TUJUAN
1. Menghasilkan SDM yang berkualitas dan profesional dalam bidangnya
2. Terpenuhinya sarana dan prasarana yang terstandarisasi sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi
3. Tercapainya suasana belajar yang kondusif
4. Terwujudnya rasa aman selama kegiatan praktikum
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-NYA
kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Pedoman laboratorium Terpadu Politeknik Kesehatan
Kemenkes Ternate.
Pedoman Laboratorium ini disusun dengan maksud untuk menjamin terjadinya proses
pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi mahasiswa serta merupakan pedoman
untuk melaksanakan penilaian dan mengawasi proses pembelajaran praktika di Laboratorium Terpadu.
Tidak lupa banyak terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan
Pedoman Laboratorium ini. Harapan kami, semoga Pedoman laboratorium ini dapat bermanfaat untuk
semua.
DAFTAR ISI
COVER
Tim Penyusun...................................................................................................... i
PENDAHULUAN
Keperawatan transkultural merupakan suatu wacana dan bahasan yang belum banyak
didiskusikan, padahal kasus transkultural banyak sekali terjadi di rumah sakit, beberapa perawat belum
bisa menangani apabila muncul masalah transkultural. Modul ini berisi tentang bagaimana seorang
perawat profesional memecahkan kasus yang ditemui ketika menjalankan praktik keperawatan di rumah
sakit dan menyajikan tahap-tahap penyelesaian masalah yang didasari oleh konsep ilmu pengetahuan
yang merupakan body of knowledge di bidang keperawatan, mulai dari pentingnya keperawatan
transkultural, pengkajian pada pasien sampai bagaimana tindakan keperawatan yang sesuai dengan
budaya pasien. Pemecahan masalah tersebut diberikan contoh berupa gambaran-gambaran kasus yang
merupakan hasil kajian dan hasil penelitian.
Kita tinjau penduduk di dunia. Jumlah penduduk dunia meningkat dengan cepat, populasi di
masing – masing wilayah berubah baik jumlah maupun variasinya. Populasi di dunia meningkat 6,1
milyar di tahu 2000, dan di tahun 2002 diprediksi meningkat 7,6 milyar. Peningkatan jumlah penduduk
terutama di kota besar disebabkan oleh perpindahan penduduk yang cepat setiap tahunnya, hal ini akan
menyebabkan variasi kultur atau multikultural pada suatu daerah atau wilayah tertentu. Misalnya, di
australia banyak pendatang dari indonesia, thailand, china dan india, oleh karena itu ketika seorang
pendatang mempunyai masalah kesehatan di tempat tinggal barunya akan dipengaruhi oleh
budayanya. Berdasar hal tersebut menjadi sangat penting setiap tenaga kesehatan termasuk perawat
untuk mengetahui bagaimana merawat pasien dengan berbagai latar belakang budaya yang berbeda.
Penanganan pasien dengan perbedaan latar belakang budaya dalam keperawatan dikenal dengan
transkultural nursing atau keperawatan transkultural.
Keperawatan transkultural merupakan istilah yang kadang digunakan secara bergantian dengan
keperawatan antar kultur, interkultural, atau multikultural mengacu pada formal disiplin ilmu dan
praktik yang dipusatkan pada nilai, kepercayaan, dan praktik asuhan kultur untuk individu dan kelompok
dengan kultur tertentu (brunner dan suddart,2007).beberapa alasan lain mengapa kita perlu
mengembangkan keperawatan transkulutural diantaranya adalah, kita ambil alasan mulai dari alasan
globalisasi, dunia sedang menghadapi era globalisasi, perdagangan bebas akan terjadi di berbagai
negara. World trade organization (WTO) adalah suatu organisasi yang bergerak pada semua bidang
perdagangan dunia seperti hasil bumi, konstruksi bangunan, bidang kesehatan dan sebagainya.indonesia
menjadi anggota WTO pada bulan mei 1998 (syaff,1999). Dengan demikian dalam menyongsong era
globalisasi ini di indonesia pun mulai terjadi persaingan bebas di berbagai bidang. Perubahan di era
kesejagatan ini seorang perawat atau tenaga kesehatan lain harus berpikir, berbuat atau berpandangan
global, dengan adanya perdagangan bebas di bidang jasa, seorang perawat profesional akan merawat
pasien dari berbagai belahan dunia.
Bidang keperawatn merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pelayanan kesehatan,
bidang ini dalam menyambut persaingan bebas dengan meningkatkan profesionalismenya menyambut
era globalisasi ini berbagai bidang mengembangkan profesionalismenya bidang keperawatan
menerapkan model praktik keperawtan profesional (MPKP). Salah satu sub sistem dari MPKP ini adalah
metode pemberian asuhan keperawatan dimana pendekatan transkultural merupakan salah satu dasar
teori yang dipakai dalam pemberian asuhan keperawatan. MPKP adalah praktik keperawatan yang ideal
yang bertujuan untuk meningkatkan kepuasaan klien dan perawat sehingga melalui model ini
diharapkan tercapai ke lima sub sistem yang ada di dalamnya.
Metode pemberian asuhan keperawatn yang merupakan salah satu sub sistem dari moedel
praktik keperawatan profesional adalah cara pendekatan pemberian asuhan keperawatan yang
profesional. Profesianisme keperawatan salah satunya bisa dilihat dari peran dan fungsinya sebagai
perawat profesional, dengan demikian penting diketahui oleh seorang perawat apa peran dan fungsi
tersebut, sebagai bukti kalau tindakan keperawatan adalah profesional, di antaranya adalah dengan
penerapan model konsep dalam melakukan tindakan asuhan keperawatan, dengan demikian dalam bab
selanjutnya dibahas tentang berbagai model konsep yang dipakai perawat sebagai dasar untuk
melakukan tindakan keperawatan. Dalam pendekatan ini di pakai berbagai teori yang mendasari praktik
keperawatan (pemberian asuhan keperawatan) terahadap individu yang holistik seperti teori self care
dari orem, teori caring dari watson, teori adaptasi dari roy dan sebagainya ( tomey 1994). Salah satu dari
berbagai teori tersebut yang berkembang saat ini adalah teori transkultural dari leininger (1983).
Landasan teori dalam praktik keprawatan sesuai dengan definisi menurut the american nurses’
assocation (ANA), dapat di simpulkan bahwa praktik keperawatan profesional dalam pemberian asuhan
keperwatan menggunakan pengetahuan teoritik (ilmu dasar) dan ilmu keperawatan untuk
melaksanakan proses keperawatan.hal ini di dukung oleh pernyataan nurachmah (1999) bahwa
seyogyanya praktik keperawatan berlandaskan teori dan hasil riset. Teori keperawatan atau konsep
model dalam keperawatan merupakan teori yang mendasari bagaimana seorang perawat dalam
mengaplikasikan praktik keperawatan, beberapa teori diantaranya adalah teori self care dari orem, teori
adaptasi dari roy, teori komunikasi terapeutik dari peplau, teori goal attement dari bety newman dan
sebagainya. Leininger’s konsep model yang dikenal dengan sunrise modelnya yang dikenal dengan
sunrise modelnya merupakan salah satu teori yang diaplikasikan dalam praktik keperawatan.
Hasil temuan dalam penelitian di bidang keperawatan pada era globalisasi ini adalah, akibat
berkembangnya berbagai penyakit dan biaya kesehatan yang semakin mahal, maka makin banyak
masyarakat yang di rawat di rumah sakit ataupun tidak di rawat menggunakan tradisional healer dalam
mengkombinasi pengobatan medisin. Manajemen keperawatan yang terkait dengan isu tersebut adalah
di butuhkannya penerapan teori Leininger yaitu keperawatan transkultural (Transkultural Nursing)
dalam manajemen asuhan keperawatan. Aplikasi teori ini berbentuk mata ajar yang bernama
Transkultural Nursingyang menjadi mata kuliah inti dan mata ajar yang berbasis kompetensi dalam
kurikulum pendidikan sarjana keperawatan. Keperawatan transkultural (transkultural nursing) yang
merupakan model asuhan keperawatan baik di rumah sakit maupun di komunitas dengan berbasiskan
budaya. Keperawatan Transkultural yaitu ilmu dan kiat yang humanis yang di fokuskan pada prilaku
individu atau kelompok, serta proses untuk mempertahankan atau meningkatkan prilaku sehat dan
prilaku sakit secara fisik dan psikokultural sesuai latar belakang budaya (Leininger, 1978). Pelayanan
keperawatan transkultural di berikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya.
KEGIATAN BELAJAR
1
PENGANTAR
KEPERAWATAN
TRANSKULTURAL
TUJUAN
PEMBELAJARA
N
Pokok Bahasan :
1. Pengantar Keperawatan Transkultural
Uraian Materi
1. Pengertian Transkultural
Transkultural berasal dari kata ‘’trans’’ dan ‘’culture’’. Trans berarti alur
perpindahan, jalan lintas dan penghubung. Kultur berarti melalui dan budaya. Menurut
kamus besar bahasa Indonesia ‘’trans ‘’ berarti melintang, melintas, menembus, ‘‘culture’’
berarti kebudayaan, cara pemeliharaan, kebudayaan.
Keperawatan transkultural merupakan suatu cabang dalam keperawatan yang
berfokus pada studi komparatif dan analisis tentang budaya dan sub budaya yang berbeda
di dunia yang menghargai perilaku caring, layanan keperawatan, nilai-nilai, keyakinan
tentang sehat sakit, serta pola-pola tingkah laku yang bertujuan mengembangkan body of
knowledge yang ilmiah dan humanistik guna memberi tempat praktik keperawatan pada
budaya tertentu dan budaya universal (Leininger, 1979).
1. Manusia
Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan norma-norma yang
diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan ( Leininger 1984 dalam
barnum ,1998; Giger & Davidhizar, 1995 dan Andrew & boyle ,1995 ).menurut leininger
( 1984 ),manusia mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan budayanya setiap saat
dan dimana saja dia berada.
Klien yang dirawat di rumah sakit harus belajar budaya baru ,yaitu budaya rumah sakit
,selain membawa budayanya sendiri. Klien secara aktif memilih budaya dari lingkungan,
termasuk dari perawat dan semua pengunjung di rumah sakit. Klien yang sedang dirawat belajar
agar cepat pulih dan segera pulang ke rumah untuk memulai aktivitas hidup yang lebih sehat.
2. Kesehatan
Kesehatan adalah keseluruhan aktivitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupanya
yang terletak pada rentang sehat sakit (Leininger ,1978 ).Kesehatan merupakan suatu keyakinan,
nilai, pola kegiatan yang dalam konteks budaya digunakan untuk menjaga dan memelihara
keadaan seimbang/sehat, yang dapat diamati dalam aktivitas sehari-hari ( Andrew & Boyle ,
1995). Kesehatan menjadi focus dalam interaksi antara perawat dank lien.
Menurut Depkes (1999 ), sehat adalah keadaan yang memungkinkan seorang produktif.
Klien yang sehat adalah yang sejahtera dan seimbang secara berlanjut dan produktif.Produktif
bermakna dapat menumbuhkan dan mengembangkan kualitas hidup secara optimal.Klien
memiliki kesempatan yang lebih luas untuk memfungsikan diri sebaik mungkin di tempat ia
berada.
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama, yaitu ingin mempertahankan keadaan
sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Leininger ,1978 ). Asuhan keperawatan yang
diberikan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien memilih secara aktif budaya yang
sesuai dengan status kesehatannya. Untuk memilih secara aktif budaya yang sesuai dengan
status kesehatannya, klien harus mempelajari lingkunganya. Sehat yang akan dicapai adalah
kesehatan yang holistic dan humanistic karena melibatkan peran serta klien yang lebih dominan.
3. Lingkungan
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau lingkungan yang diciptakan oleh manusia,
seperti daerah khatulistiwa, pegunungan , pemukiman padat , dan iklim tropis ( Andrew & boyle,
1995 ). Lingkungan fisik dapat membentuk budaya tertentu, misalnya bentuk rumah di daerah
panas yang mempunyai banyak lubang , berbeda dengan bentuk rumah orang Eskimo yang
hampir tertutup rapat ( Andrew & Boyle ,1995 ).Daerah pedesaan atau perkotaan dapat
menimbulkan pola penyakit tertentu, seperti infeksi saluran pernafasan akut pada balita di
Indonesia lebih tinggi di daerah perkotaan ( Depkes ,1999 ).Bring ( 1984 dalam Kozier &Erb ,
1995 ) menyatakan bahwa respon klien terhadap lingkungan baru, misalnya rumah sakit
dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-norma yang diyakini klien.
Semua faktor tersebut berbeda pada setiap negara atau area, sesuai dengan kondisi
masing-masing daerah, dan akan mempengaruhi pola/cara praktik keperawatan. Semua langkah
perawatan tersebut ditujukan untuk pemeliharaan kesehatan holistik, penyembuhan
penyakit,dan persiapan kematian.oleh karena itu harus dikaji perawat sebelum memberikan
asuhan keperawatan kepada pasien sebab masing-masing faktor mempengaruhi terhadap
ekspresi, pola,praktik keperawatan.Dengan demikian faktor tersebut besar kontribusinya
terhadap pencapaian kesehatan secara holistik.Dari faktor tersebut masuk kedalam level
pertama yaitu tahap pengkajian.
Dalam tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien harus memperhatikan tiga
prinsip asuhan keperawatan yaitu :
Hasil akhir yang diperoleh melalui pendekatan keperawatan transkultural pada asuhan
keperawatan adalah tercapainya culture congruent nursing care health and well being yaitu
asuhan keperawatan yang kompeten berdasarkan budaya dan pengetahuan kesehatan yang
sensitif, kreatif, serta cara-cara yang bermakna untuk mencapai tingkat kesehatan dan
kesejahteraan bagi masyarakat.
RANGKUMAN
1. Manusia sebagai perawat, pasien, keluarga dan masyarakat adalah individu yang holistik
mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi, kultural dan kebutuhan spiritual.
2. Rumah sakit merupakan tatanan kesehatan, tempat bertemunya manusia dengan berbagai
peran dan latar belakang budaya yang berbeda-beda.
3. Perawat profesional berperan memberi asuhan keperawatan melalui proses keperawatan
berdasar kebutuhan holistik pasien, keluarga dan masyarakat berdasarkan teori
keperawatan.
4. Proses keperawatan transkultural merupakan salah satu dasar teori untuk memenuhi
asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya pasien.
5. Proses keperwatan transkultural di aplikasikan untuk mengurangi konflik perbedaan budaya
atau lintas budaya antara perawat sebagai profesional dan pasien.
EVALUASI
KEGIATAN BELAJAR
2
KEPERAWATAN TRANSKULTURAL
TUJUAN
PEMBELAJARA
N
Pokok Bahasan :
Uraian Materi
1. Definisi Budaya
yang di kirimkan melalui kehidupan sosial, seni agama, kelembagaan, dan semua hasil kerja
dan pemikiran manusia dari suatu kelompok manusia.
Banyak ahli budaya mendefinisikan arti budaya dan kebudayaan ini dengan berbagai
argumen, tetapi intinya adalah sama, Koentjaraningrat (1990) menjelaskan bahwa
kebudayaan berasal dari bahasa Sangsekerta buddayah yang berarti budi atau akal, bisa juga
daya dari budi, sedangkan kebudayaan adalah hasil cipta, rasa dan karsa. Kessing (1992)
mengadopsi berbagai pengertian kebudayaan dari para ahli yang kemudian dapat di
simpulkan bahwa budaya adalah suatu yang mengandung unsur pengetahuan, kepercayaan,
adat istiadat, perilaku yang merupakan kebiasaan yang di wariskan. Budaya atau
kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk
jamak dari buddhi (budi atau akal) di artikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan
akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan di sebut culture, yang berasal dari kata
latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan. Bisa di artikan juga sebagai mengolah tanah
atau bertani. Kata culture juga kadang di terjemahkan sebagai “kultur” dalam bahasa
Indonesia.
sekumpulan ide yang di gunakan manusia untuk menjawab permasalahan hidup yang
mendasar.
Zanden (1990) menjelaskan bahwa istilah kultur mengacu pada warisan sosial
masyarakat yang mempelajari pola berpikir, merasa, dan bertindak yang di tularkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya termasuk penggunaan pola-pola tersebut dalam sesuatu
yang bersifat materi. Sementara itu Samovar dan Porter (1995) mengutip pernyataan
Adamson dan Frost yang mengatakan bahwa kultur merupakan pola tingkah laku yang di
pelajari yang merupakan satu kesatuan system yang bukan hasil dari keturunan. Dari semua
definisi di atas jelaslah bahwa kultur atau memiliki karakteristik sendiri. Dari berbagai
definisi tersebut, dapat di peroleh pengertian mengenai kebudayaan yaitu sistem
pengetahuan yang meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia,
sehingga dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan
perwujudan kebudayaan adalah benda-benda yang di ciptakan oleh manusia sebagai
makhluk yang berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya
pola-pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya di tujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
2. Karakteristik Budaya
Ketiga, budaya adalah adaptasi pada lingkungan yang mencerminkan kondisi khusus
pada sekelompok manusia seperti bentuk rumah, alat-alat dan sebagainya, adaptasi budaya
pada negara maju diadopsi sesuai dengan teknologi yang tinggi. Keempat, budaya adalah
proses yang selalu berubah dan dinamis, berubah seiring kondisi kebutuhan kelompoknya,
misalnya tentang partisipasi wanita dan sebagainya. Penelitian Brunner (1970) yang di tulis
Koentjaraningrat (1990), pada suku Batak Toba di Indonesia yang beradaptasi dengan suku
Sunda dengan merubah adat ketatnya karena menyesuaikan diri dengan budaya setempat.
1. Budaya itu bukan keturunan tapi di pelajari, Jika seorang anak lahir di Amerika dari orang tua
yang berkebangsaan Indonesia maka tidaklah secara otomatis anak itu bisa berbicara dengan
bahasa Indonesia tanpa ada proses pembelajaran oleh orang tuanya.
2. Budaya itu di transfer dari satu generasi ke generasi berikutnya, Kita mengetahui banyak hal
tentang kehidupan yang berhubungan dengan budaya karena generasi sebelum kita
mengajarkan banyak hal tersebut. Suatu contoh upacara penguburan placenta pada masyarakat
Jawa, masyarakat tersebut tidak belajar secara formal tetapi mengikuti perilaku nenek
moyangnya.
3. Budaya itu berdasarkan symbol, Untuk bisa mempelajari budaya orang memerlukan simbol.
Dengan simbol inilah nantinya kita dapat saling bertukar pikiran dan komunikasi sehingga
memungkinkan terjadinya proses transfer budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Contoh beberapa simbol yang mengkarakteristikan budaya adalah kalung pada suku dayak,
manik-manik, gelang yang semua itu menandakan simbil pada budaya tertentu.
4. Budaya itu hal yang biasa berubah, karena budaya merupakan system yang dinamis dan adaptif
maka budaya rentan terhadap adanya perubahan. Misalnya pada sekelompok masyarakat
merayakan hari kelahiran dengan tumpeng atau nasi kuning, pada zaman modern tradisi
tersebut berubah yaitu menjadi kue ulang tahun.
5. Budaya itu bersifat menyeluruh, satu elemen budaya dapat mempengaruhi elemen-elemen
budaya yang lain. Misalnya lingkungan sosial akan mempengaruhi perilaku seseorang yang
tinggal di lingkungan tersebut. Budaya itu etnosentris, adanya anggapan bahwa budaya kitalah
yang paling baik di antara budaya-budaya yang lain. Suku Badui akan merasa budaya Badui yang
benar, apabila melihat perilaku budaya dari suku lain di anggap aneh, hal ini terjadi pada
kelompok suku yang lain juga.
Meskipun tiap kelompok memiliki pola yang dapat di lihat yang membantu
membedakannya dengan kelompok lain, sebagian besar individu juga mengungkapkan
keyakinan atau sifat yang tidak sesuai dengan norma kelompok. Seseorang bisa sangat
tradisional dalam satu aspek dan sangat modern dalam aspek lain. Ketika orang sakit, mereka
kadang menjadi lebih tradisional dalam harapan mereka dan pemikiran mereka. Juga ada variasi
signifikan dengan dan antara kelompok. Pengetahuan tentang kelompok juga bernilai ketika
memberikan sekumpulan harapan realistik. Tetapi, hanya dengan belajar tentang individu atau
keluarga yang di hadapi sehingga tenaga medis dapat memahami dalam hal apa pola kelompok
bermakna (Leininger 2000).
Budaya merupakan salah satu dari perwujudan atau bentuk interaksi yang nyata sebagai
manusia yang bersifat sosial. Budaya yang berupa norma, adat istiadat menjadi acuan perilaku
manusia dalam kehidupan dengan yang lain. Pola kehidupan yang berlangsung lama dalam
suatu tempat, selalu diulangi, membuat manusia terikat dalam proses yang dijalaninya.
Keberlangsungan terus-menerus dan lama merupakan proses internalisasi dari suatu nilai-nilai
yang mempengaruhi pembentukan karakter, pola pikir, pola interaksi perilaku yang kesemuanya
itu akan mempunyai pengaruh pada pendekatan intervensi keperawatan (cultural nursing
approach).
Budaya mempunyai pengaruh luas terhadap kehidupan individu. Oleh sebab itu, penting
bagi perawat mengenal latar belakang budaya orang yang dirawat (Pasien). Misalnya kebiasaan
hidup sehari-hari, seperti tidur, makan, kebersihan diri, pekerjaan, pergaulan sosial, praktik
kesehatan, pendidikan anak, ekspresi perasaan, hubungan kekeluargaaan, peranan masing-
masing orang menurut umur. Kultur juga terbagi dalam sub-kultur. Subkultur adalah kelompok
pada suatu kultur yang tidak seluruhnya mengaanut pandangan keompok kultur yang lebih
besar atau member makna yang berbeda. Kebiasaan hidup juga saling berkaitan dengan
kebiasaan cultural.
Nilai-nilai budaya Timur, menyebabkan sulitnya wanita yang hamil mendapat pelayanan
dari dokter pria. Dalam beberapa setting, lebih mudah menerima pelayanan kesehatan pre-natal
dari dokter wanita dan bidan. Hal ini menunjukkan bahwa budaya Timur masih kental dengan
hal – hal yang dianggap tabu.
Dalam tahun-tahun terakhir ini, makin ditekankan pentingnya pengaruh kultur terhadap
pelayanan perawatan. Perawatan Transkultural merupakan bidang yang relative baru; ia
berfokus pada studi perbandingan nilai-nilai dan praktik budaya tentang kesehatan dan
hubungannya dengan perawatannya. Leininger ( 1991 ) mengatakan bahwa transkultural
nursing merupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan perbedaan maupun
kesamaan nilai-nilai budaya (nilai budaya yang berbeda ras, yang mempengaruhi pada
seseorang perawat saat melakukan asuhan keperawatan kepada pasien). Perawatan
transkultural adalah berkaitan dengan praktik budaya yang ditujukan untuk pemujaan dan
pengobatan rakyat (tradisional). Caring practices adalah kegiatan perlindungan dan bantuan
yang berkaitan dengan kesehatan.
Menurut Dr. Madelini Leininger, studi praktik pelayanan kesehatan transkultural adalah
berfungsi untuk meningkatkan pemahaman atas tingkah laku manusia dalam kaitan dengan
kesehatannya. Dengan mengidentifikasi praktik kesehatan dalam berbagai budaya (kultur), baik
di masa lampau maupun zaman sekarang akan terkumpul persamaan-persamaan. Lininger
berpendapat, kombinasi pengetahuan tentang pola praktik transkultural dengan kemajuan
teknologi dapat menyebabkan makin sempurnanya pelayanan perawatan dan kesehatan orang
banyak dan berbagai kultur.
RANGKUMAN
EVALUASI
KEGIATAN BELAJAR
3
ANTROPOLOGI
KESEHATAN
TUJUAN
PEMBELAJARA
N
Pokok Bahasan :
Antropologi Kesehatan
Uraian Materi
ANTROPOLOGI KESEHATAN
Antropologi berasal dari bahasa Yunani anthropos yang berarti manusia atau
“orang”, dan logos yang berarti ilmu. Antropologi mempelajari manusia sebagai makhluk
biologis sekaligus makhluk sosial. Antropologi memiliki dua sisi holistik di mana meneliti
manusia pada tiap waktu dan tiap dimensi kemanusiaannya. Arus utama inilah yang secara
tradisional memisahkan antropologi dari di siplin ilmu kemanusiaan lainnya yang
menekankan pada perbandingan/perbedaan budaya antar manusia. Walaupun begitu sisi ini
banyak di perdebatkan dan menjadi kontroversi sehingga metode antropologi sekarang
seringkali di lakukan pada pemusatan penelitian pada penduduk yang merupakan masyarakat
tunggal. (Koentjaraningrat, 1990). Antropologi adalah ilmu yang mempelajari umat manusia
pada umumnya dengan mempelajari aneka warna, bentuk fisik masyarakat serta kebudayaan
yang di hasilkan. Dari definisi tersebut, dapat di susun pengertian sederhana antropologi,
yaitu sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta
kebudayaan (cara-cara berprilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai) yang di hasilkan sehimgga setiap
manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
Secara garis besar ada empat sumber yang membuat bidang antropologi kesehatan
berkembang. Sumber yang pertama adalah antropologi fisik yang memfokuskan
perhatiannya pada keterkaitan antara penyakit yang di temukan pada suatu populasi
manusia dengan cara hidup yang beradab. Contoh antropologi fisik yang sedang berkembang
adalah ‘kedokteran forensik’ seperti mengidentifikasi umur, jenis kelamin, peninggalan ras
manusia akibat unsur kejahatan, dan penentuan orang tua melalui tipe darah. Sumber yang
kedua adalah berkembangnya Etnomedisin yakni kepercayaan dan praktik-praktik yang
berkenaan dengan penyakit, yang merupakan hasil dari perkembangan kebudayaan asli dan
yang eksplisit tidak berasal dari kerangka konseptual kedokteran modern.
Sumber yang ketiga berkenaan dengan di adakannya studi tentang kebudayaan dan
kepribadian. Sejak pertengahan 1930-an banyak ahli antropologi yang meneliti tentang
kepribadian orang dewasa, atau sifat-sifat, dan lingkungan sosial budaya di mana tingkahlaku
itu terjadi. Sumber yang keempat adalah adanya perhatian terhadap kesehatan masyarakat
internasional. Para ahli antropologi dapat menjelaskan kepada petugas kesehatan mengenai
bagaimana kepercayaan-kepercayaan tradisional serta praktek-prakteknya bertentangan
dengan asumsi-asumsi pengobatan Barat, bagaimana faktor-faktor sosial mempengaruhi
keputusan-keputusan perawatan kesehatan dan bagaimana kesehatan dan penyakit semata-
mata merupakan aspek dari keseluruhan pola kebudayaan yang hanya berubah bila ada
perubahan sosial budaya yang mencakup banyak hal.
(1) penelitian mereka yang tujuannya adalah definisi komprehensif dan interpretasi tentang
hubungan timbal-balik bio-budaya, antara tingkahlaku manusia di masa lalu dan masa kini
dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan perhatian pada penggunaan
praktis dari pengetahuan tersebut.
(2) partisipasi profesional mereka dalam program-program yang bertujuan memperbaiki derajat
kesehatan melalui pemahaman yang lebih besar tentang hubungan antara gejala bio-sosial-
budaya dengan kesehatan, serta melalui perubahan tingkahlaku sehat ke arah yang di yakini
akan meningkatkan kesehatan yang lebih baik.
1) Tahun 1849
Rudolf Virchow, ahli patologi Jerman terkemuka, yang pada tahun 1849 menulis apabila
kedokteran adalah ilmu mengenai manusia yang sehat maupun yang sakit, maka apa
pula ilmu yang merumuskan hukum-hukum sebagai dasar struktur sosial, untuk
menjadikan efektif hal-hal yang inheren dalam manusia itu sendiri sehingga kedokteran
dapat melihat struktur sosial yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit, maka
kedokteran dapat ditetapkan sebagai antropologi. Namun demikian tidak dapat
dikatakan bahwa Vichrow berperan dalam pembentukan asal-usul bidang Antropologi
Kesehatan tersebut., munculnya bidang baru memerlukan lebih dari sekedar cetusan
inspirasi yang cemerlang.
2) Tahun 1953
3) Tahun 1963
Sepuluh tahun kemudian, Scoth memberi judul “Antropologi Kesehatan” dan Paul
membicarakan “Ahli Antropologi Kesehatan” dalam suatu artikel mengenai kedokteran
dan kesehatan masyarakat. Setelah itu baru ahli-ahli antropologi Amerika benar-benar
menghargai implikasi dari penelitian-penelitian tentang kesehatan dan penyakit bagi
ilmu antropologi.
Pengesahan lebih lanjut atas subdisiplin Antropologi Kesehatan ini adalah dengan
munculnya tulisan yang dibuat Pearsall (1963) yang berjudul Medical Behaviour Science
yang berorientasi antropologi, sejumlah besar (3000 judul) dari yang terdaftar dalam
bibliografi tersebut tak diragukan lagi menampakan pentingnya sistem medis bagi
Antropologi.
Manusia dan kebudayaannya, sebagai bahan kajian Antropologi. Sekitar abad ke-15-
16, bangsa-bangsa di Eropa mulai berlomba-lomba untuk menjelajahi dunia. Mulai
dari Afrika, Amerika, Asia, hingga ke Australia. Dalam penjelajahannya mereka
banyak menemukan hal-hal baru. Mereka juga banyak menjumpai suku-suku yang
asing bagi mereka. Kisah-kisah petualangan dan penemuan mereka kemudian
mereka catat di buku harian ataupun jurnal perjalanan. Mereka mencatat segala
sesuatu yang berhubungan dengan suku-suku asing tersebut. Mulai dari ciri-ciri fisik,
kebudayaan, susunan masyarakat, atau bahasa dari suku tersebut. Bahan-bahan yang
berisi tentang deskripsi suku asing tersebut kemudian dikenal dengan bahan
etnogragfi atau deskripsi tentang bangsa-bangsa.Bahan etnografi itu menarik
perhatian pelajar-pelajar di Eropa. Kemudian, pada permulaan abad ke-19 perhatian
bangsa Eropa terhadap bahan-bahan etnografi suku luar Eropa dari sudut pandang
ilmiah, menjadi sangat besar. Karena itu, timbul usaha-usaha untuk mengintegrasikan
seluruh himpunan bahan etnografi.
Pada fase ini, bahan-bahan etnografi tersebut telah disusun menjadi karangan-
karangan berdasarkan cara berpikir evolusi masyarakat pada saat itu. masyarakat dan
kebudayaan berevolusi secara perlahan-lahan dan dalam jangka waktu yang lama.
Mereka menganggap bangsa-bangsa selain Eropa sebagai bangsa-bangsa primitif
yang tertinggal, dan menganggap Eropa sebagai bangsa yang tinggi kebudayaannya.
Pada fase ini, Antopologi bertujuan akademis, mereka mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitif dengan maksud untuk memperoleh pemahaman tentang
tingkat-tingkat sejarah penyebaran kebudayaan manusia.
pilihan yang akan dilakukan bila masyarakat berada pada situasi yang baru. Antropologi
mempunyai 3 tujuan utama, yaitu:
1. Mendeskripsikan selengkap mungkin tata cara kehidupan manusia dari berbagai sudut
belahan bumi pada setiap periode dan karakter fisik manusia yang hidup pada kelompok
itu.
2. Memahami manusia sebagai kelompok tertentu secara keseluruhan.
3. Untuk menemukan prinsip-prinsip umum tentang gaya hidup manusia serta bagaimana
gaya hidup itu terbentuk.
Namun demikian, para ilmuan antropologi budaya tergantung pada informasi dari
ilmuwan ragawi mengenai unsur-unsur biologis yang unik pada manusia yang esensial dalam
pembentukan kebudayaan. Sebaliknya para ilmuwan antropologi ragawi juga sangat tertarik
pada ras manusia. Mereka mempergunakan berbagai konsep budaya untuk klasifikasi ras
manusia.
RANGKUMAN
1. Kebudayaan adalah pengetahuan yang dipelajari dan disebar kan dengan nilai, kepercayaan,
aturan perilaku, dan praktik gaya hidup yang menjadi acuan bagi kelompok tertentu dalam
berfikir dan bertindak dengan cara yang terpola.
Antropologi adalah sebuah ilmu yang mempelajari manusia dari segi keanekaragaman fisik serta
kebudayaan (cara-cara berperilaku, tradisi-tradisi, nilai-nilai)yang dihasilkan sehingga setiap
manusia yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda.
2. Antropologi kesehatan dapat didefinisikan sebagai aktifitas formal antropologi yang
berhubungan dengan kesehatan dan penyakit
3. Perilaku budaya terkait dengan sehat sakit pada masyarakat secara umum masih banyak
dilakukan pada keluarga secara turun temurun
4. Paradigm keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara kita melihat,
memikirkan, memberi makna , menyikapi dan memberi tindakan terhadap berbagai fenomena
yang ada dalam keperawtan
5. Manusia dari perspektif transcultural adalah individua tau kelompok yang memiliki nilai-nilai dan
norma-norma yang diyakini yang berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan
6. Sehat dan sakit atau kesehatan dalam perspektif transcultural nursing diartikan pandangan
masyarakat tentang kesehatan spesifik bergantung pada kelompok kebudayaannya teknologi
dan non-teknologi pekayanan kesehatan yang di terima bergantung pada budaya nilai dan
kepercayaan yang dianutnya
7. Klien dan perawat mempunyai tujuan yaitu ingin mempertahankam keadaan sehat dalam
rentang sehat sakit yang adaptif
8. Lingkungan sosial adalah keseluruhan stuktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi
individua tau kelompok kedalam masyarakatyang lebih luas
9. Perencanaan dan implementasi keperawatan diberikan sesuai dengan nilai-nilai yang relevan
EVALUASI
1. Apakah pengertian antropologi kesehatan ?
2. Bagaimanakah sejarah antropologi ?
3. Sebutkan tujuan antropologi kesehatan ?
4. Sebutkan sasaran antropologi kesehatan ?
KEGIATAN BELAJAR
4
ANTROPOLOGI
KESEHATAN
TUJUAN
PEMBELAJARA
N
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan mahasiswa mampu :
Pokok Bahasan :
Antropologi Kesehatan
Uraian Materi
ANTROPOLOGI KESEHATAN
Antropologi kesehatan menurut Landy yaitu mengkombinasikan dalam satu disiplin ilmu
pendekatan-pendekatan ilmu biologi, ilmu sosial, dan humaniora dalam menstudi manusia,
dalam proses perkembangannya merupakan perpaduan antara aspek biologi dan aspek sosio-
budaya. Foster dan Anderson mendefinisikan antropologi kesehatan adalah suatu disiplin
biobudaya yang memperhatikan aspek-aspek biologis dan budaya berkenaan dengan perilaku
manusia, khususnya bagaimana cara kedua aspek ini berinteraksi sehingga berpengaruh
terhadap kesehatan dan penyakit. Selain itu Mc Elroy dan Townsend juga mendefinisikan
antropologi kesehatan merupakan studi bagaimana faktor-faktor sosial dan lingkungan
mempengaruhi kesehatan dan mengetahui tentang cara-cara alternatif untuk mengerti dan
merawat penyakit. Definisi kerja secara singkat bahwa antropologi kesehatan adalah istilah yang
dipakai oleh ahli-ahli antropologi yang mendeskripsikan:
a. Secara luas dan interprestasi mengenai hubungan bio-budaya, antara perilaku manusia di
masa lalu dan di masa kini, dengan derajat kesehatan dan penyakit, tanpa mengutamakan
perhatian pada penggunaan praktis dan pengetahuan tersebut. b. Partisipasi profesional
dalam program- program yang bertujuan memperbaiki derajat kesehatan melalui
pemahaman yang mendalam mengenai hubungan antara gejala biososiobudaya dan
kesehatan, dan melalui perubahan perilaku sehat dalam arah yang dipercaya dapat
memperbaiki kesehatan dalam arah yang lebih baik.
Menurut foster dan Anderson lapangan kajian antropologi kesehatan dibagi menjadi
dua:
a. Kutub biologis, perhatinya pada pertumbuhan dan perkembangan fisik manusia, peranan
penyakit dalam evolusi manusia, adaptasi biologis terhadap perubahan lingkungan alam, dan
pola penyakit di kalangan manusia purba.
b. Kutub sosio-budaya perhatiannya pada sistem kesehatan tradisional yang mencakup aspek-
aspek etiologis, terapi, ide, dan praktik pencegahan penyakit, serta peranan praktisi medis
tradisional, masalah perawatan kesehatan biomedik, perilaku kesehatan, peranan pasien,
perilaku sakit, interaksi dokter dengan pasien, dan masalah inovasi kesehatan. Kajian utama
antropologi kesehatan menurut Lieban: a. Ekologi dan Epidemiologi b. Etnomedisin c. Aspek
medic dari sistem social d. Ilmu kedokteran (medicine) dan perubahan budaya
Menurut March Swartz dan David K. Jordan, ruang lingkup antropologi adalah:
mencari pertolongan pengobatan bagi anaknya yang sakit,atau menyelamatkan seseorang dari
kematian.
3. Pengaruh sikap Ethnosentris terhadap perilaku dan status kesehatan. Sikap ethnosentrime
adalah sikap yang memandang bahwa kebudayaan sendiri yang paling baik jika dibandingkan
dengan kebudayaan pihak lain. Misalnya orang-orang barat merasa bangga terhadap kemajuan
ilmu dan teknologi yang dimilikinya,dan selalu beranggapan bahwa kebudayaannya paling
maju,sehingga merasa superior terhadap budaya dari masyarakat yang sedang berkembang.
Oleh karena itu,sebagai petugas kesehatan kita harus menghindari sikap yang
menganggap bahwa petugas adalah orang yang paling pandai,paling mengetahui tentang
masalah kesehatan karena pendidikan petugas lebih tinggi dari pendidikan masyarakat setempat
sehingga tidak perlu mengikut sertakan masyarakat tersebut dalam masalah kesehatan
masyarakat. Dalam hal ini memang petugas lebih menguasai tentang masalah kesehatan,tetapi
masyarakat dimana mereka bekerja lebih mengetahui keadaan di masyarakatnya sendiri.
4. Pengaruh perasaan bangga pada statusya,terhadap perilaku kesehatan
Suatu perasaan bangga terhadap budayannya berlaku bagi setiap orang. Hal tersebut
berkaitan dengan sikap ethnosentrisme.
5. Pengaruh norma terhadap perilaku kesehatan
Seperti halnya dengan rasa bangga terhadap statusnya,norma dimasyarakat sangat
mempengaruhi perilaku kesehatan dari anggota masyarakatnya yang mendukung norma
tersebut. Sebagai contoh,untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi banyak mengalami
hambatan karena adanya norma yang melarang hubungan antara dokter sebagai pemberi
layanan dengan ibu hamil sebagai pengguna layanan.
6. Pengaruh nilai terhadap perilaku kesehatan
Nilai yang berlaku dalam masyarakat berpengaruh terhadap perilaku kesehatan. Nilai-
nilai tersebut ada yang menunjang dan ada yang merugikan kesehata. Beberapa nilai yang
merugikan kesehatan misalnya adalah penilaian yang tinggi terhadap beras putih meskipun
masyarakat mengetahiu bahwa beras merah lebih banyak mengandung vitamin B1 jika
dibandingkan dengan beras putih,masyarakat ini memberikan nilai bahwa beras putih lebih enak
dan lebih bersih.
Contoh lain adalah masih banyak petugas kesehatan yang merokok meskipun mereka
mengetahui bagaimana bahaya merokok terhadap kesehatan.
7. Pengaruh unsur budaya yang dipelajari pada tingkat awal dari proses sosialisasi terhadap
perilaku kesehatan
Pada tingkat awal proses sosialisasi,seorang anak diajakan antara lain bagaimana cara
makan,bahan makanan apa yang dimakan,cara buang air kecil dan besar,dan lain-lain. Kebiasaan
tersebut terus dilakukan sampai anak tersebut dewasa dan bahkan menjadi tua. Kebiasaan
tersebut sangat mempngaruhi perilaku kesehatan yang sangat sulit untuk diubah.
8. Pengaruh konsekuensi dari inovasi terhadap perilaku kesehatan
Tidak ada perubahan yang terjadi dalam isolasi,atau dengan perkataan lain,suatu
perubahan akan menghasilkan perubahan yang kedua dan perubahan yang ketiga.apabila
seorang pendidik kesehatan ingin melakukan perubahan perilaku kesehatan masyarakat,maka
yang harus dipikirkan adalah konsekuensi apa yang akan terjadi jika melakukan
perubahan,menganalisis faktor-faktor yang terlibat/berpengaruh terhadap perubahan,dan
berusaha untuk memprediksi tentang apa yang akan terjadi dengan perubahan tersebutapabila
ia tahu budaya masyarakat setempat dan apabila ia tahu tentang proses perubahan
kebudayaan,maka ia harus dapat mengantisipasi reaksi yang muncul yang mempengaruhi
outcome dari perubahan yang telah direncanakan.
Secara khusus jenis-jenis konsep antropologi kesehatan terbagi ke dalam lima sub ilmu yang
mempelajari:
Secara makro antropologi kesehatan dapat dibagi kedalam dua bagian yakni:
a. Antropologi fisik
b. Antropologi budaya
Saat ini kajian antropologi budaya lebih menekankan pada empat aspek yang tersusun:
Seperti yang telah dikemukakan di atas cabang antropolgi budaya ini dibagi menjadi
tiga bagian , yakni: arkeologi, antropolgi linguistik, dan etnologi.
a. Arkeologi
b. Antropologi linguistik
Ernest cassirer mengatakan bahwa manusia adalah makhlu yang paling mahir
dalam menggunakan simbol–simbol sehingga manusia disebut homo symbolicumkarena
itulah manusia dapat berbicara, berbahasa dan melakukan gerakan-gerakan lainnya yang
juga banyak dilakukan makhluk-makhluk lain yang serupa dengan manusia.
c. Etnologi
1) Antropologi Ekonomi
2) Antopologi medis
3) Antropologi psikologi
4) Antropologi Sosial
Bidang ini mulai dikembangkan oleh james G.F di Amerika Serikat pada awal abad
ke-20 dalam kajiannya, antropologi sosial mendiskripsikan proyek evolusionis yang
bertujuan untuk merekonstruksi masyarakat primitif asli dan mencatat
perkembanngannya melalui berbagai tingakt peradaban.
RANGKUMAN
1. Antropologi kesehatan menurut Landy yaitu mengkombinasikan dalam satu disiplin ilmu
pendekatan-pendekatan ilmu biologi, ilmu sosial, dan humaniora dalam menstudi manusia,
dalam proses perkembangannya merupakan perpaduan antara aspek biologi dan aspek
sosio-budaya. Foster dan Anderson mendefinisikan antropologi kesehatan adalah suatu
disiplin biobudaya yang memperhatikan aspek-aspek biologis dan budaya berkenaan dengan
perilaku manusia, khususnya bagaimana cara kedua aspek ini berinteraksi sehingga
berpengaruh terhadap kesehatan dan penyakit.
2. Perilaku budaya kesehatan terkait dengan sehat sakit pada masyarakat secara umum masih
banyak dilakukan pada keluarga secara turun temurun
3. Sehat dan sakit atau kesehatan dalam perspektif transkultural nursing diartikan pandangan
masyarakat tentang kesehatan spesifik bergantung pada kelompok kebudayaannya
teknologi dan non-teknologi pekayanan kesehatan yang di terima bergantung pada budaya
nilai dan kepercayaan yang dianutnya.
4. Secara khusus jenis-jenis konsep antropologi kesehatan terbagi kadalam lima sub ilmu yang
mempelajari:
a. Masalah asal dan perkembangan manusia atau evolusinya secara biologis.
b. Masalah terjadinya aneka ragam ciri fisik manusia.
c. Masalah terjadinya perkembangan dan persebaran aneka ragam kebudayaaan manusia.
d. Masalah asal perkembangan dan persebaran aneka ragam bahasa yang diucapkan
diseluruh dunia.
e. Masah mengenai asas-asas dari masyarakat dan kebudayaan manusia dari aneka ragam
suku bangsa yang tersebar diseluruh dunia masa kini.
EVALUASI
KEGIATAN BELAJAR
5
TUJUAN
PEMBELAJARA
N
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan mahasiswa mampu :
Pokok Bahasan :
Agama dan Tradisi Kepercayaan dalam Perspektif Budaya Kesehatan.
Uraian Materi
Kata agama berasal dari bahasa Sansekerta agama yang berarti tradisi. Sedangkan kata
lain untuk menyatakan konsep ini adaIah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar
pada kata kerja re-Iigare yang berarti mengikat kembali. Maksudnya dengan berreligi, seseorang
mengikat dirinya kepada Tuhan. Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adaIah sistem
atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama
lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan
tersebut. (Sudarminto, 2000 ).
Beberapa jenis agama dan kepercayaan di dunia diantaranya adalah kekristenan 2,1
miliar, Islam 1,3 miliar,Non-Adherent (Sekular/Ateis/Tidak Beragama/Agnosti/Tidak Ateis) 1,1
miliar, Hinduisme 900 juta, Agama keluarga Cina 394 juta, Buddhisme 376 juta, Paganisme 300
juta, Tradisi Afrika dan diasporik (tanah air) 100 juta, Sikhisme 23 juta, Juche 19juta, Spiritisme
15 juta, Yudaisme14 juta (www.wikipedia.com) dan masih banyak agama dan kepercayaan lain
di dunia, jenis agama dan kepercayaan tersebut akan mempengaruhi sikap dan perilaku individu
dalam pembuatan keputusan dalam pengobatan ketika sakit.
Dalam menjalankan dan menerima suatu agama, ada berbagai macam di dunia yaitu :
1. Tradisional, merupakan cara beragama berdasar tradisi. Cara ini mengikuti cara
beragamanya nenek moyang, leluhur atau orang-orang dari angkatan sebelumnya. Pada
umumnya kuat dalam beragama, sulit menerima hal-hal keagamaan yang baru atau
pembaharuan. Apalagi bertukar agama,bahkan tidak ada minat. Dengan demikian kurang
dalam meningkatkan ilmu amal keagamaanya.
2. Formal, yaitu cara beragama berdasarkan formalitas yang berlaku di lingkungannya atau
masyarakatnya. Cara ini biasanya mengikuti cara beragamanya orang yang berkedudukan
tinggi atau punya pengaruh. Pada umumnya tidak kuat dalam beragama. Mudah mengubah
cara beragamanya jika berpindah Iingkungan atau masyarakat yang berbeda dengan cara
beragamnya. Mudah bertukar agama jika memasuki Iingkungan atau masyarakat yang Iain
agamanya. Mereka ada minat meningkatkan ilmu dan amal keagamaannya akan tetapi
hanya mengenai haI-hal yang mudah dan nampak dalam Iingkungan masyarakatnya.
3. Rasional, yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan rasio sebisanya. Untuk itu mereka
selalu berusaha memahami dan menghayati ajaran agamanya dengan pengetahuan, ilmu
dan pengamalannya. Mereka bisa berasal dari orang yang beragama secara tradisional atau
formal. bahkan orang tidak beragama sekalipun.
4. Metode Pendahuluan yaitu cara beragama berdasarkan penggunaan akal dan hati
(perasaan) dibawah wahyu. Untuk itu mereka selalu berusaha memahami dan menghayati
ajaran agamanya dengan ilmu, pengamalan dan penyebaran (dakwah). Mereka selalu
mencari , ilrnu dulu kepada orang yang dianggap ahlinya dalam ilmu agama y yang
memegang teguh ajaran asli yang dibawa oleh utusanb dari Sesembahannya semisal Nabi
atau Rasul sebelum mereka . mengamalkan, mendakwahkan dan bersabar (berpegang
teguh) J dengan itu semua.
Hubungan antara agama dalam transkultural keperawatan adalah topik yang jarang
untuk dibahas, padahal kita tahu hal ini sangat berpengaruh didalam pelayanan, hal ini terbukti
dengan didalam keperawatan kita juga mengenal tentang kebutuhan spiritual (walaupun tidak
benar-benar dapat disamakan dengan agama).
Kasus
Tn. A berusia 21 tahun tinggal di Barito Raya Kalimantan keturunan suku Bakumpai yang
merupakan sub suku Dayak. Saat ini berada di ruang perawatan interna dengan diagnosa medis
Ulkus Peptikum. Klien masuk ke rumah sakit dengan keluhan nyeri di ulu hati, demam,
hematemesis melena, mual dan kurang nafsu makan. Saat ini Tn. A dijaga oleh ibunya. Keluarga
Tn. A menggunakan daun sawang untuk di usapkan dan diurutkan ke sekujur tubuh Tn. A.
Mereka percaya daun sawang dapat mengeluarkan benda-benda dan roh-roh jahat yang
bersemayam dalam tubuh Tn. A.
Klien dan keluarga percaya bahwa sakit yang di dapat dan tidak bisa sembuh merupakan
hukuman para dewa. Keluarga Tn. A juga membaca mantra tiap pagi kepada Tn. A dan
meletakkan beberapa sesajen di dekat tempat tidur Tn. A seperti kemenyan, minyak ikan,
mayang pinang, beras kuning, kelapa tua, gula serta piduduk (beras, gula merah, telur ayam dan
kelapa). Mereka percaya sesajen ini disukai oleh dewa kemdian mempercepat penyembuhan
penyakit.
3. Peran agama
Peran agama yang dianutnya terhadap kondisi sakitnya yaitu klien meyakini bahwa
adanya Tuhan yang Maha Kuasa yang dianggap sebagai para dewa. Dan sakit yang
dideritanya merupakan hukuman dari para dewa tersebut
4. Peran kepercayaan
3. Pandangan beberapa agama dan kepercayaan tentang anjuran dan larangan yang
berhubungan dengan kesehatan
Agama yang selama ini dikenal melalui penyebutan nama nama agama itu mempunyai
persamaan dan perbedaan. Menjaga kesehatan dianjurkan pada semua agama , misalnya dalam
agama islam dikenal dengan kata kebersihan diri dan lingkungan adalah sebagian daripada iman.
Pada agama hindu menganjurkan bahwa pengaiaman konsep tridarma itu penting yaitu
menjaga kebersihan sebagai sarana untuk menjaga hubungan harmoni dengan tuhanya
(Sudarma. Suthayasa dan Murti,2009).
Ada berbagai macam aturan yang berbeda pada agama tentang halal haram atau yang
diperbolehkan dan yang tidak diperbolehkan misalnya pada agama Islam, Buddha dan Katholik
mempunyai keyakinan bahwa darah hukurnnya khararn atau tidak boleh dikonsumsi, sedangkan
untuk agama hindu dan protestan diijinkan. Pada kepercayaan Yehowah pantangan makan
darah dan menerima transfusi darah, mereka Iebih suka mati dengan kehabisan darah daripada
menerima transfusi darah dari orang lain.(Qhardawi, 2000; Paulus, 2008; Sheng, 2008).
Contoh kasus yang berhubungan dengan masalah darah adalah, pada umat yang
mempunyai keyakinan tentang bervegetarian, suatu hari jatuh sakit, lalu dibawa ke rumah sakit,
perlu transfusi darah, tim tenaga kesehatan menyarankan operasi sehingga perlu transfusi
darah, pasien menolak transfusi darah, mengatakan bahwa darah itu non vegertarian.
Perbedaan dan persamaan yang berhubungan dengan konsumsi jenis daging dari
berbagai agama adalah, Agama islam melarang umatnya memakan daging babi.
(Qardhawi,2000), sedangkan pada agama hindu melarang pengikutnya memakan daging sapi,
karena sapi (Nandi) adalah kendaraan dewa Syiwa. Umat Gereja Masehi Advent Hari Ketujuh
berpantang memakan daging babi, binatang laut yang tidak bersisik seperti ikan hiu, udang,
kepiting, kerang, dansebagainya, meminum minuman keras atau bahkan juga kopi, teh dan
tembakau. Pada umat Buddha dianjurkan untuk vegetarian yaitu berpantang makan daging
apapun sebab pada umat Buddha mengenal hukum karma, dengan memakan daging maka akan
terjadi pembalasan berupa penyakit (Ryucell, 2008).
Gambaran kasus yang berhubungan dengan pantangan makan daging adalah, bapak Tito
50 tahun post operasi bedah tulang, mendapatkan diet tinggi kalori tinggi protein, ketika makan
siang menolah diet daging yang disajikan karena makan daging sapi adalah kharam menurut
keyakinanya, oleh karena itu daging sebagi protein hewani bisa diganti dengan protein nabati
atau diganti dengan jenis daging yang lain.
Pandangan semua agama tentang aborsi adalah dilarang, tetapi ada berbagai sudut
pandang yang kemudian dianjurkan sebab bertujuan menolong jiwa ibu. Kasus di rumah sakit
Ciptomangunkusumo tahun 1998, seorang ibu hamil 4 bulan, anak pertama, beragama islam,
didiagnose Gagal Ginjal karena kehamilanya, keputusan tim medis, untuk menyelamatkan jiwa
ibu maka harus dilakukan aborsi_dengan kandunganya, tetapi berdasarkan kesepakatan antara
ibu dan suaminya terjadi penolakan tindakan tersebut, sebab menurut mereka tindakan tim
medis tersebut bertentangan dengan keyakinanya.
Berbeda dengan suku Sasak, mereka menolak KB bukan disebabkan karena aturan
dalam agamanya yang sebagian besar islam tetapi masih dipengaruhi kepercayaan animisme
atau buddha keling, pada masyarakat ini akan menoiak pembatasan anak atu KB secara medis
karena menurut kepercayaan mereka pembatasan kelahiran hanya bisa dilakukan dengan pijat
puput (Pratiwi, 1997).
Deskripsi lain tentang kepercayaan bisa digambarkan dari hasil penelitian Aiwy (1997)
pada suku To Bungu di Sulawesi Selatan, kelompok masyarakat tersebut beragama kristen tetapi
mereka juga mempunyai kepercayaan tradisional Ramaya, ketika anak bayi di suku tersebut
mengalami sakit yang menurut X medis adalah morbili, masyarakat menolak untuk dilakukan
pengobatan secara medis sebab menurut kepercayaan merek‘a‘e sakit bayi tersebut disebabkan
masuknya roh ari-ari ke dalam‘ tubuh bayi sehingga hanya dibacakan mantra sampai akhirnya
bayi meninggal dunia.
Di sebuah ruang rawat inap rumah sakit Candisuci ada seorang pasien, ibu Sarah 53
tahun, mengalami kematian jaringan di bagian proximal kaki kanan, pasien mempunyai riwayat
penyakit diabetes militus. Rencana akan dilakukan tindakan amputasi sebab apabila tidak
dilakukan tindakan tersebut kematian jaringan akan menjalar dan menyebabkan pasien
meninggal dunia. Setelah keluarga berkonsultasi dengan pemuka masyarakat di tempat
tinggalnya, pasien dan keluarga memutuskan untuk menolaktindakan medis tersebut.
Keputusan diambil karena menurut kepercayaan sekelompok masyarakat tempat daerah pasien
tinggal seorang .yang meninggal dunia harus dalam kondisi utuh.
Pembahasan kasus
Penolakan tindakan amputasi yang diputuskan pasien dan keluarga merupakan lingkup
kasus keperawatntranskultural yang terkait dengan kepercayaan individu, keluarga dan
masyarakat. Ada beberapa tahapan tindakan dalam menyelesaikan masalah transkultural
seperti kasus diatas sebab penolakan tersebut dalam perspektif kesehatan akan
membahayakan. Beberapa tahapan yang terkait etik dan emik akan dibahas dalam bab konsep
keperawatan transkultural pada bab selanjutnya.
Anak Windy 2 tahun dikerumuni oleh tetangganya di rumah karena mengalami kejang
demam. Oleh penduduk setempat diyakini bahwa kejang demam merupakan penyakit teguran
dari roh halus. Kemudian untuk mengaiasinya dilakukan upacara adat yang disebut mooli di
hutan dengan menyembelih ayam putih yaitu ayam kampung sebagai ganti nyawa manusia.
Penyembelihan dilakukan oleh kepala adat setempat. (kasus hasil pengkajian mahasiswa
program sarjana keperawatan).
Pembahasan kasus ll
Tindakan yang dilakukan kepala adat dan penduduk setempat dalam mengatasi kejang
demam pada anak-anak di komunitas merupakan cara mengatasai masalah kesehatan yang
berhubungan dengan kepercayaan. Perawat komunitas penting untuk mengatasi masalah
transkultural tersebut dengan prinsip transkultural nursing. Adapan tahap penatalaksanaanya
akan dibahas dalam bab proses keperawatan transkultural.
KEGIATAN BELAJAR
6
TUJUAN
PEMBELAJARA
N
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan mahasiswa mampu :
Pokok Bahasan :
Nutrisi dalam perspektif budaya kesehatan.
Uraian Materi
ketentrataman. Dapatlah dimaklumi bila seseorang yang bepergian jauh ke Iuar negri
memiliki kecendrungan untuk mencari makanan yang biasa ia makan dinegaranya sendiri
karena ia tidak usah khawatir akan rasa dan keamanan makanan tersebut.
Contoh kasus yang berhubungan dengan hal diatas adalah, John yang
berkebangsaan Amerika sedang berkunjung di Indonesia kemudian dirawat di sebuah
rumah sakit karena kecelakaan, pada pagi har‘i John diberikan sarapan nasi dan Iauk, John
menolak sebab‘di negaranya dia tidak terbiasa melakukan haI tersebut sehingga clia minta
pengganti yaitu roti dan telur ceplok.
d. Simbolisme makanan dalam bahasa
Bahasa mencerminkan hubungan-hubungan psikologis yang sangat dalam di antara
makanan, persepsi kepribadian dan keadaan emosional. Dalam bahasa Indonesia
ungkapan seperti ’kecil-kecil cabe rawit’, ’sudah banyak makan garam’, 'muka masam',
dan 'senyum manis’ merupakan contoh makanan dapat juga dijadikan simbol dalam
melukiskan sifat dan watak manusia.
j. Apakah saat ini pasien menggunakan makanan Iaintg sebagai terapi alternative ketika
sakit?
RANGKUMAN
1. Salah satu penyebab timbulnya penyakit adalah akibat adanya kekurangan gizi. Namun
jika kita menelaah lebih lanjut kekurangan gizi bisa ditimbulkan oleh berbagai hal seperti
adanya kepercayaan-kepercayaan yang keliru, pantangan-pantangan dan upacara-
upacara yang mencegah orang memanfaatkan sebaik-baiknya makanan yang tersedia
bagi mereka, adat dan kebiasaan dalam asupan makanan pada masyarakat tertentu.
2. Selain hal tersebut faktor lain yang berhubungan dengan asupan nutrisi adalah
berhubungan dengan apa yang disukai dan tidak disukai, kepercayaan-kepercayaan
terhadap apa yang dapat dimakan dan tidak dapat dimakan , dan keyakinan-keyakinan
dalam hal yang berhubungan dengan keadaan kesehatan dan penanggalan ritual, telah
ditanamkan sejak usia muda. Dari kenyataan itulah maka dapat disimpulkan bahwa
makanan dan kebiasaan makan tidak dapat dilepaskan dari budaya.
3. Nutrisi atau makanan bisa diartikan oleh individu atau kelompok dalam konsep biokimia
dan dari perspektif budaya.
4. Ada empat peranan simbolik makahan dalam perspektif budaya.
5. Kecukupan gizi bisa dipersepsikan dalam perspektif budaya.
6. Dalam kondisi sehat sakit individu, keluarga atau sekelompok masyarakat mempunyai
pandangan yang berbeda-beda dalam mengkonsumsi makanan.
7. Untuk mengurangi konflik budaya akibat persepsi nutrisi sebaiknya dilakukan pengkajian
nutrisi dalam perspektif budaya.
EVALUASI
KEGIATAN BELAJAR
7
TUJUAN
PEMBELAJARAN
Pokok Bahasan :
Uraian Materi
Dalam era kesejagatan ini teknologi banyak dipakai dalam berbagai pekerjaan,
diantaranya adalah dalam kesehatan. Penggunaan teknologi dalam kesehatan diantaranya
diperlukan dalam penunjang diagnostik atau digunakan dalam tindakan yang berhubungan
dengan pelayanan kesehatan terhadap pasien, oleh karena itu teknologi kadang diharuskan
dalam tindakan medis maupun keperawatan.
Perbedaan persepsi antara tenaga kesehatan dan pasien sering menjadikan
tindakan yang terkait dengan teknologi kesehatan terhambat. Penelitian Rice dan Naksook
(1999) tentang penggunaan teknologi pada wanita hamil bisa disimpulkan bahwa para ibu
hamil merasa ragu dan berfikir negatif terhadap pemeriksaan kehamilan dengan teknologi,
mereka khawatir akan berdampak negatif pada janin yang dikandungnya.
Ilmu dan teknologi – Istilah teknologi berasal dari perkataan Yunani technologia yang
artinya pembahasan sistematik tentang seluruh seni dan kerajinan (systematic treatment
of the arts and crafts). Perkataan tersebut mempunyai akar kata techne dan telah dikenal
pada zaman Yunani kuno yang berarti seni (art), kerajinan (craft). Art atau seni pada
permulaannya berarti sesuatu yang dibuat oleh manusia untuk dilawankan dengan kata
benda alam, tetapi kemudian menunjuk pada ketrampilan (skill) dalam membuat barang
itu.
Techne semula merupakan seni yang bersangkut paut dengan tukang kayu yaitu
seseorang yang membuat barang-barang dari material kayu. Dengan demikian, kata itu
mengandung arti pekerjaan tukang. Dari techne kemudian lahirlah perkataan technikos
yang berarti seseorang yang memiliki suatu ketrampilan tertentu. Dengan berkembangnya
ketrampilan seseorang yang menjadi semakin mantap karena menunjukkan pola, langkah
atau urutan yang pasti, ketrampilan itu lalu menjadi teknik (technique). Teknik sejak
dahulu kala sudah dibedakan dari cara-cara manusia melakukan perbuatan yang lainnya,
karena bersifat purposive, rational step-by step way of doing things (cara melakukan
berbagai hal secara terarah rasional, langkah demi langkah). Selanjutnya teknik tidak lagi
terbatas pada kerajinan tukang kayu saja, melainkan meluas ruang lingkupnya sehingga
menyangkut semua hasil pekerjaan tangan sampai meliputi seluruh ketrampilan praktis
(practical arts) dari perkayuan hingga pertanian, persenjataan hingga kendaraan,
pengolahan material hingga pembuatan bangunan, dan terakhir sampai produksi barang-
barang pabrik. Perkataan technologia sesuai dengan kedua akar katanya berarti
pembicaraan atau ulasan mengenai berbagai seni dan kerajinan. Ketika dalam abad XVII,
lahir perkataan Inggris, technology, arti semula itu masih dipakai, yaitu technology berarti
discussion of the applied arts (suatu pembahasan tentang seni terapan). Bahkan
sampai awal abad berikutnya pengertian itu masih dianut misalnya pada buku yang
berjudul “Technology, A Description of Arts especially, the Mechanical” dari tahun 1706.
Baru kemudian secara berangsur-angsur mulai abad XVII technology tidak lagi semata-
mata berarti suatu pembahasan sitematik, pembicaraan atau perbincangan mengenai the
practical arts, melainkan berarti ketrampilan praktis itu sendiri. Oleh karena the practical
arts itu meliputi aneka ragam benda, cara, kemahiran, prosedur sampai teknik, maka
pengertian technology mengalami perluasan dalam denotasi maupun konotasinya. Dalam
kepustakaan sampai abad XIX orang berbicara tentang teknologi sebagai study tentang
ketrampilan praktis atau sebagai segenap practical arts sebagai kebulatan.
Pada permulaan abad XX ini istilah teknologi telah dipakai secara umum dan
merangkum suatu rangkaian sarana, proses, dan ide disamping alat-alat dan mesin-mesin.
Perluasan arti itu berjalan terus sehingga sampai pertengahan abad ini muncul perumusan
teknologi sebagai sarana atau aktivitas yang dipergunakan manusia untuk berusaha
mengubah atau menangani lingkungannya. Ini merupakan suatu pengertian yang amat luas
karena setiap sarana perlengkapan atau rumusan kegiatan manusia untuk menguasai
lingkungannya yang alamiah maupun cultural tergolong sebagai teknologi.
Ilmu dan teknologi – Dewasa ini teknologi sebagai suatu kebulatan sudah
merupakan hal yang kompleks, sehingga tidak mengherankan bila dijumpai berbagai jenis
difinisi mengenai pengertian teknologi. Istilah teknologi itu sendiri mengalami perubahan
arti sesuai dengan konteks pemakaiannya untuk memperoleh gambaran tentang
a. For an appreciation of its social significance, howefer, technology should be defined, in its
broadest and deepest terms, as the human employment of any aid-physical or intellectual-
in generating structures, products or service that can increase man’s productivity throught
better understanding, adaptation to and control of his environment. Lioyd V. Berkner &
Melwin Kranzberg, “Industry and Technology: introduction”. 1969. (Untuk menilai
keseluruhan makan kemasyarakatannya, teknologi harus didefinisikan dalam istilah-istilah
yang terluas dan terdalam sebagai usaha manusia dalam mempergunakan segala bantuan
fisik atau jasa-jasa yang dapat memperbesar produktivitas manusia melalui pemahaman
yang lebih baik, adaptasi dan control, terhadap lingkungannya).
b. Technology should mean the study of those activities directed to the satisfaction of human
needs which product alterations in the material world. In the present work the meaning of
the term is extended to include the result of those activities. V. Gordon Childe, “Individual,
Society, and Technique., 1954. (Teknologi harus diartikan sebagai studi tentang aktivitas-
aktivitas yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia, yang
menghasilkan perubahan-perubahan dalam dunia materi. Dalam karya ini arti istilah itu
diperluas sehingga mencakup hasil-hasil dari aktivitas-aktivitas tersebut).
d. Technology: the use of devices and systematic patterns of thought and activity to control
physical and biological phenomena in order to serve man’s desires with a minimum of
effort and a maximum of efficiency. Richard C. Dort, sumber seperti di atas (Teknologi :
penggunaan alat-alat dan pola-pola pikiran yang sistematis dan aktivitas untuk
mengembalikan fenomena fisis dan biologis, agar dapat memenuhi keinginan-keinginan
manusia dengan suatu usaha minimum dan suatu efisiensi maksimum).
Definisi Dilema IPTEK dalam Transkultural Ilmu atau ilmu pengetahuan adalah
seluruh usaha sadar untuk menyelidiki, menemukan, dan meningkatkan
pemahaman manusia dari berbagai segi kenyataan dalam alam manusia.
Segi-segi ini dibatasi agar di hasilkan rumusan-rumusan yang pasti. Ilmu
memberikan kepastian dengan membatasi lingkup pandangannya, dan kepastian ilmu-ilmu
diperoleh dari keterbatasannya. Teknologi adalah metode ilmiah untuk mencapai tujuan
praktis; ilmu pengetahuan terapan atau dapat pula diterjemahkan sebagai keseluruhan
sarana untuk menyediakan barang-barang yg diperlukan bagi kelangsungandan kenyamanan
hidup manusia. Sebagian beranggapan teknologi adalahbarang atau sesuatu yang baru.
Namun, teknologi itu telah berumur sangat panjang dan merupakan suatu gejala
kontemporer. Setiap zaman memiliki teknologinya sendiri. Bila ditinjau dari makna kata,
transkultural berasal dari kata trans danculture, Trans berarti alur perpindahan, jalan lintas
atau penghubung.Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia; trans berarti melintang,
melintas,menembus, melalui. Cultur berarti budaya. Menurut Kamus Besar BahasaIndonesia
kultur berarti : kebudayaan, cara pemeliharaan, pembudidayaan.
Kepercayaan, nilai-nilai dan pola perilaku yang umum berlaku bagi suatukelompok
dan diteruskan pada generasi berikutnya, Sedangkan cultural berarti : Sesuatu yang
berkaitan dengan kebudayaan. Budaya sendiri berarti akal budi, hasil dan adat istiadat. Dan
kebudayaan berarti: Hasil kegiatan dan penciptaan batin (akal budi) manusia seperti
kepercayaan, kesenian danadat istiadat.
Keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang digunakan untuk
menjadi pedoman tingkah lakunya. Jadi, transcultural dapat diartikan sebagai:
1. Lintas budaya yang mempunyai efek bahwa budayayang satu mempengaruhi budaya
yang lain.
2. Pertemuan kedua nilai-nilai budaya yang berbeda melalui proses interaksi sosial,
Transcultural Nursingmerupakan suatu area kajian ilmiah yang berkaitan dengan
perbedaan.maupun kesamaan nilai-nilai budaya ( nilai budaya yang berbeda, ras,
yangmempengaruhi pada seorang perawat saat melakukan asuhan keperawatankepada
klien / pasien ).
kepala adat setempat wabah disebabkan salah satu penduduk, menebang pohon di hutan
terlarangan.
Pembahasan kasus
Model berIawanan pada kasus diatas bisa dijelaskan bahwa. pembuatan jamban
keluarga berupa WC akan mengurangi penularan penyakit yang ditularkan melalui tinja, hal ini
adalah tindakan untuk pencegahan penyakit, tetapi masyarakat berperilaku sebaliknya bahwa
dengan tidak menampung tinja adalah sebuah pencegahan terjadinya suatu penyakit.
b. Dikotomi kognitif
Kepercayaan masyarakat yang .mempercayai bahwa ada .penyakit penyakit yang dapat
disembuhkan oleh dokter dan ada yang tidak, hal ini akan mengakibatkan sikap dan perilaku
yang kadang pendukung kesehatanya atau kadang merugikam kesehatanya. Dikotomi kognitif
ini menimbulkan berbagai perbedaan perilaku masyarakat, misalnya pada kasus penyakit yang
sama masyarakat akan mengambil tindakan yang berbeda, masyarakat akan menelusuri dari
mana asal sakit dan siapa yang sakit. Misalnya diare pada lelaki dewasa akan berbeda
penangananya dengan diare pada ibu menyusui.
Pada sekeIompok masyarakat di daerah Tamil Nadu India masyarakat mengenal 2 jenis
diare bedhi dan dosham. Bedhi dianggap sebagai diare yang wajar sehingga penyembuhannya
dapat ditangani secarav medis, namun dosham adalah diare yang muncul akibat adanya polusi
ritual. Masyarakat menganggap séorang ibu yang sedang menyusui anaknya yang melihat
wanita Iain keguguran dapaI Inenimbulkan dosham. Karena adanya kepercayaan ini masyarakat
melakukan IIpacara ritual untuk menyembuhkan penyakit ini.
Pembahasan kasus
Sebuah penyakIt yang terjadi pada individu yang bérbeda apabila penyebab dan
gejaIanya sama. maka menuruI sistern medis penatalaksanaannya sama tetapi berbeda dengan
anggapan yang disebut dIkotomI kognotif, menurut masyarakat.yan. mempunyuai keyakinan
tersebut akan menolak Pengobatan I’etapi harus Iiiilaksanakan upacara ritual.
Keyakinan itulah maka seorang yang harus menjalani transplatasi akan menolak tindakan
tersebut. Penolakan tindakan itulah yang disebut dengan penolakan ipteks Beberapa contoh
dalam penolakan iptek selain transplantasi adalah penolakan tindakan medis seperti
pemeriksaan USG (ultrasonografi), pemasangan ventilator, tindakan pembedahan
dansebagainya.
RANGKUMAN
1. Teknologi kesehatan yaitu alat atau cara yang dipakai oleh tenaga kesehatan dalam
memberikan pelayanan kesehatan secara langsung maupun tidak langsung.
2. Beberapa hal yang mendasari adanya penolakan masyarakat dalam menerima pelayanan.
kesehatan baru diantaranya yaitu model yang berlawanan, dikotomi kognitif dan penolakan
masuk rumah sakit.
3. Hal-hal yang menjadi penyebab penolakan dalam birokrasi medis ilmiah diantaranya adalah
asumsi kepercayaan yang keliru, pengobatan klinis versus pencegahan prioritas pribadi dari para
petugas kesehatan asumsi keliru mengenai pengambilan keputusan, kekurangan dalam
pelayanan kesehatan konflik peranan professional.
EVALUASI
KEGIATAN BELAJAR
8
KONSEP KEPERAWATAN
TRANSKULTURAL
TUJUAN
PEMBELAJARA
N
Pokok Bahasan :
URAIAN MATERI
1. Human caring secara umum dikatakan sbg sgla sesuatu yg berkaitan dgn dukungan dan
bimbingan pd manusia yg utuh, hal ini merujuk pd bgmn cara mensuport, memfasilitasi
diri sendiri atau orang lain dalam meningkatakan kesehatan, gaya hidup atau kematian.
4. Culture care universality berkenaan dengan hal umum, merupakan bentuk pemahaman
terhadap pola, nilai atau symbol dari perawatan yg mana kultur mempengarui
kesehatan atau memperbaiki kondisi manusia.
Teori Transkultural
1. Pengertian
A. Manusia
Manusia adalah individu atau kelompok yang memiliki nilai-nolai dan norma-
norma yang diyakini berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan tindakan.
Menurut leininger (1984), manusia mempunyai kecenderungan untuk mempertahankan
budayanya setiap saat dan dimana saja dia berada.
Klien yang dirawat di rumah sakit harus belajar budaya baru ,yaitu budaya
rumah sakit, selain membawa budayanya sendiri.Klien secara aktif memilih budaya dari
lingkungan, termasuk dari perawat dan semua pengunjung di rumah sakit.klien yang
sedang dirawat belajar agar cepat pulih dan segera pulang ke rumah untuk memulai
aktivitas hidup yang lebih sehat.
B. Kesehatan
Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama ,yaitu ingin mempertahankan
keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif (Leininger, 1978). Asuhan
keperawatan yang diberikan bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien memilih
secara aktif budaya yang sesuai dengan status kesehatannya. Untuk memilih secara aktif
budaya yang sesuai dengan status kesehatannya, klien harus mempelajari lingkunganya.
Sehat yang akan dicapai adalah kesehatan yang holistik dan humanistik karena
melibatkan peran serta klien yang lebih dominan.
C. Lingkungan
Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau lingkungan yang diciptakan oleh
manusia, seperti daerah khatulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim tropis
(Andrew & Boyle, 1995). Lingkungan fisik dapat membentuk budaya tertentu, misalnya
bentuk rumah di daerah panas yang mempunyai banyak lubang, berbeda dengan
bentuk rumah orang Eskimo yang hampir tertutup rapat (Andrew & Boyle, 1995).
Daerah pedesaan atau perkotaan dapat menimbulkan pola penyakit tertentu, seperti
infeksi saluran pernafasan akut pada balita di Indonesia lebih tinggi di daerah perkotaan
(Depkes, 1999). Bring (1984 dalam Kozier & Erb, 1995) menyatakan bahwa respon klien
terhadap lingkungan baru, misalnya rumah sakit dipengaruhi oleh nilai-nilai dan norma-
norma yang diyakini klien.
D. Keperawatan
Keperawatan dipandang sebagai suatu ilmu dan kiat yang diberikan kepada klien
dengan berfokus pada prilaku, fungsi dan proses untuk meningkatkan dan
mempertahankan kesehatan atau pemulihan dari sakit (Andrew & Boyle, 1995). Asuhan
keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan
yang diberikan kepada klien sesuai latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan
ditujukan memandirikan sesuai dengan budaya klien. Asuhan keperawatan diberikan
sesuai dengan karakteristik ruang lingkup keperawatan, dikelola secara profesional
dalam konteks budaya klien dan kebutuhan asuhan keperawatan Strategi yang
digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindungan atau mempertahankan
budaya, mengakomodasi atau menegosiasi budaya dan mengubah atau mengganti
budaya klien (Leininger, 1984).
RANGKUMAN
EVALUASI
1. Jelaskan Konsep utama dan pengertian keperawatan tanskultural.
2. Sebutkan Tujuan keperawatan transkultural.
3. Sebutkan Paradigma keperawatan transkultural.
KEGIATAN BELAJAR
9
TEORI TRANSKULTURAL
TUJUAN
PEMBELAJARA
N
Pokok Bahasan :
Teori Transkultural.
URAIAN MATERI
TEORI TRANSKULTURAL
RANGKUMAN
1. Perawat yang profesional memiliki pengetahuan dan praktik yang berdasarkan kultur secara
konsep perencanaan untuk mengaplikasikan praktik keperawatan.
2. Keperawatan adalah fenomena transkultural dimana perawat berinteraksi dengan klien, staf,
dan kelompok lain.
3. Perbedaan kultur dlam keperawatan kultur adalah variasi dari pengertian pola, nilai atau simbol
dari perawatan, kesehatan atau untuk meningkatkan kondisi manusia, jalan kehidupan atau
untuk kematian.
4. Perawat yang profesiaonal memiliki pengetahuan dan praktek yang berdasarkan kultur secara
konsep perencanaan dan untuk praktek.
5. Model Keperawatan Transkultural merupakan model konsep dari Leininger yang berupa sunrise
sebagai dasar dalam asuhan keperawatan budaya.
EVALUASI
1. Apakah yang dimaksud dengan pengertian teori transkultural ?
2. Apakah tujuan dan manfaat teori keperawatan transkultural ?
3. Dikenal dengan sebutan apakah Model Keperawatan Transkultural Leininger ?
4. Coba jelaskan Model keperawatan transkultural Leininger ?
5. Mengapa perlu model konsep Leininger ?
KEGIATAN BELAJAR
10
KOMUNIKASI LINTAS
BUDAYA
TUJUAN
PEMBELAJARA
N
Setelah menyelesaikan kegiatan belajar ini, diharapkan mahasiswa mampu :
Pokok Bahasan :
URAIAN MATERI
Budaya dapat pula diartikan sebagai cara hidup yang berkembang dan dimiliki
bersama sebagai suatu warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Selo
sumardjan dan Solaeman Soemardi mengatakan bahwa kebudayaan adalah sarana hasil
karya dan cipta masyarakat. Sehingga dalam hal ini kbudayaan, manusia dan masyarakat
adalah hal yang tak terpisahkan.
Lebih lanjut Ia menjelaskan bahwa wajah bekerja merujuk pada pesan verbal dan non
verbal yang membantu menyimpan rasa malu, dan menegakkan muka terhormat. Dalam hal ini,
identitas selalu dipertanyakan, kecemasan dan ketidakpastian yang disebabkan konflik membuat
kita tak berdaya dan harus menerima.
Terkait dengan hal tersebut, dalam teori ini juga dijelaskan lima model dalam
pengelolaan konflik yang meliputi :
1. Dimanapun ada budaya, disana pasti ada kode bahasa yang menjadi ciri khas.
2. Sebuah kode bahasa mencangkup sosiologi budaya, retorika dan psikologi budaya.
3. Pembicaraan yang signifikan bergantung pada kode bicara yang digunakan pembicara dan
pendengar untuk mengkreasikan dan menginterprestasi komunikasi mereka.
7. Peggunaan Bahasa.
Setiap insan manusia yang lahir ke dunia dikaruniai oleh Yang Maha Pencipta
dengan kompetensi bahasa, yang merupakan pengetahuan seseorang mengenai kaidah-
kaidah bahasa yang menjadi masalah terutama para guru bahasa ialah bagaimana cara
memupuk serta meningkatkan kompetensi tersebut sehingga dapat membuahkan
perfomansi (penggunaan aktual baahsa dalam situasi-situasi nyata) yang baik sehingga
insan pembelajar dapt terampil berbahasa dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian maka apabila seseorang ingin berkomunikasi dengan orang lain,
maka dia harus mengenali latar belakang sosial, hubungannya dengan orang lain, dan tipe-
tipe bahasa yang dapat dipergunakan bagi kesempatan tertentu. Dia juga harus mampu
mengintropeksikan, menafsirkan kalimat-kalimat tulis atau lisan di dalam keseluruhan
konteks tempatnya.
1. Relativitas Bahasa.
Gagasan umum bahwa bahasa mempengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak
disuarakan oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920an dan disepanjang
tahun 1930-an, dirumuskan bahwa karakteristik bahasa mempengaruhi proses kognitif kita.
