OLEH
MUHAMMAD SIDIK
NIM. PO.62.20.1.16.154
B. Etiologi
Etiologi Diabetes Melitus dibagi 2, yaitu:
1. Etiologi diabetes mellitus Tipe I
Pada diabetes mellitus tipe I terdapat bukti adanya suatu respons autoimun. Respon
ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Otoanti body terdapat sel-sel pulau longerhans dan insulin endogen
(internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum
timbulnya tanda-tanda klinis tipe I (Bruner and Suddarth, 2001). Secara garis besar
etiologi DM tipe 1 adalah :
1) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
2) Faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu otoantibodi terhadap sel-sel
pulau Langerhans dan insulin endogen
3) Faktor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta.
Tabel Prevalensi Kejadian Diabetes Mellitus Di Beberapa Negara Tahun 2010 dan 2030
NO Rangking Negara Orang Dengan Rangking Negara Orang Dengan
Tahun 2010 DM (Juta) Tahun 2030 DM (Juta)
1 India 31,7 India 79,4
2 Cina 20,8 Cina 42,3
3 Amerika Serikat 17,7 Amerika Serikat 30,3
4 Indonesia 8,4 Indonesia 21,3
5 Jepang 6,8 Pakistan 13,9
6 Pakistan 5,2 Brazil 11,3
7 Federasi Rusia 4,6 Banglades 11,1
8 Brazil 4,6 Jepang 8,9
9 Italia 4,3 Filipina 7,8
10 Banglades 3,2 Mesir 6,7
. Gejala klinis
Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan
dan tidak disadari oleh penderita. Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan,
sering kencing terutama malam hari dan berat badan yang turun dengan cepat. Disamping itu
kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-
gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu
sering melahirkan bayi diatas 4 kg. Kadang-kadang ada pasien yang pasien sendiri tidak
merasakan adanya keluhan, Mereka mengetahui adanya diabetes hanya karena pada saat
check up ditemukan kadar glukosa darahnya tinggi.
Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah:
1. Keluhan klinik
a. Penurunan Berat Badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan penurunan prestasi
disekolah dan lapangan olah raga juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam
darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk
menghasilkan tenaga.
b. Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat menggangu
penderita, terutama pada waktu malam hari.
c. Banyak minum
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar
melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahartikan. Dikiranya sebab rasa haus
ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus
itu penderita minum banyak.
d. Banyak makan
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah di motabolisasikan menjadi glukosa
dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.
e. Keluhan lain
1) Gangguan saraf tepi/kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu
malam, sehingga mengganggu tidur.
2) Gangguan penglihatan
Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang
mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap
dapat melihat dengan baik.
3) Gatal/bisul
Kelainan bisul berupa gatal, biasanya terjadi didaerah kemaluan atau daerah
lipatan kulit seperti ketika dan dibawah payudara. Sering pula dikeluhkan
timbulnya bisul dan luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.
4) Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara
terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat
yang masih merasa tabu membicarakan maslah seks, apalagi menyangkut
kemampuan atau kejantanan seseorang.
5) Keputihan
Pada wanita keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan
kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.
F. Pemeriksaan Penunjang
1). Cara pemeriksaan TTGO : (Arif Mansjoer, 2001 : 581)
a. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien makan seperti biasa
b. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak
c. Pasien puasa semalam, selama 10-12 jam
d. Glukosa darah puasa diperiksa
e. Diberikan glukosa 75 gram, dilarutkan dalam air 250 ml, dan diminum selama / dalam
waktu 5 menit
f. Diperiksa glukosa darah 1 (satu) jam dan 2 (dua) jam sesudah beban glukosa
g. Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok
2). WHO merekomendasikan pengambilan sampel 2 jam sesudah konsumsi glukosa yaitu :
(Brunner and Suddarth, 2002 : 1225)
a. Glukosa plasma sewaktu/random > 200mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa/nuchter >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 g
karbohidrat (2 jam postprandial/pp) > 200 mg/dl (11,1 mmol/L).
