Anda di halaman 1dari 26

RESUME

KEPERAWATAN KELUARGA

TERAPI KOMPLEMENTER

Kelompok 7/ 6A

1. Syaiful Ulum (1130017016)


2. Dimas Ikhza Maulana (1130017035)

Dosen Fasilitator :
Nety Mawarda Hatmanti, S. Kep., Ns.,M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
2020

i
RESUME

KEPERAWATAN KELUARGA

TERAPI KOMPLEMENTER

Kelompok 7/ 6A

1. Syaiful Ulum (1130017016)


2. Dimas Ikhza Maulana (1130017035)

Dosen Fasilitator :
Nety Mawarda Hatmanti, S. Kep., Ns.,M.Kep

PRODI S1 KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN DAN KEBIDANAN
UNIVERSITAS NAHDLATUL ULAMA
2020

ii
Dengan ini kami menyatakan bahwa:
Kami mempunyai copy dari resume ini yang bisa kami reproduksi jika makalah yang
dikumpulkan hilang atau rusak
Resume ini adalah hasil karya kami sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali
yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan
resume ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia
mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Surabaya, 06 Maret 2020


NAMA NIM TANDA TANGAN
Syaiful Ulum 1130017016
Dimas Ikhza Maulana 1130017035

iii
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha pengasih lagi Maha
penyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat serta hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan RESUME tentang “TERAPI KOMPLEMENTER”
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan pendapat bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami
menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi
dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari itu semua, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi suusnan kalimat maupun tata bahasa. Oleh karena itu dengan
tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat
memeperbaiki tugas ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberi manfaat maupun
inspirasi terhadap pembaca.

Surabaya, 06 Maret 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Cover

Sampul Halaman …………………………………………………………………….. ii

Lembar Pernyataan ………………………………………………………………...... iii

Kata Pengantar ……………………………………………………………………… iv

Daftar Isi …………………………………………………………………………….. v

BAB 1 Bahasan

1.1. Definisi …………………………………………………………………………. 1


1.1.1. Tipe tarapi komplementer ………………………………………………... 4
1.1.2. Fokus terapi komplementer ……………………………………………….7
1.2. Peran Perawat …………………………………………………………………. 10
1.2.1. Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ……………………………. 10
1.2.2. Peran Sebagai Advokat (Pembela) Klien ……………………………….. 10
1.2.3. Peran edukator …………………………………………………………... 10
1.2.4. Peran researcher ………………………………………………………... 11
1.3. Teknik terapi komplementer …………………………………………………. 11
1.4. Penggunaan terapi komplementer …………………………………………… 15
1.5. Jamu …………………………………………………………………………. 16
1.6. Jamu/Massage ……………………………………………………………….. 17
Daftar Pustaka ……………………………………………………………………… 19

v
BAB 1

RESUME

1.1 Definisi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk
memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan
penyakit. Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan.
Pengobatan komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis
konvensional dan bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum
kesehatan di Indonesia. Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia.

Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam sistem


pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak
menjadi bagian dari pengobatan konvensional.

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah


pengobatan nonkonvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi
untuk Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi
merupakan pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah
pengobatan yang sudah dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun –
temurun pada suatu negara. Tapi di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa
dikategorikan sebagai pengobatan komplementer. Terapi komplementer adalah cara
Penanggulangan Penyakit yang dilakukan sebagai pendukung kepada Pengobatan Medis
Konvensional atau sebagai Pengobatan Pilihan lain diluar Pengobatan Medis yang
Konvensional. Berdasarkan data yang bersumber dari Badan Kesehatan Dunia pada
tahun 2005, terdapat 75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah menjalani
pengobatan nonkonvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-
konvensional, termasuk pengobatan komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai
menjamurnya iklan – iklan terapi non – konvensional di berbagai media.

1
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern. Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan. Terapi komplementer
juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh
bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan
fungsi.

Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah


domain luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas,
praktik dan ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem
pelayanan kesehatan yang umum di masyarakat atau budaya yang ada (Complementary
and alternative medicine/CAM Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder
& Lindquis, 2002).

Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide
yang didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau
promosi kesehatan dan kesejahteraan. Definisi tersebut menunjukkan terapi
komplemeter sebagai pengembangan terapi tradisional dan ada yang diintegrasikan
dengan terapi modern yang mempengaruhi keharmonisan individu dari aspek biologis,
psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah terintegrasi tersebut ada yang telah lulus
uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat modern. Kondisi ini sesuai dengan
prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistik (bio,
psiko, sosial, dan spiritual).

Istilah terapi komplementer banyak digunakan belakangan ini, perawat dan beberapa
profesional kesehatan lain menyebutkan dengan terapi komplementer, sedangkan
National center for complementary and integratif health (NCCIH) menyebutkan
dengan pengobatan komplementer dan alternatif. sebutan ini karena terdiri dari
sekelompok sistem dan praktik keperawatan kesehatan yang beragam, dan produk yang
bukan menjadi bagian dan pengobatan konvensional (Linquist, Snyder, & Tracy,

2
2014). Kramlich (2014) menyebutkan terapi komplementer merupakan cara atau terapi
tambahan bersamaan dengan pengobatan konvesional . pendapatan lain mendefinisikan
sebagai beragam praktek dan produk terkait dengan kesehatan yang penggunaanya
diluar biomedis konvesional (Hall, Leach, Brosnan, & Collins, 2017).

