Anda di halaman 1dari 11

BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Morbili adalah infeksi virus akut yang menular yang ditandai dengan 3 stadium yaitu
stadium kataral (prodormal), erupsi dan konvalensi.

Epidemiologi

Kira-kira 30 juta kasus campak dilaporkan setiap tahunnya. Insiden terbanyak terjadi
di Afrika. Biasanya penyakit campak ini terjadi pada masa anak dan kemudian menyebabkan
kekebalan seumur hidup. Berdasarkan penelitian di Amerika, lebih dari 50% kasus campak
terjadi pada usia 5-9 tahun. Bayi yang dilahirkan dari ibu yang menderita campak akan
mendapat kekebalan secara pasif melalui plasenta sampai umur 4-6 bulan, dan setelah itu
kekebalan menurun sehingga bayi dapat menderita campak. Bila si ibu belum pernah
menderita campak, maka bayi yang dilahirkannya tidak mempunyai kekebalan sehingga
dapat menderita campak begitu dilahirkan. Bila seorang wanita menderita campak ketika dia
hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus. Bila menderita
campak pada usia kehamilan trimester pertama, kedua atau ketiga maka mungkin dapat
melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan, atau seorang anak dengan berat badan
lahir rendah atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.

Etiologi

Penyebab campak adalah measles virus (MV), genus virus morbili, famili
paramyxoviridae yang merupakan virus RNA. Virus ini menjadi tidak aktif bila terkena
panas, sinar, pH asam, ether, dan trypsin dan hanya bertahan kurang dari 2 jam di udara
terbuka. Virus campak ditularkan lewat droplet, menempel dan berbiak pada epitel
nasofaring. Pada masa prodormal virus dapat ditemukan pada nasofaring, darah dan urin.
Virus ini masuk melalui saluran pernafasan terutama bagian atas, juga kemungkinan melalui
kelenjar air mata. Dua sampai tiga hari setelah invasi, replikasi dan kolonisasi berlanjut pada
kelenjar limfe regional dan terjadi viremia yang pertama. Virus menyebar pada semua sistem
retikuloendotelial dan menyusul viremia kedua setelah 5-7 hari dari infeksi awal. Adanya
giant cells dan proses keradangan merupakan dasar patologik ruam dan infiltrat peribronchial
paru. Juga terdapat edema, bendungan dan perdarahan yang tersebar pada otak. Kolonisasi
dan penyebaran pada epitel dan kulit menyebabkan batuk, pilek, mata merah (3 C : coryza,
cough and conjuctivitis) dan demam yang makin lama makin tinggi. Gejala panas, batuk,
pilek makin lama makin berat dan pada hari ke 10 sejak awal infeksi (pada hari penderita
kontak dengan sumber infeksi) mulai timbul ruam makulopapuler warna kemerahan. Virus
dapat berbiak juga pada susunan saraf pusat dan menimbulkan gejala klinik encefalitis.
Setelah masa konvelesen pada turun dan hipervaskularisasi mereda dan menyebabkan ruam
menjadi makin gelap, berubah menjadi desquamasi dan hiperpigmentasi. Proses ini
disebabkan karena pada awalnya terdapat perdarahan perivaskuler dan infiltrasi limfosit

Manifestasi Klinis

1. Inkubasi

Biasanya tanpa gejala dan berlangsung 10-12 hari.

2. Prodromal (Kataral)

Biasanya berlangsung 2-5 hari. Gejala yang utama muncul adalah demam, yang terus
meningkat hingga mencapai puncaknya suhu 39,40– 40,60C pada hari ke- 4 atau 5, yaitu
pada saat ruam muncul. Gejala lain yang juga bisa muncul batuk, koriza, faring
hiperemis, nyeri menelan, stomatitis, dan konjungtivitis. Menjelang akhir fase stadium
prodormal dan 24 jam sebelum timbulnya enatema, timbul bercak koplik yang
patognomonis untuk morbili. Bercak koplik ini berwarna putih kelabu, sebesar ujung
jarum dikelilingi eritema yang terdapat pada mukosa bukalis yang berhadapan dengan
dengan molar. Jarang ditemukan pada bibir bawah. Bercak Koplik ini menghilang setelah
1-2 hari munculnya rash.

