Anda di halaman 1dari 3

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan
oleh dua orang yang bermaksud meresmikan ikatan perkawainan secara norma agama,
norma hukum dan norma sosial. Pengesahan secara hukum suatu pernikahan biasanya
terjadi pada saat dokumen tertulis yang mencatatkan pernikahan ditanda tangani.
Pernikahan adalah bentukan kata benda dari kata dasar nikah; kata itu berasal dari
bahasa arab yaitu nikkah yang berarti perjanjian perkawinan; berikutnya kata itu berasal
dari kata lain dalam bahasa arab yaitu nikah yang berarti persetubuhan.(wikipedia;)
Berdasarkan pasal 6 UU No.1/1974 tentang perkawinan, syarat melangsungkan
perkawinan adalah hal hal yang harus dipenuhi jika akan melangsungkan sebuah
perkawinan adalah adanya calon istri , calon suami, orang tua atau wali yang sah dan ijab
kabul. Sedangkan umur yang menjadi batasan minimal untuk seseorang ingin melakukan
pernikahan menurut pasal 7 ayat 1 UU Nomor 1 tahun 1974 adalah 19 tahun untuk laki-
laki dan 16 tahun untuk perempuan jika salah satu pihak yang ingin menikah belum
memiliki umur sesuai dengan batasan yang sudah ditetapkan maka disebut pernikahan
dini.
Fenomena pernikan dini di indonesia bukanlah hal yang asing lagi. Di indonesia
sendiri sudah terjadi banyak penikahan dini. Menurut BKKBN dikutip dari
republika.co.id sebanyak 375 remaja menikah di usia dini setiap harinya, terdapat 46 juta
remaja dan anak perempuan di indonesia yang berusia 10 sampai 19 tahun dari jumlah
255 juta jiwa di indonesia. Sebanyak satu dari sembilan anak perempuan menikah di
bawah usia 18 tahun sesuai hasil susenas. Selain itu menurut data yang dihimpun oleh
Badan Pusat Statistik (BPS) terdapat lima provinsi di indonesia yang menjadi provinsi
dengan pernikahan dini tertinggi yaitu Kalimantan selatan dengan 39,53 persen (dari
seluruh perkawinan), Kalimantan Tengah (39,21 persen), Kepulauan Bangka Belitung
(37,19 persen), Sulawesi Barat (36,93 persen), dan Sulawesi Tenggara (36,74 persen).
(CNN Indonesia)
Walaupun tidak termasuk kedalam 5 besar daerah yang memiliki angka pernikahan
dini yang tinggi jawa tengah patut diwaspadai, misal saja untuk daerah kabupaten
temanggung terjadi 160 pernikahan dini di temanggung setiap tahunya. Data tersebut bisa
saja meningkat karena banyak pernikahan dini yang tidak di daftarkan secara resmi di
kantor urusan agama misal karena tidak mendapatkan dispensasi untuk menikah, selain
itu banyak pasangan yang memilih jalan menuakan umur mereka agar dapat menikah
tanpa ada kendala hukum.
Temanggung memang menjadi daerah yang banyak terjadi pernikahan dini baik itu
secara resmi hukum maupun hanya nikah siri hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat
pendidikan , tingkat ekonomi, bahkan budaya menikah yang terlanjur ada di masyarakat
khususnya masyarakat desa. Rata rata pekerjaan masyarakat yang menjadi petani dan
masih kentalnya budaya jawa menjadi penyebab tingginya angka penikahan dini atau
masih dibawah umur. Jika dilihat dari tingkat pendidikan rata rata anak yang melakukan
pernikahan dini adalah anak yang putus sekolah atau tidak melanjutkan sekolah ke
jenjang SMP atau SMA, selain itu anak yang tidak melanjutkan sekolah ini biasanya
memiliki orang tua yang tingkat pendidikanya juga tidak lebih dari SD maupun SMP.
Budaya jawa yang mencontohkan jika wanita hanya harus bisa mengurus urusan dapur
juga masih menjadi penyebab pernikahan dini. Beberapa orang tua masih beranggapan
jika anak perempuanya tak harus bersekolah tinggi jika nanti akhirnya tetap akan didapur
untuk mengurus suaminya hal inilah yang memicu orang tua untuk berani menikahkan
anaknya di usia yang belum matang.
Disamping faktor yang berasal dari orang tua, faktor dari anak yang juga dapat
memicu tingginya pernikahan dini adalah hamil sebelum menikah. Anak yang sedang
memasuki masa pertumbuhan cenderung menjadi anak yang berani dan memiliki rasa
keingin tahuan yang tinggi terhadap sesuatu, biasanya jika sudah terjadi pergaulan bebas
hingga hamil pilihan yang diambil oleh orang tua adalah menikahkan keduanya agar
terhindar dari omongan orang disekitar . Pergaulan bebas disebabkan karena rendahnya
pendidikan agama dan pendidikan seks yang benar bahkan karena faktor keluarga yang
kurang harmoni atau kurang perlindungan. Faktor ekonomi juga masih menjadi faktor
untuk orang tua menikahkan anaknya, beberapa orang tua beranggapan jika menikahkan
anaknya maka beban orang tua untuk mengurus mereka menjadi berkurang, akan tetapi di
kenyataan mereka harus tetap mengurus anaknya karena kurang kesiapan anak untuk
memulai sebuah keluarga.
Disamping banyaknya faktor yang menjadi penyebab pernikahan dini di temanggung
efek samping dari pernikahan dini ini tak bisa dihindari mulai dari banyak kasus
perceraian hingga kasus kesehatan seperti gizi buruk, Bayi lahir dengan berat badan
kurang sampai kematian janin, sementara lainya seperti penelantaran anak dan kekerasan
terhadap anak juga sering tidak dapat dihindari.
Banyaknya kasus yang timbul akibat dari pernikahan dini ini tidak lain karena kondisi
psikologis maupun kondisi biologis yang kurang siap dalam menerima perubahan yang
terjadi dalam dirinya. Anak yang belum memiliki kesiapan untuk menikah cenderung
labil dalam memutuskan apapaun yang dapat berpengaruh kedalam kondisinya. Jika anak
memiliki beban psikologis yang berat tak bisa dihindari lagi terjadinya gangguan jiwa
ringan maupun berat. Disamping sisi psikologis yang terganggu kondisi biologis juga
dapat mengalami masalah terutama sistem reproduksi. Anak yang masih masuk kedalam
masa pertumbuhan kondisi sistem reproduksi belum siap dalam menerima perubahan
yang cukup signifikan seperti kehamilan dan melahirkan.
Dari sisi biologis anak yang dibawah umur biasanya belum memiliki kesiapan seperti
dalam hal kesiapan mencari makan, memiliki tempat tinggal maupun dalam hubungan
sexual sehingga dapat menyebabkan konflik diantara pasangan.
Belum siapnya anak dari sisi psikologis dan biologis inilah yang dapat menyebabkan
banyak tekanan dalam diri anak sehingga muncul masalah yang dapat menggangu
hubungan pernikahan mereka maupun keadaan mereka sendiri. Masalah yang sering
muncul seperti perceraian, isolasi sosial, kasus aborsi, penelantaran anak, dan gizi anak
yang kurang. Latar belakang inilah yang membuat penulis menjadi tertarik untuk
melakukan penelitian mengenai gambaran psikologi dan biologis anak yang melakukan
pernikahan dini di kabupaten temanggung agar dapat memberikan gambaran terhadap
orang tua untuk selalu berhati hati dalam menikahkan anaknya.

Anda mungkin juga menyukai