Anda di halaman 1dari 55

1

OBAT-OBATAN SARAF PUSAT, SARAF OTONOM, DAN ANTIFEKSI


MAHASISWA FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UPN “VETERAN” JAKARTA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas


mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan

Dosen Pengampu: Ns. Sang Ayu Adyani, M.Kep

Disusun oleh :

Latifah Khusnul Khotimah 1710711056


Norma Amalia 1710711057
Nada Naflah 1710711058
Aulia Afifah Humaira 1710711059

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN
2017
2

PEMBAHASAN

A. OBAT YANG MEMPENGARUHI SISTEM SARAF PUSAT

1. ANALGESIC OPIOID DAN MANAJEMEN NYERI

 Opioid Analgesik
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti
opium yang digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Yang
termasuk golongan opioid adalah alkaloid opium, derivat semisintetik alkaloid
opium, senyawa sintetik dengan sifat farmakologi menyerupai morfin. Obat
yang mengantagonis efek opioid disebut antagonis opioid.

Terdapat tiga jenis reseptor opioid yaitu mu, delta, dan kappa. Reseptor mu
memperantari efek analgetik mirip morfin, euforia, depresi napas, miosis.
Reseptor kappa memperantarai  analgesia seperti yang ditimbulkan pentazosin,
sedasi, miosis dan depresi napas namun tidak sekuat reseptor mu. Reseptor
delta selektif terhadap beta-endorfin. Berdasarkan kerja pada reseptor obat
golongan opioid dibagi menjadi empat yaitu agonis penuh, agonis parsial,
campuran agonis  dan antagonis, antagonis.

FARMAKODINAMIKA

·         Susunan saraf pusat


a.    Narkosis
Efek morfin terhadap SSP berupa narkosis. Morfin dengan dosis kecil
menimbulkan euforia pada pasien yang sedang menderita nyeri, sedih,
dan gelisah. Sedangkan pada orang normal menimbulkan disforia
berupa perasaan kuatir atau takut yang disertai mual dan muntah.
b.   Analgesia
Efek yang ditimbulkan akibat kerja opioid direseptor µ serta reseptor
delta dan kappa. Opioid menimbulkan analgesia dengan cara berikan
padan reseptor di SSP dan medula spinalis yang berperan pada
transmisi dan modulasi nyeri. Agonis opioid melalui reeptor tersebut
3

pada ujung prasinaps aferen primer nosiseptif mengurangi penglepasan


transmiter yang selanjutnya menghambat saraf yeng mentransmisi
nyeri di kornu dorsalis medula spinalis. Dengan demikkian opioid
memiliki efek analgetik.
c.   Eksitasi
Morfin dan opioid lain sering menimbulkan mual dan muntah,
sedangkan delirium dan konvulasi lebih jang timbul. Faktor yang dapat
mengubah eksitasi morfin adalah tinngkat eksitasi refleks SSP.
d.   Miosis
Miosis ditumbulkan oleh perangsangan pada segmen otonom inti saraf
okulomotor. Miosis ini dapat dilawan oleh antropin dan skopolamin.
Morfin dalam dosis terapi mempertinggi daya akomodasi dan
menurunkan tekan intraokuler, baik pada orang normal maupun pada
pasien glaukoma.
e.   Depresi Napas
Morfin dapat menimbulkan depresi napas secara primer dan
bersinambungan berdasarkan efek langsung terhadap pusat napas di
batnng otak. Pada depresi napas terjadi penurunan frekuensi napas,
volume semenit dan tidal exchange, akibatnya PCO2 dalam darah dan
udara alveolar meningkatdan kadar O2 dalam darah menurun.
Kepekaan pusat napas terhadap CO2 berkurang. Kadar CO2 5% tidak
lagi menimbulkan peninggian ventilasi pulmonal.
·         Saluran Cerna
a.   Lambung
Morfin menghambat skresi HCL yang selanjutnya morfin
menyebabkan pergerakan lambung berkurang, tonus bagian antrum
meninggi dan motilitasnya berkurang sedangkan sfingter pilorus
berkontraksi. Akibatnya pergerakan  isi lambung ke duodenum
diperlambat.
b.   Usus Halus
Morfin mengurangi sekresi empedu dan pankreas dan memperlambat
pencernaan makanan di usus halus. Morfin mengurangi kontraksi
4

propulsif, meninggikan tonus dan spasme periodik usus halus yang


terlihat jelas pada duodenum. Penerusan isi usus yang lamabat
disertai  sempurnanya absorpsi air menyebabkan isi usus lebih padat.
Atropin dosis besar tidak lengkap melawan efek morfin ini.
c.   Usus Besar
Morfin menngurangi gerakan propulsi usus besar, meninggikan tonus
dan menyebabkan spasme usus besar akibatnya penerusan isi kolon ini
diperlambat dan tinja menjadi lebih keras. Daya persepsi korteks telah
dipengaruhi morfin sehingga pasien tidak merasakan kebutuhan untuk
defeksi.
d.   Duktus Koledukus
Dosis terapi morfin, kodein, dihidromorfinon dan metilhidromorfinon
menimbulkan peninggian tekanan dalam duktus koledukus.
Menghilakngkan nyeri pada pasien kolik empedu yang disebabkan
oleh efek sentral sentral morfin, justru pada beberapa pasien
mengalami eksaserbasi nyeri.

·         Sistem Kardiovaskular
Perubahan yang terjadi adalah akibat efek depresi pada pusat vagus dan
pusat vasomotor yanng baru terjadi pada dosis toksik. Tekanan darah turun
akibat hipoksia pada stadium akhir intoksikasi morfin. Morfin dan opioid lain
menurunkan kemampuan sistem kardiovaskular untuk bereaksi pada perubahan
sikap. Pasien mengalami hipotensi ortostatik dan dapat jatuh pingsan akibat
vasodilatasi perifer. Morfin dan opioid lain melepaskan histamin yang
merupakan faktor penting dalam timbulnya hipotensi.

·         Otot Polos Lain


Morfin menimbulkan peninggian tonus, amplitudo serta kontraksi ureter
dan kandung kemih. Hilangnya nyeri pada kolik ginjal disebabkan oleh efek
analgetik morfin. Peninggian tonus otot detrusor menimbukan rasa ingin miks,
tetapi karena sfingter juga berkontraksi maka miks sukar. Morfin juga
menimbulkan bronkokontraksi, memperlamabat berlangsungnya partus . pada
5

uterus aterm morfin menyebabkan interval antara-kontraksi lebih besar dan


netralisasi efek oksitosin.

·         Kulit
Dalam dosis terapi morfin menyebabkan pelebaran pembuluh darah kulit
sehingga kulit tampak merah dan terasa panas terutama di flush area yang
disebabkan terjadinya penglepasan histamin oleh morfin dan disertai dengan
kulit berkeringat. Terkadang pruritus juga dapat terjadi.

·         Metabolisme
Morfin dapat menyebabkan suhu badan turun akibat aktivitas otot yang
menurun, vasodilatasi perifer dan pennghambatan mekanisme neural di SSP.
Kecepatan metabolisme berkurang akibat morfin. Hiperglikemi timbul akibat
penglepasan adrenelin  yang menyebabkan glikogenolisis. Setelah pemberian
orfin volume urin berkurang yang disebabkan rendahnya laju filtrasi
glomerulus, aliran darah ginjal, dan pennglepasan ADH.

FARMAKOKINETIK
Indikasi
a.    Terhadap Nyeri
Morfin dan opioid lain diindikasikan untuk meredakan atau
menghilangkan nyeri hebat yanng tidak dapat diobati dengan analgesik
non-opioid. Morfin serinng diperlukan untuk infark miokard, neoplasma,
kolik renal atau kolik empedu, oklusio akut pembuluh darah perifer,
pulmonl atau koroner, perikarditis akut, pleuritis dan pneumotoraks
spontan dan nyeri akibat misalnya luka bakar.
b.    Terhadap Batuk
Penghambatan refleks batuk dapat dipertanggungjawabkan pada batuk
yang tidak produktf dan hanya iritatif. Batuk demikian mengganggu tidur
pasien dan disertai nyeri. Penggunaan analgesik opioid untuk mengatasi
batuk saat ini telah banyak ditinggalkan karena telah banyak obat sintetik
lain yang lebih efektif.
6

c.    Edema Paru Akut


Morfin intravena dapat menguranngi atau menghilangkan sesak napas
akibat edema pulmonal yang menyertai gagal jantung kiri. Dengan
mengurangi persepsi pendeknya napas dan mengurangi kecemasan
pasien, beban hulu dan hulir jantung.
d.   Efek Antidiare
Alkaloid morfin dingunakan untuk menghentikan diare berdasarkan efek
langsung terhadap otot polos usus. Pada pengobatan diare yang
disebabkan oleh intoksikasi makanan atau intoksikasi akut obat
pemberian morfin harus didahului oleh pemberian garam katartik untuk
mengeluarkan penyebabnya. Akan tetapi saat ini telah tersedia senyawa-
senyawa sintetik yang bekerja lebih efektif.
Bayi dan anak kecil tidak peka terhadap alkaloid opium, asal dosis
diperhitungkan brdasarkan berat badan. Tapi orang lanjut usia dan pasien penyakit
berat lebih peka terhadap efek morfin.

Interaksi obat

 Beberapa fenotazin mengurangi jumlah opioid yang diperlukan untuk timbul


tingkat analgesia tertentu tetapi efek sedasi dan depresi nafas akibat morfin
akan diperberat oleh fenotiazin tertentu.

 Farmakodinamik Analgesia

- Efek analgetik meperidin serupa dengan efek analgetik morfin. Efek timbul
15menit setelah pemberian obat oral mencapai puncak setelah 2 jam.

- Efek neural lain yaitu pemberian secara sistemik menimbulkan anestesia


kornea dengan akibat menghilangnya refleks kornea. Morfin dan metadon
meperidin meningkatkan kepekaan alat keseimbangan yang merupakan
dasar timbul mual muntah, pusing.

 Farmakokinetik
7

- Indikasi analgetia digunakan untuk menimbulkan analgesia meperidin.


Meperidin digunakan untuk menimbulkan analgesia obstetrik dan sebagai
obat praanestetrik.

- Efek samping, kontraindikasi

Efek samping meperidin yang ringan berupa pusing, berkeringat, euforia,


mulut kering, mual muntah, perasaan lemah, gangguan penglihatan.

Kontraindikasi penggunaan meperidin menyerupai kontraindikasi terhaadap


morfin dan opioid lain.

- Adiksi dan toleransi

Toleransi terhadap efek meperidin timbul lebih lambat dibanding morfin.


Gejala putus obat pada penghentian tiba-tiba penggunaan meperidin timbul
lebih cepat tapi berlangsung lebih singkat daripada gejala setelah
penghentian morfin.

Manajemen Nyeri
            Nyeri didefinisikan sebagai pengalaman sensorik dan emosional yang
tidak meneynangkan yang berhubungan dengan kerusakan jaringan yang akut
atau potensial. Nyeri selalu subyektif pemahaman bahwa rasa sakit yanng
dilaoprkan pasien diperlukan untuk memberikan manajemen nyeri yang tepat.
Manajemen nyeri merupakan fokus utama adari perawat tanpa
mempedulikan spesialis perawat. Kunci untuk manajemen nyeri yang efektif
adalah pengkajian nyeri yang terfokus. Nyeri dimasukkan kedalam pengkajian
rutin yanng penting. Nyeri disebut sebagai tanda-tanda vital penting kelima
dibeberapa fasilitas kesehatan. Pentingnya pengkajian telah memunculkan
pengembangan singkatan PQRST yang dapat memvalidasi data subjektif lebih
mendalam. Pengkajian terfokus adalah  komponen penting dalam manajemen
nyeri dan pemberian obat anatinyeri yang tepat.
Ada banyak alat penngkajian nyeri yang digunakan untuk mengukur
tingkat keparahan nyeri yanng kalian dialami pasien. Skala numerik nyeri dan
skala intensitas nyeri numereik dapat mengukur tingkat keparahan nyeri pasien
8

dan dapat menginformasikan penedekatan yang tepat untuk manajemen nyeri


seperti skala nyeri WHO.
Skala nyeri WHO mengggunakan pendekatan tiga tingkatan untuk
manajemen nyeri dan pemberian medikasi yaitu tingkat pertama nyeri rinngan
menggunakan anti-nyeri non-opioid seperti parasetamol/non-sternoid abti-
inflamasi seperti ibuprofin. Tingkat kedua nyeri sedang penggunaan opioid
lemah seperti parasetamol dengan kodein/tramadol dengan/tanpa obat non-
opioid. Terakhir tingkat ketiga nyeri heat penggunaan opioid kuat seperti
morfin/fantanyl dengan/tanpa obat non-opioid. Penggunaan skala nyeri WHO
memberikan konsistensi dan manajemen nyeri yang efektif untuk pasien yang
mengalami nyeri.

2. OBAT ANALGESIK, ANTI-PIRTETIK, ANTI-INFLAMASI

1) ANALGESIK

Analgesik adalah obat yang mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri


tanpa menghilangkan kesadaran.

Macam-Macam Analgesik

a) Analgesik opioid / analgesik narkotika

Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat-


sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini terutama digunakan
untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri. Tetapi semua
analgesik opioid menimbulkan adiksi/ketergantungan, maka usaha
untuk mendapatkan suatu analgesik yang ideal masih tetap diteruskan
dengan tujuan mendapatkan analgesik yang sama kuat dengan morfin
tanpa bahaya adiksi.

Khusus digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti fraktur


dan kanker. Zat-zat ini memiliki daya menghalangi nyeri yang kuat
sekali dengan tingkat kerja yang terletak di sistem saraf pusat.
Umumnya mengurangi kesadaran (sifat meredakan dan menidurkan)
dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia). Dapat mengakibatkan
toleransi dan kebiasaan (habituasi) serta ketergantungan psikis dan
fisik (ketagihan adiksi) dengan gejala-gejala abstinensia bila
pengobatan dihentikan.

Semua analgetik narkotik dapat mengurangi nyeri yang hebat, tetapi


potensi Onzer dan efek samping yang paling sering adalah mual,
9

muntah, konstipasi, dan mengantuk. Dosis yang besar dapat


menyebabkan hipotensi serta depresi pernafasan.

Macam-Macam Obat Analgesik Opioid:

1. Metadon.

Mekanisme kerja: kerja mirip morfin lengkap, sedatif lebih lemah.

Indikasi: Detoksifikas ketergantungan morfin, Nyeri hebat pada


pasien yang di rumah sakit.

Efek tak diinginkan: Depresi pernapasan, konstipasi, gangguan


SSP, hipotensi ortostatik, mual dan muntah pada dosis awal.

2. Fentanil.

Mekanisme kerja: lebih poten dari pada morfin. Depresi


pernapasan lebih kecil kemungkinannya.

Indikasi: Medikasi praoperasi yang digunakan dalan anastesi.

Efek tak diinginkan: Depresi pernapasan lebih kecil


kemungkinannya, rigiditas otot, bradikardi ringan.

3. Kodein

Mekanisme kerja: sebuah prodrug 10% dosis diubah menjadi


morfin. Kerjanya disebabkan oleh morfin. Juga merupakan antitusif
(menekan batuk)

Indikasi: Penghilang rasa nyeri minor

Efek tak diinginkan: Serupa dengan morfin, tetapi kurang hebat


pada dosis yang menghilangkan nyeri sedang. Pada dosis tinggi,
toksisitas seberat morfin.

b) Analgesik Non Narkotik

Terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja
sentral. Obat- obat ini dinamakan juga analgetika perifer, karena tidak
mempengaruhi sistem saraf pusat, tidak menurunkan kesadaran atau
mengakibatkan ketagihan. Semua analgetika perifer juga memiliki
kerja antipiretik, yaitu menurunkan suhu badan pada keadaan demam,
maka disebut juga analgetik antipiretik. Khasiatnya berdasarkan
rangsangannya terhadap pusat pengatur kalor di hipotalamus, yang
mengakibatkan vasodilatasi perifer (di kulit) dengan bertambahnya
pengeluaran kalor dan disertai keluarnya banyak keringat.
10

Efek analgetik timbul karena mempengaruhi baik hipotalamus atau


di tempat cedera. Respon terhadap cedera umumnya berupa inflamasi,
edema, serta pelepasan zat aktif seperti brandikinin, prostaglandin, dan
histamine. Prostaglandin dan brankinin menstimulasi ujung saraf
perifer dengan membawa implus nyeri ke SSP. Antiinflamasi Non-
Steroid (AINS) dapat menghambat sintesis prostaglandin dan
brankinin sehingga menghambat terjadinya perangsangan reseptor
nyeri. Obat-obat yang banyak digunakan sebagai analgetik dan
antipiretik adalah golongan salisilat dan asetaminofen (parasetamol).
Aspirin adalah penghambat sintesis prostaglandin paling efektif dari
golongan salisilat.

Macam-Macam Obat Analgesik Non-Narkotik:

1. Ibupropen

Ibupropen merupakan derivat asam propionat yang


diperkenalkan banyak negara. Obat ini bersifat analgesik dengan
daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat. Efek analgesiknya sama
dengan aspirin. Ibu hamil dan menyusui tidak di anjurkan
meminum obat ini.

2. Paracetamol/acetaminophen

Merupakan devirat para amino fenol. Di Indonesia penggunaan


parasetamol sebagai analgesik dan antipiretik, telah menggantikan
penggunaan salisilat. Sebagai analgesik, parasetamol sebaiknya
tidak digunakan terlalu lama karena dapat menimbulkan nefropati
analgesik.

Jika dosis terapi tidak memberi manfaat, biasanya dosis lebih


besar tidak menolong. Dalam sediaannya sering dikombinasikan
dengan cofein yang berfungsi meningkatkan efektinitasnya tanpa
perlu meningkatkan dosisnya.

3. Asam Mefenamat

Asam mefenamat digunakan sebagai analgesik. Asam


mefenamat sangat kuat terikat pada protein plasma, sehingga
interaksi dengan obat antikoagulan harus diperhatikan. Efek
samping terhadap saluran cerna sering timbul misalnya dispepsia
dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung.
11

2) ANTIPIRETIK

Obat antipiretik adalah obat untuk menurunkan panas. Hanya


menurunkan temperatur tubuh saat panas dan tidak berefektif pada orang
normal. Dapat menurunkan panas karena dapat menghambat
prostatglandin pada CNS (Central Nervous System) atau Susunan Saraf
Pusat.

Macam-Macam Obat Antipiretik:

1. Benorylate

Benorylate adalah kombinasi dari parasetamol dan ester aspirin.


Obat ini digunakan sebagai obat anti inflamasi dan antipiretik. Untuk
pengobatan demam pada anak obat ini bekerja lebih baik dibanding
dengan parasetamol dan aspirin dalam penggunaan yang terpisah.
Karena obat ini derivat dari aspirin maka obat ini tidak boleh
digunakan untuk anak yang mengidap Sindrom Reye.

2. Fentanyl

Fentanyl termasuk obat golongan analgesik narkotika. Analgesik


narkotika digunakan sebagai penghilang nyeri. Dalam bentuk sediaan
injeksi IM (intramuskular) Fentanyl digunakan untuk menghilangkan
sakit yang disebabkan kanker.

Menghilangkan periode sakit pada kanker adalah dengan


menghilangkan rasa sakit secara menyeluruh dengan obat untuk
mengontrol rasa sakit yang persisten/menetap. Obat Fentanyl
digunakan hanya untuk pasien yang siap menggunakan analgesik
narkotika.

Fentanyl bekerja di dalam sistem syaraf pusat untuk


menghilangkan rasa sakit. Beberapa efek samping juga disebabkan
oleh aksinya di dalam sistem syaraf pusat. Pada pemakaian yang lama
dapat menyebabkan ketergantungan tetapi tidak sering terjadi bila
pemakaiannya sesuai dengan aturan.

Ketergantungan biasa terjadi jika pengobatan dihentikan secara


mendadak. Sehingga untuk mencegah efek samping tersebut perlu
dilakukan penurunan dosis secara bertahap dengan periode tertentu
sebelum pengobatan dihentikan.

3. Piralozon

Di pasaran piralozon terdapat dalam antalgin, neuralgin, dan


novalgin. Obat ini amat manjur sebagai penurun panas dan penghilang
rasa nyeri. Namun piralozon diketahui menimbulkan efek berbahaya
12

yakni agranulositosis (berkurangnya sel darah putih), karena itu


penggunaan analgesik yang mengandung piralozon perlu disertai
resep dokter.

3) ANTI-INFLAMASI (NSAID)

Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka


jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau
zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah usaha tubuh untuk mengaktifasi
atau merusak organisme yang menyerang, menghilangkan zat iritan, dan
mengatur derajat perbaikan jaringan. Jika penyembuhan lengkap, proses
peradangan biasanya reda. Namun kadang-kadang inflamasi tidak bisa
dicetuskan oleh suatu zat yang tidak berbahaya seperti tepung sari, atau
oleh suatu respon imun, seperti asma atau artritisrematid.

Anti-inflamasi adalah obat yang dapat mengurangi atau


menghilangkan peradangan. Mekanisme Anti-Inflamasi yaitu dengan
menghambat prostaglandin dengan menghambat COX.

Contoh Obat NSAID (Anti Inflamasi)

1. Gol. Indomethacine

Proses didalam tubuh

Absorpsi di dalam tubuh cepat dan lengkap, metabolisme sebagian


berada di hati, yang dieksresikan di dalam urine dan feses, waktu
paruhnya 2-3 jam, memiliki anti inflamasi dan efek antipiretic yang
merupakan obat penghilang sakit yang disebabkan oleh keradangan,
dapat menyembuhkan rematik akut, gangguan pada tulang belakang
dan asteoatristis.

Efek samping

Reaksi gastrointrestianal: anorexia (kehilangan nafsu makan),


vomting (mual), sakit abdominal, diare.

Alergi: reaksi yang umumnya adalah alergi pada kulit dan dapat
menyebabkan asma.

2. Gol. Sulindac

Potensinya lebih lemah dari Indomethacine tetapi lebih kuat dari


aspirin, dapat mengiritasi lambung, indikasinya sama dengan
Indomethacine.
13

3. Gol. Arylacetic Acid

Selain pada reaksi aspirin yang kurang baik juga dapat


menyebabkan leucopenia thrombocytopenia, sebagian besar digunakan
dalam terapi rematik dan reumatoid radang sendi, ostheoarthitis.

4. Gol. Arylpropionic Acid

Digunakan untuk penyembuhan radang sendi reumatik dan


ostheoarthitis, golongan ini adalah penghambat non selektif cox,
sedikit menyebabkan gastrointestial, metabolismenya dihati dan di
keluarkan di ginjal.

5. Gol. Piroxicam

Efek mengobati lebih baik dari aspirin indomethacine dan


naproxen, keuntungan utamanya yaitu waktu paruh lebih lama 36-45
jam.

6. Gol. Nimesulide

Jenis baru dari NSAID, penghambat COX-2 yang selektif,


memiliki efek anti inflamasi yang kuat dan sedikit efek samping.

3. OBAT ANTI-ANXIETAS DAN HYPNOTIC-SEDATIVE


A. Obat Anxietas (kecemasan)
Pada dasarnya kecemasan merupakan reaksi alami yang terjadi pada
manusia. Kecemasan merupakan respon biologis yang menandakan kita
memahami akan adanya bahaya dan ancaman. Gangguan kecemasan atau
anxiety disorder adalah salah satu bentuk stres yang dialami baik secara
fisik, emosional maupun sudut pandang mereka terhadap lingkungan
sekitar. Kecemasan yang berkaitan tentang apa yang akan terjadi di masa
depan atau merasa bersalah karena hal yang dikhawatirkan tersebut
menjadi gangguan stres yang berbahaya.

Adapun jenis-jenis anxiety disorder adalah sebagai berikut:


 Generalized anxiety, gangguan kecemasan yang sifatnya umum.
Orang akan memiliki kekhawatiran yang berlebih tentang banyak hal
seperti kegiatan sekolah, keselamatan ataupun memiliki firasat buruk
untuk masa depan. Pada tahap ini kecemasan juga membuat orang
akan menghindari kegiatan sosial.
 Obsessive compulsive disorder (OCD), gangguan kecemasan yang
dihasilkan karena memiliki obsesi yang tinggi(obsessive). Dia
memiliki pemikiran yang berlebihan dan mencoba melakukan
14

tindakan berulang-ulang untuk mengurangi kecemasan


tersebut(compulsive).
 Phobias/Fobia, merupakan tipe anxiety disorder yang takut pada hal
tertentu pada sesuatu yang sebenarnya tidak berbahaya. Ini adalah
ketakutan intens yang biasanya berkaitan dengan ketinggian, hewan
tertentu seperti anjing, atau takut terbang menggunakan pesawat.
Fobia biasanya membuat orang tersebut menghindari apa yang
ditakutinya.
 Social phobia (social anxiety), social anxiety disorder adalah
kecemasan yang dipicu oleh situasi sosial seperti berbicara di depan
orang yang ditakutinya
 Panic attacks/serangan panik, kecemasan yang terjadi tanpa alasan
yang jelas. Pada panic attacks ini biasanya ditemui gejala fisik
seperti sesak napas, pusing, kesemutan, mati rasa dan jantung
berdebar tidak karuan.
 Posttraumatic stress disorder (PTSD)/gangguan stres pasca
trauma, ini merupakan jenis anxiety disorder dari pengalaman masa
lalu yang traumatis. Kecemasan ini biasanya terjadi karena ingatan
masa lalu, mimpi buruk atau mengalami hal yang mirip dengan
kejadian yang pernah membuatnya trauma.

Obat - obatan Antianxiety


 Benzodiazepines.
Benzodiazepines dapat mengurangi gejala dengan cepat dan memiliki
sedikit efek samping, walaupun terkadang dapat menimbulkan rasa kantuk.
Beberapa obat benzodiazepines diantaranya clonazepam yang biasanya
digunakan untuk social phobia dan GAD, alprazolam untuk panic disorder
dan GAD, dan lorazepam untuk panic disorder (Dickey, 2002).

 Buspirone.
Obat antianxiety terbaru, buspirone, dapat digunakan untuk merawat
GAD. Efek samping yang dapat ditimbulkan diantaranya pusing, sakit kepala,
dan mual. Obat ini harus digunakan secara teratur selama 2 minggu untuk
mencapai efek antianxiety (Dickey, 2002).

 Beta-blocker.
Beta-blocker, misalnya propanolol, dapat pula membantu mengatasi
kelainan ansietas tertentu khususnya social phobia dengan gejala
diantaranya jantung berdebar, tangan gemetar, dan gejala fisik lainnya
(Dickey, 2002).

B. Hypnotic Sedative

Hipnotika atau obat tidur adalah zat-zat yang dalam dosis terapi
diperuntukkan meningkatkan keinginan faali untuk tidur dan mempermudah
atau menyebabkan tidur. Umumnya, obat ini diberikan pada malam hari. Bila
15

zat-zat ini diberikan pada siang hari dalam dosis yang lebih rendah untuk tujuan
menenangkan, maka dinamakan sedatif (Tjay, 2002).

Obat-obatan sedatiif hipnotik diklasifikasikan menjadi 3 kelompok, yakni:


1. Benzodiazepin
2. Barbiturat
3. Golongan obat non-barbiturat non-benzodiazepin

1. Benzodiazepin
Benzodiazepin adalah obat yang memiliki lima efek farmakologi
sekaligus, yakni anxiolisis, sedasi, anti konvulsi, relaksasi otot melalui medulla
spinalis, dan amnesia retrograde. Keunggulan benzodiazepin dari barbiturat
yaitu rendahnya tingkat toleransi obat, potensi penyalahgunaan yang rendah,
margin dosis aman yang lebar, rendahnya toleransi obat dan tidak
menginduksi enzim mikrosom di hati. Efek samping adalah Kelelahan dan
mengantuk,serta meningkatkan efek analgesic opioid.
Contoh obat :

•Alprazolam : obat untuk mengatasi kecemasan dan serangan panic.


Obat ini membuat penderita merasa lebih tenang dan tidak terlalu
tegang. Obat ini bekerja didalam otak dan saraf untuk menghasilkan
efek menenangkan dengan meningkatkan efek dari zat kimia alami
dalam tubuh yang disebut GABA (gamma aminobutryric acid). Dosis
yang dipakai sesuai dengan frekuensi paling pendek sesuai dengan
gejala yang ada. Bentuk obat tablet, cairan oral, obat larut.
• Dumolid
• Diazepam : obat ini mempengaruhi system saraf otak dan
memberikan efek penenang. Obat ini digiunakan untuk mengatasi
serangan kecemasan, insomnia, kejang, dan obat bius untuk
praoperasi.
• Lorazepam : untuk mengatasi kecemasan yang parah dan insomnia
serta sebagai sedative dalam operasi ringan. Obat ini mempengaruhi
kinerja senyawa tertentu pada sel-sel otak. Berbentuk tablet dan
suntik.
• Midazolam : umumnya digunakan untuk sebelum dan selama operasi
ringan, serta pembiusan pada pasien. Obat ini berfungsi menenangkan
otak dan system saraf. Tersedia dalam bentuk obat suntik.
2. Golongan Barbiturat
amobarbital, aprobarbital, barbital,butabarbital, heksobarbital,
kemital, fenobarbital, sekobarbital, tiopental,mefobarbital, pentobarbital.

Obat sedatif – hipnotik:


Long acting (6 jam) : fenobarbital
Short acting (3 jam) : amobarbital, pentobarbital, dan sekobarbital.
16

3. Nonbarbiturat- nonbenzodiazepin
 Propofol
Propofol adalah substitusi isopropylphenol yang digunakan secara
intravena sebagai 1% larutan pada zat aktif yang terlarut, serta
mengandung 10% minyak kedele, 2,25% gliserol dan 1,2% purified egg
phosphatide. Obat ini secara struktur kimia berbeda dari sedative-hipnotik
yang digunakan secara intravena lainnya.
 Ketamin
Ketamine adalah salah satu jenis obat anestesi. Obat ini
umumnya digunakan dalam proses pembiusan umum untuk
menurunkan tingkat kesadaran pasien sebelum atau selama pasien
menjalani prosedur medis.
Manfaat :
a. Anestesi tunggal untuk prosedur diagnosis, operasi, serta
persalinan normal maupun caesar.
b. Induksi sebelum pemberian anestesi umum.
c. Meredakan rasa sakit kronis, terutama pascaoperasi.
d. Obat penenang bagi pasien dalam perawatan intensif.

Dosis Ketamine
Ketamine hanya bisa diberikan melalui suntikan atau infus
oleh dokter dan petugas medis. Dosis obat anestesi ini akan
disesuaikan dengan beberapa faktor pertimbangan seperti: manfaat
ketamine yang dibutuhkan, usia, kondisi kesehatan, berat badan,
serta riwayat kesehatan pasien.

Efek Samping dan Bahaya Ketamine :


• Rasa perih pada area bekas suntikan atau infus.
• Gangguan pernapasan atau apnea.
• Diplopia (penglihatan ganda).
• Nistagmus (gerakan mata yang cepat dan tidak terkendali).
• Laringospasme (kejang singkat pada kotak suara).
• Peningkatan tekanan dalam bola mata.
• Gangguan psikologis, seperti halusinasi, linglung, atau insomnia.
• Hipotensi atau tekanan darah rendah.
• Produksi air liur secara berlebihan.
• Mual.
• Muntah.
• Reaksi anafilaksis.

4. OBAT ANTIPSIKOTIK
17

Istilah antipsikosis dan neuroleptik sama-sama digunakan untuk


menunjukkan sekelompok obat yang tidak hanya dipakai khusus untuk
skizofrenia, namun juga efektif untuk beberapa jenis psikosis dan gaduh
gelisah.

Istilah “psikosis” dapat merujuk pada beberapa jenis gangguan jiwa.


Skizofrenia adalah jenis psikosis yang ditandai dengan keadaan sensorik
normal namun proses berpikirnya terganggu.

Otak Anda memproduksi zat kimia alami yang penting untuk kerja otak.
Penderita gangguan psikotik mungkin memiliki kadar zat kimia otak yang
kurang seimbang. Obat-obat antipsikotik membantu memulihkan zat kimia
otak ini hingga kadarnya sehat dan seimbang.

Indikasi: Skizofrenia merupakan indikasi utama obat-obat ini. Obat-Obat ini


juga dapat digunakan untuk mengobati gejala psikosis yang terkait dengan
gangguan otak yang disebabkan oleh cedera pada kepala, tumor, stroke, dan
lain-lain.

Kontraindikasi: obat ini dikontraindikasikan pada klien dengan kerusakan hati,


penyakit arteri koroner, hipotensi berat atau hipertensi, koma, atau keadaan
tertekan yang parah.

Terdapat dua jenis utama obat antipsikotik

 Tipikal: Ini merupakan obat antipsikotik lama.

Chlorpromazine (Largactil); Flupenthixol (Fluanxol); Fluphenazine


(Modecate); Haloperidol (Serenace, Haldol); Trifluoperazine (Stelazine);
Zuclopenthixol (Clopixol).

 Atipikal: Ini merupakan obat antipsikotik baru.

Amisulpride (Solian); Aripiprazole (Abilify); Clozapine (Clopine,


Clozaril, Closyn); Olanzapine (Zyprexa); Paliperidone (Invega);
Quetiapine (Seroquel); Risperidone (Risperdal); Ziprasidone (Zeldox).
18

DOSIS

Obat-obat antipsikosis awalnya dapat diberikan dalam dosis harian


terbagi sembari menentukan dosisi yang efektif. Obat-obat tersebut tidak
selalu terbagi menjadi dosis yang sama, walaupun diberikan secara oral.
Setelah dosis efektif ditentukan untuk pasien secara individual, maka dosis
dapat diberikan dengan lebih jarang. Dosis satu hari sekali, yang biasanya
diberikan malam hari.

5. OBAT ANTIDEPRESAN DAN MOOD STABILIZER

1. Obat Antidepresan

Sinonim antidepresan adalah thimoleptika atau psikik energizer.


Umumnya yang digunakan sekarang adalah dalam golongan trisiklik
(misalnya imipramin, amitriptilin, dothiepin, dan lofepramin)

NO. Golongan Obat Sediaan Dosis anjuram


1. Trisiklik(TCA) Amitriptilin Tablet 25 mg 75-150 mg/hari

Imipramin Tablet 25 mg 75-150 mg/hari

2. SSRI Sentralin Tablet 50 mg 50-150 mg/hari


Tablet 50 mg

50-150 mg/hari
Fluvoxamin
Kapsul 20 mg,

Kaplet 20 mg 20-40 mg/hari


Fluoxetin

Tablet 20 mg 20-40 mg/hari

Paroxetin
19

3. MAOI Moclobemide Tab 150 mg 300-600 mg/hari

4. Atypical Mianserin Tablet 10, 30 mg 30-60 mg/hari

Tab 50 mg

Trazodon 100 mg 75-150


mg/hari

dosis terbagi

Mekanisme Kerja

Trisiklik (TCA) memblokade reuptake dari noradrenalin dan serotonin


yang menuju neuron presinaps. SSRI hanya memblokade reuptake dari
serotonin. MAOI menghambat pengrusakan serotonin pada sinaps.
Mianserin dan mirtazapin memblokade reseptor alfa 2 presinaps. Setiap
mekanisme kerja dari antidepresan melibatkan modulasi pre atau post
sinaps atau disebut respon elektrofisiologis.

Cara Penggunaan

Umumnya bersifat oral, sebagian besar bisa diberikan sekali sehari


dan mengalami proses first-pass metabolism di hepar. Respon anti-
depresan jarang timbul dalam waktu kurang dari 2-6 minggu

Untuk sindroma depresi ringan dan sedang, pemilihan obat sebaiknya


mengikuti urutan:

Langkah 1 : golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)

Langkah 2 : golongan tetrasiklik (TCA)


20

Langkah 3 :golongan tetrasiklik, atypical, MAOI (Mono Amin Oxydase


Inhibitor) reversibel.

Indikasi

Obat antidepresan ditujukan kepada penderita depresi dan kadang


berguna juga pada penderita ansietas fobia, obsesif-kompulsif, dan
mencegah kekambuhan depresi.

Efek Samping

Trisklik dan MAOI : antikolinergik(mulut kering, retensi urin,


penglihatan kabur, konstipasi, sinus takikardi) dan antiadrenergik
(perubahan EKG, hipotensi SSRI : nausea, sakit kepala MAOI : interaksi
tiramin

Jika pemberian telah mencapai dosis toksik timbul atropine toxic


syndrome dengan gejala eksitasi SSP, hiperpireksia, hipertensi, konvulsi,
delirium, confusion dan disorientasi. Tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengatasinya:

• Gastric lavage

• Diazepam 10 mg IM untuk mengatasi konvulsi

• Postigmin 0,5-1 mg IM untuk mengatasi efek antikolinergik, dapat


diulangi setiap 30-40 menit hingga gejala mereda.

• Monitoring EKG

Kontraindikasi:

• Penyakit jantung koroner

• Glaucoma, retensi urin, hipertensi prostat, gangguan fungsi hati, epilepsy

2. Mood Stabilizer
21

Mood stabilizers adalah obat mampu mengobati dan menstabilkan


mood pasien dari atas sehingga bisa mencegah mania sedangkan pada
keadaan depresi, mood stabilizers mampu

Jenis-Jenis Mood Stabilizers

b) Litium, sebagai mood stabilizer klasik


 Mekanisme kerja ‒ Proteksi dan plastisitas jangka panjang dari sel
saraf yang mampu mengurangi toksisitas NMDA dari
hiperglutamat
 Sediaan ‒ Lithium carbonat 150 mg, 300 mg, 600 mg
 Dosis ‒ Dosis awal untuk dewasa adalah 300 mg 3 kali sehari.
 Jika ada gangguan fungsi ginjal, dimulai dengan 300 mg 1-2 kali
sehari.
 Dosis untuk stabilisasi biasanya 900-1200 mg per hari
 Efek samping ‒ Sering : gangguan intestinal (dispepsia, mual,
muntah, dan diare), kenaikan berat badan, rambut rontok, tremor,
mengantuk, dan menurunnya kognitif.
 Efek jangka panjang : gangguan ginjal dan tiroid.
 Interaksi Antipsikotik : hati-hati terjadi perburukan dari gejala
ekstrapiramidal dan sindrom neuroleptik maligna

b) Asam Valproat

Asam valproat sudah diciptakan sejak tahun 1800-an. Obat ini


disebut asam valproat karena dengan cepat berubah menjadi bentuk
asam saat masuk ke dalam perut. Asam valproat meningkatkan respon
pengobatan terapi dengan antipsikotik pada penderita skizofrenia
khususnya mengatasi gejala agresif dan agitasi. Asam valproat kurang
bermanfaat jika monoterapi untuk mengatasi gejala psikotik pada
skizofrenia, maka dari itu asam valproat biasanya sebagai terapi
adjuvan pada skizofrenia (Versayanti, 2010, Sadock, 2013).
22

Mekanisme kerja dari asam valproat adalah melalui 3 cara yaitu


mengurangi aliran ion kalsium ini dengan langsung menghambat
disaluran Voltage Sensitive Sodium Channels (VSSCs) dan yang
kedua dengan menghambat fosforilasi enzim yang mengatur
sensitifitas kanal ion natrium. Penghambatan pada VSSCs
menyebabkan menurunnya influx natrium ke dalam sel neuron
sehingga menyebabkan berkurangnya eksitasi sel neuron terutama
glutamat dan transmisi dari excitatory neurotransmitter juga
berkurang.

Cara kerja ini mampu memperbaiki hiperaktivasi glutamat yang


terjadi pada penderita skizofrenia (Stahl, 2013).

Obat ini juga menyebabkan terganggunya fungsi hati dan


pankreas, menimbulkan toksik bagi janin (defek pada saraf), gangguan
metabolisme tubuh serta kemungkinan terjadinya amenorea dan kista
ovarium jika diberikan pada anak wanita. Pada wanita juga sering
didapatkan efek gangguan pada menstruasi, hiperandrogenism,
obesitas dan resisten hormon insulin pada pemberian asam valproat
ini.

Metabolisme dari asam valproat ini terjadi pada sitokrom P-450 di


sel hati. Asam valproat memiliki kemampuan untuk menghambat
pemecahan obat yang dimetabolisme di hati sehingga asam valproat
sebaiknya tidak diberikan pada orang dengan gangguan hati (Murray,
2008).

Mekanisme kerja ‒ Merubah sensitifitas ion kanal natrium dengan


menghambat kerja enzim yang mengatur masuknya ion natrium, dan
blockade langsung pada kanal natrium, sehingga ion natrium
berkurang masuk kedalam sel yang menyebabkan berkurangnya
eksitasi glutamat (efek antimania)

‒ Meningkatkan pengeluaran GABA dengan menghambat reuptake


GABA, dan memperlambat inaktifasi GABA pada sel GABAnergik
23

Sediaan ‒ 125mg, 250 mg, 500 mg (depakote), ikalep 300 mgDosis ‒


Pemberian pertama kali dianjurkan mulai dosis kecil, yaitu 250 mg
setelah makan dan dilanjutkan sampai 250 mg 3 kali sehari setelah 3-6
hari.

‒ Sebagain besar orang mendapat dosis 1200 mg dan 1500 mg sehari


dengan dosis terbagi.

‒ Jika gejala sudah teratasi maka bisa diminum sekali sebelum tidur

Efek samping ‒ Sering : gangguan pencernaan (mual, muntah dan


mengantuk), penambahan berat badan, dan rontok.

‒ terganggunya fungsi hati dan pankreas, toksik bagi janin (defek pada
saraf), kemungkinan terjadinya amenorea dan kistik ovarium jika
diberikan pada anak wanita.

‒ Pada wanita juga sering didapatkan efek gangguan pada menstruasi,


hiperandrogenism, obesitas dan resisten hormon insulin

- Interaksi Antipsikotik : Meningkatkan sedasi, ekstrapiramidal


sindrom, delirium dan stupor (pada beberapa kasus)

- Antidepresan : Meningkatkan konsentrasi dalam plasma (amitriptilin


dan fluoxetin)

- Antikonvulsan : Menurunkan serum asam vaproat (carbamazepine)

c) Carbamazepin

Carbamazepin adalah antikonvulsan yang pertama kali terbukti


efektif untuk mengatasi gejala mania. Carbamazepin diperkirakan
bekerja dengan memblok Voltage Sensitive Sodium Channels VSSCs,
langsung pada sisi yang membuka kanal ion dari VSSCs sub unit α.
(Stahl, 2013). Berlawanan dengan lithium dan asam valproat,
carbamazepin tidak menyebabkan kenaikan berat badan. Kebanyakan
efek samping penggunaan carbamazepin ini terjadi jika plasma level
24

diatas 9 ug/mL. Efek yang sangat berat sering juga terjadi seperti
agranulositosis, anemia aplastik, gangguan fungsi hepar,
hipersensitifitas sistemik, gangguan ginjal, gangguan konduksi
jantung, psikosis, Steven-Johnson syndrome, trombositopenia dan
pankreatitis. Efek samping ini diatasi dengan pemeriksaan test fungsi
hepar, ginjal dan elektrolit (Semple 2010 & Murray, 2008).

Mekanisme kerja ‒ memblok VSSCs, langsung pada sisi yang


membuka kanal ion dari VSSCs sub unit α.

‒ Memperbaiki fungsi NMDA Glutamate-Receptor Channels

Sediaan ‒ 100 mg, 200 mg, 300 mg tablet

Dosis ‒ Target dosis untuk mengatasi mania ini adalah 1200 mg per
hari, walaupun ada variasinya di setiap negara.

‒ Pengobatan diperlukan dosis 3-4 kali sehari dan obat yang lepas
lambat (XR) cukup diminum 1-2 kali sehari.

Efek samping ‒ Efek samping yang paling sering adalah ganguan


gastrointestinal yang ringan seperti mual, muntah, konstipasi, diare,
anoreksi dan gangguan pada saraf pusat (diplopia, lemas, pusing,
tremor, ataxia, penglihatan kabur).

‒ Efek berat bisa saja terjadi, seperti kelainan darah seperti anemia
aplastik dan agranulositosis, hepatitis dan reaksi kulit yang serius.

‒ Efek sangat berat yang meliputi agranulositosis, anemia aplastik,


gagal hepar, hipersensitifitas sistemik, gangguan ginjal, gangguan
konduksi jantung, psikosis, Sindrom Steven-Johnson, trombositopenia
dan pankreatitis.

6. OBAT ANTI KEJANG


25

Antikonvulsi (anti kejang)digunakan untuk mencegah dan mengobati


bangkitan epilepsi (epileticseizure) dan bangkitan non-epilepsi. Kebanyakan
obat anti konvulsi bersifat sedatif (meredakan). Semua obat antikonvulsi
memiliki waktu paruh panjang, dieliminasi dengan lambat, dan berkumulasi
dalam tubuh pada penggunaan kronis.

Mekanisme Kerja Obat

Mekanisme kerja obat Antiepilepsi ini yang terpenting ada 2, yaitu :

1. Mencegah timbulnya letupan depolarisasi eksesif pada neuron dan fokus


epilepsi.

2. Mencegah terjadinya letupan depolarisasi pada neuron normal akibat


pengaruh dari fokus epilepsi

Cara kerja anti konvulsi belum semuanya jelas. Namun, dari sejumlah obat
terdapat indikasi mengenai mekanisme kerjanya. Yaitu :

1. Meningkatkan ambang-serangan dengan jalan menstabilkan membran sel,


antara lain asetazolamid dan felbamate
2. Mencegah timbulnya pelepasan muatan listrik abnormal di pangkalnya
(focus) dalam SSP, misalnya fenobarbital dan klonazepam
3. Menghindari penjalaran hiperaktivitas (muatan listrik) tersebut pada
neuron otak lainnya, seperti klonazepam, dan fenitoin
4. Memperkuat efek GABA : valproat dan vigabatrin, yang bersifat
menghambat perombakan GABA oleh transminase, sehingga kadarnya di
sinaps meningkat
5. Mengurangi neurotransmisi glutamat : lamotrigin dan topiramat. Glutamat
adalah suatu neurotransmitter lain, yang dapat turut menimbulkan serangan
epilepsi. Pembebasannya dari asam amino ini dapat dicegah oleh lamotrigin.

Golongan Obat Anti Konvulsi

1. Golongan Hidantoin

Pada golongan ini terdapat 3 senyawa yaitu Fenitoin, mefentoin dan etotoin,
dari ketiga jenis itu yang sering digunakan adalah Fenitoin dan digunakan
untuk semua jenis bangkitan, kecuali bangkitan Lena. Fenitoin merupakan
antikonvulsi tanpa efek depresi umum SSP, sifat antikonvulsinya
penghambatan penjalaran rangsang dari focus ke bagian lain di otak.

2. Golongan Barbiturat

Golongan obat ini sebagai hipnotik- sedative dan efektif sebagai


antikonvulsi, yang sering digunakan adalah barbiturate kerja lama (Long
Acting Barbiturates).
26

Jenis obat golongan ini antara lain fenobarbital dan primidon, kedua obat ini
dapat menekan letupan di focus epilepsi

3. Golongan Oksazolidindion

Salah satu jenis obatnya adalah trimetadion yang mempunyai efek


memperkuat depresi pascatransmisi, sehingga transmisi impuls berurutan
dihambat , trimetadion juga dalam sediaan oral mudah diabsorpsi dari
saluran cerna dan didistribusikan ke berbagai cairan tubuh.

4. Golongan Suksinimida

Yang sering digunakan di klinik adalah jenis etosuksimid dan fensuksimid


yang mempunyai efek sama dengan trimetadion. Etosuksimid diabsorpsi
lengkap melalui saluran cerna, distribusi lengkap keseluruh jaringan dan
kadar cairan liquor sama dengan kadar plasma. Etosuksimid merupakan
obat pilihan untuk bangkitan lena.

5. Golongan Karbamazepin

Obat ini efektif terhadap bangkitan parsial kompleks dan bangkitan tonik
klonik dan merupakan obat pilihan pertama di Amerika Serikat untuk
mengatasi semua bangkitan kecuali lena.

Karbamazepin merupakan efek analgesic selektif terutama pada kasus


neuropati dan tabes dorsalis, namun mempunyai efek samping bila
digunakan dalam jangka lama, yaitu pusing, vertigo, ataksia, dan diplopia.

6. Golongan Benzodiazepin

Salah satu jenisnya adalah diazepam, disamping sebagai anti konvulsi juga
mempunyai efek antiensietas dan merupakan obat pilihan untuk status
epileptikus.

7. Obat obat generasi ke-2

Vigabatrin, lamotrigin, gabapentin, felbamat, tiagabin, topiramat dan


zonisamida.

Contoh-Contoh Obat Anti Konvulsi

Carbamazepine Carbatrol Depakote ER Diastat

Clobazam Clonazepam Dilantin Felbatol

Depakene Depakote Frisium Gabapentin


27

Gabitril Keppra Sabril Tegretol

Klonopin Lamictal Tegretol XR Topamax

Lyrica Mysoline Trileptal Valproic Acid

Neurontin Phenobarbital Zarontin Zonegran

Phenytek Phenytoin Zonisamide.

Obat utama : phenytoin (dan turunannya), carbamazepine, valproate,


barbiturate

Selain dengan obat, epilepsi juga dapat disembuhkan dengan Ketogenic Diet.

Diet ketogenik adalah metode diet tinggi lemak, rendah karbohidrat. Metode
diet ini biasanya digunakan untuk penyembuhan epilepsi pada anak-anak yang
umumnya sulit dengan obat-obata

7. OBAT ANTI PARKINSON

Penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf secara bertahap pada


otak bagian tengah yang berfungsi mengatur pergerakan tubuh. Gejala yang
banyak diketahui orang dari penyakit ini adalah terjadinya tremor atau
gemetaran.Penyakit Parkinson memengaruhi bagian kecil dari otak tengah yang
bernama susbstantia nigra. Fungsi dari substantia nigra adalah mengirim pesan
ke berbagai saraf di tulang belakang yang berfungsi mengendalikan otot-otot
pada tubuh.
Pesan akan dikirimkan dari sel otak ke saraf dan otot dengan
memanfaatkan senyawa kimia yang disebut neurotransmiter. Salah satu
neurotransmiter utama yang dihasilkan oleh sel otak di substantia nigra adalah
dopamine. Pengaturanrr gerakan dari tubuh sangat dipengaruhi oleh dopamine.
Saat jumlah dopamine menurun akan menyebabkan aktivitas otak akan
terganggu. Inilah yang menyebabkan munculnya tanda-tanda dan gejala
penyakit Parkinson
 Levodopa
Jenis Obat : Obat anti Parkinson
Golongan : Obat resep
Manfaat : Mengobati gejala penyakit Parkinson
Dikonsumsi : Dewasa dan anak-anak
Bentuk : Tablet
Dosis : ditentukan oleh dokter berdasarkan kondisi penyakit, tingkat
28

keparahan , dan respon tubuh tiap pasien. Biasanya pasien


Dewasa diberikan dosis 125 mg pada masa awal pengobatan
dan dosis maksimal 8 gr. Obat ini juga bisa dikombinasikan
dengan carbidopa ataupun benserazide.
Efek samping
• mual muntah karena dopamin menstimulais chemoreceptor trigger zone ( CTZ )
pada daerah postrema yang terdapat diluar sawar darah otak
• halusinasi, keadaan psikotik dan confusion karena disebabkan stimulasi
reseptor dopamin di mesolimbik dan di mesokortikal

 Amantadin
Amantadin merupakan obat anti virus influensa yang berpengaruh sebagai
antiparkinson. Mempunyai efek memblok muskarinik, diduga mempunyai aktifitas
meningkatkan pelepasan dopamin

 Inhibitor MAO-B dan COMT


Monoamine oxidase B, dikenal sebagai MAOB, adalah enzim yang pada manusia
dikodekan oleh gen MAOB.MAOB adalah suatu enzim yang terletak di membran luar
mitokondria.Jika ada radikal bebas yang merusak mitokondria , maka dapat
menyebabkan stimulasi dari MAOB Protein MAOB merusak dopamin.
Catekol-O-methyltransferase (COMT) merupakan salah satu dari beberapa
enzim yang mendegradasi katekolamin seperti dopamin, epinefrin, dan norepinefrin.
Catekol-O-methyltransferase suatu protein sebagai peraturan katekolamin , dapat
terganggu jika pada pasien yang mengalami gangguan keseimbangan atau cedera
Entakapon
1. menghambat COMT
2. menghambat eliminasi levodopa
3. memperpanjang durasi levodopa
Agonis Dopamin
Agonis dopamin beraksi melalui stimulasi beberapa reseptor dopamin
Obat agonis dopamin : bromocriptin , pergolide, pramipexole, ropinirole,
cabergoline, aphomorpine

 Bromokriptin
Bromokriptin suatu derivat ergotamin dan mempunyai sifat vasokontriktor
merupakan agonis reseptor dopamin (atau dapat berikatan dengan reseptor
dopamin). Penggunaan Bromokriptin harus diwaspadai pada pasien dengan infark
miokard karena akan menimbulkan masalah jantung
 Antikolinergik
Obat berefek pada neurotransmitter lain di tubuh untuk mengatasi beberapa
gejala dari Parkinson. Mengurangi tremor dan kekakuan otot yang dapat dihasilkan
dari pemasukan asetilkolin.
29

Contoh : thrihexyphenidil, benztropine

8. OBAT MUSCLE RELAXANTS

Obat relaksan otot yang dapat digunakan selamaintubations dan


pembedahan untuk memudahkan pelaksanaan anestesi dan memfasilitasi
intubasi.
Obat-obat yang mempengaruhi otot skeletal berfungsi sebagai 2
kelompok obat yang sangat berbeda. Pertama, kelompok yang digunakan
selama prosedur pembedahan unit perawatan intensif untuk menghasilkan efek
paralisis pada pasien yang membutuhkan bantuan ventilator (pelumpuh otot)
dan kelompok lain yang digunakan untuk mengurangi spastisitas
pada sejumlah kelainan neurologis (spasmolitik). Obat-obat pelumpuh otot
bekerja pada transmisi neuromuscular end-plate dan menurunkan aktivitas
sistem saraf pusat. Golongan ini sering digunakan sebagai obat tambahan
selama anestesi umum untuk memfasilitasi intubasi trakea dan
mengoptimalkan proses pembedahan dengan menimbulkan imobilitas dan
pemberian ventilasi yang adekuat. Obat-obat spasmolitik biasa disebut
pelumpuh otot kerja pusat dan digunakan terutama untuk  menangani nyeri
punggung kronis dan kondisi fibromialgia.
Obat pelumpuh otot dibagi menjadi dua kelas yaitu pelumpuh otot
depolarisasi (nonkompetitif, leptokurare) dan nondepolarisasi (kompetitif,
takikurare). Obat pelumpuh otot depolarisasi sangat menyerupai asetilkolin,
sehingga ia bisa berikatan dengan reseptor asetilkolin dan membangkitkan
potensial aksi otot. Akan tetapi obat ini tidak dimetabolisme oleh
asetilkolinesterase, sehingga konsentrasinya tidak menurun dengan cepat yang
mengakibatkan perpanjangan depolarisasi di motor-end plate. Perpanjangan
depolarisasi ini menyebabkan relaksasi otot karena pembukaan kanal natrium
bawah tergantung waktu, Setelah eksitasi awal dan pembukaan, pintu bawah
kanal natrium ini akan tertutup dan tidak bisa membuka sampai
repolarisasimotor-end plate. Motor end-plate tidak dapat repolarisasi selama
obat pelumpuh otot depolarisasi berikatan dengan reseptor asetilkolin; Hal ini
disebut dengan phase I block. Setelah beberapa lama depolarisasi end plate
yang memanjang akan menyebabkan perubahan ionik dan konformasi pada
reseptor asetilkolin yang mengakibatkan phase II block, yang secara klinis
menyerupai obat pelumpuh otot nondepolarisasi.
Obat pelumpuh otot nondepolarisasi berikatan dengan reseptor asetilkolin
akan tetapi tidak mampu untuk menginduksi pembukaan kanal ion. Karena
asetilkolin dicegah untuk berikatan dengan reseptornya, maka potensial end-
plate tidak terbentuk. Karena obat pelumpuh otot depolarisasi tidak
dimetabolisme oleh asetilkolinesterase, maka ia akan berdifusi menjauh dari
neuromuscular junction dan dihidrolisis di plasma dan hati oleh enzim
pseudokolinesterase. Sedangkan obat pelumpuh otot nondepolarisasi tidak
dimetabolisme baik oleh asetilkolinesterase maupun pseudokolinesterase.
30

Pembalikan dari blockade obat pelumpuh otot nondepolarisasi tergantung


pada redistribusinya, metabolisme,ekskresi oleh tubuh dan administrasi agen
pembalik lainnya (kolinesteraseinhibitor).