Kadang-kadang, fase prodormal dapat menjadi lebih berat, ditandai oleh adanya
demam tinggi mendadak, kadang-kadang dengan kejang, dan bahkan pneumonia.
Biasanya koriza, batuk dan demam semakin bertambah berat sampai pada waktu ruam
telah merata diseluruh tubuh.
3. Erupsi (Rash)

Terjadinya eritema berbentuk makula-papula disertai menaiknya suhu badan. Ruam


ini muncul pertama pada daerah batas rambut dan dahi, serta belakang telinga kemudian
menyebar dengan cepat pada seluruh muka, leher, lengan atas dan bagian atas dada pada
sekitar 24 jam pertama. Selama 24 jam berikutnya ruam menyebar ke seluruh punggung,
abdomen, seluruh lengan, dan paha. Ruam umumnya saling menyatu sehingga pada muka
dan dada menjadi confluent. Ruam ini bertahan selama 5-6 hari. Suhu naik mendadak
ketika ruam muncul dan sering mencapai 40-40,5 °C. Penderita saat ini mungkin tampak
sangat sakit, tetapi dalam 24 jam sesudah suhu turun mereka pada dasarnya tampak baik.
Selain itu, batuk dan diare menjadi bertambah parah sehingga anak bisa mengalami sesak
nafas atau dehidrasi. Tidak jarang pula disertai muntah dan anoreksia. Otitis media,
bronkopneumonia, dan gejala-gejala saluran cerna, seperti diare dan muntah, lebih sering
pada bayi dan anak kecil. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Terjadi
pembesaran kelenjar getah bening di sudut mandibula dan di daerah leher belakang.
Dapat pula terjadi sedikit splenomegali. Ketika ruam mencapai kaki pada hari ke 2-3,
ruam ini mulai menghilang dari muka. Hilangnya ruam menuju ke bawah pada urutan
yang sama dengan ketika ruam muncul.

4. Konvalensi

. Ruam kulit menjadi kehitaman dan mengelupas (hiperpigmentasi) yang akan


menghilang setelah 1-2 minggu. Hiperpigmentasi merupakan gejala yang patognomonik
untuk morbili. Pada penyakit lain dengan eritema atau eksentema ruam kulit menghilang
tanpa hiperpigmentasi.

Diagnosis

Diagnosis dari morbili dibuat berdasarkan anamnesis dan gambaran klinis yang khas.
Selain itu diperlukan juga pemeriksaan laboratorium untuk memastikan diagnosis dari
morbili. Pada pemeriksaan darah didapatkan jumlah leukosit normal atau meningkat apabila
ada komplikasi infeksi bakteri. Pemeriksaan antibodi IgM merupakan cara tercepat untuk
memastikan adanya infeksi campak akut. Karena IgM mungkin belum dapat dideteksi pada 2
hari pertama munculnya rash, maka untuk mengambil darah pemeriksaan IgM dilakukan
pada hari ketiga untuk menghindari adanya false negative. Titer IgM mulai sulit diukur pada
4 minggu setelah muncul rash. Sedangkan IgG antibodi dapat dideteksi 4 hari setelah rash
muncul, terbanyak IgG dapat dideteksi 1 minggu setelah onset sampai 3 minggu setelah
onset. IgG masih dapat ditemukan sampai beberapa tahun kemudian. Virus measles dapat
diisolasi dari urine, nasofaringeal aspirat, darah yang diberi heparin, dan swab tenggorok
selama masa prodromal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Virus dapat tetap aktif
selama sekurang-kurangnya 34 jam dalam suhu kamar. Pungsi lumbal pada orang ensefalitis
karena morbili menunjukkan kenaikan protein serta sedikit kenaikan limfosit. Glukosa dalam
batas normal.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding dari morbili

a. Eksentema Subitum : pada penyakit ini, ruam baru muncul setelah demam
menghilang.
b. Rubella : pada penyakit ini tidak ada bercak koplik, tetapi ada pembesaran
kelenjar di daerah suboksipital, servikal bagian posterior, dan belakang telinga.

Komplikasi

Pada penyakit campak terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi
anergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini
mempermudah terjadinya komplikasi sekunder. Campak menjadi berat pada pasien dengan
gizi buruk dan anak yang lebih kecil. Komplikasi yang mungkin muncul, antara lain
gangguan respirasi (bronkopneumoni, otitis media, pneumoni, laringotrakeobronkitis),
komplikasi neurologis (seperti hemiplegi, paraplegi, afasia, gangguan mental, neuritis optika
dan ensefalitis), juga diare, miokarditis, trombositopeni, malnutrisi pasca serangan campak,
keratitis, hemorragic measles (morbili yang parah dengan perdarahan multiorgan, demam,
dan gejala cerebral) serta kebutaan.

Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh pneumococcus,


streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian bayi yang
masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit menahun. Sedangkan
ensefalitis timbul pada fase erupsi, dengan angka kematian yang rendah dan sisa defisit
neurologis sedikit
Penatalaksanan

Terapi pada campak bersifat suportif, terdiri dari:

a. Pemberian cairan yang cukup, misal air putih, jus buah segar, teh, dll untuk
mengembalikan cairan tubuh yang hilang karena panas dan berkeringat karena demam.

b. Kalori yang sesuai dan jenis makanan yang disesuaikan dengan tingkat kesadaran dan
adanya komplikasi

c. Suplemen nutrisi

d. Antibiotik diberikan apabila terjadi infeksi sekunder

e. Anti konvulsi apabila terjadi kejang

f. Anti piretik bila demam

g. Pemberian vitamin A

Terapi vitamin A untuk anak-anak dengan campak di negara-negara berkembang terbukti


berhubungan dengan penurunan angka kejadian morbiditas dan mortalitas.

Dosis 6 bulan – 1 tahun : 100.000 IU per oral sebagai dosis tunggal

> 1 tahun : 200.000 IU per oral sebagai dosis tunggal

Ulangi dosis hari berikutnya dan minggu ke-4 bila didapatkan keluhan oftalmologi
sehubungan dengan defisiensi vitamin A

h. Antivirus

Antivirus seperti ribavirin (dosis 20-35 mg/kgBB/hari i.v) telah dibuktikan secara
in vitro terbukti bermanfaat untuk penatalaksanaan penderita campak berat dan penderita
dewasa yang immunocompromissed. Namun penggunaan ribavirin ini masih dalam tahap
penelitian dan belum digunakan untuk penderita anak.
i.Pengobatan komplikasi

Prognosis

Prognosis morbili ini baik apabila anak memiliki keadaan imun yang baik, tetapi
prognosis buruk bila keadaan umum buruk atau anak sedang menderita penyakit kronis atau
bila ada komplikasi.

Pencegahan

Imunisasi Aktif

Termasuk dalam Program Imunisasi Nasional. Dianjurkan pemberian vaksin campak


dengan dosis 1000 TCID50 atau sebanyak 0,5 ml secara subkutan pada usia 9 bulan. Imunisasi
ulangan diberikan pada usia 6-7 tahun melalui program BIAS.

Imunisasi Pasif (Imunoglobulin)

Indikasi :

- Bayi berusia < 12 bulan yang terpapar langsung dengan pasien campak mempunyai resiko
yang tinggi untuk berkembangnya komplikasi penyakit ini, maka harus diberikan
imunoglobulin sesegera mungkin dalam waktu 7 hari paparan. Setelah itu vaksin MMR
diberikan sesegera mungkin sampai usia 12 bulan, dengan interval 3 bulan setelah
pemberian imunoglobulin.

Dosis anak : 0,2 ml/kgBB IM pada anak sehat

0,5 ml/kgBB untuk pasien dengan HIV

maksimal 15 ml/dose IM
UNIVERSITAS ANDALAS
FAKULTAS KEDOKTERAN
KEPANITERAAN KLINIK ROTASI TAHAP II

STATUS PASIEN
1. Identitas Pasien
a. Nama/Kelamin/Umur : Fani / Perempuan / 7,5 tahun
b. Pekerjaan/pendidikan : - / kelas II SD
c. Alamat : Jalan Bandung No. 7 A. Ulak Karang

2. Latar Belakang sosial-ekonomi-demografi-lingkungan keluarga


a. Status Perkawinan : Belum Menikah
b. Jumlah Saudara : 2 orang
c. Status Ekonomi Keluarga : Cukup, penghasilan ayah pasien Rp.2.000.000/bulan,
sebagai seorang wiraswasta
d. KB : Tidak ada
e. Kondisi Rumah :
- Rumah permanen, pekarangan cukup luas, kamar 3 buah
- Lantai rumah dari keramik, ventilasi udara dan sirkulasi udara baik, pencahayaan
cukup, kamar pasien dan adik pasien cukup lapang
- Listrik ada
- Sumber air : air PDAM
- Jamban ada 1 buah, di dalam rumah
- Sampah diangkut petugas
- Jumlah penghuni 5 orang: pasien, orang tua pasien, adik pasien, nenek pasien
- Kesan : higiene dan sanitasi cukup
f. Kondisi Lingkungan Keluarga
- Pasien tinggal di lingkungan perkotaan yang cukup padat penduduk
- Lingkungan sekitar bersih

3. Aspek Psikologis di keluarga


- Pasien disayangi oleh orangtua, nenek, dan adiknya
- Hubungan dengan keluarga baik

4. Riwayat Penyakit Sekarang :


• Ruam-ruam kemerahan di wajah, leher, belakang telinga, punggung, perut,
pantat, kedua lengan, dan kedua tungkai sejak 1 hari yang lalu. Awalnya timbul ruam-
ruam kemerahan di belakang telinga dan leher sejak 2 hari yang lalu dan menyebar ke
seluruh tubuh.
• Demam sejak 3 hari sebelum berobat ke puskesmas, hilang timbul, tidak
tinggi, tidak berkeringat malam, tidak mengigil.
• Batuk sejak 2 hari sebelum berobat ke puskesmas, tidak berdahak dan tidak
berdarah.
• Mata merah tidak ada, mata silau terkena cahaya tidak ada
• Pilek tidak ada.
• Sesak nafas tidak ada.
• Teman bermain pasien ada yang sakit seperti ini
• Buang air besar dan kecil biasa.

