Anda di halaman 1dari 11

MOTORIK Journal Kesehatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PENYAKIT


DEGENERATIF KRONIK PADA LANSIA DI PUSKESMAS
JOGONALAN I
Ratna Agustiningrum1*, Sri Handayani2, Angga Hermawan3
1
Program Studi DIII Keperawatan STIKes Muhammadiyah Klaten
2
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Klaten
3
Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Muhammadiyah Klaten
*Email: handayani@stikesmukla.ac.id

Keywords:
Status Gizi, Lansia, Menua merupakan suatu proses natural, penuaan akan terjadi pada
Penyakit Degeneratif semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan
Kronik mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses
menjadi tua merupakann gambaran yang univeral, namun tidak
seorang pun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau
mengapa manusia menjadi tua pada usia yang berbeda – beda.
Kondisi ini ditandai dengan terjadinya banyak penurunan baik
secara fisik, maupun psikis. Terjadinya penurunan ini akan
membuat lansia melakukan koping terhadap penurunan yang terjadi
pada diri mereka. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan
antara status gizi dengan penyakit degeneratif kronik pada lansia di
Puskesmas Jogonalan I. Penelitian ini menggunakan desain
kuantitatif korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Populasi
pada penelitian ini adalah lansia yang memeriksakan kesehatannya
di Puskesmas Jogonalan I. Responden penelitian sebanyak 133
responden yang diperoleh dengan menggunakan non probability
sampling jenis consecutive sampling yang sesuai dengan kriteria
inklusi dalam penelitian. Instrumen pengumpulan data
menggunakan lembar observasi. Analisa data bivariat
menggunakan uji Kendall Tau. Hasil penelitian terbanyak berjenis
kelamin perempuan (58,6%), rerata usia 66,46 tahun. Hasil
penelitian menunjukkan 47,4% lansia dengan status gizi kurang dan
sebanyak 74,4% lansia memiliki penyakit degeneratif. Hasil uji
Kendall Tau menunjukkan ada hubungan antara status gizi dengan
penyakit degeneratif kronik pada lansia. (ρ=0,04; r = 0,234).
Kesimpualn status gizi memiliki hubungan dengan penyakit
degeneratif kronik pada lansia di Puskesmas Jogonalan I.

1. PENDAHULUAN
Menua merupakan suatu proses natural, banyak penurunan baik secara fisik, maupun
penuaan akan terjadi pada semua sistem tubuh psikis. Terjadinya penurunan ini akan membuat
manusia dan tidak semua sistem akan mengalami lansia melakukan koping terhadap penurunan yang
manusia menjadi tua pada usia yang berbeda – terjadi pada diri mereka (Fatmawati dan Imron,
beda. Kondisi ini ditandai dengan terjadinya 2017).

63
MOTORIK Journal Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

World Health Organization (WHO), tahun tidak kondusif terhadap kesehatan. Hasil Riset
2015 menyebutkan penyakit tidak menular Kesehatan Kabupaten Klaten (2019) menyebutkan
merupakan penyebab atas 68% kematian di dunia permasalahan kesehatan pada lansia mengalami
dan sebagian terjadi pada negara berpenghasilan peningkatan. Permasalahan kesehatan tersebut
menengah kebawah. Penyakit tidak menular adalah Hipertensi dari 1193 (2017) menjadi
menyebabkan kematian sebanyak 38 juta setiap 17.123 (2018), Diabetes mellitus dari 193 (2017)
tahunnya (Ramsar, Trisnantoro, & Putri, 2017). menjadi 3.102 (2018), Artritis dari 917 (2017)
Meningkatnya prevalensi penyakit degeneratif menjadi 1.452, Stroke dari 49 (2017) menjadi 326
tidak saja berkaitan dengan meningkatnya (2018), PPOK dari 16 (2017) menjadi 61 (2018),
morbiditas, mortalitas dan disabilitas di kalangan Kanker dari 32 (2017) menjadi 25(2018).
masyarakat, namun juga akan meningkatkan biaya
Peningkatan usia pada lansia membawa
kesehatan sehubungan dengan meningkatnya
berbagai kompensasi dalam hal penurunan fungsi.
kejadian komplikasi penyakit kronis degeneratif
Terjadi peningkatan prevalensi penyakit
(Oktowaty, Setiawati, dan Arisanti, 2018).
degeneratif pada lansia (Dewi, 2016). Keluhan
Profil kesehatan Indonesia memaparkan kesehatan tidak selalu mengakibatkan
dengan bertambahnya usia, fungsi fisiologis terganggunya aktivitas sehari-hari, namun
mengalami penuunan akibat proses degeneratif terjadinya keluhan kesehatan dan jenis keluhan
(penuaan) sehingga penyakit tidak menular banyak yang dialami oleh penduduk dapat
mucul pada lansia. Selain itu proses degeneratif menggambarkan tingkat/derajat kesehatan secara
menurunkan daya tahan tubuh sehingga rentan kasar. Bertambahnya umur, fungsi fisiologis
terkena infeksi penyakit menular. Hasil Riskesdas mengalami penurunan akibat proses penuaan
(2018) menunjukkan masalah kesehatan yang di sehingga penyakit tidak menular banyak muncul
derita lansia terjadi peningkatan. Masalah pada lanjut usia. Masalah degeneratif juga
kesehatan tersebut adalah Hipertensi dari 57,6% menurunkan daya tahan tubuh sehingga lansia
(2017) menjadi 63,5% (2018), dan Diabetes rentan terkena infeksi penyakit menular
Mellitus dari 4,8% (2017) menjadi 5,7% (2018). (Zaenurrohma et al., 2017).
Teridentifikasi pula kejadian penyakit jantung
Memasuki era penduduk berstruktur lanjut
4,5% (2018).
(aging structured population) dengan penduduk
Pelayanan kesehatan usia lanjut yaitu yang berusia 60 tahun ke atas mencapai angka
pelayanan penduduk usia 60 tahun ke atas yang lebih dari 7%. Penuaan populasi ini diakibatkan
mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai dengan oleh peningkatan populasi usia tua dengan
standar oleh tenaga kesehatan, baik di puskesmas menurunnya angka kematian serta penurunan
maupun di posyandu/ kelompok usia lanjut. jumlah kelahiran. Hal tersebut berkaitan dengan
Kejadian prevalensi penyakit degeneratif kronik di peningkatan Usia Harapan Hidup (UHH) yang
Provinsi Jawa Tengah untuk kejadian Hipertensi pada satu sisi menunjukkan adanya keberhasilan
dari 60,00% (2016) menjadi 64,83%% (2017), pembangunan yang merupakan cita-cita suatu
dan Diabetes Mellitus dari 16,42% (2016) bangsa namun di sisi lain mengakibatkan transisi
menjadi 19,22% (2017). Teridentifikasi pula epidemiologi di bidang kesehatan seperti
kejadian penyakit jantung 3,61% (2017) (Profil meningkatnya angka kesakitan karena penyakit
Kesehatan) kemunduran pada waktu yang sama. hari . Dalam penelitian ini yang menjadi
Meskipun proses menjadi tua merupakann variabel independen adalah status gizi, dan
gambaran yanguniveral, namun tidak seorang pun variabeldependenya adalah penyakit degeneratif.
mengetahui dengan pasti penyebab penuaan atau Data dikumpulkan dengan menggunakan
mengapa tertentu dalam kesehatan masyarakat instrumen berupa lembar observasi. Data yang
sebenarnya digolongkan sebagai satu kelompok terkumpul kemudian di sajikan dalam bentuk
PTM utama yang mempunyai faktor resiko sama tabel dan selanjutnya dilakukan analisis dengan
(common underlying risk factor). Faktor resiko SPSS UjiKendall Tau dengan tingkat signifikan α
tersebut antara lain faktor genetik merupakan faktor 0,05
yang tidak dapat dirubah (unchange risk factor) dan
Pendahuluan setidaknya mencakup
sebagian besar berkaitan dengan faktor resiko yang
beberapa poin berikut: (1) latar belakang atas isu
dapat diubah (change risk factor) antara lain
atau permasalahan, (2) urgensi dan rasionalisasi
konsumsi rokok, pola makan yang tidak seimbang,
kegiatan (penelitian atau pengab-dian), (3) tujuan
makanan yang mengandung zat adiktif, kurang
kegiatan dan rencana pemecahan masalah, (4)
berolah raga, dan adanya kondusi lingkungan yang

