Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM PENCERNAAN (HERNIA)


DI RSUD Dr RUBINI MEMPAWAH

Disusun oleh :

LULU NOHARIA
NIM :201133039

PROGRAM STUDI PROFESI NERSJURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN PONTIANAK
TAHUN 2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN PADA PASIEN Tn. R DENGAN GANGGUAN
SISTEM PENCERNAAN (POST OPERASI HERNIOTOMI)
DI RSUD Dr RUBINI MEMPAWAH

Disusun oleh :

LULU NOHARIA
NIM :201133039

PROGRAM STUDI PROFESI NERS JURUSAN KEPERAWATAN


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN
KESEHATAN PONTIANAK
TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK KLINIK STATE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
“Laporan Pendahuluan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan (Hernia) Di Rsud Dr Rubini Mempawah”

Mata Kuliah : PraktekKlinik Keperawatan Medikal Bedah


Semester : 2/Genap
Prodi/Jurusan : Ners/Keperawatan
Fakultas : Poltekkes Kemenkes Pontianak
NamaMahasiswa : Lulu Noharia
NIM : 201133039

Mempawah, Maret 2021

Mengetahui,

Clinical Teacher Clinical Instruktur

Ns. Puspa Wardhani, M.Kep Rulli Framana, S.Kep. Ners CWCS


NIP. 197103061992032011 NIP:198110112007011005

Koordinator State Keperawatan Medikal Bedah

Ns. Azhari Baedlawi, M.Kep


NIP.19911205 20180301
LEMBAR PENGESAHAN
PRAKTEK KLINIK STATE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
“Laporan Asuhan Keperawatan Pada Tn. S Dengan Gangguan Sistem
Pencernaan (Post Operasi Hernia) Di Rsud Dr Rubini Mempawah”

Mata Kuliah : PraktekKlinik Keperawatan Medikal Bedah


Semester : 2/Genap
Prodi/Jurusan : Ners/Keperawatan
Fakultas : Poltekkes Kemenkes Pontianak
NamaMahasiswa : Lulu Noharia
NIM : 201133039

Mempawah, Maret 2021

Mengetahui,

Clinical Teacher Clinical Instruktur

Ns. Puspa Wardhani, M.Kep Rulli Framana, S.Kep. Ners CWCS


NIP. 197103061992032011 NIP:198110112007011005

Koordinator State Keperawatan Medikal Bedah

Ns. Azhari Baedlawi, M.Kep


NIP.19911205 20180301
BAB I
KONSEP DASAR

1. Definisi
Hernia atau turun berok adalah kondisi yang terjadi ketika organ dalam tubuh
menekan dan mencuat melalui jaringan otot atau jaringan ikat di sekitarnya yang lemah.
Jaringan ikat tubuh seharusnya cukup kuat untuk menahan organ tubuh di dalamnya agar
tetap berada di posisinya masing-masing. Namun, beberapa hal menyebabkan jaringan
ikat melemah sehingga tidak dapat menahan organ di dalamnya dan mengakibatkan
hernia (Tjin Willy, 2018).
Hernia adalah penonjolan dari organ internal melalui pembentukan abnormal atau
lemah pada otot yang mengelilinginya. Hernia adalah tonjolan keluarnya organ atau
jaringan melalui dinding rongga dimana organ tersebut seharusnya berada yang didalam
keadaan normal tertutup (Jitiwoyono & Kristiyanasari, 2015).
Hernia adalah suatu penonjolan pada organ atau struktur melalui di dinding otot
perut. Hernia meliputi jaringan subkutan yang umumnya terdiri dari kulit , peritoneal
kantung, dan yang mendasarinya adalah Visera, seperti loop usus atau organ-organ
internal lainnya. Pembedahan mendadak termasuk Faktor yang terjadi peningkatan
tekanan intra-abdomen, selama mengangkat penyakit ini terjadi diakaibatkan beban berat
atau batuk yang berkepanjangan sehingga peningkatan tekanan intra-abdomen
berhubungan dengan kehamilan, obesitas, atau asites (Bhesty & Yudha, 2016)
2. Etiologi
Hernia dapat disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Congenital
Lemahnya dinding akibat defek kongenital yang tidak diketahui, resiko lebih besar
jika ada keluarga terdekat yang pernah terkena hernia.
b. Umur
Penyakit ini dapat diderita oleh semua kalangan tua, muda, pria maupun wanita. Pada
Anak – anak penyakit ini disebabkan karena kurang sempurnanya procesus vaginalis
untuk menutup seiring dengan turunnya testis. Pada orang dewasa khususnya yang
telah berusia lanjut disebabkan oleh melemahnya jaringan penyangga usus atau
karena adanya penyakit yang menyebabkan peningkatan  tekanan dalam rongga perut
c. Jenis Kelamin
Hernia yang sering diderita oleh laki – laki biasanya adalah jenis hernia Inguinal.
Hernia Inguinal adalah penonjolan yang terjadi pada daerah selangkangan, hal ini
disebabkan oleh proses perkembangan alat reproduksi. Penyebab lain kaum adam
lebih banyak terkena penyakit ini disebabkan karena faktor profesi, yaitu pada buruh
angkat atau buruh pabrik. Profesi  buruh yang sebagian besar pekerjaannya 
mengandalkan kekuatan otot mengakibatkan adanya peningkatan tekanan dalam
rongga perut sehingga menekan isi hernia keluar dari otot yang lemah tersebut
d. Penyakit penyerta
Penyakit penyerta yang sering terjadi pada hernia adalah seperti pada kondisi
tersumbatnya saluran kencing, baik akibat batu kandung kencing atau pembesaran
prostat, penyakit kolon, batuk kronis, sembelit atau konstipasi kronis dan lain-lain.
Kondisi ini dapat memicu terjadinya tekanan berlebih pada abdomen yang dapat
menyebabkan keluarnya usus melalui rongga yang lemah.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan menyebabkan tekanan berlebih pada tubuh, termasuk di
bagian perut. Ini bisa menjadi salah satu pencetus hernia. Peningkatan tekanan
tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya penonjolan organ melalui dinding organ
yang lemah.
f. Kehamilan
Kehamilan dapat melemahkan otot di sekitar perut sekaligus memberi tekanan lebih
di bagian perut. Kondisi ini juga dapat menjadi pencetus terjadinya hernia.
g. Pekerjaan
Beberapa jenis pekerjaan yang membutuhkan daya fisik dapat menyebabkan
terjadinya hernia. Contohnya, pekerjaan buruh angkat barang. Aktivitas yang berat
dapat mengakibatkan peningkatan tekanan yang terus-menerus pada otot-otot
abdomen. Peningkatan tekanan tersebut dapat menjadi pencetus terjadinya prostrusi
atau penonjolan organ melalui dinding organ yang lemah.
h. Kelahiran prematur
Bayi yang lahir prematur lebih berisiko menderita hernia inguinal daripada bayi yang
lahir normal karena penutupan kanalis inguinalis belum sempurna, sehingga
memungkinkan menjadi jalan bagi keluarnya organ atau usus melalui kanalis
inguinalis tersebut. Apabila seseorang pernah terkena hernia, besar kemungkinan ia
akan mengalaminya lagi.
3. Klasifikasi

Menurut Tjin Willy (2018), ada beberapa klasifikasi hernia yang dibagi
berdasarkan regionya, antara lain :
a. Hernia inguinalis
terjadi ketika sebagian usus atau jaringan lemak di rongga perut mencuat ke
selangkangan. Hernia inguinalis merupakan jenis hernia yang paling sering terjadi dan
pria memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya.
b. Hernia femoralis
terjadi ketika jaringan lemak atau sebagian usus mencuat ke paha atas bagian dalam.
Risiko wanita menderita jenis hernia ini lebih tinggi, terutama wanita hamil atau
memiliki berat badan berlebih (obesitas).
c. Hernia umbilicus
terjadi ketika sebagian usus atau jaringan lemak mendorong dan mencuat di dinding
perut, tepatnya di pusar. Jenis hernia ini biasanya dialami oleh bayi dan anak di bawah
usia 6 bulan akibat lubang tali pusat tidak tertutup sempurna setelah bayi lahir.
d. Hernia hiatus
terjadi ketika sebagian lambung mencuat ke dalam rongga dada melalui diafragma
(sekat antara rongga dada dan rongga perut). Jenis hernia ini umumnya terjadi pada
lansia (>50 tahun). Jika seorang anak mengalami hernia hiatus, kondisi tersebut
disebabkan oleh kelainan bawaan.
e. Hernia insisional
terjadi ketika usus atau jaringan mencuat melalui bekas luka operasi di bagian perut
atau panggul. Hernia insisional dapat terjadi bila luka operasi di perut tidak menutup
dengan sempurna.
f. Hernia epigastrik
terjadi ketika jaringan lemak mencuat melalui dinding perut bagian atas, tepatnya
dari uluhati hingga pusar.
g. Hernia spigelian
terjadi ketika sebagian usus mendorong jaringan ikat (spigelian fascia) yang terletak
di sisi luar otot rektus abdominus, yaitu otot yang membentang dari tulang rusuk
hingga tulang panggul dengan karakteristik tonjolan yang dikenal dengan ‘six pack’.
Hernia spigelian paling sering timbul di daerah sabuk spigelian, yaitu daerah pusar ke
bawah.
h. Hernia diafragma
terjadi ketika sebagian organ lambung mencuat masuk ke rongga dada melalui celah
diafragma. Hernia jenis ini juga dapat dialami oleh bayi ketika pembentukan
diafragma kurang sempurna.
Menurut sifat dan keadaannya hernia dibedakan menjadi : (Sherwinter, 2014)
a. Hernia reponibel
Bila isi hernia dapat keluar masuk. Usus keluar jika berdiri atau mengedan dan masuk
lagi bila berbaring atau di dorong masuk perut, jika ada keluhan nyeri atau gejala
obstruksi usus (Nickes, 2015)
b. Hernia ireponibel
Bila isi kantong tidak dapat direposisi kembali ke dalam rongga perut. Ini biasanya
disebabkan oleh perlekatan isi kantong pada peritoneum kantong hernia (Nicks, 2015)
c. Hernia inkarserata atau strangulate
Bila isinya terjepit oleh cincin hernia sehingga isi kantong terperangkap dan tidak
dapat kembali ke dalam rongga perut.Akibatnya, terjadi gangguan veskularisasi.
Reaksi usus perlu segera dilakukan untuk menghilangkan bagian yang mungkin
nekrosis (Sherwinter, 2014)
Bagian – Bagian Hernia menurut Jitiwoyono dan Kristiyanasari (2013) yaitu :
a. Kantong hernia
Pada hernia abduminalis berupa poritoneum parietalis. Tidak semua hernia memiliki
kantong, misalnya hernia incisional, hernia adiposa, hernia intertitialis.
b. Isi hernia
Berupa organ atau jaringan yang keluar melalui kantong hernia, misalnya usus,
ovarium, dan jaringan penyangga usus (omentum)
c. Pintu hernia
Merupakan bagian locus minoris resistance yang melalui kantong hernia.
d. Leher hernia
Bagian tersempit kantong hernia yang sesuai dengan kantong hernia.
e. Locus minoris resistance (LMR)
4. Tanda dan gejala
a. Terdapat benjolan di bawah kulit perut atau lipat paha yang hilang timbul. Benjolan
akan hilang bila berbaring dan akan timbul ketika tekanan perut meningkat akibat
batuk atau mengejan.
b. Adanya rasa nyeri pada daerah benjolan bila isinya terjepit disertai perasaan mual.
a. Bisa terdapat nyeri saat benjolan ditekan.
b. Rasa tidak nyaman pada perut yang kadang disertai konstipasi atau darah pada tinja.
c. Rasa tidak nyaman pada perut atau lipat paha ketika mengangkat benda berat,
membungkuk, mengejan, atau berdiri dalam waktu lama
d. Bila penderita mengejan atas batuk maka benjolan hernia akan bertambah besar
5. Komplikasi
Komplikasi yang di timbulkan dari hernia menurut Rudi Heryono (2012) antara
lain :
a. Sulit buang air besar atau buang angin
b. Hematoma
c. Retensi urin
d. Nyeri kronis atau akut
e. Pembengkakan testis karena atrofi testis
f. Kerusakan pada usus dan jaringan yang terjepit.
g. Kerusakan testis akibat tekanan dari hernia.
h. Infeksi pada organ yang terjepit.
i. Gangguan pada saluran pencernaan termasuk obstruksi
j. perdarahan atau rusaknya saluran cerna
Komplikasi Operasi hernia umumnya aman. Meskipun demikian, komplikasi
berikut mungkin muncul setelah operasi:
a. Perdarahan atau infeksi luka operasi.
b. Infeksi pada jaring sintetis.
c. Gumpalan darah terbentuk akibat pasien tidak bergerak selama di bawah pengaruh
obat bius.
d. Nyeri yang tidak menghilang akibat cedera saraf atau mati rasa.
e. Kerusakan pada organ dalam perut atau organ kelamin pria, seperti testis atau saluran
sperma.
f. Hernia kembali kambuh. Meskipun demikian, pemasangan jaring sintetis
meminimalkan komplikasi tersebut.
g. Reaksi alergi obat.

