Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS MENDALAM

PENATALAKSANAAN GIZI PADA KASUS CELLULITIS PEDIS SINISTRA


+ PELPIS (SEPSIS) DEBRIDEMENT DIABETES MELITUS DI RUANG
RAWAT INAP PULAU SELAYAR RUMKITAL dr. MINTOHARDJO

Disusun oleh :

Irna Ghafira 1910714026

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI GIZI PROGRAM SARJANA
2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi merupakan jenis penyakit yang disebabkan oleh
masuknya pathogen atau mikroorganisme ke dalam tubuh dan berkembang
biak di dalam tubuh. Penyakit infeksi dapat menular dan tidak dapat menular
secara cepat tergantung sifat dari mikroorganisme yang menyerang. Penyakit
infeksi dapat menyebar dari gigitan hewan, cairan tubuh penderita, udara,
air, dan benda – benda yang sudah terkontaminasi oleh mikroorganisme
tertentu (1).

Salah satu jenis penyakit infeksi yang memiliki prevalensi cukup tinggi
adalah selulitis. Selulitis merupakan infeksi bakteri streptococcus pyrogenes
yang menyerang bagian kulit subkutan. Bakteri tersebut dapat masuk ke
dalam tubuh manusia melalui luka – luka kecil atau lecet di bagian kulit
tubuh. Selulitis juga dapat terjadi akibat kondisi tubuh sedang mengalami
gigitan serangga, efek samping obat, diabetes, lupus, leukimia, hingga
berbagai macam reaksi tubuh (2). Angka kejadian selulitis di Indonesia
terjadi diantara 2 – 3 kasus per 100 orang setiap tahunnya. Pada tahun 2012,
Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan mengatakan bahwa terdapat 0,29%
dari total pasien menderita selulitis, dan terus meningkat hingga tahun 2014.
Pada tahun 2013, angka kasus selulitis meningkat menjadi 0,33%, dan pada
tahun 2014 meningkat menjadi 0,38% dengan penjelasan 0,26% diderita
oleh pria dan 0,11% diderita oleh wanita (3).

Penyakit infeksi selulitis dapat menyebabkan sepsis pada penderita


selulitis yang sudah diderita cukup lama (4). Ditemukan sebanyak 30 juta
kasus sepsis terjadi setiap tahunnya di dunia dengan total 6 juta penderita
meninggal akibat sepsis. Di Eropa, angka kematian sepsis mencapai 41%.
Amerika Serikat melaporkan bahwa sebanyak 5,2% kasus terjadi setiap
tahunnya. Kejadian sepsis di Amerika Serikat mencapai 300 kasus per
100.000 orang setiap tahunnya. Berdasarkan ahsil studi di Indonesia,
didapatkan bahwa sebanyak 14.076 orang menderita sepsis dengan
persentase sebesar 58,3% meninggal dan 41,7% diantaranya mengalami
proses penyembuhan yang berhasil (5).

Penyakit infeksi selulitis seringkali menyerang penderita diabetes


mellitus dengan persentase mencapai 25% dan paling banyak diderita oleh
wanita dengan persentase sebesar 52%. Penyakit selulitis seringkali
menyerang bagian kaki penderita dan hanya dapat ditangani dengan operasi
debridement untuk mengangkat bagian yang telah terinfeksi atau diamputasi
menyesuaikan tingkat keparahan penderita (6).

Penderita diabetes mellitus memiliki risiko yang lebih tinggi


dibandingkan penderita penyakit lain untuk menderita selulitis. Kejadian
tersebut dapat terjadi akibat peningkatan gula darah yang tinggi sehingga
menyebabkan luka dibagian tubuh menjadi sulit untuk disembuhkan dan
berpotensi terinfeksi bakteri atau virus. Infeksi bakteri pada luka yang tidak
ditangani dan sulit sembuh tersebut dapat mengalami kejadian selulitis dan
komplikasi menjadi sepsis (7). Proses penyembuhan penyakit selulitis pada
penderita diabetes melitus memerlukan perhatian dan dukungan dari asupan
makanan yang dikonsumsi. Maka dari itu, peneliti melakukan observasi
terkait asuhan gizi untuk penderita selulitis sepsis dan diabetes melitus mulai
dari merancang kebutuhan gizi hingga melaksanakan monitoring dan
evaluasi untuk menunjang kesehatan dan proses penyembuhan pasien di
Rumkital dr. Mintohardjo.

1.2 Tujuan
Berdasarkan latar belakang yang disusun, maka tujuan observasi ini
terbagi menjadi dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus.
1.2.1 Tujuan Umum
Observasi dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui
rancangan pola asuh gizi yang baik serta pemilihan diet yang tepat
untuk pasien penderita kasus cellulitis pedis sinistra + pelpis
(sepsis) debridement.

1.2.2 Tujuan Khusus


Tujuan khusus dari observasi perencanaan asuhan gizi pada
pasien kasus cellulitis pedis sinistra + pelpis (sepsis) debridement
yakni:
1) Mahasiswa mampu melakukan anemnesa riwayat gizi pasien.
2) Mahasiswa mampu mengkaji data sesuai dengan Nutrion Care
Process.
3) Mahasiswa mampu melakukan perhitungan kebutuhan gizi
pasien.
4) Mahasisiwa mampu menentukan diagnosis gizi pada pasien.
5) Mahasiswa mampu melakukan dan menentukan intervensi gizi
seperti tujuan diet, syarat diet dan preskripsi diet.

1.3 Waktu Pelaksanaan


Observasi pasien dengan kasus cellulitis pedis sinistra + pelpis
(sepsis) debridement dilaksanakan pada hari Sabtu, 22 Oktober 2022
hingga Selasa, 25 Oktober 2022 yang berlokasi di ruang P. Selayar
Rumkital dr. Mintohardjo.

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Mahasiswa
Mahasiwa diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai
penanganan tatalaksana gizi pada pasien dengan diagnosis cellulitis pedis
sinistra + pelpis (sepsis) debridement serta dapat menerapkan teori yang
sudah di dapatkan selama berkuliah sehingga bisa menjadi bekal ketika
nanti akan bekerja di ranah profesional.
1.4.2 Bagi Rumah Sakit
Observasi dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan bisa
menjadi informasi baru dan tambahan referensi terkait tatalaksana gizi
pada pasien dengan diagnosis cellulitis pedis sinistra + pelpis (sepsis)
debridement yang berada di Rumkital dr. Mintohardjo sehingga dapat
meningkatkan pelayanan gizi di rumah sakit..

1.4.3 Bagi UPN “Veteran” Jakarta


Dengan terlaksananya penelitian dan observasi di Rumkital dr.
Mintohardjo ini diharapkan dapat menjalin kerjasama yang baik
antara kedua belah pihak khususnya dalam bidang edukasi. Kemudian
dapat menjaga dan meningkatan mutu mahasiswa sehingga
berkompeten sebelum masuk ke dalam bidang profesional.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Cellulitis Pedis Sinistra Sepsis

Selulitis merupakan terjadi akibat adanya infeksi bakteri di bagian kulit dan
jaringan subkutan. Penyakit selulitis pada umumnya disebabkan oleh bakteri
streptococcal dan staphylococcal dan menimbulkan rasa sakit, bengkak,
eritema, dan demam bagi penderitanya. Kejadian infeksi selulitis dapat
menyebabkan komplikasi bila bakteri sudah masuk ke dalam aliran darah dan
mengantarnya hingga bagian otak, sistem pencernaan, saraf, dan sistem
pernapasan (8). Penyakit diabetes dan obesitas memiliki asosiasi yang tinggi
terhadap kejadian selulitis.

Studi terbaru menemukan bahwa penyakit selulitis seringkali salah


didiagnosis menjadi penyakit gout, gagal jantung, dermatitis, penyakit ulcer,
dan gigitan serangga. Kesalahan dalam diagnosa tersebut menyebabkan
penderita menjadi konsumsi jenis antibiotik yang tidak sesuai sehingga
menyebabkan bakteri lebih imun terhadap antibiotik. Faktor – faktor yang
menyebabkan kejadian selulitis adalah kurangnya integritasi pada kulit,
imunitas rendah, usia tua, diabetes, dan obesitas.

Usia tua dapat menyebabkan terjadinya selulitis karena memiliki sirkulasi


darah yang mulai menurun, atrofi kulit, immunosenescence, dan penyakit
komorbid seperti diabetes dan gangguan gagal jantung. Kerentanan kejadian
malnutrisi pada lansia turut berkontribusi pada kejadian selulitis karena
menyebabkan pengurangan elastisitas kulit, proses penyembuhan yang lebih
lama, dan immunosuppresan. Pada penderita diabetes, selulitis umumnya
muncul pada bagian kaki.

Terdapat dua tipe selulitis, yaitu selulitis berada di jaringan penghubung dan
di bagian tungkai. Selulitis yang terletak di jaringan penghubung seringkali
muncul pada bagian wajah, leher, dan umumnya berasosiasi dengan gangguan
hematologi. Selulitis pada tungkai merupakan selulitis yang terjadi pada bagian
kaki dan terjadi akibat diabetes, sirosis hati, dan obesitas (9).

Kulit yang baik dapat dilihat dari kondisi badian epidermis, desmis, dan
jaringan subkutan. Epidermis yang baik memiliki pH 5 – 6 dengan kandungan
zat gizi dalam batas normal. Bagian epidermis yang sehat barkaitan erat dengan
terjadinya pengelupasan sel kulit mati secara rutin. Terjadinya pengelupasan
sel kulit mati secara rutin dapat memperlama proses pertumbuhan bakteri
berlebih pada kulit karena bakteri tersebut turut terlepas dari epidermis saat sel
kulit mati mengelupas. Bagian dermis yang sehat akan sekresi keringat dalam
kadar yang normal. Keadaan yang sehat memiliki elastisitas yang baik dan
tinggi kolagen dari produski fibroblast. Adosiposit pada dermis dapat
meningkatkan produksi AMP, sitokin, dan adipokin yang berfungsi sebagai
pertahanan tubuh atau imunitas tubuh. Jaringan subkutan umumnya memiliki
sistem imunitas adaptif dan terdapat pembuluh darah yang mengandung
oksigen, zat gizi, dan sel imun sehingga dapat pertahanan untuk membunuh
patogen yang masuk.

Pada kasus penderita selulitis, bagian epidermis, dermis, dan jaringan


subkutan kehilangan sistem imunitas dan pertahannya. Elastisitas kulit yang
rendah menyebabkan kulit mengalami kekeringan dan timbul keretakan pada
kulit. Keretakan tersebut dapat memicu masuknya bakteri ke dalam tubuh dan
bereproduksi. Kelebihan produksi keringan pada bagian dermis menyebabkan
kulit menjadi terlalu lembab dan meingkatkan produksi bakteri pada kulit.
Kebiasaan merokok dapat menyebabkan inflamasi hipoksia dan membuat
tubuh mengalami kecacatan dalam sistem imunitas (10).

Diagnosis selulitis dilakukan berdasarkan uji dan observasi fisik (11). Kulit
yang mengalami selulitis memiliki tampilan fisik yang terlihat kemerahan.
bengkak, luka lepuh, edema, dan abses. Diagnosis lebih mendalam untuk
mengidentifikasi selulitis yaitu dengan deep vein thrombosis dan uji biokimia,
khususnya kadar sel darah putih. Terdapat beberapa pengobatan yang
dilakukan untuk menangani penyakit selulitis, yaitu pendekatan klinis,
antimicrobial, dan operasi.

Pengobatan secara klinis dilakukan dengan terapi obat yang bertujuan untuk
menurunkan demam, meredakan nyeri, dan membantu proses penyembuhan
luka. Manajemen untuk menurunkan demam dilakukan dengan pemberian obat
antipiretik dan asupan cairan yang adekuat. Pemberian obat penghilang nyeri
(obat analgesic) hanya diberikan ketika penderita mengalami rasa nyeri dan
akan berhenti ketika rasa nyeri sudah tidak dirasakan. Pengobatan akan
ditambah bila penderita memiliki gejala sepsis, yaitu dengan:

 Terapi pemberian oksigen


 Pemberian antibiotik broad – spectrum
 Pemberian cairan intravena
 Pemberian serum laktat

Terapi pengobatan antimikroba menjadi pengobatan yang


direkomendasikan untuk dilakukan dalam pengobatan selulitis. Pemberian
pengobatan antimikroba perlu diperhatikan secara detail dan perlu
dilaksanakan analisis mendalam. Hal – hal yang perlu diperhatikan sebelum
pemberian antimikroba yaitu keadaan pasien dan biomarker penderita. Pasien
yang telah melaksanakan pengobatan antimikroba akan diobservasi selama 48
jam, bila dilihat tidak ada kemajuan maka pengobatan harus dievaluasi dan
perlu dilakukan diagnosis ulang (12). Pemberian antibiotik dan antimikroba
perlu diperhatikan dan diberikan sesuai dengan bakteri agar bakteri atau
patogen tersebut tidak mengalami kekebalan imun terhadap antibiotic dan
antimikroba (13).

Sepsis merupakan keadaan tubuh dalam keadaan kritis akibat interaksi


mikrobiologi patogen yang menjadikan sel – sel tubuh dan jaringan sebagai
induk untuk melakukan reproduksi. Sepsis pada umumnya terjadi akibat
komplikasi infeksi dimana jumlah patogen di dalam tubuh sudah banyak dan
menyebar ke seluruh tubuh. Kadar lipid, karbohidrat, dan protein akan
mengalami ke abnormalitas pada penderita sepsis. Peredaran oksigen menjadi
tidak adekuat akibat terjadinya penurunan fungsi kardiak yang disebabkan
adanya peningkatan metabolism anaerob dan produksi laktat (14).

2.2 Diabetes Melitus


Diabetes mellitus merupakan keadaan tubuh yang mengalami peningkatan
kadar gula darah. United Nations (UN) atau Perserikatan Bangsa – Bangsa
(PBB) mengatakan bahwa penyakit diabetes melitus menjadi penyakit dengan
sebutan chonic killer karena bersifat jangka Panjang dan dapat berisiko kematian
(15). Kekurangan insulin menjadi patofisiologi utama terjadinya diabetes
melitus, kekurangan tersebut terjadi akibat ketidakmampuan tubuh untuk
memproduksi hormone insulin atau produksi hormone insulin dari tubuh yang
rendah. Secara umum, diabetes melitus merupakan gangguan metabolic yang
menyebabkan hiperglikemia akibat kekurangan hormone insulin (16).

Organ pancreas memiliki peran yang pentin gdalam determinasi sekresi


hormone insulin di dalam tubuh. Respon dari sel beta pancreas membuat
pancreas memproduksi hormone insulin dan menyimpan hormone insulin.
Mekanisme lain yang dapat merangsang produksi hormone insulin yaitu
metabolism intraseluler glukosa. Dalam metabolism tersebut, reseptor glukosa
berperan terhadap aktivasi hormone insulin sehingga dapat merangsang pancreas
untuk mengeluarkan hormone insulin. Setelah hormone insulin telah di sekresi,
tubuh dapat memecah dan melakukan metabolism tersebut.

Sekresi hormone insulin berkaitan erat dengan respon metabolism glukosa


dan protein. Pada penderita diabetes melitus, sekresi hormone insulin pada sel
beta mengalami abnormalitas dan dapat mengakibatkan kegagalan dalam
produksi hormone insulin. Produksi insulin endogenus merupakan determinasi
dari terjadinya sirkulasi c – peptide yang dapat dijadikan sebagai indikator
diabetes melitus pada usia muda (17). Klasifikasi penyakit diabetes melitus
terdiri dari 2, yaitu tipe 1 dan tipe 2.

Diabetes melitus tipe 1 atau Juvenile diabetes terjadi akibat kerusakan sel
beta karena gangguan autoimmune. Keadaan dari kerusakan sel beta tersebut
menyebabkan tubuh tidak mampu memproduksi hormone insulin dan membuat
tubuh menjadi tidak memiliki hormone insulin secara absolut. Diabetes melitus
tipe 1 umumnya terjadi akibat adanya anti glutamic acid decarboxylase, sel islet,
dan antibody insulin yang menyebabkan tubuh mengalami autoimun. Penderita
diabetes melitus tipe 1 memerlukan terapi insulin secara rutin untuk
mempertahankan kadar glukosa normal. Gejala utama bagi penderita diabetes
melitus tipe 1 yaitu penurunan berat badan secara drastic, poliurea, polydipsia,
polidifagia, konstipasi, keram, penglihatan buram, dan candidiasis. Penderita
diabetes melitus tipe 1 beresiko untuk mengalami komplikasi mikrovaskuler dan
makrovaskuler.

Diabetes melitus tipe 2 memiliki hubungan yang kuat dengan terjadinya


kegagalan tubuh dalam sekresi hormone insulin. Penderit aobesitas pada
umumnya memiliki berat badan berlebih, hipertensi, dan dislipidemia. Penyakit
diabetes melitus tipe 2 berkaitan dengan adanya Riwayat keluarga yang
memiliki diabetes melitus, usia tua, obesitas, dan kurang aktifitas fisik.
Perbedaan dari diabetes melitus tipe 1 dan tipe 2 adalah diabetes melitus tipe 1
terjadi karena tubuh tidak dapat memproduksi hormone insulin, sedangkan
diabetes melitus tipe 2 ketidakmampuan tubuh untuk sekresi hormone insulin
secara normal (18).

Diagnosis kedua tipe dari diabetes melitus yaitu dengan uji glukosa darah dan
glukosa darah dua jam pasca puasa. Seseorang akan dikatakan mengalami
diabetes melitus bila memiliki hasil uji glukosa darah diatas 200 mg/dL dan hasil
glukosa darah puasa diatas 126 mg/dl. Hasil dari uji lab tersebut masih belum
bisa dikatakan akurat untuk mendeteksi kejadian penyakit diabetes melitus, hal
ini disebabkan karena ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan kadar
glukosa darah. Faktor – faktor yang dapat meningkatkan kadar glukosa darah
antara lain resistensi insulin akibat obesitas, sistem pencernaan yang kecil,
pubertas, kekurangan aktifitas fisik, dan pasca makan tinggi kalori.

