Anda di halaman 1dari 3

Nama : Essa Kharista Hati

NIM : P1337420716045

6 SASARAN KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan pasien melahirkan paradigma baru tentang mutu pelayanan. Rumah sakit
sebagai salah satu institusi pelayanan kesehatan memiliki fungsi penting dalam meningkatkan
mutu pelayanan yang diberikan. Mutu pelayanan yang baik adalah dengan menerapkan 6 SKP
(Sasaran Keselamatan Pasien). Dalam hal ini semua pihak didalam rumah sakit harus saling
terkait satu sama lain, mulai dari yayasan pemilik, direksi, para dokter, perawat professional
lainnya serta staf.

Yang dimaksud dari Sasaran Keselamatan Pasien adalah mendorong peningkatan spesifik
dalam keselamatan pasien. Sasaran ini menyoroti area yang bermasalah dalam pelayanan
kesehatan dan menguraikan tentang solusi terhadap permasalahan ini. Patient Safety adalah suatu
sistem yang mencegah terjadinya Kejadian Tidak Diharapkan (KTD) akibat Tindakan atau
bahkan tidak dilakukan oleh tenaga medis maupun non medis. Sasaran keselamatan pasien
meliputi identifikasi pasien, komunikasi secara efektif, keamanan obat dan cairan, ketepatan
lokasi-prosedur pasien operasi, pengurangan risiko infeksi, dan pencegahan jatuh.

1. Sasaran keselamatan pasien, hal ini untuk mengembangkan pola pendekatan agar bisa
meningkatkan atau memperbaiki ketelitian dalam identifikasi pasien. Aplikasinya seperti
identifikasi sebelum pemberian atau pengambilan darah, konsumsi obat dan tindakan
lainnya. Diantara lain yaitu utamanya mengidentifikasi pasien, seperti nama pasien,
nomor rekam medis, tanggal lahir, gelang identitas pasien dengan barcode, dan lain-lain.
Nomor kamar pasien atau lokasi tidak boleh digunakan untuk identifikasi. Proses
identifikasi pasien dapat dilakukan dengan bertanya kepada pasien sebelum melakukan
tindakan misalnya ”nama ibu siapa?”. Jika pasien menggunakan gelang tangan harus
tetap dikonfirmasi secara verbal, seandainya pasien tidak dapat menyebut nama maka
dapat menanyakan pada penunggu atau keluarga. Pasien yang tidak mampu menyebut
nama, tidak memakai gelang dan tidak ada keluarga atau penunggu maka identitas
dipastikan dengan melihat rekam medik oleh dua orang petugas.
2. Sasaran keselamatan pasien yang kedua yaitu komunikasi efektif, hal ini bertujuan agar
komunikasi lisan terjadi dengan akurat, sehingga informasinya bisa diterapkan secara
konsisten. Dengan cara: Menulis secara lengkap instruksi atau hasil pemeriksaan yang
disampaikan melalui telepon, membacakan kembali instruksi atau hasil pemeriksaan yang
disampaikan melalui telepon. Komunikasi yang mudah terjadi kesalahan kebanyakan
terjadi pada saat instruksi/perintah diberikan melalui telepon.2 Komunikasi dokter dan
perawat mempunyai peran penting dalam menentukan derajat kesehatan pasien, dan
kualitas pelayanan yang diberikan. Semakin baik komunikasi diantara perawat dan dokter
semakin baik hasil perawatan yang diberikan.
3. Sasaran keselamatan pasien yang ketiga adalah keamanan obat. peningkatan keamanan
obat yang perlu di waspadai (hight-alert). hasil dari penelitian Obat yg Perlu diwaspadai :
NORUM / LASA,Elektrolit konsentrat Kesalahan bisa terjadi secara tidak sengaja pada
keadaan darurat. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya Sosialisasikan dan tingkatkan
kewaspadaan obat Look Alike dan Sound Alike (LASA) atau Nama Obat Rupa Mirip
(NORUM) disimpan berjauhan,Terapkan DOUBLE CHECK , Perhatikan agar obat
HIGH ALERT berada di tempat yang aman dan berlabel (Tidak boleh disimpan di ruang
perawatan), kecuali di Depo Farmasi, IGD, Kamar bersalin, Kamar bedah, ICU.
4. Sasaran keselamatan pasien yang keempat yaitu kepastian tepat lokasi, tepat prosedur,
tepat pasien operasi, yaitu: Memverifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar,
memastikan bahwa semua dokumen, foto (imaging), hasil pemeriksaan yang relevan
sudah tersedia dan diberi label yang baik dan sudah dipampang, menandai lokasi operasi
dilakukan atas satu pada tanda yang dapat dikenali dan perlu melibatkan pasien. Tanda
tersebut harus digunakan secara konsisten di rumah sakit dan harus dibuat oleh
operator/orang yang akan melakukan tindakan, dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar
jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat. Menandai lokasi operasi
dilakukan pada semua kasus termasuk sisi (laterality), multipel struktur (jari tangan, jari
kaki, lesi) atau multipel level (tulang belakang). Pengkajian yang salah, tulisan tangan
yang tidak terbaca, komunikasi yang kurang adekuat, dan kurang melibatkan pasien
dalam proses penandaan dapat menyebabkan terjadinya kesalahan (salah operasi, salah
prosedur, salah pasien.
5. Sasaran keselamatan pasien yang kelima adalah menurunkan risiko infeksi, yaitu:
Mencuci tangan yang tepat sebelum dan sesudah menyentuh pasien, sebelum dan sesudah
tindakan atau aseptik, setelah terpapar cairan tubuh pasien, sebelum dan setelah
melakukan tindakan invasif, setelah menyentuh area sekitar pasien atau lingkungan, dan
menggunakan alat pelindung diri (APD), seperti: Sarung tangan, masker, tutup kepala,
jas, sepatu pelindung, kacamata pelindung.
6. Sasaran keselamatan pasien yang ke-enam adalah mencegah resiko jatuh. Menurut
Kemenkes (2011) pencegahan risiko pasien jatuh, yaitu: Menilai risiko jatuh pada semua
pasien baru dan mengulang penilaian jika diindikasikan oleh perubahan kondisi pasien
atau pengobatan dan lainnya, menindaklanjuti hasil pengukuran sesuai derajat risiko jatuh
pasien guna mencegah jatuh serta akibat tak terduga lainnya. Mengevaluasi riwayat jatuh
pasien termasuk obat dan telaah terhadap konsumsi obat, gaya jalan dan keseimbangan,
serta alat bantu jalan yang digunakan oleh pasien.

Sumber : http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-content/uploads/2017/11/MANAJEMEN-
KESELAMATAN-PASIEN-Final-DAFIS.pdf

Buku Manajemen Keselamatan Pasien 2017

Anda mungkin juga menyukai