Anda di halaman 1dari 8

Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com

Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran dan


ISSN 0216-3438 (Cetak). ISSN 2621-1122 (Online) Kesehatan

ALAT PENULIS GIZI SEDERHANA (SNST) DALAM PENILAIAN GIZI SEBAGAI


FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULAR PADA LANSIA

Ratna Indriawati1*, Muhammad Rivai Azis1

1[Ilmu Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Yogyakarta

* Email korespondensi: r_indriawatiwibowo@yahoo.com

ABSTRAK

Lansia dengan gangguan gizi memerlukan penyembuhan komplikasi pada penyakitnya. Asupan zat gizi pada
lansia yang sakit sangat diperlukan untuk proses penyembuhan dan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
Salah satu faktor terbesar kematian pada usia lanjut adalah penyakit tidak menular yaitu penyakit
kardiovaskular. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara Simple Nutritional Screening
Tool (SNST) dalam penilaian gizi dan faktor risiko penyakit kardiovaskular pada lansia. Penelitian ini
menggunakan metode potong lintang yang dilakukan selama tiga bulan dengan jumlah responden 51 orang.
Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dengan panduan kuesioner. Data antropometri dan
biokimia dari rekam medis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa data SNST menunjukkan 92,20% tidak
berisiko gizi buruk, dan 7. 80% berisiko mengalami malnutrisi. Uji Chi-Square antara indeks massa tubuh
(IMT), tekanan darah, LDL, HDL, gula darah, perilaku merokok, asupan makanan, diet, dan frekuensi makan
sebagai faktor risiko kardiovaskular dengan SNST tidak signifikan (p>0,05). Hasil penelitian menyimpulkan
bahwa tidak ada hubungan antara SNST dengan indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah, LDL, HDL, gula
darah, perilaku merokok, asupan makanan, pola makan, dan frekuensi makan sebagai faktor risiko
kardiovaskular pada lansia.

Kata kunci: SNST; Kardiovaskular; Penilaian Gizi; Tua.

dan kemampuan mental. Pada umumnya


PENGANTAR
Nutrisi dibutuhkan lansia untuk menjaga gangguan organ paling banyak dikeluhkan oleh
kualitas hidupnya. Bagi pasien lanjut usia, lansia. Selain itu, menurut hasil penelitian yang
asupan nutrisi sangat dibutuhkan untuk telah dilakukan, salah satu masalah kesehatan
menyembuhkan dan mencegah komplikasi pada yang sering terjadi pada lansia adalah penyakit
penyakitnya. Asupan gizi sangat dibutuhkan oleh kardiovaskular. Beberapa faktor risiko yang
lansia yang sehat untuk menjaga kualitas mempengaruhi penyakit kardiovaskular adalah
hidupnya. Sedangkan bagi lansia yang sakit, usia, jenis kelamin, merokok, stres, konsumsi
asupan gizi sangat dibutuhkan untuk proses alkohol, konsumsi garam, pendapatan, status
penyembuhan dan mencegah terjadinya gizi, dan obesitas.5–7
Penyakit kardiovaskular yang termasuk dalam
komplikasi lebih lanjut.1,2
kategori penyakit tidak menular merupakan penyebab
Pada tahapan usia, kategori lanjut usia
kematian nomor satu setiap tahun. Pada tahun 2008
juga dapat mengalami keadaan gizi baik dan gizi
diperkirakan 17,3 juta kematian disebabkan oleh
buruk. Di Indonesia, data menunjukkan bahwa
penyakit kardiovaskular. Lebih dari 3 juta kematian
pada kategori lanjut usia yang berada dalam
terjadi sebelum usia 60 tahun dan seharusnya dapat
keadaan kurang gizi sebanyak 3,4%, berat badan
dicegah. Kematian "awal" yang disebabkan oleh
kurang 28,3%, berat badan ideal 42,4%,
penyakit jantung terjadi pada kisaran 4% di negara-
kelebihan berat badan sebanyak 6,7%, dan obesitas 3,
negara berpenghasilan tinggi hingga 42% di negara-
4%.3,4
negara berpenghasilan rendah. Kematian yang
Menurut Kementerian Kesehatan, proses
disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, terutama
penuaan akan memperburuk fisik seseorang
penyakit jantung koroner dan

Jil. 15 No 2 2021 DOI:http://dx.doi.org/10.33533/jpm.v15i2.3564 187


Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran dan
ISSN 0216-3438 (Cetak). ISSN 2621-1122 (Online) Kesehatan

stroke, diperkirakan akan terus meningkat, (tekanan yang dihasilkan oleh pompa jantung
mencapai 23,3 juta kematian pada tahun 2030.5,7 untuk menggerakkan darah ke seluruh tubuh.
Beberapa penelitian telah menggunakan Batas tekanan darah menurut WHO adalah
SNST untuk nutrisi.8,9Hubungan antara normal (120/80 mmHg), hipertensi (>140/90
SNST dalam penilaian gizi dan faktor risiko mmHg), hipotensi (<90/60 mmHg). (IMT)
penyakit kardiovaskular pada lansia perlu menurut WHO adalah: kurus (<17); normal
diteliti. (17-24), obesitas (>24).Batas HDL, HDL
menurut PERKI (2013) adalah: normal (≥ 35
BAHAN DAN METODE mg/dL), rendah ( <35 mg/dL.LDL Batasan LDL
Penelitian ini menggunakan metode menurut PERKI (2013) adalah: normal (<100
potong lintang yang dilakukan selama tiga mg/dL), tinggi (>130 mg/dL).Menurut PERKI
bulan dengan jumlah responden 51 orang. (2013), glukosa darah adalah: diabetes (≥ 200
Pengumpulan data primer dilakukan dengan mg/dL), normal (<100 mg/dL).Perilaku
wawancara menggunakan panduan kuesioner. merokok merupakan perilaku merokok
Pengambilan data sekunder dilakukan untuk responden.Data diperoleh dari wawancara
mendapatkan data antropometri dan biokimia. langsung.
Tempat Penelitian Poliklinik Penyakit Dalam Instrumen Penelitian
RSUD Wonosari Kabupaten Gunungkidul Instrumen penelitian adalah alat yang
Yogyakarta, Indonesia. digunakan untuk pengumpulan data
Subyek penelitian ini adalah pria dan (Notoadmodjo, 2010). Dalam penelitian ini,
wanita berusia 60 tahun, mampu instrumen yang digunakan meliputi: Informed
berkomunikasi, bersedia mengikuti Consent, kuesionernutrisi antropometri
data responden,
penelitian. Kriteria eksklusi termasuk orang daftar pertanyaan, biokimia daftar pertanyaan

dengan gangguan bicara dan/atau (Indikator biokimia digunakan sebagai ukuran


pendengaran. Besarnya sampel ditentukan kemampuan seseorang untuk memenuhi
dengan total sampling. Variabel bebas kebutuhan fisiologis akan zat gizi tertentu (Siagian,
penelitian ini adalah faktor risiko menderita 2010). SNST Questionnaire.
penyakit kardiovaskular, sedangkan variabel Metode Pengumpulan Data
terikatnya adalah nilai SNST. Pengumpulan data dilakukan dengan
Definisi operasional menggunakan wawancara terstruktur dengan
SNST sebagai Asesmen Gizi. SNST adalah alat kuesioner. Pengumpulan data sekunder
skrining nutrisi yang digunakan untuk meliputi data antropometri dan biokimia
mengidentifikasi pasien yang berisiko malnutrisi. Analisis data
SNST merupakan alat skrining gizi dengan Sebelum makhluk dianalisis, itu
menggunakan 6 (enam) indikator yaitu: (1) Apakah kuesioner yang telah diisi diberi nomor/kode dan
pasien tampak kurus. (2) Apakah pakaian pasien telah direview untuk memudahkan dalam
terasa lebih longgar. (3) Apakah ada penurunan memasukkan data, mengedit data, dan
berat badan dalam enam bulan terakhir. (4) Apakah mengolah data ke dalam komputer. Data yang
pasien mengalami penurunan asupan makanan terkumpul kemudian dikelompokkan menurut
selama satu minggu terakhir. (5) Apakah pasien jenis dan fungsinya dalam penelitian menurut
memiliki penyakit yang mengubah jumlah atau jenis variabelnya. Untuk mengetahui hubungan antar
makanan yang dimakan. (6) Apakah pasien terlihat variabel digunakan tes. Statistik Chi-Square atau
lemas. SNST memiliki skor maksimal 6, dengan Kai Squared (X2) menggunakan program SPSS
kriteria penilaian sebagai berikut: tidak berisiko for windows.
malnutrisi (skor 0 – 2) dan berisiko malnutrisi (skor Etika Penelitian
3) Penelitian ini telah mendapatkan
Kardiovaskular faktor
mempertaruhkan adalah Ethical Clearance dari Komisi Etik Fakultas
kondisi, sifat, fisik atau perilaku yang dapat Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY.
meningkatkan kejadian penyakit
kardiovaskular, yang meliputi: tekanan darah

Jil. 15 No 2 2021 DOI:http://dx.doi.org/10.33533/jpm.v15i2.3564 188


Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran dan
ISSN 0216-3438 (Cetak). ISSN 2621-1122 (Online) Kesehatan

HASIL mata pelajaran. Sebagian besar responden berjenis


Jumlah responden yang memenuhi kelamin laki-laki (54,90%) dan berusia antara 61-70 tahun
syarat dalam penelitian ini adalah 51 orang. (37,30%).
Tabel 1 menunjukkan karakteristik penelitian

Tabel 1.Karakteristik Subyek Penelitian


Jenis kelamin n (%)
Pria 28 54.90
Perempuan 23 45.10
n 51 100
Usia (tahun)
50 – 60 12 23.50
61 – 70 19 37.30
71 – 80 17 33.30
81 – 90 3 5.90
n 51 100

Responden yang diukur dengan SNST adalah 92,20%. Sedangkan pasien dengan risiko
menggunakan enam indikator menunjukkan bahwa gizi buruk (skor: 3) sebanyak 7,80%.
pasien yang tidak berisiko malnutrisi (skor: 0-2)

Meja 2. Distribusi Responden Menurut Skor SNST


Indikator Skor n %
Ya (1) 12 23.50
Indikator 1 Tidak (2) 39 76.50
Total 51 100
Ya (1) 12 23.50
Indikator 2 Tidak (2) 39 76.50
Total 51 100
Ya (1) 5 9.80
Indikator 3 Tidak (2) 46 90.20
Total 51 100
Ya (1) 4 7.80
Indikator 4 Tidak (2) 47 92.20
Total 51 100
Ya (1) 5 9.80
Indikator 5 Tidak (2) 46 90.20
Total 51 100
Ya (1) 0 0
Indikator 6 Tidak (2) 51 100
Total 51 100
Tidak Ada Risiko Gizi Buruk (skor : 0-2) 47 92.20
Risiko Gizi Buruk
Total 4 7.80
(skor : 3)
Total 51 100

Indikator 1: Apakah pasien terlihat kurus, untuk indikator satu dan indikator 2 masing-masing
indikator? 2: Apakah pakaian pasien terasa lebih sebesar 23,50%. Kedua indikator ini berkaitan erat
longgar? Dapatkan skor tertinggi dibandingkan karena ketika pasien terlihat kurus, secara estetis
dengan penilaian skor pada indikator lainnya. Nilai pakaian yang dikenakan juga akan

Jil. 15 No 2 2021 DOI:http://dx.doi.org/10.33533/jpm.v15i2.3564 189


Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran dan
ISSN 0216-3438 (Cetak). ISSN 2621-1122 (Online) Kesehatan

terlihat/merasa longgar. Data dari tabel 2 menunjukkan bahwa untuk semua responden
menunjukkan bahwa pada indikator 6: Apakah pasien yang diukur selama masa penelitian, keadaan
terlihat lemah, skor penilaiannya adalah 0 (nol). Ini umum pasien baik/tidak lemah.

Tabel 3.Distribusi Responden Menurut Faktor Risiko Kardiovaskular s


Faktor risiko Kategori n %
Tipis (10 – 17) 3 5.90
BMI
Normal (18 – 24) 39 76.50
(kg/m2)
Obesitas (25 – 35) 9 17.60
Total 51 100
Normal
20 39.20
(12/80 mmHg)
Tekanan Darah (mmHg)
Hipertensi
31 60.80
(121/80 -140/90 mmHg)
Total 51 100
HDL Normal
51 100
(mg/dL) (35-110 mg/dL)
Rendah (<35 mg/dL) 0 0
Total 51 100
LDL Normal (50-130 mg/dL) 18 35.30
(mg/dL) Tinggi (131-200 mg/dL) 33 64.70
Total 51 100
Gula darah Normal (50-100 mg/dL) 11 21.60
(mg/dL) Diabetes (101-250 mg/dL) 40 78.40
Jumlah 51 100
Merokok 28 54.90
Perilaku Merokok DILARANG MEROKOK 23 45.10
Total 51 100
100% 20 39.20
Persediaan makanan 50 – 99% 12 23.50
(% dari kebutuhan) Puasa 19 37.30
Total 51 100
Diet 0 0
Diet yang diikuti Tanpa diet 51 100
Total 51 100
2x/hari 19 37.30
Frekuensi Makan 3x/hari 32 62.70
Total 51 100

Tingginya persentase wasting dan Kadar kolesterol (Tabel 3.). Sedangkan untuk
obesitas menunjukkan bahwa pada lansia hasil pengukuran LDL Kolesterol didapatkan
masih terdapat masalah gizi ganda yaitu gizi hasil kadar Kolesterol LDL tinggi 64,70%
buruk dan obesitas yang harus dicegah dan (Tabel 3). Hasil pengukuran kadar gula
diatasi. Hasil pengukuran tekanan darah darah sebagian besar responden
menunjukkan sebagian besar responden mengalami diabetes, sedangkan hasil
(60,80%) menderita hipertensi. Hal ini penilaian perilaku sebagian besar (54,90%)
menunjukkan bahwa hipertensi pada lansia responden merokok. Hasil penilaian asupan
masih cukup tinggi. Hasil pengukuran HDL makanan dibandingkan persentase angka
Kolesterol menunjukkan bahwa 100% kebutuhan ideal menunjukkan bahwa
responden memiliki HDL . normal 39,20% adalah 100%

Jil. 15 No 2 2021 DOI:http://dx.doi.org/10.33533/jpm.v15i2.3564 190


Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran dan
ISSN 0216-3438 (Cetak). ISSN 2621-1122 (Online) Kesehatan

memadai. Namun, 37,30% puasa. responden tidak menjalani diet diet.


Rendahnya angka kecukupan 100% asupan Sedangkan hasil penilaian frekuensi
ideal menjadi masalah tersendiri yang harus makan sebanyak 62,70% responden
dievaluasi faktor penyebabnya. Hasil pernah makan tiga kali/hari.
penilaian perilaku diet, 100%

Tabel 4.Hubungan antar variabel meliputi hubungan antara Simple Nutrition Screening
Tool (SNST) dengan faktor risiko kardiovaskular
SNST
Bukan

Malnutrisi
Mempertaruhkan
Kategori Berisiko Total
Faktor
Malnutrisi
n % n % n % p
Tipis
2 3.90 1 2.00 3 5.90
(10 – 17)
Normal
37 72.50 2 3.90 39 6.50
(18 – 24)
BMI 0.199
Kegemukan
8 15.70 1 2.00 9 7.60
(25 – 35)

Total 47 92.20 4 7.80 51 100


Normal (12/80 mmHg) 18 35.30 2 3.90 20 9.20
Hipertensi (121/80–
29 56.90 2 3.90 31 0,80
140/90mmHg)

Tekanan darah Total 47 92.20 4 7.80 51 100


0,514
(mmHg)
Rendah
0 0 0 0 0 0
(<35 mg/dL)

Total 47 92.20 4 7.80 51 100


Normal (50-130 mg/dL) 17 33.30 1 . 00 8 5.30
LDL kolesterol Tinggi (131-200 mg/dL) 30 58.80 3 5,90 33 4.70
(mg/dL) 0,654
Total 47 92.20 4 7.80 51 100
Normal (50-100 mg/dL) 37 72.50 3 5,90 40 8.40
Gula darah Diabetes (101-250
10 19.60 1 2.00 11 1.60
(mg/dL) mg/dL) 0,862

Total 47 92.20 4 7.80 51 100


Merokok 25 49.00 3 5,90 28 4.90
Merokok Jangan merokok 22 43.00 1 2.00 23 5.10
0.383
Perilaku
Total 47 92.20 4 7.80 51 100
100% 18 35.30 2 3.90 20 9.20
Persediaan makanan 50 – 99% 11 21.60 1 2.00 12 3.50
(% dari harian
Puasa 18 35.30 1 2.00 19 7.30 0,857
membutuhkan)

Total 47 92.20 4 7.80 51 100


2 kali / hari 17 33.30 2 3.90 19 7.30
Frekuensi 3 kali / hari 30 58.80 2 3.90 32 2.70
0,479
dari Makan
Total 47 92.20 4 7.80 51 100

Jil. 15 No 2 2021 DOI:http://dx.doi.org/10.33533/jpm.v15i2.3564 191


Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran dan
ISSN 0216-3438 (Cetak). ISSN 2621-1122 (Online) Kesehatan

Tabel 4. diatas menunjukkan bahwa hasil gizi buruk, hanya satu orang (2%) status gizi
uji kuadrat (X2) atau (Chi-Square Test) antara kurang berdasarkan IMT menyebabkan hasil
indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah, uji statistik menjadi nonstatistik. Risiko PJK
Kolesterol LDL, Kolesterol HDL, gula darah, akan meningkat jika berat badan mulai
perilaku merokok, asupan makanan, pola makan, melebihi 20% dari berat badan ideal.
dan frekuensi makan, sebagai faktor risiko Obesitas akan meningkatkan volume darah
kardiovaskular dengan Simple Nutrition sekitar 10-30%.10,13
Screening Tool (SNST), dengan menggunakan Obesitas sering ditemukan bersamaan
taraf signifikansi 0,05 diperoleh hasil p>0,05. Hal dengan kasus hipertensi, DM, dan
ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan hipertrigliseridemia.12–14Selain itu, obesitas dapat
yang signifikan antara SNST dengan frekuensi meningkatkan kadar kolesterol total dan
makan sebagai faktor risiko kardiovaskular. Dan kolesterol LDL. Risiko PJK dapat meningkat jika
hasil pengukuran dengan menggunakan Simple berat badan mulai melebihi 20% dari berat badan
Nutrition Screening Tool (SNST) diperoleh hasil ideal. Akibatnya, obesitas akan meningkatkan
92,20% tidak ada risiko gizi buruk dan 7,80% volume darah sekitar 10-30%.15,16Hal ini menjadi
risiko gizi buruk. beban tambahan pada jantung sehingga otot
jantung akan mengalami perubahan struktural
DISKUSI hipertrofi atau hiperplasia, yang keduanya dapat
Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada mengakibatkan gangguan pompa jantung atau
hubungan yang signifikan antara SNST dengan IMT, yang biasa disebut dengan gagal jantung atau
tekanan darah, Kolesterol LDL, Kolesterol HDL, gula jantung lemah. Pada kasus gagal jantung,
darah, perilaku merokok, asupan makanan, pola penderita akan merasa lelah, sesak napas saat
makan, dan frekuensi makan sebagai faktor risiko melakukan aktivitas ringan, sedang, atau berat
kardiovaskular. Hasil SNST membedakan antara (tergantung derajat lemah jantung).17,18
responden yang tidak berisiko gizi buruk dan gizi SNST juga terkait erat dengan tekanan darah
buruk.10Gizi buruk adalah keadaan kekurangan, sebagai faktor risiko kardiovaskular (Tabel 1). Penyakit
kelebihan, atau ketidakseimbangan protein, energi, kardiovaskular atau penyakit kardiovaskular (CVD)
dan zat gizi lain yang dapat mengganggu fungsi adalah penyakit yang berhubungan dengan jantung
tubuh dan dapat mengakibatkan obesitas, dan pembuluh darah. Penyakit kardiovaskular akibat
kekurangan energi protein, kekurangan vitamin dan aterosklerosis dinding pembuluh darah dan trombosis
mineral. SNST merupakan alat skrining gizi yang merupakan penyebab utama kematian di dunia.
tervalidasi dalam menentukan risiko malnutrisi Terjadinya PJK pada hipertensi sering ditemukan dan
pada pasien rumah sakit dengan nilai sensitivitas berhubungan langsung dengan tekanan darah sistolik
97% dan nilai spesifisitas 80% berdasarkan standar yang tinggi. Tekanan darah normal merupakan
emas Subjective Global Assessment (SGA).10,11 penunjang kesehatan utama dalam kehidupan. Hasil
Penelitian SNST telah diuji validitas dan penelitian juga melaporkan kadar kolesterol LDL yang
reliabilitasnya. Salah satu penelitian yang dilakukan tinggi pada responden malnutrisi, sebanyak 5,90%.
pada pasien dewasa menyimpulkan bahwa SNST Kolesterol LDL yang tinggi akan menyebabkan
memiliki validitas yang baik (sensitivitas 91,28%, aterogenesis terjadi dengan cepat, yang
spesifisitas 79,78%, NPV 92,1%, dan PPV 78%).12 mengakibatkan faktor risiko yang lebih tinggi untuk
menderita penyakit kardiovaskular.19–21
Hasil pengukuran SNST tidak
berhubungan bermakna dengan IMT sebagai Sebanyak 54,90% responden melaporkan
risiko penyakit kardiovaskular karena SNST memiliki perilaku merokok. Merokok adalah
lebih sensitif dalam menentukan risiko salah satu faktor risiko utama untuk PJK
malnutrisi yang diukur dengan antropometri. di samping itu hipertensi dan
Secara spesifik, hubungan SNST dengan IMT hiperkolesterolemia. Orang yang merokok lebih
sensitif untuk mengukur gizi buruk dengan dari 20 batang per hari dapat mempengaruhi atau
status gizi kurang berdasarkan IMT. Dalam memperkuat efek dari dua faktor risiko utama
studi responden yang menderita lainnya. Kematian mendadak karena PJK di

Jil. 15 No 2 2021 DOI:http://dx.doi.org/10.33533/jpm.v15i2.3564 192


Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran dan
ISSN 0216-3438 (Cetak). ISSN 2621-1122 (Online) Kesehatan

perokok laki-laki sepuluh kali lebih besar daripada 4. Darmojo B, Martono H. Buku Ajar Geriatri:
bukan perokok dan pada wanita perokok empat kali Ilmu Kesehatan Lansia. Jakarta: Badan
lebih besar daripada bukan perokok. Rokok dapat Penerbit Fakultas Kedokteran
menyebabkan 25% kematian PJK pada pria dan wanita Universitas Indonesia; 2015.
di bawah usia 65 tahun atau 80% kematian PJK pada 5. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
pria di bawah 45 tahun.22,23 Profil Kesehatan Indonesia 2009. Jakarta:
Rokok dapat menurunkan kadar kolesterol Kementerian Kesehatan Republik Indonesia;
HDL. Semakin banyak jumlah rokok yang dihisap 2010.
maka kadar kolesterol HDL semakin menurun. 6. Frančula-Zaninović S, Nola IA.
Pada perokok wanita, penurunan kadar Penatalaksanaan Faktor Risiko Penyakit
kolesterol HDL lebih besar dibandingkan pada Kardiovaskular Variabel Terukur. Curr
perokok pria. Merokok juga dapat meningkatkan Cardiol Rev. 2018;14(3):153–63.
hiperlipidemia dan hipertrigliseridemia tipe IV, 7. Erdinçler DS, Avcı S. Nutrisi pada pasien usia
pembentukan trombosit abnormal pada lanjut dengan penyakit kardiovaskular.
diabetes mellitus yang disertai obesitas dan Turk Kardiyol Dern Ars. 2017;113–6.
hipertensi sehingga perokok cenderung lebih 8. Susetyowati, Djarwoto B, Faza F. Alat
mudah mengalami aterosklerosis dibandingkan skrining gizi sebagai prediktor
bukan perokok.23–25 malnutrisi pada pasien hemodialisis
Sebanyak 21,60% responden menderita di RS Dr. Sardjito Yogyakarta,
diabetes. Diabetes mellitus (DM) terbukti Indonesia. Transplantasi Ginjal J
menjadi faktor risiko yang kuat untuk semua Saudi. 2017;28(6):1307–13.
penyakit aterosklerotik. Mortalitas dan 9. Tran QC, Banks M, Hannan-Jones M, Do TND,
morbiditas PJK pada penderita DM 2-3 kali 23 Gallegos D. Validitas empat alat skrining
kali dibandingkan dengan non DM. 75- 80% nutrisi terhadap penilaian global subjektif
penderita DM dewasa akan meninggal akibat untuk orang dewasa rawat inap di negara
komplikasi PJK.24,26,27 berpenghasilan rendah-menengah di Asia.
Eur J Clin Nutr. 2018;72(7):979– 85.
KESIMPULAN
Kesimpulan menunjukkan bahwa tidak ada 10. Mayasari M, Susetyowati, Lestariana W. Alat
hubungan antara Simple Nutrition Screening skrining gizi sederhana (SNST) memiliki
Tool (SNST) dengan BMI massa tubuh, tekanan validitas yang baik untuk mengidentifikasi
darah, kolesterol LDL, kolesterol HDL, gula darah, risiko malnutrisi pada pasien lanjut usia
perilaku merokok, asupan makanan, pola makan, yang dirawat di rumah sakit. Pakistan J Nutr.
dan frekuensi makan sebagai faktor risiko 2014;13(10)::573–8.
kardiovaskular pada tua. 11. Indriawati R, Syaifudin S. Hubungan Faktor
Demografi dan Indeks Massa Tubuh
REFERENSI dengan Pencegahan Hipertensi pada
1. Marsman D, Belsky DW, Gregori D, Johnson Remaja. J Menyembuhkan
MA, Dog TL, Meydani S, dkk. Penuaan yang Mempromosikan Perilaku. 2020;5(2):72–8.
sehat: konsekuensi alami dari nutrisi yang 12. Susetyowati, Hadi H, Hakimi M, Asdie
baik-sebuah laporan konferensi. euro AH. Pengembangan, Validasi, dan
J Nutr. 2018;15–34. Keandalan Alat Penyaringan Gizi
2. Bruins MJ, Dael P Van, Eggersdorfer M. Sederhana (SNST) untuk Pasien
Peran Nutrisi dalam Mengurangi Dewasa Rumah Sakit di Indonesia.
Risiko Penyakit Tidak Menular Pakistan J Nutr. 2014;13(3):157–63.
selama Penuaan. Nutrisi. 2019;11(1). 13. Li J, Zhang L, Chen L, Muntner P, Egan
3. Christian P, Smith E. Kekurangan Gizi B. Tren Faktor Risiko Prehipertensi
Remaja: Beban Global, Fisiologi, dan dan Hipertensi pada Orang Dewasa
Risiko Gizi. Ann Nutr Metab. AS: 1999-2012. Hipertensi. 2017;70
2018;72(4). (2):275–84.

Jil. 15 No 2 2021 DOI:http://dx.doi.org/10.33533/jpm.v15i2.3564 193


Jurnal Profesi Medika : Jurnal Kedokteran dan
ISSN 0216-3438 (Cetak). ISSN 2621-1122 (Online) Kesehatan

14. Indriawati R, Usman S. Pemberdayaan Merokok dengan Intensitas Lebih Rendah


Masyarakat sebagai Upaya Deteksi Dini dan Durasi Lebih Lama Dibandingkan
Faktor Risiko Hipertensi. J Surya Masy. Dengan Merokok dengan Intensitas Lebih
2018;1(1):59. Tinggi dan Durasi Lebih Pendek: Hasil
15. Rimárová K, Dorko E, Diabelková J, Sulinová Z, Kongruen Di Berbagai Kelompok. Nikotin
Urdzík P, Pelechová N, dkk. Prevalensi gaya Tob Res. 2017;19(7):817–25.
hidup dan faktor risiko kardiovaskular pada 25. Khan H, D.Anker S, L. Januzzi J,
kelompok mahasiswa kedokteran. Cent Eur J K.McGuire D, Sattar N, Woerle HJ, dkk.
Kesehatan Masyarakat. 2018; Epidemiologi Gagal Jantung Pada
16. Gao F, Liu X, Wang X, Chen S, Shi J, Penderita Diabetes Mellitus Tanpa
Zhang Y, dkk. Perubahan Status Penyakit Jantung Koroner. Kartu J
Kesehatan Kardiovaskular dan Risiko Gagal. 2019;25(2):78–86.
Hipertensi Onset Baru pada Studi 26. Zhang DD, Liu XJ, Wang BY, Ren YC,
Kailuan Cohort. PLoS Satu. Zhao Y, Liu FY, dkk. Efek modifikasi
2016;11(7). terkait usia pada hubungan antara
17. Li G, Hu H, Dong Z, Xie J, Zhou Y. indeks massa tubuh dan risiko
Perbedaan Urban dan Suburban hipertensi: Sebuah Studi Kohort pada
dalam Tren Hipertensi dan Perawatan orang Cina yang tinggal di daerah
Diri: Tiga Studi Cross-Sectional pedesaan. 2018;39(6):765–9.
Berbasis Populasi dari 2005-2011. 27. Rana JS, Liu JY, Moffet HH, Jaffe M, Karter
PLoS Satu. 2015. AJ. Diabetes dan Penyakit Jantung Koroner
18. Navaneethan SD, Roy J, Tao K, Sebelumnya Tidak Harus Setara dengan
Brecklin CS, Chen J, Deo R, dkk. Risiko untuk Kejadian Penyakit Jantung
Prevalensi, Prediktor, dan Hasil Koroner di Masa Depan. J Gen Intern Med.
Hipertensi Paru pada CKD. J Am Soc 20016;31(4):387–93.
Nephrol. 2016;27(3):877–86.
19. Tomek J, Bub G. Hipertensi-induced
remodelling: pada interaksi faktor
risiko jantung. J. Fisiol.
2017;595(12):4027–36.
20. Indriawati R, Hartono ISE. Pengaruh
Mengkudu (Morinda citrifolia) terhadap
Hipertensi pada Kelompok Usia Lanjut. J
Mutiara Med. 2011;11(3).
21. Kautzky-Willer A, Harreiter J, Pacini G.
Perbedaan Jenis Kelamin dan Gender
dalam Risiko, Patofisiologi dan
Komplikasi Diabetes Mellitus Tipe 2.
Endocr Rev. 2016;37(3):278–316.
22. Kemenkes RI. Riset Kesehatan Dasar
(2013). Jakarta: Kementerian Kesehatan;
2013.
23. Chang CM, Corey CG, Rostron BL, Apelberg BJ.
Tinjauan sistematis merokok cerutu dan
semua penyebab dan kematian terkait
merokok. Kesehatan Masyarakat BMC. 2015.

24. Lubin JH, Albanes D, Hoppin JA, Chen


H, Lerro CC, Weinstein SJ, dkk. Risiko Penyakit
Jantung Koroner Lebih Besar Dengan

Jil. 15 No 2 2021 DOI:http://dx.doi.org/10.33533/jpm.v15i2.3564 194

Anda mungkin juga menyukai