5. Riwayat Penyakit Dahulu


Anak tidak pernah menderita penyakit seperti ini

6. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit seperti ini

7. Riwayat Kehamilan/kelahiran/imunisasi:
Selama hamil ibu tidak pernah menderita penyakit berat, ibu tidak pernah
mengkonsumsi obat-obatan, tidak pernah mendapat penyinaran selama hamil, tidak
ada kebiasaan merokok dan minum alkohol, kontrol ke Puskesmas tidak teratur.
Suntikan imunisasi TT 2X, hamil cukup bulan.

Riwayat Kelahiran:
Lahir spontan ditolong oleh dokter, cukup bulan, saat lahir langsung menangis kuat,
berat badan lahir 2400 gram, panjang badan 49 cm, langsung menangis.
Riwayat Imunisasi:
BCG : 1x, usia 2 bulan, scar ada
DPT : 3x, usia 2,3,4 bulan
Polio : 3x, usia 2,3,4 bulan
Hepatitis B : 3x, usia 1,2,6 bulan
Campak : 9 bulan
Kesan : imunisasi dasar lengkap menurut umur di posyandu.

Riwayat Tumbuh Kembang:


Perkembangan fisik
Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 6 bulan
Berdiri : 8 bulan
Berjalan : 12 bulan
Perkembangan Mental
Isap jempol tidak ada, gigit kuku tidak ada, mengompol tidak ada,
Kesan : Perkembangan fisik dan mental normal.

7. Pemeriksaan Fisik :
Keadaan umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : sadar
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Frekuensi nadi : 90 x/mnt
Frekuensi nafas : 18x / menit
Suhu : 37,8 °C
Berat badan : 20 kg
Tinggi badan : 120 cm
Status Gizi BB/U : 83,33%
TB/U : 96%
BB/TB : 90,90%
Kesan : gizi baik
Kulit : Teraba hangat, turgor baik
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor, diameter
pupil 2 mm, refleks cahaya +/+
Hidung : Nafas cuping hidung (-)
Tonsil : T1 – T1, tidak hiperemis, faring tidak hiperemis
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Dada : Paru I : normochest, simetris kiri kanan, retraksi dinding dada
tidak ada
Pa : fremitus kiri=kanan
Pe : sonor
A : napas vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Jantung I : Iktus tidak terlihat
Pa : Iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Pe : batas jantung dalam batas normal
A : Bunyi jantung murni, irama teratur, bising tidak ada
Abdomen I : tidak membuncit
Pa : supel, hepar dan lien tidak teraba.
Pe: timpani
A: Bising Usus (+) normal
Anus : eritema anatum (-)
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-

8. Laboratorium Anjuran : Darah rutin


Serologi

9. Diagnosis kerja : Suspect Morbili stadium erupsi

10. Diagnosis Banding: eksantema subitum


rubella

11. Manajemen
a. Preventif :
• Istirahat yang cukup minimal 8 jam sehari.
• Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh

b. Promotif :
• Menjelaskan kepada pasien dan keluarga bahwa morbili adalah penyakit anak
yang menular sehingga pasien harus diisolasi minimal hingga 5 hari setelah gejala
kulit muncul untuk mencegah penularan infeksi kepada orang lain.
c. Kuratif :
- Paracetamol 500 mg 3x1/2 tab
- Vitamin A 200.000 IU 1x1 tab untuk hari I dan hari II
- Vitamin C 3x1 tab
d. Rehabilitatif :
- Segera bawa anak ke puskesmas apabila gejala bertambah parah yaitu kejang,
sesak nafas, dan telinga berair.

Dinas Kesehatan Kodya Padang


Puskesmas Ulak Karang

Dokter : Ade Nofendra

Tanggal : 4 Januari 2010

R/ Paracetamol tab 500 mg No. V


S3 dd tab 1/2 £

R/ Vitamin A 200.000 IU No. II


S1 dd tab 1 £

R/ Vitamin C No X
S3 dd tab 1

Pro : Fani
Umur : 7,5 tahun
Alamat : Jalan Bandung No.7A. Ulak Karang

Anda mungkin juga menyukai