Anda di halaman 1dari 16

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.

id
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki cadangan


minyak dan gas Bumi yang besar, menjadikan Indonesia sebagai salah satu
penghasil minyak dan gas Bumi terbesar. Indonesia merupakan salah satu
Negara yang mempunyai sumur penghasil minyak bumi yang cukup banyak.
Meskipun telah dieksplorasi dalam waktu yang lama, namun masih tersisa
beberapa sumber yang belum tereksplorasi, diantaranya berada di Pangkalan
Brandan (Sumatra Utara), Dumai di Riau, Plaju – Sei Gerong di Palembang.
Oleh karena Indonesia masihnmempunyai lokasi tambang minyak bumi yang
cukup, perlu dilakukan eksplorasi dan pengolahan terhadap sumur-sumur
minyak bumi, agar dihasilkan produk-produk olahan minyak bumi yang dapat
digunakan untuk berbagai keperluan (Endang Dwi Siswani Widyatmiko,
2007:3). Perkembangan industri Minyak dan gas Bumi berkembang sangat
pesat, tingkat permintaan dari dalam dan luar negeri terhadap minyak dan gas
Bumi sangat tinggi.

Permintaan energi final masa mendatang akan didominasi oleh


permintaan dari sektor industri diikuti oleh sektor transportasi dan rumah
tangga. Berdasarkan Skenario Dasar (Business as Usual) pada perioda 2010-
2030 permintaan energi final secara keseluruhan (termasuk biomassa rumah
tangga) diperkirakan tumbuh rata-rata 5,7% per tahun, dari 950 juta SBM
(Setara Barel Minyak) di tahun 2010 menjadi 2.7500 juta SBM di tahun 2030.
Pada periode tersebut pertumbuhan permintaan energi rata-rata tahunan
menurut sektor adalah sebagai berikut: industri 6,2%, transportasi 6,1%,
rumah tangga 2,2%, komersial 4,9% dan PKP 3,8%. Dengan pertumbuhan
tersebut, pada 2030 pangsa permintaan energi final akan didominasi oleh

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
2

sektor industri (47,3%), diikuti oleh transportasi (29,8%), rumah tangga


(14,1%), komersial (5,3%) dan PKP (2,9%). (KESDM, 2010:143)

Berdasarkan model OWEM (OPEC World Energy Model), permintaan


minyak dunia pada periode jangka menengah (2002-2010) diperkirakan
meningkat sebesar 12 juta barel per hari (bph) menjadi 89 juta bph atau
tumbuh rata-rata 1,8% per tahun. Sedangkan pada periode berikutnya (2010-
2020), permintaan meningkat menjadi 106 juta bph dengan pertumbuhan
sebesar 17 juta bph. (Riksi Septa Devana, 2008. Diakses pada tanggal 3
Oktober 2013)

Dalam rangka menuju era industrialisasi pemerintah telah bertekad


untuk meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja yang merupakan bagian
dari pengembangan sumber daya manusia dan pembangunan nasional secara
keseluruhan. Keberhasilan sumber daya manusia akan mempercepat proses
tercapainya tujuan nasional (Harry Siregar. 2005:1).

Seiring dengan meningkatnya produksi minyak dan gas Bumi dengan


bertambahnya permintaan pasar, juga memicu meningkatnya peningkatan
kualitas sumber daya manusia yang bergerak dalam industri hulu migas.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia tidak hanya diukur berdasarkan
tingkat penghasilannya. Perlindungan terhadap bahaya kecelakaan dan
ancaman kesehatan juga termasuk dalam upaya peningkatan kualitas sumber
daya manusia. Sesuai dengan yang diamanatkan dalam dasar Konstitusi
Negara Republik Indonesia Pasal 27 ayat (2) Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak atas
pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan” penafsiran atas
bunyi pasal 27 ayat (2) ini mengandung dimensi cukup luas, diantaranya
menyangkut bagaimana perlindungan terhadap keselamatan dan kesehatan
pekerja dijamin. Dijelaskan bahwa pekerjaan dan penghidupan layak bagi
kemanusiaan adalah pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja dalam keadaan
yang terhindar dari kecelakaan kerja dan penyakit yang timbul akibat kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
3

Industri yang bergerak dalam bidang minyak Bumi dan gas alam
memiliki resiko tinggi di sektor hulu, yaitu pada kegiatan Pengeboran
(Drilling) dan kegiatan pengelolaan lapangan migas (Workover). Selain itu
pada sektor hilir migas yaitu pengolahan dan pendistribusian juga memiliki
resiko yang sama dengan industri hulu migas. Resiko ini meliputi aspek
finansial, kecelakaan, kebakaran, ledakan, maupun penyakit akibat kerja dan
dampak lingkungan. "Sektor hulu memiliki risiko yang sangat tinggi, hal ini
terbukti dari laporan statistik kecelakaan Migas tahun 2006-2010 dimana
angka kecelakaan sektor hulu relatif lebih besar dibanding sektor hilir.

Selama tahun 2010, terjadi 12 kecelakaan fatal pada kegiatan hulu dan
hilir. Sebanyak 10 kasus terjadi pada kegiatan hulu migas dan 2 kasus pada
hilir migas. Kecelakaan fatal adalah kecelakaan yang mengakibatkan orang
meninggal dan kerusakan peralatan atau instalasi yang biaya perbaikannya
melebihi US$ 10.000. Untuk hulu migas, selain mengakibatkan 10 orang
meninggal dunia, terjadi 2 kerusakan peralatan atau instalasi. Sedangkan hilir
migas, terjadi 2 kecelakaan fatal. Total kecelakaan hulu migas pada 2010
mencapai 122 kasus yaitu ringan 71 kasus, sedang/hilang jam kerja sebanyak
25 kasus, besar atau cacat permanen 16 kasus dan fatal 10 kasus. Jumlah ini
mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 128
kasus yaitu ringan 77 kasus, sedang 31 kasus, berat 16 kasus dan fatal 4 kasus.
Sementara pada kegiatan hilir migas, pada tahun 2010 terjadi 13 kasus
kecelakaan yaitu ringan 9 kasus, sedang 1 kasus, berat 1 kasus dan fatal 2
kasus. Kecelakaan fatal pada hulu migas, antara lain pekerja tertimpa tubing
bowl, kebakaran kapal, terperangkap dalam tangki uploading nitrogen dan truk
trailler masuk jurang. (Direktorat Jendral Minyak dan Gas Bumi, 2010,
diakses pada tanggal 3 Oktober 2013, Pukul 16:45 WIB).

Kondisi ini menunjukan bahwa penerapan perlindungan keselamatan


dan kesehatan kerja dalam kegiatan hulu Migas, khususnya dalam kegiatan
Eksplorasi (survey) dan Eksploitasi (Drilling dan Workover) baik itu di darat
maupun di laut lepas sangat perlu ditingkatkan. Salah satu unsur penting
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
4

dalam hal meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja adalah sistem


perlindungan terhadap pekerjanya, hal ini dapat dilihat dari sistem pengelolaan
dalam perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja yang melakukan
pengamanan dalam kegiatan kerja sehari-hari.

Adanya kecelakaan-kecelakaan tersebut menunjukan bahwa sistem


pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja belum berlaku secara aktif dan
efektif dalam menjamin keselamatan dan memelihara kesehatan di lingkungan
kerjanya. Sistem pengelolaan keselamatan dan kesehatan kerja inilah yang
menjadi ujung tombak untuk mendukung Pekerja yang beroperasi di lapangan
untuk menjalankan kegiatannya dengan aman dan selamat. Merupakan
tanggung jawab badan usaha migas untuk selalu menjaga keselamatan dan
kesehatan kerja bagi para tenaga kerja pada saat dan setelah melakukan
eksplorasi dan eksploitasi migas.

Tenaga kerja merupakan aset perusahaan yang sangat berharga dan


merupakan unsur penting dalam proses produksi disamping unsur lainnya
seperti material/bahan, mesin, dan lingkungan kerja. Karena itu tenaga kerja
harus dijaga, dibina, dan dikembangkan untuk meningkatkan produktifitasnya
Namun seringkali tenaga kerja berada diposisi yang lemah baik secara
struktural maupun ekonomi, seperti penyebutan buruh, perbedaan istilah
tersebut yang terkesan bahwa buruh sebagai pihak yang terintimidasi oleh
pengusaha dan seolah-olah sebutan bagi pekerja kasar. Adanya perbedaan
istilah inilah yang kemudian mendorong timbulnya gerakan moral untuk
melindungi kaum pekerja/tenaga kerja (Soehatman Ramli, 2010:14).

Peraturan perundang-undangan di Indonesia telah jelas mengatur


tanggung jawab sosial khususnya tentang perlindungan keselamatan dan
kesehatan kerja bagi para pekerjanya yang diamanatkan kepada badan usaha
migas sesuai yang telah diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang
commit13
Kesehatan, Undang-Undang Nomor to Tahun
user 2003 tentang Ketenagakerjaan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
5

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja,


Undang-Undang 8 Tahun 1971 tentang Perusahaan Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi Negara dan peraturan lainnya yang terkait dengan perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja, badan usaha migas harus memikirkan aspek
sosial dan kemanfaatan untuk manusia dan lingkungannya selain memikirkan
keuntungan ekonomi semata. Tanggung jawab sosial inilah yang diharapkan
badan usaha migas di sektor hulu untuk selalu mempunyai etika dalam
melakukan tindakan bisnis, melakukan eksplorasi dan eksploitasi. Badan
usaha migas juga harus berani bertanggung jawab jika terjadi kecelakaan
kerja, suasana kerja yang nyaman dan sehat adalah dambaan semua tenaga
kerja., oleh sebab itu tindakan preventif jauh lebih efektif jika dilaksanakan
secara maksimal dan dapat terwujud dengan dukungan seluruh pihak. “This is
common with regard to safety and health, but in some countries it goes further
to include overall responsibility for working conditions (including working
hours, rests, holidays, etc.)” (Luc Demaret, 2013:18). badan usaha migas,
tenaga kerja maupun pemerintah bersama-sama berperan untuk berusaha
mencegah segala kemungkinan terburuk dalam kegiatan usaha hulu migas,
dengan cara meminimalisir kemungkinan kecelakaan dan penyakit akibat
dampak dari kegiatan pengeboran.

Perlindungan tenaga kerja inilah yang menyangkut berbagai aspek


sebagai jaminan sosial, jam kerja, upah minimum, hak berserikat dan
berkumpul dan yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah perlindungan
keselamatan dan kesehatannya. Namun dalam kenyataannya, perlindungan
keselamatan dan kesehatan kerja seringkali diabaikan, khususnya untuk
pengusaha yang mencari keuntungan semata. Jika pekerja celaka atau sudah
tidak bisa bekerja, tinggal mencari pengganti dengan pekerja baru. Karena
itulah diperlukan perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja (Soehatman
Ramli, 2010:14).

Badan usaha migas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah PT
Elnusa Tbk. PT Elnusa Tbk. adalah badan usaha migas yang bergerak dalam
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
6

bidang usaha hulu migas yang telah beroperasi lebih dari 40 tahun dan
membawahi lebih dari 1500 tenaga kerja, yang bekerja di kantor pusat, dan
daerah operasi migas. Tenaga kerja yang berkompetensi mendukung kegiatan
usaha hulu migas, tersebar di seluruh wilayah indonesia, dalam mengelola
lapangan migas berbagai wilayah kerja baik darat (onshore) maupun lepas
pantai (offshore). Dalam mendukung pelaksanaan perlindungan keselamatan
dan kesehatan kerja PT Elnusa memiliki bagian kerja khusus yang disebut
Departemen health & safety, Enviroment (HSE Dept.). HSE Dept
berkomitmen untuk selalu menjaga keselamatan dan kesehatan tenaga kerja
melalui penerapan standar K3 yang dituangkan dalam berbagai instrument
Peraturan Perusahaan. PT Elnusa Tbk menganggap sangat penting penerapan
standar K3 mengingat dalam proses pengeboran menggunakan teknologi
tinggi dan kompleks dan sangat beresiko tinggi terhadap bahaya kecelakaan
dan penyakit akibat kerja yang lebih besar. Pentingnya penerapan K3 dalam
kegiatan operasi migas untuk memberikan perlindungan terhadap pekerja agar
tidak celaka dan sakit dalam bertugas dan memberikan rasa aman serta tidak
menghambat dalam melakukan kegiatan operasi migas agar efektif dan
efisien. Maka untuk mengantisipasi segala resiko tersebut PT Elnusa Tbk.
menyusun berbagai peraturan mengenai pengawasan K3, baik itu pengawasan
terhadap sikap kerja yang membahayakan, pengawasan pada lingkungan kerja
dan lain sebagainya.

Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti mengenai


perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja dalam pelaksanaan proses
pengeboran di PT Elnusa Tbk. Jakarta. Dengan judul penelitian : “Analisis
Pelaksanaan Perlindungan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Bagi
Pekerja Dalam Proses Pengeboran Minyak Dan Gas Bumi (Studi di PT
Elnusa Tbk.)”

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
7

B. Rumusan Masalah

Perumusan masalah dalam suatu penelitian, diperlukan untuk memberi


kemudahan bagi penulis dalam membatasi permasalahan yang akan
ditelitinya, sehingga dapat mencapai tujuan dan sasaran yang jelas serta
memperoleh jawaban sesuai dengan yang diharapkan. Berdasarkan uraian dan
latar belakang diatas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi pekerja dalam


proses pengeboran minyak dan gas Bumi di PT Elnusa Tbk. telah sesuai
dengan peraturan perundang-undangan?

2. Apakah upaya perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja sudah


mampu meminimalisasi terjadinya kecelakaan kerja dalam proses
pengeboran minyak dan gas Bumi di PT Elnusa Tbk?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah dinyatakan sebelumnya,


maka untuk mengarahkan suatu penelitian diperlukan adanya tujuan dari suatu
penelitian. Tujuan penelitian ditemukan secara deklaratif dan merupakan
pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicapai dalam penelitian tersebut
(Soerjono Soekanto, 2007: 118-119). Dalam suatu penelitian dikenal ada dua
macam tujuan, yaitu tujuan obyektif dan tujuan subyektif, yang mana tujuan
obyektif merupakan tujuan yang berasal dari tujuan penelitian itu sendiri,
sedangkan yang disebut tujuan subyektif yaitu berasal dari peneliti. Tujuan
obyektif dan subyektif dalam penelitian ini antara lain :

1. Tujuan Obyektif

Tujuan obyektif merupakan tujuan penulisan dilihat dari tujuan


umum yang mendasari peneliti dalam melakukan penelitian. Tujuan
obyektif dari penulisan hukum ini adalah sebagai berikut :

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
8

a. Untuk mengetahui bagaimana penerapan kebijakan perlindungan


keselamatan dan kesehatan kerja dalam proses pengeboran minyak dan
gas Bumi oleh PT Elnusa Tbk.

b. Untuk mengetahui penerapan strategi PT elnusa Tbk dalam pelaksanaan


kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam upaya meminimalisir
kecelakaan kerja untuk mencegah kemungkinan terburuk yang mungkin
timbul dalam proses pengeboran minyak dan gas Bumi

2. Tujuan Subyektif

Tujuan subyektif merupakan tujuan penulisan dilihat dari tujuan


pribadi peneliti yang mendasari peneliti dalam melakukan penulisan.
Tujuan subyektif peneliti antara lain :

a. Untuk menambah wawasan dan pengetahuan bagi peneliti dibidang


ilmu hukum pada umumnya dan hukum administrasi negara pada
khususnya berkaitan dengan peraturan yang mengatur keselamatan dan
kesehatan kerja bagi pekerja PT Elnusa Tbk. yang bekerja dalam proses
pengeboran minyak dan gas Bumi di Indonesia.

b. Untuk melengkapi syarat akademis guna memperoleh gelar sarjana di


bidang ilmu hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret
Surakarta

c. Untuk mengasah dan menerapkan ilmu dan teori-teori hukum yang


telah peneliti peroleh agar dapat memberi manfaat bagi peneliti sendiri
serta memberikan kontribusi positif bagi perkembangan ilmu
pengetahuan di bidang hukum.

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
9

D. Manfaat Penelitian

Dalam suatu penelitian pasti ada manfaat yang diharapkan dapat


tercapai. Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

a. Dapat memberikan sumbangan pengetahuan dan pemikiran yang


bermanfaat bagi perkembangan Ilmu Hukum pada umumnya dan
Hukum Administrasi Negara pada khususnya.

b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan


pengetahuan bagi penulis mengenai pelaksanaan keselamatan dan
kesehatan kerja oleh PT Elnusa Tbk. dalam proses pengeboran
minyak dan gas Bumi di Indonesia.

2. Manfaat Praktis

a. Menjadi wahana bagi penulis untuk mengembangkan penalaran dan


membentuk pola pikir ilmiah, sekaligus untuk mengetahui
kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu–ilmu yang diperoleh.

b. Untuk memberikan pemikiran alternatif yang diharapkan dapat


digunakan sebagai bahan informasi dalam kaitannya dengan
perimbangan yang menyangkut masalah sesuai dengan penelitian ini.

E. Metode Penelitian

Penelitian hukum merupakan suatu proses untuk menemukan aturan


hukum, prinsip-prinsip hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna
menjawab isu hukum yang dihadapi. Penelitian hukum dilakukan untuk
menghasilkan argumentasi, teori atau konsep baru sebagai preskripsi dalam
menyelesaikan masalah yang dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2005:35).

Berdasarkan hal tersebut maka penulis dalam penelitian ini


commit
menggunakan metode penelitian antaratolain
usersebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
10

1. Jenis Penelitian

Penelitian hukum secara umum dapat dikategorikan menjadi


penelitian doktrinal dan penelitian non doktrinal. Penelitian doktrinal atau
normatif adalah suatu penelitian hukum yang bersifat preskriptif bukan
deskriptif sebagaimana ilmu sosial dan ilmu alam yang mengkaji
kebenaran ada tidaknya sesuatu fakta disebabkan oleh faktor tertentu.
Sehingga jawaban yang diharapkan dalam penelitian hukum ini adalah
right, appropriate, inappropriate, atau wrong (Peter Mahmud Marzuki,
2005:35).

Penelitian hukum ini menggunaan jenis penelitian normatif atau


doktrinal, menekankan pada teori hukum untuk memberikan penjelasan
yang detail terhadap masalah yang dirumuskan oleh penulis. Dalam
penelitian ini, penulis telah melakukan penelitian yaitu di PT Elnusa Tbk.
Jakarta.

2. Sifat Penelitian

Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian yang bersifat


preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum
mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan hukum,
konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu terapan
ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan, rambu-
rambu dalam melaksanakan aturan hukum (Peter Mahmud Marzuki,
2005:22).

Dilihat dari sifatnya, penelitian yang telah dilakukan menggunakan


penelitian yang bersifat preskriptif atau terapan. Sifat ilmu hukum sebagai
ilmu terapan merupakan konsekuensi dari sifat preskriptifnya. Suatu
penerapan yang salah akan berpengaruh terhadap sesuatu yang bersifat
substansial (Peter Mahmud Marzuki, 2005:24-25).

Dari penjelasan diatas maka dalam penelitian hukum ini penulis


berusaha dan bertujuan commit
untuk to user
menelaah konsekuensi yuridis dalam
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
11

perlindungan hukum terhadap keselamatan dan kesehatan kerja bagi


tenaga kerja dalam proses pengeboran minyak dan gas alam di PT Elnusa
Tbk. Jakarta. Kemudian dari telaah tersebut telah dilakukan analisa
sehingga memperoleh jawaban atau perumusan masalah yang diajukan.

3. Pendekatan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis menggunakan


pendekatan hukum. Dengan pendekatan hukum tersebut, penulis akan
mendapatkan informasi dari berbagai aspek mengenai isu yang sedang
terjadi untuk dicari kebenarannya. Pendekatan-pendekatan yang digunakan
didalam penelitian hukum adalah pendekatan Undang-Undang (Statute
Approach), pendekatan kasus (Case Approach), pendekatan historis
(Historical Approach), pendekatan komparatif (Comparative Approach),
dan pendekatan konseptual (Conceptual Approach) (Peter Mahmud
Marzuki, 2010:133).

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan Undang-


Undang (statue approach). Pendekatan Undang-Undang dilakukan dengan
menelah semua peraturan perundang-undangan dan regulasi yang
bersangkutan dengan isu hukum yang sedang ditangani. Dalam metode
pendekatan perundang-undangan perlu memahami hierarki, dan asas-asas
dalam peraturan perundang-undangan (Peter Mahmud Marzuki,
2010:137).

4. Jenis dan Sumber Bahan Hukum

Penelitian ini merupakan penelitian normatif atau penelitian


doktrinal, maka bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

a. Bahan hukum primer

Bahan hukum primer yang akan digunakan dalam penelitian ini


adalah norma atau kaidah dasar dalam hukum Indonesia dan beberapa
peraturan Perundang-Undangan yang berlaku di Indonesia sebagai
berikut: commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
12

1). Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

2). Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja

3). Undang-undang Nomor 22 Tahun 2001 tentang Minyak dan Gas


Bumi

4). Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan

5). Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan

6). Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 tentang Penerapan


Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

b. Bahan hukum sekunder

Bahan hukum sekunder berupa semua publikasi tentang hukum


yang bukan merupakan dokumen-dokumen resmi. Bahan hukum
sekunder terdiri dari buku- buku teks yang ditulis para ahli hukum,
pandangan ahli hukum (doktrin), hasil penelitian hukum, kamus
hukum, ensiklopedia hukum, artikel, internet, dan sumber lainnya yang
memiliki korelasi untuk mendukung penelitian ini. Bahan hukum
sekunder memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer yang
memberikan petunjuk kearah mana penulis akan melangkah (Peter
Mahmud Marzuki, 2010:195).

c. Bahan Non Hukum

Bahan non hukum berupa buku-buku non hukum, jurnal non


hukum, dan hasil wawancara. Wawancara ini dimaksudkan untuk
mendukung hasil penelitian dan mengetahui fakta-fakta yang terjadi di
lapangan (Peter Mahmud Marzuki, 2010:204).

5. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Begitu isu hukum telah ditetapkan, peneliti melakukan penelusuran


untuk mencari bahan- bahan hukum yang relevan terhadap isu yang
dihadapi (Peter Mahmud Marzuki, 2010:237) .Teknik pengumpulan bahan
hukum dimaksudkan untukcommit to user bahan hukum dalam penelitian.
memperoleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
13

Dalam hal ini penulis menggunakan teknik pengumpulan bahan hukum


antara lain sebagai berikut:

a. Studi dokumen atau bahan pustaka

Penulis mengumpulkan, membaca dan mengkaji dokumen,


buku-buku, peraturan perundang-undangan, majalah dan bahan pustaka
lainnya berbentuk data tertulis yang diperoleh di lokasi penelitian.

b. Wawancara

Wawancara merupakan suatu kegiatan pengumpulan data


dengan cara mengadakan komunikasi secara langsung guna
memperoleh data, baik lisan maupun tertulis atas sejumlah keterangan
dan data yang diperoleh kepada narasumber dan responden. Dalam hal
ini penelitian dilakukan dengan cara pengklarifikasian dengan
narasumber atau responden. Narasumber dan responden dalam
penelitian ini antara lain pimpinan Departemen Health and Safety
Enviroment (QHSE) PT Elnusa Tbk. dan staff, serta pekerja di bagian
drilling and Oilfield Services (DOS) tentang peraturan perlindungan
hukum keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja dalam proses
pengeboran migas di PT Elnusa Tbk. Jakarta.

6. Teknik Analisa Bahan Hukum

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode


silogisme dan interpretasi dengan menggunakan logika deduktif. Logika
deduktif atau sering kali disebut sebagai cara berpikir analitik mempunyai
pengertian adalah cara berpikir yang bertolak dari pengertian bahwa
sesuatu yang berlaku bagi keseluruhan peristiwa atau kelompok/jenis,
berlaku juga bagi tiap-tiap unsur di dalam peristiwa kelompok/jenis
tersebut. Dalam penggunaannya, logika deduktif ini memerlukan alat yang
disebut silogisme, yaitu sebuah argumentasi yang terdiri dari 3 buah
proposisi berupa pernyataan yang membenarkan atau menolak suatu

commitdisebut
gejala. Proposi-proposi tersebut to userpremis mayor, premis minor, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
14

konklusi. Premis mayor merupakan ketentuan umum, premis minor adalah


fakta-fakta yang bersifat khusus dan konklusi adalah upaya untuk menarik
kesimpulan hubungan antara premis mayor dan premis minor.

Menurut Philipus M.Hadjon sebagaimana dikutip oleh Peter


Mahmud metode deduksi sebagaimana silogisme yang diajarkan oleh
Aristoteles penggunaan metode deduksi berpangkal dari pengajuan premis
mayor (pernyataan bersifat umum). Kemudian diajukan premis minor
(bersifat khusus). Dari kedua premis itu kemudian ditarik suatu
kesimpulan atau conclusion (Peter Marzuki, 2005:47). Di dalam logika
silogistik untuk penalaran hukum yang bersifat premis mayor adalah
aturan hukum sedangkan premis minornya adalah fakta hukum.

Mengutip pendapat dari Von Savigny, interpretasi merupakan


suatu rekonstruksi buah pikiran yang tidak terungkapkan di dalam
Undang-Undang. Untuk kajian akademis, seorang peneliti hukum juga
dapat melakukan interpretasi. Bukan tidak mungkin hasil penelitian itu
akan digunakan oleh praktisi hukum dalam praktek hukum. Dalam hal
demikian, penelitian tersebut telah memberikan sumbangan bagi
pengembangan ilmu dan praktek hukum. Interpretasi dibedakan
berdasarkan kehendak pembentuk Undang-Undang, interpretasi sistematis,
interpretasi historis, interpretasi teleologis, interpretasi antisipatoris, dan
interpretasi modern (Peter mahmud Marzuki, 2005:106-107).

Dalam analisis deduksi ini, premis mayornya adalah Peraturan


Perundang-Undangan. Sedangkan premis minornya yaitu standarisasi
keselamatan dan kesehatan kerja bagi tenaga kerja dalam proses
pengeboran migas di PT. Elnusa Tbk. Jakarta dan pentaatan aturan
mengenai keselamatan dan kesehatan kerja oleh PT Elnusa Tbk. Jakarta.

Dalam hal ini sumber penelitian yang diperoleh dalam penelitian


ini dengan melakukan inventarisasi sekaligus mengkaji dari penelitian
studi kepustakaan, aturan Perundang-Undangan beserta dokumen-
commit tomenafsirkan
dokumen yang dapat membantu user norma terkait, kemudian
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
15

sumber penelitian tersebut diolah dan dianalisis untuk menjawab


permasalahan yang diteliti.

F. Sistematika Penulisan Hukum

Untuk memberikan gambaran menyeluruh mengenai sistematika


penulisan hukum yang sesuai dengan aturan baru dalam penulisan ilmiah,
maka peneliti menyiapkan suatu sistematika penulisan hukum. Adapun
sistematika penulisan hukum terbagi dalam 4 (empat) bab yang tiap bab
terbagi dalam sub-sub bagian yang dimaksudkan untuk memudahkan
pemahaman terhadap keseluruhan hasil penelitian ini. Sistematika penulisan
hukum ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab ini, peneliti menguraikan mengenai latar belakang masalah,


perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian,
dan sistematika penulisan hukum.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dalam bab ini, peneliti menguraikan mengenai kajian pustaka dan teori
dari para ahli maupun doktrin hukum berdasarkan literatur yang berkenaan
dengan permasalahan yang diteliti serta kerangka pemikirannya. Landasan
teoritik tersebut meliputi Tinjauan Umum tentang Pengeboran minyak dan
Gas Bumi, Tinjauan Umum tentang Ketenagakerjaan dan Hubungan Kerja,
Tinjauan Umum Tentang Perlindungan Keselamatan kerja, dan Tinjauan
Umum tentang Perlindungan Kesehatan Kerja serta Tinjauan Umum tentang
Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Selain itu, untuk
memudahkan pemahaman alur berfikir, maka di dalam bab ini juga disertai
dengan kerangka pemikiran.

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
16

Dalam bab ini, peneliti menganalisa, mengkaji dan mengolah dari data
penelitian lalu menguraikan tentang hasil penelitian dan pembahasan sebagai
jawaban perumusan masalah. Terdapat dua pokok permasalahan yang dibahas
dalam bab ini. Yaitu apakah perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja
bagi pekerja dalam proses pengeboran minyak dan gas Bumi di PT Elnusa
Tbk. telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dan apakah upaya
perlindungan keselamatan dan kesehatan kerja di PT Elnusa Tbk sudah
mampu meminimalisasi terjadinya kecelakaan kerja dalam proses pengeboran
minyak dan gas Bumi.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab akhir dalam penelitian ini, peneliti meringkas dari bab awal
hingga bab akhir dalam penelitian menjadi satu simpulan dan memberikan
masukan saran terkait dengan permasalahan yang diteliti. Sehingga
diharapkan hasil dari penelitian ini dapat memberikan masukan yang
membangun terhadap pelaksanaan perlindungan keselamatan dan kesehatan
kerja dalam proses pengeboran minyak dan gas Bumi di PT Elnusa Tbk.
Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

commit to user

Anda mungkin juga menyukai