Anda di halaman 1dari 55

PROPOSAL DESIMINASI AWAL

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK DI UNIT


PELAYANAN TEKNIS GRIYA WERDHA JAMBANGAN
SURABAYA PERIODE II
(23 DESEMBER 2019 – 05 JANUARI 2020)

DISUSUN OLEH:
GERBONG 1

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2019
PROPOSAL DESIMINASI AWAL

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN GERONTIK DI


UNIT PELAYANAN TEKNIS GRIYA WERDHA
JAMBANGAN SURABAYA PERIODE II
(24 DESEMBER 2019 – 05 JANUARI 2020)

DISUSUN OLEH:
GERBONG 1

PROGRAM STUDI PROFESI KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2019

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun ucapkan kehadapan Allah SWT karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah penyusun dapat menyelesaikan laporan desiminasi
awal Praktik Profesi Keperawatan Gerontik di UPTD Griya Werdha Jambangan
Surabaya tepat pada waktunya.
Penyusun menyadari bahwa tanpa bantuan, dukungan, serta bimbingan
dari berbagai pihak, sulit bagi penyusun untuk menyelesaikan tugas ini. Oleh
karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Wiwiek Liestyaningrum.,S.Kp.,M.Kep selaku ketua Stikes Hang Tuah
Surabaya.
2. BapakNuh Huda, M. Kep., Ns., Sp selaku Kepala Program Studi
Pendidikan Profesi Ners Keperawatan Stikes Hang Tuah Surabaya.
3. Segenap dosen pembimbing praktik keperawatan gerontik profesi ners
yang telah meluangkan waktu untuk memberikan ilmu, koreksi, saran, dan
motivasi dengan penuh kesabaran.
4. Kepala UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya yang telah
memfasilitasi kami untuk memperdalam ilmu keperawatan gerontik.
5. Segenap perawat dan staff UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya yang
telah banyak membantu dan memotivasi kami sehingga laporan desiminasi
awal dapat terselesaikan.
6. Rekan – rekan angkatan A10 Pendidikan Profesi Ners STIKES Hang Tuah
Surabaya Gerbong 1 praktik profesi keperawatan gerontik, yang telah
banyak membantu selama proses penyusunan laporan desiminasi awal ini.

Semoga Allah SWT senantiasa membalas budi baik semua pihak yang
telah memberikan kesempatan, dukungan dan bantuan dalam
menyelesaikan laporan desiminasi awal ini.

Surabaya, 25 Desember 2019

Tim Penyusun

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................
i
KATA PENGANTAR iii...........................................................................................
DAFTAR ISI ............................................................................................................
iv
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................
1.1 Latar Belakang......................................................................................................................
1
1.2 Tujuan Penulisan...................................................................................................................
3
1.2.1 Tujuan umum.........................................................................................................................
3
1.2.2 Tujuan khusus........................................................................................................................
3
1.3 Manfaat Penulisan................................................................................................................
3
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................
2.1 Pengertian Lansia.................................................................................................................6
2.2 Klasifikasi Lansia.................................................................................................................7
2.3 Tipe-tipe Lansia....................................................................................................................9
2.4 Tugas Perkembangan lansia..............................................................................................9
2.5 Masalah Pada lansia............................................................................................................
10
2.6 Upaya perawatan dan pelayanan kesehatan lansia.....................................................
15
2.7 Analisa Jurnal........................................................................................................................
17
BAB 3 HASIL PENGKAJIAN................................................................................
24

iv
3.1 Profil UPTD Griya Werdha Jambangan...............................................................
24
3.2 Data Umum..........................................................................................................
28
BAB 4 POA ( Planning Of Action)..........................................................................37
BAB 5 PENUTUP.....................................................................................................
40
5.1 Simpulan..............................................................................................................
40
5.2 Saran.....................................................................................................................
40
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
42

v
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Lanjut usia (lansia) adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih
yang terkadang menimbulkan masalah sosial, tetapi bukanlah suatu penyakit
melainkan suatu proses natural tubuh meliputi terjadinya perubahan
deoxyribonucleic acid (DNA), ketidaknormalan kromosom dan penurunan
fungsi organ dalam tubuh (Nies & McEwen, 2007; Tamher & Noorkasiani,
2009). Hampir seluruh negara telah menyepakati bahwa batasan lansia adalah
usia lebih dari 65 tahun, namun negara-negara di bagian timur tidak
seluruhnya dapat mengadaptasinya. Pada saat ini tidak ada standar umur
numerik khusus dari WHO mengenai batasan lansia, tetapi disetujui bahwa
batasan usia lansia diatas 60 tahun (WHO 2016). Sedangkan Departeman
kesehatan RI menyebutkan seseorang dikatakan berusia lanjut usia dimulai
dari usia 55 tahun keatas. Seiring dengan proses menua, tubuh seseorang akan
mengalami berbagai masalah kesehatan yang disebut dengan penyakit
degeneratif. Lansia merupakan usia yang berisiko tinggi terhadap penyakit
degeneratif diantaranya seperti penyakit jantung koroner atau PJK,
Hipertensi, diabetes militus, gout/rheumatik, dan kanker (Wiria, 2015)
World Health Organization (WHO) memproyeksikan di kawasan Asia
Tenggara populasi lansia sebesar 8% atau sekitar 142 juta jiwa (Depkes,
2013). Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan jumlah
penduduk yang berusia 60 tahun ke atas dan semakin meningkat dari tahun
ke tahun. Semakin meningkatnya populasi lansia, maka memungkinkan
semakin meningkat pula permasalahan-permasalahan kesehatan lebih banyak
terjadi pada lansia, Badan Pusat Statistik (2015) memproyeksikan pada tahun
2018 jumlah lansia diperkirakan mencapai 9,3% atau 24,7 juta jiwa. Menurut
Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan Republik Indonesia tahun
2017 terdapat tiga provinsi dengan persentasi penduduk lansia terbesar yaitu
Provinsi DI Yogyakarta (13,81%), Jawa Tengah (12,59%) dan Jawa Timur
(12,25%). Jumlah prevalensi penduduk lansia di Kota Surabaya yang berumur
2

60 tahun atau lebih sebanyak 227,527 juta jiwa (Dinkes Kota Surabaya,
2016). Sedangkan Jumlah lansia yang berada di UPTD Griya Wredha
Jambangan Surabaya tahun 2019 sebanyak 154 lansia.
Lansia memiliki proses menua alami yang diikuti oleh penurunan
kondisi psikologis, fisik, dan sosial. Keadaan ini dapat menyebabkan
permasalahan kesehatan baik secara umum ataupun jiwa terhadap lansia
(Firdaus, 2018). Masalah yang umumnya terjadi pada lansia antara lain
gangguan penyesuaian, kehilangan, depresi, gangguan kepribadian dan lain-
lain. Menurut Ambarwati (2014) semakin tua umur seseorang, maka akan
semakin menurun kemampuan fisiknya, hal ini dapat mengakibatkan
kemunduran pada peran sosialnya dan juga akan mengakibatkan gangguan
dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya. Meningkatkan ketergantungan
yang memerlukan bantuan orang lain dengan kata lain akan menurunkan
tingkat kemandirian lansia tersebut. Kemandirian sangat penting dalam
memenuhi kebutuhan dasar manusia. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh teori
Maslow tentang hierarki kebutuhan dimana tingkatan yang tertinggi (ke-5)
adalah kebutuhan aktualisasi diri (need for self Actualization) yang terkait
dengan tingkat kemandirian, kreatifitas, kepercayaan diri dan mengenal serta
memahami potensi diri sendiri. Kemandirian pada lanjut usia dapat dinilai
dari kemampuannya dalam melakukan aktivitas kesehariannya atau yang
sering disebut dengan Activity of daily living (ADL), sehingga
meminimalkan morbiditas para lanjut usia.
Keberadaan ilmu keperawatan gerontik bertujuan untuk memberikan
asuhan keperawatan secara holistik dan meningkatkan usaha preventif,
promotif dalam meningkatkan kesejahteraan lansia. Untuk membina
kesehatan lanjut usia tersebut, maka diperlukan kerjasama lintas program dan
lintas sektoral yang salah satunya dengan pelayanan di Unit Pelayanan Teknis
Pelayanan Sosial Lanjut Usia (UPTDPSLU). Dalam rangka menerapkan
asuhan keperawatan tersebut, maka mahasiswa Program Pendidikan Profesi
Ners STIKES Hang Tuah Surabaya Angkatan A10 Gerbong 1 melaksanakan
praktik keperawatan gerontik di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
pada tanggal 23 Desember 2019 - 05 Januari 2020. Kegiatan ini bertujuan
mendapatkan pengalaman secara langsung untuk menemukan permasalahan
3

yang terjadi pada lanjut usia serta memberikan asuhan keperawatan baik
secara fisik, mental, sosial, spiritual dan kultural.

1.2. Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan terhadap klien lanjut
usia secara profesional dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan di
UPTD Griya Werdha Jambangan.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa dapat melakukan pengkajian situasi di UPTD Griya Werdha
Jambangan
2. Mahasiswa dapat mengidentifikasi masalah kesehatan yang timbul pada
klien lanjut usia yang tinggal dalam lingkungan UPTD Griya Werdha
Jambangan, baik yang bersifat aktual, potensial dan resiko.
3. Mahasiswa dapat menetapkan rencana tindakan keperawatan untuk
mengatasi masalah yang terjadi pada klien lanjut usia yang tinggal di
UPTD Griya Werdha Jambangan
4. Mahasiswa dapat mengimplementasikan tindakan keperawatan sesuai
rencana yang dibuat.
5. Mahasiswa dapat melakukan evaluasi dari tindakan keperawatan yang
telah dilakukan.

1.3. Manfaat Kegiatan


Manfaat kegiatan praktik keperawatan gerontik antara lain :
1. Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan konsep asuhan keperawatan gerontik pada lansia dan
mekanisme pengelolaan UPTD Griya Werdha Jambangan.
2. Bagi lanjut usia di UPTD Griya Werdha Jambangan
a. Lansia mendapat pelayanan keperawatan sesuai kebutuhannya.
b. Lansia mendapatkan penjelasan tentang kesehatannya.
4

c. Lansia mengetahui masalah kesehatan yang dideritanya


d. Lansia merasa aman, nyaman dan bahagia di usianya.
3. Bagi Institusi UPTD Griya Werdha Jambangan
a. Dapat mengembangkan model asuhan keperawatan pada lansia yang
tinggal di UPTD Griya Werdha Jambangan.
b. Mendapatkan masukan masalah kesehatan tentang lansia, situasi
UPTD Griya Werdha Jambangan, serta alternatif pelayanan.
4. Bagi institusi penyelenggara pendidikan
a. Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada
lansia yang tinggal pada lingkungan panti, sekaligus sebagai sarana
evaluasi terhadap proses pembelajaran mahasiswa berkaitan dengan
praktik profesi keperawatan.
b. Dapat memberikan kontribusi yang positif bagi UPTD Griya Werdha
Jambangan
6

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Lansia

Lansia atau lanjut usia adalah suatu proses yang alami, setiap manusia

akan mengalami proses menjadi tua yang merupakan masa terakhir hidup manusia

dimana manusia akan mengalami penurunan fisik, mental, dan sosial secara

bertahap (Azizah, 2011). Lanjut usia atau yang sering disebut lansia adalah masa

dimana kemampuan fisik dan akal seseorang akan mengalami penurunan yang

ditandai dengan adanya beberapa perubahan dalam hidup (Basuki, 2015). Lanjut

usia adalah kelompok orang yang sedang mengalami suatu proses perubahan yang

bertahap dalam jangka waktu yang ditentukan (Notoatmodjo, 2010). Menurut UU

No. 13 Tahun 1998 tentang Kesehatan dijelaskan bahwa lanjut usia adalah

seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.

Menurut Santrock (2011), ada dua pandangan para ahli mengenai definisi

lanjut usia atau lansia, yaitu menurut pandangan orang barat dan orang Indonesia.

Orang barat mendefinisikan lansia sebagai orang yang yang telah berumur 65

tahun atau lebih, dimana usia ini akan membedakan antara orang dewasa dengan

orang usia lanjut. Berdasarkan pandangan orang Indonesia, istilah lansia pada

umumnya dipakai sebagai usia maksimal kerja dan mulai tampaknya ciri-ciri

penuaan. Lanjut usia merupakan bagian dari proses tumbuh kembang dimana

manusia tidak akan secara tiba-tiba menjadi tua, akan tetapi melalui tahapan

perkembangan mulai dari bayi, anak-anak, remaja, dewasa dan akhirnya menjadi

tua.

6
7

Berdasarkan beberapa definisi lansia menurut beberapa para ahli, dapat

disimpulkan bahwa lansia adalah proses akhir tumbuh kembang manusia yang

dimulai dari bayi hingga akhirnya menjadi tua, dimana pada masa ini terjadi

penurunan fungsi tubuh baik secara fisik, mental, maupun sosialnya yang

dikategorikan dalam batasan umur 60 tahun atau lebih.

2.2 Klasifikasi Lansia dan Batasan Lansia

Hurlock (2002) dalam Basuki (2015) menjelaskan bahwa terdapat ciri-ciri

orang lanjut usia, diantaranya:

1. Usia lanjut adalah periode kemunduran, kemunduran pada lansia sebagian

besar datang dari faktor fisik maupun psikologis. Kemunduran bisa

berdampak pada psikologis lansia. Kemunduran pada lansia semakin cepat

apabila lansia mendapat motivasi yang rendah, sebaliknya apabila lansia

mendapat motivasi yang tinggi maka kemunduran itu akan lama terjadi.

2. Proses menua membutuhkan peran, perubahan peran tersebut dilakukan

sebab lansia mulai mengalami kemunduran dalam segala hal.

3. Orang lansia memiliki status minoritas. Hal ini dikarenakan sebagai akibat

dari sikap sosial yang kurang menyenangkan terhadap orang lansia dan

diperkuat dengan adanya pendapat-pendapat klise yang buruk terhadap

lansia. Pendapat-pendapat klise itu misalnya: lansia biasanya lebih senang

mempertahankan pendapatnya daripada harus mendengarkan pendapat

orang lain.

4. Penyesuaian yang buruk pada lansia. Lansia yang menerima perlakuan

yang buruk cenderung mengembangkan konsep diri yang lebih buruk.


8

Lansia akan memperlihatkan bentuk perilaku yang buruk karena hal

tersebut.

Depkes RI (2003) mengklasifikasikan lansia sebagai berikut:

a. Masa Pralansia, yaitu seseorang yang berusia antara 49-59 tahun.

b. Masa Lansia, yaitu seseorang yang telah berusia 60 tahun atau lebih.

c. Lansia dengan resiko tinggi, yaitu lansia yang berusia 70 tahun atau

lebih yang memiliki masalah dengan kesehatan.

d. Lansia potensial, yaitu lansia yang mampu melakukan perkerjaan atau

kegiatan yang dapat menghasilkan barang atau jasa.

e. Lansia tidak potensial, yaitu lansia yang tidak berdaya mencari nafkah

sehingga bergantung pada orang lain.

Menurut Effendi (2009) dalam Sunaryo (2016) mengklasifikasikan

batasan-batasan umur lansia yang dikutip dari beberapa sumber sebagai berikut:

1. Menurut WHO (World Health Organization) ada beberapa batasan umur

lansia, yaitu:

a. Usia pertengahan (middle age) berusia 45 – 59 tahun

b. Usia lanjut (fidely) berusia 60 – 74 tahun

c. Lansia tua (old) berusia 75 – 90 tahun

d. Lansia sangat tua (very old) berusia lebih dari 90 tahun

2. Menurut Koesoemato Setyonegoro menjelaskan masa lanjut usia geriatric

age 65 – 70 tahun yang terbagi dalam tiga batasan umur, yaitu:

a. Young old berusia 70 – 75 tahun

b. Old berusia 75 – 80 tahun

c. Very old berusia lebih dari 80 tahun


9

3. Menurut Jos Madani (Psikolog UI) terdapat empat fase :

a. Fase inventus berusia 25 – 40 tahun

b. Fase virilities berusia 40 – 55 tahun

c. Fase presenium berusia 55 – 65 tahun

d. Fase senium berusia lebih dari 65 tahun

2.3 Tipe-tipe Lansia

Tipe lansia dibagi menjadi lima tipe yaitu tipe arif bijaksana, tipe mandiri,
tipe tidak puas, tipe pasrah dan tipe bingung (Nugroho, 2008) :
1. Tipe arif bijaksana, yaitu kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan
diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan dan menjadi
panutan.
2. Tipe mandiri, yaitu menganti kegiatan yang hilang dengan yang baru,
selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi
undangan.
3. Tipe tidak puas, yaitu konflik lahir batin menentang proses penuaan
sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani,
pengkritik dan banyak menuntut.
4. Tipe pasrah, yaitu menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan
agama dan melakukan pekerjaan apa saja.
5. Tipe bingung, yaitu mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif dan acuh
tak acuh.

2.4 Teori Proses Penuaan

Menurut Constantanides dalam Muhith (2016) menjelaskan penuaan


(proses terjadinya tua) merupakan proses penurunan secara perlahan akan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki atau mengganti serta mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan apabila terjadi infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita. Seiring dengan proses tersebut, maka tubuh
akan mengalami berbagai masalah kesehatan yang disebut sebagai penyakit
degeneratif.
10

Menurut Mujahidullah (2012), proses penuaan atau aging process


merupakan suatu proses perubahan biologi yang tidak dapat dihindari dan akan
dialami oleh setiap manusia. Proses ini dimulai sejak seseorang mencapai usia
dewasa. Sebenarnya tidak ada batasan pasti usia berapa kondisi kesehatan
seseorang akan menurun. Setiap manusia memiliki fungsi fisiologis alat tubuh
yang berbeda-beda, baik dalam hal pencapaian puncak fungsi maupun proses
penurunanannya. Ketika fungsi fisiologis tubuh telah mencapai puncak, fungsi
tubuh tersebut akan berada dalam kondisi stabil hingga beberapa saat, kemudian
menurun secara perlahan sesuai dengan bertambahnya usia.
2.5 Masalah Pada Lansia
Masalah-masalah kesehatan menurut Kementrian Kesehatan RI (2018)
yang sering terjadi pada lansia berbeda dari orang dewasa, yang sering disebut
dengan sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai kesehatan yang
sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya (istilah 14 I), yaitu :
a. Immobility (kurang bergerak)
1) Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih.
2) Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan
otot, ketidak seimbangan,masalah psikologis, depresi atau demensia.
3) Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami
penekanan terus menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot,
kontraktur/kekakuan otot dan sendi, infeksi paru-paru dan saluran
kemih, konstipasi dan lain-lain.
4) Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur,
menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan dan makanan
yang berserat.
b. Instability (mudah jatuh)
1) Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset,
sinkop/kehilangan kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi
orthostatik, proses penyakit dan lain-lain.
2) Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien
misalnya kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan
pendengaran,penglihatan, gangguan keseimbangan, penyakit misalnya
hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang
terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai licin, jalan
11

tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang membuat


terpeleset dll).
3) Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera
jaringan lunak, sampai patah tulang yang bisa menimbulkan
imobilisasi.
4) Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan
riwayat jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari
instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa
latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal yang
sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti
pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.
c. Incontinence (sering BAB/BAK)
1) Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak
dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga
menimbulkan masalah sosial dan atau kesehatan.
2) Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila
penyakit yang mendasarinya diatasi misalnya infeksisaluran kemih,
gangguan kesadaran, obat-obatan, masalah psikologik dan skibala.
3) Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe urgensi yaitu
keinginan berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya
overaktifitas/kerja otot detrusor karena hilangnya kontrol neurologis,
terapi dengan obat-obatan antimuskarinik prognosis baik, tipe stres
kerena kegagalan mekanisme sfingter/katup saluran kencing untuk
menutup ketika ada peningkatan tekanan intra abdomen mendadak
seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot dasar panggul
prognosis baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya kandung kemih
melebihi volume normal, post void residu > 100 cc terapi tergantung
penyebab misalnya atasi sumbatan/retensi urin..
4) Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau
ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses melalui
anus, penyebab cedera panggul, operasi anus/rektum, prolaps rektum,
tumor dll.
5) Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien
sering mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.
d. Intellectual impairment (gangguan intelektual/ demensia)
12

1) Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat yang


disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan
gangguan tingkat kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas kerja dan
sosial secara bermakna.
2) Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup
berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau
mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh,
pasien menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas.
3) Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan obesitas.
4) Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai
dengan gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau
gangguan persepsi yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi.
5) Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan memori jangka
pendek, gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses pikir
(diorientasi waktu, tempat, orang), komunikasi tidak relevan, pasien
mengomel, ide pembicaraan melompat-lompat, gangguan siklus tidur.
e. Infection (infeksi)
1) Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya
daya tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya
komunikasipada lanjut usia sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya
mengenal tanda infeksi secara dini.
2) Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan
meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai pada
usia lanjut, malah suhu badan yang rendah lebih sering dijumpai.
3) Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa
konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-
tiba, badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku sering
terjadi pada pasien usia lanjut.
4) Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatandan penciuman)
5) Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan
menyebabkan pasien sulit untuk diajak komunikasi
6) Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah
dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan
bedah berupa implantasi koklea.
13

7) Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak atau


komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT dll, penatalaksanaan
dengan memakai alat bantu kacamata atan dengan operasi pada katarak.
f. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatan dan penciuman)
g. Isolation (Menarik Diri/ Depresi)
1) Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut usia
adalah kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup, anak,
bahkan binatang peliharaan.
2) Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan,
menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang
mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien
akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat
melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan.
3) Inanition (malnutrisi), Asupan makanan berkurang sekitar 25% pada
usia 40-70 tahun. Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis
(perubahan rasa kecap, pembauan, sulit mengunyah, gangguan usus
dll), psikologis (depresi dan demensia) dan sosial (hidup dan makan
sendiri) yang berpengaruh pada nafsu makan dan asupan makanan.
h. Impecunity (kemiskinan)
1) Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan mental
akan berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan
ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan
pekerjaan sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.
2) Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup
dari tunjangan hari tuanya.
3) Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman
sejawat, berarti interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang
lansia mengalami depresi.
i. Iatrogenic (menderita penyakit pengaruh obat-obatan)
1) Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga
membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering
menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan
dokter sehingga dapat menimbulkan penyakit.
2) Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari
interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa.
j. Insomnia (sulit tidur)
14

1) Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang menyebabkan


seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa penyakit juga dapat
menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus dan gangguan kelenjar
thyroid, gangguan di otak juga dapat menyebabkan insomnia. Jam tidur
yang sudah berubah juga dapat menjadi penyebabnya.
2) Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia
yaitu sulit untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam dan
mudah terbangun, jika terbangun sulit untuk tidur kembali, terbangun
dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari.
3) Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai
mendekati waktu tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum
minuman berkafein saat sore hari, batasi asupan cairan setelah jam
makan malam ada nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau kurang,
hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis tagihan
dan membaca.
k. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
Daya tahan tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai
penurunan fungsi organ tubuh, juga disebabkan penyakit yang diderita,
penggunaan obat-obatan,keadaan gizi yang menurun.
l. Impotence (Gangguan seksual)
Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut
terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon, syaraf, dan
pembuluh darah dan juga depresi.
m. Impaction (sulit buang air besar)
1) Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang
kurang mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu dan
lain-lain.
2) Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi
tertahan, kotoran dalam usus menjadi keras dan kering dan pada
keadaan yang berat dapat terjadi penyumbatan didalam usus dan perut
menjadi sakit.

2.6 Upaya Perawatan dan Pelayanan Kesehatan Lansia


15

Lanjut usia merupakan seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas.


Adapun kategori lansia menurut usianya yaitu usia 45-59 tahun merupakan pra
lansia, usia 60-69 tahun merupakan lansia muda, usia 70-79 tahun merupakan
lansia madya, dan 80-89 tahun merupakan lansia tua. Proses penuaan pada lansia
terjadi seiring bertambahnya umur lansia, yang akan menimbulkan permasalahan
terkait aspek kesehatan, ekonomi, maupun sosial. Oleh karena itu perlunya
peningkatan pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia sehingga lansia dapat
meningkatkan kualitas hidupnya.
Berdasarkan aspek kesehatan, lansia akan mengalami proses penuaan yang
ditandai dengan penurunan pada daya tahan fisik sehingga rentan terhadap
penyakit. Penurunan fungsi fisik yang terjadi pada lansia yakni penurunan sistem
tubuh seperti sistem saraf, perut, limpa, dan hati, penurunan kemampuan panca
indera seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, dan perasa, serta penurunan
kemampuan motorik seperti kekuatan dan kecepatan. Berbagai penurunan ini
berpengaruh terhadap kemampuan lansia dalam melakukan aktivitas sehari-hari
dan terhadap status kesehatannya. Data dari Riskesdas tahun 2013 menyebutkan
bahwa penyakit yang banyak terjadi pada lansia yaitu Penyakit Tidak Menular
(PTM), seperti hipertensi, artritis, stroke, Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(PPOK) dan Diabetes Mellitus (DM).
Selain berdampak pada kondisi fisik lansia, proses penuaan juga
berdampak pada kondisi psikologisnya. Secara ekonomi, umumnya lansia
dipandang sebagai beban daripada sumber daya. Sedangkan secara sosial,
kehidupan lansia dipersepsikan negatif yaitu dianggap tidak banyak memberikan
manfaat bagi keluarga dan masyarakat. Stigma yang berkembang di masyarakat
tersebut membuat lansia mengalami penolakan terhadap kondisinya dan tidak bisa
beradaptasi di masa tuanya, sehingga akan berdampak pada kesejahteraan hidup
lansia. Peningkatan pelayanan kesehatan terhadap lanjut usia diperlukan untuk
mewujudkan lansia yang sehat, berkualitas, dan produktif di masa tuanya.
Pelayanan kesehatan pada lansia harus diberikan sejak dini yaitu pada usia pra
lansia (45-59 tahun).
Pembinaan kesehatan yang dilakukan pada lansia yaitu dengan
memperhatikan faktor-faktor risiko yang harus dihindari untuk mencegah
16

berbagai penyakit yang mungkin terjadi. Kemudian perlu juga memperhatikan


faktor-faktor protektif yang dilakukan untuk meningkatkan kesehatan
lansia. Upaya yang telah dilakukan di Indonesia untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan pada lansia antara lain pelayanan geriatri di rumah sakit, pelayanan
kesehatan di puskesmas, pendirian home care bagi lansia yang berkebutuhan
khusus, dan adanya Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Lanjut Usia atau Pos
Pembinaan Terpadu (Posbindu). Pelayanan kesehatan ini tidak hanya memberikan
pelayanan pada pada upaya kuratif, melainkan juga menitikberatkan pada upaya
promotif dan preventif. Berbagai pelayanan kesehatan tersebut, diharapkan dapat
meningkatkan kualitas hidup lansia (HumasFikUI, 2017).
Menurut penelitian dari Setyaningrum (2012) menunjukkan hasil
penelitian menunjukkan bahwa: 1) Upaya peningkatan pelayanan sosial bagi
lansia melalui home care service di PSTW Yogyakarta unit Budhi Luhur
dilakukan dengan memberikan beberapa kegiatan, yaitu menyediakan sarana
untuk kebutuhan pokok, memberikan sarana kesehatan, memberikan sarana
spiritual/rohani, memberikan sarana bimbingan psikologi, memberikan motivasi
kepada keluarga lansia. 2) Faktor pendukung upaya peningkatan pelayanan sosial
bagi lansia, yaitu adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkemampuan,
tersedianya dana dari pemerintah, dan adanya dukungan dari keluarga/masyarakat
sekitar lansia. Sedangkan yang menjadi faktor penghambat adalah keterbatasan
waktu dari instruktur bimbingan, sarana dan prasarana kurang memadai,
keterbatasan tenaga pelayanan home care service yang dimiliki oleh PSTW
Yogyakarta unit Budhi Luhur.
2.7 Analisa Jurnal

N
Penelitian
No.
17

1. Peneliti :
Nurhusna, Yosi Oktarina dan Andika Sulistiawan
Judul dan Tahun :
Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita
Hipertensi di Puskesmas Olak Kemang Kota Jambi (2018)
Sampel : 28 orang yang terdiri dari 14 orang kelompok control dan 14
orang kelompok intervensi
Jenis Penelitian : Kuantitatif dengan pre experiment desain berupa
two group pre-test dan post-test
Variabel :
- Variabel Independen : Pengaruh Terapi Tertawa
- Variabel Dependen : Penurunan Tekanan Darah
Dosis Intervensi : -
Hasil Penelitian :
Hasil penelitian ini menunjukkan terapi tertawa dapat menurunkan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi terutama pada nilai
Sistolik segera setelah dilakukan terapi tertawa. Terapi ini baik untuk
diterapkan sebagai upaya perawatan penyakit hipertensi non
farmakologi.
(Nurhusna, Oktarina, & Sulistiawan, 2018)
2. Peneliti :
Surya Ferdian, Tori Rihiantoro, Ririn Sri Handayani
Judul dan Tahun :
Pengaruh Madu Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia (2015)
Sampel : 20 orang
Jenis Penelitian :
Kuantitatif dengan desain Quasi experimental one group pre-post test
design
Variabel :
- Variabel Independen : Pemberian Madu
- Variabel Dependen : Kualitas Tidur
Dosis Intervensi : 1 kali sehari (1 jam sebelum tidur malam)
Hasil Penelitian :
Manfaat madu sebagai obat untuk menyembuhkan segala macam
penyakit salah satunya gangguan tidur. Hasil penelitian menunjukkan
nilai ρ-value 0.002 ≤ α (0.05) yang berarti ada pengaruh madu terhadap
kualitas tidur pada lansia setelah diberikan intervensi. Hasil
pengukuran kualitas tidur menggunakan instrumen PSQI pada lansia
menurun. Sebelum pemberian madu rata-rata 11.55 dan sesudah
pemberian madu memiliki rata-rata 10.75. Keberhasilan intervensi ini
juga dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, penyakit fisik,
kelelahan, gaya hidup, stres emosional, diet, merokok dan medikasi.
Oleh karena itu, pemberian madu dapat menjadi salah satu cara yang
dapat diterapkan dalam meningkatkan kualitas tidur pada lansia dengan
catatan menggosok gigi setelah meminum madu untuk mencegah sakit
gigi selain itu, meminum madu dapat menjadi alternatif atas
penggunaan obat tidur secara terus menerus yang dapat menimbulkan
efek toksisitas yang tinggi.
18

(Ferdian, Rihiantoro, & Handayani, 2019)

