Disusun oleh:
Pada kesempatan ini juga kami berterima kasih atas bimbingan dan masukan dari semua
pihak yang telah memberi kami bantuan wawasan untuk dapat menyelesaikan makalah ini baik
itu secara langsung maupun tidak langsung.
Kami menyadari isi makalah ini masih jauh dari kategori sempurna, baik dari segi
kalimat, isi, maupun dalam penyusunan. Oleh karen itu, kritik dan saran yang membangun dari
dosen mata kuliah yang bersangkutan dan rekan-rekan semuanya, sangat kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini dan makalah-makalah selanjutnya.
Kelas G
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A. Kesimpulan …………………………………………………………………………….…..37
B. Saran ………………………………………………………………………………………..37
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Supervisi berasal dari kata super “diatas” dan videre “melihat”. Bila dilihat dari asal
kata aslinya, supervisi berarti “melihat dari atas”. Pengertian supervisi secara umum
adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh “atasan” terhadap
pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera
diberikan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya. "Tujuan dari supervisi
adalah memberikan bantuan kepada bawah secara langsung sehingga dengan bantuan
tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau
pekerjaan dengan hasil yang baik. Pemahaman seperti ini sangat penting, karena tujuan
dari supervisi bukan semata-mata untuk mencapai hasil yang baik. Oleh karena itu,
atasan jangan sampai mengambil alih tugas bawahan. Supervisi seharusnya memberikan
"bekal" kepada bawah, sehingga dengan bekal tersebut, bawahan seterusnya dapat
melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan baik
Delegasi merupakan proses penugasan, wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan.
( Sujak, 1990). “American Nurses Association ( ANA ) ( 1996 ) mendefinisikan
pendelegasian sebagai pemindahan tanggung jawab dalam melakukan tugas dari satu
orang ke orang lain. National Council of State Boards of Nursing ( NCBSN ) ( 1995 )
medefinisikan pendelegasian sebagai pemberian wewenang kepada individu yang
kompeten untuk melakukan aktivitas keperawatan tertentu pada situasi yang ditentukan.”
(Bessie L Marquis, Carol J Huston, 2003). Menurut marquis dan huston ( 1998 ) dalam
(Nursalam, 2002 ) bahwa pendelegasian adalah penyelesaian suatu pekerjaan melalui orang
lain. Dapat juga diartikan sebagai suatu pemberian suatu tugas kepada seseorang atau kelompok
dalam menyelesaikan tujuan organisasi. Jadi dapat disimpulkan, delegasi merupakan proses
pemindahan tanggung jawab dan otoritas dalam pelaksanaan aktivitas kepada individu
yang kompeten.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pentingnya Supervisi di Bidang Kesehatan dan Keperawatan?
2. Apa pengertian Supervisi?
3. Apa tujuan Supervisi?
4. Bagaiman Pengambilan Keputusan dan Hierarki Supervisional?
5. Apa Teori dan Konsep Supervisi?
6. Bagaimana Prinsip Supervisi?
7. Bagaimana Model Supervisi Klinik?
8. Bagaimana Cara Mensupervisi?
9. Apa Pentingnya Delegasi di Bidang Kesehatan dan Keperawatan?
10. Bagaimana pengertian Delegasi?
11. Bagaimana Teori dan Konsep Delegasi?
12. Bagaimana Prinsip Delegasi?
13. Apa Hambatan Delegasi?
14. Bagaimana Pendelegasian Sebagai Fungsi Keperawatan Profesional?
15. Bagaimana Peran Kepemimpinan dan Fungsi Manajemen terkait Pendelegasian?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pentingnya Supervisi dan Delegasi di Bidang Kesehatan dan
Keperawatan
2. Untuk mengetahui pengertian Supervisi dan Delegasi.
3. Untuk mengetahui tujuan Supervisi dan Delegasi.
4. Untuk mengetahui Prinsip Supervisi dan Delegasi.
5. Untuk mengetahui Teori dan Konsep Supervisi dan Delegasi.
6. Untuk mengetahui Model Supervisi.
7. Untuk mengetahui Cara Mensupervisi.
8. Untuk mengetahui Hambatan Delegasi.
9. Untuk mengetahui Delegasi sebagai Fungsi Keperawatan Profesional.
10. Untuk mengetahui Peran Kepemimpinan dan Fungsi Manajemen terkait Delegasi.
BAB II
LANDASAN TEORI
Para supervisor di puskesmas perlu melakukan monitoring dan evaluasi terhadap program
kesehatan, apakah program tersebut berjalan dengan baik atau memiliki kendala lalu
memperbaiki program - program kesehatan dan pelayanannya. Monitoring, pengendalian,
evaluasi program kesehatan merupakan hal yang penting untuk mempertahankan
berlangsungnya program kesehatan dan memperbaiki penyimpangan yang ada.Supervisi
dilakukan agar program kegiatan kesehatan dilaksanakan sesuai standar untuk mencapai
tujuan program serta meningkatkan kualitas program kesehatan secara merata.
C. Pengertian Supervisi
Supervisi berasal dari kata super “diatas” dan videre “melihat”. Bila dilihat dari asal kata
aslinya, supervisi berarti “melihat dari atas”. Pengertian supervisi secara umum adalah
melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh “atasan” terhadap pekerjaan yang
dilakukan “bawahan” untuk kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan bantuan
yang bersifat langsung guna mengatasinya. Supervisi menurut Nursalam (2015) merupakan
suatu bentuk dari kegiatan manajemen keperawatan yang bertujuan pada pemenuhan dan
peningkatan pelayanan pada klien dan keluarga yang berfokus pada kebutuhan, keterampilan,
dan kemampuan perawat dalam melaksanakan tugas. Supervisi adalah upaya yang dilakukan
dalam rangka pemantauan disertai dengan pemberian bimbingan, penggerakan atau motivasi
dan pengarahan (Depkes, 2008).
Kesimpulan
Jadi Supervisi adalah suatu proses yang menunjang manajemen dimana sebagian besar
kegiatan merupakan bimbingan dan sebagian kecil pengawasan
Supervisi mempunyai pengertian yang luas, yaitu segala bantuan dari pemimpin atau
penanggung jawab keperawatan yang tertuju untuk perkembangan para perawat dan staf lain
dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi berupa dorongan, bimbingan
dan kesempatan untuk pertumbuhan keahlian dan keterampilan perawat.
3) Memberi dukungan
Fungsi memberi dukungan dapat membantu staf yang disupervisi untuk
meningkatkan peran staf dari waktu ke waktu. Pemberian dukungan dalam hal ini
meliputi :
a) Menciptakan lingkungan yang aman pada saat supervisi dimana kepercayaan dan
kerahasiaan dibuat untuk mengklarifikasi batas-batas antara dukungan dan
konseling.
b) Memberikan kesempatan staf yang disupervisi untuk mengekspresikan perasaan
dan ide-ide yang berhubungan dengan pekerjaan.
c) Memantau kesehatan staf yang mengacu pada kesehatan kerja atau konseling
d. Teknik supervisi
Menurut Nursalam (2015) kegiatan pokok pada supervisi pada dasarnya mencangkup
empat hal yang bersifat pokok, yaitu (1) menetapkan masalah dan prioritas; (2)
menetapkan penyebab masalah, prioritas, dan jalan keluar; (3) melaksanakan jalan keluar;
(4) menilai hasil yang dicapai untuk tindak lanjut berikutnya. Untuk dapat melaksanakan
supervisi yang baik ada dua teknik :
1) Langsung Menurut Nursalam (2015) pengamatan yang langsung dilaksanakan
supervisi dan harus memperhatikan hal berikut:
a) Sasaran pengamata Pengamatan langsung yang tidaak jelas sasarannya dapat
menimbulkan kebingungan. Untuk mencegah keadaan ini, maka pengamatan
langsung ditujukan pada sesuatu yangbersifak pokok dan strategis.
b) Objektifitas pengamatan Pengamatan langsung yang tidak berstandarisasi dapat
menganggu objektifitas. Untuk mencegah keadaan seperti ini maka diperlukan
suatu daftar isian atau check list yang telah dipersiapkan.
c) Pendekatan pengamatan Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai
dampak kesan negatif, misal rasa takut, tidak senang, atau kesan menganggu
pekerjaan. Dianjurkan pendekatan pengamatan dilakukan secara edukatif dan
suportif, bukan kekuasaan atau otoriter
2) Tidak langsung Teknik supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun
lisan sehingga supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan (Suarli
dan Bahtiar, 2009).