Pendapat diatas didukung oleh College of Nurses of Ontario/CNO (2014), bahwa


tindakan komplementer merupakan terapi yang digunakan untuk melengkapi praktik
keperawatan kesehatan konvensional, termasuk cara pengobatan seperti terapi herbal,
dan pengobatan manual seperti refleksi dan akupuntur. sedangkan peraturan Menteri
Kesehatan Indonesia menyebutkan bahwa pengobatan komplementer alternatif sebagai
pengobatan non konvensional yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat menggunakan upaya kesehatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif
yang diperoleh melalui pendidikan terstruktur dengan kualitas, keamanan, efektifitas
yang tinggi berlandaskan ilmu pengetahuan biomedik, upaya ini belum diterima
kedokteran konvensional (pemenkes RI NO. 1109, 2007). Definisi yang telah
dijelaskan diatas menunjukan bahwa terapi komplementer adalah tindakan yang
diberikan sebagai bagian dari keperawatan kesehatan, terdiri dari berbagai macam
bentuk praktik keseheatan di tahap pencegahan primer, sekunder dan tersier dan
diperoleh melalui pendidikan khusus yang didasari oleh ilmu-ilmu kesehatan.

3
1.1.1 Tipe tarapi komplementer
Tipe terapi komplementer dibagi atas beberapa klafikasi, national center
complementary and Intergratif Healt (NCCIH, 2016) dibagi atas 2 tipe produk
alami (herbal, vitamin, mineral dan probiotik) dan praktik pikiran dan tubuh.
Pendapat lain menyebutkan ada 5 tipe terapi komplementer yaitu: terapi
biologi; pikiran tubuh; manupulasi dan dasar tubuh; energi; dan system
keperawatan (kramich, 2014). Tipe yang akan dijelaskan mengikuti klafikasi
National Center of Complimentary and Alternative Medicine (NCCAM) tahun
2012, terbagi menjadi lima (Lindquist, Snyder, & Tracy, 2014), yaitu :
1. Terapi pikiran tubuh
Terapi ini mempraktikan pikiran dan tubuh agar focus kepada interaksi
antara otak, pikiran, tubuh, dan kebiasaan dengan tujuan untuk menggunakan
pikiran dalam mempengaruhi fungsi tubuh dan mempromosikan kesehatan.
Ada banyak jenis terapi jenis ini yang menggunakan beberapa teknik seperti
meditasi, yoga, akupuntur, latihan napas dalam, guided imagy, hipnoterapi,
relaksasi progresif, qi-gong, dan tai chi. Contoh hasil penelitian tai-chi
menunjukan bahwa kelompok intervensi yang melakukan latihan tai chi
menurunkan kejadian jatuh lebih baik dibandingkan dengan kelompok yang
melakukan peregangan yang bertahan selama 3 bulan setelah intervensi
(Fuzhong Li, et al, 2012).
2. Produk Alami
Terapi yang menggunakan zat yang ditemukan pada alam. Contohnya :
prepatan turunan tumbuhan (herbal dan minyak esensial), pengaturan diet
khusus, pengobatan orthomolecular (nutrisi dan suplemen makanan), dan
produk lainnya. Contoh herbal yang digunakan untuk pengobatan saat ini
adalah bawang putih. Bawang putih digunakan untuk pencegahan penyakit
kardivaskular terutama mempengaruhi tingkat lipid pada tubuh (Qidwai &
Ashfaq, 2013).

4
3. Praktik manipulasi sistem tubuh

Praktik manipulasi dan dasar tubuh focus utamanya pada struktur dan
sistem tubuh termasuk tulang dan sendi, jaringan lunak, serta sistem sirkulasi
dan limpa. Contoh terapi ini yang paling sering digunakan adalah manipulasi
spinal,chiropractic, dan terapi masase dilakukan di sebuah RS di Arizona
terhadap 53 klien yang mengalami penurunan rasa nyeri secara signifikan
setelah mendapatkan pijatan, adapun secara kualitatif paling signifikan
didapatkan perbaikan terhadap tingkat nyeri, kesejahteraan emosional relaksasi
dan kemampuan untuk tidur (Adams, White, & Beckett, 2010).

4. Terapi Energi
Terapi yang focus pada penggunaan energi dari lingkungan seperti
magnetik dan biofelds yang dipercaya sebagai energi yang didapatkan dari
lingkungan sekitar dan dapat diserap tubuh. Comtoh Healing Touch, Reiki
energi Qi-Gong dan Magnet. Contoh penelitian yang dilakukan pada healing
touch pada 90 klien kanker di sebuah RS di Iran menunjukan pengukuran
terhadap rasa sakit dan tingkat kelelahannya efektif penurunannya dari pada
klien yang hanya mendapatkan perawatan biasa (Aghabati, Mohommadi, dan
Esmaiel, 2010). Hasil literatur review terhadap 6 dari 17 artikel terkait yang di
telah dari 334 artikel didapatkan contoh efek positif penyembuhan terapi
sentuhan dari rasa sakit, mual, cemas dan kelelahan , dan kualitas hidup klien
kanker (Tabatabaee, et al, 2016).
5. Sistem pemeliharaan kesehatan
Suatu sistem besar yang merupakan unit pelayanan yang dibangun
berdasarkan teori dan fakta praktik serta seringkali dilibatkan dan sebagai
bagian serta lebih dahulu digunakan dibandingkan pengobatan barat. Terapi
yang telah disebutkan di atas dapat berasal dari beberapa sistem pemeliharaan
kesehatan tersebut. Beberapa kategori yang telah berkembang dari budaya dan
tradisi spiritual digunakan dalam praktik , seperti pengobatan ayuverdic,
tradisional cina, folk, homeopathy, dan naturopathy. Praktik ini mencakup

5
seluruh sistem perawatan yang membangun teori dan praktik yang telah
berkembang. Contoh terapi pengobatan tradisonal china (TCM) menggunakan
akupuntur efektif untuk mengatasi masalah nyeri pada klien kronis yang
diperoleh dari sistematik review sebanyak 29 dari 31 randomized controlled
trials (RCT) berasal dari analisis 17.922 klien (Vickers, et al, 2012).
Praktik pelayanan terapi komplementer dan alternatif di Indonesia dapat
merujuk dari Permenkes RI No.1109 Tahun 2007 pasal 4. Peraturan tersebut
mengacu pada ruang lingkup pengobatan komplementer-alternatif yang harus
berlandaskan ilmu penhetahuan biomedik, sehingga praktik yang dilaksakan
yaitu: intervensi tubuh dan pikiran (mind and body interventions), system of
medical practice), cara penyembuhan manual (manual healing pharmacologic
and biologic treatments), diet dan nutrisi untuk pencegahan dan pengobatan
(diet and nutrition the prevention and treatments), dan cara lain yang tergolong
ke dalam berbagai metode diagnosis yang tidak diklasifikasikan dan
pengobatan (unclassified diagnostic and treatmet methods)
Ketetapan dari peraturan pemerintah tersebut menunjukan bahwa,
berbagai tipe yang sudah dijelaskan sebelumnya dapat dilakukan di Indonesia.
Adapun yang perlu diperhatikan saat memberikan intervensi adalah terapis
memiliki pendidikan khusus yang berlandasan ilmu pengetahuan biomedik dan
fokus terapi komplementer.