3. Peneliti :
Tabita Ma Windri, Angkit Kinasih, Theresia Pratiwi Elingsetyo
Sanubari
Judul dan Tahun :
Pengaruh Aktivitas Fisik dengan Kualitas Hidup Lansia Hipertensi di
Panti Werdha Maria Sudarsih Ambarawa (2019)
Sampel : 8 lansia yang mengalami hipertensi
Jenis Penelitian :
Penelitian eksperimen dengan rancangan pre-experiment design One
Group Pre test-post test
Variabel :
- Variabel Independen : Aktivitas fisik
- Variabel Dependen : Kualitas hidup lansia hipertensi
Dosis Intervensi : 4 kali dalam 2 minggu. Gerakan senam khusus
penderita hipertensi yang dilakukan selama 15 menit dengan tahapan 5
menit latihan pemanasan, 5 menit gerakan inti dan 5 menit gerakan
pendinginan.
Hasil Penelitian :
Hasil kualitas hidup lansia di Panti werdha Ambarawa dalam penelitian
ini menunjukkan bahwa rata-rata kualitas hidup sebelum dimulai
penelitian adalah 62,8% dan meningkat menjadi 62,25%. Aktivitas fisik
senam dapat membantu menguatkan jantung. Jantung yang lebih kuat
tentu dapat memompa lebih banyak darah dengan hanya sedikit usaha.
Semakin ringan kerja jantung, maka semakin sedikit tekanan darah
pada pembuluh darah arteri, sehingga tekanan darah akan menurun.
Sehingga hasil penelitian terdapat pengaruh aktivitas fisik dengan
kualitas hidup lansia pada domain kesehatan fisik dengan didukungnya
data tensi tekanan darah yang mengalami penurunan.
(Windri, Kinasih, Pratiwi, & Sanubari, 2019)
4. Peneliti :
M. D. L. Larasati, IM. Sutajaya, NP. S. R. Dewi
Judul dan Tahun :
Alunan Musik Klasik Menurunkan Stres Dan Tekanan Darah Pada
Lansia Penderita Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara
Pati Buleleng Bali (2019)
Sampel : 24 sampel lansia penderita hipertensi.
Jenis Penelitian :
Eksperimental semu (quasi experimental) ini menggunakan rancangan
randomized pre and post test group design (treatment by subject
design)
19

Variabel :
- Variabel Independen : Alunan Musik Klasik
- Variabel Dependen : stress dan tekanan darah
Dosis Intervensi :
Pendataan dilakukan sebelum dan sesudah beraktivitas terhadap 24
sampel selama 6 (enam) hari pada Periode I dan Periode II. Pada
Periode I tidak diberikan alunan musik klasik dan pada Periode II
diberikan alunan musik klasik.
Hasil Penelitian :
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi penurunan stres sebesar
45,58% dan tekanan darah sistolik sebesar 46,74% (p<0,05). Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa alunan musik klasik dapat
menurunkan stres dan tekanan darah sistolik pada lansia penderita
hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati.
(Larasati, Sutajaya, & Dewi, 2019)
5. Peneliti :
Ananta Erfrandaua, Murtaqib, Nur Widayati
Judul dan Tahun :
Pengaruh Terapi Tawa Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia di Unit
Pelayanan Teknis Panti Sosial Lanjut Usia (UPT PSLU) Kabupaten
Jember (2017)
Sampel : 30 orang dari keseluruhan populasi 140 lansia. 30 lansia
dibagi menjadi 2 kelompok (15 kelompok perlakuan, 15 kelompok
kontrol)
Jenis Penelitian : -
Variabel :
- Variabel Independen : Terapi Tawa
- Variabel Dependen : Kualitas Tidur Pada Lansia
Dosis Intervensi : terapi diberikan 1x dalam sehari dan pemberian
selama 7 hari dengan durasi 15-20 menit.
Hasil Penelitian :
Terapi tawa (laughter therapy) dapat menurunkan sekresi ACTH dan
kadar kortisol dalam darah. Sekresi ACTH yang menurun akan
merangsang peningkatan produksi serotonin dan endorfin otak yang
mengakibatkan perasaan yang nyaman, rileks, dan senang. Persentase
kualitas tidur lansia sebelum terapi tawa dalam kelompok perlakuan
yang buruk 100%, sedangkan setelah terapi tertawa yang baik sebesar
100% yang berarti ada peningkatan kualitas tidur sebesar 100%.
Persentase kualitas tidur sebelum terapi pada kelompok kontrol yang
buruk sebesar 100%, sedangkan setelah persentase kualitas tidur yang
buruk adalah 100%, yang berarti tidak ada peningkatan kualitas tidur
pada kelompok kontrol. Dapat disimpulkan bahwa Terapi tawa dapat
meningkatkan kualitas tidur lansia di UPT PSLU Jember. Terapi tawa
dapat diterapkan untuk meningkatkan kualitas tidur pada lansia.
(Jember, Erfrandau, & Widayati, 2017)
20

6. Peneliti :
Miratina, Suhadi, Maryati
Judul dan Tahun :
Pengaruh Senam Lansia Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada
Lansia Di Panti Werdha Bethany Semarang (2014)
Sampel : 14 lansia panti werdha Bethany dengan riwayat HT
Jenis Penelitian : Quasi experiment dengan rancangan one group pre-
post test
Variabel :
- Variabel Independen : Senam Lansia
- Variabel Dependen : Penurunan Tekanan Darah
Dosis Intervensi : 3x dalam 1 minggu dilakukan selama 2 minggu total
6x senam lansia
Hasil Penelitian :
Setelah dilakukan senam lansia selama 2 minggu, Hasil dari rata-
ratanya tekanan darah dengan responden (n=14) adalah tekanan darah
sistolik sebelum 147.86 sesudah 142.86 dan rata-rata tekanan darah
diastolik sebelum 91.43 sesudah 85.71. Hal ini menunjukkan gambaran
ada pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia. Pengaruh senam lansia terhadap penurunan tekanan darah pada
lansia menunjukkan hasil terdapat penurunan tekanan darah yang
bermakna yaitu penurunan tekanan darah sistolik yang sebelumnya
pada hipertensi stage 1 yaitu 11 (78.6%) turun menjadi 7 (50.0%) dan
penurunan tekanan darah menunjukkan hasil tekanan darah sistolik
diastolik yang sebelumnya pada hipertensi stage 1 yaitu 13 (92.9%)
turun menjadi pre Hipertensi yaitu 8 (57.1%). Maka, dapat disimpulkan
bahwa pemberian senam lansia sebanyak tiga kali seminggu dalam dua
minggu dapat menurunkan tekanan darah sistole dan diastole.
(Izhar, 2017)
7. Peneliti :
Dendy sugandika, Pepin Nuhariani
Judul dan Tahun :
Pengaruh Senam Ergonomis Terhadap Gangguan Tidur (Insomnia)
Pada Lansia Di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto (2014)
Sampel : 20 orang yang terdiri dari 10 orang kelompok perlakuan dan
10 orang kelompok kontrol
Jenis Penelitian : jenis penelitian kuantitatif, desain yang digunakan
pre eksperimen dengan pendekatan post test only control group design
Variabel :
- Variabel Independen : senam ergonomis
- Variabel Dependen : gangguan tidur (insomnia)
Dosis Intervensi : Senam ergonomi dilakukan setiap 1 minggu 2-3x
dapat dilakukan selama 15-20 menit
Hasil Penelitian :
Responden yang tidak dilakukan senam ergonomis tidak efektif dalam
menurunkan tingkat insomnia. Responden yang tidak dilakukan senam
ergonomis tingkat insomnia sebagian besar tetap dalam tingkat skala
sedang. Secara fisiologis responden yang tidak melakukan senam
21

ergonomi tidak dapat menurunkan tingkat insomnia karena kurangnya


latihan fisik atau aktivitas responden yang akan berdampak pada
komponen gerak tubuh (otot, tulang, sendi, pembuluh darah, dan saraf)
akan kekurangan suplai darah dan oksigen sehingga menggambarkan
terkuncinya simpul-simpul saraf , tidak optimalnya kerja pola tidur
REM dan NREM selain itu keberhasilan senam ergonomis yang
diberikan oleh peneliti juga dipengaruhi oleh para lansia yang
kooperatif dalam mengikuti senam ergonomis yang dipandu oleh
perawat sehingga tingkat insomnia dapat diturunkan.
(Sugandika & Nuhariani, 2014)
8. Peneliti : Zuriati
Judul dan Tahun :
Efektifitas Kompres Air Hangat Dan Kompres Jahe Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Asam Urat Di Puskesmas Lubuk
Begalung (2017)
Sampel : 24orang dengan 12 kelompok kompres air hangatdan
12kelompok kompres jahe
Jenis Penelitian : Kualitatif
Variabel :
- Variabel Independen : Kompres Air Hangat Dan Kompres
Jahe
- Variabel Dependen : Nyeri sendi
Dosis Intervensi : Pengukuran skor skala nyeri asam urat dilakukan
sebanyak 2 kali, yaitu sebelum (pretest) dan sesudah (posttest)
diberikan perlakuan pada kelompok kompres air hangat dan kelompok
kompres jahe.
Hasil Penelitian :
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kompres air hangat dan
kompres jahe menurunkan nyeri sendi dengan memberikan sensasi
hangat pada area persendian yang mengalami nyeri. Kompres air
hangat menggunakan air hangat sebagai media hangat untuk
menurunkan nyeri, sedangkan kompres jahe menggunakan parutan
jahe yang sudah di panaskan terlebih dahulu. Selain itu juga kompres
air hangat dan kompres jahe menurunkan nyeri sendi dengan tahapan
fisiologis nyeri yang berbeda. Terdapat perbedaan skala nyeri pada
pasien asam urat setelah dilakukan kompres air hangat dan kompres
jahe dengan jumlah rata-rata penurunan nyeri 1,167 skala untuk
kompres air hangat dan 2 skala untuk kompres jahe.
(Zuriati, 2017)
9. Peneliti : Petrus Kanisius Siga Tage
Judul dan Tahun : Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Perubahan
Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Sistolik Terisolasi Di
Panti Sosial Budi Agung Kupang (2012)
Sampel : 20 orang
Jenis Penelitian : Kualitatif Quasy-Experiment. dengan rancangan one
group design pre-test and post-test design
Variabel :
- Variabel Independen : Terapi tertawa
22

- Variabel Dependen : Tekanan Darah sistolik dan diastolik


Dosis Intervensi : diberikan selama 3 minggu dengan jumlah 2 kali
seminggu yaitu di hari Selasa dan Jumat selama 30- 40menit tiap kali
terapi.
Hasil Penelitian :
Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tekanan darah
sistolik sebelum diberikan terapi tertawa dari 19 responden yang
tertinggi adalah 192 mmHg dan tekanan darah sistolik terendah adalah
163 mmHg. Sedangkan tekanan darah sistolik sesudah diberikan terapi
tertawa dari 19 responden yang tertinggi adalah 184 mmHg dan
tekanan darah sistolik terendah adalah 149 mmHg. Berdasarkan
tekanan darah diastolik 19 responden sebelum diberikan terapi
diketahui bahwa tekanan yang tertinggi adalah 88 mmHg dan tekanan
darah terendah adalah 74 mmHg sedangkan sesudah diberikan terapi
tekanan yang tertinggi adalah 83 mmHg dan yang terendah adalah 58
mmHg. Beradasarkan hasil uji statistik dengan Paired T-test yang
tertera dalam tabel menunjukan bahwa tingkat signifikansi p= 0.000
artinya terdapat pengaruh pemberian terapi tertawa terhadap penurunan
tekanan darah pada lansia dengan hipertensi sistolik terisolasi.
(Tage, 2012)
10. Peneliti : Vivi Meliana Sitinjak, Maria Fudji Hastuti, Ariana Nuliana
Judul dan Tahun :
Pengaruh Senam Rematik terhadap Perubahan Skala Nyeri pada Lanjut
Usia dengan Osteoarthritis Lutut (2016)
Sampel : 24 Lansia (12 orang responden kelompok perlakuan dan 12
orang responden kelompok kontrol)
Jenis Penelitian : Quasi Experimental
Variabel :
- Variabel Independen : Senam Rematik
- Variabel Dependen : Skala Nyeri pada Lansia
Dosis Intervensi : 3 kali seminggu selama 2 minggu
Hasil Penelitian :
Beberapa faktor tersebut meliputi usia, jenis kelamin, dan tingkat
pendidikan. Distribusi usia responden yang berada pada rentang 60–74
tahun atau lanjut usia dalam penelitian ini dapat membuktikan
kebenaran teori yang menyatakan bahwa OA lutut yang menyebabkan
terjadinya nyeri sendi disebabkan oleh proses degeneratif. Dengan
keberadaan nyeri akibat OA lutut ini, maka lansia yang menderita
membatasi pergerakan pada bagian yang nyeri. Nyeri sendi pada
penderita OA termasuk dalam kategori nyeri somatik dalam dimana
reseptor nyeri ini terletak pada otot dan tulang serta penyokong tubuh
lainnya. Olahraga senam dapat menstimulasi peningkatan pelepasan
hormon endorfin. Senam rematik merupakan suatu aktivitas olahraga
bagi lansia yang membantu tubuh tetap lentur dan juga memperkuat
otot dan ligamen yang menstabilkan sendi. Kelebihan senam rematik
tidak hanya pada gerakan yang aktif, berulang, dan mudah dilakukan.
Sesudah melakukan gerakan senam rematik lansia terlihat rileks,
nyaman, dan menunjukkan ekspresi wajah tersenyum.
23

(Sitinjak, Hastuti, & Nurfianti, 2016)

Dari beberapa penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa masalah lansia


yang berada di panti kebanyakan memiliki masalah kesehatan seperti tekanan
darah tinggi, dan gangguan kulitas tidur. Hal ini dkarenakan proses penuaan pada
lansia yang dapat menyebabkan penurunan fungsi Neurontransmiter 2 yang
ditandai dengan menurunnya distribusi norepinefrin. Hal itu menyebabkan
perubahan irama sirkadian, dimana terjadi perubahan tidur lansia pada fase
NREM 3 dan 4. Sehingga lansia hampir tidak memiliki fase 4 atau tidur dalam
(Ferdian et al., 2019). Sedangkan untuk lansia dengan hipertensi dapat terjadi
karena adanya perubahan fisiologis sistem peredaran darah terutama pada
pembuluh darah. Pembuluh darah mengalami penurunan elastisitas dan tekanan
yang ada di dalam pembuluh darah akhirnya meningkat (Larasati et al., 2019).
Beberapa dari lansia juga mengalami nyeri sendi pada ekstremitas bawah hal ini
diarenakan adanya gangguan metabolisme yang mendasarkan penyakit asam urat
atau gout adalah hiperurisemia yang didefinisikan sebagai peninggian kadar asam
urat lebih dari 7,0 mg/dl untuk laki-laki dan 6,0 mg/dl untuk perempuan yang
menimbulkan gejala nyeri saat berjalan atau beraktivitas (Zuriati, 2017).
BAB 3
HASIL PENGKAJIAN

3.1 Profil UPTD Griya Werdha Jambangan


Hasil pengkajian kegiatan praktek keperawatan gerontik di Unit Pelaksana
Teknis Griya Werdha Jambangan Surabaya pada 24-25 Desember 2019 yang
meliputi identitas panti, latar belakang pendirian panti, visi, dan misi panti,
tujuan panti, struktur organisasi, denah panti, kapasitas panti, sarana dan
prasarana, kegiatan dalam panti, hubungan lintas program dan sektoral,
masalah kesehatan. Distribusi pendanaan serta data kesehatan pertahun dengan
rincian sebagai berikut:
1. Identitas Panti
a. Nama Panti : Unit Pelaksana Teknis Griya Werdha Jambangan.
b. Alamat : Jalan Jambangan Baru Tol 15A, Jambangan,
Surabaya, 60232
c. No. Telp : (031) 82518122
d. Tipe :B
e. Pengelola : Dinas Sosial Pemerintah Kota Surabaya
2. Visi dan Misi
a. Visi
Melayani dengan hati menuju lansia sejahtera dan bermartabat.
Terwujudnya peningkatan kesejahtraan sosial lansia yang aman serta
nyaman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui usaha
bersama di dalam UPTD Griya Werdha Jambangan.
b. Misi
1) Melaksanakan tugas pelayanan dan rehabilitasi lansia dalam upaya
pemenuhan kebutuhan jasmani dan rohani sehingga mereka dapat
menikmati hari tuanya yang bahagia , tentram lahir dan batin.
2) Meningkatkan pelaksanaan pembinaan mental spiritual bagi lansia
3) Meningkatkan pelayanan keperawatan gerontik didalam UPTD Griya
Werdha Jambangan.

3. Tujuan dan Sasaran


a. Tujuan

24
25

1) Para lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dengan aman,


tenteram dan sejahtera.
2) Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia baik jasmani maupun
rohani.
3) Terciptanya jaringan kerja pelayanan lanjut usia.
4) Terwujudkan kualitas pelayanan.
b. Sasaran
Warga Surabaya, dibuktikan dengan KTP dan KK serta para lansia
yang berusia 60 tahun (60 tahun ke atas). Para lansia tersebut terjaring
dalam kegiatan razia/penertiban terpadu dan telah ditampung di Liponsos
Keptih atau tidak mampu secara ekonomi/miskin, terlantar, tidak
mempunyai keluarga dan tidak mempunyai penyakit menular dan
gangguan jiwa.
4. Kegiatan yang Dikembangkan
a. Adapun kegiatan yang dikembangkan adalah :
b. Pemeriksaan aktivitas kegiatan sehari-hari (daily living)
c. Pemeriksaan status mental
d. Pemeriksaan status gizi dan lingkar pinggang
e. Pengukuran tekanan darah
f. Pemeriksaan Hb
g. Pemeriksaan adanya gula dalam urine
h. Pemeriksaan protein dalam urine
i. Rujukan ke Puskesmas Kebonsari Ayu, RSUD Dr. Soetomo, dan RSU
Haji dan RSMM
j. Penyuluhan
k. Pemberian Makanan 3 x sehari dan PMT
l. Kegiatan olah raga : senam, gerak jalan dsb
m.Kegiatan Produktif : pembuatan handycraft, handsanitiser, dan kerajinan
tangan, sabun cuci piring.
n. Kegiatan Rekreatif : jalan-jalan disekitar lingkungan, bercocok kebun,
dan 1 tahun rekreasi di wilayah pemkot surabaya .
o. Bimbingan keagamaan
26

5. Denah Panti

6. Kapasitas Panti
Kapasitas keseluruhan Panti berjumlah 111 lansia. Sedangkan jumlah
lansia yang tinggal di 14 Wisma adalah berjumlah 154 lansia.
7. Sarana dan Prasarana
a. Bangunan perumahan
Bangunan Panti merupakan bangunan permanen dengan dinding
tembok, lantai kramik, atap genteng, ventilasi dan pencahayaan cukup
yang terdiri dari:

1. Kantor Sekretariat : 1 buah


2. Ruang pertemuan : 1 buah
3. Ruang perawatan dan medis : 1 buah
4. Mushala : 1 buah
5. Gudang : 1 buah
6. Kamar mandi lansia : 14 buah
27

7. Dapur : 1 buah
8. Ruang cuci baju : 1 buah
(sumber data primer per Desember, 2019)

Sarana lain yang dimiliki oleh UPTD Griya Werdha Jambangan


Surabaya adalah sebagai berikut :
1. Tabung oksigen kecil : 12 buah
2. Timbangan : 2 buah
3. Mesin cuci : 6 buah
4. Kursi panjang untuk pasien : 5 buah
5. Kursi hitam : < 42 buah
6. Kursi sofa : 5 buah
7. Dispenser : 14 buah
8. Tempat cuci tangan portable : 2 buah

8. Jadwal Kegiatan dalam Panti


Berdasarkan jadwal kegiatan lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan yang
telah disusun adalah sebagai berikut:
(1) Jadwal kegiatan lansia
Tabel 3.10 Jadwal Kegiatan Khusus Lansia di UPTD Griya Werdha
Jambangan Surabaya per Hari
SENIN SELASA RABU KAMIS JUMAT SABTU MINGGU
Pemeriksa Terapi Keteramp Kebersiha Kebersiha Jalan Senam Pagi
KEGIATAN

aan TTV Aktivitas ilan n Diri n Kamar Sehat Pukul


Pukul Kelompok Pukul Pukukl Lansia Pukul (06.30-
(08.00- Pukul (08.00- (07.30- Pukul (06.30- 07.30 )
10.00 ) (08.00- 10.00 ) 10.00 ) (10.00- 7.30 )
10.00 ) 11.00 )

(2) Pelayanan Kesehatan Pada Lansia


Pelayanan kesehatan yang diberikan pada lansia terbatas pada lansia yang
mempunyai keluhan kunjungan ke puskesmas atau poliklinik rumah sakit pada
28

lansia yang memiliki keluhan dan perlunya dirujuk. Setiap 1 kali pada minggu
ketiga di Posyandu Puskesmas Kebonsari Surabaya.

9. Hubungan Lintas Program dan Sektor


(1) Lintas Program

Diselenggarakan melalui kerja antar Panti sosial surabaya.


(2) Lintas sektoral
Dapat kerja sama bidang unit teknis serta dinas luar, dinas sosial yang
meliputi departemen agama untuk pembinaan mental agama, departemen
kesehatan dalam memberikan pengobatan dan perawatan, pemerintah daerah
untuk mendapatkan fasilitas pemanfaatan sarana umum seperti Puskesmas
Kebonsari, RS Haji, RSMM, RS Dr Soetomo Surabaya tentang pengobatan dan
perawatan anggota UPTD Griya Werdha Jambangan, dengan dinkes berupa
pelatihan-pelatihan dan pemerintah daerah dan organisasi kemasyarakatan dalam
rangka pengiriman klien yang perlu dilayani Panti.
- Distribusi Pendanaan
a. Donatur : Menerima donatur berupa uang dan makanan yang
tidak menetap
b. APBD pemerintah kota Surabaya
3.2 Data Umum
Pengkajian dilakukan pada tanggal 24-25 Desember 2019 di UPTD Griya
Werdha Jambangan Surabaya meliputi perhitungan jenis kelamin, usia, status,
agama, suku, tingkat pendidikan, lama tinggal di panti, keluarga yang dapat
dihubungi, keluhan yang dirasakan saat ini, keluhan yang dirasakan 3 bulan
terakhir, penyakit saat ini, penyakit 3 bulan terakhir, postur tulang belakang lansia,
tekanan darah, suhu, nadi, respirasi, berat badan, tinggi badan, status mental
lansia, kemampuan ADL, fungsi sosial lansia, aspek kognitif, tingkat kerusakan
intelektual, kecemasan, hubungan dengan orang lain dalam wisma, hubungan
dengan orang lain dalam wisma, hubungan dengan orang lain di luar wisma di
dalam panti, kebiasaan lansia berinteraksi ke wisma lainnya dalam panti, stabilitas
emosi, motivasi penghuni panti, tes keseimbngan, dan pengkajian emosional.
Total lansia 154 lansia, yang berhasil dikaji sejumlah 147 orang dan menolak
29

dikaji sebanyak 7 lansia dengan alasan afasia, dimensia, pendengaran menurun,


dehidrasi, marah-marah, berbicara ngelantur.

(1) Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Kamar


Tabel 3.1 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan Kamar di UPTD
Griya Werdha Jambangan Surabaya

Nama Kamar Frekuensi Prosentase (%)


Melati 12 8.2 %
Wijaya Kusuma 11 7.5 %
Tulip 10 6.8 %
Teratai 10 6.8 %
Mawar 11 7.5 %
Anggrek 12 8.2 %
Lavender 11 7.5 %
Kenanga 13 8.8 %
Kamboja 11 7.5 %
Sakura 10 6.8 %
Bougenvile 10 6.8 %
Dahlia 9 6.1 %
Sedap Malam 8 5.4 %
Seruni 9 6.1 %
Total 147 100.0 %

Tabel 3.1 menunjukkan bahwa dari 154 lansia yang terkaji 147
lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya didapatkan hasil
sebagian besar lansia berada di kamar melati (9.5 %) sejumlah 13 orang,
dan sebagian kecil berada di kamar Dahlia dan Sedap Malam (4.8 %)
sebanyak 9 orang.

(2) Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Jenis Kelamin


Tabel 3.2 Distribusi Frekuensi Lansia berdasarkan jenis kelamin di UPTD
Griya Werdha Jambangan Surabaya

Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase (%)


30

Laki-Laki 57 38.8 %
Perempuan 90 61.2 %
Total 147 100.0
Tabel 3.2 menunjukkan bahwa dari 154 lansia yang terkaji 147
lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya didapatkan yang
berjenis kelamin laki-laki sebanyak 57 orang (39 %), dan yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 90 orang (61 %).
(3) Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Usia
Tabel 3.3 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Usia Menurut WHO di
UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Keterangan Frekuensi Prosentase (%)
Usia 45-59 tahun (Middle) 6 4.1 %
Usia 60-74 tahun(Eldery) 65 44.2 %
Usia 75-90 tahun(Old) 70 47.6 %
Usia >90 tahun(Very old) 6 4.1 %
Total 147 100.0%

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa dari 154 lansia yang terkaji 147
lansia UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya yang berusia 45-59
tahun sebanyak 6 orang (4.1 %), berusia 60-74 tahun sebanyak 65 orang
(44.2 %), berusia 75-90 tahun sebanyak 70 orang (47.6 %) , dan yang
berusia >90 tahun sebanyak 6 orang (4.1%).
(4) Ditribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Agama
Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Agama yang dianut di
UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Agama Frekuensi Prosentase(%)
Islam 133 90.5 %
Protestan 13 8.8 %
Katolik 0 0%
Budha 1 0.7 %
Hindu 0 0%
Kong Hu Cu 0 0%
Total 147 100.00
Tabel 3.4 menunjukkan bahwa dari 154 lansia yang terkaji 147
lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya yang beragama Islam
sebanyak 133 orang (90.5 %), Protestan sebanyak 13 orang (8.8 %), dan
Budha sebanyak 1 orang (0.7%).
(5) Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Lama Tinggal
31

Tabel 3.4 Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Lama Tinggal di


UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya

No. Lama Tinggal Frekuensi Prosentase (%)


1 < 1 tahun 36 24.5%
2 1-3 tahun 81 55.1%
3 >3 tahun 30 20.4%
Total 147 100.0

Tabel 3.4 menunjukkan bahwa dari 154 lansia yang terkaji 147
lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya yang tinggal < 1
tahun sebanyak 36 orang (24.5%), 1-3 tahun sebanyak 81 orang
(55.1%), dan >3 tahun sebanyak 30 orang (20.4 %).
(6) Distribusi Lansia Berdasarkan Kemampuan ADL
Tabel 3.6 Distribusi Frekuensi Status Berdasarkan Kemampuan
ADL di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Kemampuan
ADL Frekuensi Prosentase (%)
Total 17 11.6%
Parsial 65 44.2%
Mandiri 65 44.2%
Total 147 100.0
Tabel 3.6 menunjukkan bahwa dari 154 lansia yang terkaji 147
lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya menunjukkan bahwa
kemampuan ADL lansia bantuan total sebanyak 17 orang (11.6%), parsial
sebanyak 65 orang (44.2%), mandiri sebanyak 65 orang (44.2%).
(7) Distribusi Lansia Berdasarkan Status Mental Lansia
Tabel 3.8 Distribusi Frekuensi Status Berdasarkan Status Mental
Lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Status Mental
Lansia Frekuensi Presentase (%)
Tidak Ada Gangguan
Kognitif 94 63.9%
Gangguan Kognitif
Sedang 38 25.9 %
32

Gangguan Kognitif
Berat 15 10.2 %
Total 147 100.0
Tabel 3.8 menunjukkan bahwa dari 154 lansia yang terkaji 147
lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya menunjukkan bahwa
status mental lansia tidak ada gangguan kognitif sebanyak 94 orang
(63.9%), gangguan kognitif sedang sebanyak 38 orang (25.9%),
gangguan kognitif berat sebanyak 15 orang (10.2 %).
(8) Distribusi Lansia Berdasarkan depresi Lansia
Tabel 3.9 Distribusi Frekuensi Status Berdasarkan depresi Lansia di
UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Kecemasan Frekuensi Presentase (%)
Depresi 21 14.3 %
Tidak Depresi 126 85.7 %
Total 147 100.0
Tabel 3.9 menunjukkan bahwa dari 154 lansia yang terkaji 147
lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya menunjukkan bahwa
Lansia mengalami Depresi sebanyak 20 orang (13.6%), Tidak depresi
sebanyak 127 orang (86.4%).
(9) Distribusi Lansia Berdasarkan Tes Keseimbangan Lansia
Tabel 3.10 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tes Keseimbangan
Lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Tes Keseimbangan Lansia Frekuensi Presentase (%)
Resiko Tinggi Jatuh 64 43.5%
Diperkirakan Jatuh dalam Kurun
Waktu 6 Bulan 25 17.0%
Diperkirakan Membutuhkan
Bantuan dalam Mobilisasi dan
Melakukan ADL 58 39.5%
Total 147 100.0
Tabel 3.10 menunjukkan bahwa dari 154 lansia yang terkaji 147
lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya menunjukkan bahwa
lansia resiko tinggi jatuh sebanyak 64 orang (43.5%), diperkirakan jatuh
dalam kurun waktu 6 bulan sebanyak 25 orang (17.0%), diperkirakan
membutuhkan bantuan dalam mobilisasi dan melakukan ADL sebanyak
58 orang (39.5%).
(10) Distribusi Lansia Berdasarkan Pengkajian Kualitas Tidur
33

Tabel 3.11 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pengkajian Kualitas


Tidur Lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
Kualitas Tidur Frekuensi Prosentase (%)
Baik 125 85%
Buruk 22 15%
Total 147 100.0
Tabel 3.11 menunjukkan bahwa dari 154 lansia yang terkaji 147
lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya menunjukkan bahwa
lansia dengan kualitas tidur baik sebanyak 125 orang (85%), sedangkan
pada lansia dengan kualitas tidur buruk sebanyak 22 orang (15%).
(11) Distribusi Lansia Berdasarkan Penyakit Saat Ini
Tabel 3.12 Distribusi Frekuensi Frekuensi Riwayat Kesehatan Lansia
Berdasarkan Penyakit Saat ini di UPTD Griya Werdha
Jambangan Surabaya
Penyakit saat ini Frekuensi Prosentase (%)
Katarak 14 7.8%
Hipertensi 39 21.7%
Diabetes 4 2.2%
Asam Urat 37 20.6%
Gangguan Kulit 19 10.6%
Demensia 17 9.4%
Stroke 9 5.0%
Bph 2 1.1%
Tidak dapat dikaji 12 6.7%
Tidak Ada Riwayat 27 15.%
Total 180 100.0
Tabel 3.12 menunjukkan bahwa dari 154 lansia yang terkaji 147
lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya didapatkan hasil
sebanyak 180 keluahan riwayat penyakit, dimana kebanyakan lansia
memiliki riwayat penyait Hipertensi sebanyak 39 orang (21.7%), asam urat
sebanyak 37 orang ( 20.6%) dan riwayat penyakit paling sedikit adalah
BPH sebanyak 2 orang (1.1%).

(12) Distribusi Lansia Berdasarkan Keluhan Saat Ini


Tabel 3.13 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Keluhan Saat ini di
UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya
34

Keluhan yang Dirasakan


Saat ini Frekuensi Prosentase (%)
Nyeri Sendi 42 28.6%
Gatal-gatal 13 8.8%
Kelemahan Ekstremitas 22 15.0%
Flu Batuk Pilek 6 4.1%
Pusing 12 8.2%
Sesak Nafas 2 1.4%
Gangguan Penglihatan 3 2.0%
Gangguan Pendengaran 4 2.7%
Tidak dapat dikaji 7 4.8 %
Tidak ada Keluhan 36 24.5%
Total 147 100.0
Tabel 3.13 menunjukkan bahwa dari 154 lansia yang terkaji 147
lansia di UPTD Griya Werdha Jambangan Surabaya didapatkan hasil
mengeluh saat ini nyeri sendi sebanyak 42 orang (28.6%), mengeluh
kelemahan ekstremitas sebanyak 22 orang (15%), mengeluh gatal gatal
sebanyak 13 orang (8.8%), mengeluh pusing sebanyak 12 orang (8.2%),
mengeluh gangguan pendengaran sebanyak 4 orang (2.7%) mengeluh
gangguan penglihatan sebanyak 3 orang (2%), mengeluh sesak nafas
sebanyak 2 orang (1.4%), dan tidak memiliki keluhan sebanyak 36 orang
(24.5%) dan 7 orang (4.8%) tidak dapat dikaji.
ANALISA DATA

Data Masalah Intrervensi Evidence Based


o
1 Berdasarkan Depresi pada Pemberian terapi Dewi, Mahargyantari P. 2009.
. hasil lansia di Unit musik dan StudiMetaanalis
pengkajian Pelayanan eksplorasi
:MusikuntukMenurunkan
yang Teknis Griya perasaan pada
Stres. Volume 36.
dilakukan Werdha lansia dengan
http//jurnal.psiko
pada tanggal Jambangan masalah depresi.
24 - 25 Surabaya logi.ugm.ac.id/index.php/f
Desember psi/article/view/45/35
2019 Unit (Diakses 10 Desember
Pelayanan
2019)
Teknis Griya
Werdha
Jambangan
Surabayad
idapatkan :
DS :
-Pasien
mengatakan
tidak betah
dipanti,
sering merasa
bosan dan
melamun
-Pasien
mengatakan
merasa sedih
jika teringat
keluarga
tidakada yang
menjenguk
-Pasien
mengatakan
sulit tidur dan
sering
terbangun
malam hari.

32
33

DO :
Hasil
tabulasi data
menunjukkan
bahwa dari
147 lansia
terdapat 20
lansia yang
mengalami
masalah
depresi
2 Berdasarkan Resiko Pemberian Bansal Et Al. (2012).
. hasil decubitus pada massage minyak Appendicitis inchildren less
than 5 years old: Influence
pengkajian lansia bedrest zaitun pada lansia
ofage and outcome. American
yang total di Unit dengan bedrest Journal of Surgery.204: 6, pp:
dilakukan Pelayanan total 1031-5.
pada tanggal Teknis Griya
24-25 Werdha Depkes RI (2013). Riset
Kesehatan Dasar. Jakarta:
Desember Jambangan Badan Penelitian dan
2019 Unit Surabaya Pengembangan Kesehatan
Pelayanan Kementrian Kesehatan RI.
Teknis Griya
Werdha KemenKes RI. 2018. Masalah
Kesehatan Pada Lansia.
Jambangan Http://www.yankes.kemkes.co
Surabaya .id diakses pada tanggal 29
didapatkan: Desember 2019
DS:
Pasien Prayadni,Et Al (2012).
,Efektifitas Pemberian
mengatakan Massage Punggung Terhadap
mengalami Pencegahan Dekubitus Pada
luka area Pasien Tirah Baring Di RSUD
punggung Kajen Kabupaten
dan pantat Pekalongan‟.
DO: Rosita, Tita & Maria, Rini. Dan
Dari hasil Timbulnya Luka Tekan Pada
tabulasi data Pasien Tirah Baring.
menunjukkan Universtias Indonesia.
bahwa dari
Yolanda Et Al. 2013. Efektivitas
147 lansia Minyak Zaitun Terhadap
34

terdapat 25 Pleassure Ucers Dengan


lansia yang Tirah Baring Lama. Jurnal
Universitas Riau.
mengalami
bedrest dan
mengalami
resiko
dekubitus
3 Berdasarkan Nyeri sendi pada Pemberian terapi Ayu, Afifka D dan Bambang E.
hasil lansia di Unit senam lansia 2012. Pemberian Intervensi
pengkajian Pelayanan untuk mengatasi Senam Lansia Pada Lansia
yang Teknis Griya nyeri sendi pada dengan Nyeri Lutut. Jurnal
dilakukan Werdha lansia Nursing Studies, Vol.1, Hal.
pada tanggal Jambangan 60-65
24-25 Surabaya Putra, Ryan R dan Noortje A.
Desember 2016. Pengaruh Senam
2019 Unit Bugar Lansia Terhadap
Pelayanan Nyeri Persendian Pada
Teknis Griya Posyandu Lansia Karang
Werdha Werdha Kedurus Surabaya.
Jambangan Jurnal Kesehatan Olahraga,
Surabaya Vol.6, No.2
didapatkan:
DS:
Pasien
mengatakan
pegal-pegal
pada
persendian
terutama di
daerah
pergelangan
lutut
DO:
Dari hasil
tabulasi data
menunjukkan
bahwa dari
147 lansia
terdapat 40
lansia yang
35

mengalami
nyeri sendi
4 Berdasarkan Resiko Distres Mendengarkan Mulyadi, Agus., putri H.T., dan
hasil Spiritual di Unit murottal sholawat Fahdi, FK., (2018). Terapi
Murrotal Terhadap
pengkajian Pelayanan Diba’
Perubahan Tekanan Darah
yang Teknis Griya Pada Lansia Penderita
dilakukan Werdha Hipertensi di Panti Sosial
pada tanggal Jambangan Rehabilitas Lanjut Usia
24-25 Surabaya Mulia Dharma Kabupaten
Kubu Raya.
Desember
2019 Unit Julianto, V., Dzulqaidah, R. P., &
Pelayanan Salsabila, S. N. (2018).
Teknis Griya Pengaruh Mendengarkan
Werdha Murattal Al Quran Terhadap
Peningkatan Kemampuan
Jambangan Konsentrasi. Psympathic :
Surabaya Jurnal Ilmiah Psikologi,
didapatkan: 1(2), 120–129.
DS: https://doi.org/10.15575/psy
Lansia .v1i2.473
mengatakan
bahwa LeMone, P., Burke, K. M., &
terkadang Bauldoff, G. (2012). Buku
kangen Ajar Keperawatan Medikal
cucunya dan Bedah Gangguan
keluarganya, Kardiovaskular (5th ed.; A.
merasa Linda, Ed.). Jakarta:
kesepian di Penerbit Buku Kedokteran
panti. EGC.
DO:
Ranggakayo. (2012). Mekanisme
Dari hasil Penanganan Nyeri dengan
tabulasi data Menggunakan Terapi
menunjukkan Musik. Surabaya: Media
bahwa dari Mustika.
147 lansia
Rilla, E. V., Ropi, H., & Sriati, A.
didapatkan: (2014). Terapi Murottal
1. Hampir Efektif Menurunkan
setengahny Tingkat Nyeri Dibanding
a (26%) Terapi Musik Pada Pasien
lansia Pascabedah. Jurnal
mempunya Keperawatan Indonesia,
i riwayat 17(2), 74–80.
hipertensi
2. Berdasarka
36

n
pengkajian
ditemukan
sebagian
kecil 13
(8%)
lansia
masih
mengalami
Stres
(Depresi)
BAB 4
PLAN OF ACTION (POA)

4.1 Olive Oil

Waktu
Deskripsi Indikator Pelaksanaan Hasil Hambatan
No Masalah Kegiatan Tujuan dan Solusi Rekomendasi PJ
Kegiatan Keberhasilan Kegiatan Kegiatan Kegiatan
Tempat
Resiko Pemberian Kegiatan Setelah 1. Dekubitus Senin, 30 Seluruh 1. Kulit Kurang Memberikan Pemberian 1. Peny
1. Dekubitus massage pemberian dilakukan tidak terjadi Desember Mahasiswa lansia terbiasanya pemahaman back massage 2. Alifah
pada lansia minyak intervensi kegiatan, pada lansia 2019 Profesi Ners menjadi penggunaan kepada olive oil dapat
bedrest zaitun pada back diharapkan bedrest atau sampai Periode II lembab minyak lansia dilakukan 2
total di lansia massage dapat dengan Kamis, 2 2. Tidak zaitun sebelum kali sehari
Unit bedrest olive oil mencegah bantuan Januari muncul membuat melakukan setalah mandi
Pelayanan dengan dilakukan terjadinya ADL total 2020. tanda- lansia intevensi karena dapat
Teknis bantuan 2 kali luka Dilakukan tanda meminta tentang membuat kulit
Griya ADL total sehari decubitus 2 kali adanya untuk di beri pemberian menjadi lebih
Werdha setalah pada lansia sehari dekubitus bedak pada olive oil lembab.
Surabaya mandi. yang setelah punggung
Olive oil mengalami mandi di setelah
diratakan imobilitas Unit diolesi
pada Pelayanan minyak
punggung Teknis zaitun, selain

37
38

pasien Griya itu harga


dengan Werdha minyak
teknik Surabaya zaitun
massage relative lebih
efflruge mahal.
selama 4-5
menit.

4.2 Murrotal

Waktu
Deskripsi Indikator Pelaksanaan Hasil Hambatan
No. Masalah Kegiatan Tujuan dan Solusi Rekomendasi PJ
Kegiatan Keberhasilan Kegiatan Kegiatan Kegiatan
Tempat
1. Resiko Mendengar Setelah Setelah 1. Kehadiran 1 Januari Seluruh Tekanan darah Lansia Mahasiswa Sholawat Masrur
Distres kan dilakukan dilakukan Lansia 2020 di Mahasiswa dalam rentang sebagian membantu Diba’ Suyuthi
Spiritual murottal sholat kegiatan, minimal Musholla Profesi Ners systol :120- besar tidak mencarikan dilaksanakan dan
sholawat maghrib, diharapkan 70% Pukul Periode II 130 mmHg dapat Lafal setiap satu Riska
Diba’ lansia tekanan 2. Tingkat 18.00 Dyastol:70-80 mencari lafal sholawat minggu sekali. Utama
berkumpul darah stress mmHg sholawat yang sedang
di stabil dan menurun Lansia tampak yang dilantunkan.
Musholla memberi hingga 50% Tenang dan dilantunkan
untuk efek 3. Kecemasan senang
mendengar tenang dan pada lansia membaca
39

kan bahagia berkurang sholawat diba’


Murottal pada 4. Lansia dapat
sholawat lansia. mengisi
diba’ waktu luang
bersama dengan
dengan kegiatan
mahasiswa positif
5. Lansia
merasa lebih
tenang

4.3 Senam Lansia

Waktu
Deskripsi Indikator Pelaksanaan Hasil Hambatan
No. Masalah Kegiatan Tujuan dan Solusi Rekomendasi PJ
Kegiatan Keberhasilan Kegiatan Kegiatan Kegiatan
Tempat
1. Nyeri Pemberian Setelah Untuk 1. Kehadiran Kamis dan Seluruh Para Lansia Sebagian Memotivasi Kegiatan Dedy
sendi terapi kegiatan melancark lansia Sabtu (02 mahasiswa Mengatakan lansia ada lansia untuk senam lansia Permana
modalitas sholat an minimal dan 04 Profesi Ners bahwa nyeri yang tidak mengikuti di laksanakan Putra dan
senam subuh peredaran 70% Januari Periode II yang di mengikuti kegiatan 2x dalam Dwi
lansia berjamaah, darah dan 2. Tingkat 2020) rasakan senam senam seminggu Rizqi
para lansia pereganga nyeri pukul berkurang dan karena dengan Putri
di arahkan n otot-otot menurun 06.00- pada tubuh memiliki memberikan Wahyu
40

ke yang kaku hingga 50% 07.00 WIB terasa lebih kegiatan penjelasan Hidayati
lapangan di UPTD enak dan sendiri- mengenai
UPTD Griya bugar sendiri manfaat
griya Werdha yang
werdha Jambangan didapatkan
jambangan Surabaya bagi
untuk kesehatan.
mengikuti
senam
lansia
mulai
pukul
06.00-
07.00 yang
dipimpin
oleh
mahasiswa
41

4.4 Terapi Musik

Waktu
Deskripsi Indikator Pelaksanaan Hasil Hambatan
No. Masalah Kegiatan Tujuan dan Solusi Rekomendasi PJ
Kegiatan Keberhasilan Kegiatan Kegiatan Kegiatan
Tempat
1. Depresi Kegiatan 1. Setelah a. Lansia 1. Pasien Rabu 01 Kegiatan Peserta Banyak Memutarkan Sebaiknya Yurista
pada lansia pemberian sholat dapat mampu Januari diawali mengikuti peserta yang lagu sesuai kegiatan ini dan
di Unit terapi ashar, berespon menceritaka 2020, pukul dengan kegiatan kurang yang dilakukan Wahyu
Pelayanan musik dan peserta terhadap n isi lagu 15.00 mendengark dengan paham diinginkan lebih sering, Denoveta
2. Pasien
Teknis eksplorasi dikumpul stimulus setelah an musik, kooperatif dan mengenai peserta agar karena dengan
mampu
Griya perasaan kan di yang sholat ashar kemudian tidak ada yang lagu yang lebih mendengarkan
mengungka
Werdha pada lansia aula diberika Di lansia meninggalkan diputar memahami music akan
pkan
Jambangan dengan 2. Kegiatan n oleh Unit memperkena tempat pada isi lagu mengurangi
perasaannya
Surabaya masalah diawali perawat Pelayanan lkan diri, saat itu tingkat stress
.
depresi. dengan yaitu Teknis Griya menceritaka lansia dan
mendenga musik. Werdha n isi lagu, menjadi salah
b. Lansia
rkan Jambangan kemudian satu hiburan
dapat
music Surabaya menceritaka bagi lansia
mengeks
3. Lansia n
presikan
memperke perasaannya
perasaan
nalkan selama di
nya
diri, panti
berupa
mencerita
42

kan isi pengala


lagu man
4. Lansia yang
mencerita menyena
kan ngkan
perasaann
ya selama
di panti
40

BAB 5
PENUTUP

5.1 Simpulan
Hasil desiminasi awal yang dilakukan di UPTD Griya Werdha Jambangan
Surabaya pada tanggal 24-25 Desember 2019, dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut:
1. Hasil pengkajian menunjukkan distribusi lansia sebagian besar berada di
ruang Kenanga sebanyak 14 orang (9.5%) dan paling sedikit di ruangan
Sedap Malam dan Dahlia sebanyak masing-masing 7 orang (4.8%). Distribusi
lansia berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibanding laki-laki dengan
jumlah perempuan 86 orang dan laki-laki 61 orang. Distribusi lansia
berdasarkan usia menunjukkan sebagian besar lansia berusia >90 tahun (Very
Old)sebanyak 38 orang.
2. Masalah kesehatan yang muncul pada lansia sebagian besar mengeluh nyeri
sendi sebanyak 40 orang (27.2%), dengan riwayat penyakit hipertensi
sebanyak 39 orang (21.7%).
3. Rencana tindakan yang dapat dilakukan pada lansia Panti dalam mengatasi
masalah kesehatan adalah kegiatan Murottal dan Diba’ untuk masalah resiko
distress spiritual, kegiatan permainan komunikasi kata untuk masalah
kerusakan memori, kegiatan senam lansia untuk masalah resiko depresi dan
nyeri sendi, kegiatan pemberian minyak zaitun untuk masalah gangguan
integritas kulit.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil desiminasi awal yang dilakukan, kelompok dapat
memberikan beberapa saran yang dapat disampaikan kepada pihak terkait sebagai
berikut :
1. Bagi Lansia
Diharapkan lansia dapat berperan aktif dalam kegiatan yang
diselenggarakan UPTD maupun mahasiswa praktek. Kegiatan-kegiatan tersebut
tentunya akan memberikan manfaat bagi lansia baik dari segi fisik maupun
41

psikologis. Sehingga masalah kesehatan yang dialami lansia dapat terkaji dan
diberi tatalaksana sesuai dengan kondisi lansia.
2. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa berperan aktif dalam menyelesaikan masalah
kesehatan yang timbul. Mahasiswa dapat mengadakan berbagai kegiatan sesuai
dengan kondisi dan masalah yang ditemukan di panti werdha.
3. Bagi Lahan Praktek
Diharapkan tenaga kesehatan maupun tenaga kerja lain yang bekerja di
UPTD dapat lebih memberikan perhatian kepada lansia. Dengan memperhatikan
kondisi dan masalah kesehatan yang dihadapi lansia.
42

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, F. R. (2014) Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta:


Pranama Ilmu

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Basuki, W. (2015). Faktor – Faktor Penyebab Kesepian Terhadap Tingkat Depresi


Pada Lansia Penghuni Panti, 4(1), 713–730.

Ferdian, S., Rihiantoro, T., & Handayani, R. S. (2019). Pengaruh Madu Terhadap
Kualitas Tidur Pada Lansia. Jurnal Keperawatan, (October 2015).

Humasfikui. (2017). Pelayanan Kesehatan Untuk Meningkatkan Kualitas Hidup


Lansia. Retrieved December 26, 2019, From
Http://Uiupdate.Ui.Ac.Id/Article/Pelayanan-Kesehatan-Untuk-
Meningkatkan-Kualitas-Hidup-Lansia

Izhar, M. D. (2017). Pengaruh Senam Lansia Terhadap Tekanan Darah Di Panti


Sosial Tresna Werdha Budi Luhur Jambi. Jurnal Ilmiah Universitas
Batanghari Jambi, 17(1), 204–210.

Jember, L. C., Erfrandau, A., & Widayati, N. (2017). Pengaruh Terapi Tawa
Terhadap Kualitas Tidur Pada Lansia Di Unit Pelayanan Teknis Panti Sosial
Lanjut Usia ( Upt Pslu ) Kabupaten Jember ( The Effect Of Laughter Therapy
On Sleep Quality Of Elderly In, 5(2), 276–283.

Kementrian Kesehatan Ri. (2018). Masalah Kesehatan Pada Lansia. Retrieved


December 26, 2019, From Http://Www.Yankes.Kemkes.Go.Id/Read-
Masalah-Kesehatan-Pada-Lansia-4884.Html

Larasati, M. D. L., Sutajaya, I. M., & Dewi, N. P. S. R. (2019). Alunan Musik


Klasik Menurunkan Stres Dan Tekanan Darah Pada Lansia Penderita
Hipertensi Di Panti Sosial Tresna Werdha Jara Mara Pati Buleleng Bali.
Jurnal Pendidikan Biologi Undiksha, 6(3), 134–145.

Muhith, A. (2016). Pendidikan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Andi Offset.


Mujahidullah, K. (2012). Keperawatan Geriatrik : Merawat Lansia Dengan Cinta
Dan Kasih Sayang. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.


Nurhusna, Oktarina, Y., & Sulistiawan, A. (2018). Pengaruh Terapi Tertawa
Terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita. Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan
Universitas Jambi, 1, 75–81.

Santrock, J. W. (2011). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup Jilid


2. Jakarta: Erlangga.
43

Setyaningrum, N. (2012). Upaya Peningkatan Pelayanan Sosial Bagi Lansia


Melalui Home Care Service Di Panti Sosial Tresna Werdha (Pstw)
Yogyakarta Unit Budhi Luhur. Skripsi. Retrieved From
Http://Eprints.Uny.Ac.Id/27076/1/Nuraeni Setyaningrum.Pdf

Sitinjak, V. M., Hastuti, M. F., & Nurfianti, A. (2016). Pengaruh Senam Rematik
Terhadap Perubahan Skala Nyeri Pada Lanjut Usia Dengan Osteoarthritis
Lutut, 4, 139–150.

Sugandika, D., & Nuhariani, P. (2014). Pngaruh Ergonomis Terhadap Gangguan


Tidur (Insomnia) Pada Lansia Di Panti Werdha Mojopahit Mojokerto.

Sunaryo, Dkk. (2016). Asuhan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Cv Andi


Offset.

Tage, P. K. S. (2012). Pengaruh Terapi Tertawa Terhadap Perubahan Tekanan


Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi Sistolik Terisolasi Di Panti Sosial
Budi Agung Kupang.

Tamher, S. dan Noorkasiani. (2009) Kesehatan Usia Lanjut dengan


Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Windri, T. M., Kinasih, A., Pratiwi, T., & Sanubari, E. (2019). Pengaruh Aktvitas
Fisik Dengan Kualitas Hidup Lansia Hipertensi Di Panti Wredha Maria
Sudarsih Ambarawa. Jurnal Mitra Pendidikan (Jmp Online), 3(11), 1444–
1451.

Wiria, W. (2015). Menurunkan Tekanan Darah Pada Lansia Melalui Senam


Yoga. Jurnal Olahraga Prestasi.

Zuriati. (2017). Efektifitas Kompres Air Hangat Dan Kompres Jahe Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Asam Urat Di Puskesmas Lubuk Begalung
Tahun 2017.
44

DOKUMENTASI

Gambar 4.1 Back Massage Olive Oil

Gambar 4.2 Sholawatan Bersama


45

Gambar 4.3 Senam Lansia

Gambar 4.4 Terapi Musik

Anda mungkin juga menyukai