Oleh
dr. Setya Zunia Nurrahman
Pembimbing
dr. Yenny Haryono
Tanggal :
Pembimbing
KA.Bidang Medis
dr. Hartono
NIK.130616009
Mengetahui,
RS Medika Mulia
Direktur,
BAB I
PENDAHULUAN
dari dinding lambung, usus halus, usus besar akibat dari bocornya isi dari usus ke
dalam rongga perut. Perforasi dari usus mengakibatkan secara potensial untuk
terjadinya kontaminasi bakteri dalam rongga perut (keadaan ini dikenal dengan istilah
disebabkan karena kebocoran asam lambung kedlam rongga perut. Perforasi dalam
bentuk apapun yang mengenai saluran cerna merupakan suatu kasus kegawatan
bedah.
Pada anak-anak cedera yang mengenai usus halus akibat dari trauma tumpul
perut sangat jarang dengan insidensinya 1-7 %. Sejak 30 tahun yang lalu perforasi
pada ulkus peptikum merupakn penyebab yang tersering. Perforasi ulkus duodenum
insidensinya 2-3 kali lebih banyak daripada perforasi ulkus gaster. Hampir 1/3 dari
penderita dengan divertikulitis akut dapat berkembang menjadi perforasi bebas. Pada
pasien yang lebih tua appendicitis acuta mempunyai angka kematian sebanyak 35 %
kesakitan dan kematian pada pasien-pasien tersebut adalah kondisi medis yang berat
2
3
BAB II
LAPORAN KASUS
2.3 Anamnesis
a. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang dengan keluhan nyeri perut mendadak sejak tadi pagi. Nyeri
perut dirasakan seperti ditusuk.nyeri dirasakan diseluruh bagian perut. Nyeri tidak
membaik dengan perubahan posisi duduk, tidur maupun dengan posisi menekuk.
Nyeri dirasakan semakin memberta saat pasien batuk. Mual (+) muntah (+) 1 kali
di perjalanan dari rumah ke RS, dan 1 kali muntah saat tiba di IGD.
Pasien mengatakan nafsu makan menurun 1 minggu ini. BAB dan BAK masih
dalam batas normal, BAB terakhir hari ini. Pasien mengatakan memang sering
mengalami nyeri perut bagian ulu hati tetapi biasanya sudah membaik beberapa
3
4
sebelumnya (+) operasi leher dalam kurang lebih 2 tahun yang lalu.
Riwayat trauma pada perut (-). Riwayat keluhan yang sama pada keluarga
c. Lifestyle
Pasien makan tidak teratur, semenjak sakit nafsu makannya semakin
berkurang. Minum air putih cukup. Aktivitas sehari-hari dirasakan tidak
terlalu berat. Olahraga dan aktivitas fisik jarang. Kondisi ekonomi cukup.
Pasien dulunya merokok dan tidak mengonsumsi alkohol.
4
5
d. Kepala – Leher
Bentuk kepala normocephal, conjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (+/+),
mata cowong (-), hidung tidak tampak kelainan, lidah kotor (-), faring
hiperemis (-), limfonodi tidak teraba.
e. Thorax
Cor : Suara jantung S1-S2 reguler, bising (-), gallop (-)
Pulmo : Penggunaan otot bantu napas (-), fremitus taktil tidak meningkat,
simetris, perkusi sonor pada seluruh lapang, suara napas vesikuler (+/+),
wheezing (-/-), ronkhi (--/--)
f. Abdomen
Inspeksi : Bekas luka operasi (-), Spider nevi (-), Caput Medusae
(-)
Auskultasi : Bising usus kesan menurun.
Perkusi : Shifting Dullness (-)
Palpasi : Distended, Undulasi (-), nyeri tekan pada Seluruh
lapang abdomen (+), Hepar dan lien sulit di evaluasi, Defans Muskular (+)
g. Ekstremitas
Akral hangat, nadi kuat, edema (-), CRT <2 detik.
h. Rectal Touche
Tidak dilakukan
5
6
6
7
b. BOF / LLD
2.6 Diagnosis
Peritonitis e.c Susp. Perforasi Gaster
2.7 Diagosis Banding
Appendisitis perforasi
Kolelitiasis akut
Perforasi usus
2.8 Manajemen
a. Planning Diagnosis:
-
b. Planning terapi:
7
8
Pasang NGT
Pasang Kateter
IVFD PZ 20tpm
Inj. Ranitidin
Inj. Ondansentron
Inj.Omeprazole
Pro. Laparotomi
c. Planning Monitoring
TTV
Keluhan pasien
Keadaan klinis (nyeri perut)
d. Planning Edukasi:
Memberitahu pasien dan keluarga pasien bahwa dari anamnesis, dan
pemeriksaan fisik, perut membesar yang dialami pasien kemungkinan
disebabkan oleh penyakit Peritonitis yang mungkin dikarenakan
adanya perforasi gaster.
Menjelaskan komplikasi penyakit ini apabila tidak dilakukan
pengobatan, seperti timbulnya sepsis akibat infeksi yang berlanjut.
8
9
2 25/10/2022 : Pasien mengatakan nyeri perut (-) nyeri Peritonitis e.c Non medikamentosa
post operasi (+) Cholelityasis+ Diit Nasi Tim
Pancreatitis Rawat luka Post
O: Operasi
GCS :4–5–6 Medikamentosa :
Post Operasi
Tensi : 110/60 mmHg
Advice dr. Bella, Sp.B
Suhu : 36,50 C IVFD RL 35tpm
Nadi : 68 x/min Inj. Merosom 2x1
Inj. Santagesik 3x1
RR : 20 x/min
Inj. Omeprazole 1x1
SpO2 : 99% PO. Bisolvon 3x1
A/I/C/D :-/-/-/- Advice dr. Lusi, Sp.An
Inj. Omeprazole 2x1
Kepala, leher : Dalam batas normal
Inj. Ondansentrin 3x1
Cor : cor / S1S2 tunggal, murmur -, Inj. Santagesik 3x1
gallop ( - ) Inj. Fentanyl pump
2,5cc/jam
Pulmo : Pulmo/ auskultasi Suara
nafas tambahan rh -/-, wh -/-
Abdomen : Soepl, BU + N,
Timpani.
Ekstremitas : Akral Hangat Kering
9
10
4. 27/10/22 : Pasien mengatakan nyeri perut (-) nyeri Peritonitis e.c Non medikamentosa
post operasi (+) Cholelityasis+ Diit Nasi Tim
Pancreatitis Rawat luka Post
O: Operasi
GCS :4–5–6 Medikamentosa :
IVFD RL 20tpm
Tensi : 110/80 mmHg
Inj. Merosom 2x1
Suhu : 36,50 C Inj. Santagesik 3x1
Nadi : 85 x/min Inj. Omeprazole 1x1
Drip Cernevit 1x1
RR : 20 x/min
PO. Bisolvon 3x1
SpO2 : 99%
A/I/C/D :-/-/-/-
10
11
11
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
terjadi akibat penyebaran infeksi dari organ abdomen, perforasi saluran cerna,
peritonitis2.
I. EPIDEMIOLOGI
merupakan peritonitis yang paling sering ditemukan dalam praktik klinik 3,4 .
dari usus halus3. Terdapat perbedaan etiologi peritonitis sekunder pada negara
12
13
II. ETIOLOGI
hematogenous dissemination5.
2. Peritonitis sekunder
3. Peritonitis tersier
III. ANATOMI
13
14
Peritoneum
merupakan
membran serosa transparan yang terbesar di dalam tubuh manusia dan terdiri
tersebut dengan dinding posterior abdomen (mesenterium dari usus halus dan
transverse mesokolon)9.
sehingga terdiri dari 4 lapisan) dengan sejumlah jaringan adiposa dan terdiri
14
15
hepatoduodenal ligament9.
yang juga memberikan suplai saraf otonom pada organ visceral tersebut10.
visceral atau parietal. Nyeri yang terlokalisir terjadi akibat stimulus mekanik,
Sensasi nyeri umumnya terjadi di satu atau dua level dermatom pada setiap
15
16
kontraksi otot apabila terjadi iritasi dari parietal peritoneum. Refleks inilah
nyeri dan refleks otot yang serupa seperti pada iritasi peritoneum parietal.
dialihkan ke salah satu daerah dari tiga lokasi, antara lain lokasi epigastrium,
IV. PATOFISIOLOGI
16
17
terjadi hipovolemia2.
peritoneum dan lumen-lumen usus serta edema seluruh organ intra peritoneal
yang tidak ada, serta muntah. Terjebaknya cairan di cavum peritoneum dan
Sumbatan yang lama pada usus atau obstruksi usus dapat menimbulkan
17
18
peristaltik usus sebagai usaha untuk mengatasi hambatan. Ileus ini dapat
berupa ileus sederhana yaitu obstruksi usus yang tidak disertai terjepitnya
pembuluh darah dan dapat bersifat total atau parsial, pada ileus stangulasi
hebat seperti ditikam di perut. Nyeri ini timbul mendadak terutama dirasakan
bakteria, kadang fase ini disebut fase peritonitis kimia, adanya nyeri di bahu
apendiks oleh hiperplasi folikel limfoid, fekalit, benda asing, striktur karena
18
19
V. DIAGNOSIS
1. Manifestasi klinis
19
20
divertikulitis, riwayat demam lebih dari 1 minggu disertai pola demam dan
2. Pemeriksaan penunjang
the left yaitu peningkatan sel batang (PMN), kimia darah dapat ditemukan
atau sepsis berat), dan pemeriksaan ABG (arterial blood gas) dapat
20
21
diafragma yang terlihat pada posisi tegak pada perforasi ulkus peptikum11 ,
berdasarkan klinis).
diagnosis peritonitis3.
VI. PENATALAKSANAAN
ginjal normal)11.
dengan primary bacterial peritonitis (PBP atau SBP). Pasien peritonitis primer
21
22
perbaikan gejala dan kultur darah yang negatif). Hal yang perlu diperhatikan
pasien dengan fungsi ginjal baik, antara lain ciprofloxacin 750 mg/minggu,
sekunder, tetapi juga dapat mengeliminasi bakteri dan toksinnya dalam rongga
abdomen3.
lebih mengarah ke gram positif dan perforasi pada usus halus distal dan kolon
22
23
normal dan hitung jenis batang < 3%12. Resusitasi cairan dan monitoring
hemodinamik perlu untuk dilakukan, target resusitasi, antara lain mean arterial
pressure >65 mmHg, dan urine output >0,5cc/kgBB/jam (bila dipasang central
pasien ileus dengan distensi perut dan mual-muntah yang dominan. Pada
pemasangan intubasi3.
dengan tujuan agar eksplorasi rongga abdomen yang adekuat dan komplit
tercapai3.
Secara umum, kontrol dan koreksi etiologi tercapai bila bagian yang
ulkus). Pada perforasi kolon lebih aman dipasangkan stoma usus secara
23
24
hingga cairan bilasan jernih dengan tujuan mengurangi bacterial load dan
agen kimia lainnya. Setelah selesai, maka rongga abdomen ditutup kembali.
Secara ideal, fascia ditutup dengan benang non-absorbable dan kutis dibiarkan
terbuka dan ditutup dengan kasa basah selama 48- 72 jam. Apabila tidak
laporan kasus ini tidak akan dibahas secara mendalam mengenai teknik open-
abdomen).
VII. PROGNOSIS
bawah 10% - 40% pada perforasi kolon8. Faktor yang mempengaruhi tingkat
24
25
A. PERFORASI GASTER
I. DEFINISI
dan kasus mortilitas pada orang tua dapat mencapai sehingga 20 persen.
Tanda dan gejala klasik seperti nyeri epigastrium yang berat, rigiditas seperti
papan (board-like rigidity) serta adanya udara bebas di bawah diafragma pada
II. ETIOLOGI
25
26
saat endoskopi.
Luka penetrasi ke dada bagian bawah atau abdomen
(misalnya tusukan pisau)
Trauma tumpul pada gaster : trauma seperti ini lebih
umum pada anak daripada dewasa dan termasuk trauma
yang berhubungan dengan pemasangan alat, cedera
gagang kemudi sepeda, dan sindrom sabuk pengaman.
III. ANATOMI
duodenum dengan hati, pankreas, dan limpa, dapat diperkirakan bahwa tukak
26
27
darahnya yang sangat kaya dan berasal dari empat jurusan dengan pembuluh
nadi besar di pinggir kurvatura mayor dan minor serta dalam dinding
lambung. Di belakang dan tepi medial duodenum, juga ditemukan arteri besar
ini kaya sekali dengan hubungan kolateral ke organ yang ada hubungan
embrional dengan lambung dan duodenum. Saluran limf dari lambung juga
embrional.1
simpatis. Serabut parasimpatis berasal dari n.vagus dan mengurus sel parietal
cabang ke kandung empedu, hati dan antrum sebagai saraf Laterjet anterior,
seliakus untuk visera lain di perut dan ke antrum sebagai saraf Laterjet
posterior.1
IV. PATOFISIOLOGI
27
28
normal dan tidak berada dalam resiko kontaminasi bakteri setelah perforasi
gaster.1
yang dalam. Jika kebocoran tidak ditutup dan partikel makanan mencapai
Pasien mungkin bebas gejala untuk beberapa jam antara peritonitis kimia awal
28
29
V. DIAGNOSIS
1. Manifestasi klinik
Pada awal perforasi, belum ada infeksi bakteria, fase ini disebut
bakteria.1
muskuler. Pekak hati bisa hilang karena adanya udara bebas di bawah
badan penderita akan naik dan terjadi takikardia, hipotensi, dan penderita
antarperitoneum.1
29
30
2. Pemeriksaan penunjang
a. Radiologi14
- Posisi erect
30
31
- Posisi dekubitus
VI. PENATALAKSANAAN
Terapi konservatif diindikasikan pada kasus pasien yang nontoksik dan secara
31
32
saja setelah eksisi tukak yang perforasi belum mengatasi penyakit primernya,
tetapi tindakan ini dianjurkan bila keadaan umum kurang baik, penderita usia
kekambuhan1.
dan dapat memperbaiki hasil akhir dari pasien dengan infeksi intra peritoneum
dan septikemia15.
VII. KOMPLIKASI
- Malnutrisi
- Sepsis
- Uremia
- Diabetes mellitus
- Terapi kortikosteroid
- Obesitas
32
33
- Kegagalan multiorgan
2. Syok septik
- Depresi miokardial
VIII. PROGNOSIS
33
34
- Usia lanjut
- Malnutrisi
- Timbulnya komplikasi
34
35
DAFTAR PUSTAKA
2. Silen W. 2012. Chapter 300 Acute Appendicitis and Peritonitis. In: Longo
DL, Fauci SA, Kasper DL, Hauser SL, Jameson JL, Braunwald E. Harrison's
principles of internal medicine. 18th ed. New york: Mcgraw-hill companies.
p. 2516-19
35