64
MOTORIK Journal Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

telaah pustaka yang relevan dengan masalah yang si


diteliti, dan 5) pengembangan hipotesis (jika ada) Laki – Laki 56 42,1
[1–3]. Perempuan 77 57,9
Jumlah 133 100,
2. METODE 0
Desain penelitian ini menggunakan Pekerjaan Frekuen %
kuantitatif korelasi dengan pendekatan Cross si
Sectional. Penelitian dilaksanakan pada bulan Sudah Tidak Bekerja 77 57,9
desember tahun 2019 di Puskesmas Jogonalan I. Petan 43 32,3
Sampelnya adalah lansia yang melakukan i
pemeriksaan di Puskesmas Jogonalan I 133 Irt 13 9,8
responden. Sampel diambil dengan teknik Jumlah 133 100,
Consecutive sampling selama 20 hari . Dalam 0
penelitian ini yang menjadi variabel independen Pendidikan Frekuen %
adalah status gizi, dan variabeldependenya adalah si
penyakit degeneratif. Data dikumpulkan dengan SD 74 55,6
menggunakan instrumen berupa lembar observasi. SMP 24 18,0
Data yang terkumpul kemudian di sajikan dalam Tidak Sekolah 35 26,3
bentuk tabel dan selanjutnya dilakukan analisis Jumlah 133 100,
dengan SPSS Uji Kendall Tau dengan tingkat 0
signifikan α 0,05. Status Pernikahan Frekuen %
si
3. HASIL DAN PEMBAHASAN Kawi 45 33,8
ANALISA UNIVARIAT n
Distribusi Umur Cerai Hidup 7 5,3
Cerai Mati 81 60,9
Tabel 1Rerata Usia Responden di Puskesmas Jumlah 133 100,
Jogonlan 1 Tahun 2019 (n=133) 0

Variabe Min Max Mean ± SD


l Tabel 2 Menunjukkan distribusi responden
Usia 60 77 66,46 ± berdasarkan jenis kelamin, pekerjaan, pendidiakan
4,226 dan status pernikahan menunjukkan bahwa
Tabel 4.1 di atas diketahui rerata usia responden terbanyak pada penelitian ini adalah
responden pada penelitian ini adalah 66,46 tahun perempuan yaitu 77 lansia (57,9%), perkerjaan
dan standar deviasi ± 4,226 responden diketahui bahwa paling banyak
responden pada penelitian sudah tidak bekerja
Distribusi Jenis Kelamin, Pekerjaan, Pendidikan yaitu 77 lansia (57,9%), pendidikan responden
Dan Status Pernikahan diketahui bahwa paling banyak responden pada
Tabel 2 Distribusi responden berdasarkan jenis penelitian ini pendidikan SD yaitu 74 lansia
kelamin, pekerjaan, pendidiakan dan status (55,6%) dan status pernikahan pada responden
pernikahan di Puskesmas Jogonlan 1 Tahun 2019 diketahui bahwa paling banyak responden pada
(n=133) penelitian ini status pernikahan cerai mati yaitu 81
Jenis Kelamin Frekuen % lansia (60,9%).
Komplikasi akibat penyakit degeneratif karena Perubahan struktur dan fungsi tubuh pada lanjut usia
keterlambatan deteksi dini pada penyakit terjadi hampir di semua sistem tubuh, seperti sistem
degeneratif, berakibat kepada berbagai aspek, sistem saraf, pernapasan, endokrin, kardiovaskular,
diantaranya adalah ketidakmampuan pemenuhan dan muskuloskeletal. Salah satu perubahan struktur
personal pada lansia, yang berakibat dan fungsi terjadi pada sistem gastrointestinal.
ketergantungan terhadap orang lain. Dalam suatu penelitian perubahan pada sistem
gastrointestinal dapat menyebabkan penurunan
Lanjut usia banyak mengalami perubahan baik
efektifitas utilisasi zat-zat nutrisi atau gizi sehingga
perubahan struktur dan fungsi tubuh, kemampuan
dapat menyebabkan permasalahan gizi yang khas
kognitif, maupun perubahan status mental.
pada lanjut usia (Nurfantri dan Yuniar, 2016)

65
MOTORIK Journal Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

Penelitian yang dilakukan Darmiaty, Jafar, dan (elderly) antara usia 60-74 tahun, usia tua (old) 75-
Malasari, (2016) Salah satu upaya untuk 90 tahun, dan usia sangat tua (very old) adalah usia
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal, > 90 tahun. Menurut undang-undang No 13 tahun
diperlukan adanya perbaikan gizi masyarakat 1998 pasal 1 ayat 2,3 dan 4 menyakan bahwa lanjut
khususnya pada lanjut usia. Comer (2005) dalam usia adalah seseorang yang telah mencapai usia
Darmiaty et al., (2016) menjelaskan bahwa lanjut lebih dari 60 tahun, sedangkan menurut organisasi
usia termasuk kedalam kelompok umur yang kesehatan dunia, WHO
memiliki resiko terjadinya kekurangan gizi yang
Statu Penyakit Degeneratif Kronik
dapat mengakibatkan terjadinya malnutrisi karena
p
adanya penurunan dari kondisi tubuhnya atau
s Ya Tidak Total val R
berkurangnya asupan makanan yang masuk kedalam
Gizi f % f % f % ue
tubuh. Pemenuhan asupan makanan untuk
kebutuhan gizi pada lanjut usia merupakan suatu hal seseorang disebut lansia (elderly) jika berusia 60 –74
yang sangat penting karena asupan makanan yang tahun Yuniarti dan Putri, (2019). Penelitian ini
baik dapat mempengaruhi ketahanan tubuh dan menetapkan responden lansia dengan usia rerata
meningkatkan gizi lanjut usia agar tetap berada
dalam kondisi yang sehat dan produktif serta dapat
beraktifitas dengan baik (Darmiaty et al., 2016)
ANALISA BIVARIAT
Hubungan Status Gizi dengan Penyakit
Degeneratif Kronik pada Lansia di Puskesmas
Jogonalan I tahun 2019
Tabel 3 Hubungan Status Gizi dengan Penyakit
Degeneratif Kronik pada Lansia di Puskesmas
Jogonalan I tahun 2019 (n=133)

Re 63 63,6 0 0 63 47,4
nd

ah 66,46 tahun dan termasuk ke dalam kelompok usia


0, lanjut (elderly).
Nor 3 3,0 34 25,6 37 27,8 0, 2
mal 0 34 Priyanto (2018) berpendapat Seiring dengan
4 ** bertambahnya usia maka muncul berbagai macam
penyakit degeneratif, Penyakit Degeneratif
Lebi 33 33,3 0 0 33 24,8
h
Total 99 74,4 34 25,6 133 100,

0 dengan tidak mempunyai penyakit degeneratif


*Uji Kendall Tau kronik tidak ditemukan dalam penelitian ini (0%).
Tabel 3 di atas diketahui responden yang Hasil analisa bivariat diketahui bahwa nilai p
memiliki status gizi rendah dengan mempunyai value 0,04 < 0,05 sehingga Ha diterima dan Ho
penyakit degeneratif kronik sebanyak 63 responden ditolak, artinya bahwa ada hubungan antara status
(63,6%). Responden yang memiliki status gizi gizi dengan penyakit degeneratif kronik pada lansia
rendah dengan tidak mempunyai penyakit di Puskesmas Jogonalan I. nilai koofisien korelasi
degeneratif kronik tidak ditemukan dalam antar variabel dalam analisis data diperoleh hasil
penelitian ini (0%). Responden yang memiliki 1.000, artinya tingkat keeratan hubungan antara
status gizi normal dengan mempunyai penyakit variabel memiliki hubungan yang sempurna. Hasil (r
degeneratif kronik sebanyak 3 responden (3,0%). = 0,234), menunjukkan hubungan yang positif
Responden yang memiliki status gizi normal dengan artinya semakin baik status gizi lansia maka semakin
dengan tidak mempunyai penyakit degeneratif menurun penyakit degeneratifnya pada lansia di
sebanyak 34 responden (25,6%). Responden yang Puskesmas Jogonalan I.
memiliki status gizi lebih dengan mempunyai
penyakit degeneratif kronik sebanyak 33 responden
(33,3%). Responden yang memiliki status gizi lebih
66
MOTORIK Journal Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

tubuh sehingga terpaparnya penyakit degenertaif


PEMBAHASAN semakin tinggi dan juga pemberian gizi yang
Karakteristik Responden kurang baik.
1. Umur
Berdasarkan hasil penelitian bahwa respondendi
Puskesmas Jogonalan I dalam penelitian ini berusia 2. Jenis Kelamin
60-77 tahun dengan rerata usia 66,46 tahun dengan Berdasarkan jenis kelamin dapat diketahui bahwa
standart deviasi sebesar 4.266. Lanjut usia menurut responden di Puskesmas jogonalan I dalam
WHO (1999) dalam (Khofifah, Siti, 2016) penelitian ini didominasi oleh responden perempuan
menjelaskan batasan lansia adalah Usia lanjut sebesar 57,9 %. Responden perempuan lebih banyak
merupakan penyakit kronik menahun yang dapat dijumpai dari pada laki – laki, sehingga kesempatan
menurunkan produktifitas dan kualitas hidup responden perempuan untuk dilakukan penelitian
masyarakat, diantaranya adalah diabet, hipertensi lebih besar. Berdasarkan presentase penduduk lansia
dan kanker Brunner & Suddarth (2012). Menurut menurut jenis kelamin, angka harapan hidup lansia
UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan perempuan lebih besar daripada lansia laki-laki
lanjut usia, pengertian lanjut usia (lansia) adalah Kemenkes RI, (2017) dalam Nugroho, Sanubari, dan
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun Rumondor (2019). Hasil survei badan kesehatan
keatas. Lansia adalah penduduk yang mengalami nasional dan penelitian nutrisi, mengatakan bahwa
proses penuaan secara terus-menerus yang penyakit hipertensi lebih banyak mempengaruhi
ditandai dengan menurunnya daya tahan fisik yaitu perempuan dibanding laki-laki Edinal (2009) dalam
semakin rentan terhadap serangan penyakit yang (Nugroho et al., 2019).
dapat menyebabkan kematian (Hanum, Lubis, dan Penelitian yang dilakukan oleh Hardywinoto dan
Rasmaliyah, 2018). Setiabudhi (2005) dalam (Novayenni, Sabrian, dan
Proporsi penduduk Indonesia umur 60 tahun Jumaini, 2015) mengenai jumlah penduduk lansia di
ke atas pada tahun 2000 sebesar 9,37% dari jumlah Indonesia, yang mengatakan bahwa jumlah
penduduk, pada tahun 2010 meningkat mencapai penduduk lansia perempuan pada umumnya lebih
18,1 juta jiwa atau 9,6% dari jumlahpenduduk dan banyak di bandingkan dengan lansia laki-laki. Hal ini
diproyeksikan pada tahun 2025 akan menjadi dua dapat dilihat dari presentasi laki-laki dan perempuan
kali lipat. Peningkatan UHH ini berkontribusi serta ratio jenis kelamin dari penduduk lanjut usia
terhadap meningkatnya jumlah populasi lanjut usia laki-laki dan perempuan.
yang berdampak pada pergeseran pola penyakit Perempuan sebesar 60% lebih berisiko untuk
dari penyakit infeksi ke penyakit degeneratif mengidap penyakit degeneratif, seperti diabetes,
(Sartik, Tjekyan dan Zulkarnaen, 2017) hipertensi, dan lainnya dibandingkan laki-laki
Faktor usia memengaruhi kemunduran fungsi sebesar 40%. Data dari Kementerian Kesehatan
tubuh termasuk kekakuan pembuluh darah (2012) dalam Mutimanda, (2017) menyatakan ada
(mengkerut dan menua). Bertambahnya usia juga perbedaan yang signifikan presentase kasus pasien
memengaruhi penurunan fungsi hormone estrogen rawat inap jenis kelamin laki-laki sebesar 49% dan
dan testosterone dalam mendistribusikan lemak, perempuan sebesar 51% yang menderita penyakit
sehingga memungkinkan terjadinya penimbunan tidak menular (penyakit degeneratif). Serta ada
lemak dalam tubuh. Bahayanya bila penimbunan perbedaan yang terlalu signifikan jenis kelamin laki-
lemak menempel pada dinding pembuluh darah laki sebesar 45% dan perempuan sebesar 55% yang
maka penimbunan ini akan mempersempit aliran menderita penyakit degeneratif. Dari data ini
darah, apalagi bila pembuluh darah telah menua. diketahui bahwa wanita jauh lebih berisiko daripada
Kondisi ini dapat meningkatkan tekanan darah laki-laki untuk menderita penyakit degeneratif
yang dapat mengganggu proses metabolisme (Kartidjo et al., 2014) dalam (Mutimanda, 2017).
tubuh (misal: penyumbatan pembuluh darah otak Perempuan lebih banyak terdapat pada kematian
mengakibatkan stroke, penyumbatan pembuluh penyakit degeneratif ENMD dan DCS. Usia 40–60
darah jantung mengakibatkan penyakit jantung tahun merupakan masa krisis bagi perempuan. Pada
koroner, dan lainlain) (Handajani, Roosihermiatie, usia ini perempuan biasanya sedang mencapai
dan Maryani, 2012). puncak karir, dan justru pada masa tersebut mereka
Hasil observasi peneliti rentang usia responden akan mengalami menopause (usia 45–55 tahun).
dalam penelitian ini 60 – 77 tahun. Hal tersebut Kondisi menopouse dapat menurunkan produksi
disebabkan karena sebagian besar responden dalam hormon wanita (estrogen dan progesteron). Dengan
penelitian lansia yang mulai penurunan fungsi sel

67
MOTORIK Journal Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

penurunannya, maka distribusi lemak tubuh mulai sebagai bagian dari unit pelayanan kesehatan
terganggu. (Oktowaty, Setiawati, dan Arisanti, 2018).
Penimbunan lemak yang tidak terdistribusi dengan perubahan lingkungan maupun kondisi kesehatan.
baik akan memengaruhi metabolisme tubuh. Bila Perubahan ini akan makin nyata pada kurun usia
proses ini diikuti dengan pola makan, gaya hidup, dekade 70-an. Faktor lingkunagn antara lain
dan aktivitas tidak sehat secara berkepanjangan, meliputi perubahan kondisi sosial ekonomi yang
maka setelah usia 60 tahun individu akan rentan terjadi akibat memasuki masa pensiun dan isolasi
terhadap serangan penyakit degeneratif (Handajani sosial berupa hidup sendiri setelah pasangannya
et al., 2012). meninggal (Bahri et al., 2017). Lansia yang hidup
sendiri atau ditinggal oleh orang yang dicintai tanpa
Hasil observasi peneliti pada penelitin ini
ada dukungan teman atau keluarga berdampak pada
responden yang paling banyak adalah perempuan
perubahan status gizinya, oleh karena itu guna
dikarenakan lansia perempuan sudah jarang
memenuhi kebutuhannya dibutuhkan dukungan
melakukan kegiatan olahraga atau bekerja
dari keluarga (Yuniarti dan Putri, 2019).
sehingga penurunan fungsi sel semakin cepat.
Hasil observasi peneliti dapat dilihat banyak
3. Pekerjaan
lansia yang sudah ditinggal oleh pasangannya
Berdasarkan pekerjaan dapat diketahui bahwa
sehingga para lansia kurang memperhatikan
responden di Puskesmas Jogonalan I sebagian
masalah kesehatannya dan juga masalah gizi pada
besar sudah tidak bekerja yaitu sebanyak 57,9 %.
lansia tersebut.
Dalam kaitannya dengan tingkat partisipasi lanjut
usia dalam bidang pembangunan yaitu adanya Hubungaan Status Gizi Dengan Penyakit
lanjut usia yang bekerja sebesar 36,11% (kota) dan Degeneratif Kronik Pada Lansia
sebesar 52,75% (desa). Besarnya jumlah lanjut Berdasarkan distribusi frekuensi penyakit
usia yang bekerja di pedesaan lebih banyak degenratif kronik pada lansia diperoleh hasil
dibandingkan dengan daerah perkotaan antara lain penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar
karena pekerjaan di pedesaan didominasi oleh mempunyai penyakit degeneratif kronik yaitu
pekerjaan bidang pertanian yang pada umumnya sebesar 74,4 %, dan untuk keadaan status gizi lansia
menjadi mata pencarian pokok. Bekerja sebagai sebagian besar kurang yaitu sebesar 47,7 %.Hasil
petani tidaklah membutuhkan tingkat pendidikan penelitian diketahui hasil uji analisis dengan
dan pengetahuan yang tinggi sehingga hal ini menggunakan Uji Kendall’s tau dikarenakan data
sesuai dengan tingkat pendidikan lanjut usia berdistribusi tidak normal, diperoleh data p value
dimana jumlah lanjut usia yang tidak sekolah, 0,04<0,05, sehingga Ha diterima dan Ho ditolak,
tidak tamat SD, dan hanya berpendidikan SD artinya ada hubungan yang signifikan antara status
totalnya sebesar sekitar 86% (Asrori, 2014). gizi dengan penyakit degeneratif kronik pada
lansia di Puskesmas Jogonalan I. Nilai koefisien
Hasil observasi peneliti rata – rata lansia sudah
korelasi antara variabel dalam analisis data
tidak bekerja dikarenakan hal ini dapat disebabkan
diperoleh hasil 1.000, artinya tingkat keeratan
usia responden yang sudah tidak produktif dalam
hubungan antar variabel memiliki hubungan yang
bekerja. Sehingga banyak responden yang kurang
senpurna (Sarwono, 2015). Hasil (r = 0,234),
melakukan aktifitas dan kurang memperhatikan
menunjukkan hubungan yang posistif artinya
masalah gizi lansia tersebut.
semakin baik status gizi lansia maka semakin
4. Status Pernikahan menurun penyakit degeneratifnya pada lansia di
Berdasarkan status pernikahan dapat diketahui Puskesmas Jogonalan I.
bahwa responden di Puskesmas Jogonalan I
Halim dan Suzan, (2018) mengatakan Masalah
sebagian besar cerai mati yaitu sebesar 60,9 %.
gizi yang terjadi pada lansia selain terjadi karena
Keluarga mempunyai peran yang sangat penting
penurunan fungsi fisiologis pada lansia juga
dalam mengembangkan, mencegah, mengadaptasi
merupakan masalah gizi yang terjadi sejak usia
dan atau memperbaiki masalah kesehatan yang
muda yang manifestasinya terjadi pada lansia.
ditemukan dalam keluarga itu sendiri. Masalah
Beberapa penelitian menunjukan bahwa masalah
kesehatan dalam keluarga saling berkaitan dan
gizi pada lansia sebagian besar merupakan masalah
saling memengaruhi antar anggota keluarga yang
gizi lebih yang merupakan faktor risiko timbulnya
pada akhirnya akan memengaruhi masyarakat yang
penyakit degeneratif seperti penyakit jantung
ada disekitarnya. Oleh karena itu keluarga
koroner, diabetes melitus (DM), hipertensi, gout
mempunyai posisi yang strategis untuk dijadikan
rematik, ginjal, perlemakan hati, dan lain-lain .

68
MOTORIK Journal Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

Peningkatan jumlah penduduk lanjut usia akan terhadap masalah kesehatan, ekonomi, serta sosial
memberikan banyak konsekuensi bagi kehidupan budaya yang cukup bagi pola penyakit sehubungan

dengan proses penuaan, seperti penyakit berlebih) maupun undernourished (Lestari dan Weta,
degeneratif, penyakit metabolik dan gangguan 2017).
psikososial (Darmojo, 2011) dalam (Hatta et al., Hasil observasi peneliti dapat dilihat banyak
2018). Perubahan fisik dan penurunan fungsi organ lansia yang sudah ditinggal oleh pasangannya
tubuh akan mempengaruhi konsumsi dan sehingga para lansia kurang memperhatikan
penyerapan zat gizi besi. Defisiensi zat gizi masalah kesehatannya dan juga masalah gizi pada
termasuk zat besi pada ansia, mempunyai dampak lansia tersebut. Penurunan fungsi organtubuh akan
terhadap penurunan kemampuan fisik dan mempengaruhi konsumsi dan penyerapan zat gizi
menurunkan kekebalan tubuh (Maryam, 2011) besi. Defisiensi zat gizi termasuk zat besi pada
dalam Asrinawaty dan Norfai, (2014). Disamping ansia, mempunyai dampak terhadap penurunan
itu, berbagai penelitian yang dilakukan para pakar kemampuan fisik dan menurunkan kekebalan tubuh
menunjukkan bahwa masalah gizi pada lansia (Maryam, 2011) dalam Asrinawaty dan Norfai,
sebagian besar merupakan masalah status gizi (2014). Disamping itu, berbagai penelitian yang
berlebih yang memicu timbulnya berbagai penyakit dilakukan para pakar menunjukkan bahwa masalah
degeneratif seperti penyakit jantung koroner, gizi pada lansia sebagian besar merupakan masalah
hipertensi, diabetes melitus, batu empedu, rematik, status gizi berlebih yang memicu timbulnya
gnjal, sirosis hati, dan kanker. Sedangkan masalah berbagai penyakit degeneratif seperti penyakit
gizi kurang juga banyak terjadi seperti kurang jantung koroner, hipertensi, diabetes melitus, batu
energi kronis, anemia, dan kekurangan zat gizi empedu, rematik, gnjal, sirosis hati, dan kanker.
mikro lain (Maryam, 2011) dalam (Asrinawaty dan Sedangkan masalah gizi kurang juga banyak terjadi
Norfai, 2014). seperti kurang energi kronis, anemia, dan
Faktor kesehatan yang berperan dalanperubahan kekurangan zat gizi mikro lain (Maryam, 2011)
status gizi antara lain adalah naiknya insidensi dalam (Asrinawaty danNorfai, 2014).
penyakit degenerasi maupun non- degenerasi yang Faktor kesehatan yang berperan dalanperubahan
berakibat dengan perubahan dalam asupan status gizi antara lain adalah naiknya insidensi
makanan, perubahan dalam absorpsi zat-zat gizi di penyakit degenerasi maupun non- degenerasi yang
tingkat jaringan, dan beberapa kasus dapat berakibat dengan perubahan dalam asupan
disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus makanan, perubahan dalam absorpsi zat-zat gizi di
diminim para lansia oleh karena penyakit yang tingkat jaringan, dan beberapa kasus dapat
sedang dideritanya (Bahri et al., 2017). Dua pertiga disebabkan oleh obat-obat tertentu yang harus
atau lebih penyakit pada lansia berhubungan erat diminim para lansia oleh karena penyakit yang
dengan gizi. Para ahli beranggapan 30-50% faktor sedang dideritanya (Bahri et al., 2017). Dua pertiga
gizi berperan penting dalam mencapai dan atau lebih penyakit pada lansia berhubungan erat
mempertahankan keadaan sehat yang optimal pada dengan gizi. Para ahli beranggapan 30-50% faktor
lansia dan salah satunya adalah penyakit hipertensi, gizi berperan penting dalam mencapai dan
dengan meningkatkan gizi diharapkan kondisi mempertahankan keadaan sehat yang optimal pada
lansia dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan lansia dan salah satunya adalah penyakit hipertensi,
(DepKes RI, 2006) dalam (Asrinawaty dan Norfai, dengan meningkatkan gizi diharapkan kondisi lansia
2014). dapat dipertahankan atau bahkan ditingkatkan
Berbagai penelitian yang telah dilakukan (DepKes RI, 2006) dalam (Asrinawaty dan Norfai,
memperlihatkan hasil bahwa masih banyak angka 2014).
kejadian malnutrisi pada lansia (Lestari dan Weta, Berbagai penelitian yang telah dilakukan
2017) Menurut WHO, pada dasarnya malnutrisi memperlihatkan hasil bahwa masih banyak angka
berarti nutrisi yang salah dan secara klinis, kejadian malnutrisi pada lansia (Lestari dan Weta,
malnutrisi merupakan status gizi dimana bisaterjadi 2017) Menurut WHO, pada dasarnya malnutrisi
kekurangan, kelebihan atauketidakseimbangan dari berarti nutrisi yang salah dan secara klinis,
nutrien dalam suatu makanan sehingga malnutrisi merupakan status gizi dimana bisaterjadi
menyebabkan efek samping yang dapat diukur pada kekurangan, kelebihan atauketidakseimbangan dari
jaringan tubuh, fungsi tubuh dan berdampak pada nutrien dalam suatu makanan sehingga
penurunan kesehatan. Berdasarkan definisi ini, menyebabkan efek samping yang dapat diukur pada
malnutrisi bisa berupa overnourished (status gizi jaringan tubuh, fungsi tubuh dan berdampak pada

69
MOTORIK Journal Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

penurunan kesehatan. Berdasarkan definisi ini, cadangan air. Hal ini akan menyebabkan keadaan
malnutrisi bisa berupa overnourished (status gizi kurang gizi pada lansia. Hal lain yang
berlebih) maupun undernourished (Lestari dan menyebabkan kurang gizi pada lansia antara lain
Weta, 2017). adalah berkurangnya kepekaan indra pengecap,
rendahnya kualitas makanan yang dimakan,
Kemenkes RI menjelaskan bahwa kelebihan
adanya gangguan lambung maupun pencernaan
gizi pada lansia biasanya berhubungan dengan
(Qonitah dan Isfandiari, 2015)
gaya hidup dan pola konsumsi yang berlebihan
sejak usia muda bahkan sejak anak•anak. Selain Kurnianto (2015) berpendapat kesehatan lansia
itu, proses metabolisme yang menurun pada lansia dipengaruhi proses menua. Proses menua
bila tidak diimbangi dengan peningkatan aktivitas didefenisikan sebagai perubahan yang terkait
fisik atau penurunan jumlah makanan waktu, bersifat universal, intrinsik, progresif, dan
mengakibatkan kalori yang berlebih akan diubah detrimental. Keadaan ini menyebabkan
menjadi lemak sehingga menyebabkan kemampuan beradaptasi terhadap lingkungan dan
kegemukan. lni menunjukkan bahwa berat badan kemampuan bertahan hidup berkurang. Proses
lebih dan obesitas juga harus tetap menjadi menua setiap individu dan setiap organ tubuh
perhatian karena dapat memacu timbulnya berbeda, hal ini dipengaruhi oleh gaya hidup,
penyakit degeneratif (Lestari dan Weta, 2017) lingkungan, dan penyakit degeneratif. Proses
menua dan perubahan fisiologis pada lansia
Manfaat asupan gizi pada lansia antara lain
mengakibatkan beberapa kemunduran dan
adalah mempertahankan gizi yang seimbang
kelemahan, serta implikasi klinik berupa penyakit
dalam kaitannya untuk menunda atau mencegah
kronik dan infeksi. populasi lansia di Indonesia
kemunduran fungsi organ, gizi diharapkan sesuai
yang semakin meningkat, berbagai masalah
dengan kondisi dan kebutuhan tubuh pada lansia,
kesehatan dan penyakit yang khas terdapat pada
membiasakan makanan yang cukup dan teratur,
lansia akan meningkat. Peningkatan jumlah lansia
menghindari kebiasaan pola makan yang buruk,
mempengaruhi aspek kehidupan mereka, antara
seperti mengomsumsi makanan yang
lain perubahan-perubahan fisik, biologis,
berkolesterol, meminum minuman keras, dan lain-
psikologis, sosial, dan munculnya penyakit
lain, mempertahankan kesehatan dan menunda
degeneratif akibat proses penuaan tersebut.
lahirnya penyakit degeneratif seperti penyakit
Perubahan fisik (khususnya organ perasa)
jantung koroner, ginjal, atherosklerosis, dan
merupakan salah satu faktor yang dapat
lainlain, melalui penelitian epidemiologi
memengaruhi perubahan mental lansia. Apabila
menjelaskan faktor resiko penyakit karena
seseorang bertambah tua, kemampuan fisik/
komsumsi bahan makanan tertentu seperti
mentalnya pun perlahan tapi pasti menurun.
penyakit sendi dan tulang akibat asam urat,
Berbagai masalah yang muncul akibat
penyakit jantung, koroner karena kolesterol dan
meningkatnya populasi lansia memerlukan
lemak jenuh, diabetes melitus akibat obesitas
tindakan penanganan yang bersifat komprehensif
karena konsumsi hidrat arang (Mubarok,2009)
dari berbagai pihak (Rohmawati, Asdie, dan
dalam (Bahri, Putra dan Suryanto 2017).
Susetyowati, 2015).
Berdasarkan hasil analisis peneliti terdapat
responden yang memiliki setatus gizi normal tetapi
memiliki penyakit degeneratif, Proses menua 4. KESIMPULAN
terjadi berbagai hal yang mengakibatkan berbagai Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian
fungsi tubuh menurun. Berbagai fungsi tubuh yang mengenai “Hubungan Status Gizi dengan Penyakit
menurun ini menyebabkan berbagai macam Degeneratif Kronik pada Lansia di Puskesmas
penyakit dapat menyerang lansia. Naiknya Jogonalan I” adalah sebagai berikut: Karakteristik
insidensi penyakit degenerasi maupun non responden pada penelitian ini adalah lansia dengan
degenerasi dapat berakibat dengan perubahan umur rata-rata 66,46tahun, karakteristik untuk jenis
dalam asupan makanan, perubahan dalam absorbsi kelamin pada responden penelitian ini adalah
dan pemanfaatan zat gizi di tingkat jaringan, dapat perempuan sebesar 57,9%, karakteristik untuk
menyebabkan masalah gizi pada lansia (Muis, pekerjaan pada responden penelitian ini adalah
2006) dalam (Qonitah dan Isfandiari, 2015). sudah tidak bekerja sebesar 57,9%, karakteristik
Perubahan penuaan secara normal biasanya terjadi untuk pendidikan pada responden penelitian ini
pada komposisi tubuh, termasuk penurunan massa adalahSD sebesar 55,6%, karakteristik untuk status
tubuh, metabolisme basal, cadangan protein, dan pernikahan pada responden penelitian ini adalah

70
MOTORIK Journal Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

cerai mati sebesar 60,9%. Status gizi responden di [10] Cahyaningrum, & Masuroh. (2019). Analisis
Puskesmas Jogonalan I sebagian besar memiliki Kejadian Penyakit Degeneratif Melalui Deteksi
status gizi kurang yaitu47,4%. Penyakit degeneratif Dini di Posbindu. 2, 11–16.
kronik responden di Puskesmas Jogonalan I
[11] Darmiaty, Jafar, N., & Malasari, S. (2016).
sebagian besar memilikipenyakit degeneratif kronik
Screening and assessment of nutitional status
sebesar 74,4%. Ada hubungan status gizi dengan
on elderly in Pampang, Makassar. Indonesia
penyakit degeneratif kronik pada lansia di
Contemporary Nursing, 1(2), 86–93.
Puskesmas Jogonalan I dengan p value = 0,04 (p <
0,05). [12] Dewi, S. R. (2016). Spiritualitas Dan Persepsi
Kesehatan Lansia Dengan Hipertensi Di
Wilayah Kerja Puskesmas Mayang Jember.
UCAPAN TERIMAKASIH (jika ada)
Journal Of Health Science, 6(2), 228–237.
Terima kasih kepada pihak puskesmas
jogonalan yang sudah memberikan ijin pelaksanaan [13] Dhani, S. R. (2014). Rancang Bangun Sistem
penelitian. pakarUntuk Mendiagnosa Penyakit Degeneratif.
. Jurnal Manajemen Informatika. Volume 03
REFERENSI Nomor 02 Tahun 2014, 17-25.
[1] Andriani, M., & Wirjatmadi, B. (2012). Peranan [14] Dharma, Kelana, K. (2011). Metodologi
Gizi Dalam Siklus Kehidupan. Jakarta: Kencana Penelitian Keperawatan. Jakarta Timur: Trans
Prenadamedia Group Info Media.
[2] Angraini, D. I., Apriliana, E., Soleha, T. U., [15] Eliska. (2016). Pegaruh Pola Makan
Rachmawati, E., & Ricky, M. R. (2014) Masyarakat Suku Alas Terhadap Status Gizi
[3] Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja
Pendekatan Praktik (eds revisi). Jakarta: Rineka Puskesmas Perawatan Kutambaru Kabupaten
Cipta. Aceh Tenggara . Jurnal Jumantik Vol. 1 No. 1
[4] Asrinawaty, & Norfai. (2014). Hubungan Status November 2016 .
Gizi Dengan Kejadian Hipertensi Lansia Di [16] Fatmawati, V., & Imron, M. A. (2017). Prilaku
Posyandu Lansia Kakaktua Wilayah Kerja Koping Pada Lansia Yang Mengalami
Puskesmas Pelambuan. An Nadaa, Vol 1 No.1, Penurunan Gerak Dan Fungsi. Intuisi Jurnal
hal 32–36. Psikologi Ilmiah p-ISSN 2086-0803 e-ISSN
[5] Asrori, Y. (2014). Oldest Productivity in 2541-2965.
Karangwerhda Puntodewo Tanggung [17] Halim, R., & Suzan, R. (2018). Penyuluhan Gizi
Kepanjenkidul Distric Blitar City. Jurnal Ners Seimbang Pada Lansia Dengan Penyakit
Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), Diabetes Melitus dan Hipertensi serta
1(2), 140–143. Pemeriksaan Kadar Gula Darah dan Tekanan
[6] Asrinawaty, & Norfai. (2014). Hubungan Status Darah. 1, 70–73.
Gizi Dengan Kejadian Hipertensi Lansia Di
Posyandu Lansia Kakaktua Wilayah Kerja [18] Handajani, A., Roosihermiatie, B., & Maryani,
Puskesmas Pelambuan. An Nadaa, Vol 1 No.1, H. (2012). Faktor-Faktor Yang Berhubungan
hal 32–36. Dengan Pola Kematian Pada Penyakit
Degeneratif Di Indonesia. Buletin Penelitian
[7] Asrori, Y. (2014). Oldest Productivity in Sistem Kesehatan, 13(1 Jan).
Karangwerhda Puntodewo Tanggung
Kepanjenkidul Distric Blitar City. Jurnal Ners [19] Hanum, P., Lubis, R., & Rasmaliyah. (2018).
Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), Hubungan Karakteristik Dan Dukungan
1(2), 140–143. Keluarga Lansia Dengan Kejadian Stroke Pada
[8] Astika, T., & Permatasari, E. (2017). Lansia Hipertensi Di Rumah Sakit
Peningkatan Pengetahuan dan Perilaku Gizi [20] Hatta, H., Pakaya, R., & Laiya, M. (2018).
Seimbang menggunakan Metode Peer Analisis Hubungan Status Gizi Lansia Di
Education.Jurnal Kesehatan Masyarakat, Puskesmas Limboto Barat. Gorontalo Journal of
[9] Bahri, A. S., Putra, F. A., Suryanto, M. S., & Public Health, 1(1), 024.
Sumber, K. (2017). Lansia Dengan StatusGizi
Di Posyandu Lansia. Jurnal Ilmu Keperawatan
Indonesia, 10(1), 65–77.