6
1.1.2 Fokus terapi komplementer
Perawat penting mengenal terapi komplementer, karena masyarakat
termasuk di Indonesia masih banyak yang menggunakan terapi tradisional.
Menurut pengalaman penulis selama praktik keperawatan di masyarakat
lebih banyak melakukan tindakan awal dengan cara tradisional sebelum
pergi ke pelayanan kesehatan, sehingga perlu pengetahuan yang cukup untuk
membantu masyarakat dalam memberi informasi sebagai jenis pilih
tindakan. Klien dapat memilih tindakan yang tepat sesuai dengan masalah
yang dialaminya. Perawat yang menguasai terapi komplementer juga dapat
memberikan tindakan sesuai kebutuhan klien. Hal ini sesuai dengan tujuan
penyelenggaraan terapi komplementer dan alternative yaitu memberi
perlindungan kepada klien mempertahankan dan meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan serta memberi kepastian hokum kepada masyarakat dan
tenaga pengobatannya (Permenkes RI No. 1109, 2007). Kondisi saat ini
sudah banyak perawat yang mengenal dan kompeten melakukan terapi
komplementer di Indonesia.
Perawat yang melakukan tindakan terapi komplementer perlu di
intergrasikan kedalam asuhan keperawatan klien sebagai pelengkap tindakan
nomer 38 tahun 2014 pasal 30 yang menjelaskan tentang tugas dan
wewenang perawat dalam penatalaksanaan tindakan komplementer dan
alternative. Perawat juga harus mengaplikasikan prinsip keperawatan selama
melakuakan terapi komplementer.
Prinsip keperawatan yang perlu di aplikasikan dalam melaksanakan
terapi komplementer dan alternatif adalah holistik, komprehensif, dan
kontinum. Prinsip holistik, pada terapi komplementer sesuai dengan
pendekatan perawat yang mengacu pada kebutuhan biologis, psikologis,
social kultural dan spiritual ( Berman, et al 2015; Potter perry, Stockert &
Hall, 2013). Artinya perawat dalam melaksanakan terapi komplementer
perlu berorientasi pada pemenuhan kebutuhan biospiko-sosial kultural dan
spiritual klien. Perawat dapat menggunakan prinsip ini karena mengakui

7
adanya kemampuan alami dalam pemulihan tubuh dengan menggabungkan
berbagai inetervensi sebagai kompelementer termasuk memberikan terapi
musik, life review, relaksasi, heading touch, dan guided imaginery (
imajinasi tertuntun) karena terapi tersebut menyusaikan kondisi dan
kemampuan klien, non invasif yang ekonomis, dan non farmokologi (Potter
Perry, Stockert & Hall). Pandangan yang memenuhi semua aspek ini dapat
diterapkan dalam berbagai level pencegahan.
Level pencegahan terdiri dari primer, sekunder dan tersier (Edelman &
Mandle,2010). Terapi komplementer dapat dilaksanakan di semua level
pencegahan tersebut misalnya seseorang yang ingin lebih sehat dengan
konsumsi suplemen nutrisi, pencegahan sekunder misalnya menggunakan
herbal untuk menyembuhkan penyakitnya dan contoh tersier menggunakan
masase untuk membantu angggota gerak yang lumpuh untuk meningkatkan
fungsi dan mempertahankan tubuhnya. Terapi komplementer mengajarkan
individu untuk mengubah perilaku seseorang untuk memperbaiki respons
fisik terhadap stress dan peningkatan tanda masalah fisik seperti kekuatan
otot, ketidak nyamanan pada perut, nyeri, atau gangguan tidur (Potter, Perry,
Stocket & Hall). Terapi Komplementer untuk semua level pencegahan
tersebut juga memperlihatkan sistem klien.
Klien sebabagai individu yang memiliki sistem yang saling terkait
didalam tubuh dan lingkungannya. Gangguan yang ada pada diri seseorang
akan mempengaruhi sistem klien sebagai individu, keluarga ataupun anggota
masyarakat (Stanhope & Lancaster, 2014). Misalnya klien dengan gangguan
psikososial akan berdampak pada diri dan keluarganya, Menurut (Stozier &
Carpenter 2008), terapi komplementer melakukan melakukan pendekatan
psikoterapi yang dianggap sebagai bagian dari sistem yang melengkapi
untuk proses penyembuhan selain pengobatan konvensional. Terapi
komplenter juga dapat digunakan dalam membantu klien untuk memenuhi
kebutuhan psikososial tersebut. Sebagai contoh terapi relaksasi yang
dipadukan dengan hipnotis dapat membantu kondisi rileks pada klien,

8
keluarga ataupun kelompok dengan masalah psikososial tersebut. Artinya
terapi komplementer dapat digunakan diberbagai level pencegehan dengan
memperhatikan sistem yang pada klien.
Intervensi keperawatan melalui pencegahan di berbagai level ini dapat
dilakukan dalam keadaan sehat dan sakit, diberikan disemua tingkat
pelayanan kesehatan. Prinsip kontinum dilakukan pada klien dalam keadaan
sehat dan sakit hingga sehat kembali yang dirawat di rumah ataupun di
rumah sakit hingga kembali ke rumah (Potter, Perry, Stockert & Hall, 2013).
Terapi komplementer ini dapat diterapkan pada klien dalam keadaan sehat
dan sakit yang ada dirawat dirumah ataupun dipelayanan kesehatan secara
mandiri kalobarasi, artinya memnuhi prinsip kontinum. Pelayanan kesehatan
yang diberikan hendaknya dilakukan secara integrasi untuk mendapatkan
hasil terbaik untuk klien. Pelayanan kesehatan integrasi menekankan
pentingnya hubungan antara terapis atau praktisi dengan klien, fokus pada
individu secara menyeluruh, menginformasikan berdasarkan bukti, dan
menggunakan pendekatan terapieutik yang tepat, pelayanan kesehatan
professional dan lintas disiplin sehingga mencapai kesehetan optimal
(Kretizer et al.2009 dalam Potter, Perry, Stockert & Hall 2013). Pemberian
terapi yang berkelanjutan baik dirumah ataupun dipelayanan kesehatan
secara konvesional mauapun komplementer diharapkan dapat memberikan
inetrvensi terbaik untuk kebutuhan klien (Stanhope & Lancaster, 2014).
Artinya terapi kompelementer dapat diberikan diberbagai layanan sesuai
dengan kebutuhan dan tersediannya, hal ini menunjukan bahwa terapi
komplementer apabila di berikan pada seseorang telah sesuai dengan prinsip
dan konsep keperawatan.

9
1.2 Peran Perawat
1.2.1 Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan
(Didukung oleh teori keperawatan berdasarkan Teori Orem (1971). Tujuan
keperawatan adalah untuk merawat dan membantu klien mencapai perawatan
diri secara total. Nightingale (1860) Tujuan keperawatan untuk pasilitasi
proses penyebuhan tubuh dengan memanipulasi lingkungan klien. Rogers
(1970) Untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan,mencegah
kesakitan, dan merawat serta merehabilitasi klien yang sakit dan tidak mampu
dengan pendekatan humanistic keperawatan.)
Peran sebagai pemberi asuhan keperawatan ini dapat dilakukan perawat
dengan memperhatikan keadaan kebutuhan dasar manusia yang dibutuhkan
melalui pemberian pelayanan keperawatan dengan menggunakan proses
keperawatan sehingga dapat ditentukan diagnosis keperawatan agar bisa
direncakan dan dilaksanakan tindakan yang tepat sesuai dengan tingkat
kebutuhan dasar manusia, kemudian dapat dievaluasi tingkat
perkembangannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan dari yang
sederhana sampai dengan kompleks.
1.2.2 Peran Sebagai Advokat (Pembela) Klien
Peran ini dilakukan perawat dalam membantu klien dan keluarga dalam
menginterpretasikan berbagia informasi dari pemberi pelayanan atau
informasi lain khususnya dalam pengambilan persetujuan atas tindakan
keperawatan berkaitan dengan terapi komplementer yang diberikan kepada
pasiennya, juga dapat berperan mempertahankan dan melindungi hak-hak
pasien yang meliputi hak atas pelayanan sebaik-baiknya, hak atas informasi
tentang penyakitnya, hak atas privasi, hak untuk menentukan nasibnya sendiri
dan hak untuk menerima ganti rugi akibat kelalaian.
1.2.3 Peran edukator
Didukung oleh Teori Peplau (1952). Tujuan keperawatan untuk
mengembangkan interaksi antara perawat dan klien. King (1971), tujuan
keperawatan untuk memanfaatkan komunikasi dalam membantu klien
mencapai kembali adaptasi secara positif terhadap lingkungan. Peran ini
dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan tingkat pengetahuan

10
kesehatan mengenai terapi komplementer, gejala penyakit bahkan tindakan
yang diberikan, sehingga terjadi perubahan perilaku dari klien setelah
dilakukan pendidikan kesehatan.

1.2.4 Peran researcher


Mengadakan perencanaan, kerja sama, perubahan yang sistematis dan
terarah sesuai dengan metode pemberian pelayanan keperawatan.
1.3 Teknik terapi komplementer

Perkembangan terapi komplementer di Indonesia ramai dibahas


memalui seminar, worskshop ataupun pelatihan sebagai salah satu cara
menjawab kebutuhan pengembangan sesuai amanah undang-undang yang
menjadikan terapi komplementer sebagai salah satu intervensi yang dapat
digunakan dalam keperawatan.

Terapi komplementer setiap jenisnya memiliki teknik tertentu. berikut


ini dijelaskan beberapa teknik dijelaskan sesuai dengan tipe terapi
komplementer atau alternatif. Lima tipe berikut sesuai klasifikasi NCCAM
tahun 2012 yaitu: pikiran dan tubuh (Mind body therapies); system
pemeliharaan kesehatan; produk alami; praktek manipulasi dan system; dan
terapi energy (Lindquist, Snyder, & teraciy, 2014) klasifikasi terapi pikiran dan
tubuh (Mind body therapies), contohnya yaitu medikasi, yoga, terapi music,
berdoa, terapi seni, imagery, journaling (menulis jurnal / sebuah diary yang
berbentuk formal), biofeedback, humor dan tai-chi.

Perawat yang akan melakukan tindakan dari semua teknik hendaknya


menggunakan tahapan komunikasi yang telah dipelajari mencakup. Tahap
pertama interaksi, tahap kedua orientasi, tahap ketiga kerja dan tahap ke empat
terminasi. Selain itu, tindakan septik dan apseptik selalu dilakukan untuk
kemaamanan klien dan dirinya. Adapun setiap tindakan dilakukan melalui
persiapan diri, alat, klien dan lingkungan. Berikut ini beberapa teknik terapi
yang banyak digunakan, antara lain :

11
1. Meditasi
Meditasi adalah suatu teknik yang memungkingkan seorang mampu
menggunakan kesadaran dan pengalamannya sehingga membuat seorang lebih
sadar akan dirinya (Synder & Lindquist), meditasi dapat menjadikan seorang
santai, menurun konsumen oksigen, mengurangi frekuensi pernafasan dan
denyut jantung. Hal ini dapat menjadikan tubuh merasa rileks, pikiran lebih
tenang, meningkatkan kesejahteraan fisik dan emosional dengan kondisi
lingkungan tenang, posisi yang nyaman dan kadangkal menggunakan sebuah
alat pengukuran mental seperti mantra (Fointaine, 2005; Mantle & Tiran,
2009).pernikahan menjadi sesuatu yang membosankan (Friedman, Marilyn,
2010).

2. Akupresur
Jenis terapi ini termasuk dalam salah satu pengobatan tradisional Cina
yang dikenal dengan traditional Chinese Medicine disingkat dengan TCM
(Mantle & Tiran, 2009), Tindakannya melibatkan stimulasi dari titik-titik
spesifik pada tubuh. Akupresur menggunakan jari atau alat (kayu, magnet) yang
di tekan pada titik di permukaan kulit tersebut sedangkan pada akupunktur
menggunakan jarum yang kemudian dimanipulasi dengan tangan atau stimulasi
elektrik. Titik saraf tubuh merupakan titik berat dari pengobatan akupunktur
dan akupresur. Pada titik tertentu seperti kedua telapak tangan merupakan titik
bagi jantung, paru, mata, kelenjar tiroid, hati, pancreas dan sinus (Fengge,
2012).

3. Terapi Massase
Teknik ini dengan cara menekan, mengusap dan memanipulasi otot dan
jaringan lunak lainnya pada tubuh. Pengertian massase telah mengalami
proses penyempurnaan berdasarkan ilmu-ilmu mengenai tubuh manusia serta
gerakan-gerakan tangan yang bersifat mekanisme terhadap tubuh manusia
yang dilakukan dengan berbagai teknik (synder & Lindquist, 2010). Massase
dapat berfungsi sebagai salah satu terapi untuk meredakan berbagai keluhan
fisik seperti rasa kembung, menghilangkan nyeri dan meredakan strees serta
kelelahan fisik . Massase membantu mengurangi ketegangan otot dengan

12
stimulasi sirkulasi darah dalam tubuh, relaksasi, mengurangi nyeri, sedangkan
pada bayi melancarkan sirkulasi sehingga efektif meningkatkan berat badan
(Synder & Lindquist; Mantle & Tiran, 2009). Tindakan massase untuk dewasa
dan anak-anak caranya berbeda-beda.
Teknik masase ada berbagai macam cara gerakan. Misalnya
menggunakan cara mengusap, friction (gerakan melingkar kecil-kecil
menggunakan jari dengan penekanan), meremas, mencincang, memukul dan
menggetar (vibrasi) merupakan gerakan dasar (Mantle & Tiran, 2009;
Kementrian Kesehatan RI, 20014).
4. Yoga
Yoga merupakan suatu sarana untuk mencapai suatu tingkat aktifitas
untuk pikiran dan jiwa agar berfungsi bersama secara harmonis (Shindu,
2013). Yoga merupakan salah satu terapi yang memiliki dasar pengetahuan
mengenai seni pernafasan, anatomi tubuh manusia, pengetahuan tentang cara
mengatur nafas disertai gerakan anggota badan, cara melatih konsentrasi dan
kedamaian pikiran.
Teknik ini mengkombinasikan postur fisik, teknik nafas dalam, dan
meditasi atau relaksasi. Teknik yoga bermacam-macam tergantung aliran yang
ada (Snyder & Lindquist, 2010; Kinasih, 2010). Yoga mengkombinasikan
postur, pernafasan dan meditasi atauoun relaksasi, maka untuk mampu
melakukan dengan benar dengan menggunakan buku-buku panduan yang ada,
mengikuti kelas yoga, ataupun video. Latihan yoga harus memperhatikan
kemampuan dan keterbatasan individu seperti faktor usia, jenis kelamin,
kondisi kesehatan, kondisi fisik dan emosional.
5. Bekam
Bekam dikenal dari masa kuno, cina dan timur tengah sebagai salah satu
teknik pengobatan tertua didunia. Pengertian bekam adalah melakukan suction
pada bagian tertentu (lokal) dengan menggunakan cups pada area yang telah
dipilih pada tubuh. Setelah beberapa menit, cup akan dipindahkan dan
dilakukan penyayatan kecil dengan menggunakan scalpel. Suction kedua
menggunakan cup pada bagian tersebut akan mengeluarkan darah dari dalam
tubuh dengan kuantitas kecil yang berfungsi untuk mengeluarkan racun dari
tubuh (Wl sayed, Mahmoud & Nabo, 2013).
Tujuan utama dari terapi ini adalah untuk mempercepat aliran darah dan
membantu mengeluarkan darah yang sudah tidak memiliki manfaat bagi
tubuh. Bekam juga berguna untuk mengeluarkan racun dari sirkulasi kulit dan
kompartemen interstisial (Kim et al, 2012).

13
6. Terapi Benson
Terapi ini dikenal dengan respons relaksasi, yaitu kondisi fisiologis dan
psikologis yang melawan strees (Dusek & Benson, 2009). Benson dan proctor
mendefinisikan teknik relaksasi benson adalah upaya mengembangkan
metode relaksasi pernafasan dengan melibatkan keyakinan klien mengenai
kondisi kesehatannya sehingga dapat membantu menciptakan lingkungan
internal dan membantu klien mencapai kondisi kesehatan dan kesejahteraan
yang lebih tinggi (Purwanto, 2006). Respons relaksasi adalah salah satu teknik
meditasi sederhana untuk mengatasi tekanan dan meraih ketenangan hidup.
Teknik relaksasi benson merupakan teknik latihan napas yang bertujuan untuk
mengurangi strees.
7. Hipnoterapi
Teknik terapi ini digunakan untuk membantu orang lain dalam
menciptakan kemungkinan hidupnya lebih berarti melalui cara
mengekpresikan diri dalam berbagai hal (Stanley, 2014). Hipnosis secara
tradisional dianggap sebagai kesadaran yang berubah, mirip dengan keadaan
yang dialami saat mendengarkan music, menonton Tv, melamun atau
berkonsentrasi pada tugas (Mantle & tiran, 2009). Kamus besar Bahasa
Indonesia Hipnosis adalah keadaan seperti tidur karna sugesti, pada taraf
permulaan orang tersebut berada dibawah pengaruh orang yang
mensugestinya, tetapi pada taraf berikutnya menjadi tidak sadar sama sekali.
Keadaan hypnosis dikaitkan dengan adanya peningkatan sugesti, menfasilitasi
interaksi antara terapis dan subjek yang memungkinkan praktisi membuat
sugesti untuk menfasilitasi seseorang agar mengubah cara berfikir, perasaan
atau reaksi terhadap peristiwa atau situasi tertentu (mantle & tiran, 2009),
contohnya klien lansia yang diberi sugesti tidur sehat dapat membantu
meningkatkan kualitas tidurnya (Haryanto, 2016)
8. Food combining
Food combining adalah pola makan yang diselaraskan dengan
mekanisme alamiyah tubuh manusia. Artinya cara ini menggunakan pola
makan yang benar sesuai dengan siklus pencernaan sehingga mengatur waktu
makan dan kombinasi makan yang serasi (Gunawan, 1999). Tujuan
dilaksanakannya food combining adalah untuk mempermudah pekerjaan
system pencernaan sehingga pemakaian energy tubuh lebih efisien dan tubuh
menjadi sehat serta membentuk berat badan dan tinggi badan yang ideal.

14
1.4 Penggunaan terapi komplementer
Perkembangan terapi komplementer di Indonesia mengalami kemajuan pesat.
Hal ini menunjukkan dengan adanya institusi pendidikan tinggi yang ikut
mengembangkan jenis terapi, misalnya telah dibukanya pasca sarjana akupunktur
dan herbal. Perkembangan lain adapula yang menjadikan salah satu kompetensi
profesi tertentu sehingga dimasukkan kedalam kurikulum pendidikan misalnya
dikedokteran, keperawatan, kefarmasian, dan fisioterapi. Perkembangan keilmuan
ini sejalan dengan pemanfaatan berbagai jenis terapi yang ada di masyarakat.
Perkembangan ilmu yang ada juga didukung mulai munculnya organisasi yang
mewadahi peminat keilmuan komplementer yang bertujuan memberikan intervensi
yang holistic.
Pengetahuan masyarakat di Indonesia tentang tindakan tradisonal bervariasi
sehingga dalam menggunakan terapi komplementer berbeda-beda. Disamping itu
pemanfaatannya tergantung dari jenis penyakit yang diderita, paling umum dan
sudah membudaya adalah pemanfaatan produk alami yang dikenal dengan jamu.
Istilah ini berasal dari jawa di pakai di seluruh Indonesia yang merupakan obat
tradisional Indonesia (WHO, 2010). Jenis terapi komplementer tradisional lainnya
adalah pijat, yang berkembang saat ini diperhatikan dalam pelayanan SPA adalah
pijat jawa dan bali sedangkan shiatsu, tuina, lomi-lomi, Swedish, akupresur,
refleksi termasuk yang berasal dari Negara lain (kementrian kesehatan RI, 2014).
Semakin sulit kondisi kesehatan yang dialami, semakin terdapat kemungkinan
hadirnya perasaan negatif pada usia tua. Lansia yang kehilangan kemandirian
mereka akibat gangguan kesehatan secara umum memiliki moral yang rendah, dan
buruknya kesehatan fisik sering kali menjadi awal terjadinya masalah perilaku dan
psikologis pada lansia (Chilman, Nunnally, & Cox, 1988). Sebaliknya, lansia yang
mempertahankan kesehatan mereka, yang tetap menjaga keaktifan, dan memiliki
sumber ekonomi yang adekuat menunjukkan proporsi lansia yang signifikan dan
biasanya merasa positif mengenai tahap kehidupan ini (Friedman, Marilyn, 2010).

15
1.5 Jamu
Tahun 1988 merupakan awal dimulainya progam perkembangan potensi obat
tradisional sebagai alternative pelayanan kesehatan (Chaundhury & Rafel, 2001).
Obat tradisional di Indonesia dikenal dengan istilah jamu (WHO, 2010;
Chaundhury & Rafei). Perkembangan jamu saat ini dikelola secara tradisional dan
modern, beberapa pabrik jamu di Indonesia bahkan sudah sampai ke manjanegara.
Jamu tradisional yang dikelola secara manual dapat ditemukan di masyarakat
Indonesia dengan membuat sendiri dan masih banyak ditemukan yang dijual
keliling kampung misalnya jamu gendong (Wulandari & Azrianingsih, 2014). Jamu
yang sudah menggunakan resep dokter tersebut dikenal dengan obat herbal, adpaun
jumlahnya masih sedikit, Di Indonesia ada 3 jenis pembagian yaitu jamu (obat
tradisional), obat herbal terstandart dan fitofarmaka (BPOM, 2005). Obat
tradisional adalah bahan baku atau ramuan yang berasal dari tumbuhan, hewan,
mineral, sediaan sari atau campuran dari bahan tersebut yang digunakan secara
turun temurun berdasarkan pengalaman untuk pengobatan. Obat herbal terstandar
adalah sediaan oabat bahan yang telah terbukti keamanan dan khasiatnya secara
ilmiah melalui ujian praklinik dan bahan bakunya telah terstandar. Fitofarmaka
adalah sediaan oabat dari alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya
selain dari uji praklinik juga di uji klinik secara ilmiah serta berbahan baku dan
produknya terstandarisasi.
Perkembangan obat herbal di Indonesia dimulai dari pengembang jamu
semakin pesat karena sudah dikelola dengan teknik yang modern. Selain itu,
dukungan perguruan tinggi semakin bertambah misalnya dibuka paska sarjana
herbal di beberapa perguruan tinggi di Indonesia sejak tahun 2010. Penilitian herbal
misalnya terdapat pengaruh pemanfaatan kayu manis 3 kali sehari sebanyak 3 gram
untuk menurunkan kadar glukosa serum pada klien diabetes tipe 2 (Suriadi, et all,
2013), penelitian lain madu Indonesia hamper sama efektif untuk penyembuhan
luka pada tikus dibandingkan madu manuka dan hidrokoloid (Haryanto, Urai,
Mukai, Suriadi, Sugama & Nakatani, 2012). Hal ini menunjukan sumber alam
Indonesia dapat digunakan sebagai bahan herbal.

16
Obat herbal dan fitofarmaka jumlahnya masih terbatas di Indonesia, karena
harus melalui penelitian yang membutuhkan waktu dan dana yang besar. Sementara
masyarakat juga belum banyak memahami perbedaan ketiga pembagian tersebut
sehingga lebih banyak menggunakan jamu yang lebih muda dan murah. Namun
kadang-kadang produsen jamu melakukan tindakan yang tidak layak dengan
mencampurkan zat/obat tertentu, sehingga pemerintah melarang beberapa
produknya. Sehingga masyarakat banyak membuat sendiri resep jamu yang
diwariskan dari keluarga atau informasi dari masyarakat sekitarnya. Hal yang harus
diperhatikan saat mengomsumsi jamu adalah hati-hati saat digunakan sebagai obat
konvesional, berikan jeda waktu agar proses di dalam lambung sudah berjalan.
1.6 Jamu/Massage
Tindakan pijat memiliki prinsip yang hamper sama dengan massase, hal ini
sudah dibahas sebelumnya. Penekanan pada bagian ini adalah, banyaknya jenis
pijat yang ada di Indonesia tergantung wilayah tempat tinggal masyarakat. Istilah
yang banyak beredar di masyarakat pijat bermacam-macam, misalnya pijat dan
urut. Pijat memiliki tujuan untuk rileks, melemaskan otot dan mempelancar
peredaran darah. Pijat yang popular di masyarakat berasal dari daerah jawa dan
bali. Umumnya praktik pelayanan kesehatan SPA yaitu pelayanan kesehatan
holistic dengan memadukan berbagai jenis perawatan kesehatan tradisional dan
modern yang menggunakan air, pijat, terapi aroma, latihan fisik, terapi warna,
terapi music, makanan yang memberi efek pada tubuh, pikiran, jiwa sehingga
mencapai kesehatan yang optimal (Kementrian Kesehatan RI, 2014). Pijat dari
daerah lain juga ada misalnya Kalimantan, sualwesi, dan Sumatra. Hal ini terkait
dengan berkembangnya minyak tradisional yang digunakan sebagai minyak urut
dan pijat. Contohnya kayu putih banyak dihasilkan di Ambon, digunakan sebagai
obat gosok mengurangi nyeri, gatal dan kembung. Minyak tawon adalah minyak
gosok yang banyak dihasilkan dari Makassar dapat digunakan untuk mengobati
luka lebam, memar dan gigitan serangga selain digunakan untuk urut.

17
Daerah lain yang berkembang minyak utuk pijat dan obat gosok adalah Papua
dan Ambon yang memproduksi minyak akar lawing. Minyak ini dapat digunakan
sebagai obat nyeri sendi, rematik, salah urat, gatal-gatal dan lainnya. Selanjutnya
minyak telon yang lebih cocok digunakan untuk menggosok kulit bayi,
menghangatkan tubuh dan mengatasi gatal yang berasal dari jawa tengah. Minyak
gandapura dihasilkan hamper diseluruh wilayah Indonesia, digunakan untuk obat
gosok, mengatasi nyeri sendi, mengatasi gatal dsb. Minyak cendana dari Nusa
Tenggara Timur dapat digunakan untuk menghaluskan dan mencerahkan kulit.
Minyak lainnya seperti kemiri, sereh banyak diperoleh dari berbagai daerah,
sedangakan minyak kenanga lebih banyak berasal dari Aceh dan Sumatra utara.
Semua minyak tersebut dapat digunakan untuk dioleskan pada kulit dengan
berbagai tujuan artinya perkembangan pijat di Indonesia beriringan dengan
perkembangan herbal sebagai minayak nya yang dalam praktik selain sebagai
pelumas pijatan juga untuk menimbulkan aroma, kehangatan sebagai efek terapi
yang optimal (Kementrian Kesehatan ri, 2014).

18
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. 1999. Nurse’s
Handbook Of Alternative And Complementary Therapies. Pennsylvania :
Springhouse
Berman, A. et all. Kazier and Erb’s Fundamental of nursing Australian edition Vol 1.
3 edition. Pearsion Australia Group Pty.Ltd, 2015
BPJS Indikator Kesehatan 1995-2015. Diunduh pada tanggal 30 Desember 2016 dari
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1559, 2016
Bulechek, G. M,, Butcher, H. K., Dochterman, J.M.C & Cheryl M.W. Editors Nursing
Intervetion classification (NIC) 6th edition USA: Elsevier, 2013
Chaudhury, R.R. And Rafei, U.M. Editor Traditional medicine in Asia. New Delhi:
WHO Regional Office for South East Asia, 2001. http://searo
who.int/entity/medicines/documents/traditional_medicines_in_asia.pdf
Dusek,J.A, and Benson, H.Mind Body medicine: a modele of thr comperative clinical
impact of the acute stress and relaxation responses. Minnesota medicine 92:47-
50.2009
EL Sayed, S. M., Mahmoud, HS, dan Nabo, M.M.H. Methods of west cupping therapy
(Al-Hijamah): in light of modern medicine and propethic medicine. Altern,
Integr. Med. 2 (2013) 111, http://dx.doi.org/10.4172/2327e5162.1000111
Edelman, C. & Mandle, C. L, Health Promotion throughout the lif span. 7th edition.
St. Louis Mosby Elseviet, 2010
Frieri, L. Effectiveness of Cognitive Stimulasi Therapy Groups For Individuals with
Dementia. University of Western Ontario: School of Communication Sciences
and Disorder. 2010
Fuzhong Li, Harmer P, Fitzgerald K, Eckstrom E, Stock, R. Galver J, Maddalozzo, G.
and Batya, SS. Tai chi and postural stability in patients with parkonson’s
disease. N Eng J. Med. 2012 Feb: 366 (6): 511-519 Doi. 10.1056/NEJmoa.
1107911.Diunduh dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gow/pmc/articles/PMC3285459/
Haryanto, Urai, T. Mukai, K. Suriadi, Sugama, J. Nakatani, T. Effectiviness of
Indonesia honey on the acceleration of cutaneous wound healing: an
experimental study in mice. Wounds. 2012;24(4):110-119.
Hikayati, F.R. dan Purwanto, S. penatalaksana non farmakologis terapi komplementer
sebagai upaya untuk mengatasi dan mencegah komplikasi pada penderita
hipertensi primer di kelurahan indralaya mulya kabupaten ogan ilir. Jurnal

