Anda di halaman 1dari 19

Jantung Koroner

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7

• Umi Laila Kasun (1033231052)


• Endang Sulistyawati (1033231053)
• Ayu Kencana Putri Dining Tiyas (1033231054)
• Asih Kuntari (1033231055)
• Sri Mulyati (1033231085)
A. PENGERTIAN JANTUNG KORONER
PENYAKIT JANTUNG KORONER (PJK) ATAU YANG SERING KITA SEBUT CAD
(CORONARY ARTERY DISEASE) MERUPAKAN PENYAKIT JANTUNG YANG TERUTAMA
DISEBABKAN KARENA PENYEMPITAN ARTERIA KORONARIA AKIBAT PROSES
ATEROSKELORIS ATAU SPASME ATAU KOMBINASI KEDUANYA, PJK TERUS MENJADI
PENYEBAB UTAMA KEMATIAN.

SUMBER : JURNAL ILMIAH KESEHATAN VOL 11 MARET,2019 UNIVERSITAS M.H THAMRIN.

PENYAKIT ARTERI KORONER ADALAH SUATU KONDISI DI MANA PASOKAN DARAH


DAN OKSIGEN KE MIOKARDIUM TIDAK MENCUKUPI YANG DISEBABKAN OLEH
OKLUSI ARTERI KORONER DAN MENGAKIBATKAN KETIDAKSESUAIAN ANTARA
PERMINTAAN DAN PASOKAN OKSIGEN, BIASANYA KARENA PEMBENTUKAN PLAK DI
LUMEN ARTERI KORONER YANG MENGHAMBAT ALIRAN DARAH.

SUMBER : NATIONAL LIBRARY OF MEDICINE,9 FEBRUARY 2023


B. ETIOLOGI
Penyakit jantung koroner merupakan penyakit yang multi faktorial yaitu disebabkan oleh sejumlah faktor
pengaruh yang bervariasi yang menjadi satu sehingga memicu penyakit-penyakit tersebut muncul.

Faktor Dapat Di Modifikasi


1. Merokok
2. Obesitas
3. Kadar Lipid
4.dan variabel psikososial.

Faktor Yang Tidak Dapat Di Modifikasi


• Jenis Kelamin
• Usia
• Riwayat Keluarga
• Genetika.
C. MANIFESTASI KLINIS JANTUNG KORONER
Manifestasi klinis jantung koroner bervariasi tergantung pada derajat aliran dalam arteri koroner, bila
kebutuhan pasok darah dalam arteri koroner masih mencukupi maka tidak akan timbul keluhan akan tetapi bila
arteri koroner mengalami stenosis (penyempitan) atau spasme (penciutan)
yang mengakibatkan ketidakseimbangan suplai jaringan maka dapat mengakibatkan keluhan atau manifestasi klinis.

01 KETERANGAN : 02

GAMBAR 01 : GAMBAR ARTERI


KORONER NORMAL.

GAMBAR 02 : GAMBAR ARTERI


KORONER MENGALAMI STENOSIS
AKIBAT PLAQ .
E. FAKTOR RESIKO
D. TANDA DAN GEJALA
JANTUNG KORONER
PENYAKIT GAGAL
JANTUNG KORONER • USIA LANJUT
• RIWAYAT KELUARGA
• KEBIASAAN MEROKOK
• NYERI DADA
• MEMILIKI HIPERTENSI
• KERINGAT DINGIN, MUAL, • KURANG BERAKTIVITAS
MUNTAH, DAN KELELAHAN. • POLA MAKAN YANG KURANG SEHAT
• ARITMIA ( IRAMA DENYUT
JANTUNG YANG TIDAK
NORMAL)
F. Patofisiologi Jantung
Koroner
G. Penatalaksanaan Jantung Koroner

1.FARMAKOLOGI 2.NON-FARMAKOLOGI

1. OBAT GOLONGAN NITRAT • BERHENTI MEROKOK


MISAL : ISOSORBRITE DINITRATE (ISDN) • MENGURANGI MAKANAN
2. BETA BLOKER
MISAL : BISOPROLOL
BERLEMAK
3. OBAT CALCIUM CHANEL BLOKERS • OLAHRAGA
MISAL : NIFEDIPINE, VERAPAMIL
4. OBAT ACE INHIBITOR
MISAL : RAMIPRIL, CAPTOPRIL,
LISINOPRIL
5. OBAT KOLESTEROL STATIN
MISAL : SIMVASTATIN, ATORVASTATIN
H. Komplikasi Jantung Koroner

• GAGAL JANTUNG
• DETAK JANTUNG TIDAK NORMAL
• NYERI DADA
• SERANGAN JANTUNG
• KEMATIAN MENDADAK
Konsep Asuhan Keperawatan pada
Penyakit Jantung Koroner
• PENGKAJIAN
1. Biodata : nama, nomor rekam medis, jenis kelamin, pendidikan, tanggal
masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, status, agama, alamat, pekerjaan, serta
umur pasien.

2. Keluhan Utama : merupakan keluhan paling menonjol yaitu klien mengeluh


nyeri dada di anterior, prekordial, substernal yang dapat menjalar ke lengan kiri,
leher, punggung dan epigastrium. Nyeri dada dirasakan seperti tertekan beban
berat, diremas yang timbul mendadak.

3. Riwayat penyakit sekarang : merupakan informasi tentang keadaan terkini,


keluhan klien saat timbul serangan yang baru timbul atau sering hilang timbul,
durasi, kronologis dan frekuensi serangan nyeri.

4. Riwayat penyakit masa lalu : meliputi riwayat penyakit yang pernah diderita
oleh klien terutama penyakit yang mendukung munculnya penyakit sekarang
Lanjutan …

5. Riwayat penyakit keluarga, informasi dapat digali tertang


usia dan status keluarga yang bertali darah.
6. Riwayat psikososial, berhubungan dengan kondisi
penyakitnya sertadampaknya terhadap kehidupan sosial
klien.
7. Pengkajian nyeri, terkait hal-hal yang perlu dikaji lebih jauh
pada nyeri dada koroner
2. PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
• Kuku, untuk mengamati apakah ada garis merah kecokelatan di bawah kuku yang bisa menandakan endokarditis infektif (infeksi di lapisan
dalam ruang dan katup jantung).
• Kulit, untuk memeriksa suhu tubuh, yang mana jika permukaan kulit terasa dingin berarti jantung tidak dapat memompa darah dengan
normal.
• Leher, untuk melihat apakah ada kelainan pada denyut pembuluh darah vena jugularis di leher yang merupakan tanda dari tamponade
jantung, hipertensi paru, atau gagal jantung.
• Mulut, untuk memeriksa apakah ada memar pada langit-langit mulut belakang yang menandakan endokarditis infektif.
• Anggota gerak tubuh (ekstremitas), untuk memeriksa jika terdapat pembengkakan di anggota gerak tubuh yang menjadi salah satu tanda
gagal jantung.

2. Palpasi

• Mengukur tekanan darah: Memantau aliran darah yang mengalir keluar dan menuju jantung.
• Mengevaluasi denyut nadi: Evaluasi denyut nadi, irama, dan kecukupan pengisian darah pada pembuluh arteri
perifer.
• PMI (Point of Maximal Impulse): Mendeteksi pembesaran pada jantung karena penyakit lain (kardiomegali).
• Pemeriksaan getaran jantung: Mendeteksi kelainan bawaan pada jantung dan katup jantung.
3. Perkusi

Perkusi adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan mengetuk permukaan dada menggunakan jari
tangan. Bunyi ketukan tersebut akan digunakan sebagai indikator untuk membantu mendeteksi
kelainan jantung, seperti:

Aneurisma aorta: Kondisi ketika dinding pembuluh aorta mengalami penggelembungan.


Efusi perikardium: Penumpukan cairan pada perikardium di sekitar jantung.

4. Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan jantung yang dilakukan dengan menggunakan stetoskop untuk
mendengar suara jantung. Auskultasi juga bisa dilakukan untuk mendengarkan suara jantung yang
dievaluasi sesuai waktu, intensitas, frekuensi, dan durasi.

Melalui auskultasi, dokter dapat mengetahui apakah detak jantung pasien normal atau tidak normal.
Jika ditemukan abnormalitas, biasanya dokter akan merekomendasikan pemeriksaan penunjang
untuk mengetahui penyebabnya.
Pengkajian, terkait hal-hal yang perlu dikaji lebih jauh pada nyeri dada
1) Lokasi Nyeri
koroner
pengkajian daerah mana tempat mulai nyeri, penjalaranya, nyeri dada
koroner khas
mulai dari sternal menjalar ke leher, dagu atau bahu sampai lengan
kiri bagian aula.
2) Sifat nyeri
perasaan penuh rasa berat seperti kejang diremas, menusuk,
mencekik dan rasa.
terbakar.
3) Ciri rasa nyeri, derajat nyeri, lamanya, berapa kali timbul dalam jangka
waktu tertentu.
4) Kronologis nyeri, awal timbul nyeri serta perkembanganya secara
berurutan.
5) Keadaan pada waktu serangan, apakah timbul saat kondisi tertentu
6) Faktor yang memperkuat atau meringankan rasa nyeri misalnya sikap atau
posisi
tubuh, pergerakan, tekanan.
3. DIAGNOSA KEPERAWATAN

Diagnosa keperawatan dalam penelitian ini menggunakan diagnosa


keperawatan Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), yaitu :

• Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis: iskemia jaringan


miokard terhadap sumbatan arteri koronaria ditandai dengan pasien mengeluh
nyeri, tampak meringis, bersikap protektif, gelisah, takikardi, sulit tidur.

• Pola nafas tidak efektif, berhubungan dengan pasien mengeluh sesak napas
ditandai dengan pasien memakai oksigen.
4. RENCANA KEPERAWATAN

Rencana pada pasien dengan nyeri akut


berhubungan dengan agen pencedera
fisiologis menggunakan perencanaan
keperawatan pada nyeri akut menurut kriteria
intervensi keperawatan (NIC) menggunakan
label manajemen nyeri. Dalam penelitian ini
tujuan dan kriteria hasil yang diharapkan
menggunakan kriteria outcome keperawatan
(NOC) dengan label kontrol nyeri.
5. IMPLEMENTASI
KEPERAWATAN
MATERI
KETIGA
Implementasi dilakukan sesuai dengan rencana keperawatan.Terdapat
tindakan yang bisa dilakukan untuk mengurangi rasa nyeri sesuai dengan
intervensi yang direncanakan. Implementasi lebih ditujukkan pada upaya
perawatan dalam meningkatkan kenyamanan, upaya pemberian informasi
yang akurat, upaya mempertahankan kesejahteraan, upaya tindakan
peredaan nyeri farmakologis, dan pemberian terapi non-farmakologis
(Andarmoyo, 2013).
6. EVALUASI KEPERAWATAN
Evaluasi keperawatan diobservasi terkait subjek, objektif, assesgment, planning SOAP
yang ditulis perawat pada catatan perkembangan setelah dilakukan tindakan keperawatan
maupun setelah batas waktu asuhan keperawatan diberikan. Evaluasi keperawatan terhadap
pasien dengan menilai kemampuan pasien dalam merespon rangsangan nyeri, dengan
melaporkan adanya penurunan rasa nyeri, pemahaman yang akurat mengenai nyeri
(Andarmoyo, 2013).

a) Pasien mampu mengenali kapan nyeri terjadi dan dapat menggambarkan faktor
penyebab nyeri.
b) Pasien mampu menggunakan jurnal harian untuk memonitor gejala dari waktu ke
waktu dan pasien mampu menggunakan tindakan pencegahan.
c) Pasien mampu menggunakan tindakan pengurangan nyeri tanpa analgesic dan
pasien mampu menggunakan analgesik yang direkomendasikan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai