Anda di halaman 1dari 8

Masalah Tahun Gawat Besar Tren

Kematian IMR= 7,7 per IMR= 8 per IMR= 9,9 per Sangat Kurang Fluktuatif
bayi 1.000 1.000 1.000 Gawat : besar tidak
kelahiran kelahiran kelahiran Nah karna signifikan
hidup hidup hidup kematian
sudah jelas
gawat
Karna
kematian bayi
merupakan
indicator
kesehatan
Kanker leher Prevalensi= Prevalensi= Prevalensi= Gawat : Besar Fluktuatif
Rahim (usia 0,27 per 1.000 0,17 per 1.000 1,56 per Setiap pada signifikan
20-50) penduduk penduduk 1.000 tahunnya tahun Dan jumlah
penduduk terdapat ke2 ke penduduk
14.000 wanita tahun pada tahun ke
di diagnosis ke3 3 berkurang
kanker serviks
dan 7.000
lebih
meninggal =
kompas.co
Diare Prevalensi= Prevalensi= Prevalensi= Kurang gawat Kurang
269,97 per 269,98 per 270 per 1.000 besar
1.000 1.000 penduduk karena

penduduk penduduk kenaikan


juga
engga
sampai
500an
org
Kasus TB CNR semua CNR semua CNR semua Gawat saja Sedang Sedang (di
kasus= 40,89 kasus= 39,74 kasus= 46,39 salah satu tahun ke3
per 100.000 per 100.000 per 100.000 penyebab naiknya
penduduk penduduk penduduk kematian signifikan)
terbesar
diindonesia
cumin
pencegahan
sama
pengobatanny
a tidak sesulit
serviks tadi
Pneumonia Penemuan Penemuan Penemuan Gawat karna Kurang Fluktuatif
balita kasus kasus kasus dia besar tidak
pneumonia pneumonia pneumonia penyumbang signifikan
balita= 37,3% balita= 35,4% balita= 39,8% kematian bayi
nomor 1
sebanyak 18
% dan diare no
2 sebyk 10%
Kasus Kusta Angka Angka Angka Kurang gawat Kurang Fluktuatif
(baru) Penemuan Penemuan Penemuan besar tidak
Kasus Baru Kasus Baru Kasus Baru (karena signifikan
(NCDR)= (NCDR)= (NCDR)= Cuma 1-
0,985 per 0,490 per 1,953 per 4)
100.000 100.000 100.000
penduduk penduduk penduduk
Pemilihan 6 prioritas masalah didasari oleh prioritas masalah Indonesia, yaitu:
1. HIV 
2. TB
3. Malaria
4. Kecacingan
5. ISPA
6. Diare
7. Pneumonia
8. Kematian Ibu
9. Kematian Bayi 
10. Stunting
11. Hipertensi
12. Diabetes Militus
13. Cardio Vasculer
14. Ginjal
15. Kanker
(P2P Kemenkes RI, 2020).
Data di Kecamatan L dianalisis dan diinterpretasikan sehingga mendapatkan 6 prioritas
masalah, yaitu Kematian bayi, Kanker leher Rahim, Diare, Kasus TB, Pneumonia balita, dan
kasus kusta baru.

1. Kematian bayi
Kematian bayi merupakan salah satu indikator kesehatan nasional dan salah satu faktor
yang mempengaruhi SDGs. Selain itu, kematian bayi dapat dipengaruhi oleh berbagai
faktor seperti pneumonia, BBLR, diare, dan lain-lain. Menurut data UNICEF (2019),
bayi yang baru lahir sangat rentan, diperkirakan mencapai 50 persen dari semua
kematian pada tahun pertama, dengan 75 persen kematian terjadi pada tahun pertama
kehidupan.

2. Kanker leher Rahim


Leher Rahim atau servix merupakan organ reproduksi wanita yang sangat penting. Leher
Rahim (serviks) merupakan bagian sempit dari bagian bawah Rahim diatas porsio
(mulut Rahim bagian terendah). Menurut data 83% penderita kanker serviks terdapat di
negara-negara sedang berkembang. 510.000 orang wanita didiagnosis terkena kanker
serviks, 280.000 orang di antaranya meninggal dunia. Kanker serviks stadium awal akan
dapat menyebabkan kegagalan fungsi reproduksi pada penderita usia muda karena
pengobatan pembedahan ataupun radiasi. Kemudian, kanker serviks stadium lanjut atau
yang tumbuh setelah pengobatan dapat menyebabkan kematian karena pada stadium
lanjut kanker dapat menyebar ke organ lainnya sehingga menyebabkan gangguan fungsi
berbagai organ. Tingkat kematian semakin tinggi apabila stadium kanker semakin tinggi,
dan tingkat keberhasilan pengobatan semakin rendah apabila stadium kanker semakin
tinggi (Nurwijaya, dkk., 2010). Cakupan skrining kanker serviks telah mengalami
peningkatan, tetapi kasus kanker serviks terus bertambah yang dapat disebabkan karena
semakin banyaknya cakupan skrining, maka akan semakin banyak kasus kanker serviks
yang dapat diketahui.

3. Diare
Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga merupakan penyakit
potensial Kejadian Luar Biasa (KLB) yang sering disertai dengan kematian. Pada tahun
2016 terjadi 3 kali KLB diare yang tersebar di 3 provinsi, 3 kabupaten, dengan
jumlahpenderita 198 orang dan kematian 6 orang (CFR 3,04%). Angka kematian (CFR)
saat KLB diare diharapkan 1%) kecuali pada tahun 2011 CFR pada saat KLB sebesar
0,40%,sedangkan tahun 2016 CFR diare saat KLB meningkat menjadi 3,04%. Hingga
saat ini penyakit diare masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia,
beberapa faktor yang menjadi penyebab timbulnya penyakit diare disebabkan oleh kuman
melalui kontaminasi makanan/minuman yang tercemar tinja dan/atau kontak langsung
dengan penderita, sedangkan faktor - faktor lainnya meliputi faktor penjamu dan faktor
lingkungan.

4. TB
Indonesia menempati peringkat ketiga di dunia dengan penduduk penderita TB sebanyak
888.904 atau 8% dari penderita global yang dilaporkan di tahun 2017. Sembilan puluh
persen penderita adalah penderita TB paru. Prevalensi penyakit TB di Indonesia adalah
335 per 100.000 penduduk di tahun 2017, 297 per 100.000 penduduk di tahun 2014, dan
253 per 100.000 penduduk di tahun 2006 (Kementerian Kesehatan RI, 2018). Tren
peningkatan angka prevalensi menjadi tantangan bagi kita dalam menurunkan prevalensi
angka TB di Indonesia. Selain itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) bersama negara
anggotanya menyusun Sustainable Development Goals (SDGs) yang memiliki target
untuk mereduksi 90% kematian akibat TB dan 80% penderita baru di tahun 2030.
Penyakit TB telah menjadi epidemi global dan upaya menurunkan kematian akibat TB
menjadi penting.

5. Pneumonia Balita
Pneumonia adalah infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru yang dapat disebabkan
oleh berbagai mikroorganisme seperti virus, jamur dan bakteri. Pneumonia pada balita
ditandai dengan batuk dan atau tanda kesulitan bernapas lain seperti adanya nafas cepat,
kadang disertai tarikan dinding dada bagian bawah kedalam (TDDK). Selama kurun
waktu2009-2019, angka cakupan penemuan pneumonia balita tidak mengalami
perkembangan yang berarti yaitu berkisar antara 20%-30%. Pada tahun 2019, cakupan
penemuan pneuomonia pada balita di Indonesia sebesar 52,9%.

6. Kusta
Mycobacterium leprae merupakan bakteri penyebab penyakit kusta. Penyakit infeksi
kronis ini dapat menyerang kulit, saraf tepi, mukosa saluran pernafasan atas dan mata.
Penatalaksanaan kasus kusta yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif,
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata. Angka
penemuan kasus baru di Indonesia pada tahun 2019 sebesar 6,51 kasus per 100.000
penduduk. Di Indonesia tren kejadian selama sembilan tahun terakhir terlihat tren
penurunan angka penemuan kasus baru kusta. Pada tahun 2019 dilaporkan 17.439 kasus
baru kusta yang 85% di antaranya merupakan kusta tipe Multi Basiler (MB). Di tingkat
global, Sustainable Development Goals pada target 3.3.5 menargetkan penurunan orang
yang memerlukan intervensi terhadap penanggulanan Penyakit Tropis Terabaikan pada
tahun 2030, yang kemudian dijabarkan dalam indikator peningkatan jumlah negara
dengan nol kasus indigenous kusta dalam Roadmap bagi Penyakit Tropis Terabaikan
2021-2030. (Kementerian Kesehatan, 2020).

Kriteria Bobot Kematian bayi Kanker leher diare TB Kusta Pneumonia


rahim balita
S SxB S SxB S SxB S SxB S SxB S SxB
Gawat 5 4 20 3 15 2 10 3 15 2 10 3 15
Besar 3 2 6 3 9 2 6 2 6 2 6 2 6
Trend 2 2 4 3 6 4 8 2 4 2 4 2 4
Total 30 30 24 25 20 25
Priorita
s

Sumber alasan kegawatan masalah


1. Kanker serviks

Berdasarkan data Globocan (IARC) 2012, Kanker Payudara menempati urutan


pertama seluruh kanker pada perempuan (incidence rate 40 per 100.000 perempuan),
kasus baru yang ditemukan 30,5% dengan jumlah kematian 21,5% per tahun dari
seluruh kasus kanker pada perempuan di dunia. Kanker Leher Rahim menempati
urutan kedua dengan incidence rate 17 per 100.000 perempuan, kasus baru yang
ditemukan 13,0% dengan jumlah kematian 10,3% per tahun dari seluruh kasus
kanker pada perempuan di dunia. (Permenkes No 34 Tahun 2015)
2. Diare
Survei morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari
tahun 2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insidens naik. Pada tahun 2000 IR
penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000 penduduk,
tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000
penduduk. Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR
yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 Kecamatan dengan jumlah
kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di
24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR
1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah
penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %.)
3. Penumonia balita

Pneumonia masih menjadi pembunuh balita nomer satu, dimana sebesar 18%
dari total penyebab kematian balita disebabkan oleh pneumonia. Penyebab
kematian terbesar berikutnya setelah pneumonia adalah diare sebesar 10%. Keduanya
menyebabkan kematian sebesar 2 juta balita setiap tahunnya. Kematian oleh
pneumonia pada balita sebesar 4% disumbang ketika bayi baru dilahirkan,
dapat dikatakan jika diagnosa dan penatalaksanaan pneumonia berpengaruh besar
dalam mempengaruhi angka kematian balita akibat pneumonia di dunia (WHO,
2013).
4. TB

WHO menempatkan Tuberkulosis menjadi penyakit yang berada di peringkat 1


sebagai penyakit menular paling mematikan dan di tingkat internasional, Indonesia
menempati peringkat 3 dengan jumlah penderita TBC terbanyak setelah India dan
Cina. (TROPMED UGM, 2020)

5. Kusta

Mycobacterium leprae merupakan bakteri penyebab penyakit kusta. Penyakit infeksi


kronis ini dapat menyerang kulit, saraf tepi, mukosa saluran pernafasan atas dan mata.
Penatalaksanaan kasus kusta yang buruk dapat menyebabkan kusta menjadi progresif,
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, anggota gerak, dan mata. Pada
dasarnya penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi, hingga dapat menyerang organ-
organ tubuh lainnya. Bakteri tersebut diduga menyebar melalui droplet. Penyakit ini
merupakan penyakit yang dapat menyebabkan cacat permanen bahkan
kematian bagi penderitanya (Sehgal, 2006 dalam M.Kamal 2015)

Sumber:
Asih, N. P., & Saragih, S. K. D. 2019. Hubungan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
(PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga dengan Kejadian Diare pada Balita Umur 0–5
Tahun. Jurnal'Aisyiyah Medika, 4.
Fawzi, N. I. 2020. Analisis Program Dots Untuk Menurunkan Kasus Tuberculosis Di
Sekitar Taman Nasional Gunung Palung, Kalimantan Barat. Jurnal Kesehatan, 13(1), 25-30.
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Pusat Data dan Informasi Tuberkulosis.
InfoDATIN. https://doi.org/2442-7659
Nurwijaya, Hartati, Andrijono, dan H. K. Suheimi. 2010. Cegah dan Deteksi Kanker
Serviks. Jakarta: Elex Media Komputindo
UNICEF Indonesia. 2019. Kesehatan, Memberi Peluang Terbaik untuk Bertahan Hidup
bagi Anak-anak. https://www.unicef.org/indonesia/id/kesehatan. Dikutip 26 April 2021.
Kementerian Kesehatan RI. (2020). Profil Kesehatan Indonesia 2019. Pusdatin.
https://www.pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Profil-Kesehatan-indonesia-2019.pdf
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2015 Tentang
Penanggulangan Kanker Payudara dan Kanker Leher Rahim.
Fikri, Bagus Ali. 2016. Analisis Faktor Risiko Pemberian Asi dan Ventilasi Kamar
Terhadap Kejadian Pneumonia Balita. Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan
Masyarakat, Universitas Airlangga
Kementerian Kesehatan RI. 2014. Diambil dari :
https://www.kemkes.go.id/article/view/13010200028/diare.html diakses pada 27 April
2021
Tropmed UGM. 2020. TBC, Penyakit Menular Penyebab Kematian No 1 di Dunia.
Diambil dari: https://tropmed.fk.ugm.ac.id/2020/03/11/tbc-penyakit-menular-penyebab-
kematian-no-1-di-dunia/ diakses pada 27 April 2021
Muhammad Kamal dan Santi Martini. 2015. Kurangnya Konseling dan Penemuan
Kasus Secara Pasif Mempengaruhi Kejadian Kecacatan Kusta Tingkat II di Kabupaten
Sampang. Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Univeristas Airlangga

Anda mungkin juga menyukai