6. Pemeriksaan diagnostik/ penunjang


a. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat kondisi bagian dalam tubuh. Ada beberapa
jenis pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk mendiagnosis hernia pada
seperti USG, foto Rontgen, atau CT scan.
b. Pemeriksaan laboratorium
Tes darah lengkap
c. Endoskopi
Melalui endoskopi, pemeriksa bagian dalam kerongkongan, lambung dan usus.
Pemeriksaan ini bisa dilakukan untuk memantau kondisi saluran cerna dan
mendeteksi apakah terdapat hernia atau kelainan lain, seperti luka, infeksi, atau
perdarahan.
d. Manometri esofagus
Pada tes ini, sebuah alat khusus berupa selang atau kateter akan dimasukkan melalui
hidung, lalu turun ke kerongkongan dan berakhir di lambung. Tes ini bertujuan untuk
mengukur tekanan dan gerakan dalam kerongkongan.
e. Gastrografin atau barium X-ray
Gastrografin atau barium X-ray merupakan salah satu teknik foto Rontgen khusus
yang dapat dilakukan untuk memantau kondisi saluran pencernaan.
7. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis antara lain : (Sjamsulhidayat R,2014)
a. Terapi umum
Terapi konservatif sambil menunggu proses penyembuhan melalui proses selama dapat
dilakukan pada hernia umbilikalis pada anak usia dibawah 2 tahun. Terapi konservatif
berupa alat penyangga dapat dipakai sebagai pengelolaan sementara, misalnya adalah
pemakaian korslet pada hernia ventralis sedangkan pada hernia inguinal pemakaian
tidak dilanjutkan karena selalu tidak dapat menyebuhkan alat ini dapat melemahkan
otot dinding perut.
b. Reposisi
Tindakan memasukkan kembali isi hernia ketempatnya semula secara hati-hati dengan
tindakan yang lembut tetapi pasti.Tindakan ini di hanya dapat di lakukan pada hernia
repobilis dengan menggunakan kedua tangan. Tangan yang satu melebarkan leher
hernia sedangkan tangan yang lain memasukkan isi hernia melalui leher hernia tadi.
Tindakan ini terkadang dilakukan pada hernia irrepobilis apabila pasien takut oprasi,
yaitu dengan cara : bagian hernia di kompres dingin, penderita di beri penenang valium
10 mg agar tidur, pasien di posisikan trandelenbrerg. Jika posisi tidak berhasiljangan
dipaksa, segera lakukan oprasi.
c. Suntikan
Setelah reposisi berhasil suntikan zat yang bersifat sklerotok untuk memperkecil pintu
hernia.
d. Sabuk hernia
Digunakan pada pasien yang menolak oprasi dan pintu hernia relative kecil.
e. Tindakan oprasi yang merupakan satu-satunya yang rasional
f. Hernioplastik endoscopy

Untuk pengobatan pada hernia inguinalis, antara lain :


a. Pengobatan konservatif
Terbatas pada tindakan melakukan reposisi dan pemakaian penyangga atau penunjang
untuk mempertahankan isi hernia inguinalis. Reposisi tidak dilakukan pada hernia
strangulate, kecuali pada pasien anak-anak. Reposisi dilakukan secara bimanual, tangan
kiri memegang isi hernia membentuk cocor sedangkan tangan kanan mendorongnya ke
arah cincin hernia dengan tekanan lambat tapi menetap sampai terjadi
reposisi.Dilakukan dengan menidurkan pasien dengan pemberian sodatif dan kompres
es diatas hernia.Bila reposisi ini berhasil pasien disiapkan untuk oprasi besok
harinya.Jika reposisi hernia tidak berhasil, dalam waktu enam jam harus dilakukan
oprasi segera.
b. Pengobatan operatif
Merupakan satu-satunya pengobatan hernia inguinalis yang rasional.Indikasi operatif
sudah ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari
herniatomy dan herniaraphy
c. Herniotomy
Dilakukan pembedahan kantong hernia sampai kelehernya.Kantong dibuka dan isi
hernia di bebaskan kalau ada perlengketan, kemudian reposisi, kantong hernia dijahit,
ikat setinggi mungkin lalu potong.
d. Hernioraphy
Dilakukan tindakan kecil annulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang
kanalis inguinalis
BAB II
WOC (Web Of Caution) HERNIA

HERNIA

Herniotomy + Hernioplasti

Pre Operatif Intra Operatif Post Operatif

Puasa Kurang Pembiusan/Anastesi Pembedahan Efek Obat Bius Luka


Pengetahuan Operasi
tentang
Risiko penyakit/prose SSP Sistem Sistem Pengaturan Incisi Risiko Cidera Nyeri
Kekura dur Tindakan Pernafasan Kardivaskule Posisi
ngan
Volum Penurunan Terbukanya Risiko
Ansieta Fungsi Risiko Infeksi
e Tingkat Jaringan
Otot-otot Aritmia Risiko Cidera
Kesadaran Jantung
Pernafasan
Melemah
Risiko Cidera Risiko Tempat Terpapar
Penurunan Masuknya Suhu
Perfusi Jaringan Kuman Lingkungan
Risisko Terjadi
sumbatan jalan nafas

Risiko Infeksi Hipotermi


Gangguan Ventilasi
Spontan
BAB III
PROSES KEPERAWATAN

1. Pengkajian
a. Data umum
Pengkajian adalah suatu tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk mengevaluasi
dan mengidentifikasi status kesehatan klien. Tahap pengkajian merupakan dasar
utama memberikan asuhan keperawatan sesuai kebutuhan individu (klien) seperti
identitas klien (nama, umur, agama, tempat tinggal, status pendidikan, dll) dan
penanggung jawab klien (Nursalam, 2013).
b. Kesehatan umum
1) Alasan MRS / Keluhan Utama
Pada anamnesis keluhan utama yang lazim di dapatkan adalah keluhan adanya
nyeri akibat tindakan pembedahan maupun sebelum pembedahan. Untuk
mendapatkan pengkajian yang lengkap mengenai nyeri klien, dapat digunakan
metode PQRST (Muttaqin & Sari, 2011)
2) Riwayat penyakit sekarang / riwayat kejadian Didapatkan keluhan nyeri hebat
pada abdominal bawah, dan nyeri di daerah sekitar paha dalam maupun testis,
keluhan gastrointestinal seperti mual, muntah, anoreksia, serta kelelahan pasca
nyeri sering di dapatkan (Muttaqin & Sari, 2011)
3) Riwayat penyakit dahulu
Pada riwayat penyakit dahulu yang penting untuk di kaji antara lain penyakit
sistemik, seperti DM, hipertensi, tuberculosis, diprtimbangkan sebagai sarana
pengkajian preoperatif serta dengan aktivitas (khususnya pekerjaan) yang
mengangkat beban berat juga mempunyai resiko terjadi hernia (Muttaqin & Sari,
2011)
4) Pola kesehatan
a) Pola nutrisi dan cairan
Klien yang mengalami hernia biasanya mempunyai kebiasaan mual, muntah,
anoreksia, obesitas merupakan salah satu predisposisi hernia.
b) Pola aktivitas
Pembatasan aktivitas yang dapat meningkatkan tekanan inta abdomen seperti
bersin, mengangkat beban berat, batuk, mengejan.
5) Pemeriksaan fisik
Sujono riyadi & sukarmin (2013) menyatakan bahwa pemeriksaan fisik pada
hernia inguinal lateralis yang di lakukan antara lain :
a) Keadaan umum : yang sering muncul adalah kelemahan fisik
b) Tingkat kesadaran : tingkat kesadaran pada penderita hernia inguinal lateralis
biasanya composmentis
c) Tanda-tanda vital : biasanya penderita hernia ini tanda- tanda vital dalam batas
normal
d) Head toe toe
 Kepala
Rambut : termasuk kuantitas, penyebaran dan tekstur rambut. Kulit kepala :
termasuk benjolan atau lesi. Wajah : pucat dan wajah tampak berkerut
menahan nyeri
 Mata
Mata tampak cekung (kekurangan cairan), sclera ikterik, konjungtiva
merah muda.Pupil : miosis, midrosis, atau anisokor
 Telinga
Daun telinga masih simetris kanan dan kiri.Gendang telinga tidak
tertutup.Serumen bewarna putih keabuan dan masih dapat bervibrasi
dengan baik apabila tidak mengalami ineksi skunder.Pengkajian terhadap
pendengaran terhadap bisikan maupun tes garputala dapat mengalami
penurunan.
 Hidung
Tidak terjadi pembesaran polip dan sumbatan hidung kecuali ada infeksi
skunder seperti influenza
 Mulut dan faring
Bibir : sianosis, pucat (biasanya penderita hernia mengalami mual muntah
karena adanya tekanan intra abdomen). Mukosa oral : lembab atau kering.
Langit- langit mulut : terdapat bercak keputihan karena pasien mengalami
penurunan kemampuan personal hygiene akibat kelemahan fisik.
 Thorax dan paru
Frekuensi pernafasan yang terjadi pada penderita hernia biasanya dalam
batas normal (16-20 kali permenit). Dengarkan pernafasan pasien apabila
terdengar stridor pada obstruksi jalan nafas, mengi apabila penderita
sekaligus mempunyai riwaat asma atau bronchitis kronik
 Dada
Inspeksi : dalam batas normal, deformitas atau asimetris dan retruksi
inspirasi abdomen. Palpasi : adanya nyeri tekan atau tidak. Perkusi : dalam
batas normal, pekak terjadi apabila cairan atau jaringan padat menggantikan
bagian paru yang normalnya terisi udara (terjadi apabila penyakit lain
seperti : efusi pleura, tumor atau pasca penyembuhan TBC). Auskultasi :
bunyi nafas vasikular, bronco vasikular (dalam keadaan normal)
 Abdomen
Pemeriksaan fisik pada hernia inguinal lateralis fokus pada pemeriksaan
abdomen. Yang di dapatkan :
- Inspeksi
Terlihat benjolan di region inguinalis ang berjalan dari lateral ke
medial, tonjolan berbentuk lonjong.
- Palpasi
Kantong hernia yang kosong kadang dapat diraba pada fenikulus
spermatikus sebagai gesekan dua permukaan sutera, tanda ini disebut
sarung tanda sarung tangan sutera.Kantong hernia yang berisi mungkin
teraba usus, omentum (seperti karet), atau ovarium.Dalam hal ini hernia
dapat direposisi pada waktu jari masih berada dalam annulus eksternus,
pasien mulai mengejan kalau hernia menyentuh ibu jari berarti hernia
inguinalis lateralis.
- Perkusi
Bila didapatkan perkusi perut kembung maka harus dipikirkan
kemungkinan hernia, hipertimpani, terdengar pekak.
- Auskultasi
Hiperperistaltis di dapatkan pada auskultasi abdomen pada hernia yang
mengalami obstruksi usus.
 Integument
Ada tidaknya edema, sianosis, pucat, kemerahan (luka pembedahan pada
abdomen)
 Genetalia
Inspeksi mengenai warna, kebersihan, benjolan seperti lesi, massa dan
tumor
 Ekstermitas
Apakah ada keterbatasan dalam aktiitas karena adanya nyeri ang hebat dan
apakah ada kelumpuhan atau kekakuan.
Kekuatan otot :
1 : Lumpuh
2 : Ada Kontraksi
3 : Melawan Gravitasi Dengan Sokongan
4 : Melawan Gravitasi Tapi Tidak Ada Lawanan
5 : Melawan Gravitasi Dengan Tahanan Sedikit
6 : Melawan Gravitasi Dengan Kekuatan Otot Penuh
c. Pemeriksaan penunjang
1) Radiologi
2) laboratorium
d. Terapi medis
2. diagnosa keperawatan
a. Nyeri Akut Agen pencedera fisik (D.0077) Faktor penyebab:
- Agen pencendera fisiologi (mis, inflamasi, iskemik, neoplasma)
- Agen pencendera fisik (mis abses, prosedur operasi)
b. Risiko Perdarahan (D.0012) Faktor penyebab:
- Tindakan pembedahan
- Kurang terpaparnya informasi tentang pencegahan pendarahan
c. Risiko Infeksi Faktor penyebab:
- Efek prosedur invasive
- Tindakan invasif
d. Ganguan pola tidur (D.0055) Faktor penyebab:
- Nyeri
- Kecemasan
- Kondisi pasca operasi
3. Intervensi keperawatan

No Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Rasional


Keperawatan
1 N Nyeri Akut (L.08066) Manajemen Nyeri (I. 08238) 1. Obervasi
yeri Luaran utama :tingkat nyeri 1. Observasi - Untuk mengetahui lokasi,
Akut Luaran tambahan: - lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, frekuensi dan skala nyeri
Agen - Fungsi gastro interstinal intensitas nyeri pasien
penced - Kontrol nyeri - Identifikasi skala nyeri - Untuk mengetahui respon non
era - Mobilisasi fisik - Identifikasi respon nyeri non verbal verbal nyeri pasien
fisik - Penyembuhan luka - Identifikasi faktor yang memperberat dan - Untuk mengetahui faktor yang
(D.007 - Perfusi parefer memperingan nyeri memperberat dan
7) - Status kenyamanan - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan tentang memperingan nyeri pasien
Faktor penyebab: - Tingkat cidera nyeri - Untuk mengetahui pengaruh
- Agen Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi pengaruh budaya terhadap respon budaya pasien terhadap respon
pencendera keparawatan selama 3x24 jam nyeri nyeri pasien
fisiologi (mis, diharapkan nyeri akut dapat - Identifikasi pengaruh nyeri pada kualitas hidup - Untuk mengetahui efek
inflamasi, teratasi dengan kriteria hasil: - Monitor keberhasilan terapi komplementer yang samping pasien dalan
iskemik, - Keluhan nyeri menurun sudah diberikan penggunaan analgetik
neoplasma) - Meringis menurun - Monitor efek samping penggunaan analgetik 2. Terapeutik
- Agen - Gelisah menurun 2. Terapeutik - Untuk mengalihkan perasaan
pencendera - Kesulitan tidur menurun - Berikan teknik nonfarmakologis untuk nyeri pasien
fisik (mis - Tekanan darah normal mengurangi rasa nyeri (mis. TENS, hypnosis, akupresur, - Untuk meningkatkan rasa aman
abses, - Frekuensi nadi sedang terapi musik, biofeedback, terapi pijat, aroma terapi, teknik dan nyaman pada pasien
prosedur - Pola nafas sedang imajinasi terbimbing, kompres hangat/dingin, terapi - Memberikan fasilitas tidur
operasi) bermain) seperti kasur, selimut dan bantal
- Control lingkungan yang memperberat rasa nyeri - Memilih terapi non farmakologis
(mis. Suhu ruangan, pencahayaan, kebisingan) sesuai dengan keadaan pasien
- Fasilitasi istirahat dan tidur 3. Edukasi
- Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam - Agar pasien
pemilihan strategi meredakan nyeri mengetahui penyebab dan
3. Edukasi pemicu nyeri
- Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri - Agar pasien dapat
- Jelaskan strategi meredakan nyeri mengontrol nyeri secara
- Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat - Agar pasien dapat
- Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengetahui tekhnik untuk
mengurangi rasa nyeri meredakan nyeri
4. Kolaborasi 4. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu - Agar mengurangi
nyeri pasien
2 R Tingkat Pendarahan Manajemen Pendarahan (l.02040)
isiko (L.02017) 1. Observasi 1. Observasi

Perdar Setelah dilakukan tindakan - Identifikasi penyebab pendarahan - Untuk mengetahui

ahan keparawatan selama 3x24 jam - Periksa adanya darah pada muntah, s putum, penyebab pendarahan

(D.001 diharapkan Resiko pendarahan fases, urine, pengeluaran NGT, dan drainase luka. Jika - Untuk mengetahui

2) dapat teratasi dengan kriteria perlu ukuran karakteristis

F hasil: - Periksa ukuran karakteristis hematoma jika ada hetmatoma

aktor - Kelembapan membran - Monitor terjadi pendarahan (sifat dan jumlah) - Agar mengetahui

penye mukosa normal - Monitor nilai hemoglobin dan hematokrit sifas dan jumlah darah

bab: - Kelembapan kulit normal sebelum dan setelah kehilangan darah - Untuk mengetahui

- Tindakan
- Pendarahan pasca operasi - Monitor tekanan darah dan parameter hasil hemoglobin dan
pembedaha menurun hemodinamik (tekanan vena sentral dan tekanan baji hematokrit sebelum dan
n - Hemoglobin normal kapiler atau arteri pulmonal), jika ada setelah kehilangan darah
- - Tekanan darah normal
Kurang - Monitor intake dan output cairan - Untuk mengetahui
terpaparnya - Denyut nadi normal - Monitor koagulasi darah (prothrpmbin time tekanan darah pasien
informasi - Suhu tubuh normal (PT), partial thromboplastin time (PTT), fibrinogen, - Untuk mengetahui
tentang degradasi fimbrin, dan jumlah Trombosit), jika ada keluar masuk nya cairan
pencegahan - Monitor deliveri oksigen jaringan - Untuk
pendarahan (mis.PaO2,SaO2, Hemoglobin dan curah jantung) memudahkan tim medis
2. Terapeutik dalam proses pengobatan
- Istirahatkan area yang mengalami pendarahan
- Berikan kompres dingin, jika perlu 2. Terapteutik

- Lakukan penekanan atau balut tekan, jika perlu - Untuk mengurangi

- Tinggikan ekstermitas yang mengalami resiko perdarah yang lebih

pendarahan berat

- Pertahankan akses IV - Untuk

3.  Edukasi menghentikan perdarahan

- Jelaskan tanda dan gejala perdarahan - Agar mengurangi

- Anjurkan melaporkan jika menemukan tanda- keluarnya darah

tanda pendarahan - Untuk mengurangi

- Anjurkan membatasi aktivitas perdarahan

4.  Kolaborasi - Agar pasien tidak

- Kolaborasi pemberian cairan, jika perlu dehidarsi

- Kolaborasi pemberian transfuse darah, jika 3.  Edukasi

perlu - Agar pasien


mengetahui tanda dan gejala
perdarahan
- Mengurangi
resiko kehilangan darah
- Agar pasien tidak
lemah
4.  Kolaborasi
- Untuk mencegah
dehidrasi
- Untuk mengganti
darah yang hilang