71
MOTORIK Journal Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

[21] Hidayat, A. (2017). Metodologi Penelitian Jurnal Kesehatan Kusuma Husada - Januari
Keperawatan dan Kesehatan. Jakarta: Salemba 2019, 32–42.
Medika.
[35] Nurfantri, & Yuniar, D. (2016). Status Gizi
[22] Istiany, A., & Rusilanti. (2014). Gizi Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha
Terapan.Bandung: PT REMAJA Minaula Kendari Tahun. Dunia Keperawatan,
ROSDAKARYA 4(September), 93–99.
[23] Kementrian Kesehatan RI. (2013). Populasi [36] Nurhayati, S., & Cahyati, W. H. (2016).
lansia diperkirakan terus meningkat hingga Hubungan Antara Status Medical Check Up
2020. Depkes RI, 1–2. Terhadap Kejadian Disabilitas Fisik Pada
Lansia Di Kecamatan Punung Kabupaten
[24] Khofifah, Siti, N. (2016). Keperawatan
Pacitan . Unnes Journal of Public Health 5 (1)
Gerontik hal 14-24.
(2016) ISSN 2252-6528.
[25] Kurnianto, D., (2015). Menjaga Kesehatan Di
[37] Nuri Nazari, R. Y. T. T. (2016). Dukungan Dan
Usia Lanjut. Jurnal Olah Raga Prestasi,
Karakteristik Keluarga Dengan Pemenuhan
Volume 11. 19–30.
Nutrisi Pada Lansia. Jurnal Ilmu Keperawatan,
[26] Lestari, M. W., & Weta, I. W. (2017). Status 4(2).
gizi lansia berdasarkan pengetahuan dan
[38] Nursalam. (2017). Metodelogi Penelitian Ilmu
aktivitas fisik, di wilayah kerja Puskesma
Keperawatan. (eds 4).Jakarta: Salemba Medika.
[27] Sukawati 1, Gianyar, Bali. JKK, Volume 4, (p-
[39] Oktowaty, S., Setiawati, E. P., & Arisanti, N.
ISSN 2406-7431; e-ISSN 2614-0411),56–63.
(2018). Hubungan Fungsi Keluarga Dengan
[28] Martini, R. D., Masrul, & Munawirah. (2014). Kualitas Hidup Pasien Penyakit Kronis
Hubungan Beberapa Faktor Risiko dengan Degeneratif di Fasilitas Kesehatan Tingkat
Malnutrisi pada Usia Lanjut di Nagari Sijunjung Pertama. Jurnal Sistem Kesehatan, 4(1), 1–6.
Kecamatan Sijunjung. Jurnal Fakultas
[40] Priyanto, A. (2018). Hubungan tingkat
Kedokteran Universitas Andalas, 6(2012), 324–
pengetahuan dengan perilaku pencegahan
330.
kekambuhan luka diabetik. Jurnal Ners Dan
[29] Munawirah, Masrul, & Martini, R. D. (2017). Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery),
Hubungan Beberapa Faktor Resiko Dengan 5(3), 233–240.
Malnutrisi Pada Usia Lanjut di Nagari Sijunjung
[41] Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Tahun
Kecamatan Sijunjung. Jurnal Kesehatan
2017. (2017).
Andala. 2017: 6(2).
[42] Profil Kesehatan Indonesia 2018. (2018).
[30] Mutimanda, D. (2017). Studi Pemanfaatan
ISBN 978-602-656-446-4.
Tanaman Berkhasiat Obat Untuk Pencegahan
Dan Pengobatan Penyakit Degeneratif Dalam [43] Purwanto, Dharmawan, R., & Demartoto, A.
Keluarga. Retrieved from (2016). Decision to Choose Acupuncture
http://repository.ut.ac.id/7300/. Therapy for Degenerative Diseases among the
Elderly at Ja’far Medika Hospital,Karanganyar.
[31] Nasrullah, D. (2016). Buku Ajar Keperawatan
Journal of Health Promotion and Behavior,
Gerontik Jilid I Dengan Pendekatan Asuahan
01(02), 127–137.
Keperawatan Nanda, NIC dan NOC . Jakarta
Timur: CV. TRANS INFO MEDIA.. [44] Puspaningtyas, D. E., & Putriningtyas, N. D.
(2017). Deteksi masalah kesehatan bagi lanjut
[32] Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi
usia kelurahan pakuncen kecamatan wirobrajan.
Penelitian Kesehatan. (eds revisi). Jakarta:
Ilmu Gizi Indonesia, 01(01), 62–67.
Rineka Cipta.
[45] Qonitah, N., & Isfandiari, M. A. (2015).
[33] Novayenni, R., Sabrian, F., & Jumaini. (2015).
Hubungan antara imt dan kemandirian fisik
Pengaruh Pendidikan Kesehatan Terhadap
dengan gangguan mental emosional pada lansia.
Angka Kunjungan Lansia Ke Posyandu Lansia.
Jurnal Berkala Epidemiologi, 3.
JOM, Vol 2 No 1
[46] Ramsar, U., Trisnantoro, L., & Putri, L. P.
[34] Nugroho, K., Sanubari, T., & Rumondor, J.
(2017). Implementasi Program Pengelolaan
(2019). Faktor Risiko Penyebab Kejadian.
Penyakit Kronis (PROLANIS) Di Puskesmas

72
MOTORIK Journal Kesehatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Klaten

Poasia Kota Kendari. Jurnal Kebijakan


Kesehatan Indonesia, Vol. 6, No. 4 Desember
2017 , 200-203.
[47] Rohmawati, N., Asdie, A. H., & Susetyowati,
S. (2015). Tingkat kecemasan, asupan makan,
dan status gizi pada lansia di Kota Yogyakarta.
Jurnal Gizi Klinik Indonesia,12(2), 62.
[48] Sartik, Tjekyan, Suryadi, R., & Zulkarnaen, M.
(2017). Fakto - Faktor Risiko dan Angka
Kejadian Hipertensi Pada Penduduk
Palembang. Jurnal Ilmu KesehatanMasyarakat,
November 2(p-ISSN 2086- 6380 e-ISSN 2548-
7949).
[49] Sugiyono. (2015). Metodologi Penelitian
Kuantitatif dan R&D. Bandung: ALF.
[50] Sunaryo, Wijayanti, R., Kuhu, M. M., Sumedi,
T., Widayanti, E. D., Sukrillah, U. A., Kuswati,
[51] Supariasa, I.D N., Bakri, B., & Fajar, I. (2012).
[52] Penilaian Status Gizi . Jakarta: EGC.
[53] Supariasa, I. D. N., Bakri, B., & Fajar, I.
(2014).
[54] Penilaian Status Gizi Ed.2. Jakarta: EGC.
[55] Widodo, & Sumardiono. (2016).
Pemberdayaan Kemampuan Lansia Dalam
Deteksi Dini Penyakit Degeneratif. Terpadu
Ilmu Kesehatan, 5(2), 110–237.uniarti, T., &
Putri, A. P. (2019). Jurnal Riset Gizi. 7(2), 125–
130
[56] Zaenurrohma, Destiara Hesriantica,
Rachmayanti, R. D. (2017). Hubungan
pengetahuan dan riwayat hipertensi dengan
tindakan pengendalian tekanan darah pada
lansia.Skripsi. Dapartemen Epidemiologi
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Indonesia.
(June 2017), 174–184.
[57] Zulfitri, R. (2017). Analisis Kebijakan
Pelayanan Kesehatan Primer Dalam
Manajemen Penatalaksanaan Penyakit Kronis
Lansia.Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas,
10(1).

73

Anda mungkin juga menyukai