E. Prinsip Supervisi
Kegiatan supervisi mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang kondusif dan
nyaman yang mencakup lingkungan fisik, atmosfer kerja, dan jumlah sumber sumber yang
dibutuhkan untuk memudahkan pelaksanaan tugas. Untuk itu diperlukan beberapa prinsip
pokok pelaksanaan supervisi. Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat diuraikan
sebagai berikut (Suarli dan Bahtiar, 2009):
1. Tujuan utama supervisi adalah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan, bukan
untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan
pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila
ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya
2. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan
suportif, bukan otoriter
3. Supervisi harus dilakukan secara teratur dan berkala. Supervisi yang hanya dilakukan
sekali, bukan supervisi yang baik
4. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terjalin kerja sama
yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses penyelesaian
masalah, dan untuk lebih mengutamakan kepentingan bawahan
5. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan
masing-masing bawahan secara individu. Penerapan strategi dan tata cara yang sama
untuk semua kategori bawahan, bukan merupakan supervisi yang baik
6. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan harus disesuaikan dengan
perkembangan
F. Pengambilan Keputusan
Pengambilan keputusan adalah terpenting dari semua tugas yang membentuk fungsi
kepemimpinan manajerial. Dapat dikatakan bahwa pembuatan keputusan adalah inti proses
manajemen, karena suatu keputusan diperlukan untuk mendorongtindakan-tindakan yang
berarti, baik oleh manajemen itu sendiri maupun bawahannya. Sebelum mengambil suatu
keputusan diperlukan informasi-informasi pendukung, misalnya :
- Laporan anggaran
- Laporan sensus pasien
- Catatan medis
- Catatan personil pegawai
- Laporan jumlah waktu sakit pegawai
- Waktu libur
Hal tersebut din perlukan untuk memutuskan sasaran keperawatan, standar keperawatan,
prioritas keperawatan, serta aktivitas manajemen.keputusan oleh manajer perawat cukup sulit
dilakukan karena hasil keperawatan memiliki kepentingan dalam memengaruhi hidup dan
mati pasien
Pengambilan kepuusan adalah proses kognitif yang tidak tergesa-gesa, suatu rangkaian
tahapan yang dianalisis, diperlukan, dan dipadukan. Dan pada akhirnya dihasilkanlah
ketetapan serta ketelitian dalam menyelesaikan masalah
G. Hierarki Supervisional.
Depkes (2008) mengemukakan bahwa pelaksanaan supervisi di rumah sakit dapat dilakukan
oleh:
a. Kepala ruangan Bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan untuk klien.
Kepala ruangan sebagai ujung tombak penentu tercapai tidaknya tujuan pelayanan
keperawatan dan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan.
b. Pengawas perawatan Beberapa ruang atau unit pelayanan berada di bawah unit pelaksana
fungsional (UPF). Pengawas bertanggung jawab dalam supervisi pelayanan keperawatan
pada areanya yaitu beberapa kepala ruangan yang di UPF bersangkutan.
c. Kepala seksi Beberapa UPF digabung dalam satu pengawasan kepala seksi (Kasie).
Kepala seksi mengawasi pengawas UPF dalam melaksanakan tugasnya secara langsung
dan seluruh perawat secara tidak langsung.
d. Kepala bidang Kepala bidang bertanggung jawab untuk supervisi kepala seksi secara
langsung dan semua perawat secara tidak langsung. Jadi supervisi berkaitan dengan
struktur organisasi yang menggambarkan garis tanggung jawab, siapa yang menjadi
supervisor dan siapa yang disupervisi.
kepala seksi
pengawas keperawatan
kepala
ruangan
1. Pengertian
"Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti di atas) dan videre
(bahasa Latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata aslinya, supervisi berarti
"melihat dari atas". Pengertian supervisi secara umum adalah melakukan pengaman secara
langsung dan berkala oleh "atasan" terhadap pekerjaan yang dilakukan "bawahan" untuk
kemudian bila ditemukan masalah, segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna
mengatasinya." (Basuki, 2018)
2. Tujuan
"Tujuan dari supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawah secara langsung
sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup untuk dapat
melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik.