3 R Tingkat infeksi (L.14137) Perawatan Luka (I.14564)


1. Observasi
isiko Luaran utama: tingkat infeksi 1. Observasi
- Untuk mengetahui
Infeksi Luaran tambahan: - Monitor karakteristik luka (mis:
tanda gejela infeksi terhadap
F - Integritas drainase,warna,ukuran,bau
luka pasien
aktor kulit dan jaringan - Monitor tanda –tanda inveksi
2. Terapiutik
penye - Kontrol 2. Terapiutik
- Perawatan luka dapat
bab: resiko - lepaskan balutan dan plester secara perlahan
mengurangi resiko infeksi
- Efek
- prosedur Status imun - Cukur rambut di sekitar daerah luka, jika perlu
- Untuk mengurangi terjadinnya
invasive - Status nutrisi - Bersihkan dengan cairan NACL atau pembersih non
luka tambahan atau dekubitus
- Tindakan
Setelahinvasif
dilakukan tindakan toksik,sesuai kebutuhan
- Untuk mempercepat
keparawatan selama 3x24 jam - Bersihkan jaringan nekrotik
penyembuhan luka pasien
diharapkan Resiko infeksi - Berika salep yang sesuai di kulit /lesi, jika perlu
dapat teratasi dengan kriteria - Pasang balutan sesuai jenis luka
3. Edukasi
hasil: - Pertahan kan teknik seteril saaat perawatan luka
- agar pasien mengetahui tanda
- Kebersihan badan - Ganti balutan sesuai jumlah eksudat dan drainase
dan gejala infeksi
meningka - Jadwalkan perubahan posisi setiap dua jam atau sesuai
- Demam menurun kondisi pasien 4. Kolaborasi
- Kemerahan menurun - Berika diet dengan kalori 30-35 kkal/kgBB/hari dan - Untuk mengurangi resiko infeksi
- Bengkak menurun protein1,25-1,5 g/kgBB/hari
- Nyeri menurun - Berikan suplemen vitamin dan mineral (mis vitamin
- Kadar sel darah putih A,vitamin C,Zinc,Asam amino),sesuai indikasi
normal - Berikan terapi TENS(Stimulasi syaraf transkutaneous),
- Kultur luka membaik jika perlu
3. Edukasi
- Jelaskan tandan dan gejala infeksi
- Anjurkan mengonsumsi makan tinggi kalium dan protein
- Ajarkan prosedur perawatan luka secara mandiri
4. Kolaborasi
- Kolaborasi prosedur debridement(mis:
enzimatik biologis mekanis,autolotik), jika perlu
- Kolaborasi pemberian antibiotik, jika
4 G Pola tidur (L.05045) Dukungan tidur (l.09265) 1. observasi
angua Luaran utama: pola tidur 1. observasi - untuk mengetahui pola aktifitas
n pola Luaran tambahan: - identifikasi pola aktifitas dan tidur dan tidur
tidur - Penampilan peran - identifikasi faktor pengganggu tidur (fisik/psikolog) - identfaktor pengganggu tidur
(D.005 - Status kenyamanan - identifikasi makanan dan minuman yang mengganggu (fisik/psikolog)
5) - Tingkat depresi tidur (mis.kopi,teh,alkohol, makan mendekati waktu - makanan yang mengandung
F - Tingkat kelitihan tidur, minum banyak air sebelum tidur kafein bisa mempengaruhi pola
aktor Setelah dilakukan tindakan 2. terapeutik tidur pasien
penye keperawatan 3x24 jam - modifikasi lingkungan (mis. Pencahayaan, kebisingan, 2. terapeutik
bab: diharapakan gangguan pola suhu, matras, dan tempat tidur) - untuk meningkat kan kenyaman
- Nyeri
tidur dapat teratasi dengan - batasi waktu tidur siang, jika perlu pasien
- Kecemasan
kriteria Hasil: - fasilitasi menghilangkan stres sebelum tidur - agar pasien dapat tidur malam
- - Keluhan
Kondisi pasca sulit tidur menurun - tetapkan jadwal tidur rutin - untuk mengurangi stress paien
operasi - Keluhan sering terjaga - lakukan prosedur untuk meningkatkan - agar pasien bisa tidur
menurun Mkenyamanan(mis.pijat, pengaturan posisi) 3. edukasi
- Keluhan pola tidur berubah - sesuaikan jadwal pemberian obat dan/atau tindakan untuk - agar pasien mengetahui
menurun menunjang siklus tidur terjaga pentingnya tidur cukup
- Keluhan tidak puas tidur 3. edukasi selaenma sakit
menurun - jelaskan pentingnya tidur cukup selama sakit - makanan yang mengandung
- anjurkan menepati kebiasaan waktu tidur kafein dan alkohol
- anjurkan menghindari makanan dan minuman yang
mengganggu tidur
- ajarkan faktor-faktor yang berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis.psikolog, gaya hidup)
- ajarkan relaksasi otot autogenik atau cara non
farmakologi lainyya
5. Aplikasi Pemikiran Kritis
Hernia merupakan kondisi kegawatdaruratan dan salah satu kondisi yang
harus diwaspadai. Hernia atau penyakit turun berok merupakan kondisi yang dapat
menyerang semua usia (anak, dewasa maupun lansia) dan ditandai dengan adanya
benjolan yang hilang timbul (Sodikin, 2014). Hernia merupakan kondisi
kegawatdaruratan dan salah satu kondisi yang harus diwaspadai. Hernia atau
penyakit turun berok merupakan kondisi yang dapat menyerang semua usia (anak,
dewasa maupun lansia) dan ditandai dengan adanya benjolan yang hilang timbul
(Sodikin, 2014).
Menurut Muttaqin dan Sari (2011) pembedahan herniotomi sering dilakukan
untuk pengobatan kasus hernia yang besar atau terdapat resiko tinggi untuk
inkarserata. Sayatan pada waktu herniotomi dapat menyebabkan kerusakan jaringan,
hal tersebut dapat memicu timbulnya rasa nyeri pasca operasi atau pembedahan.
Nyeri yang timbul pasca operasi merupakan kejadian yang menekan atau stress, dan
dapat mengubah gaya hidup dan kesejahteraan psikologi individu. Nyeri akut yang
timbul pasca operasi harus segera dikelola agar tidak timbul komplikasi seperti syok
neurogenik, karena nyeri akut juga dapat menyebabkan denyut jantung, tekanan
darah, dan frekuensi pernafasan meningkat (Rumiati, 2013).
Upaya penatalaksanaan nyeri pada klien post operasi herniotomi yaitu
menggunakan metode farmakologi dan non farmakologi. Metode farmakologi
dilakukan dengan kolaborasi antara dokter dan perawat dengan cara pemberian obat
analgetik sistemik melalui intravena, intramuscular maupun secara oral, misalnya
aspirin, ibuprofen (motrin), naproksen, antidepresan. Sedangkan metode non
farmakologi adalah tindakan mandiri perawat yang dapat dilakukan dengan
menggunakan managemen nyeri, diantaranya adalah kompres dingin dan hangat,
hypnosis, relaksasi nafas dalam, mobilisasi dini, relaksasi genggam jari, terapi
Spiritual emosional Freedom Technique (SEFT) dan teknik distraksi (pengalihan)
yang bisa berupa pemberian terapi musik dan terapi murotal (Andarmoyo, 2013)
Salah satu tekhnik distraksi untuk pereda nyeri adalah terapi murotal Qur’an.
Murrotal Qur’an adalah terapi bacaan Al Qur’an yang merupakan terapi religi
dimana seseorang dibacakan ayat-ayat Al- Qur’an (Hadi,dkk, 2013).
Hal ini sesuai dengan teori yang diungkapkan oleh Alexander (2012) dalam
Saputra, 2017 bahwa terapi Murotal dapat menurunkan nyeri, karena memiliki efek
distraksi dalam inhibisi persepsi nyeri. Murotal juga dipercaya meningkatkan
pengeluaran hormone endorphin yang memiliki efek rileks dan ketenangan yang
timbul, midbrain mengeluarkan Gama Amino Butyric Acid (GABA) yang berfungsi
menghambat hantaran impuls listrik dari satu neuron ke neuron lainnya oleh
neurotransmitter di dalam sinaps. Selain itu, midbrain juga mengeluarkan enkepalin
dan beta endorphin. Zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesia yang akhirnya
mengeliminasi neurotransmitter di dalam sinaps.
Selain itu, midbrain juga mengeluarkan enkepalin dan beta endorphin. Zat
tersebut dapat menimbulkan efek analgesia yang akhirnya mengeliminasi
neurotransmitter rasa nyeri pada pusat persepsi dan interpretasi sensorik somatic di
otak. Sehingga efek yang bisa muncul adalah nyeri berkurang. Saat seseorang
mendengarkan musik atau murotal Qur’an, gelombangnya ditransmisikan melalui
assicles di telinga tengah dan melalui cairan cochlear berjalan menuju telinga dalam.
Membran basilaris cochlea merupakan area resonansi dan berespon terhadap
frekuensi getaran yang bervariasi. Rambut silia sebagai sensori reseptor yang
mengubah frekuensi getaran menjadi getaran elektrik dan langsung terhubung
dengan ujung nervus pendengaran. Nervus auditori menghantarkan sinyal ini ke
korteks euditori di lobus temporal. Korteks auditori primer menerima input dan
mempersepsikan pitch dan melodi yang rumit, dan dipengaruhi oleh pengalaman
seseorang. Korteks auditori sekunder lebih lanjut memproses interpretasi musik
sebagai gabungan harmoni, melodi, dan rhytm (Wilgram, 2014) Mekanisme murotal
dalam memberikan efek penurunan nyeri telah dijelaskan dalam teori Gate Control,
dimana kesan yang muncul bahwa transmisi dari hal yang berpotensi sebagai impuls
nyeri bisa dimodulasikan oleh “cellular gating mechanium”ditemukan di spinal cord.
Gate Control Theory menyatakan bahwa sinyal nyeri yang ditransmisikan dari
bagian yang mengalami cedera melalui reseptor-reseptor nervus di spinal, lalu
sinaps-sinaps menyampaikan informasi ke otak (Bally, dkk, 2012).
Hal ini juga diperkuat dengan pendapat Macgregor dalam Faradisi (2012),
bahwa Saat gerbang tertutup, sinyal nyeri akan dicegah mencapai otak. Namun saat
gerbang membuka, impuls-impuls tersebut akan mampu mencapai otak dan
menginformasikan pesan sebagai nyeri. Saat impuls sensori lain yang dikirim
(murrotal Qur’an) bersamaan dengan berjalannya impuls nyeri, maka impuls-impuls
ini akan berkompetisi untuk mencapai otak. Pada keadaan gerbang baik terbuka
maupun tertutup, musik dipercaya dapat mengurangi persepsi nyeri pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh Marliana 2018 dengan judul Terapi Murotal
Qur’anterhadap Nyeri Post Op Hernia. Hasil analisa univariat diperoleh bahwa
sebelum pemberian tindakan terapi murotal dengan judul Qur’an rata-rata skala nyeri
yaitu 9,25 dan setelah pemberian tindakan terapi murotal Qur’an terjadi penurunan
skala nyeri menjadi 0.68 Hasil analisis bivariat diketahui ada pengaruh pemberian
terapi murotal Qur’an terhadap skala nyeri pasien post op laparatomi saat dilakukan
perawatan luka di ruang kutilang RS Dr.Hi.Abdoel Moeloek tahun 2017 (p- value=
0,000).
DAFTAR PUSTAKA

Diyono, Mulyanti Sri. 2014. Keperawatan Medical Bedah Sistem Pencernaan. Edisi
pertama. Kencana. Jakarta

Dermawan,deden, 2015. Hubungan antara obesitasdengan kejadian hernia.


Unnesjurnal ofpublic healt 3 (3):2-3

Luh Condrosas.Terapi Non Farmakologi Pada Klien Post Operasi Herniotomi


Dengan Nyeri Akut.journal 14 No 01 (2020): VOLUME 14/NOMOR
01/SEPTEMBER/2020 http://ejournal.uhb.ac.id/index.php/VM/article/view/525

Marliyana. Oktober 2018.Pemberian Terapi Murotal Qur’anterhadap Nyeri Saat


Perawatan Luka Post Op Hernia Di Ruang Kutilang Rs.Dr.H.Abdul Moeloekprovinsi
Lampung Jurnal Kesehatan Panca Bhakti Lampung, Volume VI, No. 2,

Jamaludin. 2014. Jurnal Manajemen Nyeri Menggunakan Teknik Relaksasi Pada


Pasien post operasi hernia di Ruang Cempaka III RSUD Kudus.Kudus : Akper
KridaHusadaKudus.

Muttaqin, Arif dan Kumala Sari. 2015. Gangguan gastrointestinal Aplikasi


Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2018), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia
(SLKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai