Anda di halaman 1dari 11

Tugas Kelompok

MATAKULIAH EPIDEMIOLOGI GIZI

KEKURANGAN VITAMIN A (KVA)

OLEH :

AGUNG (J1A117174)
ANDI RAMLAH AVIANTI (J1A117179)
ERWIN (J1A117202)

PEMINATAN GIZI 017

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2019
A. PENGERTIAN KEKURANGAN VITAMIN A
Vitamin A merupakan zat gizi yang sangat essensial bagi tubuh manusia karna
zat gizi ini sangat penting dan konsumsi makanan kita cenderung belum mencukupi dan
masih rendah sehingga harus di penuhi dari luar. Vitamin A merupakan salah satu zat gizi
yang penting yang larut dalam lemak dan di simpan di hati, berfungsi untuk pengelihatan
, pertumbuhan , dan meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit
Kekurangan atau defisiensi vitamin A disebabkan oleh malfungsi berbagai
mekanisme seluler yang di dalamnya turut berperan senyawasenyawa retinoid. Defisiensi
vitamin A terjadi gangguan kemampuan penglihatan pada senja hari (buta senja). Ini
terjadi karena ketika simpanan vitamin A dalam hati hampir habis. Deplesi selanjutnya
menimbulkan keratinisasi jaringan epitel mata, paru-paru, traktus gastrointestinal dan
genitourinarius, yang ditambah lagi dengan pengurangan sekresi mucus. Kerusakan
jaringan mata, yaitu seroftalmia akan menimbulkan kebutaan. Defisiensi vitamin A
terjadi terutama dengan dasar diet yang jelek dengan kekurangan komsumsi sayuran,
buah yang menjadi sumber provitami A.
Kurang vitamin A (KVA) adalah kelainan sistemik yang mempengaruhi jaringan
epitel dari organ-organ seluruh tubuh, termasuk paru-paru, usus, mata dan organ lain,
akan tetapi gambaran yang karakteristik langsung terlihat pada mata.
Kurang Vitamin A (KVA) masih merupakan masalah yang tersebar di seluruh
dunia terutama di negara berkembang dan dapat terjadi pada semua umur terutama pada
masa pertumbuhan. KVA dalam tubuh dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit yang
merupakan “Nutrition Related Diseases” yang dapat mengenai berbagai macam anatomi
dan fungsi dari organ tubuh seperti menurunkan sistem kekebalan tubuh dan menurunkan
epitelisme sel-sel kulit. Salah satu dampak kurang vitamin A adalah kelainan pada mata
yang umumnya terjadi pada anak usia 6 bulan - 4 tahun yang menjadi penyebab utama
kebutaan di negara berkembang.
KVA pada anak biasanya terjadi pada anak yang menderita Kurang Energi
Protein (KEP) atau Gizi buruk sebagai akibat asupan zat gizi sangat kurang, termasuk zat
gizi mikro dalam hal ini vitamin A. Anak yang menderita KVA mudah sekali terserang
infeksi seperti infeksi saluran pernafasan akut, campak, cacar air, diare dan infeksi lain
karena daya tahan anak tersebut menurun. Namun masalah KVA dapat juga terjadi pada
keluarga dengan penghasilan cukup. Hal ini terjadi karena kurangnya pengetahuan orang
tua/ ibu tentang gizi yang baik. Gangguan penyerapan pada usus juga dapat menyebabkan
KVA walaupun hal ini sangat jarang terjadi. Kurangnya konsumsi makanan (< 80 %
AKG) yang berkepanjangan akan menyebabkan anak menderita KVA, yang umumnya
terjadi karena kemiskinan, dimana keluarga tidak mampu memberikan makan yang
cukup.
Sampai saat ini masalah KVA di Indonesia masih membutuhkan perhatian yang
serius. Meskipun hasil survei Xeroftalmia (1992) menunjukkan bahwa berdasarkan
kriteria WHO secara Klinis KVA di Indonesia sudah tidak menjadi masalah kesehatan
masyarakat (<0,5%). Namun pada survei yang sama menunjukkan bahwa 50% balita
masih menderita KVA Sub Klinis (serum retinol < 20 ug/dl). Hal tersebut seyogyanya
menjadi perhatian kita bahwa separuh dari jumlah balita di Indonesia masih terancam
kebutaan karena KVA.

B. KLASIFIKASI / JENIS KEKURANGAN VITAMIN A

KVA di klasifikasi menjadi beberapa jenis yaitu :

1. Buta senja = Rabun Senja = Rabun Ayam= XN


(Istilah lokal dapat dilihat di lampiran 8)
Tanda-tanda :
a. Buta senja terjadi akibat gangguan pada sel batang
retina.
b. Pada keadaan ringan, sel batang retina sulit beradaptasi
di ruang yang remang-remang setelah lama berada di
cahaya terang
c. Penglihatan menurun pada senja hari, dimana penderita
tak dapat melihat di lingkungan yang kurang cahaya,
sehingga disebut buta senja.
Untuk mendeteksi apakah anak menderita buta senja dengan cara :
a. Bila anak sudah dapat berjalan, anak tersebut akan membentur/ menabrak benda
didepannya, karena tidak dapat melihat.
b. Bila anak belum dapat berjalan, agak sulit untuk mengatakan anak tersebut buta senja.
Dalam keadaan ini biasanya anak diam memojok bila di dudukkan ditempat kurang
cahaya karena tidak dapat melihat benda atau makanan di depannya.

2. Xerosis konjungtiva = XIA

Tanda-tanda :

a. Selaput lendir bola mata tampak kurang mengkilat


atau terlihat sedikit kering, berkeriput, dan
berpigmentasi dengan permukaan kasar dan
kusam.
b. Orang tua sering mengeluh mata anak tampak
kering atau berubah warna kecoklatan.

3. Xerosis konjungtiva dan bercak bitot = X1B.

Tanda-tanda :

a. Tanda-tanda xerosis kojungtiva (X1A)


ditambah bercak bitot yaitu bercak putih
seperti busa sabun atau keju terutama di
daerah celah mata sisi luar.
b. Bercak ini merupakan penumpukan keratin
dan sel epitel yang merupakan tanda khas
pada penderita xeroftalmia, sehingga dipakai sebagai criteria penentuan prevalensi
kurang vitamin A dalam masyarakat
Dalam keadaan berat :

a. Tampak kekeringan meliputi seluruh permukaan konjungtiva.


b. Konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut.
c. Orang tua mengeluh mata anaknya tampak bersisik

4. Xerosis kornea = X2

Tanda-tanda :

a. Kekeringan pada konjungtiva berlanjut sampai kornea.


b. Kornea tampak suram dan kering dengan permukaan
tampak kasar.
c. Keadaan umum anak biasanya buruk (gizi buruk dan
menderita, penyakit infeksi dan sistemik lain)

5. Keratomalasia dan ulcus kornea = X3A, X3B, X3A ,X3B

Tanda-tanda :

a. Kornea melunak seperti bubur dan dapat terjadi ulkus.


b. Tahap X3A : bila kelainan mengenai kurang dari 1/3 permukaan kornea.

c. Tahap X3B : Bila kelainan mengenai semua atau lebih dari 1/3 permukaan kornea.
d. Keadaan umum penderita sangat buruk.
e. Pada tahap ini dapat terjadi perforasi kornea (kornea pecah)

(X3A) (X3B)
Keratomalasia dan tukak kornea dapat berakhir dengan perforasi dan prolaps jaringan isi bola
mata dan membentuk cacat tetap yang dapat menyebabkan kebutaan. Keadaan umum yang cepat
memburuk dapat mengakibatkan keratomalasia dan ulkus kornea tanpa harus melalui tahap-tahap
awal xeroftalmia.

6. Xeroftalmia scar (XS) = sikatriks (jaringan parut) kornea

Kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengecil. Bila luka pada kornea telah
sembuh akan meninggalkan bekas berupa sikatrik atau jaringan parut. Penderita menjadi buta
yang sudah tidak dapat disembuhkan walaupun dengan operasi cangkok kornea.

7. Xeroftalmia Fundus (XF)

Dengan opthalmoscope pada fundus tampak gambar seperti cendol


C. EPIDEMIOLOGI KEKURANGAN VITAMIN A
1. Distribusi :
orang menurut umur: banyak terdapat pada anak usia 6 bulan s/d 4 tahun. Data
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan bahwa defisiensi vitamin A menjadi
momok tidak hanya anak-anak tetapi juga ibu-ibu hamil di Asia Tenggara dan Afrika
orang menurut tempat : kejadian tertinggi banyak terdapat dinegara tertinggal dan
berkembang dibandingkan negara maju (dengan prevalensi tertinggi di Asia Tenggara
dan Afrika).
2. Frekuensi :
Sekitar 250.000-500.000 anak-anak di negara berkembang menjadi buta setiap
tahun karena kekurangan vitamin A.
3. Determinan:
pokok masalah di masyarakat yang merupakan penyebab terjadinya masalah
kekurangan vitamin A adalah (Azwar, 2004) :
 rendahnya pendidikan,
 pengetahuan dan keterampilan yang rendah
 serta tingkat pendapatan masyarakat

D. DAMPAK KEKURANGAN VITAMIN A

Kekurangan vitamin A dapat menyebabkan antara lain :

1. Buta senja.
Salah satu awal tanda kekurangan vitamin A adalah buta senja, yaitu kemampuan
menyesuaikan pengelihatan dari cahaya terang ke cahaya samar samara tau senja, seperti
bila memasuki kamar gelap dari kamar terang. Konsumsi vitamin A yang tidak cukup
menyebabkan simpanan dalam tubuh menipis, sehingga kadar vitamin A darah menurun
yang berakibat vitamin A tidak cukup di terima retina mata untuk membentuk pigmen
pengelihatan rodopsi. Kemampuan melihat dalam keadaan samar-sama, di hubungkan
dengan ujung ujung saraf (rod dan cone) yang terdapat dalam retina. Cone terutama
berperan dalam cahaya siang dan membedakan warna , sedangkan red mengontrol
pengelihatan pada malam hari
2. Perubahan pada mata
Kornea pada mata berpengaruh secara dini oleh kekurangan Vitamin A. kelenjar
air mata tidak mampu mengeluarkan air mata sehingga terjadi pengeringan pada selaput
yang menutup kornea. Ini di ikuti oleh tanda-tanda atau atrofi kelenjar mata, keratinisasi
Konjungtiva (selaput yang melapisi permukaan bagian dalam kelopak mata dan bola
mata), pemburaman, pelepasan sel-sel epitel yang akhirnya berakibat melunaknya dan
pecahnya kornea. Mata terkena infeksi dan terjadi perdarahan. Gejala-gejala ini terjadi
dalam bentuk ringan di namakan Xerosis Konjungtiva yaitu konjungtiva menjadi kering,
bercak bitot , yaitu bercak putih ke abu-abuan pada konjungtiva dalam bentuk sedang
dinamakan Xerosis kornea , yaitu kornea yang menjadi kering dan kehilangan
kejernihannya. Tahap akhir adalah keratomalasia di mana kornea menjadi lunak dan bia
pecah yang mengakibatkan kebutaan total . istilah Xerofthalmia meliputi semua aspek
klinik yang berkaitan dengan defesiensi vitamin A
3. Infeksi
Fungsi kekebalan tubuh menurun pada kekurangan vitamin A sehingga mudah
terkena infeksi. Disamping itu, lapisan sel yang menutupi trakea dan paru-paru
mengalami keratinasisasi, tidak mengeluarkan lender, sehingga mudah di masuki micro
organism, bakteri, atau virus dan menyebabkan infeksi saluran pernapasan. Bila terjadi
pada permukaan dinding usus akan menyebabkan diare. Perubahan pada permukaan
saluran kemih serta vagina. Perubahan ini dapat pula meningkatkan endapan kalsium
yang dapat menyebabkan batu ginjal dan gangguan kantung kemih. Kekurangan vitamin
A pada anak-anak di samping itu dapat menyebabkan komplikasi pada campak yang
dapat menyebabkan kematian. Vitamin a juga dinamakan vitamin anti-infeksi
4. Perubahan pada kulit
Kulit menjadi kering dan kasar, folikel rambut menjadi kasar, mengeras , dan
mengalami kreatinisasi yang dinamakan hiperkeratinosis folikular. Mula-mula terkena
lengan dan paha, kemudian dapat menyebar keseluruh tubuh. Asam retinoat sering
diusapkan ke kulit untuk menghilangkan kerutan kulit, jerawat, dan kelainan kulit
lainnya.
5. Gangguan pertumbuhan
Kekurangan vitamin A menghambat pertumbuhan sel-sel termasuk sel-sel tulang.
Fungsi sel-sel yang membentuk email pada gigi terganggu dan terjadi atrofi sel-sel yang
membentuk dentin. Sehingga gigi mudah rusak. Perubahan lain yang dapat terjadi adalah
keratinisasi sel-sel rasa pada lidah yang menyebabkan berkurangnya nafsu makanan.

E. PENCEGAHAN DAN PENANGGULAGAN KEKURANGAN VITAMIN A


1. Pencegahan
Menurut Depkes RI (2005), pencegahan KVA dapat di lakukan dengan cara :
a. Mengenal wilayah yang berisiko mengalami KVA (factor social budaya dan
lingkungan dan pelayanan kesehatan, factor keluarga dan factor individu)
b. Mengenal tanda-tanda kelainan kekurangan vitamin A secara dini
c. Penyuluhan keluarga untuk meningkatkan konsumsi vitamin A/ provitamin secara
terus menerus
d. Pemberian imunisasi pada anak harus terus di pantau supaya terhindar dari
penyakit infeksi
e. Memberikan ASI EKSKLUSIF kepada bayi sampai berumur 6 bulandan ASI
hingga berumur 2 tahun di sertai dengan MPASI
f. Mencegah kecacingan dengan Berperilaku Hidup Bersih Dan Sehat (BHBS)
g. Konsumsi kapsul vitamin A sesuai dengan kebutuhan sasaran
h. Konsumsi makanan dengan gizi seimbang dan kaya vitamin A dalam menu
makananan sehari hari
2. Penanggulangan
Cara penanggulangan kekurangan vitamin A sebagai berikut :
a. Meningkatkan suplemen vitamin A yang berjalan pada kelompok sasaran yaitu :
1) Bayi umur 6-12 bulan : di berikan kapsul vitamin A warna biru, dosis
100.000 UI setiap bulan februari dan agustus
2) Anak umur 1-5 tahun : di berikan kapsul vitamin A warna merah, dosis
200.000 UI setiap bulan Februari dan Agustus
3) Ibu nifas : di berikan kapsul vitamin A dosis 200.000 UI , sehari setelah
melahirkan dan di berika lagi 24 jam kemudian (masing-masing satu
kapsul)
4) Anak yang terserang campak : diberikan kapsul vitamin A dosis 200.000
UI
b. Pemberian obat mata . obat tetes/salep mata antibiotic tanpa kortikosteroid
(Tetrasiklin 1%, Khloramfenikol 0.25%-1% dan Gentamisin tetes/hari dan
diberikan juga tetes mata atropine 1% 3×1 tetes/ hari. Pengobatan di lakukan
sekurang kurangnya 7 hari sampai semua gejala pada mata menghilang.
c. Agar KVA tidak terjadi ulang di perlukan penyuluhan ke masyarakat dan
keluarga, karna kejadian kekurangan vitamin A tidak lepas dari lingkungan
keadaan social ekonomi pendidikan dan pengetahuan orang tua

DAFTAR PUSTAKA

Departemen, Kesehatan. 2003. Deteksi dan tatalaksanakasus xeroftalmia : pedoman bagi tenaga
kesehatan. Jakarta

Sety, Muhammad., Yunawati, Irma. 2017. Buku ajar Epidemiologi Gizi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat. Universitas Haluoleo

Tjekyan, S. 2015. Pengaruh suplementasi vitamin a terhadap lama diare pada anak usia 12-51
bulan yang berobat di Puskesmas Sukarami Palembang. Jurnal kedoteran dan kesehatan,
2(02)

Anda mungkin juga menyukai