Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

UNTUK MEMENUHI MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK

DIABETES MELLITUS

Dosen penempuh: Viertianingsih Patungo,S.Kep.,Ners.,MSN

DISUSUN OLEH:

Kelompok 5

PUTRI NAFA CINDI TATISINA


ELLEN ASTRI BOVEN
GIAN CLARA WANMA
MORINA U. KASIPMABIN
FEROLISA B. HILAPOK
BERNIKE TAPYOR
REXALAN RUNABARI
SEMI SAMA
SAMUEL P. ASSO
AMELIA YAKU
HONNI PEYON

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JAYAPURA


PROGRAM PRODI : S1 KEPERAWATAN
TA : 2022/2023
DAFTAR ISI
Kata Pengantar...............................................................................................

Daftar Isi..........................................................................................................

BAB 1. Tinjauan Materi.................................................................................

1.1 Pengertian ..................................................................................................


1.2 Etiologi.......................................................................................................
1.3 Tanda dan Gejala........................................................................................
1.4 Patofisiologi................................................................................................
1.5 Patoflowdiagram.........................................................................................
1.6 Penatalaksanaan Medis...............................................................................
1.7 Pengkajian Keperawatan............................................................................
1.8 Diagnosa Keperawatan...............................................................................
1.9 Intervensi....................................................................................................
1.10 Evaluasi.....................................................................................................
1.11 Kesimpulan...............................................................................................
1.12 Saran ........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................

DAFTAR HADIR...........................................................................................
BAB I

TINJAUAN MATERI
1.1 Definisi Diabetes Mellitus
1. Diabetes Mellitus Merupakan keadaan dimana terdapat glukosa didalam urine
seseorang,yang disebabkan glukosa (gula) dalam darah tidak dapat dimasukkan dalam sel
karena kekurangan penghasilan insulin, kurang kuantitas dan kurang kualitasnya.
(Mohamed Yosri,2012)
2. Diabetes Mellitus merupakan kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik
hiperglikimia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin,kinerja insulin atau keduanya
(perkeni,2015)
3. Menurut WHO, Diabetes Mellitus (DM) di definisikan sebagai suatu penyakit atau
gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang di tandai dengan tingginya
kadar gula darah di sertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat,lipid dan perotein
sebagai akibat dari insufisieni fungsi insulin. Insufisiensi insulin dapat di sebabkan oleh
gangguan produksi insulin oleh sel-sel beta langershans kelenjar pancreas atau
disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh terhadap insulin (Depkes,2013).
4. Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang di tandai dengan hiperglikemi
yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak,dan protein
yang disebabkan oleh penuruna sekresi insulin atau penurunan sensifitas insulin atau
keduanya dan menyebabkan komplikasi kronis mikrovaskular,makrovaskular,dan
neuropati.(Yuliana elin,2009)

1.2 Etiologi

Etiologi juvenile diabetes adalah hancurnya sel beta penghasil insulin di pankreas.
Kondisi ini umumnya diakibatkan oleh proses autoimunitas yang melibatkan faktor genetik dan
lingkungan.

a.Faktor Genetik
Terdapat setidaknya 60 lokus gen yang diidentifikasi terlibat dalam etiologi
diabetes mellitus tipe 1. Adanya predisposisi genetik tersebut, dibarengi dengan adanya
faktor lingkungan, akan menyebabkan sel beta diidentifikasi sebagai autoantigen dan
menyebabkan serangan autoimunitas. j

b.Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan diyakini dapat memicu awitan dari diabetes mellitus tipe 1
pada individu dengan kerentanan genetik. Beberapa faktor lingkungan yang diduga
terlibat dalam etiologi diabetes mellitus tipe 1 adalah infeksi virus, vitamin D, dan diet.

1.Virus

Meskipun telah banyak bukti kuat yang mengaitkan antara virus dengan
perkembangan diabetes mellitus tipe 1, belum ada bukti kausatif langsung yang
dapat menjelaskan mekanismenya. Infeksi virus oleh enterovirus, seperti
coxsackieviruses (CVB) atau echovirus, merupakan infeksi virus dengan
implikasi paling kuat sebagai pemicu diabetes mellitus tipe 1.

