Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN DM DI KOMUNITAS

OLEH
MUHAMMAD SIDIK
NIM. PO.62.20.1.16.154

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PALANGKA RAYA


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN
TAHUN 2020
1. Konsep Dasar Penyakit
A. Definisi
Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti “mengalirkan atau
mengalihkan” (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna manis atau
madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang mengalirkan volume urine
yang banyak dengan kadar glukosa tinggi. Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia
yang ditandai dengan ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas
sel terhadap insulin (Corwin, 2009).
Diabetes melitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh
kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner & Sudarth, 2002).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk
heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat. Jika telah
berkembang penuh secara klinis, maka diabetes melitus ditandai dengan hiperglikemia
puasa dan postprandial, aterosklerotik dan penyakit vaskular mikroangiopati dan neuropati
(Price & Wilson, 2006).
Diabetes mellitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-
duanya (Soegondo, 2002).
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa Diabetes Melitus adalah
peningkatan kadar glukosa dalam darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun
relatif yang dapat menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf dan
pembuluh darah.

B. Etiologi
Etiologi Diabetes Melitus dibagi 2, yaitu:
1. Etiologi diabetes mellitus Tipe I
Pada diabetes mellitus tipe I terdapat bukti adanya suatu respons autoimun. Respon
ini merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan normal tubuh
dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai
jaringan asing. Otoanti body terdapat sel-sel pulau longerhans dan insulin endogen
(internal) terdeteksi pada saat diagnosis dibuat dan bahkan beberapa tahun sebelum
timbulnya tanda-tanda klinis tipe I (Bruner and Suddarth, 2001). Secara garis besar
etiologi DM tipe 1 adalah :
1) Faktor Genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu
predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA
2) Faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah
pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang
dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing, yaitu otoantibodi terhadap sel-sel
pulau Langerhans dan insulin endogen
3) Faktor Lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi
selbeta.

Penyelidikan masih dilakukan untuk menyelidiki kemungkinan faktor-faktor


eksternal yang dapat memicu destruksi sel beta. Sebagai contoh, virus, atau toksin
tertentu dapat memicu proses autoimun yang menimbulkan destruksi sel beta.
2. Etiologi diabetes mellitus tipe II
Faktor-faktor yang menyebabkan diabetes mellitus tipe II antara lain:
a. Faktor-faktor genetik
Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi
insulin.
b. Usia
Resistensi insulin cenderung meningkat pada usia diatas 65 tahun.
c. Obesitas
d. Riwayat keluarga
e. Kelompok etnik
Di Amerika Serikat, golongan hipsonik serta penduduk asli Amerika tertentu
memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk terjadinya diabetes mellitus tipe II
dibandingkan dengan golongan Afro-Amerika.
C. Epidemiologi
Pada tahun 1992, lebih dari 100 juta penduduk dunia menderita DM dan pada
tahun 2000 jumlahnya meningkat menjadi 150 juta yang merupakan 6% dari populasi
dewasa. Amerika Serikat jumlah penderita Diabetes Mellitus pada tahun 1980 mencapai 5,8
juta orang dan pada tahun 2003 meningkat menjadi 13,8 juta orang. Indonesia menempati
urutan keempat dengan jumlah 8,4 penderita diabetes terbesar di dunia setelah India, Cina
dan Amerika Serikat. Dengan prevalensi 8,4% dari total penduduk, diperkirakan pada tahun
1995 terdapat 4,5 juta pengidap diabetes dan pada tahun 2025 diperkirakan meningkat
menjadi 12,4 juta penderita.
Secara epidemiologi, diperkirakan bahwa pada tahun 2030 prevalensi Diabetes
Melitus (DM) di Indonesia mencapai 21,3 juta orang. Sedangkan hasil Riset kesehatan Dasar
(Riskesdas) tahun 2007, diperoleh bahwa proporsi penyebab kematian akibat DM pada
kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan menduduki ranking ke-2 yaitu 14,7%. Dan
daerah pedesaan, DM menduduki ranking ke-6 yaitu 5,8%
Berdasarkan hasil Riskesdas 2007 prevalensi nasional DM berdasarkan
pemeriksaan gula darah pada penduduk usia >15 tahun diperkotaan 5,7%. Prevalensi
nasional Obesitas umum pada penduduk usia >= 15 tahun sebesar 10.3% dan sebanyak 12
provinsi memiliki prevalensi diatas nasional, prevalensi nasional obesitas sentral pada
penduduk Usia >= 15 tahun sebesar 18,8 %  dan sebanyak 17 provinsi memiliki prevalensi
diatas nasional. Sedangkan prevalensi TGT (Toleransi Glukosa Terganggu) pada penduduk
usia >15 tahun di perkotaan adalah 10.2% dan sebanyak 13 provinsi mempunyai prevalensi
diatas prevalensi nasional. Prevalensi kurang makan buah dan sayur sebesar 93,6%, dan
prevalensi kurang aktifitas fisik pada penduduk >10 tahun sebesar 48,2%. Disebutkan pula
bahwa prevalensi merokok setiap hari pada penduduk >10 tahun sebesar 23,7% dan
prevalensi minum beralkohol dalam satu bulan terakhir adalah 4,6%