Dan karena bahasa-bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik
dan strukturnya, tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang
menggunakan bahasa yang berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan
berpikir tentang dunia.
Ketiga, pelaku membuat prediksi tentang perilaku mana yang akan menghasilkan hasil
positif.
Ketika seorang perawat berinteraksi dengan klien berbeda latar belakang budayanya
dengan perawat maka dapat dikatakan proses komunikasi lintas budaya atau cross-cultural
communication. (Andrews dan Boyle, 2003), karena itu beberapa factor yang perlu
dipertimbangkan dalam komunikasi lintas budaya antara lain :
RANGKUMAN
1. Budaya atau kebudayaan sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia dalam
masyarakat, dimana ada masyarakat disitu pasti ada budaya atau kebudayaaan. Budaya
berasal dari bahasa sansekerta yaitu Buddhayah yang berarti budi atau akal sehingga dapat
diartikan bahwa budaya merupakan hasil budi atau cipta karya manusia.
2. Budaya dapat pula diartikan sebagai cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama
sebagai suatu warisan yang diturunkan dari generasi ke generasi. Selo
sumardjan dan Solaeman Soemardimengatakan bahwa kebudayaan adalah sarana hasil
karya dan cipta masyarakat. Sehingga dalam hal ini kbudayaan, manusia dan masyarakat
adalah hal yang tak terpisahkan.
3. Terdapat enam karakteristik komunikasi lintas budaya yang perlu di ketahui.
4. Setiap insan manusia yang lahir ke dunia dikaruniai oleh Yang Maha Pencipta dengan
kompetensi bahasa, yang merupakan pengetahuan seseorang mengenai kaidah-kaidah
bahasa yang menjadi masalah terutama para guru bahasa ialah bagaimana cara memupuk
serta meningkatkan kompetensi tersebut sehingga dapat membuahkan perfomansi
(penggunaan aktual baahsa dalam situasi-situasi nyata) yang baik sehingga insan pembelajar
dapt terampil berbahasa dalam kehidupan sehari-hari.
5. Ketika seorang perawat berinteraksi dengan klien berbeda latar belakang budayanya dengan
perawat maka dapat dikatakan proses komunikasi lintas budaya atau cross-cultural
communication. (Andrews dan Boyle, 2003), karena itu beberapa factor yang perlu
dipertimbangkan dalam komunikasi lintas budaya antara lain : komunikasi dengan anggota
keluarga dan orang lain yang berkepentingan, pandangan budaya dalam hal kedekatan,
komunikasi nonverbal.
EVALUASI
1. Apakah yang dimaksud dengan teori komunikasi antar budaya ?
2. Sebutkan dan jelaskan karakteristik komunikasi lintas budaya ?
3. Jelaskan penggunaan bahasa ?
4. Sebutkan apa saja yang termasuk dalam komunikasi antar budaya ?
5. Jelaskan factor-faktor komunikasi lintas budaya ?
KEGIATAN BELAJAR
11
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
TRANSKULTURAL
TUJUAN
PEMBELAJARA
N
Pokok Bahasan :
URAIAN MATERI
Andrew dan Boyle (2003) menjelaskan beberapa factor yang perlu dan penting
diperhatikan ketika pengkajian terhadap pasien, hubungan perawat dan pasien tersebut bisa
menggunakan sunrise model sebagai prinsip dalam melakukan pengkajian.
2. Faktor Teknologi
Teknologi kesehatan adalah sarana yang memungkinkan manusia untuk memilih atau
mendapatkan penawaran menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan.
RANGKUMAN
Andrew dan Boyle (2003) menjelaskan beberapa factor yang perlu dan penting
diperhatikan ketika pengkajian terhadap pasien, hubungan perawata dan pasien tersebut bisa
menggunakan sunrise model sebagai prinsip dalam melakukan pengkajian. Pengkajian
keperawatan transkultural Leininger, yaitu :
1. Factor Teknologi
2. Factor Agama dan Falsafah Hidup
3. Faktor Sosial dan Keterikatan Kekeluargaan
4. Faktor Pendidikan
EVALUASI
KEGIATAN BELAJAR
12
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN
TRANSKULTURAL
TUJUAN
PEMBELAJARA
N
Pokok Bahasan :
URAIAN MATERI
1. Faktor ekonomi
Sumber ekonomi yang pada umumnya dimanfaatkn klien antara lain: asuransi, biaya
kantor, tabungan, patungan dari keluarga. Yang perlu dikaji perawat: pekerjaan klien, sumber
biaya pengobatan, kebiasaan menabung dan jumlah tabungan dalam sebulan, berpengaruh
dalam menentukan pasien atau keluarganya dirawat di ruang yang sesuai dengan daya
embannya.
Nilai adalah konsepsi-konsepsi abstrak di dalam diri manusia, mengenai apa yang
dianggap baik apa yang di anggap buruk. Nilai budaya adalah sesuatu yg dirumuskn dan
ditetapkan oleh penganut budaya yg dianggap baik atau buruk. Hal yang perlu dikaji berkaitan
dengan nilai-nilai budaya dan gaya hidup adalah: posisi dan jabatan misalnya ketua adat atau
direktur, bahasa yang digunakan,bahasa nonverbal yang ditunjukkan klien, kebiasaan
membersihkan diri, kebiasaan makan, makan pantang berkaitan dengan kondisi sakit.
Cara pengkajian transkultural ini diterjemahkan dari leyninger (2000) oleh mahasiswa
magister komunitas universitas Indonesia dan dimodifikasi oleh penulis dari pengkajian Andrews
dan Boyle (2003).
1. Data Demografi
Data demografi meliputi
a. Nama lengkap : .............................................................................................................
b. Nama panggilan : ..........................................................................................................
Pada suku yang berbeda, masing-masing memiliki nama panggilan yang berbeda pula
dengan nama aslinya. Contoh : Ujang, Tole, dan sebagainya.
Pada suku tertentu apabila sudah menikah wanita dipanggil dengan nama suaminya.
c. Nama keluarga : ...........................................................................................................
Pada suku Indonesia maupun luar negeri ada yang mencantumkan nama keluarga
d. Alamat : .......................................................................................................................
e. Lama tinggal di tempat ini : ............................................................................................
(lama tinggal ini perlu dikaji sebab akan mempengaruhi klien dan perilaku berbudaya.
Menurut Andrew dan Boyle 2003 budaya akan berubah dari waktu ke waktu.
f. Jenis kelamin (laki-laki/perempuan) : ...............................................................................
g. Tempat lahir : ................................................................................................................
h. Diagnosa medis : ............................................................................................................
i. No register : .................................................................................................................
3. Faktor Teknologi
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor teknologi meliputi
a. Alat yang digunakan untuk bepergian (kebiasaan berjalan kaki pada keyakinan tertentu
dianggap melanggar apabila menggunakan kendaraan bermotor sebagai alat
transportasi) ...............................................................................................................................
......
b. Alat yang digunakan untuk berkomunikasi (bahasa yang digunakan) ...................................
c. Alat yang digunakan untuk belajar ..................................................................................
d. Alat yang digunakan untuk berinteraksi. Sarana yang digunakan untuk mendatangi fasilitas
kesehatan .....................................................................................................................
e. Sarana yang digunakan untuk hiburan keluarga (contoh pada ,asyarakat suku jawa jathilan,
di Banjarmasin habsian, pada masyarakat medern pergi ke supermarket, dll) .....................
f. Persepsi terhadap teknologi kesehatan ( Bagaimana klien dan keluarga mempersepsikan
teknologi kesehatan, misalnya imunisasi, injeksi, transfusi, dll) ..........................................
g. Respon terhadap teknologi kesehatan (menolak atau menerima) .......................................
Sarana dan prasarana teknologi kesehatan (tersedia atau tidak tersedia) ...........................
4. Faktor agama dan filosofi
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor agama dan filosofi meliputi:
a. Agama yang dianut .......................................................................................................
b. Keyakinan agama yang dianut klien berhubungan dengan kesehatan (misalnya menolak di
periksa lawan jenis) .......................................................................................................
c. Bagaimana pandangan klien dan keluarga tentang sakit yang diderita menurut agama
ajarannnya( misalnya sakit adalah cobaan, sakit adalah hukman, mati adalah renkarnasi)....
d. Apa yang dilakukan klien dan keluarga untuk mengatasi sakit yang berhubungan agama
filosofi hidupnya (misalnya dengan rukiyah, diobati oleh pendeta, diberi minum air suci
sungai gangga, dimandikan dengan kembang)..................................................................
e. Apa filsafah hidup klien (keyakinan hidup klien) …................................................................
Saya ingin mendengar tentang keluarga anda atau teman dekat anda dan apakah mereka
mengerti anda?, bagaimana lingkungan sosial berpengaruh pada kehidupan anda khususnya
kehidupan kesehatan anda, gaya hidup, bagaimana perhatian seseorang dalam kehidupan ana,
bagaimana cara keluarga membantu anda bila sakit, apakah pandangan keluarga anda tentang
kepedulian anda dalam keluarga, apakah mereka bertanggung jawab bila da keluarga yang
sakit?
Beberapa hal yang oerlu dikaji dalam faktor sosial dan ikatan kekerabatan (kindship) meliputi:
a. Pernyataan klien atau orang lain tentang kesehatannya:
Buruk Kurang baik Baik Sangat baik
b. Status perkawinan:
Menikah janda/ duda
c. Jumlah anak: ............ orang
Anak kandung ...... orang anak angkat....... orang
d. Klien dirumah tinggal dengan:
Orang tua saudara anak dan istri
Menumpang pada saudara lain-lain
e. Tindakan apa yang dilakukan keluarga jika anggota keluarganya sakit ......................
f. Komunikasi:
1). Kualitas suara :
Kuat/nyaring lembut sedang merintih
2). Pelafalan dan pengucapan kata:
Jelas serak dialek .....................................................
3). Penggunaan teknik diam dalam berbicara:
Jarang kadang-kadang sering
4). Waktu yang digunakan untuk diam:
Singkat sedang lama tak terobservasi
5). Penggunaan bahasa non verbal saat berkomunikasi:
Gerakan tangan gerakan mata
Gerakan badan
Kinetik (gesture, ekspresi, dan cara berdiri/ duduk)
6). Sentuhan
Terkejut atau menarik diri ketika disentuh
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam Nilai-nilai budaya, kepercayaan dan pandangan
hidup meliputi :
9) Orientasi Nilai
a. Percayakah pada kekuatan super natural
Tidak, Alasan ........................................................................
2) Adakah orang disekitar klien yang memberi obat untuk mengurangi sakit yang
diderita..........................................................
3) Apakah obat yang diberikan oleh para normal akan digunakan untuk
mengobati sakit yang dialami klien saat ini
Tidak,alasannya.........................................................................................
Ya,alasannya..............................................................................................
Beberapa hal yang perlu dikaji dalam faktor politik dan hukum meliputi :
7. Faktor ekonomi
1. Pendapatan sebulan
2. Penghasilan tambahan
3. Apakah pendapat dan penghasilan tambahan mencukupi untuk kebutuhan hidup sehari hari:
Ya Tidak
4. Jika ya, apakah kelebihan penghasilan.......................
5. Sumber pembiyaan kesehatan klien............................................................
6. Program asuransi kesehatan dan non kesehatan yang diikuti (orang-orang Indonesia banyak
yang tidak percaya pada asuransi)...............................
8. Faktor pendidikan
RANGKUMAN
Andrew dan Boyle (2003) menjelaskan beberapa factor yang perlu dan penting
diperhatikan ketika pengkajian terhadap pasien, hubungan perawata dan pasien tersebut bisa
menggunakan sunrise model sebagai prinsip dalam melakukan pengkajian. Pengkajian
keperawatan transkultural Leininger, yaitu :
1. Factor Ekonomi
2. Factor nilai-nilai budaya dan gaya hidup
3. Faktor kebijakan dan peraturan Rumah Sakit
EVALUASI
KEGIATAN BELAJAR
13
PENETAPAN DIAGNOSA
KEPERAWATAN
TRANSKULTURAL
TUJUAN
PEMBELAJARA
N
Pokok Bahasan :
URAIAN MATERI
1). Aktual : suatu diagnosa keperawatan aktual menggambarkan penilaian klinis yang
harus divalidasi perawat karena adanya batasan karakteristik mayor.
Syarat: Menegakkan diagnosa keperawatan aktual harus ada unsur PES. Symptom
(S) harus memenuhi kriteria mayor (80%-100%) dan sebagian kriteria minor dari
pedoman diagnosa NANDA. Misalnya, ada data : muntah, diare, dan turgor jelek selama
5 hari.
Diagnosa : “resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan diare yang terus
menurus”.
Jika perawat menduga adanya gangguan self-concept, tetepi kurang data yang
cukup mendukung (defenisi karakteristik/tanda dan gejala) untuk memastikan
permasalahan, maka dapat dicantumkan sebagai : “kemungkinan diagnosa”.
Pada diagnosa keperawatan diatas lebih menunjukkan adanya kelompok tanda dan
gejala dari pada kelompok diagnosa keperawatan. Tanda dan gejala tersebut meliputi:
Cemas, takut,sedih, gangguan istirahat dan tidur, dan resiko tinggi nyeri sewaktu melakukan
melakukan hubungan seksual.