Pemahaman seperti ini sangat penting, karena tujuan dari supervisi bukan semata-mata
untuk mencapai hasil yang baik. Oleh karena itu, atasan jangan sampai mengambil alih tugas
bawahan. Supervisi seharusnya memberikan "bekal" kepada bawah, sehingga dengan bekal
tersebut, bawahan seterusnya dapat melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan baik."
(Basuki, 2018)
3. Manfaat
"Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat.
Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.
a. Supervisi dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat
hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan, serta makin
terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan.
b. Supervisi dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja. Peningkatan efisiensi ini erat
kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga
pemakaian sumber daya (tenaga kerja, harta, dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah.
Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah
tercapainya tujuan suatu organisasi. Sesungguhnya tujuan pokok dari supervisi ialah
menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat,
dalam arti lebih efektif dan efisien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat
dicapai dengan memuaskan." (Basuki, 2018)
4. Prinsip
a. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan, bukan untuk
mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan
langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah,
segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinya.
b. Sejalan dengan tujuan utama yang dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan suporti,
bukan otoriter.
c. Supervisi harus dilakukan secara teratur dan berkala. Supervisi yang hanya dilakukan
sekali, bukan supervisi yang baik.
d. Supervisi harus dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terjalin kerja sama yang baik
antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses penyelesaian masalah, dan untuk
lebih mengutamakan kepentingan bawahan.
e. Strategi dan tata cara supervisi yang akan harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan
masing-masing bawahan secara individu. Penerapan strategi dan tata cara yang sama
untuk semua kategori bawahan, bukan merupakan supervisi yang baik.
a. Model Development
"Model ini diperkenalkan oleh Dixon pada rumah sakit mental dan southern cost
addictio technology transfer center tahun 1998. Model ini dikembangkan dalam rumah
sakit mental yang bertujuan agar pasien yang dirawat mengalami proses development yang
lebih baik. Maka semua ini menjadi tugas utama perawat. Supervisor diberikan
kewenangan untuk membimbing perawat dengan tiga cara, yaitu change agent, counselor,
dan teacher. Kegiatan change agent bertujuan agar supervisor membimbing perawat
menjadi agen perubahan; kegiatan tersebut nantinya ditransfer kepada pasir sehingga
pasien memahami masalah kesehatan. Kegiatan counselor dilakukan supervisor dengan
tujuan membina, membimbing, mengajarkan kepada perawat tentang hal-hal yang
berkaitan dengan tugas rutin perawat. Kegiatan teaching bertujuan mengenalkan dan
mempraktikkan 'nursing practice' yang sesuatu dengan tugas perawat." (Sudaryanto, 2008)
b. Model Academic
Kegiatan supportive dilakukan dengan cara: melatih perawat menggali 'emosi' ketika
bekerja. Kegiatan managerial dilakukan dengan: melibatkan perawat dalam peningkatan
'standar'." (Sudaryanto, 2008)
c. Model Experiental
"Model ini diperkenalkan oleh Milne dan James di Newcastle University UK dan
Department of Health US tahun 2005 yang merupakan adopsi penelitian Milne, Aylott dan
Fitzpatrick. Dalam model ini disebutkan bahwa kegiatan supervisi klinik keperawatan
meliputi training dan motoring. Dalam kegiatan training, supervisor mengajarkan teknik-
teknik keperawatan tertentu yang belum dipahami perawat pelaksana. Training biasanya
dilakukan secara berjenjang kepada setiap perawat, misalnya training pada perawat pemula,
perawat pemula-lanjut. Dalam kegiatan mentoring, supervisor lebih mirip seorang
penasihat dimana ia bertugas memberikan nasihat berkaitan dengan masalah-masalah rutin
sehat-hari. Kegiatan ini lebih mirip kegiatan supportive dalam model academic."
(Sudaryanto, 2008)
d. Model 4S
"Model ini diperkenalkan oleh Page dan Wosket dari hasil penelitian di Greater
Manchester UK dan New York tahun 1995. Model supervisor ini dikembangkan dengan
empat strategi, yaitu structure, skills, support, dan sustainability. Dalam model ini kegiatan
structure dilakukan oleh perawat RN's dalam melakukan pengkajian dan asuhan pasien
dimana perawat dibina sekitar 6-8 orang. Tujuan kegiatan ini adalah untuk
mengembangkan pengalaman perawat dalam hal konsultasi, fasilitasi, dan assiting.
Kegiatan skills dilakukan supervisor untuk meningkatkan keterampilan praktis. Kegiatan
support dilakukan dengan tujuan untuk will keep practice fresh, sharing, kebutuhan-
kebutuhan training tertentu yang bernilai kebaruan. Kegiatan sustainability bertujuan untuk
tetap mempertahankan pengalaman, keterampilan, nilai-nilai yang telah dianut perawat.
Kegiatan ini dilakukan dengan kontinyu dengan cara mentransfer pengalaman supervisor
kepada perawat pelaksana." (Sudaryanto, 2008)
"Yang dimaksud dengan supervisi umum adalah supervisi yang dilakukan terhadap kegiatan-
kegiatan atau pekerjaan yang secara tidak langsung berhubungan dengan usaha perbaikan
pengajaran seperti supervisi terhadap kegiatan pengelolaan bangunan dan perlengkapan sekolah
atau kantor-kantor pendidikan. Sedangkan yang dimaksud dengan supervisi pengajaran adalah
kegiatan-kegiatan pengawasan yang ditujukan untuk memperbaiki kondisi baik personel maupun
material yang memungkinkan terciptanya situasi belajar mengajar yang lebih baik demi
tercapainya tujuan pendidikan." (Arikunto, 2004)
b. Supervise klinis
"Termasuk bagian dari supervisi pengajaran. Dikatakan supervisi klinis karena prosedur
pelaksanaannya lebih ditekankan kepada mencari sebab-sebab atau kelemahan dalam proses
belajar mengajar dan kemudian diusahan secara langsung pula bagaimana cara memperbaiki
kelemahan tersebut. Menurut Richard Waller memberikan definisi tentang supervisi klinis adalah
supervisi yang terfokus pada perbaikan siklus yang sistematis dari tahap perencanaan,
pengamatan, dan analisis intelektual yang intensif terhadap penampilan mengaar yang
sebenarnya dengan tujuan untuk mengadakan modifikasi rasional.
Didalam supervisi klinis cara memperbaiki dilakukan dengan cara setelah supervisor
mengadakan pengamatan secara langsung terhadap cara guru mengajar, dengan mengadakan
diskusi balikan antara supervisor dengan guru yang bersangkutan. Agar lebih jelas tentang
bagaimana pelaksanaan supervisi klinis, La Sulo mengemukakan ciri-ciri supervisi klinis sebagai
berikut :
- Jenis keterampilan yang akan disupervisi diusulkan oleh guru atau calon guru yang akan
disupervisi, dan disepakati melalui pengkajian bersama antara guru dan supervisor.
- Meskipun guru atau calon guru memperguanakan berbagai keterampilan mengajar secara
terintgrasi, sasara supervisi hanya beberapa keterampilan tertentu saja.
- Instrument supervisi dikembangkan dan disepakati bersama antara supervisor dan guru
berdasarkan kontrak.
- Balikan diberikan dengan segera secara obyektif (sesuai dengan hasil dari observasi).
- Meskipun supervisor telah menganalisis dan menginterpretasi data yang telah direkam oleh
intrumen observasi, di dalam diskusi balikan guru diminta terlebih dahulu menganalisis
penampilannya.
- Supervisor lebih banyak bertanya dan mendengarkan daripada memerintah atau mengarahkan.
- Supervisi klinis dapat dipergunakan untuk pembentukan atau peningkatan dan perbaikan
keterampilan mengajar di pihak lain juga digunakan dalam konteks pendidikan prajabatan
maupun dalam jabatan." (Arikunto, 2004)
"Suatu kegiatan administrasi dan manajemen yang dilakukan oleh pimpinan satuan kerja untuk
mencegah terjadinya salah urus dan meningkatkan efektifitas dan efesiensi kerja sesuai dengan
kebijakan menteri pendidikan dan kebudayaan, peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
rencana yang telah ditetapkan. Tujuan pengawasan melekat ialah untuk mengetahui apakah
pimpinan unit kerja dapat menjelaskan fungsi pengwasan dan pengendalian melekat padanya
dengan baik sehingga, bila ada penyelewengan, pemborosan, korupsi, pimpinana unit kerja dapat
mengambil tindakan koreksi sedini mungkin Sedangkan yang dimaksud dengan pengawasan
fungsional adalah kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh orang-orang yang fungsi jabatannya
sebagai pengawas." (Arikunto, 2004)
7. Cara Mensupervisi
Menurut Ali Zaidin dalam Nursalam (2015) metode dalam melaksanakan pengawasan
adalah bertahap dengan langkah-langkah berikut :
a. Mengadakan persiapan pengawasan
b. Menjalankan pengawasan
c. Memperbaiki penyimpangan
Adapun beberapa alasan mengapa delegasi diperlukan, beberapa diantaranya adalah
2. Pengertian delegasi
“Delegasi merupakan proses penugasan, wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan.”
( Sujak, 1990)
“Delegasi adalah pemberian sebagian tanggung jawab dan kewibawaan kepada orang lain
(Charles J. Keating,1991)”
Menurut Louis A. Allen, delegasi adalah proses yang diikuti oleh seorang manajer dalam
pembagian kerja yang ditimpakan padanya, sehingga ia dapat memperoleh orang-orang lain
untuk membantu pekerjaan yang tidak dapat ia kerjakan.
1. “Pendelegasian bukan suatu sistem untuk mengurangi tanggung jawab. Tetapi suatu cara
untuk membuat tanggung jawab menjadi bermakna.
Misalnya, dlm penerapan model asuhan keperawatan profesional primer, seorang perawat
primer (PP) melimpahkan tanggung jawabnya kepada perawat pendamping/associate
(PA). Perawat primer memberikan tanggung jawab yang penuh dalam merawat pasien
yang didelegasikan.”(Nursalam,2014)
2. “Tanggung jawab dan otoritas harus di deklarasikan dengan seimbang.
Perawat primer menyusun tujuan tindakan keperawatan. Kemudian memberikan
wewenang kepada PA untuk mengambil semua keputusan menyangkut keadaan pasien
dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.” (Nursalam, 2014)
3. Proses pelimpahan membuat seseorang melaksanakan tanggung jawabnya,
mengembangkan wewenang yang dilimpahkan, dan mengembangkan kemampuan dalam
mencapai tujuan organisasi.
Keberhasilan pelimpahan ditentukan oleh:
a. Intervensi keperawatan yang diperlukan
b. Siapa yang siap dan sesuai dalam melaksanakan tugas tersebut
c. Bantuan apa yang diperlukan
d. Hasil apa yang diinginkan
4. Konsep tentang dukungan perlu diberikan kepada semua anggota. Dukungan yang
penting adalah menciptakan suasana yang asertif.
Setelah PA melaksanakan tugas yang dilimpahkan, maka PP harus menunjukan rasa
percaya kepada PA untuk melaksanakan asuhan keperawatan secara mandiri.
5. “Seorang delegasi harus terlibat aktif. Ia harus dapat menganalisis otonomi yang
dilimpahkan untuk dapat terlibat aktif. Keterbukaan akan mempermudah komunikasi
antara PP dan PA.”(Nursalam,2014)
4. Prinsip delegasi
Menurut Stoner (1990) ada beberapa prinsip delegasi diantaranya :
1. Prinsip skalar
Menyatakan harus ada garis otoritas yang jelas yang menghubungkan tingkat paling
tinggi dengan tingkat paling bawah. Garis otoritas yang jelas ini memudahkan anggota
organisasi untuk megetahui:
a. kepada siapa dia dapat mendelegasikan
b. siapa yang dapat melimpahkan wewenang kepadanya.
c. kepada siapa dia bertanggungjawab.
Dalam proses penyusunan garis otoritas diperlukan kelengkapan pendelegasian
wewenang, yaitu semua tugas yang diperlukan dibagi habis. Hal ini digunakan untuk
menghindari:
a. gaps, yaitu tugas-tugas yang tidak ada penangung jawabnya.
b. overlaps, yaitu tanggung jawab untuk satu tugas yang sama diberikan kepada
lebih dari satu orang.
c. splits, yaitu tanggung jawab atas tugas yang sama diberikan kepada lebih dari
satu-satuan organisasi.
A. Pengertian Delegasi
Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa delegasi adalah
Proses pelimpahan suatu wewenang dan tanggung jawab formal kepada orang lain atau bawahannya
untuk melaksanakan kegiatan tertentu.
C. Komponen Delegasi
a. Delegator
Delegator memiliki wewenang untuk mendelegasikan, karena posisinya di suatu
organisasi dan memiliki izin pemerintah untuk melakukan tugas-tugas tertentu. Kebijakan
lembaga menjelaskan bahwa delegator dapat mendelegasikan tugas dan tanggung jawab
(responsibility), tapi tanggung gugat (accountability) tetap pada delegator.
b. Delegate
Sebuah delegate menerima arah untuk apa yang harus dilakukan dari delegator.
Hubungan antara dua individu yang ada dalam lingkungan kerja atau melalui badan
kebijakan. Delegatee memiliki kewajiban untuk menolak utau menerima tugas-tugas
yang diberikan oleh delegator, kemampuan atau deskripsi pekerjaan.
c. Tugas
Tugas adalah aktivitas yang didelegasikan. Aktivitas yang didelegasikan umumnya harus
sebuah tugas rutin. Tugas-tugas rutin memiliki hasil yang diprediksi, dan ada metode
langkah demi langkah untuk menyelesaikan tugas. Pengambilan keputusan pada bagian
dari delegatee untuk didelegasikan tugas itu terbatas bagaimana untuk mengatur waktu
dan menyelesaikan tugas dengan berbagai pasien atau variasi dalam peralatan.
d. Klien/ Situasi
Identifikasi klien tertentu atau situasi untuk didelegasikan peraawatan diperlukan untuk
memastikan bahwa tujuan untuk perawatan pasien dapat dipenuhi oleh delegate. Situasi
baru memerlukan orientasi, bahkan jika klien tugas lazim.
D. Hal yang Penting Diperhatikan dalam Proses Delegasi
Menurut Bessie L Marquis dan Carol J Huston (2003) terdapat beberapa hal yang penting
diperhatikan dalam proses delegasi, yaitu :
a. Benar orang
Kekuasaan yang didelegasikan harus pada orang yang tepat baik dari segi kualifikasi
maupun segi fisik.
b. Benar tugas
Dalam pemberian suatu delegasi kekuasaan atau tugas haruslah di imbangi dengan
pemberian tanggung jawab.
c. Benar situasi
Jelaskan permintaan itu dengan tenang dan dalam situasi santai, orang yang akan kita beri
delegasi kita beri latar belakang tugas dan hal-hal yaang mungkinkan tersangkut dalam
tugas itu.
d. Benar pengarahan
Sampaikanlah harapan kita dan jelaskan kekuasaan yang kita berikan kepadanya. dan
mintalah dia mulai bekerja melaksanakan tugas yang kita serahkan kepadanya
e. Bener pengawasan
Pimpinan yang mendelegasikan kekuasaannya harus membimbing dan mengawasi orang
yang menerima delegasi tersebut.
E. Hambatan Pendelegasian
Laporan Pew Health Commission (1995) tentang tantangan terhadap revitalisasi profesi
kesehatan pada abad ke-21 sangat merekomendasikan pelatihan yang terintegrasi antarprofesi-
suatu pendekatan yang mendorong pendekatan tim interdisiplin dalam pemberian layanan
(Hansten & Washburn, 1998). Laporan Pew juga menyebutkan bahwa peran manajemen klinis
dalam keperawatan perlu dipulihkan dan dikenali karena “semakin meningkatnya kekuatan
pelatihan dan praktik di semua tingkat” (Pew Health Commission, 1995). Sebagai manajer klinis,
RN professional diharapkan menjadi delegator ahli. RN yang diminta untuk berperan sebagai
penyelia dan delegator memerlukan persiapan untuk melakukan tugas kepemimpinan
ini.beberapa ahli berdebat bahwa RN, walaupun telah terlatih dengan baik dalam berperan
sebagai pemberi asuhan langsung, sering kali tidak cukup siap untuk peran delegator. RN perlu
kembali mengikuti program pendidikan tentang prinsip pendelegasian dan kejelasan peran agar
dapat menunjukkan kekonsistenan dalam mendelegasikan aktivitas peran yang tepat dan merasa
yakin dalam melaksanakan pendelegasian.
Peran Kepemimpinan
1. Berfungsi sebagai model peran, pendukung, dan narasumber dalam pendelegasian tigas
kepada pegawai
2. Menganjurkan strategi manajemen waktu untuk menggunakan pendelegasian sebagai
strategi manajemen waktu dan alat pembangun tim
3. Membantu pegawai untuk mengidentifikasi situasi yang tepat untuk pendelegasian
4. Mengomunikasikan tugas yang didelegasikan secara jelas dan asertif
5. Menetapkan keamanan pasien sebagai kriteaa minimal dalam mentukan orang yang
paling tepat untuk menjalankan tugas yang didelegasikan
6. Menjadi partisipan yang cakap dan aktif dalam mengembangkan panduan tentang tugas
asisten yang tidak berlisensi di daerah setempat, negara bagian, dan nasional
7. Sensitive terhadap bagaimana fenomena budaya mempengaruhi pendelegasian
transtruktural
Fungsi Manajemen
1. Membuat uraian pekerjaan/tugas untuk semua personel, termasuk asisten yang tidak
berlisensi, yang sesuai dengan rekomendasi nasional, negara bagian, dan profesi untuk
memastikan perawatan pasien yang aman
2. Memiliki pengetahuan tentang tanggung jawab legal dalam melakukan supervisi pada
pegawai
3. Secara akurat mengkaji kemampuan dan motivasi pegawai ketika mendelegasikan tugas
4. Mendelegasikan tingkat kewenangan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas yang
didelegasikan
5. Mengembangkan dan mengimplementasikan proses peninjauan ulang secara periodik
semua tugas yang didelegasikan
6. Memberikan penghargaan atau pengakuan setelah tugas yang didelegasikan selesai
dikerjakan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Supervisi adalah suatu proses yang menunjang manajemen dimana sebagian besar
kegiatan merupakan bimbingan dan sebagian kecil pengawasan. Supervisi mempunyai
pengertian yang luas, yaitu segala bantuan dari pemimpin atau penanggung jawab
keperawatan yang tertuju untuk perkembangan para perawat dan staf lain dalam
mencapai tujuan asuhan keperawatan. Kegiatan supervisi berupa dorongan, bimbingan
dan kesempatan untuk pertumbuhan keahlian dan ketrampilan perawat. Tujuan dari
supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawah secara langsung sehingga dengan
bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan
tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Delegasi merupakan proses pemindahan
tanggung jawab dan otoritas dalam pelaksanaan aktivitas kepada individu yang
kompeten. Terdapat empat komponen utama delegasi yaitu delegator, delegate, tugas,
dan klien/situasi
B. Saran
Dengan kajian Supervisi dan Delegasi ini diharapkan dapat memberikan gambaran terkait
tujuan serta teori dan konsep dari supervisi maupun Delegasi.Delegasi dan Supervisi
sebaiknya dilakukan oleh orang yang telah memiliki kompetensi yang baik untuk
mencapai keberhasilan. Karena kegagalan dalam melakukan delegasi dan supervisi
dipengaruhi oleh beberapa hal termasuk pengetahuan dan kemampuan seseorang.
Daftar pustaka
Drs. S. Suarli, M.M., Yanyan Bahtiar, S.Kp. 2015. Manajemen Keperawatan dengan
Pendekatan Praktis. Jakarta : Erlangga
Swansburg, RC(1999) Introductory Management and Leadership for Nurses.London : Jones and
Bartlett Publishers, Inc
Depkes RI. (2008). Pedoman Indikator Mutu Pelayanan Keperawatan Klinik di Sarana
Marquis, Bessie L., Huston, Carol J, 2003, Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan Teori
& Aplikasi Edisi 4, Jakarta, EGC.
Marquis,Bessie dan Carol. 2012.Leadership Roles and Management Function in Nursing Theory
and Application.Philadelphia:Lippincott,Williams &Wilkins
Basuki, Duwa. 2018. Manajemen Keperawatan untuk Mahasiswa dan praktisi, 2018
Sudaryanto, Agus. 2008. Model-Model Supervisi Keperawatan Klinik. Jurnal Berita Ilmu
Keperawatan. ISSN 1979-2697, Vol. 1 No. 4.