19
pengabdian Sriwijaya. Diakses melalui ejournal.
Unsri.ac.id/index.php/jpssriwijaya/article/download/1605/631. 2014
Haryanto, J.Sutadi,H,Sahar,J dan kamso, S. efektivitas model keperawatan sugesti pola
tidur sehat lansia terhadap kualitas tidur, Kuantitas tidur, status kesehatan dan
penurunan tekanan darah lansia insomnia dan hipertensi di kota Surabaya. 2016.
lib.ui.ac.id/file?file=digital/2016-4/20424787-D2080-joni%20Haryanto pdf
Hall, H., Leach, M., Brosnan, C. & Collins, M. Nurses attitudes towards
complementary therapies A systematic reviuw and meta-synthesis. International
Journal of Nursing Studies 69 (2017) 47-56. www.elsivier.com/ijns
Jurnal http://jki.ui.ac.id/index.php/jki/article/view/200/311
Kementrian Kesehatan RI. PMK No. 8 tentang pelayanan kesehatan SPA. 2014.
http://tradkom.depkes.go.id/wp-content/uplouds/2015/2-PMK%20
No%208_Tentang%20PELAYANAN%20KESEHATAN%20SPA.pdf
Kim TH, et al. Cupping for treating neck pain in video dis-play terminal (VDT) users:
a randomized controlled pilot trial, J Occup Health 2012;54(6):416-264.
Kinasih, A.S. Pengaruh latihan yoga terhadap peningkatan kualitas hidup. Fakultas
Psikologi Universitas Gadjah Mada, bulletin psokologi Vol. 18, No 1, 2010, 1-
12.
Kramlich, D. Introduction to complementary, alternative, and traditional therapies.
Critical Care Nurses. Vol. 34 (6): 50-56. Doi
http://dx.doi.org/10.4037/ccn2014807.2014
Mantle, F. dan Tiran, D. A-Z of complementary and alternative medicine: a guide for
health profesionals, New York: Churchill Livingstone/Elsevier, 2009
Nies, A. Mary., & McEwen., Melanie. 2015. Keperawatan Keluarga Komunitas dan
Keluarga. Singapore: ELSEVIER
National Center for Complementaryand Alternative Medicine (NCCAM). CAM
Basics. Diunduh dari http://nccih.nih.gov/sites/nccam.nih.gov/files/D347_05-
25-2012.pdf.2012
NCCIHI (National Center Complementary And Integrative Health). Complementary
Alternative, or Integrative Health: What’s In a Name?, Natl. Cent. Complement.
Integr. Heal. Diunduh dari http://nccih.nih.gow//health/integrative-
health#integrative.2016
Potter, P.A, Perry A.G, Stockert, P.A., & Hall, A.M. Fundamental of nursing 8th
edition vol 5. St, Louis: ElvierV-Mosby, 2013

20
Sudiharto. 2007. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Pendekatan Keperawatan
Transkultural. Jakarta: EGC.
Setiadi. 2008. Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Setyoadi, Kushariyadi. 2011. Terapi Modalitas keperawatan pada klien psikogeriatik.
Jakarta : Salemba medika
Widyatuti, W. 2008. Terapi Komplementer dalam Keperawatan. Diakses dari :
http://www.jki.ui.ac.id/index.php/jki/article
Synder, M. & Lindquist, R. Editors, Complementary and Alternative therapies is
nursing. New York: Springer Publishing Company, 2010
Stanley, K. The Mind-Body-Spirit Paradigm: Crisis or Opportunity? American Journal
of Clinical Hypnosis, 2014. 56 (3): 210.5. ProQuest Psychology Journal http://e-
resources.pnri.go.id.2056/docview/1561992507/accountid=25704
Suriadi, Atmiati, Hartono, Iswahyudi, Kardiatun, T., Dibua, U, M, E., Badger Emeka,
L., Ugonabo, J, A., Tirwomwe, J, F., Agwu, E. The effect of cinnamon on glucose
control in pattients with type 2 diabetes mellitus in Pontianak, Indonesia.
International Journal of Medicine and medical sciences, Vol.5(10),PP 434-437,
October 2013. DOI: 10.5897/IJMMS2013,0964
WHO. Traditional medicine in Republic of Indonesia. ASEAN conference document,
2010.
http://www.searo.who.int/entity/medicines/topics/traditional_medicines_in_rep
ublic_of_indonesia,pdf.
Wulandari, R. A. dan Azrianingsih, R. Etnobotani jamu gendong berdasarkan persepsi
produsen jamu gendong di Desa Karangrejo, Kecamatan Kromengan, Kabupaten
Malang. Jurnal Biotropika vol 2 (No. 4) 2014. Diunduh dari
http://biotropika.ub.ac.id/index.php/biotropika/article/view/286
.

21

Anda mungkin juga menyukai