Resiko konstipasi
Resiko perubahan fungsi pernafasan
Resiko infeksi
Resiko thrombosis
1982); analisa data mencakup mengenali pola dan membandingkannya dengan pola yang
normal. Jika hubungan antara pola-pola tersebut teridentifikasi maka daftar masalah
klien akan muncul.
a. Pertukaran
b. Komunikasi
c. Berhubungan
d. Nilai-nilai
e. Pilihan
f. Bergerak
g. Penafsiran
h. Pengetahuan
i. Perasaan
c. Pola eliminasi
Kelompok data terdiri atas batasan karakteristik. Batasan karakteristik adalah kriiteria
klinis yang mendukung adanya kategori diagnostik. kriteria klinis adalah tanda dan gejala
objektif atau subjektif atau faktor risiko (Carpenito, 1999). Batasan karakteristik multiple yang
dihasilkan dari data pengkajian mendukung diagnosa keperawatan. Terdapatnya satu tanda atau
gejala tidak cukup untuk mendukung label diagnosa keperawatan.
Masalah klien merupakan keadaan atau situasi di mana klien perlu bantuan untuk
mempertahankan atau meningkatkan status kesehatannya, yang dapat dilakukan oleh
perawat sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang dimilikinya. Identifikasi masalah
klien dibagi menjadi : pasien tidak bermasalah, pasien yang kemungkinan mempunyai
masalah, pasien yang mempunyai masalah potensial sehingga kemungkinan besar
mempunyai masalah dan pasien yang mempunyai masalah aktual.
Jika klien tidak memenuhi standar kriteria, maka klien tersebut mengalami
keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
Pada tahap ini, penting untuk menentukan masalah potensial klien. Misalnya
ditemukan adanya tanda-tanda infeksi pada luka klien, tetapi dari hasil test laboratorium,
tidak menunjukkan adanya suatu kelainan. Sesuai dengan teori, maka akan timbul adanya
infeksi. Perawat kemudian menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu
melawan infeksi.
6. Penentuan Keputusan
Tidak ada masalah, tetapi perlu peningkatan status dan fungsi (kesejahteraan) :
tidak ada indikasi respons keperawatan, meningkatnya status kesehatan dan kebiasaan,
serta adanya inisiatif promosi kesehatan untuk memastikan ada atau tidaknya masalah yang
diduga.
a. Masalah kemungkinan (possible problem) : pola mengumpulkan data yang lengkap untuk
memastikan ada atau tidaknya masalah yang diduga.
b. Masalah aktual, resiko, atau sindrom : tidak mampu merawat karena klien menolak masalah dan
pengobatan, mulai untuk mendesain perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi untuk mencegah,
menurunkan, atau menyelesaikan masalah.
c. Masalah kolaboratif : konsultasikan dengan tenaga kesehatan profesional yang kompeten dan
bekerja secara kolaboratif pada masalah tersebut. Masalah kolaboratif adalah komplikasi
fisiologis yang diakibatkan dari patofisiologi, berhubungan dengan pengobatan dan situasi yang
lain. Tugas perawat adalah memonitor, untuk mendeteksi status klien dan kolaboratif dengan
tenaga medis guna pengobatan yang tepat. Label yang digunakan adalah : Potensial Komplikasi
(PK).
Identifikasi masalah membawa perawat lebih dekat untuk membentuk diagnosa keperawatan.
Pohon Masalah
Langkah-langkah:
1. Tentukan core problem berdasarkan identifikasi data subyektif (keluhan utama) dan data
obyektif (data mayor).
Pada tahap ini, perawat memvalidasi data yang ada secara akurat, yang dilakukan
bersama klien/keluarga dan/atau masyarakat. Validasi tersebut dilaksanakan dengan
mengajukan pertanyaan atau pernyataan yang reflektif kepada klien/keluarga tentang kejelasan
interpretasi data. Begitu diagnosis keperawatan disusun, maka harus dilakukan validasi untuk
menjamin ketepatan dan kebenaran dari penyusunan diagnosa keperawatan tersebut.
Ibu Mumtaza (M) berusia 60 tahun, waraga negara pakistan, datang ke IGD
dengan keluhan sesak napas dan nyeri dada. Tekanan darahnya 150/70 mmHg, denyut
jantung 82 kali per menit, hitung pernapasan 22 kali per menit. Saat ini ibu M
berkunjung yang pertama kali ke amerika. Beliau mengujungi suaminya yang kelahiran
amerika. Ibu M bisa sedikit bahasa inggris. Ketika akan diperiksa tekanan darah dan ECG
ibu M tidak bersedia melepas baju dan jilbabnya. Anak laki-lakinya tidak bisa membantu
karena sejak kecil tidak terbiasa membuka jilbab didepan anak laki-lakinya. Sedangkan
menantunya yang bersedia membantu adalah warga negara amerika yang sedikit
mengerti bahasa ibu M.
RANGKUMAN
EVALUASI
KEGIATAN BELAJAR
14
PERENCANAAN DAN
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
KEPERAWATAN
TUJUAN
PEMBELAJARA
N
Pokok Bahasan :
URAIAN MATERI
Rencana tindakan keperawatan terdiri dari rencana tindakan independen (mandiri) dan
kolaboratif (kerjasam dengan profesi lain , seperti dokter, ahli akupuntur, dan sebagainya).
Rencana tindakan akan diprioritaskan pula. Tahapan perencanaan keperawatan adalah sebagai
berikut:
Prioritas diagnosa keperawatan yang akan diikuti oleh rencana tindakan keperawatan
berdasarkan ancaman-ancaman terhadap integritas individu yaitu:
a. Prioritas pertama: masalah yang langsung mengancam nyawa, misalnya gangguan pertukaran
gas, resiko tinggi gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pada kasus transkultural
diagnosa ini bisa muncul ketika pasien menolak transfusi disebabkan pertentangan dengan
keyakinannya.
b. Prioritas kedua:ancaman beresiko tinggi terhadap integritas fisiologi dan psikologi seperti
gangguan integritas jaringan, resiko tinggi infeksi dan sebagainya, pada kasus transkultural
diagnosa ini senada dengan contoh tindakan keluarga pasien ketika memberikan obat
tradisional pada luka pasien.
c. Prioritas ketiga: ancaman beresiko rendah terhadap integritas fisiologis dan psikologis (tiap
ancaman akan datang bila tidak ditangani segera)
d. Prioritas keempat: pelestarian kesehatan (contoh peningkatan pengetahuan tentang……)
Penentuan prioritas bukan berarti memberi penomoran kepada tiap diagnosa mulai dari
nomor satu dan seterusnya menurut keutamaan tetapi setelah ditegakan diagnosa
keperawatan, diseleksi dan recana tindakan diprioritaskan pada diagnosa utama. Setelah
memprioritaskan diagnosa keperawatan, selanjutnya adalah menentukan tujuan hasil yang
diharapkan.
Tujuan merupakan perilaku pasien yang dapat diamati, sedangkan kriteria hasilnya
adalah hasil yang diharapakan dari pasien yang tertulis dengan kata-kata yang operasional dan
yang memenuhi syarat yaitu isi dan waktunya harus spesifik, bisa dijangkau, harus memenuhi
syarat SMART yaitu spesifik, measurable (dapat diukur), acceptable (dapat diterapkan), realistis
dan time (ada batasan waktu yang akan dicapai).
1). Pasien akan ambulasi menggunakan tongkat dalam waktu 48 jam setelah
pembedahan.
2) pasien akan terpenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dalam waktu 4 jam setelah
diberi cairan.
Ada tiga pedoman keputusan yang ditawarkan yang berhubungan dengan masalah
transkultural dalam pemberian asuhan keperawatan (Andrew and Boyle, 1995) yaitu :
1. mempertahankan budaya yang dimiliki klien bila budaya klien tidak bertentangan dengan
kesehatan, mengakomodasi budaya klien bila budaya klien kurang menguntungkan
kesehatan dan merubah budaya klien bila budaya yang dimiliki klien bertentangan dengan
kesehatan.
a. Cultural care preservation/maintenance
1) Identifikasi perbedaan konsep antara klien dan perawat tentang proses melahirkan dan
perawatan bayi.
b. Cultural careaccomodation/negotiation
1) Beri kesempatan pada klien untuk memahami informasi yang diberikan dan
melaksanakannya.
2) Tentukan tingkat perbedaan pasien melihat dirinya dari budaya
kelompok.
3) Gunakan pihak ketiga bila perlu.
4) Terjemahkan terminologi gejala pasien ke dalam bahasa kesehatan yang dapat
dipahami oleh klien dan orang tua.
5) Berikan informasi pada klien tentang sistem pelayanan kesehatan.
Gambaran kasus l
Pembahasan kasus l
Tujuan :
Klien dan keluarga menerima dan memahami penjelasan dari perawat tentang dampak
dari sesajen.
Kriteria hasil :
- Pastikan hak-hak pasien untuk menolak semua atau sebagian dari aturan pengobatan
yang dianjurkan.
4. Gambaran kasus
Bapak trengginas berusia 65 tahun, suku jawa, beraga islam, pendidikan SR (sekolah
rakyak),mata pencarian bertani,diagnose medis gagal ginjal akut (gga),klien merupakan anak
pertama dari 2 bersaudara dan merupakan kakek dari 15 cucu,anak ada 4 orang dan
merupakan keluarga berpengaruh di kampungnya.sejak pagi klien jatuh kesadaran apatis,gcs
11 pernapasan 32x/menit,T 200/90, S 37c. pasien mengalami odema anasarca.klien
sebelumya rutin mememriksakan tekanan darahnya ke puskesmas desa setempat.perna 2
kali mondok di RSUD Dr.Moewardi dengan diagnosa hipertensi.pagi itu keluaraga membawa
air dalam botol,salah satu keluarga menjelaskan bahwa air tersebut suda di beri doa dan
akan di minumkan pada pasien.(modifikasi hasil pengkajian mahasiswa program sarjana
keperawatan).
Pembahasan Kasus
Ditandai dengan :
DS:keluarga mengatakan bahwa air tersebut sudah di beri doa oleh dukun
Kriteria hasil : Setelah dua kali pertemuan klien dapat menceritakan resepsinya
tentang pengobatan tradisional dan menerima modifikasi yang akan di terapkan
perawat.
RANGKUMAN
evaluasi
DAFTAR PUSTAKA
Anderson and Foster (1986) , antropologi kesehatan , : alih bahasa Suryadarma (1996) , Jakarta ,
Universitas Indonesia Press
Andrew , M.M and Boyle . J.S . (1995) , Transkultural conseps in care (2 nd ed) philelphia Company
Barnard ,Alan (2002). Philosofy of technology and Nursing . Nursing philosophy . 3 (1) : 15-26 ,
april 2002 Original papers www.health.com
Calabrese , J.D. (2008) Bentrokan Paradigma klinis : Dan Politik Hambatan etnosentris untuk
Upaya Amerika asli pada Self-Healing , “ www.blackwellpublishing.com. Diakses Juni , 2010
Chinn and kammer (1995) , Theory in Nursing a Systemic Approacch , Fourth edition . St Louis .
Mosby Year Book . Inc ,
George , J.B. (1995) . Nursing Theories The Based For Professional Nursing Practice . (4th ed ) .
Norwalk , Connecticut : Appleton & Lange
Gracia, at all .(2002) . Women’s views of pregnancy Ultrasound : a Systematic review . Wiley
Interscience . Dec 2002 . Diakses Desember 2010
Hitchcock , J.E., Schubert, P.E . & Thomas , S.A. (1999) . Community Health Nursing Caring in
Action. New York : Delmar Publisher
Harkness and Dincer (1996) , Medikal Surgikal Nursing : Total Patient Care , Philadelphia : Mosby
Johnson , B.M. (2007). The holistic paradigm in nursing : The diffusion of an innovation . Article.
Journal Research and Nursing Volume 13 Issue 2 , Pages 129-139. Published Online .
www.interscience.wiley.com. Diakses 19 januari 2009
Kozier (1995) , Fundamental of Nursing : Conceps , Procces and Practice , fifth edition , California
Addison wesley
Kozier (1995) , Fundamental of Nursing : Conceps , Process and Practice , fifth edition , California
Addison wesley
Leahy and Kizilay (1996) , Fundations of Nursing Practice : A Nursing Prcess Approach ,
Philadelphia : Lipincot Company
LeFevre , R.A.(1998). Applying Nursing Process: A step by step Guide. Philadelphia: Lipincot
Compony
Leininger , M. (2002). The Theory of Culture Care and the Ethnonursing Research Method.
Toronto , Medical Publishing Division.
Leininger , M. (2002). Culture Care Assessments for Congruent Competency Practices , Toronto ,
Medical Publishing Division
Mariner (1986) , Nursing Theories and Their Work . St Louis . Miisouri : C.V Mosby Company.
McCloskey , J.C dan Bulechek , G.M. (1996). Nursing Interventions Classification (NIC) . St.
Louis.Mosby Year Book Inc
Perry and Potter (2001) , Fundamental of Nursing , Concepts proses , and practice ,
Philadelphia : Mosby
Prussing , E. (2008). “ Ketengan dan politik budaya perusahaan : etnograf’s Perspektif An pada ’’
budaya yang tepat “ Layanan ketergantungan di Amerika Utara asli ,
www.blackwellpublishing.com . Diakses Juni , 2010
Purnell , D. L., and Paulanka , B. J. (2003) . Transcultural Health Care. Philadhelphia . Davis
Company
Perry and Potter (1997) , Fundamental of nursing , Concepts , proses , and Practice , Philadelphia
: Mosby
Rice , P,L.,Naksook, C.(1999), Pregnancy and technology : Thai women’s perceptions and
experience of prenatal testing. Health Care Women Int. 1999 May-Jun;20(3):259-
78.www.intescience.com.