Anda di halaman 1dari 18

BAKTERI GRAM POSITIF DAN GRAM NEGATIF

SERTA BAKTERI TAHAN ASAM DAN TIDAK TAHAN ASAM

OLEH :

NAMA : ALFIRA HI. B. HAJI


NIM : 16143010004

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES TERNATE


PRODI D-IV KEPERAWATAN
2017
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang


Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan
sifat-sifat yang khas, termasuk bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak berwarna
dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan. Salah satu
cara untuk melihat dan mengamati bentuk sel bakteri dalam keadaan hidup
sangat sulit,sehingga untuk diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau
pewarnaan sel bekteri, sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Hal
tersebut juga berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui
reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian pengecatan. Oleh karena itu
teknik pewarnaan sel bakteri ini merupakan salahsatu cara yang paling utama
dalam penelitian-penelitian mikrobiologi.
Mikroba sulit dilihat dengan cahaya karena tidak mengadsorbsi atau
membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat warna digunakan
untuk mewarnai mikroorganisme. Zat warna mengadsorbsi dan membiaskan
cahaya sehingga kontras mikroba dengan sekelilingnya dapat ditingkatkan.
Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan strukur seperti spora, flagela,
dan bahan inklusi yng mengandung zat pati dan granula fosfat.
Melihat dan mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, kerena
selain bakteri itu tidak berwarna juga transparan dan sangat kecil. Untuk
mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu teknik pewarnaan sel bekteri,
sehingga sel dapat terlihat jelas dan mudah diamati. Olek karena itu teknik
pewarnaan sel bakteri ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam
penelitian-penelitian mikrobiologi.
1.2. Tujuan
1. Memenuhi tugas mata kuliah mikrobiologi dan parasitologi.
2. Mengetahui klasifikasi bakteri gram positif dan bakteri gram negative.
3. Mengetahui klasifikasi bakteri tahan asam dan bakteri tidak tahan asam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bakteri gram positif dan negatif
Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengelompokkan bakteri menjadi 2 yaitu
bakteri Gram positif dan bakteri Gram negative. Pada pewarnaan Gram, hasil
yang didapat akan ditentukan dari komposisi dinding sel bakteri. Pada pewarnaan
Gram ini, reagen yang digunakan ada 4 jenis, yaitu Kristal violet, iodine, alkohol
dan safranin. Bakteri Gram positif akan mempertahankan warna ungu dari
kristalviolet sehingga ketika diamati dengan mikroskop akan menunjukkan
warna ungu sedangkan bakteri Gram negative tidak dapat mempertahankan
warna ungu dari Kristal violet tetapi zat warna safranin dapat terserap pada
dinding sel sehingga akan memperlihatkan warna merah. Uji biokimia untuk
gram negative adalah uji oksidasi sedangkan untuk gram positif dapat dilakukan
pewarnaan endospora (Pratita, 2012) .
Pewarnaan gram merupakan salah satu metode untuk mengetahui morfologi
bakteri, yang bermanfaat untuk mengetahui apakah biakan bakteri masuk dalam
golongan gram positif atau gram negative. Bakteri gram negative memiliki ciri –
cirri tidak dapat menahan zat warna setelah dicuci dengan alkohol 95 % selama 5
sampai 10 detik (Samsundari, 2006)
Salah satu pewarnaan yang sering digunakan untuk mengindentifikasi bakteri
adalah perwarnaan Gram. Berdasarkan pewarnaan Gram, bakteri dibagi menjadi
dua golongan, tergantung dari reaksi dinding sel terhadap tinta safranin atau
Kristal violet. Bakteri yang tetap berwarna ungu dengan pewarnaan oleh Kristal
violet disebut bakteri Gram positif, sedangkan bakteri yang warna ungunya
hilang jika dibilas dengan alkohol, tetapi tetap berwarna merah muda karena
menahan warna merah safranin disebut bakteri Gram negative ( James, 2008 ) .
Pewarnaan Gram digunakan untuk mengetahui morfologi sel bakteri serta
untuk membedakan bakteri gram positif dan gram negative. Perbedaan warna
pada bakteri gram positif dan gram negative menunjukkan bahwa adanya
perbedaan struktur dinding sel antara kedua jenis bakteri tersebut. Bakteri gram
positif memiliki struktur dinding sel dengan kandungan peptidoglikan yang tebal
sedangkan bakteri gram negative memiliki sturktur dinding sel dengan
kandungan lipid yang tinggi (Fitri, 2011).
Ditinjau dari komponen penyusun dinding sel bakteri gram positif relative
lebih sederhana berbanding bakteri gram negative yaitu terdiri dari dua sampai
tiga lapis membrane sitoplasma yang tersusun dari asa teikhik dan asam
teikhouronik berupa polimer yang larut dalam air, sedangkan dinding sel bakteri
negative lebih kompleks dan lebih tebal, tersusun dari peptidoglikon, lipoprotein
dan lipopolisakarida, sehingga dinding sel bakteri gram positif lebih permeable
terhadap senyawa yang bersifat hidrofil dibandingkan sel bakteri gram negative
(Fatimah, 2006).
Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang lebih sederhana, dengan
jumlah peptidoglikan yang relative banyak. Dinding sel bakteri gram negative
memiliki peptidoglikan yang lebih sedikit dan secara structural lebih kompleks.
Membrane bagian luar pada dinding sel gram negative mengandung
lipopolisakarida, yaitu karbohidrat yang terikat dengan lipid. Diantara bakteri
patogen, yang menyebabkan penyakit, spesies gram negative umumnya lebih
berbahaya dibandingkan dengan spesies gram positif ( Campbell, 2003 ).
Kelompok bakteri gram negative ditandai dengan sel bakteri yang berwarna
merah saat pengamatan secara mikroskopik. Warna merah tersebut disebabkan
karena hilangnya pewarna Kristal violet pada waktu dekolorisasi dengan alkohol
kemudian sel bakteri menyerap pewarna merah yaitu safranin. Bakteri gram
negative mengandung lipid lebih rendah sehingga dinding sel bakteri akan lebih
mudah terdehidrasi akibat perlakuan dengan alkohol. Dinding sel yang
terdehidrasi menyebabkan daya permeabilitasnya berkurang sehingga zat warna
ungu Kristal keluar dari sel kemudian sel akan menyerap safranin (Jayanti,
2010).
Respon hambatan mikroba gram positif lebih kuat dibandingkan mikroba
gram negative. Hal ini disebabkan oleh perbedaan komponen penyusun dinding
sel antara mikroba gram positif dan gram negative. Dinding sel mikroba gram
positif banyak mengandung teikoronat serta molekul polisakarida. Komponen
kimia ini melindungi sel dari kegiatan lisis enzim, sedangkan zat – zat lain
menentukkan reaksi sel pada pengecatan gram dan ada pula yang menarik dan
mengikta bakteriofage (Purwani, 2009).
Pengecatan gram dilakukan pada kultur bakteri umur 24 jam yang
ditumbuhkan pada medium MRS padat. Bakteri gram positif akan memberikan
warna ungu ketika diberi cat gram. Warna ungun tersebut terjadi karena dinding
sel bakteri mengikat cat Kristal violet yang diperkuat oleh iodine dan Kristal
violet tersebut tidak akan hilang pada waktu diberi cat peluntur sehingga tidak
terpengaruh pada saat diberi cat penutup yang berwarna merah (Romadhon,
2012).
Pewarnaan dilakukan dengan membuat bekasan isolate digelas obyek,
kemudian diwarnai dengan larutan Kristal violet dan yodium secara bergantian
selama beberapa menit dan dicuci dengan aquadest, selanjutnya dicuci dengan
alkohol dan ditetesi dengan larutan cat penutup safranin. Pengamatan dilakukan
dengan menggunakan mikroskop, bakteri gram positif akan Nampak berwarna
ungu, sedangkan gram negative berwarna merah (Purwohadisantoso, 2009).
Pengecatan Gram merupakan salah satu pewarnaan yang paling sering
digunakan. Preparatus bakteri dibuat dengan cara, mencampurkan satu usa biak
bakteri dari PAD dengan NaCl fisiologis yang telah diteteskan pada gelas obyek,
kemudian dibuat apus setipis mungkin, dikeringkan dan difikasi diatas lampu
spiritus. Preparat apus ditetesi pewarna pertama dengan karbol gentian violet
selama 2 menit, warna dibuang, ditetesi lugol selama 1 menit, kemudian preparat
apus dilunturkan dengan alkohol 95 % selama 1 menit. Selanjutnya alkohol
dibuang, preparat dicuci dengan aquadest dan diberi pewarna kedua dengan
fuschine selama 2 menit. Warna kemudian dibuang dan dibersihkan dengan
akuades, dikeringkan dan diamati morfologi sel, serta warnanya dibawah
mikroskop (Dewi, 2013).
Pewarnaan Ziehl Neelsen. Larutan carbol fuchsin 0,3% dituang pada seluruh
permukaan sediaan, kemudian dipanaskan diatas nyala api sampai keluar asap
tetapi tidak sampai mendidih atau kering selama 5 menit. Sediaan kemudian
dibiarkan dingin selama 5-7 menit lalu kelebihan zat warna dibuang dan dicuci
dengan air yang mengalir perlahan. Setelah itu larutan asam alkohol 3%
(hydrochloric acid-ethanol) dituang pada sediaan dan dibiarkan 2- 4 menit
kemudian dicuci dengan air mengalir selama 1-3 menit, kelebihan larutan
dibuang. Larutan methylene blue 0,1% dituang sampai menutup seluruh
permukaan, dibiarkan 1 menit lalu larutan dibuang dan dicuci dengan air
mengalir (Karuniawati, 2005).
Hasil pewarnaan Gram menunjukkan bahwa isolat – isolate yang diduga S.
aureus secara morfologi ternyata benar – benar termasuk Gram positif karena sel
bakterinya berwarna ungu. Karakteristik isolate S. aureus pada media
menunjukkan bentuk koloni bulat besar, bulat kecil, berkelompok seperti buah
anggur dan beberapa ireguler dengan warna putih dan kuning terdapat zona
bening hemolisis (Prasetyo, 2014).
Bakteri Gram negative lainnya yang ditemukan adalah Enterobacter aerogenes
dan E.coli. bakteri ini merupakan flora normal usus, bakteri tersebut ditemukan
diudara bersifat sementara. Jenis bakteri Gram negative yang mengkontaminasi
udara dan dapat menyebabkan bahaya pada saluran pernapasan adalah klebsiella
pneumonia dan Pseudomonas aeruginosa (Imaniar, 2010).

2.2. Bakteri tahan asam dan tidak tahan asam


Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan
sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak
berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan.
Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk
diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding
sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.
Bakteri tahan asam adalah bakteri yang pada pengecatan Ziehl-Neelsen (ZN)
tetap mengikat warna pertama, tidak luntur oleh asam dan alkohol, sehingga
tidak mampu mengikat warna kedua. Bakteri tersebut ketika diamati dibawah
mikroskop tampak berwarna merah dengan warna dasar biru muda. Terdapat
lebih dari 50 spesies Mycobacterium, antara lain banyak yang merupakan
saprofit.
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri tahan asam, berbentuk batang
dan bersifat aerob obligat yang tumbuh lambat dengan waktu generasi 12 jam
atau lebih. Mycobacterium tuberculosis menyebabkan tuberculosis dan
merupakan patogen yang berbahaya bagi manusia. Mycobacterium leprae
menyebabkan lepra. Mycobacterium avium-intracellulare (kompleks M. avian)
dan mikobakteria apitik lain yang sering menginfeksi pasien AIDS, adalah
patogen ortunistik pada orang-orang dengan fungsi imun yang terganggu lainnya,
dan kadang-kadang menyebabkan penyakit pada pasien dengan sistem imun yang
normal.
Sumber penularan adalah penderita TB yang dahaknya mengandung kuman
TB hidup (BTA positif). Infeksi kuman ini paling sering disebarkan melalui
udara (air borne, droplets infection). Penyebaran melalui udara berupa partikel-
partikel percikan dahak yang mengandung kuman berasal dari penderita saat
batuk, bersin, tertawa, bernyanyi atau bicara. Partikel mengandung kuman ini
(berukuran diameter 1-5 µm) akan terhisap oleh orang sehat dan menimbulkan
infeksi di saluran napas.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1. Definisi Bakteri
Bakteri adalah mikroorganisme yang sangat sederhana yang tidak bernukleus
dan sifatnya berbeda dengan organisme yang mempunyai inti sel. selain itu
bakteri merupakan organisme yang sangat kecil (yang berukuran mikroscopis)
akibatnya pada mikroskop tidak tampak jelas dan sukar untuk melihat
morfologinya maka dari itu dilakukan pewarnaan bakteri yang biasa disebut
pengenceran baketri. pada umumnya larutan-larutan zat warna yang digunakan
adalah larutan encer yang lebih dari satu persen.
3.2. Jenis bakteri gram positif
1. Staphylococus Aerus
Penyebab flora normnal pada lubang hidung dengan depan (10%-30%) dan
vagian (5%). Penularan melalui kontak langsung.
2. Staphylococcus epidermis
S. epidermis adalah bagian dari flora normal kulit dan biasanya ditularkan
melalui pemasangan katup, kateter dan shunt (pirau) melalui pembedahan.
3. Staphylococcus sapropithycus
Ialah flora normal pada saluran kemih bagian bawah
4. Streptococcus pyogenes
Penularan terjadi pada percikan secret saluran napas dan kontak langsung.
Infeksi kulit sering terjadi melalui luka dan kulit yang pecah.
5. Streptococcus alga lactiae
Mengkolonisasi saluran cerna dan saluran urogenitalia dan ditemukan pada
30% wanita hamil .
3.3. Jenis Bakteri Gram Negative
1. Neiserie gonore
Penularan terjadi akibat kontak intim misalnya kontak seksual, atau kelahiran
pervaginam kepada neunatus.
2. Neserie meningitis
Cara penularannya melalui percikan secret saluran napas dari karier. Dapat
timbul wabah jika karier dan orang yang rentan berada bersama-sama dalam
kondisi lingkungan yang padat.
3. Esercia colli enteroksigenik
Penularan dengan makan-makanan atau minum air yang tercemar. ETEC
seringn menyebabkan pada diaren pada wisatawan
4. Esercia colli enterohemoragik
Penularan terjadi karena konsumsi makanan dan air yang tercemar. Telah
terjadi wabah akibat sebagai sumber termasuk humburger yang tidak benar-
benar matang.
5. Esercia colli enteropatogenik
Menyebabkan diare cair apda neunatus, terutama dinegara berkembang.

3.4. Pewarnaan Bakteri


Pewarnaan bakteri pada umumnya bertujuan untuk mempermudah dalam
pengamatan morfologi bakteri dengan bantuan mikroskop. Bakteri umumnya
tidak berwarna dan hampir tidak terlihat karena kurang kontras dengan air
dimana mereka mungkin berada. Pewarnaan sangat dibutuhkan untuk melihat
bakteri dengan sangat jelas baik untuk pengamatan intraseluler maupun
morfologi keseluruhan. Pewarnaan terhadap bakteri secara garis besar, dibagi
menjadi dua, yaitu:
1. Pewarnaan bakteri hidup
Pewarnaan bakteri hidup dilakukan dengan menggunakan bahan warna yang
tidak toksis tetapi jarang dikerjakan karena bakteri hidup sukar menyerap
warna. Pewarnaan bakteri hidup dilakukan untuk melihat pergerakan bakteri,
serta pemeriksaannya dilakukan dengan menggunakan tetes gantung (hanging
drop)
2. Pewarnaan bakteri mati
Pewarnaan terhadap bakteri yang telah dimatikan disebut fixed state.
Pewarnaan bakteri mati bertujuan untuk melihat struktur luar bahkan struktur
dalam bakteri, memperjelas ukuran bakteri dan melihat reaksi bakteri terhadap
pewarna yang diberikan sehingga dapat diketahui sifat-sifat fisik dan kimia
dari bakteri tersebut.

3.3. Macam - Macam Pewarnaan bakteri


1. Pewarnaan Sederhana
Pewarnaan sederhana adalah pewarnaan yang menggunakan pewarna
tunggal. Pewarna tunggal yang biasanya digunakan dalam pewarnaan
sederhana adalah Methylene Blue, Basic Fuchsin, dan Crystal Violet . Semua
pewarna tersebut dapat bekerja dengan baik pada bakteri karena bersifat basa
dan alkalin (kromoforiknya bermuatan positif), sedangkan sitoplasma bakteri
bersifat basofilik (suka terhadap basa) sehingga terjadilah gaya tarik antara
komponen kromofor pada pewarna dengan sel bakteri, hal tersebut
menyebabkan bakteri dapat menyerap pewarna dengan baik. Pewarnaan
sederhana bertujuan untuk memberikan kontras antara bakteri dan latar
belakang. Pewarnaan sederhana dilakukan ketika kita ingin mengetahui
informasi tentang bentuk dan ukuran sel bakteri. Gambar pewarnaan
sederhana yang dilihat dibawah mikroskop
2. Pewarnaan Negatif
Pewarnaan Negatif adalah pewarnaan yang menggunakan pewarna asam
seperti Negrosin, Eosin, atau Tinta India sebagai pewarna utama. Pewarnaan
negatif dilakukan pada bakteri yang sukar diwarnai oleh pewarna sederhana
seperti spirochaeta. Pewarnaan negatif bertujuan untuk memberi warna gelap
pada latar belakang dan tidak memberi warna pada sel bakteri. Hal tersebut
dapat terjadi karena pada pewarnaan negatif, pewarna yang digunakan adalah
pewarna asam dan memiliki komponen kromoforik yang bermuatan negatif,
yang juga dimiliki oleh sitoplasma bakteri. Sehingga pewarna tidak dapat
menembus atau berpenetrasi ke dalam sel bakteri karena negatif charge pada
permukaan sel bakteri. Pada pewarnaan negatif ini, sel bakteri terlihat
transparan (tembus pandang). Gambar pewarnaan negative dilihat dari
mikroskop
3. Pewarnaan Diferensial
Pewarnaan Diferensial adalah teknik pewarnaan yang dilakukan untuk
mengetahui perebedaan antara sel-sel dari tiap-tiap mikroba. Pewarnaan
diferensial menggunakan dua pewarna atau lebih. Pewarnaan diferensial
antara lain meliputi :
a. Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram digunakan untuk membedakan bakteri gram positif
dan bakteri gram negatif berdasarkan sifat fisik dan kimia dinding sel
bakteri. Pewarnaan gram menggunakan pewarna utama Kristal Violet dan
pewarna tandingan Safranin.Keberhasilan metode ini sangat bergantung
pada dinding sel, maka dari itu metode ini tidak dapat dilakukan pada
bakteri yang tidak memiliki dinding sel seperti genus nacordia dan
mycoplasma.
Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya, ilmuwan Denmark
Hans Christian Gram (1853 – 1938) yang mengembangkan teknik ini pada
tahun 1884 untuk membedakan antara pneumokokus dan bakteri Klebsiella
pneumoniae. Tujuan dari pewarnaan adalah untuk memudahkan melihat
bakteri dengan mikroskop, memperjelas ukuran dan bentuk bakteri, untuk
melihat struktur luar dan struktur dalam bakteri seperti dinding sel dan
vakuola, menghasilkan sifat-sifat fisik dan kimia yang khas daripada
bakteri dengan zat warna, serta meningkatkan kontras mikroorganisme
dengan sekitarnya. Pewarnaan ini dapat membagi bakteri menjadi gram
positif dan gram negatif berdasarkan kemampuannya untuk menahan
pewarna primer (kristal ungu) atau kehilangan warna primer dan menerima
warna tandingan (safranin).
Bakteri gram positif menunjukkan warna biru atau ungu dengan
pewarnaan ini, sedangkan bakteri gram negatif menunjukkan warna merah.
Perbedaan respon terhadap mekanisme pewarnaan gram pada bakteri
adalah didasarkan pada struktur dan komposisi dinding sel bakteri. Bakteri
gram positif mengandung protein dan gram negatif mengandung lemak
dalam presentase lebih tinggi dan dinding selnya tipis. Pemberian alkohol
(etanol) pada praktikum pewarnaan bakteri, menyebabkan terekstraksi lipid
sehingga memperbesar permeabilitas dinding sel. Pewarnaan safranin
masuk ke dalam sel dan menyebabkan sel menjadi berwarna merah pada
bakteri gram negatif sedangkan pada bakteri gram positif dinding selnya
terdehidrasi dengan perlakuan alkohol, pori – pori mengkerut, daya rembes
dinding sel dan membran menurun sehingga pewarna safranin tidak dapat
masuk sehingga sel berwarna ungu, yang merupakan warna dari Kristal
Violet.
Perwarnaan Gram menggunakan Gram A (cat Kristal violet), Gram B
(Lyugol iodine), Gram C (etanol : aseton = 1:1), Gram D (cat safranin). Cat
Gram A berwarna ungu (kristal violet). Cat Gram A merupakan cat primer
yang akan memberi warna mikroorganisme target. Pada saat diberi cat ini,
semua mikroorganisme akan berwarna ungu sesuai warna cat. Komposisi
cat A yaitu
1) Kristal violet : 2 gram
2) Alkohol 95% : 20 ml
3) Aquadest : 80 ml
4) Amonium oksalat : 0,8 gram
Cat Gram B berwarna coklat. Cat Gram B merupakan cat Mordan, yaitu
cat atau bahan kimia yang berfungsi memfiksasi cat primer yang diserap
mikroorganisme target. Akibat pemberian cat Gram B, maka pengikatan
warna oleh bakteri akan lebih baik (lebih kuat). Komposisi cat B yaitu :
1) Iodium : 1 gram
2) Kalium iodida : 2 gram
3) Aquadest : 300ml
Cat Gram C tidak berwarna. Cat ini berfungsi untuk melunturkan cat
sebelumnya. Akibat pemberian cat C akan terjadi 2 kemungkinan :
Mikroorganisme (bakteri) akan tetap berwarna ungu, karena tahan terhadap
alkohol. Ikatan antara cat dengan bakteri tidak dilunturkan oleh alkohol.
Bakteri yang bersifat demikian disebut bakteri Gram positif dan Bakteri
tidak akan berwarna, karena tidak tahan terhadap alkohol. Ikatan antara cat
dengan bakteri dilunturkan oleh alkohol. Bakteri yang bersifat demikian
dikelompokkan sebagai bakteri Gram negatif. Komposisi cat C yaitu :
Aceton : 50 ml
Alkohol 95% : 50 ml
Cat Gram D Merupakan cat skunder atau kontras. Cat ini berwarna
merah berfungsi sebagai pemberi warna mikroorganisme non target.Cat
Skunder mempunyai spektrum warna yang berbeda dari cat primer. Akibat
pemberian cat gram D yaitu Bakteri gram positif akan tetap berwarna ungu
karena tidak jenuh mengikuti cat gram A sehingga tidak mampu lagi
mengikat cat gram D dan Bakteri gram negatif berwarna merah karena cat
sebelumnya telah dilunturkan oleh cat gram C, maka akan mampu
mengikat cat gram D. Komposisi cat gram D yaitu :
Safranin O : 0,25 gram
Alkohol 95% : 10 ml
Aquadest : 90 ml
Perbedaan dinding sel bakteri gram positif dan bakteri gram negatif :
Hasil pengamatan preparat bakteri gram postif dan gram negatif pada
mikroskop : S. aureus, gram positif E. Coli , gram negatif
b. Pewarnaan Tahan Asam
Beberapa spesies bakteri pada genus Mycobacterium,
Cryptosporidium dan Nocardia tidak dapat diwarnai dengan pewarnaan
sederhana. Namun, mikroorganisme ini dapat diwarnai dengan menggunakan
Karbol Fuchsin yang dipanaskan. Panas membuat pewarna dapat terserap oleh
sel bakteri karena panas dapat menghilangkan lapisan lilin pada dinding sel
bakteri. Sekali bakteri tahan asam menyerap karbol fuchsin, maka akan sangat
sulit untuk dilunturkan dengan asam-alkohol, oleh karena itu merka disebut
bakteri tahan asam.
Bakteri tahan asam memiliki kadar lemak (asam mycolic) yang tinggi
pada dinding sel mereka. Pada pewarnaan bakteri asam menggunakan metode
Ziehl-Neelsen (juga disebut Hot Stain), bakteri tahan asam akan berwarna
merah karena menyerap pewarna karbol fuchsin yang dipanaskan, karena
pada saat pemanasan dinding sel bakteri yang memiliki banyak lemak
membuka sehingga pewarna dapat terserap. Namun tidak dapat dilunturkan
dengan asam alkohol karena pada saat suhu normal lemak pada dinding sel
bakteri kembali menutup, sehingga ketika diwarnai dengan pewarna
tandingan, yaitu Methylene Blue, warnanya tetap merah.
Berbeda dengan bakteri tidak tahan asam, ia akan menyerap pewarna
tandingan yaitu methylene blue sehingga berwarna biru. Pada metode
Kinyoun-Gabbet, tidak perlu dilakukan pemanasan, maka dari itu metode
Kinyoun-Gabbet juga disebut Cold Stain. Metode Kinyoun-Gabbet tidak perlu
dilakukan dengan pemanasan karena pada pewarna Kinyoun terdapat alkali
fuchsin dengan konsentrasi yang tinggi, sehingga walau tanpa pemanasan
dapat menghilangkan lapisan lilin pada dinding sel bakteri tahan asam.
Komposisi Kinyoun antara lain: alkali fuchsin, fenol, alkohol 95%,
dan aquades. Sebagai pewarna tandingan adalah Gabbet, yang memiliki
komposisi antara lain : methylene blue, asam sulfat 96%, alkohol murni, dan
aquades. Sama seperti pada metode Ziehl-Neelsen, bakteri tahan asam akan
berwarna merah, sedangkan bakteri tidak tahan asam akan berwarna biru.
BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan


sifat-sifat yang khas, begitu pula dengan bakteri. Bakteri yang hidup hampir tidak
berwarna dan kontras dengan air, dimana sel-sel bakteri tersebut disuspensikan.
Salah satu cara untuk mengamati bentuk sel bakteri sehingga mudah untuk
diidentifikasi ialah dengan metode pengecatan atau pewarnaan. Hal tersebut juga
berfungsi untuk mengetahui sifat fisiologisnya yaitu mengetahui reaksi dinding
sel bakteri melalui serangkaian pengecatan.

Bakteri tahan asam adalah bakteri yang pada pengecatan Ziehl-Neelsen


(ZN) tetap mengikat warna pertama, tidak luntur oleh asam dan alkohol,
sehingga tidak mampu mengikat warna kedua. Bakteri tersebut ketika diamati
dibawah mikroskop tampak berwarna merah dengan warna dasar biru muda.
Terdapat lebih dari 50 spesies Mycobacterium, antara lain banyak yang
merupakan saprofit.

4.2. Saran

Untuk mahasiswa maupun pelajar terus menambah wawasan dengan


banyak membaca sehingga dapat mengetahui dan membedakan jens bakter gram
positif dan negative serta bkteri yang tahan asanm dan tidak tahan asam
DAFTAR PUSTAKA

Kenneth, Stephen. Mikrobiologi dan penyakit infeksi. Karisma publishing group.


Pamulang. 2011

http://kesmas-unsoed.blogspot.com/2010/06/laporan-praktikum-bakteri-tahan-
asam.html

Anda mungkin juga menyukai