Anda di halaman 1dari 27

PENYAKIT JANTUNG

KORONER (PJK)
Disusun oleh :
1. Yuzaidan Wisnu Manusaktri 192303102082
2. Faridatur Rizqia 192303102091
3. Ahda Khoirotun Naafi’a 192303102099
4. Rahmawati Ayu 192303102081

DOSEN PEMBIMBING : ERIK KUSUMA, S.Kep.Ns, M.Kes


DEFINISI

Penyakit jantung koroner (PJK)


adalah gangguan fungsi jantung
akibat otot jantung kekurangan darah
karena penyempitan pembuluh darah
koroner, ketidakseimbangan antara
kebutuhan dan asupan oksigen yang
menyebabkan nyeri dada. Apabila
pembuluh darah tersumbat,
pemasokan darah ke jantung akan
terhenti dan kejadian inilah yang
disebut dengan serangan jantung.
ETIOLOGI Etiologi penyakit jantung koroner adalah adanya
penyempitan, penyumbatan, atau kelainan
PJK pembuluh arteri koroner. Penyempitan atau
penyumbatan pembuluh darah tersebut dapat
menghentikan aliran darah ke otot jantung yang
sering ditandai dengan nyeri. Dalam kondisi yang
parah, kemampuan jantung memompa darah
dapat hilang.

Faktor risiko seperti umur, keturunan, jenis


kelamin, anatomi pembuluh koroner dan faktor
metabolisme adalah faktor-faktor alamiah yang
sudah tidak dapat diubah. Namun ada berbagai
faktor risiko yang justru dapat diubah atau
diperbaiki. Sangat jarang orang menyadari
bahwa faktor risiko PJK bisa lahir dari
kebiasaaan hidup sehari-hari yang buruk
misalnya pola komsumsi lemak yang berlebih,
perilaku merokok, kurang olaraga atau
pengelolaan stress yang buruk.
Manifestasi Klinik

01 Nyeri Dada

02 .
Perubahan pola EKG

03 Sesak Napas

04 Diaphoresis

05 Pusing

06 Kelelahan

07 Mual dan muntah


Patofisiologi Penyakit
Aterosklerosis
Pada aterosklerosis, lemak menumpuk pada lapisan
intima arteri. Muttaqin (2009) menambahkan bahwa
penyakit arteriosklerosis disebabkan akibat kelainan
metabolisme lipid, koagulasi darah, dan keadaan biofisika
serta biokimia dinding arteri. Fibroblast di area
tesebut merespons dengan memproduksi kolagen dan
sel otot polos berproliferasi, bersama-sama membentuk
lesi kompleks yang disebut plak. Plak terdiri atas sebagian
besar kolesterol, trigliserida, fosfolipid, kolagen, dan sel
otot polos.
Angina Pektoris
Ketika kebutuhan oksigen miokardium lebih besar
disbanding yang dapat disuplai oleh pembuluh yang
tersumbat sebagian, sel miokardium menjadi iskemik dan
berpindah ke metabolisme anaerobik. Metabolisme
anaerobik menghasilkan asam laktat yang merangsang
ujung saraf otot, menyebabkan nyeri. Nyeri berkurang
saat suplai oksigen kembali dapat memenuhi kebutuhan
miokardium (Lemone, Burke, Bauldoff, 2015).
Tiga tipe angina(Lemone, Burke, Bauldoff, 2015) adalah : 1. Angina stabil adalah bentuk angina yang paling
umum dan dapat diprediksi.
2. Angina stabil adalah bentuk angina yang paling
umum dan dapat diprediksi.
3. Angina tidak stabil terjadi pada peningkatan frekuensi,
keparahan, dan durasi.
Infark miokardium
Infark miokardium terjadi saat obstruksi komplet arteri
koroner mengganggu suplai darah ke area miokardium.
Jaringan yang terkena menjadi iskemik dan akhirnya
mati (infark) jika suplai darah tidak diperbaiki (Setiati,
et. al, 2014). Area nekrotik dibatasi oleh area jaringan
yang cedera atau rusak, yang pada gilirannya dikelilingi
oleh area jaringan iskemik. Ketika sel miokardium mati,
sel hancur dan melepaskan beberapa isoenzim jantung ke
dalam sirkulasi. Kenaikan kadar kreatinin kinase (creatinin
kinase, CK) serum serum dan troponin spesifik jantung
adalah indicator spesifik infark miokardium (Lemone,
Burke, Bauldoff, 2015).
Pemeriksaan Penunjang
1. Elektrokardiografi (EKG). Mengetahui gambaran aktivitas listrik
jantung, mendeteksi pembesaran ruang jantung, dan gangguan
irama jantung.
2. Foto Rontgen dada. Dapat melihat pembesaran jantung dan
melihat kondisi paru-paru.
3. EKG Treadmill. Berfungsi untuk melakukan pemantauan jantung
mengukur terhadap aktivitas fisik yang dijalani.
4. Ekokardiografi merupakan USG jantung yang memproduksi
gambar jantung menggunakan gelombang suara, dapat melihat
pergerakkan jantung, struktur jantung, katup jantung, dan aliran
darah dalam jantung. Layaknya pemeriksaan USG, dilakukan
dengan menempelkan alat (probe) melalui dinding luar dada, lalu
akan menampilkan hasil gambar ke monitor.
5. Kateterisasi jantung. Dilakukan dengan menyuntikan zat warna
(kontras) ke dalam pembuluh darah koroner dan dilakukan foto
Rontgen. Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat pembuluh darah
koroner secara rinci, mengukur tekanan rongga jantung, dan
evaluasi fungsi jantung.
6. MRI jantung. Pemeriksaan yang menggunakan medan magnet dan
gelombang radio untuk melihat gambaran jantung dan katupnya
secara rinci, untuk mengetahui tingkat keparahan dari penyakit
katup jantung.
Penatalaksanaan
Manajemen medis pada pasien PJK adalah mengurangi
dan mengendalikan faktor risiko serta mengembalikan
suplai darah ke miokardium. Beragam teknik telah
dikembangkan untuk membuka pembuluh darah dan
mengembalikan aliran darah melalui arteri koroner seperti
percutaneous coronary intervention (PCI), percutaneous
transluminal coronary angioplasty (PTCA), dan tindakan
bedah seperti coronary artery bypass graft (CABG) (Black
& Hawks, 2014). Setelah terapi farmakologi dan
tindakan bedah berhasil memperbaiki kondisi pasien,
selanjutnya sesuai indikasi pasien untuk mengikuti
program rehabilitasi jantung untuk pemulihan , dan
menyiapkan pasien secara bertahap kembali pada
aktivitas sehari-hari pasien sebelum terkena PJK
(Mertha, 2010).
KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Biodata 9. Pola-Pola Fungsi Kesehatan
2. Keluhan Utama 1) Pola Aktivitas Atau Istirahat
3. Penyakit Sekarang 2) Pola Eliminasi
4. Riwayat Penyakit Dahulu 3) Pola Nutrisi Dan Metabolisme
5. Riwayat Penyakit Keluarga 4) Pola Aktivitas Dan Latihan
6. Data Psikososial 5) Pola Istirahat Dan Tidur
7. Data Spiritual 6) Pola Hubungan Dan Peran
8. Pengkajian Khusus 7) Pola Persepsi Dan Konsep Diri
1) Lokasi Nyeri 8) Pola Reproduksi Seksual
2) Sifat Nyeri 9) Pola kopping
3) Ciri rasa nyeri 10) Pola Tata Nilai Dan Kepercayaan
4) Kronologis nyeri 10. Pemeriksaan Fisik
5) Keadaan pada waktu serangan 1) Keadaan umum
6) Faktor yang memperkuat atau 2) Tingkat kesadaran
meringankan rasa nyeri 3) TTV
7) Karakteristik nyeri, komponen 4) Sistem Respirasi
pengkajian analisis symptom meliputi 5) Sistem Kardiovaskuler
Palitatif atau provocative, Quality atau 6) Sistem Pencernaan
Quantity, Region, Severity, dan Timing (PQRST) 7) Sistem Neurologis
menurut Andarmoyo (2013). 8) Sistem Muskuloskeletal
9) Sistem Tulang
10) Sistem Integumen
Diagnosa Keperawatan
Implementasi

Nurdin Usman (2002:70)Pengertian implementasi merupakan sesuatu


yang bermuara pada akhtivitas, aksi, tindakan atau juga aktivitas yang
dilakukan dengan secara sistematis serta terikat oleh mekanisme.
karena begitu, maka implementasi tersebut bukan sekedar aktivitas,
namun suatu kegiatan atau aktivitas yang terencana serta untuk
mencapai tujuan kegiatan atau aktivitas. Untuk implementasi dilakukan
sesuai intervensi yang sudah tertulis.
04
Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir yang
bertujuan untuk menilai apakah tindakan
keperawatan yang telah dilakukan
tercapai atau tidak untuk mengatasi suatu
masalah. (Meirisa, 2013). Pada tahap
evaluasi, perawat dapat mengetahui
seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan, dan pelaksanaan telah
tercapai
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai