Anda di halaman 1dari 5

PEMERIKSAAN KESEHATAN LANSIA DAN PENCEGAHAN HIPERTENSI DI

DESA DONOHARJO ,WURYOREJO, WONOGIRI JAWA TENGAH


Disusun Oleh:
Desi Kusnul Qotimah, Luthfika Arizza Pramesti, Ray Setha Sparis Argadi, Suryo Adi
Widigdo, Zulaiha Widiyana
ABSTRAK
Lansia atau lanjut usia adalah seseorang yang memiliki usia lebih dari atau sama dengan 55
tahun (WHO, 2013). Lansia dapat didentikkan dengan kelompok yang mengalami berbagai
penurunan status kesehatan terutama status kesehatan fisik. Lansia dapat juga diartikan sebagai
menurunnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur serta
fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (Darmojo, 2015). Pada
kelompok lansia fungsi fisiologis mengalami penurunan seiring dengan bertambahnya usia.
Hasil Riset kesahatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 menunjukkan bahwa penyakit terbanyak
pada lanjut usia adalah penyakit tidak menular antara lain artritis, stroke, Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK), diabetes Mellitus dan hipertensi. Menurut World Health
Organization (WHO) tahun 2012 hipertensi adalah salah satu yang memegang andil yang
penting untuk penyakit jantung dan stroke yang dapat menjadi penyebab kematian dan
kecacatan nomor satu. Hipertensi sering terjadi pada lansia karena pada lansia terjadi
perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer yang mengakibatkan
penuruan distensi dan daya regang pembuluh darah. Perubahan - perubahan yang sering terjadi
pada lansia. Kegiatan ini bertujuan untuk melakukan pemeriksaan Kesehatan lansia dan
khususnya untuk mencegah dengan melakukan pengukuran berat badan,dan pemeriksaan
tekanan darah sistolik dan diastolic di Desa Donoharjo, Wonogiri. Dari 5 responden didapatkan
Hasil pengukuran awal ini mengindikasikan bahwa 4 dari 5 lansia mengalami hipertensi (80
%). Selanjutnya dilakukan pengukuran data intervensi diet DASH (Dietary Approch to Stop
Hypertension) dan uji T berpasangan. Berdasarkan hasil analisis uji T berpasangan dengan
derajat kepercayaan 95 % terdapat perbedaan nilai tekanan darah sistolik dan diastolik sebelum
dan sesudah perlakuan namun secara statistik tidak signifikan karena p value > 0,05. Hasil
tersebut sesuai dengan penelitian yang mengatakan diet DASH dapat menurunkan tekanan
sistolik sebesar 9,2 mmHg dan diastolik 7,6 mmHg setelah 2 bulan intervensi.
Kata Kunci : Lansia ,Hipertensi
Pendahuluan struktur serta fungsi normalnya, sehingga
tidak dapat bertahan terhadap jejas
Lansia atau lanjut usia adalah
(Darmojo, 2015). Kiik, Sahar dan
seseorang yang memiliki usia lebih dari
Permatsari (2018) mengatakan bahwa
atau sama dengan 55 tahun (WHO, 2013).
lansia termasuk kategori dalam kelompok
Lansia dapat didentikkan dengan kelompok
atau populasi yang beresiko (population at
yang mengalami berbagai penurunan status
risk) yang semakin meningkat jumlahnya.
kesehatan terutama status kesehatan fisik.
lansia yang disebut sebagai memiliki tiga
Lansia dapat juga diartikan sebagai
karakteristik risiko dalam kesehatan
menurunnya kemampuan jaringan untuk
diantaranya yaitu, risiko biologi yang juga
memperbaiki diri dan mempertahankan
risiko terkait usia, risiko sosial dan
lingkungan serta risiko perilaku atau gaya struktural dan fungsional pada sistem
hidup. (Stanhope dan Lancaster, 2016). pembuluh perifer yang mengakibatkan
Pada kelompok lansia fungsi penuruan distensi dan daya regang
fisiologis mengalami penurunan seiring pembuluh darah. Perubahan - perubahan
dengan bertambahnya usia akibat proses yang sering terjadi pada lansia diantaranya
penuaan sehingga penyakit tidak menular adalah hilangnya elastisitias jaringan
banyak muncul pada lanjut usia. Proses ikat, atherosclerosis, penurunan relaksasi
menua merupakan proses yang terus- otot polos pembuluh darah. (Sari,
menerus secara alamiah dimulai sejak lahir Sumarwati, dan Sutrisna 2018). Banyak
dan setiap individu tidak sama cepatnya. faktor yang dapat mejadi penyebab
Menua bukan status penyakit tetapi terjadinya hipertensi, antara lain: usia,
merupakan proses berkurangnya daya tahan stress, kebiasaan merokok, minuman
tubuh dalam menghadapi rangsangan dari beralkohol, kurang olahraga, obesitas dan
dalam maupun dari luar tubuh. Dengan pola makan serta aktivitas yang tak
begitu manusia secara progresif akan seimbang memiliki kontribusi sebagai
kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan penyebab hipertensi. (Pulungan &
akan menumpuk makin banyak distorsi Nurrizka, 2018)
metabolik dan stuktural yang disebut Tingkat kematian hipertensi juga
sebagai penyakit degeneratif. Hasil Riset mencapai 6,7% dari populasi kematian
kesahatan dasar (Riskesdas) tahun 2013 pada semua umur di Indonesia (Depkes
menunjukkan bahwa penyakit terbanyak RI, 2010). Prevalensi hipertensi di kalangan
pada lanjut usia adalah penyakit tidak lansia di Indonesia cukup tinggi, yaitu
menular antara lain artritis, stroke, Penyakit sekitar 40%, dengan angka kematian sekitar
Paru Obstruktif Kronik (PPOK), diabetes 50% di atas umur 60 tahun (Profil
Mellitus dan hipertensi. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2012).
Menurut World Health Desa Donoharjo RT 02 RW 02, Wuyorejo
Organization (WHO) tahun 2012 hipertensi Wonogiri meiliki jumlah lansia sebesar
adalah salah satu yang memegang andil 15,9 % dari jumlah warga dalam satu RT.
yang penting untuk penyakit jantung dan Hal ini menunjukkan bahwa perlu adanya
stroke yang dapat menjadi penyebab perhartian dari orang lain terhadap lansia
kematian dan kecacatan nomor satu. terkhususnya juga tenaga kesehatan terkait
Hipertensi berkonstribusi hampir 9,4 juta dengan terpaparnya faktir risiko atau
kematian akibat penyakit kardiovaskuler kondisi tubuh lansia terhadap suatu
setiap tahunnya. Badan Kesehatan Dunia penyakit yang salah satunya hipertensi .
(WHO) menyebutkan bahwa angka Tindakan tepat yang perlu
prevalensi hipertensi saat ini terus dilakukan yaitu melakukan skrining
meningkat secara global dan diprediksi terhadap kesehatan lansia di masyarakat
pada tahun 2025 sekitar 29 persen orang serta perlu adanya tindakan pencegahan
dewasa di seluruh dunia, akan mengidap terjadinya penyakit pada lansia salah
hipertensi (Zaenurrohmah DH dan satunya yaitu hipertensi yang mana sudah
Rachmayanti RD, 2017) banyak menyerang lansia. Tindakan
Hipertensi sering terjadi pada lansia skrining dan pencegahan merupakan
karena pada lansia terjadi perubahan tindakan primer yang perlu dilakukan untuk
mengetahui gambaran yang terjadi pada Selain itu juga dilakukan observasi
lansia di suatu masyrakat. Tujuan dari secara langsung terhadap responden.
penelitian ini untuk mengetahui kesehatan Setelah data diperoleh kemudian
dan melakukan pencegahan hipertensi pada dilakukan pengolahan data
lansia di Desa Donoharjo, RT 03 RW 02 menggunakan SPSS dan uji T Tes
Wuryorejo, Wonogiri. Berpasangan.
d. Evaluasi Hasil Pelaksanaan
Pengabdian
Metode Pelaksanaan
Evaluasi hasil dari Pemeriksaan
Prosedur kerja yang dilakukan dalam
Kesehatan Lansia dan Pencegahan
pengabdian kepada masyarakat dengan
Hipertensi di Desa Donoharjo dilakukan
judul Pemeriksaan Kesehatan Lansia dan
pada tanggal 18 Agustus 2020.
Pencegahan Hipertensi di Desa Donoharjo
adalah sebagai berikut :
a. Tempat dan Waktu Hasil dan Pembahasan
Kegiatan ini dilaksanakan di desa Tabel 1 data karakteristik
Donoharjo RT 3 RW Wuryorejo,
Wonogiri pada tanggal 11 Agustus 2020 Median
Jumlah
Variabel Mean±SD (min-
b. Responden (n=5)
maks)
Dalam kegiatan ini terdapat 5 orang Usia 57±3,39 56 (53-
responden yang merupakan lansia di 61)
desa Donoharjo. Jenis kelamin
c. Pelaksanaan Pengabdian Laki-laki
Perempuan 5
Pemeriksaan kesehatan yang dilakukan Tinggi Badan 153,4±2,63 152,5
dalam kegiatan ini yakni : (151,5-
1. Pengecekan tekanan darah 158)
Berat badan 56,74±4,99 57 (50,8-
2. Survei konsumsi dengan metode Food
63)
Recall Sistolik 151,4±18,13 150 (123-
3. Pengecekan berat dan tinggi badan. 170)
Penyuluhan yang dilakukan dalam Diastolik 91,6±17,38 90 (65-
110)
kegiatan ini yaitu :
1. Edukasi pengertian dari penyakit
Dari tabel 1 mengenai data
hipertensi
karakteristik responden didapatkan bahwa
2. Edukasi pencegahan penyakit total responden sebanyak 5 orang, dengan
hipertensi pada lansia jenis kelamin responden semuanya
3. Intervensi gizi perempuan. Rerata usia responden ialah
57±3,39 tahun dengan usia terendah 53
Dalam penyuluhan ini dilakukan
tahun dan usia tertinggi 61 tahun. Rerata
pre test sebelum dimulainya kegiatan
tinggi badan ialah 153,4±2,63 cm. Dari
dan post test setelah selesai kegiatan.
tabel 1 terlihat data pengukuran berat
badan, tekanan darah sistolik dan diastolik Diatolik 4 1,190 2,776 0,300
sebelum perlakuan yakni rerata berat badan
lansia 56,74±4,99 kg dengan berat badan Dari tabel 2 mengenai data sesudah
terendah 50,8 kg dan berat badan tertinggi intervensi rerata berat badan lansia adalah
63 kg. Rerata sistolik lansia adalah 56,52±4,76kg dengan berat badan terendah
151,4±18,13 mmHg dengan tekanan darah 50,6 kg dan berat badan tertinggi 62,5 kg.
sistolik tertinggi 170 mmHg dan rerata Rerata tekanan darah sistolik lansia adalah
diastolik lansia adalah 91,6±17,38 mmHg 143,2±13,99 mmHg, dengan tekanan darah
dengan tekanan darah diastolik tertinggi sistolik tertinggi 164 mmHg dan rerata
110 mmHg. tekanan darah diastolik 88,2±15,02 mmHg
Hasil pengukuran awal ini dengan tekanan darah diastolik tertinggi
mengindikasikan bahwa 4 dari 5 lansia 107 mmHg. Berdasarkan tabel 3(hasil
mengalami hipertensi (80 %). Hasil ini analisis uji T berpasangan) dengan derajat
sesuai dengan teori yang menyebutkan kepercayaan 95 % terdapat perbedaan nilai
bahwa memasuki umur lansia mengalami tekanan darah sistolik dan diastolik
penurunan fungsi organ dan jaringan tubuh sebelum dan sesudah perlakuan namun
sebagai tanda penuaan. Proses menua secara statistik tidak signifikan karena p
mengakibatkan melemahnya kerja otot value > 0,05. Hasil ini sesuai dengan
jantung dan berkurangnya elastisitas penelitian yang mengatakan diet DASH
pembuluh darah. Selain itu, seiring dapat menurunkan tekanan sistolik sebesar
meningkatnya usia risiko terkena hipertensi 9,2 mmHg dan diastolik 7,6 mmHg setelah
juga meningkat sebanyak 55 %. Faktor 2 bulan intervensi. Adapun keterbatasan
risiko hipertensi selain umur ialah genetik, yang dihadapi yakni waktu intervensi dan
jenis kelamin, kegemukan, merokok, jumlah responden yang didapatkan yang
konsumsi alkohol, dislipidemia, kurang membuat kurang menggambarkan kondisi
aktifitas fisik, konsumsi natrium berlebih, hipertensi lansia di Donoharjo rt 3 rw 2,
efek psikososial dan stres. Oleh karena itu, Wuryorejo, Wonogiri.
dilakukan intervensi diet DASH (Dietary
Approch to Stop Hypertension).
Simpulan
Tabel 2 data pengukuran setelah intervensi
Dari screening pemeriksaan
Variabel Mean±SD Median
kesehatan lansia di Desa Donoharjo,
(min-maks
Wonogiri, didapatkan bahwa dari 5
)
Berat badan 56,52±4,76 57,8 (50,6-
responden, bahwa bahwa 4 dari 5 atau 80%
62,5) lansia mengalami hipertensi. Hasil ini
Sistolik 143,2±13,99 138 (127- sesuai dengan teori yang menyebutkan
164) bahwa memasuki umur lansia mengalami
Diastolik 88,2±15,02 85 (71-107) penurunan fungsi organ dan jaringan tubuh
sebagai tanda penuaan. Proses menua
Tabel 3 Uji T Berpasangan mengakibatkan melemahnya kerja otot
jantung dan berkurangnya elastisitas
df T T tabel Sig.(2-
pembuluh darah. Selain itu, seiring
hitung tailed)
meningkatnya usia risiko terkena hipertensi
Sistolik 4 1,814 2,776 0,144
juga meningkat sebanyak 55 %. Faktor Kiik, S. M., Sahar, J., Permatasai, H. 2018.
risiko hipertensi selain umur ialah genetik, Peningkatan Kualitas Hidup
jenis kelamin, kegemukan, merokok, Lanjut Usia (Lansia) Di Kota
konsumsi alkohol, dislipidemia, kurang Depok Dengan Latihan
aktifitas fisik, konsumsi natrium berlebih, Keseimbangan. Jurnal
efek psikososial dan stres. Adapun Keperawatan Indonesia. Vol
pencegahan yang dapat dilakukan untuk 21 (2): 109-116
meminimalkan angka hipertensi pada lansia
Pulungan, R. M., & Nurrizka, R. H. 2018.
di Desa Donoharjo, RT 03 RW 02
Pencegahan Dan Pengendalian
Wuryorejo, Wonogiri dapat dilakukan
Hipertensi Pada Lansia Melalui
dengan cara intervensi diet DASH (Dietary
Program Pengelolaan Penyakit
Approch to Stop Hypertension). Hal ini
Kronis (Prolanis). Prosiding
terbukti dengan data sesudah intervensi
Seminar Nasional Hasil
rerata berat badan lansia adalah
Pengabdia Masyarakat. Vol 1
56,52±4,76kg dengan berat badan terendah
(1)
50,6 kg dan berat badan tertinggi 62,5 kg.
Rerata tekanan darah sistolik lansia adalah Sari, Y., Sumarwati, M., dan Sutrisna, E.
143,2±13,99 mmHg, dengan tekanan darah 2018. Pemberdayaan Kader
sistolik tertinggi 164 mmHg dan rerata Posyandu Lansia Untuk
tekanan darah diastolik 88,2±15,02 mmHg Pencegahan Hipertensi dan
dengan tekanan darah diastolik tertinggi Komplikasinya di Purwokerto.
107 mmHg. Dari hal tersebut dapat terlihat Jurnal Pengabdian Pada
95 % terdapat perbedaan nilai tekanan Masyarakat, Vol. 3 (1): 27 -34
darah sistolik dan diastolik sebelum dan
Stanhope, M., & Lancaster, J. 2016. Public
sesudah perlakuan namun secara statistik
health nursing population
tidak signifikan karena p value > 0,05.
centered health care in the
Dengan hal ini diet DASH dapat
community (9th Ed.). Missouri:
menurunkan tekanan sistolik sebesar 9,2
Elsevier.
mmHg dan diastolik 7,6 mmHg setelah 2
bulan intervensi. WHO. (2013). World health statistics 2013.
Geneva: WHO press.

Daftar Pustaka Zaenurrohmah DH dan Rachmayanti RD.


2017. HubunganPengetahuan
Darmojo, Boedhi. 2015. Buku Ajar Geriatri
dan Riwayat Hipertensi dengan
(Ilmu Kesehatan Usia Lanjut).
Tindakan Pengendalian
Jakarta: FKUI
Tekanan Darah pada Lansia.
Kemenkes RI. 2013. Gambaran
Jurnal Berkala
Kesehatan Lanjut Usia di
Epidemiologi.Volume 5 Nomor
Indonesia. Buletin Jendela
2, Mei 2017, hlm. 174-184
Data dan Informasi, Semester
1.

Anda mungkin juga menyukai