Uji fruktosamin merupakan salah satu diagnosis yang dapat memperkuat


diagnosis untuk diabetes melitus. Albumin merupakan asam amino bebas non
ezim yang bereaksi dengan glukosa di dalam darah. Maka dari itu, jumlah kadar
albumin dalam darah berkaitan dengan keberadaan glukosa di dalam darah (19).

Pengobatan penyakit diabetes melitus yaitu dengan pemberian diet rendah


glukosa dan mengkonsumsi insulin secara rutin dan berkala (20). Obat – obatan
yang sering digunakan untuk penderita diabetes melitus yaitu alpropstadil
dengan kombinasi papaverine, phentolamine, dan alprostadil (21). Suatu studi
mengatakan bahwa pengobatan diabetes melitus tidak akan membuat glukosa
darah penderita menjadi berada di batas normal, namun hanya dapat
menurunkan hingga batas wajar bagi penderita diabetes melitus. Ditemukan
bahwa kadar glukosa darah dalam batas normal, akan membuat penderita
diabetes melitus mengalami keadaan yang tidak nyaman dan merasa lemas.
Maka dari itu, penelitian tersebut menyimpulkan bahwa pengobatan diabetes
melitus baik dalam bentuk oral, injeksi, maupun tindakan operasi (untuk
menempatkan alat endoluminal secara berkala) hanya dapat membuat kadar
insulin menjadi normal bagi penderita namun tidak menyembuhkan penyakit
diabetes melitus (22).

2.3 Asuhan Gizi Penderita Diabetes Melitus

Pemberian terapi gizi berperan krusial dalam managemen penyakit diabetes


melitus. Studi pada wanita hispanik menunjukan bahwa pemberian diet yang
tepat bagi penderita diabetes melitus dapat mengontrol kadar gula darah di
dalam tubuh dan mencegah proses komplikasi (23). Terjadinya selulitis pada
penderita diaetes melitus dapat diperlambat proses infeksinya dengan konsumsi
karbohidrat yang rendah. Asupan gula yang rendah dapat mempertahakan gula
darah normal dan meningkatkan kinerja tubuh untuk melakukan proses
penutupan luka (24).
BAB III

PROSES GIZI TERSTANDAR

3.1 DATA RIWAYAT PASIEN


3.1.1 Identitas Pasien
Tabel 1. Data Umum Pasien
Nama : Tn. Y No RM : 174328
Umur : 54 tahun Ruang : 3A
Jenis Kelamin : Pria Tanggal : 20 Oktober 2022
Masuk
Pekerjaan : Purnawirawan Tanggal Kasus : 22 Oktober 2022
AL
Pendidikan : SMA Alamat : Jakarta Utara
Agama : Islam Diagnosis : Cellulitis pedis sinistra
Medis + pelpis (sepsis)
debridement

3.1.2 Berkaitan dengan Riwayat Penyakit


Tabel 2. Data Riwayat Pasien
Demam lebih 6 hari dan mendadak menjadi tinggi
Keluhan Utama setelah pulang perawatan post debriment. Batuk kering
(+)
Riwayat Penyakit
DM tipe II
Sekarang
Riwayat Penyakit
Riwayat operasi debriment 4 x
Dahulu
-
Riwayat Penyakit
Keluarga

3.1.3 Berkaitan dengan Riwayat Gizi


Tabel 3. Data Riwayat Gizi
Aktifitas Fisik Jumlah Jam kerja : 2 jam/ hari
Jumlah tidur sehari : 8 jam/ hari
Jenis olahraga : -
Frekuensi olahraga : -
Alergi makanan Makanan : -
Penyebab : -
Jenis diet khusus : -
Alasan : -
Yang menganjurkan : -
Masalah Nyeri ulu hati (-) Mual (-) Muntah (-)
Gastrointestinal Diare (-) Konstipasi (-) Anoreksia (-)
Perubahan pengecapan/penciuman (-)
Penyakit kronik Jenis penyakit : -
Modifikasi diet : -
Jenis dan lama pengobatan : -
Kesehatan mulut Sulit menelan (-), Stomatitis (-), Gigi lengkap (+)
Pengobatan -

Perubahan berat -
badan

3.2 ASSESSMENT
3.2.1 Antropometri
Tabel 4. Hasil Pengukuran Antropometri
Tinggi Badan Tinggi Lutut Panjang Ulna Berat Badan LILA
163 cm 63 kg

Pembahasan :
63
IMT = 2 = 23,7 kg/m (normal)
2
1,63
Berdasarkan hasil perhitungan IMT, Tn.Y memiliki status gizi yang normal. Maka
dari itu, untuk perhitungan kebutuhan energi, Tn.Y menggunakan berat badan aktual.

Klasifikasi batas ambang Indeks Massa Tubuh (IMT oleh FAO/WHO untuk
Indonesia yaitu:
Tabel 5. Klasifikasi IMT menurut WHO
Kategori Nilai IMT
Sangat Kurus Kekurangan berat badan tingkat berat <17.0
Kurus Kekurangan berat badan tingkat ringan 17 - < 18.4
Normal 18.5 – 25
Gemuk Kelebihan berat badan tingkat ringan > 25.1 – 27.0
Obesitas Kelebihan berat badan tingkat berat >27.0
(Sumber : P2PTM Kemenkes, 2019)

3.2.2 Pemeriksaan Biokimia


Tabel 6. Hasil Pemeriksaan Biokimia
Pemeriksaan Satuan/ Awal Masuk Awal Kasus Keterangan
Nilai RS 22/10/2022
Normal 20/10/2022
Lekosit 4000 – 21930 uL Tinggi
11000
Eritrosit 4.40 – 5.50 3.71 Rendah
Hemoglobin 12.3 – 15.3 10.1 Rendah
Hematokrit 36 - 45 30% Rendah
Basofil 0 – 1% 6% Tinggi
Eusinofil 500 mcL 1 mcL Rendah
Neutrofil 3 – 5% 89% Tinggi
Limfosit 25 – 35% 5% Rendah
Monosit 4 – 6% 5% Normal
GDS <200 204 mg/dL 142 mg/dL Tinggi namun
Pemeriksaan Satuan/ Awal Masuk Awal Kasus Keterangan
Nilai RS 22/10/2022
Normal 20/10/2022
menurun
menjadi
normal
Protein total 6.6 – 8.3 6,5 g/dL Rendah
Albumin 3,5 – 5,2 3.1 2.9 g/dL Menurun
namun masih
rendah
Globulin 1.3 – 2.7 3.7 g/dL Tinggi
SGOT 15 – 37 17 18 u/L Normal
SGPT 16 - 63 14 14 u/L Rendah

Pembahasan :
Berdasarkan hasil laboratorium pada tanggal 20 Oktober 2022 dan 22 Oktober 2022,
didapatkan bahwa banyak hasil yang tidak normal. Tn. Y memiliki kadar eritrosit,
hemoglobin, dan hematokrit yang rendah. Hal ini dapat mengindikasi Tn.Y
menderita anemia ringan karena hemoglobin masih dalam skala 10 – 13 g/dL.
Jumlah leukosit menunjukan diatas normal, ditunjukan dengan hasil laboratorium
lekosit sebesar 21930 uL yang dapat mengindikasi adanya infeksi. Hal ini berkaitan
dengan diagnosis sepsis yang diderita oleh Tn. Y. Kejadian ini juga dibuktikan
dengan hasil laboratorium basophil, eusinofil, neutrophil, limfosit, dan monosit yang
tidak normal. Kelima sel tersebut termasuk dalam jenis sel darah putih yang dapat
berpengaruh kadarnya bila terdapat infeksi di dalam tubuh. Tn. Y memiliki kadar
globulin yang tinggi, hal ini berkaitan dengan Riwayat penyakit ginjal yang sedang
diderita oleh Tn.Y. Hasil SGPT dari Tn.Y menunjukan hasil yang diatas normal, hal
ini dapat terjadi akibat infeksi virus dan efek samping konsumsi obat – obatan. Untuk
kasus Tn.Y, kadar SGPT dapat meningkat akibat penyakit sepsis.

3.2.3 Pemeriksaan Fisik Klinik


a. Kesan Umum : Compos Mentis
b. Pemeriksaan Penunjang : Radiologi thorax dan pedis
c. Hasil Pemeriksaan :
Tabel 7. Hasil Pemeriksaan Fisik klinis
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Keterangan
Suhu 39,9oC 36 - 37 Hipertermia
Nadi 135x/menit 60 – 100x/mnt Takikardia
Respirasi 22x/menit 16 – 20/mnt Hiperventilasi
Tekanan Darah 159/85 mmHg 120/80 mmHg Hipertensi
Pembahasan :
Berdasarkan hasil observasi tanda – tanda vital, Tn.Y mengalami hipertermia,
takikardia, hiperventilasi, dan hipertensi. Kejadian hipertermia atau suhu diatas
normal disebabkan oleh reaksi tubuh yang disebabkan infeksi dan sepsis yang
diderita oleh Tn.Y. Observasi nadi Tn.Y menunjukan diatas normal yang dapat
disebabkan oleh infeksi, demam, serta anemia yang diderita oleh Tn.Y. Tn.Y
mengalami hiperventilasi dapat disebabkan akibat infeksi sepsis yang diderita oleh
Tn.Y dan rasa cemas yang dirasakan oleh Tn.Y mengenai operasi yang akan
dijalankan oleh Tn.Y. Tekanan darah Tn.Y mengalami hasil yang diatas normal yang
disebabkan oleh diabetes melitus yang sedang diderita oleh Tn.Y. Kerusakan kapiler
dalam tubuh akibat gula yang berlebih menyebabkan gangguan dalam pengaturan
tekanan darah sehingga dapat mengalami tekanan darah yang tinggi.

3.2.4 Dietary History


Tanggal : 19/10/2022 (satu hari sebelum masuk rumah sakit)
Tabel 8 Food Recall 24 Hours
Waktu Nama Bahan Porsi Berat Nilai Gizi
E P L KH
Makan Hidangan Makanan (URT) (g) (kkal) (gr) (gr) (gr)
Telur
Putih telur 2 buah 100 g 50 10,5 0 1
rebus
Nasi Beras
1 ctg 60 g 89,4 1,68 0,24 19,5
merah merah
Pagi Ikan Ikan
2 ptg 30 g 25,2 5,5 0,2 0,0
gabus gabus
pepes Minyak 5g 5g 43,1 0 5 0
Labu siam Labu
1 buah 50 g 10 0,4 0,2 2,2
rebus siam
Telur
Putih telur 2 buah 100 g 50 10,5 0 1
rebus
Nasi Beras
1 ctg 60 g 89,4 1,68 0,24 19,5
merah merah
Siang Ikan Ikan
2 ptg 30 g 25,2 5,5 0,2 0,0
gabus gabus
pepes Minyak 5g 5g 43,1 0 5 0
Labu siam Labu
1 buah 50 g 10 0,4 0,2 2,2
rebus siam
Telur
Putih telur 2 buah 100 g 50 10,5 0 1
rebus
Nasi Beras
1 ctg 60 g 89,4 1,68 0,24 19,5
merah merah
Malam Ikan Ikan
2 ptg 30 g 25,2 5,5 0,2 0,0
gabus gabus
pepes Minyak 5g 5g 43,1 0 5 0
Labu siam Labu
1 buah 50 g 10 0,4 0,2 2,2
rebus siam
TOTAL 653,1 54,24 16,92 68,1
KEBUTUHAN 2173,5 81,5 60,3 325
%ASUPAN 30% 66,5% 28% 20,9%
Pembahasan :
Berdasarkan hasil food recall sebelum masuk ke rumah sakit, diketahui Tn. Y hanya
konsumsi telur putih rebus, ikan gabus (dalam bentuk olahan apapun), labu siam
rebus sebagai pemilihan sayur, dan sumber karbohidrat yaitu nasi merah. Tn.Y
mengkonsumsi menu – menu tersebut Ketika sudah mulai menjalankan operasi ke –
3. Hasil perhitungan persentase kebutuhan, didapatkan Tn.Y masih dalam persentase
yang rendah, dengan energi sebesar 30%, protein 66,5%, lemak 28%, dan
karbohidrat sebesar 20,9%.
3.2.5 Terapi Medis
Tabel 9 Terapi Medis
Jenis Obat/ Tindakan Fungsi
IVFD RL Mempertahankan hidrasi pada pasien rawat
inap
PCT drip 1 g IV Obat infus paracetamol untuk mengatasi
demam, sakit kepala, dan nyeri
Cefnaxon 2 x 20 g Mengurangi infeksi akibat bakteri dan virus
Metrodinazol Mengatasi infeksi bakteri
Paracetamol Meredakan demam dan nyeri
Inf. NaCL 0,9% 20 tpm Mengembalikan keseimbangan elektrolit
Lantus 1 x 10 mg Obat untuk mengatur kadar gula darah
(merek dagang dari insulin)
Amlodipine 1 x 10 mg Obat untuk menurunkan tekanan darah
Candesartan 1 x 16 mg Obat untuk menurunkan tekanan darah

3.2.6 Dokumentasi Gizi


Tabel 10 Pendokumentasian Assessment Gizi
Data dasar Identifikasi masalah

Antropometri (A)
AD 1.1
AD 1.1.1 Berat badan 63 kg - Status gizi normal
AD 1.1.2 Tinggi badan 163 cm
AD 1.1.5 IMT 23,7 kg/m2

Biokimia (B) - Anemia


BD 1.10 - Hiperglikemia
BD 1.10.1 Hemoglobin 10.1 - Hipoalbumin
mg/dL
(Normal 12.3 – 15.3 mg/dL)
BD1.10.2 Hematokrit 30%
(Normal 36 – 45%)
BD 1.11
BD 1.11.1 albumin 3.1 g/dL
(Tanggal 20/10/2022)
Albumin 2.9 g/dL (Tanggal
22/10/2022) (Normal 3,5 – 5,2
g/dL)
BD 1.5
BD 1.5.2 GDS 204 mg/dL
(tanggal 20/10/2022) 142
Data dasar Identifikasi masalah

mg/dL (tanggal 22/10/202)

Klinis (C)
PD 1.1
- Hipertensi
Tekanan darah 159/85 mmHg
(Normal: 120/80 mm/Hg)

Riwayat makanan dan Gizi


(D)
FH 1.1
Total asupan energi rendah 30%
(minimal 80% dari total
kebutuhan)
FH 1.2 - Total asupan energi tidak
1.5.1 Asupan Lemak mencukupi
1.5.1.1 Total asupan lemak - Total asupan lemak tidak
rendah 28% (minimal 80% dari mencukupi
total kebutuhan) - Total asupan protein
1.5.3 Asupan Protein tidak mencukupi
1.5.3.1 Total asupan protein - Total asupan karbohidrat
rendah 66,5% (minimal 80% tidak mencukupi
dari total kebutuhan)
1.5.5 Asupan Karbohidrat
1.5.5.1 Total asupan karbohidrat
rendah 20,9% (minimal 80%
dari total kebutuhan)

Riwayat Pasien (E)


CH 1.1
CH 1.1.1 Usia 54 tahun
CH 1.1.2 Jenis kelamin pria

3.3 DIAGNOSIS GIZI


3.3.1 Domain Intake
NI55.1 Asupan mineral zat besi tidak adekuat berkaitan dengan kadar
eritrosit, hemoglobin, dan hematokrit yang rendah ditandai
dengan pemilihan asupan bahan makanan Tn.Y yang tidak
bervariasi dan rendah kandungan zat besi

3.3.2 Domain Klinis


NC 2.2 Perubahan hasil uji biokimia lekosit, eusinofil, dan limfosit
berkaitan dengan diagnosis medis sepsis yang diderita oleh
Tn.Y ditandai dengan hasil labaaoratorium yang tidak normal
NC 2.2 Perubahan hasil uji biokimia GDS berkaitan dengan Riwayat
penyakit diabetes Tn.Y ditandai dengan hasil uji biokimia
GDS diatas normal yaitu 204 vmg/dL (normal : <200 mg/dl)

3.4 PERENCANAAN ASUHAN GIZI


3.4.1 Preskripsi Diet
a. Tujuan Diet
i. Memenuhi kebutuhan gizi
ii. Membantu mencapai kadar glukosa darah dalam rentang
normal
ii. Membantu mencapai tekanan darah yang masuk dalam
ambang normal
iii. Membantu memperlambat perkembangan komplikasi
iv. Membantu menjaga status gizi normal
b. Syarat Diet
i. Energi diberikan 30 x bbKg dan disesuaikan dengan faktor
aktifitas dan faktor usia, setara dengan 2173,5 kkal
ii. Karbohidrat diberikan 60% dari total kebutuhan setara dengan
325 g
iii. Protein diberikan 15% dari total kebutuhan setara dengan 81,5
g
iv. Lemak diberikan 25% dari total kebutuhan setara dengan 60,3
g

c. Kebutuhan Zat Gizi


1) Kebutuhan Energi
BMR LK = 30 x bbKg = 30 x 63 = 1890
(BMR – FA) + (FU)
FA : 20% ringan
FU : 5% (usia 40 - 59 thn)
(1890 + 20% BMR) – (5%BMR) = (1890 + 378) – 94,5 = 2173,5

2) Kebutuhan Protein
326
= 15% x energi = = 81,5 g
4
3) Kebutuhan Lemak
543,3
= 25% x energi = = 60,3 g
9
4) Kebutuhan Karbohidrat
1303
= 60% x total energi = = 325 g
4
5) Kebutuhan Natrium
= Kelompok umur 50 - 63 tahun 1300 mg
63
= x 1300 = 1365mg
60

3.4.2 Metode Pemberian


a. Jenis Diet : Diet DM 2100 kkal (DM IV) RG II
b. Bentuk Makanan : Nasi Biasa
c. Frekuensi : 3x makan besar, 2x selingan
3.4.3. Rencana Monitoring dan Evaluasi
Tabel 11 Rencana Monitoring dan Evaluasi
Monitor Parameter Evaluasi/ Target
Antropometri Berat badan Memantau bila terjadi penurunan
berat badan atau kenaikan berat
badan
Biokimia GDS, GDP, Memantau kadar GDS, GDP,
G2DJPP G2DJPP sampai batas normal
Klinis Tekanan darah, Memantau
pernapasan, suhu, tekanan darah, pernapan, suhu,
nadi dan nada sampai batas normal
Asupan Asupan makan Memastikan asupan makan per
makanan minimal mencapai hari mencapai minimal 80% dari
80% dari total total kebutuhan dengan
kebutuhan energi membandingkan kebutuhan
energi dengan jumlah sisa makan

3.4.4. Konsultasi Gizi


Hari, Tanggal : Selasa, 25 Oktober 2022
Tempat : Ruang Pulau Selayar Ruang 3A
Sasaran : Tn.Y dan pendamping
Jenis Diet : Diet DM 2100 kkal RG II
Materi Konseling:
 Tujuan
a. Memberikan pengetahuan terkait makanan dan diet untuk
penderita diabetes melitus
b. Meningkatkan kesadaran untuk mengjindari makanan
yang tidak dianjurkan untuk mencegah komplikasi
 Materi
a. Menjelaskan diet diabetes mellitus secara umum
b. Menjelaskan jenis bahan makanan yang dianjurkan dan
tidak dianjurkan
c. Memberikan penjelasan terkait perhitungan kebutuhan
energi per hari untuk bisa memenuhi kebutuhan gizi
d. Menyampaikan informasti terkait contoh menu yang bisa
dikonsumsi per harinya, dan konsep piring T agar dapat
mempertahankan status gizi pasien.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Evaluasi Asupan Zat Gizi


Berdasarkan hasil observasi dan analisis perhitungan asupan makan Tn.Y,
dapat disimpulkan bahwa Tn.Y memiliki rata – rata asupan yang baik. Asupan
energi Tn.Y rata – rata mencukupi 81,8% dari total kebutuhan selama tiga hari
intervensi. Asupan protein Tn.Y selama tiga hari intervensi hanya memiliki rata –
rata 69,5% dan lemak sebesar 74,16%. Asupan karbohidrat Tn.Y memiliki asupan
yang baik dengan persentase sebesar 87,6%.

Tabel 12 Total Asupan Zat Gizi Selama Intervensi


Persentase (%)
Hari
E P L Kh
1 72,5 62,2 66,6 81,8
2 79,6 78,1 77,9 70,3
3 93,25 69,5 77,9 94,2
Rata-rata
81,8 69,5 74,16 87,6
(%)
Keterangan Baik Kurang Kurang Baik

a. Asupan Energi selama Intervensi


Berdasarkan hasil observasi dari perhitungan penimbangan sisa makan
Tn.Y, dapat dilihat pada hari pertama asupan Tn.Y hanya mencapai 72,5%
dari total kebutuhan. Hasil wawancara kepada Tn.Y menyebutkan bahwa
Tn.Y merasa mual dan kurang minat dengan makanan yang diberikan (nasi
tim). Pada hari kedua, asupan energi Tn.Y mulai meningkat, walau masih
dalam kategori kurang. Hal ini disebabkan rasa kenyang yang selalu
dirasakan oleh Tn.Y. Pada hari ketiga, asupan energi Tn.Y menjadi
93,25% dan masuk dalam kategori asupan makan yang baik.

Persentase Asupan Energi selama 3 Hari


120%
100%
80%
Persentase

60%
40%
20%
0%
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Grafik 1 Persentase Asupan Energi selama Intervensi

b. Asupan Protein selama Intervensi


Berdasarkan hasil observasi dari perhitungan penimbangan sisa makan
Tn.Y dan perhitungan menu, Tn.Y memiliki asupan protein yang rendah
pada hari pertama dengan persentase sebesar 62,2%. Pada hari kedua,
asupan protein Tn.Y meningkat cukup tinggi namun belum masuk dalam
kategori yang baik, yaitu sebesar 78,1%. Pada hari ketiga, asupan protein
Tn.Y menurun menjadi 78,2% dan masuk dalam kategori kurang.

Persentase Asupan Protein selama 3 Hari


120%

100%

80%
Persentase

60%

40%

20%

0%
Hari 1 Hari 2 Hari 3

Grafik 2 Persentase Asupan Protein selama Intervensi

c. Asupan lemak selama intervensi


Asupan lemak Tn.Y selama intervensi tiga hari masuk dalam kategori
kurang semua. Pada hari pertama, Tn.Y hanya memiliki asupan lemak
sebesar 66,6%, pada hari kedua meningkat menjadi 77,93%, dan pada hari
ketiga juga mengalami persentase konstan, yaitu 77,92%. Secara umum,
asupan lemak Tn.Y mengalami peningkatan setiap harinya, namun dari
peningkatan tersebut masih belum mencukupi batas minimal Tn.Y.

Persentase Asupan Lemak selama 3


Hari
120%
100%
80%
Persentase

60%
40%
20%
0%
Hari 1 Hari 2 Hari 3
Grafik 3 Persentase Asupan Lemak selama Intervensi

d. Asupan Karbohidrat selama Intervensi


Asupan karbohidrat Tn.Y diobservasi bebrdasarkan hasil perhitungan
menu dan sisa makan selama tiga hari intervensi. Asupan karbohidrat
Tn.Y mengalami peningkatan, dari yang awalnya kurang menjadi baik.
Pada hari pertama, asupan karbohidrat Tn.Y berada pada kategori baik
dengan persentase sebesar 81,8%. Pada hari kedua, asupan karbohidrat
Tn.Y juga masih dalam kategori baik dengan persentase sebesar 86,9%.
Asupan karbohidrat Tn.Y selalu meningkat setiap harinya, pada hari
terakhir intervensi asupan karbohidrat sudah mencapai 94,2%.

Persentase Asupan Karbohidrat selama


5 Hari
120%

100%

80%
Persentase

60%

40%

20%

0%
Hari 1 Hari 2 Hari 3

Grafik 4 Persentase Asupan Karbohidrat selama Intervensi

2. Pengamatan Biokimia

Tabel 13 Hasil Pengamatan Biokimia


Satuan Tanggal
Pemeriksaa / Nilai Keteranga
22/10/2 23/10/2 24/10/2 25/10/2
n Urin/ Norma n
2 2 2 2
Darah l
<200 Normal
GDS 142 - - -
mg/dL
<108 61 116 61 140 Tidak stabil
GDP
mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL
80 – Tidak stabil
2JPP 140 24 153 136
mg/dL

Berdasarkan hasil observasi uji biokimia GDS, GDP, dan 2JPP, Tn.Y
memiliki status yang tidak stabil. Pada tanggal 22 Oktober 2022, Tn.Y
memiliki kadar GDS normal. Untuk biokimia dari GDP, Tn.Y mengalami
naik turun, dimana pada tanggal 23 Oktober 2022 dan 25 Oktober 2022
mengalami jumlah diatas normal. Hasil 2JPP Tn.Y menunjukan hasil yang
naik turun, namun masih dalam batas normal kecuali pada tanggal 24
Oktober 2022. Normalnya kadar GDS, dan beberapa hasil dari GDP dan
2JPP dapat terjadi karena Tn.Y mengkonsumsi obat pengatur gula darah
serta patuh pada anjuran makan yang diberikan.

3. Pengamatan Klinis
Tabel 14 Hasil Pengamatan Klinis
Satuan/ Tanggal
TTV Nilai KU
22/10/22 23/10/22 24/10/22 25/10/22
Normal
Tekanan 120/80 148/85 145/86 109/75 129/76
CM
darah mmHg mmHg mmHg mmHg mmHg
60 –
111 103 101 91
Nadi 100 CM
x/mnt x/mnt x/mnt x/mnt
x/mnt
Pernapasa 16 – 20 20 20 20 20
CM
n x/mnt x/mnt x/mnt x/mnt x/mnt
36 - 37
Suhu CM 38 ℃ 37 ℃ 36,4 ℃ 36,6 ℃

Berdasarkan hasil observasi dari data catatan tanda – tanda vital, Tn.Y
memiliki suhu yang tinggi, namun menurun menjadi normal pada hari
terakhir intervensi (25/10/2022). Kejadian tersebut dapat terjadi akibat
sepsis yang sedang diderita oleh Tn.Y. Tn.Y mengalami takikardia
ringan, namun mencapai batas normal pada hari akhir intervensi walau
masih dekat pada ambang batas maksimal. Pada hari pertama dan kedua
intervensi, Tn.Y mengalami hipertensi, namun tekanan darah Tn.Y
menurun hingga mencapai batas normal pada hari ke – 3 intervensi (24
Oktober 2022 – 25 Oktober 2022 pagi).
BAB V

PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan pengkajian hasil dan pembahasan di atas dapat disimpulkan
bahwa:
1. Rata-rata persentase asupan energi Tn.Y selama 3 hari intervensi adalah
81,8%; protein 69,5%; lemak 74,1%; dan karbohidrat 87,6%. Tn.Y
memiliki rata – rata asupan yang masih dalam kategori baik untuk energi
dan karbohidrat dan kurang untuk asupan protein dan lemak.
2. Setelah dilakukan intervensi, hasil pemeriksaan biokimia pasien yaitu
gula darah sewaktu mengalami penurunan, tetapi tidak ada hasil
pengukuran biokimia pada hari pertama dan terakhir intervensi.
3. Bila dilihat pada observasi klinis Tn.Y, terdapat peningkatan kualitas
standar klinis. Tn.Y mengalami penurunan pada suhu dari hari pertama
hingga hari ketiga intervensi. Untuk indicator tekanan daarah, nadi ,dan
respirasi, Tn.Y mengalami keadaan yang stabil dan normal.
4. Tn.Y memiliki tingkat kepatuhan yang baik dalam konsumsi makanan.
Berdasarkan hasil wawancara, Tn.Y mengatakan tidak konsumsi makanan
selain dari yang disediakan rumah sakit. Tidak hanya itu, Tn.Y
mengatakan bahwa sudah tidak konsumsi bahan makanan yang
mengandung tinggi gula.
2. Saran
Berdasarkan hasil kesimpulan, disarankan kepada Tn.Y untuk tetap
mempertahankan konsistenya dalam kepatuhan pemilihan bahan makanan
yang baik, namun disarankan untuk konsumsi makanan yang disajikan dari
pihak rumah sakit hingga habis agar kebutuhan gizinya terpenuhi.
DAFTAR PUSTAKA
1. Morse SS. Factors in the Emergence of Infectious Diseases. In 2001. p. 8–9.
2. Falagas ME. Narative review : Diseases That Masquerade as Infectious Cellulitis.
2005;142(1):47–55.
3. kobun MK. Asuhan Keperawatan pada Klien Tn.K Dengan Selulitis Pedis Sinistra
di Ruang Perawatan Dahlia Tumah Sakit Umum Daerah Tarakan. Univ Borneo
Tarakan. :2014.
4. Ma marinella. Cellulitis and Sepsis Due to Sphingobacterium. JAMA Netw.
2002;288(16):1985.
5. Nurapipah P. Epidemiologi Sepsis [Internet]. Alomedika. Available from:
https://www.alomedika.com/penyakit/icu/sepsis/epidemiologi
6. Carratalà J, Rosón B, Fernández-Sabé N, Shaw E, del Rio O, Rivera A, et al.
Factors Associated with Complications and Mortality in Adult Patients
Hospitalized for Infectious Cellulitis. Eur J Clin Microbiol Infect Dis. 2003
Mar;22(3):151–7.
7. Julaeha J, Farisma N. Laporan kasus selulitis pedis pada diabetes melitus tipe 2
dengan terapi antibiotik dan insulin. J Borneo. 2022 Mar 31;2(1):20–5.
8. Sari LGMP, Fatmawati NND, Praharsini IGAA, Gaintoro M. Colonization of
Citroacter Koser and Streptococcus agalactiae in a case of cellulitis cruris dextra et
sinistra. Intisari Sains Medis. 2022;13(2):426–30.
9. Capdevila O, Grau I, Vadillo M, Cisnal M, Pallares R. Bacteremic Pneumococcal
Cellulitis Compared with Bacteremic Cellulitis Caused by Staphylococcus aureus
and Streptococcus pyogenes. Eur J Clin Microbiol Infect Dis. 2003 Jun
1;22(6):337–41.
10. Oudshoorn C, Padmos R, Peeters R, van Schie M, Versmissen J, Vis M, et al.
Cellulitis : Current Insights Into Pathophysiology and Clinical Management. Neth
J Med. 2017;75(9):366–78.
11. Raff AB, Kroshinsky D. Cellulitis A Review. JAMA Intern Med.
2016;316(3):325–37.
12. Maxwell-Scott H, Kandil H. Diagnosis and management of cellulitis and
erysipelas. Br J Hosp Med. 2015 Aug 2;76(8):C114–7.
13. Moran GJ, Abrahamian FM, LoVecchio F, Talan DA. Acute Bacterial Skin
Infections: Developments Since the 2005 Infectious Diseases Society of America
(IDSA) Guidelines. J Emerg Med. 2013 Jun;44(6):e397–412.
14. O’Brien JM, Ali NA, Aberegg SK, Abraham E. Sepsis. Am J Med. 2007
Dec;120(12):1012–22.
15. Oputa RN, Chinenye S. Diabetes mellitus: a global epidemic with potential
solutions. 2012;20(2):3.
16. Gonzalez CD, Lee MS, Marchetti P, Pietropaolo M, Towns R, Vaccaro MI, et
al. The emerging role of autophagy in the pathophysiology of diabetes mellitus.
Autophagy. 2011 Jan;7(1):2–11.
17. Sherwin R, Felig P. Pathophysiology of Diabetes Mellitus. Med Clin North
Am. 1978 Jul;62(4):695–711.
18. Baynest HW. Classification, Pathophysiology, Diagnosis and Management of
Diabetes Mellitus. J Diabetes Metab [Internet]. 2015 [cited 2022 Nov 21];06(05).
Available from: https://www.omicsonline.org/open-access/classification-
pathophysiology-diagnosis-and-management-of-diabetesmellitus-2155-6156-
1000541.php?aid=53137
19. Thévenod F. Pathophysiology of Diabetes Mellitus Type 2: Roles of Obesity,
Insulin Resistance and ␤-Cell Dysfunction. :18.
20. Vaag A, Lund S. THERAPY OF ENDOCRINE DISEASE: Insulin initiation
in patients with type 2 diabetes mellitus: treatment guidelines, clinical evidence
and patterns of use of basal vs premixed insulin analogues. Eur J Endocrinol. 2012
Feb;166(2):159–70.
21. Hatzimouratidis K, Hatzichristou D. How to Treat Erectile Dysfunction in
Men with Diabetes: from Pathophysiology to Treatment. Curr Diab Rep. 2014
Nov;14(11):545.
22. Buse JB, Caprio S, Cefalu WT, Ceriello A, Del Prato S, Inzucchi SE, et al.
How Do We Define Cure of Diabetes? Diabetes Care. 2009 Nov 1;32(11):2133–5.
23. Moreno-Castilla C, Mauricio D, Hernandez M. Role of Medical Nutrition
Therapy in the Management of Gestational Diabetes Mellitus. Curr Diab Rep.
2016 Apr;16(4):22.
24. Tiwari S, Pratyush DD, Gahlot A, Singh SK. Sepsis in diabetes: A bad duo.
Diabetes Metab Syndr Clin Res Rev. 2011 Oct;5(4):222–7.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Perencanaan Menu dan Asupan Hari Pertama
Menu Siang (22/10/2022)
Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
Nasi Nasi tim 125 243,6 6,902 0,812 52,78 0 144 172,8 4,896 0,576 37,44 0
Ikan Dori 54 44,88 2,244 2,244 0,374 77 21 32,34 2,604 2,268 0,147 77
Ikan
Saos
bumbu 3,5 11,5789474 0,2105263 0,24 1,47 890 4 14,72 0 0 3,68 890
Tomat
asam
Tomat 5 1,2 0,025 0,025 0,235 10 3 0,72 0,039 0,015 0,141 10
manis
Minyak
  65 30,94 3,5 3,5 0 1 1,5 1,83 0,03 0,15 0,114 1
Goreng
 
Gula
  75 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 1
Pasir
 
  Tepung
3 3,53 0,005 0,005 0,8 1 0,31 0,023 0,001 0,053
Beras 5 5
Tempe 1 118,59 5,192 5,192 7,965 9 59 17,7 0,354 0,059 3,953 9
Tempe
Gula
lunak 3,5 3,94 0 0 0,94 1 1 0,394 0 0 0,94 1
Pasir
 
Garam 0,5 0 0 0 0 200 200
Labu
33 9,9 0,033 0,033 2,211 3 19 5,7 0,114 0,019 1,273 3
Sayur siam
asam Kacang
10 3,1 0,01 0,01 0,53 30 2 0,62 0,046 0,002 0,106 30
  panjang
  Jagung 40 58,8 0,28 0,28 12,6 5 40 58,8 2,04 0,28 12,6 5
  Kacang
6 31,5 2,562 2,562 1,044 36 5 26,25 1,395 2,135 0,87 36
tanah
Buah  Melon 93 26,04 0,186 0,186 6,9 27 93 26,04 0,186 0,186 6,417 27
SUBTOTAL 528,43 15,093 13,7 85,147 518,745
Menu Snack Sore (22/10)
Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
Susu
Susu 26 112,667 4,3333333 0,65 15,6 28,8 2 67,6 2,6 0,39 10,14 28,8
Diabetasol
Telur rebus Telur 50 92,4 7,44 6,48 0,42 42,25 50 77 6,2 5,4 0,35 42,25
Crackers Crackers 17 11,9 0,17 0,425 1,87 100 17 11,9 0,17 0,425 1,87 100
SUBTOTAL 156,5 8,97 6,215 12,36 142,2

Menu Malam (22/10/2022)


Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
Nasi Nasi 125 180 3 0,3 39,8 1 144 180 3 0,3 39,8 1
Daging
Daging
Sapi
bumbu 54 88,44 8,272 6,16 0 46,2 21 88,44 8,272 6,16 0 21
(medium
sate
fat)
  Kecap 3,5 2,13 0,171 0,039 0,27 55,7 4 2,13 0,171 0,039 0,27 4
Garam 0,5 0 0 0 0 200 0,5 0,5
Tempe
bumbu Tempe 5 70,38 2,295 1,071 12,75 4,59 3 70,38 2,295 1,071 12,75 3
kuning
Minyak
  65 30,94 3,5 3,5 0,035 1 1,5 30,94 0 3,5 0 1,5
goreng
wortel
Sayur 75 18 0,3 0,3 35 1 0,24 18 0,5 0,3 3,95 0,24
(rebus)
  ketimun 3 0,96 0,024 0,024 0,24 5 0,72 0,96 0,024 0,024 0,168 0,72
  buncis 1 3,06 0,027 0,027 0,72 9 0,01 3,06 0,216 0,027 0,648 0,01
Menu Malam (22/10/2022)
Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
  gula 3,5 3,94 0 0 0,01 1 7,28 3,94 0 0 0,94 7,28
Buah Semangka 0,5 29,12 0,208 0,208 6,9 200 0,24 0 0 0 0 0,24
SUBTOTAL 528,43 15,093 13,7 85,147 528,495
Menu Pagi (23/10/2022)
Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
Nasi Nasi 125 225 3,75 0,375 49,75 1,25 91 163,8 2,73 0,273 36,218 1,25
Telur 54 83,16 6,696 5,832 0,378 76,68 54 83,16 6,696 5,832 0,378 76,68
minyak
Telur 3,5 30,94 0 3,5 0 0,035 3,5 3,55 0,285 0,065 0,45 0,035
goreng
Dadar
wortel 5 1,8 0,05 0,03 0,395 3,5 5 30,94 0 3,5 0 3,5
Garam 0,5 0 0 0 0 200 0,5 200
Macaroni 65 229,45 5,655 0,26 51,155 3,25 56 197,68 4,872 0,224 44,072 3,25
Sup Wortel 75 27 0,75 0,45 5,925 52,5 51 18,36 0,51 0,306 4,029 16,8
Makaroni Tomat 3 0,72 0,039 0,015 0,141 0,3 3 30,94 0 3,5 0 0,3
Minyak 3,5 30,94 0 3,5 0 0,035 03,5 83,16 6,696 5,832 0,378 0,01
SUBTOTAL 528,43 15,093 13,7 85,147 501,86

Menu Snack Pagi (23/10)


Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
Puding Agar-agar 2 0,34 0 0 0,102 0 2 0,34 0 0 0,102 0
SUBTOTAL 78,09 2,64 2,64 11,182 0
TOTAL ASUPAN 1441,8 50,268 37,027 224,01 1720,242
TOTAL PERENCANAAN MENU 1988 80,724 55,567 273,65 1720,242
Menu Snack Pagi (23/10)
Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
%ASUPAN PER HARI 72,524 62,271 66,635 81,859 100
Lampiran 2 Dokumentasi Hari Pertama
Lampiran 3 Perencanaan Menu dan Asupan Hari Kedua
Menu Siang (23/10/2022)
Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
Nasi Nasi 150 270 4,5 0,45 59,7 1,5 150 270 4,5 0,45 59,7 0
Ayam
40 119,2 7,28 10,4 0 26 14 3,64 0 1,512 0,098 77
Fillet
Ayam
Gula
woku 3 11,82 0 0 2,82 0,03 3 0 2,82 0 2,76 890
putih
 
Gula
  3 11,04 0 0 2,76 0,03 3 0 2,76 0,015 0,141 10
merah
 
Minyak 1,5 13,26 0 1,5 0 1 1,5 13,26 0 1,5 0 1
Garam 0,5 0 0 0 0 200 0,5 0 0 0 0 200
Buncis 85 13,26 0 1,5 0 0,015 85 72,25 1,955 0,085 4,505 1
Buncis
Minyak
Oseng 1 26,35 1,955 0,085 4,505 6,8 1 8,84 0 1 0
goreng 5
 
Garam 0,5 0 0 0 0 200 0,5 0 0 0 0 200
Tahu 75 8,84 0 1 0 0,01 41 32,8 4,469 1,927 0,328 9
Tahu
Kecap 8 60 8,175 3,525 0,6 15 8 0,456 0,0741 0,117 0 1
tumis
Minyak 200
  1 8,84 0 1 0 0,01 1 8,84 0 1 0
goreng
 
Garam 0,5 0 0 0 0 200 0,5 0 0 0 0 200
Buah Melon 100 5,68 0,456 0,104 0,72 89,12 100 37 0,6 0,4 7,8 3
SUBTOTAL 447,086 17,1781 8,006 75,332 518,745

Menu Snack Sore (23/10)


Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
Susu Susu 26 112,667 4,3333333 0,65 15,6 28,8 2 67,6 2,6 0,39 10,14 28,8
Menu Snack Sore (23/10)
Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
Diabetasol
Pudding Agar 2 0,8 0 0 0,24 0 2 0,8 0 0 0,24 0
Telur rebus Telur 50 92,4 7,44 6,48 0,42 42,25 50 77 6,2 5,4 0,35 42,25
Crackers Crackers 17 11,9 0,17 0,425 1,87 100 17 11,9 0,17 0,425 1,87 100
SUBTOTAL 157,3 8,97 6,215 12,6 142,2

Menu Malam (22/10/2022)


Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
Nasi Nasi 135 243 4,05 0,405 53,73 1,35 135 243 4,05 0,405 53,73 1,35
Telur 40 61,6 4,96 4,32 0,28 56,8 40 61,6 4,96 4,32 0,28 56,8
Telur Gula
3 11,04 0,06 0 2,76 0,03 3 11,04 0,06 0 2,76 0,03
Gulai merah
  santan
10 12,2 0,2 1 0,76 0,9 10 12,2 0,2 1 0,76 0,9
  cair
  minyak 1 8,84 0 1 0 0,01 1 8,84 0 1 0 0,01
Garam 0,5 0 0 0 0 200 0,5 0 0 0 0 200
Tempe 60 120,6 12,48 5,28 8,1 5,4 60 120,6 12,48 5,28 8,1 5,4
Tempe bb Gula
3 11,04 0 0 2,76 0,03 3 11,04 0 0 2,76 0,03
bali merah
  tomat 5 1,2 0,065 0,025 0,235 0,5 5 1,2 0,065 0,025 0,235 0,5
  santan
10 12,2 0,2 1 0,76 0,9 10 12,2 0,2 1 0,76 0,9
  cair
  Minyak 1,5 0,465 0,0015 0,0015 0,015 0,015 1,5 0,465 0,0345 0,0015 0,0795 0,015
Garam 0,5 0 0 0 0 200 0,5 0 0 0 0 200
Menu Malam (22/10/2022)
Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
Sup oyong 30 5,7 0,06 0,06 2,7 2,7 30 5,7 0,24 0,06 1,23 2,7
oyong Wortel 80 28,8 0,48 0,48 56 56 80 28,8 0,8 0,48 6,32 56
wortel minyak 1 8,84 1 1 0,01 0,01 1 8,84 0 1 0 0,01
 
Gula
  2,5 9,85 0 0 0,025 0,025 2,5 9,85 0 0 2,35 0,025
pasir
 
Buah Papaya 100 46 0,1 0,1 4 4 100 46 0,5 0,1 12,2 4
SUBTOTAL 581,375 23,5895 14,6715 91,5645 528,6

Menu Pagi (24/10/2022)


Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
Nasi Nasi 135 243 4,05 0,405 53,73 1,35 109 196,2 3,27 0,327 43,382 1,25
Daging 40 119,2 7,28 10 0 42 40 119,2 7,28 10 0 76,68
Daging
santan 3 4,62 0,372 0,324 0,021 0,27 3 4,62 0,372 0,324 0,021 0,035
rendang
Minyak
  1,5 13,26 0 1,5 0  1 1,5 13,26 0 1,5 0 3,5
goreng
 
Garam 0,5 0 0 0 0 200 0,5 0 0 0 0 200
Sayur lodeh Labu siam 40 12 0,24 0,04 2,68 1,2 40 12 0,24 0,04 2,68 200
  K.panjang 25 7,75 0,575 0,025 1,675 7,5 25 7,75 0,575 0,025 1,675 3,25
  Terong 20 5,6 0,22 0,04 1,1 1,8 20 5,6 0,22 0,04 1,1 16,8
  Santan 10 12,2 0,2 1 0,76 0,9 10 12,2 0,2 1 0,76 0,3
  Gula pasir 3 11,82 0 0 2,82 0,03 3 11,82 0 0 2,82 0,01
SUBTOTAL 382,65 12,157 13,256 52,438 255,05
Menu Snack Pagi (24/10)
Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
Bubur K. hijau 35 113,05 8,015 0,525 19,88 8,75 35 113,05 8,015 0,525 19,88 8,75
kacang gula
3 11,04 0 0 2,76 0,45 3 11,04 0 0 2,76 0,45
hijau merah
  gula putih 3 11,82 0 0 2,82 0,03 3 11,82 0 0 2,82 0,03
 
Santan 10 15,4 1,24 1,08 0,07 0,9 10 15,4 1,24 1,08 0,07 0,9
 
SUBTOTAL 78,09 2,64 2,64 11,182 0
TOTAL ASUPAN 1568,41 61,8946 42,1485 231,935 1467,76
TOTAL PERENCANAAN MENU 1970,5 79,2312 54,0845 329,581 1467,765
%ASUPAN PER HARI 79,5946 78,119 77,9308 70,3725 100

Lampiran 4 Dokumentasi Hari Kedua


Lampiran 5 Perencanaan Menu dan Asupan Hari Ketiga
Menu Siang (24/10/2022)
Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
Nasi Nasi 165 270 4,5 0,45 59,7 1,65 165 297 4,95 0,495 65,67 1,65
Telur Telur 55 119,2 7,28 10,4 0 78,1 55 84,7 6,82 5,94 0,385 78,1
ceplok Minyak
2 11,82 0 0 2,82 0 2 17,68 0 2 0 0
saus goreng
tomat Saus
  10 11,04 0 0 2,76 0 10 11 0,2 0,04 2,45 0
tomat
  Gula pasir 3 13,26 0 1,5 0 0 3 11,82 0 0 2,82 0
 
  Tomat 3 0 0 0 0 0,3 3 0,72 0,039 0,015 0,141 0,3
Tempe Tempe 60 13,26 0 1,5 0 5,4 60 120,6 12,48 5,28 8,1 5,4
bumbu
kecap Kecap 5 26,35 1,955 0,085 4,505 55,7 5 3,55 0,285 0,065 0,45 55,7
 
Wortel 50 0 0 0 0 35 50 18 0,36 0,006 0,0474 35
Capcay
Kembang
  20 25 2,4 0,2 4,9 9,4 20 5 0,6 0,0048 0,0098 9,4
kol
 
sawi putih 15 60 8,175 3,525 0,6 0,75 15 1,35 0,09 0,001 0,0017 0,75
 
caisim 15 8,84 0 1 0 2,7 15 3 0,34 0,0068 0,0136 2,7
Buah Semangka 100 0 0 0 0 7 100 28 0,5 0,2 6,9 7
SUBTOTAL 602,42 26,659 14,45 92,611 196

Menu Snack Sore (24/10)


Menu Bahan Bera Nilai Gizi Perencanaan Asupa Nilai Gizi Asupan
Hidanga Makana t Na n Na
E P L KH E P L KH
n n (gr) (gr)
Susu Susu 26 0,65 15,6 28,8 26 1,125 0,125 9,65 28,8
112,66 4,333333 41,62
Diabetaso
7 3 5
l
100 0,002 100
Crackers Crackers 17 11,9 0,17 0,425 1,87 17 1,815 0,0055 0,441
5
Tepung 0,0012
12,5 41,625 1,125 0,125 9,65 0,25 12,5 1,855 0,204 0,0035 4,4
terigu 5
0,002 0,00
Tapioka 0,5 1,815 0,0055 0,441 0,5 4,5 0,125 0,075 0,9875 0,25
5 5
Risol
0,003
  Margarin 0,25 1,855 0,00125 0,204 1,9 0,25 7,75 0,2625 0,025 1,6875 0,005
5
 
0,987
  Wortel 12,5 4,5 0,125 0,075 8,75 12,5         1,9
5
 
1,687 0,87
  Kentang 12,5 7,75 0,2625 0,025 12,5 65 2,5 0,375 9,75 8,75
5 5
0,140 0,009 1,84
telur 1,3 2,002 0,1612 1,3  11,9 0,17 0,425 1,87 0,875
4 1 6
Garam 0,5 0 0 0 0 200 0,5 0 0 0 0 200
SUBTOTAL 13,307 344,9
84,65 2,9325 0,825
5 8

Menu Malam (24/10/2022)


Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
Nasi Nasi 135 243 4,05 0,405 53,73 1,3 135 243 4,05 0,405 53,73 1,3
Daging Daging 40 80,4 7,52 5,6 0 53,1 40 80,4 7,52 5,6 0 53,1
kalio Tomat 3 0,72 0,039 0,015 0,141 0,5 3 0,72 0,039 0,015 0,141 0,5
Menu Malam (24/10/2022)
Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
Gula
10 36,8 0 0 9,2 0,45 10 36,8 0 0 9,2 0,45
merah
santan
1 1,54 0,124 0,108 0,007 0,9 1 1,54 0,124 0,108 0,007 0,9
  cair
  Minyak 2 17,68 0 2 0 0,025 2 17,68 0 2 0 0,025
  Garam 0,5 0 0 0 0 200 0,5 0 0 0 0 200
 
Tahu Tahu 3 2,4 0,327 0,141 0,024 1,3 3 2,4 0,327 0,141 0,024 1,3
bacem Kecap 5 3,55 0,285 0,065 0,45 55,7 5 3,55 0,285 0,065 0,45 55,7
  Gula aren 10 36,8 0 0 9,2 0,45 10 36,8 0 0 9,2 0,45
  Garam 0,5 0 0 0 0 200 0,5 0 0 0 0 200
Bening Bayam 1,5 0,24 0,0135 0,006 0,0435 9,6 1,5 0,24 0,0135 0,006 0,0435 9,6
bayam Jagung 30 44,1 1,53 0,21 9,45 2,25 30 44,1 1,53 0,21 9,45 2,25
jagung Gula 80 315,2 0 0 75,2 0,03 80 315,2 0 0 75,2 0,03
 
  Minyak 1 8,84 0 1 0 0,025 1 8,84 0 1 0 0,025
 
Buah Papaya 100 46 0,5 0,1 12,2 4 100 46 0,5 0,1 12,2 4
SUBTOTAL 169,64 656,76
837,27 14,3885 9,65
6

Menu Pagi (25/10/2022)


Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
Nasi Nasi 135 243 4,05 0,405 53,73 1,35 58 104,4 1,74 0,174 23,084 1,25
Opor ayam Ayam 60 178,8 10,92 15,6 0 65,4 46 137,08 8,372 11,96 0 76,68
Menu Pagi (25/10/2022)
Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
santan 5 7,7 0,62 0,54 0,035 0,45 5 7,7 0,62 0,54 0,035 0,035
  Minyak
2,5 22,1 0 2,5 0 0,025 2,5 22,1 0 2,5 0 3,5
  goreng
Garam 0,5 0 0 0 0 200 0,5 0 0 0 0 200
Orak arik Labu siam 40 12 0,24 0,04 2,68 1,2 30 9 0,18 0,03 2,01 200
labu siam Minyak
2,5 22,1 0 2,5 0 0,025 2,5 22,1 0 2,5 0 200
  goreng
  Gula pasir 3 11,82 0 0 2,82 0,03 3 11,82 0 0 2,82 3,25
SUBTOTAL 497,52 15,83 21,585 59,265 268,48

Menu Snack Pagi (24/10)


Menu Bahan Berat Nilai Gizi Perencanaan Asupan Nilai Gizi Asupan
Hidangan Makanan (gr) E P L KH Na (gr) E P L KH Na
Bubur K. hijau 35 113,05 8,015 0,525 19,88 8,75 35 113,05 8,015 0,525 19,88 8,75
kacang hijau gula
3 11,04 0 0 2,76 0,45 3 11,04 0 0 2,76 0,45
  merah
  gula putih 3 11,82 0 0 2,82 0,03 3 11,82 0 0 2,82 0,03
  Santan 10 15,4 1,24 1,08 0,07 0,9 10 15,4 1,24 1,08 0,07 0,9
SUBTOTAL 78,09 2,64 2,64 11,182 10,13
TOTAL ASUPAN 1853,94 56,137 43,3126 257,935 1656,76
80,724 1656,76
TOTAL PERENCANAAN MENU 1988,05 55,5669 273,65
5
69,541 100
%ASUPAN PER HARI 93,2543 77,9468 94,2574
5
Lampiran 6 Dokumentasi Hari Ketiga

Anda mungkin juga menyukai