G. Penatalaksaan
1). Penyuluhan
Edukasi DM adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan
bagi penderita DM dengan tujuan merubah prilaku pasien untuk meningkatkan
pemahaman tentang penyakitnya.
2). Perencanaan makanan (Diet)
Penatalaksanaan nutrisi pada diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan mineral).
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
c. Memenuhi kebutuhan energi.
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar
glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis.
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
3). Farmakologis, berupa:
i. Obat Hipoglikemik Oral
a) Sulfonilurea, obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara :
1. Menstimulasi pengelepasan insulin yang tersimpan.
2. Menurunkan ambang sekresi insulin.
3. Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan berat badan normal dan
masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
Klorpropamid kurang dianjurkan pada kaedaan insufisiesi renal dan orang tua
karena risiko hipoglikemia yang berkepanjangan, demikian juga glibenklamid.
Untuk orang tua dianjurkan preparat dengan waktu kerja pendek (tolbutamid,
glikuidon). Glikuidon juga diberikan pada pasien DM dengan gangguan fungsi
ginjal atau hati ringan.
b) Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal.
Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk (Indek Masa Tubuh/IMT >30) sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan
berat lebih (IMT 27-30), dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea.
c) Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase
didalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia pascaprandial.
ii. Insulin
Insulin diperlukan pada keadaan :
a. Penurunan berat badan yang cepat
b. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
c. Ketoasidosis diabetik
d. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
e. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
f. Gagal dengan kombinasi obat hipoglikemik oral (OHO) dosis hampir
maksimal
g. Stres berat (Infeksi sitemik, operasi besar, IMA, stroke)
h. Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
i. Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat
j. Kontraindikasi atau alergi tarhadap OHO
Jenis dan lama kerja Insulin
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni :
a. Insulin kerja cepat (rapid acting
insulin)
b. Insulin kerja pendek (short acting
insulin)
c. Insulin kerja menengah (intermediate
acting insulin)
d. Insulin kerja panjang (long acting
insulin)
e. Insulin campuran tetap (premixed
insulin)
3) Pola eliminasi
Kaji frekuensi, karakteristik, kesulitan/ masalah dan juga pemakaian alat
bantu seperti folley kateter, ukur juga intake dan output setiap shift, adanya
poliuria dan polidipsi.
Proses eliminasi, kaji terhadap frekuensi, karakteristik, kesulitan / masalah
defekasi dan juga pemakaian alat bantu/ intervensi dalam BAB.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan beraktivitas baik sebelum sakit atau keadaan sekarang.
Tanyakan kepada klien adanya keluhan kelelahan, letih, takikardia, takipnea
pada keadaan isitirahat atau aktivitas. Pada kasus DM mengeluh mudah lelah,
letih.
5) Pola tidur dan istirahat
Pada pasien DM, sering terbangun dan tidak bisa tidur karena oleh poliuria.
6) Pola persepsi kognitif
Apabila sudah terjadi komplikasi adanya gangguan penglihatan.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Kaji tingkah laku mengenai dirinya apakah klien pernah mengalami putus
asa/frustasi/stress/ dan bagaimana menurut klien mengenai dirinya.
8) Pola peran hubungan dengan sesama
Apakah peran klien di masyarakat dan keluarga, bagaimana hubungan klien
di masyarakat dan keluarga dan teman sekerjanya. Kaji apakah ada gangguan
komunikasi verbal dan gangguan dalam interaksi dengan anggota keluarga
dan orang lain. System dukungan pasangan atau keluarga terhadap klien
selama sakit.
9) Pola reproduksi seksual
Tanyakan pada klien tentang penggunaan alat kontrasepsi dan permasalahan
yang timbul. Berapa jumlah anak klien dan status pernikahan klien.
10) Pola mekanisme koping dan toleransi stress
Kaji factor yang membuat klien marah dan tidak dapat mengontrol diri,
tempat klien bertukar pendapat dan mekanisme koping yang digunakan
Selma ini. Kaji kedaan klien saat ini terhadap penyesuaian diri, ungkapan,
penyangkalan terhadap diri sendiri.
11) Pola sistem kepercayaan
Kaji apakah klien sering beribadah, klien menganut agama apa. Kaji apakah
ada nilai-nilai tentang agama yang klien anut bertentangan dengan kesehatan
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan diagnostic:
a) Glukosa darah sewaktu: ≥ 200mg/dl bila disertai gejala klasik.
b) Glukosa darah puasa : ≥ 126 mg/dl
c) Test toleransi glukosa: kadar glukosa darah 2jam pada TTGO: ≥ 200
mg/dl
d) Aseton plasma (keton): positif secara mencolok
e) Asam lemak bebas kadar lipid dan kolesterol meningkat
f) Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari
330mOsm/L
g) Elektrolit:
Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
Fosfor : lebih sering menurun
h) Hemoglobin glikosilat: kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan
terahir (lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam
membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden.
2) Pemeriksaan mikroalbumin
a) Mendeteksi komplikasi pada ginjal dan kardiovaskuler
b) Nefropati diabetik
Salah satu komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes
adalah terjadinya nefropatic diabetik yang dapat menyebabkan
gagal ginjal terminal sehingga penderita perlu menjalani cuci
darah atau hemodialisis.
Nefropati diabetik ditandai dengan kerusakan glumerolus ginjal
yang berfungsi sebagai alat sebagai alat penyaring.
Gangguan pada glumerolus ginjal dapat menyebabkan lolosnya
protein albumin ke dalam urine.
Adanya albumin dalam urin (albuminoria) merupakan indikasi
terjadinya mefropati diabetik.
c) Manfaat pemeriksaan Mikroalbumin (MAU)
Diagnosis dini nefropati diabetic
Memperkirankan morbiditas penyakit kardiovaskuler dan
mortalitas pada pasien DM
d) Jadwal pemeriksaan mikroalbuminemia
Untuk DM tipe 1, diperiksa pada masa pubertas atau setelah 5
tahun didiagnosis DM
Untuk DM tipe 2: untuk pemeriksaan awal setelah diagnosis
ditegakan, secara periodic setahun sekali atau sesuai petunjuk
dokter.
3) Pemeriksaan HbA1C atau pemeriksaan A1C
a) Dapat memperkirakan resiko komplikasi akibat DM
b) HbA1c atau A1C
Merupakan senyawa yan g terbentuk dari ikatan antara glukosa
dengan hemoglobin (glycohemoglobin)
Jumlah A1C yang terbentuk , tergantung pada kadar glukosa
darah
Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai
dengan sel darah merah)
Kadar A1C mencerminkan kadarglukosa darah rata-rata dalam
jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan.
c) Manfaat pemeriksaan A1C
Menilai kualitas pengendalian DM
Menilai efek terapi atau perubahan terapi setelah 8-12 minggu
dijalankan
d) Tujuan pemeriksaan A1C
Mencegah terjadinya komplikasi kronik diabetes karena:
A1C da[at memperkirakan resiko berkembangnya komplikasi
diabetes
Komplikasi diabetes dapat muncul jika kadar glukosa darah
terus menerus tinggi dalam jangka panjang
Kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka panjang (2-3 bulan)
dapat diperkirakan dengan pemeriksaan A1C.
e) Jadwal pemeriksaan A1C:
Untuk evaluasi awal setelah diagnosis DM ditepastikan
Secara peridodik (sebagai bagian dari peneglolaan DM) yaitu:
setiap 3 bulan (terutama bila sasaran pengobatan belum
tercapai), minimal 2 kali dalam setahun.
B. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
2. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan kondisi metabolik
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
6. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
berlebih/polifagia.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
8. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.
C. Perencanaan
Merupakan petunjuk tertulis yang disusun dengan komponennya yaitu nomor, hari,
tanggal, jam, nomor diagnosa keperawatan, rencana tindakan serta rasional dalam satu
tabel.
5. Membantu dalam
5. Lakukan perubahan memventilasi semua
posisi, anjurkan batuk daerah paru dan
efektif dan nafas dalam. memobilisasi sekret.