2.Vitamin D

Semakin banyak bukti menunjukkan hubungan kuat antara peran vitamin


D dengan berbagai proses biologis yang terlibat dalam pengaturan respons imun.
Kekurangan vitamin D dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit autoimun,
seperti multiple sclerosis, lupus eritematosus sistemik, dan diabetes mellitus tipe
1.

3.Diet

Peran faktor diet dalam terjadinya diabetes mellitus tipe 1 masih


kontroversial. Sejumlah penelitian memiliki kesimpulan yang bertentangan dan
belum ada bukti yang cukup untuk membuktikan efek kausal.

Faktor diet lain yang telah diselidiki adalah efek dari diet asam lemak tak
jenuh ganda. Sebuah studi observasional di Amerika Serikat menemukan bahwa
asupan asam lemak omega-3 berbanding terbalik dengan risiko terjadinya
diabetes mellitus tipe 1.

1.3 Tanda dan Gejala.

1. Sering buang air kecil, terutama pada malam hari (polyuria).


2. Sering haus (polydipsia).
3. Sering merasa lapar (polyphagia).
4. Berat badan turun meskipun pola makan tetap sama.
5. Pandangan kabur.
6. Kelelahan terus-menerus.
7. Mudah diserang penyakit infeksi.
8. Luka yang lama sembuh.
9. Merasa kaku atau kesemutan pada kaki

1.4 Patofisiologi

Pada Juvenile Diabetes, dikenal dengan patofisiologi yang berbeda.

Terjadi pada kaki diawali dengan adanya hiperglikemia pada penyandang DM yang
menyebabkan kelainan neuropati dan kelainan pada pembuluh darah. Neuropati, baik neuropati
sensorik maupun motorik dan autonomik akan mengakibatkan berbagai perubahan pada kulit dan
otot yang kemudian menyebabkan terjadinya perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki dan
selanjutnya akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi
menyebabkan infeksi mudah merebak menjadi infeksi yang luas. Faktor aliran darah yang
kurang juga akan lebih lanjut menambah rumitnya pengelolaan kaki diabetes (Askandar, 2001
dalam Andra Safer. 2013).

Ulkus diabetikum terdiri dari kavitas sentral biasanya lebih besar dibanding pintu
masuknya, dikelilingi kalus keras dan tebal. Awalnya pembentukan ulkus berhubungan dengan
hiperglikemia yang berefek terhadap saraf perifer, kolagen, keratin, dan suplai vaskuler. Dengan
adanya tekanan mekanik terbentuk keratin keras pada daerah kaki yang mengalami beban
terbesar. Neuropati sensoris perifer memungkinkan terjadinya trauma berulang mengakibatkan
terjadinya kerusakan jaringan area kalus Selanjutnya terbentuk kavitas yang membesar dan
akhirnya ruptur sampai permukaan kulit menimbulkan ulkus. Adanya iskemia dan penyembuhan
luka abnormal menghalangi resolusi. Mikrooranisme yang masuk mengadakan kolonasi di
daerah ini. Drainase yang inadekuat menimbulkan closed space infection. Akhirnya sebagai
konsekuensi sistem imun yang abnormal, bakteria sulit dibersihkan dan infeksi menyebar ke
jaringan sekitarnya.

Menurut Suryadi, (2004) dalam buku Andra (2013) penyakit neuropati dan vaskuler
adalah faktor utama yang mengkontribusi terjadinya luka. Masalah luka yang terjadi pada pasien
diabetik terkait dengan adanya pengaruh pada saraf yang terdapat pada kaki dan biasanya dikenal
sebagai neuropati perifer. Pada pasien dengan diabetik sering kali mengalami gangguan pada
sirkulasi. Gangguan sirkulasi ini adalah yang berhubungan dengan "pheripheral vascular
diseases". Efek sirkulasi inilah yang menyebabkan kerusakan pada saraf. Hal ini terkait dengan
diabetik neuropati yang berdampak pada sistem saraf autonom, yang mengontrol fungsi otot-otot
halus, kelenjar dan organ viseral.

Dengan adanya gangguan pada saraf autonom pengaruhnya adalah terjadinya perubahan
tonus otot yang menyebabkan abnormalnya aliran darah. Dengan demikian kebutuhan akan
nutrisi dan oksigen maupun pemberian antibiotik tidak menyukupi atau tidak dapat mencapai
jaringan perifer, juga tidak memenuhi kebutuhan metabolisme pada lokasi tersebut. Efek pada
autonomi neuropati ini akan menyebabkan kulit menjadi kering. antihidrosis yang memudahkan
kulit menjadi rusak dan mengkontribusi untuk terjadinya ganggren. Dampak lain adalah karena
adanya neuropati perifer yang mempengaruhi kepada saraf sensorik dan motorik yang
menyebabkan sensasi nyeri, tekanan dan perubahan temperatur.
1.5 Patoflowdiagram Juvenile Diabetes

Skema patofisiologi diabetes mellitus (Nanda,2013)

Faktor genetic,imunologik,gestasi,faktor lingkungan,infeksi virus

Perubahan fisiologis pankreas

Kerusakan Sel β spankreas

Defisiensi insulin

Metabolisme karbohidrat,lemak & protein


terganggu

Karbohidrat Lemak Protein

 Glikolisis menurun Lipolisis meningkat Anabolisme protein


 Glukogenelisis meningkat menurun
 Glukoneogenesis meningkat
 Glikogenesis menurun Lipogenesis menurun
Sintesa protein
menurun
Hiperglikemia Simpanan lemak
menurun
Leukosit menurun

Gula tidak dapat diserap


Penurunan berat
tubuh
badan Kekebalan tubuh
menurun
Sel tubuh kekurangan
Melebihi batas ambang
nutrisi
ginjal
Resiko infeksi b/d
trauma pada
Sel kekurangan bahan untuk
Badanjaringan
keton meningkat
Kekurangan
Glukosuriacairan Nutrisi kurang dari
metabolisme
elektrolit berlebihan kebutuhan b/d gangguan Lemak bebas
keseimbangan insulis meningkat
Deuresi osmotik Ketoasidosis diabetikum
Gula terbang bersama
Merangsang urin
hipotalamus
Kekurangan volume
Pembentukan badan keton
cairan elektrolit b/d
gejalaPoliuria
polyuria dan
Selalu merasa haus dan
dehidrasi
lapar

Polidipsi & polifagi

Hiperglikemi

Oamolalitas meningkat,viskositas darah

Penurunan perfusi oksigen, nutrisi ke jaringan

Makrovaskuler Mikrovaskuler Neuropati

Aliran darah lambat


Jantung Otak Ginjal Mata

Iskemik jaringan
perifer
 Infaks miokard Suplai O2 ke otak Neuropati Retinopati
akut menurun
 Hipertensi
 Glaukoma Gagal Ginjal Nekrosis luka

Ketidakefektifan
perfusi jaringan
Ganggren
perifer b/d
penurunan
sirkulasi darah ke
perifer
Kerusakan integritas kulit b/d
gangguan sirkulasi, gangguan
status metabolic dan gangguan
sensasi

1.6 Pelaksanaan Medis

1. Jangaka panjang: mencegah komplikasi

2. Jangka pendek: menghilangkan keluhan/gejala Diabetes Mellitus

Penatalaksanaan Diabetes Mellitus

a. Diet

Perhimpunan diabetes Amerika dan persatuan Dietetik Amerika


Merekomendasikan 50-60% kalori yang berasal dari :

1) Karbohidrat 60-70%

2) Protein 12-20%

3) Lemak 20-30%

b. Obat hipoglikemik oral

1) Sulfonilurea obat golongan sulfonylurea bekerja dengan cara


a) Menstimulasi penglepasan insulin yang tersimpan.
b) Menurunkan ambang sekresi insulin.
c) Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan
glukosa .
2) Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah
normal
3) Inhibitor a glukosidase: menghambat kerja enzim a glucosidase
didalam saluran cerna sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia pasca prandial
4) Insulin sensiting agen meningkatkan sensivitas insulin,sehingga bisa
mengatasi masalah retisensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia,
tetapi obat ini belum beredar diindonesia
5) Insulin Indikasi gangguan
a) Diabetes Mellitus dengan berat badan menurun dengan cepat
b) Ketoasidosis asidosis laktat dengan koma hiperosmolar
c) Diabetes Mellitus yang mengalami stress berat (infeksi
sistemik dll)
d) Diabetes Mellitus dengan kehamilan atau Diabetes Mellitus
gastasional yang tidak terkendali dalam pola makan
e) Diabetes Mellitus tidak berhasil dengan obat hipoglikemik oral
dengan dosis maksimal (kontradiksi dengan obat
tersebut)Insulin oral/suntikan dimulai dari dosis rendah,lalu
dinaikkan perlahan,sedikit demi sedikit sesuai dengan hasil
pemeriksaan gula darah pasien.

c. Latihan

Latihan dengan cara melawanan tahanan dapat menambah laju


metabolisme istirahat,menurunkan BB, stress dan menyegarkan tubuh.

d. Pemantauan

Pemantauan kadar glukosa darah secara mandiri.

e. Terapi jika diperlukan

f. Pendidikan

Tujuan penatalaksanaan juvenile diabetes adalah menjaga kualitas hidup pasien


dan menurunkan risiko komplikasi. Hal ini dapat dicapai dengan pemberian insulin
eksogen, meminimalisir episode hiperglikemia, mengelola faktor risiko kardiovaskular,
dan menyediakan dukungan psikososial.

Pasien akan membutuhkan terapi insulin seumur hidup. Dosis disesuaikan


berdasarkan pemantauan kadar glukosa darah mandiri, dimana kebanyakan pasien
memerlukan setidaknya 2 kali penyuntikan insulin setiap harinya. Manajemen juvenile
diabetes memerlukan pendekatan multidisiplin yang mencakup dokter, perawat, ahli gizi,
dan spesialis terkait.

1.7 Pengkajian Keperawatan

1. Identitas klien
Berdasarkan jenis kelamin laki-laki 40-70 dan perempuan usia antara 25-35 tahun.
Terjadi pada klien dengan aktivitas kurang berolahraga dan menyebabkan timbunan
lemak, sehingga berat badan meningkat dan menyebabkan Diabetes Mellitus.
2. Keluhan utama
Klien datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri, lemes diseluruh tubuh
3. Riwayat kesehatan sekarang
a) Adanya gatal pada kulit disertai luka yang tidak sembuh-sembuh
b) Kelelahan terum menerus
c) Penurunnya berat badan
d) Meningkatnya nafsu makan
e) Sering haus
f) Banyak kencing
4. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya penyakit Diabetes Mellitus riwayat penyakit pankreas, hipertensi, obesitas.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Riwayat penyakit keluarga dengan Diabetes mellitus.
6. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai perilaku, perasaan dan emosi yang dialami penderita
sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap penyakit penderita.
7. Pola Fungsi kesehatan
a. Pola persepsi
Pola persepsi menggambarkan klien terhadap penyakitnya tentang pengetahuan dan
penatalaksanaan Juvenile Diabetes dengan resiko ketidakstabilan kadar glukosa darah.
b. Pola nutrisi
Penderita Juvenile Diabetes sering mengeluh dengan anoreksia, mual muntah, haus,
pengguaan diuretik terjadi penurunanan berat badan.
c. Pola eliminasi
Terjadi perubahan pola berkemih (poliuria)
d. Pola aktivitas/istirahat
Penderita sering mengalami susah tidur, letih, lemah, sulit bergerak/berjalan, kram
otot, tonus otot menurun.
e. Nilai dan keyekinan
Gambaran tentang penyakit juvenile diabetes dengan penyakit yang dideritanya
menurut agama dan kepercayaan, kecemasan akan kesembuhan, tujuan dan harapan
akan sakitnya.

