Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Selulitis merupakan peradangan akut terutama menyerang jaringan dermis
dan subkutis. Penyakit kulit yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus,
atau oleh keduanya disebut pioderma. Penyebab utamanya ialah
Staphylococcus aureus dan Streptococcus B hemolyticus, sedangkan
Staphylococcus epidermidis merupakan penghuni normal di kulit dan jarang
menyerang infeksi. Faktor predisposisi pioderma adalah higieneyang kurang,
menurunnya daya tahan tubuh, dan telah ada penyakit lain di kulit. Salah satu
bentuk pioderma adalah selulitis. Faktor risiko untuk terjadinya infeksi ini adalah
trauma lokal (robekan kulit), luka terbuka di kulit atau gangguan pembuluh vena
maupun pembuluh getah bening. Lebih dari 40% penderita selulitis memiliki
penyakit sistemik. Penyakit ini biasanya didahului trauma, karena itu tempat
predileksinya di tungkai bawah. Gejala prodormal  selulitis adalah demam dan
malaise, kemudian diikuti tanda-tanda peradangan yaitu bengkak (tumor), nyeri
(dolor), kemerahan (rubor), dan teraba hangat (kalor) pada area tersebut  (buku
merah) (Hadzovic, dkk, 2012).
Adanya invasi bakteri dan melakukan infeksi ke lapisan dermis atau
subkutis biasanya terjadi setelah adanya suatu luka atau gigitan di kulit kondisi
invasi kemudian berlanjut dengan lesi kemerahan yang membengkak di kulit serta
terasa hangat dan nyeri. ( Muttaqin, 2009). Penyebab selulitis terjadi manakala
bakteri tersebut masuk melelui kulit yang bercelah terutama celah antara selaput
jari kaki, tumit, kulit terbuka, dan bekas sayatan pembedahan ( lymphadenectomy,
mastectomi, postvenectomi).( Tierney, 2003).
Gejala awal berupa kemerahan dan nyeri tekan yang terasa di suatu daerah
kecil di kulit. Kulit yang terinfeksi menjadi panas dan bengkak tampak seperti
kulit jeruk yang mengelopos (peau d’orange). ( Siregar, 2005 ). Kompikasi
selulitis meliputi diabetic dan pasien penyakit vaskular perifer dapat memerlukan
terapi yang lebih intensif dan jangka lebih panjang karena penetrasi jaringan parah
oleh antibiotik dan penyembuhan lambat ( Nettina, 2002)

1
Selulitis di beberapa Negara di Asia ( exstrapolated statistic ) menentukan
angka kejadian di indonesia 318.332 orang. Yang terbesar cina sebanyak
3.247.119 orang dan India sebanyak 2.662.676. orang. Di Amerika di perkirakan
400 atau 0.2 % atau 680.00 orang menderita selulitis ( Glenda, 2009).
Prevalensi selulitis di seluruh dunia tidak diketahui secara pasti. Sebuah
studi tahun 2006 melaporkan insidensi selulitis di Utah, AS, sebesar 24,6 kasus
per 1000 penduduk per tahun dengan insidensi terbesar pada pasien laki-laki dan
usia 45-64 tahun. Secara garis besar, terjadi peningkatan kunjungan ke pusat
kesehatan di Amerika Serikat akibat penyakit infeksi kulit dan jaringan lunak kulit
yaitu dari 32,1 menjadi 48,1 kasus per 1000 populasi dari 1997-2005 dan pada
tahun 2005 mencapai 14,2 juta kasus (5). Data rumah sakit di Inggris melaporkan
kejadian selulitis sebanyak 69.576 kasus pada tahun 2004-2005, selulitis di
tungkai menduduki peringkat pertama dengan jumlah 58.824 kasus (3). Data
rumah sakit di Australia melaporkan insidensi selulitis sebanyak 11,5 per 10.000
populasi pada tahun 2001-2002. Di Spanyol dilaporkan 8,6% (122 pasien) dalam
periode 5 tahun menderita erysepelas dan selulitis (a). Banyak penelitian yang
melaporkan kasus terbanyak terjadi pada laki-laki, usia dekade keempat hingga
dekade kelima, dan lokasi tersering di ekstremitas bawah.
Penatalaksanaan pada pasien selulitis adalah dapat di obati dengan
antibiotika oral sebagai pasien rawat jalan jika gejalanya terlokalisasi tanpa
demam, bila ada gejala sistematik, harus di rawat di rumah sakit untuk
mendapatkan antibiotika intravena IV. Kompres hangat di berikan di daerah itu,
lokasi ini di tinggikan dan diimobilisasikan bila mungkin Asetaminiofen di
berikan seperlunya untuk mengatasi demam dan nyeri. Selama 24 jam sampai 36
jam pertama setelah pemberian antibiotik. Umumnya selulitis akan tampak
membaik, pemberian antibiotik dapat di ganti dari IV menjadi oral bila gejala
kemerahan, hangat, dan pembengkakan telah berkurang secara nyata. Total
lamanya pemberian antibiotik kira-kira 10 – 14 hari. Insisi dan drainase dapat di
lakukan jika daerah itu menjadi supuratis (Cecily, 2002).
Tanggung jawab perawat bagi pasien selulitis meliputi pertahankan infuse
IV atau akses venci untuk memberikan antibiotik IV bila di indikasi kan, anjurkan
posisi nyaman dan imobilisasi area yang sakit. Berikan mandi hangat untuk

2
menghilangkan inflamasi dan meningkatkan drainase dan berikan atau anjurkan
pemberian sendiri analgetik sesuai ketentuan pantau terhadap efek samping.
( Nettina,2002). Selulitis lebih banyak terjadi pada laki-laki dari pada perempuan,
5 sampai 14 % kasus selulitis pada anak di sebabkan oleh H. influenzae tipe B.
lebih dari 85 % anak dengan selulitis H. influenzae tipe B berusia kurang dari dua
tahun. Peran H. influenzae tipe B harus berkurang secara signifikan karena bayi
secara rutin menerima vaksin terkait ( Cecily, 2002).
Dalam melakukan kelolaan kasus Aplikasi Manajemen Asuhan
Keperawatan Klien Dengan Selulitis Berdasarkan Pendekatan Teori Keperawatan
Sister Callista Roy, banyak ditemukan sisi positif dan negatif dari penggunaannya.
Teori adaptasi Roy di pilih karena klien dengan selulitis pada kasus ini tidak bisa
untuk melakukan aktivitas nya sendiri. Dengan kata lain harus dibantu dalam
melaksanakan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan sehari – harinya selama di
Rumah Sakit baik oleh perawat maupun oleh keluarga.
Menurut teori adaptasi roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu
seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri,
fungsi peran, dan hubugan interdependensi selama sehat dan sakit. Hal ini menjadi
hal positif yang digunakan/ mendasari penggunaan teori ini mengkaji klien
dengan selulitis. Roy mengaharapkan agar klien mampu beradaptasi dengan
penyakit maupun dengan lingkungannya. Tetapi model konsep adaptasi roy ini
sangat sukar dalam pelaksanaan aplikasi di Rumah Sakit karena aspek yang dikaji
sangat banyak dan kompleks.
Model adaptasi Roy memberikan petunjuk untuk perawat dalam
mengembangkan proses keperawatan. Elemen dalam proses keperawatan menurut
Roy meliputi pengkajian tahap pertama dan kedua, diagnosa, tujuan, intervensi,
dan evaluasi, langkah-langkah tersebut sama dengan proses keperawatan secara
umum untuk menangani masalh selulitis.
1.2 Tujuan Penulisan
A. Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang asuhan keperawatan pada klien
dengan masalah selulitis.

3
B. Tujuan Khusus
1. Memberikan gambaran tentang konsep dasar masalah selulitis.
2. Memberikan gambaran tentang konsep penatalaksanaan
keperawatan klien dengan masalah selulitis.
3. Memberikan gambaran tentang aplikasi asuhan keperawatan
pada klien dengan masalah selulitis.
4. Memberikan gambaran tentang trends dan issue yang berkait

Anda mungkin juga menyukai