Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH GIGI DAN FUNGSINYA

Dosen Pengampu
Youla karamoy,S.Kep.,GI.,M.Kes
Disusun Oleh:
Achmad Rizky Zulfitrah Leasa
NIM:19180089

AKADEMI KEPERAWATAN RUMKIT TK. III MANADO


DESEMBER 2020
2

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................
DAFTAR ISI...........................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................
1.3 Tujuan...............................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN
A.GIGI
MANUSIA………………………………………………………………………
……
2.1 Definisi gigi.......................................................................................................................
2.2 Fungsi gigi.........................................................................................................................
2.3 Jenis gigi..........................................................................................................................

B.KARIES GIGI
2.4 Pengertian karies gigi........................................................................................................
2.5 Penyebab terjadinya karies
gigi………………………………………………………….
2.6 Proses terjadinya karies
gigi…………………………………………………………….
2.7 Macam-macam karies dan
penyebaranya………………………………………………
2.8 Pengukuran status
karies………………………………………………………………..
2.9 Pencegahan dan penanggulangan
karies……………………………………………….

BAB III PENUTUP


3.1 Simpulan...........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................
3

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gigi merupakan jaringan tubuh keras yang memiliki fungsi untuk mengunyah,

berbicara, dan memperindah wajah (Suryawati, 2010). Struktur gigi berlapis-

lapis mulai dari email yang sangat keras, dentin (tulang gigi) yang berada di

dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan bagian lain

yang memperkokoh gigi. Jika tidak dilakukan perawatan dengan baik, gigi

akan mudah sekali mengalami kerusakan (Kusumawardani, 2011). Masalah

yang paling umum dari seluruh masalah kesehatan pada masa kanak-kanak

salah satunya gigi berlubang atau karies gigi (wong, 2008). Karies gigi

merupakan hancurnya email dan dentin yang mengakibatkan lubang pada gigi.

Karies gigi pada anak akan membawa dampak pada pertumbuhan dan

perkembangan gigi. Karies gigi yang tidak mendapatkan penanganan cepat

dapat menyebabkan pembengkakan pada wilayah gigi. Kondisi ini ditandai

dengan adanya nanah di dalam gusi (Gunadi, 2011).

Banyak faktor yang dapat menyebabkan karies gigi, salah satunya adalah sikap

anak. Sikap anak terhadap perawatan gigi sangat bervariasi, ada yang berani,

takut, bahkan ada juga yang menolak melakukan perawatan gigi ke dokter.

Sebagian anak datang ke dokter gigi karena mempunyai masalah gigi, kondisi

ini tentunya dapat berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap anak

(Sariningsih, 2012).

1
4

Upaya kesehatan gigi dapat ditinjau dari aspek lingkungan, pengetahuan,

pendidikan, kesadaran masyarakat dan penanganan kesehatan gigi termasuk

pencegahan dan perawatan. Beberapa individu kurang memperhatikan kondisi

kesehatan giginya dapat disebabkan kurangnya pemahaman individu terhadap

kesehatan giginya. Perawatan gigi sangat penting dalam menunjang kesehatan

dan penampilan (Pratiwi, 2007).

Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2007

prevalensi nasional karies aktif adalah 43,4%. Prevalensi karies aktif di

provinsi Jawa Tengah tahun 2007 sebesar 43,1% dan pengalaman karies

sebesar 67,8%. Untuk wilayah Karanganyar 53% karies aktif dan 71,5%

pengalaman karies pada anak.

Berdasarkan hasil pengumpulan data di 3 sekolah dasar wilayah Kragan

didapatkan data anak yang karies gigi terbanyak di Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah (MIM) Bulak Kragan sebanyak 36 anak dari 75 anak, di SDN

02 Kragan sebanyak 19 anak dari 60 anak, dan di SDN 01 Kragan sebanyak 15

anak dari 52 anak. Berdasarkan wawancara singkat dengan 10 anak di

Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Bulak Kragan, 8 dari 10 anak

mengatakan belum mengetahui tentang karies gigi / gigi berlubang. Namun

belum diketahui sejauh mana pengetahuan anak tentang karies gigi / gigi

berlubang, 10 anak mengatakan tidak rutin memeriksakan gigi ke dokter,

karena anak memiliki pemahaman bahwa pergi ke dokter gigi hanya karena

sakit gigi saja, 6 dari 10 anak mengatakan jarang menggosok gigi sebelum tidur

dengan alasan mereka menggosok gigi hanya pada saat mandi.

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “ Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Anak Tentang

Karies Gigi dengan Kejadian Karies Gigi di Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah (MIM) Bulak Kragan Karanganyar”.


5

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dipaparkan dapat

dirumuskan masalah “ Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap

anak dengan kejadian karies gigi di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah

1.3. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara

pengetahuan dan sikap anak dengan kejadian karies gigi

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui gambaran pengetahuan anak tentang karies gigi di Madrasah

Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Bulak Kragan Karanganyar

b. Mengetahui gambaran sikap anak tentang karies gigi di Madrasah

Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Bulak Kragan Karanganyar

c. Mengetahui gambaran kejadian karies gigi di Madrasah Ibtidaiyah

Muhammadiyah (MIM) Bulak Kragan Karanganyar


d. Mengetahui hubungan pengetahuan anak tentang karies gigi dengan

kejadian karies gigi di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM)

Bulak Kragan Karanganyar

e. Mengetahui hubungan sikap anak tentang karies gigi dengan kejadian

karies gigi di Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Bulak Kragan

Karanganyar
6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gigi Manusia

2.1Definisi gigi

Gigi adalah jaringan tubuh yang sangat keras dibandingkan dengan jaringan
yang lainnya. Strukturnya yang berlapis-lapis mulai dari email yang keras, dentin
(tulang gigi) di dalamnya, pulpa yang berisi pembuluh darah, pembuluh saraf, dan
bagian lain yang memperkokoh gigi. Namun demikian, gigi merupakan jaringan
tubuh yang mudah sekali mengalami kerusakan. Gigi merupakan bagian dari alat
pengunyahan pada sistem pencernaan dalam tubuh manusia (Irma dan Intan,
2013).
Manusia mempunyai dua macam gigi dalam hidupnya yaitu gigi susu (gigi
sulung) dan gigi tetap (gigi permanen). Gigi susu yaitu gigi yang tumbuh mulai
usia enam bulan yang jumlahnya 20 buah. Gigi susu akan tanggal dan digantikan
oleh gigi permanen. Sedangkan gigi permanen berjumlah 32 buah. (Isro’in, dan
Andarmoyo, 2012).

2.2 Jenis gigi

Menurut Paramita (2000), jenis gigi terdiri dari:

a. Gigi seri (Incisivus)

Gigi ini letaknya berada di depan, bentuknya seperti pahat dan berfungsi
untuk memotong makanan dan mengiris makanan. Jumlahnya ada delapan, dengan
pembagian empat berada di rahang atas dan empat berada di rahang bawah. Gigi
seri rahang bawah erupsi pada usia lima - enam tahun dan gigi seri rahang atas
erupsi pada usia enam - tujuh tahun.
b. Gigi taring (Caninus)

Posisi gigi ini terletak pada sudut mulut, bentuknya runcing di sebelah gigi
seri, dan merupakan gigi yang paling panjang dalam rongga mulut. Fungsinya
adalah untuk mengiris makanan. Jumlahnya ada empat, dengan pembagian dua di
tiap rahang, satu dikiri dan satu dikanan, gigi caninus erupsi pada usia 11–13
tahun.
c. Gigi geraham kecil (Premolar)

Gigi ini jumlahnya delapan, dengan pembagian empat di tiap rahang, dua di
sebelah kiri dan dua di sebelah kanan. Gigi ini hanya ada pada gigi dewasa, dan
letaknya berada di belakang caninus. Erupsi pada usia 10–11 tahun. Gigi ini
berfungsi untuk melumatkan makanan.
7

d. Gigi geraham (Molar)

Gigi molar permanen berjumlah 12 dengan pembagian enam di tiap rahang,


tiga di tiap sisi kanan, dan tiga di sisi kiri letaknya dibelakang gigi premolar. Gigi
molar pertama erupsi pada usia enam-tujuh tahun, gigi molar kedua erupsi pada
usia 11-13 tahun, gigi molar ketiga erupsi pada usia 17-21 tahun. Gigi ini
berfungsi untuk menggiling, menghaluskan, dan mengunyah makanan. Geraham
ini mempunyai permukaan yang berlekuk dengan benjolan–benjolan (cups) serta
fissure sehingga rentan terhadap karies.

2.3 Fungsi gigi

Menurut Paramita (2000), secara umum fungsi gigi sebagai berikut:

a. Membantu fungsi bicara, sehingga bahasa yang diucapkan seseorang akan

terdengar dengan jelas.

b. Membentuk wajah, disini dijelaskan bahwa gigi yang bersih dan sehat akan

membentuk wajah sehingga berpenampilan baik.

c. Alat untuk mengunyah sehingga makanan dengan mudah dapat ditelan dan

masuk ke dalam rongga pencernaan berikutnya.

B. Karies Gigi

2.4 Pengertian karies gigi

Karies berasal dari Bahasa Yunani yaitu ‘ker’ yang artinya kematian, dalam
bahasa latin karies berarti kehancuran. Karies berarti pembentukan lubang pada
permukaan gigi disebabkan oleh kuman atau bakteri yang berada pada mulut
(Srigupta, 2004). Karies gigi merupakan proses patologis jaringan keras gigi yang
meliputi email, dentin dan cementum yang terjadi karena interaksi multi factor
dalam rongga mulut antara lain bakteri, substrat, permukaan gigi serta daya tahan
tubuh (Raharjo, 2003).
Gigi berlubang (karies gigi) merupakan penyakit jaringan keras gigi yang
ditandai dengan kerusakan jaringan, dimulai dari permukaan gigi meluas kearah
pulpa disebabkan oleh karbohidrat yang tertinggal di dalam mulut dan
mikroorganisme yang tidak segera dibersihkan (Tarigan, 2013).
8

2.5 Faktor penyebab terjadinya karies gigi

Menurut Suwelo (1992) terjadinya karies disebabkan oleh multi faktor yang
terdiri dari faktor dalam dan luar.
a. Faktor dalam

Karies gigi adalah proses kerusakan yang dimulai dari email dan terus ke
dentin. Karies gigi merupakan penyakit yang berhubungan dengan banyak faktor
(multiple factor) yang saling mempengaruhi.
Menurut Newburn dalam Suwelo (1992), karies dapat terjadi karena
interaksi dari empat faktor yaitu host (gigi dan saliva), agent penyebab penyakit
(mikroorganisme dalam plak), faktor substrat serta waktu.

1) Gigi dan saliva (host)

Komposisi gigi terdiri dari email dan dentin. Dentin adalah lapisan dibawah
email. Struktur email sangat menentukan dalam proses terjadinya karies.
Permukaan karies terluar lebih tahan terhadap karies dibanding lapisan
dibawahnya, karena lebih keras dan padat (Suwelo, 1992). Gigi dengan fissure
yang dalam mengakibatkan sisa-sisa makanan lebih mudah melekat dan bertahan
di gigi, sehingga produksi asam oleh bakteri akan berlangsung dengan cepat dan
menimbulkan karies gigi (Tarigan, 2013).
Variasi morfologi gigi juga mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies.
Permukaan oklusal gigi tetap, memiliki lekuk dan fissure yang bermacam-macam
dengan kedalam yang beragam. Sehingga lebih mudah terkena karies.
Kawasan-kawasan gigi yang memudahkan pelekatan plak sehingga menyebabkan
karies yaitu (Kidd dan Bechal, 1992) :
a) Pit dan Fisure pada permukaan oclusal molar dan premolar, pit buccal molar

dan pit palatal incisivus

b) Permukaan halus di daerah aproximal sedikit di bawah titik kontak

c) Email pada di daerah leher gigi sedikit di atas tepi gingival

d) Permukaan akar yang terbuka merupakan daerah tempat melekatnya plak pada

pasien dengan resesi gingival karena penyakit periodontium

e) Tepi tumpatan terutama yang kurang menempel

f) Permukaan gigi yang berdekatan dengan gigi tiruan dan jembatan.

Menurut Kidd dan Bechal (1992), saliva mampu meremineralisasikan karies


yang masih dini karena banyak sekali mengandung ion kalsium dan fosfat.
Kemampuan saliva dalam melakukan remineralisasi meningkat jika ada ion fluor.
Selain mempengaruhi komposisi mikroorganisme di dalam plak, saliva juga
mempengaruhi pH nya. Karena itu, jika aliran saliva berkurang atau hilang, maka
karies mungkin akan tidak terkendali.
2) Mikroorganisme (agent)
9

Banyak yang telah membuktikan bahwa mikroorganisme di dalam mulut


yang berhubungan dengan karies antara lain bermacam strain Streptococcus,
Laktobasilius, Actinomises, dan lain-lain. Mikroorganisme menempel pada gigi
bersama dengan plak atau debris. Plak gigi adalah endapan lunak yang menempel
pada permukaan gigi berwarna transparan seperti agar-agar mengandung banyak
kuman. Plak akan tumbuh dan melekat pada permukaan gigi bila kita mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut (Houwink, 1993).

3) Substrat

Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan


sehari-hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini berpengaruh terhadap
karies secara lokal di dalam mulut. Substrat yang menempel di permukaan gigi
berbeda dengan makanan yang masuk ke dalam tubuh yang diperlukan untuk
mendapatkan energi dan membangun tubuh. Makanan pokok manusia ialah
karbohidrat, lemak, dan protein (Suwelo, 1992).
4) Waktu

Pengertian waktu disini adalah kecepatan terbentuknya karies dan lamanya


frekuensi substrat menempel di permukaan gigi. Kecepatan terbentuknya karies
serta lamanya frekuensi substrat disebabkan kebiasaan anak menahan makanan di
dalam mulut, dimana makanan tidak cepat-cepat ditelan, merupakan faktor
langsung di dalam mulut yang berhubungan dengan karies terdapat juga faktor
tidak langsung, disebut faktor resiko luar antara lain: usia, jenis kelamin, tingkat
pendidikan, tingkat ekonomi, lingkungan, sikap dan perilaku yang berhubungan
dengan kesehatan gigi (Suwelo, 1992).
Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral selama
berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses karies tersebut terdiri
dari periode perusakan dan perbaikan yang silih berganti. Oleh karena itu, bila
saliva ada didalam lingkungan gigi, maka karies tidak menghancurkan gigi dalam
hintungan hari atau minggu, melainkan dalam bulan atau tahun. Dengan demikian
sebenarnya terdapat kesempatan yang baik untuk menghentikan penyakit karies ini
(Kidd & Bechal, 1992).
b. Faktor luar

Kesehatan seseorang merupakan hasil interaksi dari berbagai faktor yaitu


faktor internal (dalam diri manusia) yang terdiri dari faktor fisik dan psikis
maupun faktor eksternal (di luar diri manusia) yang terdiri dari faktor antara lain,
sosial, budaya masyarakat, lingkungan fisik, politik, ekonomi, pendidikan dan
sebagainya.
Menurut Suwelo (1992) terjadinya karies merupakan multi faktor yang
terdiri dari faktor luar dan dalam. Faktor luar antara lain faktor dari usia, suku
bangsa, kultur, sosial penduduk, dan kesadaran, sikap serta perilaku individu
terhadap kesehatan gigi.
Menurut Bloom dalam Notoatmodjo (2003), juga mengungkapkan, banyak
faktor yang mempengaruhi kesehatan, dalam hal ini kesehatan gigi dan mulut
digambarkan sebagai berikut :
1) Keturunan
10

Faktor keturunan/genetik merupakan faktor yang mempunyai pengaruh


terkecil dari faktor penyebab karies gigi. Walaupun demikian, dari suatu penelitian
terhadap 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi yang baik, terlihat bahwa anak-
anak dari 11 pasang orang tua memiliki keadaan gigi yang cukup baik. Disamping
itu dari 46 pasang orangtua dengan persentase karies yang tinggi, hanya satu
pasang yang memiliki anak dengan gigi yang baik, lima pasang dengan persentase
karies sedang, sedangkan 40 pasang lagi dengan persentase karies yang tinggi
(Tarigan, 2013).

2) Lingkungan

Beberapa faktor lingkungan yang paling penting pengaruhnya terhadap


terjadinya karies antara lain air yang diminum, kultur sosial ekonomi penduduk.
Penghasilan dan pendidikan penduduk yang tinggi akan mempengaruhi diet dan
kebiasaan merawat gigi sehingga prevalensi karies gigi rendah.
3) Perilaku

Menurut Haditomo dalam Suwelo (1992), keadaan kesehatan gigi dan mulut
anak usia sekolah masih sangat ditentukan oleh kesadaran, sikap, dan perilaku
serta pendidikan tertentu, sehingga yang bersangkutan mau melakukan dengan
sukarela.
4) Pelayanan kesehatan

Sistem pelayanan kesehatan mencakup pelayan kedokteran (medical


services) dan pelayan kesehatan masyarakat (public healths sevices). Pusat
kesehatan masyarakat (puskesmas) khususnya pelayanan kesehatan gigi
merupakan salah satu program puskesmas yang ditujukan kepada keluarga dan
masyarakat di wilayah kerjanya. Oleh karenanya, pelayanan kesehatan gigi dapat
dilaksanakan di gedung puskesmas maupuan di luar puskesmas seperti sekolah dan
posyandu. Pelayanan yang diberikan adalah pelayanan promotif (peningkatan
kesehatan) dan preventif (pencegahan) dengan sasaran masyarakat, tidak berarti
bahwa pelayanan kesehatan masyarakat tidak melakukan pelayanan kuratif
(pengobatan) dan rehabilitatif atau pemulihan terbatas (DepKes RI, 2000).
Menurut Lawrance Green et al dalam Pratiwi (2009), menyebutkan bahwa
faktor kemudahan akses terhadap sarana pelayanan kesehatan merupakan faktor
pemungkin (enabling factor). Diasumsikan dengan kemudahan akses ke pusat
pelayanan kesehatan maka penduduk (masyarakat) di sekitarnya akan lebih banyak
menerima informasi kesehatan khususnya tentang kesehatan gigi dan mulut
dibandingkan dengan masyarakat yang jauh dari akses pelayanan kesehatan.
Apalagi biaya perawatan untuk kesehatan gigi yang relatif mahal akan
meningkatkan motivasi seseorang untuk melakukan beberapa upaya pencegahan.
5) Umur

Sejalan dengan pertambahan umur seseorang, jumlah karies pun semakin


bertambah. Hal ini jelas, karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama
berpengaruh terhadap gigi (Suwelo, 1992).
6) Jenis kelamin

Karies pada perempuan lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini
disebabkan antara lain erupsi gigi perempuan lebih cepat dibandingkan lakilaki.
11

Akibatnya gigi anak perempuan akan lebih lama berhubungan dengan faktor resiko
terjadinya karies (Suwelo, 1992).
2.6 Proses terjadinya karies gigi

Di dalam mulut hidup berbagai macam jenis bakteri. Bakteri ini berkumpul
membentuk suatu lapisan yang lunak dan lengket bernama plak yang menempel
pada gigi. Plak ini biasanya akan sangat mudah menempel pada permukaan
kunyah gigi, sela-sela gigi, keretakan pada permukaan gigi, disekitar tambalan
gigi, dan di batas antara gigi dan gusi (Ramadhan, 2010).
Menurut Ford (1993), karies gigi terjadinya dari karbohidrat (zat
gula/sukrosa) dan sisa makanan pada plak dirubah oleh kuman menjadi asam,
kemudian asam inilah yang akan melarutkan zat kapur pada lapisan luar gigi maka
akan mengakibatkan gigi berlubang.
Menurut Ford (1993), Proses karies dapat di gambarkan secara singkat
sebagai berikut :
Substrat (gula) + Plak (bakteri) + Gigi (email / dentin) (metabolisme oleh
bakteri) --------------> Karies (demineralisasi)
Jika proses karies gigi diteliti secara lebih cermat, maka akan timbul
pengertian tentang diet, hygiene oral, juga pengetahuan mengapa tempat-tempat
tertentu pada gigi mudah terkena karies. Plak dan bakteri sangat berperan, tetapi
dietlah yang paling berperan sebagai faktor penyebab karies. Perubahan diet
merupakan faktor utama bagi peningkatan prevalensi karies gigi (Ford,1993).

2.7 Macam-macam karies gigi dan penyebarannya

Menurut Tarigan (2013), macam-macam karies gigi yaitu:

a) Karies superfisialis

Yaitu karies baru mengenai enamel saja, sedangkan dentin belum terkena.

b) Karies media

Yaitu karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.

c) Karies profunda

Yaitu karies sudah mengenai lebih dari setengah dentin dan kadang-kadang sudah
mengenai pulpa.
Menurut Black dalam Schuurs (1993), tempat-tempat yang sering terjadi
karies (penyebarannya) dibagi atas lima kelas, yaitu:
a) Kelas I : Kavitas atau karies yang mengenai semua pit-fisure gigi.

b) Kelas II : Kavitas atau karies yang mengenai permukaan aproxsimal gigi-gigi

premolar dan molar.

c) Kelas III : Kavitas atau karies yang mengenai permukaan aproksimal gigi-gigi

depan.
12

d) Kelas IV : Kavitas sama dengan kelas III tetapi meluas sampai dengan sudut

incisal.

e) Kelas V : Kavitas pada bagian sepertiga ginggival permukaan bukal dan

lingual.

2.8 Pengukuran status karies gigi

Indeks karies gigi dapat berupa prevalensi karies dan indeks karies. Indeks
karies yaitu angka yang menunjukkan jumlah gigi seseorang atau sekelompok
orang yang terkena karies. Pengukuran karies menggunakan indeks DMF dan
merupakan indeks aritmatika karies yang kumulatif (Kidd dan Bechal, 1992).
Menurut Herijulianti (2002), indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan
klinis penyakit karies gigi. Indeks karies yang bisa dipakai adalah: DMF-T.
Indeks DMF-T dimaksud adalah :

D = Decay :Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal.

M = Missing :Jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut karena karies

F = Filling :Jumlah gigi yang telah ditambal karena karies

T = Tooth :Gigi tetap

2.9 Pencegahan dan penanggulangan karies

a. Menyikat gigi

Menyikat gigi adalah Salah satu tindakan pencegahan karies. Menyikat gigi
secara tepat dan teratur, sebaiknya dilakukan padi setelah sarapan dan malam
menjelang tidur. Menyikat gigi akan akan efektif sebagai pencegahan karies
apabila menggunakan pasta gigi yang menggandung fluoride (Lakhanpal, 2014).
Teknik menyikat gigi yang benar adalah :

1) Kumur-kumur sebelum menyikat gigi.

2) Menyikat permukaan gigi depan, atas dan bawah dengan gerakan naik turun,

sedikitnya delapan kali gerakan untuk setiap permukaan.

3) Menyikat permukaan gigi yang menghadap ke pipi gerakannya naik turun

memutar.

4) Menyikat daerah pengunyahan dengan gerakan maju mundur.


13

5) Menyikat bagian dalam gigi bawah yang menghadap ke lingual dengan cara

mencongkel.

6) Menyikat bagian dalam gigi atas yang menghadap ke palatal dengan cara

mencongkel.

7) Setelah selesai, kumur-kumur satu kali saja supaya fluor masih tertinggal di

gigi.

Frekuensi menyikat gigi adalah maksimal tiga kali sehari (setelah makan
pagi, makan siang dan sebelum tidur malam), atau minimal dua kali sehari (setelah
makan pagi dan sebelum tidur malam). Kenyataannya menggosok gigi tiga kali
sehari tidak selalu dapat dilakukan, terutama ketika seseorang berada di sekolah,
kantor atau tempat lain (Ginandjar, 2007).
b. Kumur-kumur dengan larutan fluor

Tujuan kumur-kumur dengan larutan fluor adalah untuk mendapatkan


lapisan gigi yang lebih tahan terhadap serangan asam sehingga dapat membantu
mengurangi kerusakan gigi jika digunakan secara teratur dan terus-menerus.
Angela (2005), mengatakan bahwa obat kumur yang mengandung fluor dapat
menurunkan karies sebanyak 20–50%. Seminggu sekali berkumur dengan 0,2%
NaF dan setiap hari berkumur dengan 0,05% NaF dipertimbangkan menjadi
ukuran kesehatan masyarakat yang ideal.
Penggunaan obat kumur disarankan untuk anak yang berisiko karies tinggi
atau selama terjadi kenaikan karies.
c. Diet makanan

Nasehat diet yang dianjurkan adalah memakan makanan yang cukup jumlah
protein dan fosfat yang dapat menambah sifat basa dari saliva, memperbanyak
makan sayuran dan buah-buahan yang berserat dan berair yang akan bersifat
membersihkan dan merangsang sekresi saliva, menghindari makanan yang manis
dan lengket serta membatasi jumlah makan menjadi tiga kali sehari serta menekan
keinginan untuk makan di antara jam makan (Angela, 2005).
d. Penutup fissure (fissure sealant)

Ford (1993), mengungkapkan fissure merupakan daerah yang sedikit sekali


kebagian manfaat fluoridasi air minum. Fissure anak-anak yang tiap harinya
minum air yang telah ditambahi fluor ini tetap rentan terhadap karies. Oleh karena
itu, aplikasi bahan penutup fissure sangat bermanfaat untuk mencegah
berkembangnya karies. Suatu penutup fissure dari resin dapat diaplikasikan pada
email setelah emailnya di bersihkan, diisolasi, dipersiapkan (dikondisikan), dan
dikeringkan.
e. Pendidikan kesehatan gigi dan mulut

Pendidikan kesehatan gigi dan mulut merupakan metode untuk memotivasi


pasien agar membersihkan mulut mereka dengan efektif. Pendekatan ini sebaiknya
tidak dianggap sebagai instruksi dokter tetapi lebih merupakan dorongan/ajakan
agar pasien sadar akan pentingnya menjaga kebersihan mulut (Pratiwi, 2009).
14

Pendidikan kesehatan gigi mengenai kebersihan mulut, diet dan konsumsi


gula dan kunjungan berkala ke dokter gigi lebih ditekankan pada anak yang
berkaries. Pemberian informasi ini sebaiknya bersifat individual dan dilakukan
secara terus menerus kepada ibu dan anak. Dalam pemberian informasi, latar
belakang ibu baik tingkat ekonomi, sosial, budaya dan tingkat pendidikannya harus
disesuaikan sedangkan pada anak yang menjadi pertimbangan adalah umur dan
daya intelegensi serta kemampuan fisik anak. Informasi ini harus menimbulkan
motivasi dan tanggung jawab anak untuk memelihara kesehatan mulutnya.
Pendidikan kesehatan gigi ibu dan anak dapat dilakukan melalui puskesmas,
rumah sakit maupun di praktek dokter gigi (Angela, 2005).
f. Periksa gigi secara teratur

Pemeriksaan gigi secara teratur ke Puskesmas, rumah sakit, dokter gigi


setiap enam bulan sekali serta segera membawa anak berobat ke klinik gigi atau ke
dokter gigi bila ditemukan kelainan atau penyakit gigi (DepKes RI, 2000).
Sihite (2011), menyebutkan bahwa kunjungan ke dokter gigi sangat
diperlukan untuk menciptakan kontak dan ikatan kepercayaan pertama antara
orang tua dengan dokter gigi, sehingga diharapkan kesadaran, perilaku, dan sikap
yang positif dan bertanggung jawab mengenai prinsip-prinsip perawatan kesehatan
gigi anak. Kontrol tiap enam bulan dilakukan meskipun tidak ada keluhan. Hal ini
dilakukan untuk memeriksa apakah terdapat gigi lain yang berlubang selain yang
telah ditambal, sehingga dapat dilakukan perawatan sedini mungkin. Terutama
untuk anak-anak usia enam sampai 11 tahun penting untuk memeriksakan
kesehatan gigi dan mulutnya secara rutin, karena gigi mereka mengalami
pergantian dari gigi susu ke gigi tetap.

BAB III

PENUTUP

3.1 SIMPULAN

GIGI yang sehat adalah gigi yang rapih,bersih,bercahaya dan didukung oleh gusi
yang sehat,yaitu gusi kencang dan berwarna merah mudah.untuk mencapai
15

kesehatan gigi dan mulut yang optimal, maka harus dilakukan perawatan secara
berkala,sehungga didapatkan kondisi gigi clan jaringan rongga mulut yang
sehat.Hal tersebut dapat dicapai dengan memeriksakan kesehatan gigi dan mulut
ke dokter gigi setiap enam bulan sekali dan bukan hanya apabila terdapat keluhan
saja.

DAFTAR PUSTAKA

“pengertian,fungsi,jenis,dan bagian-bagian Gigi”.


hhttp://www.artikelansia.com/2015/06/gigi-pengertian-fungsi-jenis-bagian-
bagian.html#. Diskes tanggal 15 April 2016 pukul 12.15 WIB

Karasutisna T.2004 “implan Gigi untuk Dokter Gigi Umum (Diagonosis dan
Implementasi” . Bandung.

Assadian M, H, Jafari, dkk. 2014. “corrosion Resistance of EPD


Nanohydroxyapatite Coated 316l stainless steel”. Universiti Teknologi Malaysia :
Johor Bahru
16

Anda mungkin juga menyukai