR PUSTAKA

Bahrudin. (2018). Modul Pembelajaran Keperawatan Medikal Bedah


III STIKES Insan Cendekia Medika. Jombang: Icme Press.

Chalik, Raimundus. (2016). Anatomi Fisiologi Manusia. Kemenkes RI

Chumaidah, A.N. 2013. Neurologi.


http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/neurologi/2013.pdf.
diakses tanggal 17 April 2021.

Elly N dan Rida A. (2011). Dasar-dasar anatomi dan fisiolog, adaptasi


Indonesia dari Anatomy and Physiology in Health and Illness
10th ed. Jakarta: Elsevier.

Luk, Zuyina. (2011). Anatomi dan Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Nuha


Medika

Muttaqin Arif. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan


Gangguan Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Setiadi. (2007). Anatomi & Fisiologi Manusia. Yogyakarta: Graha Ilmu

Regan J., Russo A. (2016). Selley’s essentials of Anatomy and


Physiology Ninth Edition. Library of Congress Cataloging in
Publician Data.

Waugh, A., and Grant, A. (2011). Ross and Wilson Anatomy and
Physiology in Health and Illness 10th ed. Singapore: Elsevier

24

Anda mungkin juga menyukai