WHO merekomendasikan bahwa strategi yang efektif perlu dilakukan secara


terintegrasi, berbasis masyarakat melalui kerjasama lintas program dan lintas sektor
termasuk swasta. Dengan demikian pengembangan kemitraan dengan berbagai unsur di
masyarakat dan lintas sektor yang terkait dengan DM di setiap wilayah merupakan kegiatan
yang penting dilakukan. Oleh karena itu, pemahaman faktor risiko DM sangat penting
diketahui, dimengerti dan dapat dikendalikan oleh para pemegang program, pendidik,
edukator maupun kader kesehatan di masyarakat sekitarnya.

Tabel Prevalensi Kejadian Diabetes Mellitus Di Beberapa Negara Tahun 2010 dan 2030
NO Rangking Negara Orang Dengan Rangking Negara Orang Dengan
Tahun 2010 DM (Juta) Tahun 2030 DM (Juta)
1 India 31,7 India 79,4
2 Cina 20,8 Cina 42,3
3 Amerika Serikat 17,7 Amerika Serikat 30,3
4 Indonesia 8,4 Indonesia 21,3
5 Jepang 6,8 Pakistan 13,9
6 Pakistan 5,2 Brazil 11,3
7 Federasi Rusia 4,6 Banglades 11,1
8 Brazil 4,6 Jepang 8,9
9 Italia 4,3 Filipina 7,8
10 Banglades 3,2 Mesir 6,7
. Gejala klinis
Adanya penyakit diabetes mellitus ini pada awalnya seringkali tidak dirasakan
dan tidak disadari oleh penderita. Gejala klasik diabetes adalah rasa haus yang berlebihan,
sering kencing terutama malam hari dan berat badan yang turun dengan cepat. Disamping itu
kadang-kadang ada keluhan lemah, kesemutan pada jari tangan dan kaki, cepat lapar, gatal-
gatal, penglihatan jadi kabur, gairah seks menurun, luka sukar sembuh dan pada ibu-ibu
sering melahirkan bayi diatas 4 kg. Kadang-kadang ada pasien yang pasien sendiri tidak
merasakan adanya keluhan, Mereka mengetahui adanya diabetes hanya karena pada saat
check up ditemukan kadar glukosa darahnya tinggi.
Beberapa keluhan dan gejala yang perlu mendapat perhatian ialah:
1. Keluhan klinik
a. Penurunan Berat Badan (BB) dan rasa lemah
Penurunan berat badan yang berlangsung dalam waktu relatif singkat harus
menimbulkan kecurigaan. Rasa lemah hebat yang menyebabkan penurunan prestasi
disekolah dan lapangan olah raga juga mencolok. Hal ini disebabkan glukosa dalam
darah tidak dapat masuk ke dalam sel, sehingga sel kekurangan bahan bakar untuk
menghasilkan tenaga.
b. Banyak kencing
Karena sifatnya, kadar glukosa darah yang tinggi akan menyebabkan banyak
kencing. Kencing yang sering dan dalam jumlah banyak akan sangat menggangu
penderita, terutama pada waktu malam hari.

c. Banyak minum
Rasa haus amat sering dialami oleh penderita karena banyaknya cairan yang keluar
melalui kencing. Keadaan ini justru sering disalahartikan. Dikiranya sebab rasa haus
ialah udara yang panas atau beban kerja yang berat. Untuk menghilangkan rasa haus
itu penderita minum banyak.
d. Banyak makan
Kalori dari makanan yang dimakan, setelah di motabolisasikan menjadi glukosa
dalam darah tidak seluruhnya dapat dimanfaatkan, penderita selalu merasa lapar.
e. Keluhan lain
1) Gangguan saraf tepi/kesemutan
Penderita mengeluh rasa sakit atau kesemutan terutama pada kaki di waktu
malam, sehingga mengganggu tidur.
2) Gangguan penglihatan
Pada fase awal penyakit diabetes sering dijumpai gangguan penglihatan yang
mendorong penderita untuk mengganti kacamatanya berulang kali agar ia tetap
dapat melihat dengan baik.
3) Gatal/bisul
Kelainan bisul berupa gatal, biasanya terjadi didaerah kemaluan atau daerah
lipatan kulit seperti ketika dan dibawah payudara. Sering pula dikeluhkan
timbulnya bisul dan luka lecet karena sepatu atau tertusuk peniti.
4) Gangguan ereksi
Gangguan ereksi ini menjadi masalah tersembunyi karena sering tidak secara
terus terang dikemukakan penderitanya. Hal ini terkait dengan budaya masyarakat
yang masih merasa tabu membicarakan maslah seks, apalagi menyangkut
kemampuan atau kejantanan seseorang.
5) Keputihan
Pada wanita keputihan dan gatal merupakan keluhan yang sering ditemukan dan
kadang-kadang merupakan satu-satunya gejala yang dirasakan.

F. Pemeriksaan Penunjang
1). Cara pemeriksaan TTGO : (Arif Mansjoer, 2001 : 581)
a. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien makan seperti biasa
b. Kegiatan jasmani sementara cukup, tidak terlalu banyak
c. Pasien puasa semalam, selama 10-12 jam
d. Glukosa darah puasa diperiksa
e. Diberikan glukosa 75 gram, dilarutkan dalam air 250 ml, dan diminum selama / dalam
waktu 5 menit
f. Diperiksa glukosa darah 1 (satu) jam dan 2 (dua) jam sesudah beban glukosa
g. Selama pemeriksaan, pasien yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok

2). WHO merekomendasikan pengambilan sampel 2 jam sesudah konsumsi glukosa yaitu :
(Brunner and Suddarth, 2002 : 1225)
a. Glukosa plasma sewaktu/random > 200mg/dl (11,1 mmol/L)
b. Glukosa plasma puasa/nuchter >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 g
karbohidrat (2 jam postprandial/pp) > 200 mg/dl (11,1 mmol/L).

G. Penatalaksaan
1). Penyuluhan
Edukasi DM adalah pendidikan dan pelatihan mengenai pengetahuan dan keterampilan
bagi penderita DM dengan tujuan merubah prilaku pasien untuk meningkatkan
pemahaman tentang penyakitnya.
2). Perencanaan makanan (Diet)
Penatalaksanaan nutrisi pada diabetes diarahkan untuk mencapai tujuan berikut :
a. Memberikan semua unsur makanan esensial (misalnya vitamin dan mineral).
b. Mencapai dan mempertahankan berat badan yang sesuai.
c. Memenuhi kebutuhan energi.
d. Mencegah fluktuasi kadar glukosa darah setiap harinya dengan mengupayakan kadar
glukosa darah mendekati normal melalui cara-cara yang aman dan praktis.
e. Menurunkan kadar lemak darah jika kadar ini meningkat.
3). Farmakologis, berupa:
i. Obat Hipoglikemik Oral
a) Sulfonilurea, obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara :
1. Menstimulasi pengelepasan insulin yang tersimpan.
2. Menurunkan ambang sekresi insulin.
3. Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.
Obat golongan ini biasanya diberikan pada pasien dengan berat badan normal dan
masih bisa dipakai pada pasien yang beratnya sedikit lebih.
Klorpropamid kurang dianjurkan pada kaedaan insufisiesi renal dan orang tua
karena risiko hipoglikemia yang berkepanjangan, demikian juga glibenklamid.
Untuk orang tua dianjurkan preparat dengan waktu kerja pendek (tolbutamid,
glikuidon). Glikuidon juga diberikan pada pasien DM dengan gangguan fungsi
ginjal atau hati ringan.
b) Biguanid
Biguanid menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai dibawah normal.
Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien
gemuk (Indek Masa Tubuh/IMT >30) sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan
berat lebih (IMT 27-30), dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea.
c) Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase
didalam saluran cerna, sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan
menurunkan hiperglikemia pascaprandial.
ii. Insulin 
Insulin diperlukan pada keadaan :
a. Penurunan berat badan yang cepat
b. Hiperglikemia berat yang disertai ketosis
c. Ketoasidosis diabetik
d. Hiperglikemia hiperosmolar non ketotik
e. Hiperglikemia dengan asidosis laktat
f. Gagal dengan kombinasi obat hipoglikemik oral (OHO) dosis hampir
maksimal
g. Stres berat (Infeksi sitemik, operasi besar, IMA, stroke)
h. Kehamilan dengan DM/diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali
i. Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat
j. Kontraindikasi atau alergi tarhadap OHO
Jenis dan lama kerja Insulin
Berdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi empat jenis, yakni :
a. Insulin kerja cepat (rapid acting
insulin)
b. Insulin kerja pendek (short acting
insulin)
c. Insulin kerja menengah (intermediate
acting insulin)
d. Insulin kerja panjang (long acting
insulin)
e. Insulin campuran tetap (premixed
insulin)

Efek samping terapi insulin


1. Efek samping utama dari terapi
insulin adalah terjadinya hipoglikemia.
2. Efek samping yang lain berupa
reaksi imun terhadap insulin yang dapat menimbulkan alergi insulin atau
resistensi insulin.
Cara penyuntikan insulin
1. Insulin umumnya diberikan dengan suntikan dibawah kulit (subkutan).
Dengan arah alat suntik tegak lurus terhadap permukaan kulit.
2. Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau intravena secara bolus atau
drip.
3. Terdapat sediaan insulin campuran (Mixed Insulin) antara insulin kerja
pendek dan kerja menengah, dengan perbandingan dosis yang tertentu.
Apabila tidak terdapat sediaan insulin campuran tersebut atau diperlukan
perbandingan dosis yang lain, dapat dilakukan pencampuran sendiri antara
kedua jenis insulin tersebut.
4. Lokasi penyuntikan, cara penyuntikan maupun cara penyinpanan insulin harus
dilakukan dengan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat suntik.
5. Apabila diperlikan, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin, semprit insulin
dan jarumnya dapat dipakai lebih dari satu kali oleh diabetisi yang sama.

iii. Manfaat Olahraga bagi Diabetisi :


1. Mengendalikan kadar glukosa darah
2. Menurunkan kelebihan berat badan (mencegah kegemukan)
3. Membantu mengurangi stres
4. Memperkuat otot dan jantung
5. Meningkatkan kadar kolesterol ‘baik’ (HDL)
6. Membantu menurunkan tekanan darah
iv. Perawatan dirumah, sebagai seorang diabetesi sering mengalami gangguan sirkulasi
pada kaki sehingga mudah terkena infeksi bakteri dan jamur sehingga perlu perawatan
kaki. Perawatan tersebut meliputi :
1. Hentikan kebiasaan merokok
2. Periksa jari kaki dan celahnya setiap hari, apakah terdapat kalus, bula, luka lecet
; gunakan cermin untuk melihat telapak kaki dan celah jari kaki.
3. Bersihkan dan cuci kaki setiap hari, lalu keringkan dengan baik terutama
dicelah jari kaki.
4. Pakailah krim khusus untuk kulit yang kering, tetapi hindari pemakaian pada
celah jari kaki.
5. Jangan menggunakan bahan kimia untuk menghilangkan kalus.
6. Hindari penggunaan air panas atau bantal pemanas.
7. Potonglah kuku secara hati-hati dan jangan terlalu dalam.
8. Pakailah kaos kaki yang pas bila kaki terasa dingin ; ganti kaos kaki setiap hari.
9. Jangan berjalan tanpa alas kaki.
10. Pakailah sepatu dari kulit yang cocok untuk kaki.
11. Periksa bagian dalam sepatu setiap hari sebelum memakainya ; periksa adanya
benda asing.
12. Hindari trauma yang berulang.
13. Periksa dini rutin ke dokter dan periksa kaki anda setiap kali kontrol walaupun
ulkus/gangren telah sembuh.
2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
Proses keperawatan adalah metode dimana suatu konsep diterapkan dalam praktek
keperawatan. Proses keperawatan terdiri dari lima tahap yang saling berhubungan yaitu :
A. Pengkajian
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam menentukan
status kesehatan dan pola pertahanan penderita , mengidentifikasikan, kekuatan dan
kebutuhan penderita yang dapt diperoleh melalui anamnese, pemeriksaan fisik,
pemerikasaan laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.
a. Anamnese
1) Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan, alamat,
status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal masuk rumah sakit
dan diagnosa medis.
2) Keluhan Utama
Adanya rasa kesemutan pada kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun,
adanya luka yang tidak sembuh – sembuh dan berbau, adanya nyeri pada
luka.
3) Riwayat kesehatan sekarang
Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya luka serta upaya
yang telah dilakukan oleh penderita untuk mengatasinya.
4) Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit – penyakit lain yang ada
kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas. Adanya
riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis, tindakan medis
yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa digunakan oleh
penderita.
5) Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota keluarga yang
juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat menyebabkan
terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
6) Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang dialami
penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan keluarga terhadap
penyakit penderita.
b. Pemeriksaan fisik
1) Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan, berat badan
dan tanda – tanda vital.
2) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
3) Status neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi.
c. Pengkajian pola fungsi kesehatan menurut Gordon sebagai berikut:

1) Pola persepsi kesehatan yang pernah dialami klien,


Apa upaya dan dimana klien mendapatkan pertolongan kesehatan lalu apa saja
yang membuat status kesehatan klien menurun, termasuk riwayat penggunaan
obat-obatan.
2) Pola nutrisi metabolic
Tanyakan pada klien tentang jenis, frekuensi dan jumlah makan dan minum
klien dalam sehari-hari. Kaji adanya mual-muntah, penggunaan selang enteral,
timbangan berat badan, ukur tinggi badan , hitung berat ideal klien untuk
memperoleh gambaran status nutrisi. Pada gejala awal pasien DM ditemukan
selera makan yang meningkat. Dan pada gejala lanjutan ditemukan mual-
muntah.

3) Pola eliminasi
Kaji frekuensi, karakteristik, kesulitan/ masalah dan juga pemakaian alat
bantu seperti folley kateter, ukur juga intake dan output setiap shift, adanya
poliuria dan polidipsi.
Proses eliminasi, kaji terhadap frekuensi, karakteristik, kesulitan / masalah
defekasi dan juga pemakaian alat bantu/ intervensi dalam BAB.
4) Pola aktivitas dan latihan
Kaji kemampuan beraktivitas baik sebelum sakit atau keadaan sekarang.
Tanyakan kepada klien adanya keluhan kelelahan, letih, takikardia, takipnea
pada keadaan isitirahat atau aktivitas. Pada kasus DM mengeluh mudah lelah,
letih.
5) Pola tidur dan istirahat
Pada pasien DM, sering terbangun dan tidak bisa tidur karena oleh poliuria.
6) Pola persepsi kognitif
Apabila sudah terjadi komplikasi adanya gangguan penglihatan.
7) Pola persepsi dan konsep diri
Kaji tingkah laku mengenai dirinya apakah klien pernah mengalami putus
asa/frustasi/stress/ dan bagaimana menurut klien mengenai dirinya.
8) Pola peran hubungan dengan sesama
Apakah peran klien di masyarakat dan keluarga, bagaimana hubungan klien
di masyarakat dan keluarga dan teman sekerjanya. Kaji apakah ada gangguan
komunikasi verbal dan gangguan dalam interaksi dengan anggota keluarga
dan orang lain. System dukungan pasangan atau keluarga terhadap klien
selama sakit.
9) Pola reproduksi seksual
Tanyakan pada klien tentang penggunaan alat kontrasepsi dan permasalahan
yang timbul. Berapa jumlah anak klien dan status pernikahan klien.
10) Pola mekanisme koping dan toleransi stress
Kaji factor yang membuat klien marah dan tidak dapat mengontrol diri,
tempat klien bertukar pendapat dan mekanisme koping yang digunakan
Selma ini. Kaji kedaan klien saat ini terhadap penyesuaian diri, ungkapan,
penyangkalan terhadap diri sendiri.
11) Pola sistem kepercayaan
Kaji apakah klien sering beribadah, klien menganut agama apa. Kaji apakah
ada nilai-nilai tentang agama yang klien anut bertentangan dengan kesehatan
d. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan diagnostic:
a) Glukosa darah sewaktu: ≥ 200mg/dl bila disertai gejala klasik.
b) Glukosa darah puasa : ≥ 126 mg/dl
c) Test toleransi glukosa: kadar glukosa darah 2jam pada TTGO: ≥ 200
mg/dl
d) Aseton plasma (keton): positif secara mencolok
e) Asam lemak bebas kadar lipid dan kolesterol meningkat
f) Osmolalitas serum: meningkat tetapi biasanya kurang dari
330mOsm/L
g) Elektrolit:
Natrium : mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium : normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),
selanjutnya akan menurun.
Fosfor : lebih sering menurun
h) Hemoglobin glikosilat: kadarnya meningkat 2-4 kali lipat dari
normal yang mencerminkan control DM yang kurang selama 4 bulan
terahir (lama hidup SDM) dan karenanya sangat bermanfaat dalam
membedakan DKA dengan control tidak adekuat versus DKA yang
berhubungan dengan insiden.
2) Pemeriksaan mikroalbumin
a) Mendeteksi komplikasi pada ginjal dan kardiovaskuler
b) Nefropati diabetik
 Salah satu komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit diabetes
adalah terjadinya nefropatic diabetik yang dapat menyebabkan
gagal ginjal terminal sehingga penderita perlu menjalani cuci
darah atau hemodialisis.
 Nefropati diabetik ditandai dengan kerusakan glumerolus ginjal
yang berfungsi sebagai alat sebagai alat penyaring.
 Gangguan pada glumerolus ginjal dapat menyebabkan lolosnya
protein albumin ke dalam urine.
 Adanya albumin dalam urin (albuminoria) merupakan indikasi
terjadinya mefropati diabetik.
c) Manfaat pemeriksaan Mikroalbumin (MAU)
 Diagnosis dini nefropati diabetic
 Memperkirankan morbiditas penyakit kardiovaskuler dan
mortalitas pada pasien DM
d) Jadwal pemeriksaan mikroalbuminemia
 Untuk DM tipe 1, diperiksa pada masa pubertas atau setelah 5
tahun didiagnosis DM
 Untuk DM tipe 2: untuk pemeriksaan awal setelah diagnosis
ditegakan, secara periodic setahun sekali atau sesuai petunjuk
dokter.
3) Pemeriksaan HbA1C atau pemeriksaan A1C
a) Dapat memperkirakan resiko komplikasi akibat DM
b) HbA1c atau A1C
 Merupakan senyawa yan g terbentuk dari ikatan antara glukosa
dengan hemoglobin (glycohemoglobin)
 Jumlah A1C yang terbentuk , tergantung pada kadar glukosa
darah
 Ikatan A1c stabil dan dapat bertahan hingga 2-3 bulan (sesuai
dengan sel darah merah)
 Kadar A1C mencerminkan kadarglukosa darah rata-rata dalam
jangka waktu 2-3 bulan sebelum pemeriksaan.
c) Manfaat pemeriksaan A1C
 Menilai kualitas pengendalian DM
 Menilai efek terapi atau perubahan terapi setelah 8-12 minggu
dijalankan
d) Tujuan pemeriksaan A1C
 Mencegah terjadinya komplikasi kronik diabetes karena:
 A1C da[at memperkirakan resiko berkembangnya komplikasi
diabetes
 Komplikasi diabetes dapat muncul jika kadar glukosa darah
terus menerus tinggi dalam jangka panjang
 Kadar glukosa darah rata-rata dalam jangka panjang (2-3 bulan)
dapat diperkirakan dengan pemeriksaan A1C.
e) Jadwal pemeriksaan A1C:
 Untuk evaluasi awal setelah diagnosis DM ditepastikan
 Secara peridodik (sebagai bagian dari peneglolaan DM) yaitu:
setiap 3 bulan (terutama bila sasaran pengobatan belum
tercapai), minimal 2 kali dalam setahun.