1.8 Diagnosa Keperawatan

Diagnosa Keperawatan adalah pernyataan yang jelas mengenai status kesehatan dan
menentukan intervensi keperawatan untuk mengurangi, mencegah atau menghalangkan
masalah kesehatan klien yang ada pada tanggungjawabnya.
1. Diagnosa keperawatan yang menggambarkan kondisi klinis individu lebih rentan
mengalami masalah Contoh: Resiko ketidakstabialan kadar glukosa darah
berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang manajemen penyakit.
2. Kekurangan volume cairan elektrolit berhubungan dengan gejala polyuria dan
dehidrasi
3. Nutrisi kurang dari kebutuhan berdasarkan dengan gangguan keseimbangan insulin
4. Resiko infeksi berhubungan dengan trauma pada jaringan
5. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan sirkulasi
darah ke perifer.
6. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sirkulasi, gangguan status
metabolic dan gangguan sensasi
Jadi, Diagnosa keperawatan Diabetes Mellitus adalah kondisi klinis yang mengalami
ketidakstabilan kadar glukosa pada darah, dan terlihat lemah atau lesu pada individu yang
terkena Juvenile diabetes atau diabetes mellitus tipe 1.

1.9 Intervensi

Intervensi Keperawatan pada Diabetes Mellitus adalah:

1. Identifikasi kemungkinan penyebab hiperglikemia


2. Identifikasi situasi yang menyebabkan kebutuhan insulin meningkat (Mis.Penyakit
kebutuhan)
3. Monitor Kadar glukosa darah,jika perlu
4. Monitor tanda dan gejala hiperglikemia (Mis.Polyuria,Polydipsia,dan Polyphagia)
5. Monitor Intake dan output cairan
6. Monitor Keton Urine,kadar Analisa gas darah,elektrolit,tekanan darah ortostatik dan
frekuensi nadi

1.10 Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawat dapat dicapai dan
memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikat.
Langkah-langkah evaluasi sebagai berikut :
1. Hasil evaluasi untuk mengatasi masalah ketidakstabilan bahwa pasien sudah tidak
merasa lemas atau lesu.
2. Meski demikian intervensi tetap dilanjutkan dengan tujuan mempertahankan kondisi
yang sudah mulai membaik
Melihat bahasan, yang dimaksud dengan evaluasi merupakan hasil pencapaian yang telah
dilakukan berdasarkan kriteria hasil dan tujuan

1.11 Kesimpulan

Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit gangguan metabolik yang ditandai dengan
hiperglikemia dan kelainan (abnormalitas) dalam metabolisme karbohidrat, lemak dan
protein. Gangguan metabolik ini disebabkan oleh adanya kerusakan sekresi insulin.
sensitivitas insulin, atau keduanya. Diabetes Mellitus dapat digolongkan menjadi Diabetes
Mellitus tipe 1, Diabetes Mellitus tipe 2, dan Diabetes Gestasional. Pengobatan Diabetes
Mellitus bertujuan untuk menghilangkan gejala dan tanda Diabetes Mellitus, tercapainya
pengendalian kadar glukosa dalam darah dan mencegah terjadinya progresivitas penyulit
seperti mikroangiopati dan neuropati.

1.12 Saran

Sebaiknya para pembaca memahami tentang diabetes mellitus dan dapat menerapkan
pengetahuan mengenai penyakit ini, agar banyak yang mengetahui bahaya penyakit tesebut.
Bagi para pembaca hendaknya kita menjaga lingkungan sekitar kita dan mulai bisa
mengontrol makanan yang dapat membuat kadar gula kita naik serta dianjurkan agar kita
mengecek kadar gula kita untuk mewaspadainya dan jangan lupa untuk mengkonsumsi
makanan yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Weinzimer SA,Mangge S (2015).Type 1 Diabetes Mellitus in children. Dalam: Moshang
T Jr.Pediatric endocrinology. Philadelphia: Mosby Inc,h 3-18.

Rustama DS, Subardja D, Oentario MC, Yati NP,Satriono, Harjantien N (2012). Diabetes
Mellitus. Dalam: Jose RL Batubara Bambang Tridjaja AAP Aman B. Pulungan, editor. Buku
Ajar Endokrinologi Anak,Jakarta : Sagung Seto 2012, h 124-161

Lewis,S.L.,Dirksen,S.R.,Heitkemper,M.M.,Bucher,L.&Harding,M.M.M(2014). Medica-
surginal nursing :Assessment and management of clinical problems (9th.ed).St.Louis,Missouri :
Mosby Elsevier

Anda mungkin juga menyukai