B. Diagnosa keperawatan
1. Kekurangan volume cairan tubuh berhubungan dengan diuresis osmotik.
2. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan  tubuh berhubungan dengan
ketidakcukupan insulin, penurunan masukan oral.
3. Kurang pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan kebutuhan pengobatan
berhubungan dengan kurangnya pemajanan/mengingat, kesalahan interpretasi
informasi.
4. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan kondisi metabolik
5. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan
6. Perubahan nutrisi lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan
berlebih/polifagia.
7. Resiko infeksi berhubungan dengan hyperglikemia.
8. Resiko tinggi terhadap perubahan persepsi sensori berhubungan dengan
ketidakseimbangan glukosa/insulin dan atau elektrolit.

C. Perencanaan
Merupakan petunjuk tertulis yang disusun dengan komponennya yaitu nomor, hari,
tanggal, jam, nomor diagnosa keperawatan, rencana tindakan serta rasional dalam satu
tabel.

Perencanaan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus (DM)

No Hari/ Dx Kep Tujuan dan kriteria Rencana Keperawatan Rasional


tgl/ hasil
waktu

1 Kekurangan Setelah 1. Pantau tanda-tanda vital. 1. Hypovolemia dapat


volume diberikan dimanifestasikan oleh
cairan tubuh asuhan hipotensi dan
berhubunga keperawatan takikardia.
n dengan selama ..x24 2. Kaji nadi 1. Merupakan
diuresis jam perifer, pengisian indikator dari tingkat
osmotik. diharapkan kapiler, turgor kulit, dan dehidrasi, atau
pasien dapat membran mukosa. volume sirkulasi yang
Mendemonst 3. Pantau adekuat.
rasikan masukan dan keluaran, 2. Memberika
hidrasi catat berat jenis urine. n perkiraan kebutuhan
adekuat akan cairan
dengan pengganti, fungsi
kriteria ginjal, dan keefektifan
hasil : tanda . dari terapi yang
vital stabil, diberikan
4. Timbang berat
nadi perifer 3. Memberika
badan setiap hari
dapat diraba, n hasil pengkajian
turgor kulit yang terbaik dari
dan pengisian status cairan yang
kapiler baik, sedang berlangsung
haluaran dan selanjutnya dalam
urine tepat memberikan cairan
secara pengganti.
individu, dan
5. Berikan terapi
kadar 4. Tipe dan
cairan sesuai indikasi
elektrolit jumlah dari cairan
dalam batas tergantung pada
normal. derajat kekurangan
cairan dan respons
pasien secara
individual.
2 Perubahan Setelah diberikan 1. Tentukan program diet 1. Mengidentifikasi
status asuhan keperawatan dan pola makan pasien kekurangan dan
nutrisi selama ..x24 jam dan bandingkan dengan penyimpangan dari
kurang dari diharapkan pasien makanan yang dapat kebutuhan terapeutik.
kebutuhan  dapat memperoleh dihabiskan oleh pasien.
tubuh nutrisi yang cukup 2. Timbang berat badan 2. Mengkaji pemasukan
berhubunga bagi tubuh, dengan setiap hari atau sesuai makanan yang
n dengan kriteria hasil: indikasi. adekuat (termasuk
ketidakcuku absorbsi dan
-    Mencerna
p-an insulin, utilisasinya).
jumlah
penurunan 3. Jika makanan yang
kalori/nutrien 3. Identifikasi makanan
masukan disukai pasien dapat
yang yang
oral dimasukkan dalam
tepat,Menunj disukai/dikehendaki
perencanaan makan,
ukkan tingkat termasuk kebutuhan
kerjasama ini dapat
energi etnik/kultural.
diupayakan setelah
biasanya,
pulang.
Berat badan
4. Meningkatkan rasa
stabil atau
4. Libatkan keluarga pasien keterlibatannya;
bertambah.
pada perencanaan makan memberikan
sesuai indikasi. informasi pada
keluarga untuk
memahami nutrisi
pasien.
5. Insulin reguler
memiliki awitan
5. Kolaborasi pemberikan
cepat dan karenanya
pengobatan insulin
dengan cepat pula
secara teratur sesuai
dapat membantu
indikasi.
memindahkan
glukosa ke dalam sel.

3 Kurang Setelah diberikan 1. Ciptakan lingkungan 1. Menanggapai dan


pengetahua asuhan keperawatan saling percaya memperhatikan perlu
n tentang selama ..x24 jam diciptakan sebelum
penyakit, diharapkan pasien pasien bersedia
prognosis dapat memahami mengambil bagian
dan tentang penyakit dalam proses belajar.
kebutuhan yang dideritanya 2. Memberikan
2. Diskusikan dengan klien
pengobatan dengan kriteria pengetahuan dasar
tentang penyakitnya
berhubunga hasil dimana pasien dapat
n dengan :Mengungkapkan membuat
kurangnya pemahaman tentang pertimbangan dalam
pemajanan/ penyakit, memilih gaya hidup.
mengingat, Mengidentifikasi 3. Kesadaran tentang
kesalahan hubungan 3. Diskusikan tentang pentingnya kontrol
interpretasi tanda/gejala dengan rencana diet, diet akan membantu
informasi. proses penyakit dan penggunaan makanan pasien dalam
menghubungkan tinggi serat. merencanakan
gejala dengan faktor makan/mentaati
penyebab. Dengan program.
benar melakukan 4. Membantu untuk
prosedur yang perlu  mengontrol proses
4. Diskusikan pentingnya
dan menjelaskan penyakit dengan lebih
untuk melakukan
rasional tindakan. ketat.
evaluasi secara teratur
dan jawab pertanyaan
pasien/orang terdekat.

4 Kerusakan NOC: NIC:Pressure Manajemen


integritas Tissue Integrity :
a. Anjurkan pasien untuk a. Mencegah terjadinya
kulit skin dan mucous
menggunakan pakaian gesekan antara baju
berhubunga membranes
longgar dengan kulit
n dengan kriteria hasil :
b. Hindari kerutas pada b. Mencegah terjadinya
perubahan 1. Integritas kulit
tempat tidur gesekan dari tempat
kondisi yang baik bisa
tidur ke kulit
metabolik dipertahankan
c. Menjaga kebersihan
c. Jaga kebersihan kulit
2. Tidak ada luka / agar tetap bersih dan kulit agar tetap bersih
lesi pada kulit kering dan kering
3. Perfusi jaringan
baik d. Mobilisasi pasien
d. Mencegah terjadinya
4. Menunjukan (mengubah posisi)
luka pada kulit akibat
pemahaman setiap dua jam
posisi yang monoton
dalam proses
perbaikan kulit
dan mencegah e. Monitor aktifitas dan e. Mengetahui kegiatan
terjadinya cedera mobilisasi pasien pasien dan untuk
berulang perencanaan
5. Mampu seleanjutnya
melindungi kulit
dan
mempertahankan
kelembaban kulit
dan perawatan
alami
5 Intoleransi NOC : NIC :
aktifitas  energy 1. Bantu klien untuk 1. Mengetahui tingkat
berhubunga conservation mengidentifikasi kemampuan aktifitas
n dengan  activity aktivitas yang akan pasien
kelemahan tolerance dilakukan
 self care 2. Bantu untuk memilih
2. Membantu aktivitas
Kriteria aktivitas konsisten yang
pasien secara bertahap
hasil : sesuai dengan
dan mandiri
kemampuan fisik,
 Berpartisipasi
psikologi dan sosial
dalam aktivitas
3. Bantu untuk
fisik tanda 3. Membantu aktivitas
mengidentifikasi dan
disertai pasien secara bertahap
mendapatkan sumber
peningkayan dan mandiri
tekanan darah yang diperlukan untuk
 Mampu aktifitas ang diinginkan
melakukan
4. Membantu
aktivitas sehari- 4. Bantu pasien untuk
mempercepat
hari (ADL) mengidentifikasi
kesembuhan pasien
secara mandiri aktivitas yang disukai

6 Perubahan Setelah  Anjurkan pasien untuk  Pasien tidak menunda


nutrisi lebih diberikan mengikuti jadwal diet jadwal makan sehingga
dari asuhan yang telah diprogramkan. tidak terjadi
kebutuhan keperawatan hipoglikemia.
tubuh selama 3 x 24  Menghindari
 Pantau jadwal makan
berhubunga jam, kemungkinan
pasien.
n dengan diharapkan terjadinya
asupan nutrisi pasien hipoglikemia.
berlebih/pol seimbang  Untuk memeriksa
ifagia. dengan kemungkinan tanda dan
Kriteria gejala hiperglikemia
 Perbaiki status nutrisi
Hasil: dan ketoasidosis.
melalui pemberian diet
Nutritional  Untuk menurunkan
yang direncanakan bagi
Status kadar glukosa dalam
pasien DM
darah.
 makan habis 1  Pantau asupan nutrisi
 Untuk mempercepat
porsi pasien setiap hari dan kaji
kesembuhan pasien
 Teridentifikasinya catatan glukosa darah
kebutuhan nutrisi  Libatkan keluarga pasien
dan berat badan pada perencanaan makan
yang terkontrol sesuai dengan indikasi.
7 Resiko Setelah 1. Observasi tanda-tanda 1. Pasien mungkin
diberikan
infeksi infeksi dan peradangan. masuk dengan infeksi
asuhan
berhubunga keperawatan yang biasanya telah
selama ..x24
n dengan mencetuskan keadaan
jam
hyperglike- diharapkan ketoasidosis atau
pasien dapat
mia. dapat mengalami
mencegah
atau infeksi nosokomial.
menurunkan
risiko infeksi
2. Mencegah timbulnya
dengan 2. Tingkatkan upaya untuk
kriteria hasil: infeksi silang.
pencegahan dengan
Mendemonst
rasikan melakukan cuci tangan
teknik,
yang baik pada semua
perubahan
gaya hidup orang yang berhubungan
untuk
dengan pasien termasuk
mencegah
terjadinya pasiennya sendiri.
infeksi.
3. Pertahankan teknik 3. Kadar glukosa yang
aseptik pada prosedur tinggi dalam darah
invasif. akan menjadi media
terbaik bagi
pertumbuhan kuman.

4. Sirkulasi perifer bisa


4. Berikan perawatan kulit terganggu yang
dengan teratur dan menempatkan pasien
sungguh-sungguh. pada peningkatan
resiko terjadinya
kerusakan pada
kulit/iritasi kulit dan
infeksi.

5. Membantu dalam
5. Lakukan perubahan memventilasi semua
posisi, anjurkan batuk daerah paru dan
efektif dan nafas dalam. memobilisasi sekret.

8 Resiko Setelah 1. Pantau tanda-tanda vital 1. Sebagai dasar untuk


diberikan
tinggi dan status mental. membandingkan
asuhan
terhadap keperawatan temuan abnormal
selama ..x24
perubahan 2. Panggil pasien dengan 2. kebingungan dan
jam
persepsi diharapkan nama, orientasikan membantu untuk
pasien dapat
sensori kembali sesuai dengan mempertahankan
mempertahan
berhubunga kan tingkat kebutuhannya. kontak dengan
mental biasa
n dengan realitas.
dengan
ketidakseim kriteria hasil 3. Membantu
pasien dapat 3. Pelihara aktivitas rutin
bangan memelihara pasien
mengendalik
pasien sekonsisten
glukosa/ins an dan tetap berhubungan
mengkompen mungkin, dorong untuk
ulin dan dengan realitas dan
sasikan
melakukan kegiatan
atau adanya mempertahankan
kerusakan sehari-hari sesuai
elektrolit. orientasi pada
sensoris
kemampuannya.
lingkungannya.
4. Neuropati perifer
4. Selidiki adanya keluhan
dapat mengakibatkan
parestesia, nyeri atau
rasa tidak nyaman
kehilangan sensori pada
yang berat,
paha/kaki.
kehilangan sensasi
sentuhan/distorsi yang
mempunyai resiko
tinggi terhadap
kerusakan kulit dan
gangguan
keseimbangan.
DAFTAR PUSTAKA.
Brunner & Suddart.2013.Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 12. EGC: Jakarta.
Carpenito,Lynda Jual.2012.Buku Saku Diagnosis Keperawatan Edisi 13. Jakarta : EGC
Doengoes Marilynn E. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman Untuk
Perencanaan Dan Pendokumentasian Perawatan. Edisi 3. EGC. Jakarta.
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius.

Nurarif, Amin Huda & Kusumna, Hardi.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis Nanda Nic Noc. Yogyakarta: MedAction.
Price & Wilson.2006. Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Sujono & Sukarmin.2008. Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Eksokrin &
Endokrin pada Pankreas. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Anda mungkin juga menyukai