1.         Pelumpuh Otot Depolarisasi


Pelumpuh otot depolarisasi bekerja seperti asetilkolin, tetapi di
celah sinaps tidak dirusak dengan asetilkolinesterase sehingga bertahan
cukup lama menyebabkan terjadinya depolarisasi yang ditandai dengan
fasikulasi yang diikuti relaksasi otot lurik. Termasuk golongan ini adalah
suksinilkolin (diasetil-kolin) dan dekametonium. Didalam vena, suksinil
kolin dimetabolisme oleh kolinesterase plasma,pseudokolinesterase
menjadi suksinil-monokolin. Obat anti kolinesterase (prostigmin)
dikontraindikasikan karena menghambat kerja pseudokolinesterase.
a.       Suksinilkolin (diasetilkolin, suxamethonium)
Suksinilkolin terdiri dari 2 molekul asetilkolin yang bergabung.
obat ini memiliki onset yang cepat (30-60 detik) dan duration of
action yang pendek (kurang dari 10 menit). Ketika suksinilkolin
memasuki sirkulasi, sebagian besar dimetabolisme oleh
pseudokolinesterase menjadi suksinilmonokolin. Proses ini sangat
efisien, sehingga hanya fraksi kecil dari dosis yang dinjeksikan yang
mencapai neuromuscular  junction. Duration of action akan
memanjang pada dosis besar atau dengan metabolisme abnormal,
seperti hipotermia atau rendanya level pseudokolinesterase.
Rendahnya level pseudokolinesterase ini ditemukan pada kehamilan,
penyakit hati, gagal ginjal dan beberapa terapi obat. Pada beberapa
orang juga ditemukan gen pseudokolinesterase abnormal yang
menyebabkan blokade yang memanjang.
1)             Interaksi obat
a)        Kolinesterase inhibitor
       Kolinesterase inhibitor memperpanjang fase I block
pelumpuh otot depolarisasi dengan 2 mekanisme yaitu
dengan menghambat kolinesterase, maka jumlah
asetilkolin akan semakin banyak, maka depolarisasi akan
meningkatkan depolarisasi. Selain itu, ia juga akan
menghambat pseudokolinesterase.
b)      Pelumpuh otot nondepolarisasi
       Secara umum, dosis kecil dari pelumpuh otot
nondepolarisasi merupakan antagonis dari fase I bock
pelumpuh otot depolarisasi, karena ia menduduki
reseptor asetilkolin sehingga depolarisasi oleh
suksinilkolin sebagian dicegah.
2)             Dosis
Karena onsetnya yang cepat dan duration of action yang
pendek, banyak dokter yang percaya bahwa suksinilkolin
31

masih merupakan pilihan yang baik untu intubasi rutin pada


dewasa. Dosis yang dapat diberikan adalah 1 mg/kg IV.
3)             Efek samping dan pertimbangan klinis
Karena risiko hiperkalemia, rabdomiolisis dan cardiac
arrest pada anak dengan miopati tak terdiagnosis,
suksinilkolin masih dikontraindikasikan pada penanganan
rutin anak dan remaja. Efek samping dari suksinilkolin
adalah:
       Nyeri otot pasca pemberian
       Peningkatan tekanan intraokular
       Peningkatan tekakana intrakranial
       Peningkatan tekakanan intragastrik
       Peningkatan kadar kalium plasma
       Aritmia jantung
       Salivasi
       Alergi dan anafilaksis

2.         Obat pelumpuh otot nondepolarisasi


a.       Pavulon
Pavulon merupakan steroid sintetis yang banyak digunakan.
Mulai kerja pada menit kedua-ketiga untuk selama 30-40 menit.
Memiliki efek akumulasi pada pemberian berulang sehingga dosis
rumatan harus dikurangi dan selamg waktu diperpanjang. Dosis awal
untuk relaksasi otot 0,08 mg/kgBB intravena pada dewasa. Dosis
rumatan setengah dosis awal. Dosis Intubasi trakea 0,15 mg/kgBB
intravena. Kemasan ampul 2 ml berisi 4 mg pavulon.
b.      Atracurium
1)           Struktur fisik
Atracurium mempunyai struktur benzilisoquinolin yang
berasal dari tanaman Leontice Leontopeltalum.
Keunggulannya adalah metabolisme terjadi di dalam darah,
tidak bergantung pada fungsi hati dan ginjal, tidak mempunyai
efek akumulasi pada pemberian berulang.
2)          Dosis
0,5 mg/kg iv, 30-60 menit untuk intubasi. Relaksasi
intraoperative 0,25 mg/kg initial, laly 0,1 mg/kg setiap 10-20
menit. Infuse 5-10 mcg/kg/menit efektif menggantikan bolus.
Lebih cepat durasinya pada anak dibandingkan dewasa.
Tersedia dengan sediaan cairan 10 mg/cc. disimpan dalam
suhu 2-8OC, potensinya hilang 5-10 % tiap bulan bila disimpan
pada suhu ruangan. Digunakan dalam 14 hari bila terpapar
suhu ruangan.
3)             Efek samping dan pertimbangan klinis
Histamine release pada dosis diatas 0,5 mg/kg
c.         Vekuronium
32

1)             Struktur fisik
Vekuronium merupakan homolog pankuronium bromida
yang berkekuatan lebih besar dan lama kerjanya singkat Zat
anestetik ini tidak mempunyai efek akumulasi pada
pemberian berulang dan tidak menyebabkan perubahan
fungsi kardiovaskuler yang bermakna.
2)             Metabolisme dan eksresi
Tergantung dari eksresi empedu  dan ginjal. Pemberian
jangka panjang dapat memperpanjang blokade
neuromuskuler. Karena akumulasi metabolit 3-hidroksi,
perubahan klirens obat atau terjadi polineuropati.
Faktor risiko wanita, gagal ginjal, terapi kortikosteroid yang
lama dan sepsis.  Efek pelemas otot memanjang pada pasien
AIDS. Toleransi dengan pelemas otot memperpanjang
penggunaan.
3)             Dosis
Dosis intubasi 0,08 – 0,12 mg/kg. Dosis 0,04 mg/kg diikuti
0,01 mg/kg setiap 15 – 20 menit. Drip 1 – 2 mcg/kg/menit.
Umur tidak mempengaruhi dosis. Dapat memanjang durasi
pada pasien post partum. Karena gangguan pada hepatic
blood flow.
Sediaan 10 mg serbuk. Dicampur cairan sebelumnya.
d.        Rekuronium
1)             Struktur Fisik
Zat ini merupakan analog vekuronium dengan awal kerja
lebih cepat. Keuntungannya adalah tidak mengganggu
fungsi ginjal, sedangkan kerugiannya adalah terjadi
gangguan fungsi hati dan efek kerja yang lebih lama.
2)             Metabolisme dan eksresi
Eliminasi terutama oleh hati dan sedikit oleh ginjal. Durasi
tidak terpengaruh oleh kelainan ginjal, tapi diperpanjang
oleh kelainan hepar berat dan kehamilan, baik untuk infusan
jangka panjang (di ICU). Pasien orang tua menunjukan
prolong  durasi.
3)             Dosis
Potensi lebih kecil dibandingkan relaksant steroid lainnya.
0,45 – 0,9 mg / kg iv untuk intubasi dan 0,15 mg/kg bolus
untuk rumatan. Dosis kecil 0,4 mg/kg dapat pulih 25 menit
setelah intubasi. Im ( 1 mg/kg untuk infant ; 2 mg/kg untuk
anak kecil) adekuat pita suara dan paralisis diafragma untuk
intubasi. Tapi tidak sampai 3 – 6 menit dapat kembali
sampai 1 jam. Untuk drip 5 – 12 mcg/kg/menit. Dapat
memanjang pada pasien orang tua.
4)             Efek samping dan manifestasi klinis
33

Onset cepat hampir mendekati suksinilkolin tapi harganya


mahal.
Diberikan 20 detik sebelum propofol dan thiopental.
Rocuronium (0,1 mg/kg) cepat 90 detik dan efektif untuk
prekurasisasi sebelum suksinilkolin. Ada tendensi vagalitik.

B. OBAT YANG MEMPENGARUH SISTEM SARAF OTONOM


Susunan saraf otonom terdiri atas saraf dan simpul saraf / ganglia /
ganglion.Susunan saraf otonom (SSO) bekerja menurut aturannya sendiri (otonom /
tidak kita sadari)fungsi sso : mengatur secara otomatis keseimbangan fisiologis
organisme (misal : suhu badan, tekanan & peredaran darah, pernafasan,
dsb.)Susunan saraf otonom tersebar luas di seluruh tubuh (misalnya:
lambung,pembuluh darah jantung, usus, kelenjar keringat dsb.)
Saraf otonom dibagi menjadi 2 yaitu,
• Saraf simpatis (adrenergik)
• Saraf parasimpatis (kolinergik)

Pada umumnya kedua susunan saraf ini bekerja antagonis, bila salah satu
sistem menghambat fungsi tertentu yang lain justru menstimulasi contoh :
perangsangan saraf simpatis pada pembuluh darah arteri akan menyebabkan
vasokontriksi, sedangkan perangsangan saraf parasimpatis akan menyebabkan
vasodilatasi arteri.
34

1. OBAT AGRENERGIC

Dikatakan obat adrenergic karena efek yang ditimbulkannya mirip


perangsangan saraf adrenergic, atau mirip efek neurotransmitter norepinefrin
dan epinefrin (yang disebut juga noradrenalin dan adrenalin). Golongan obat
ini disebut juga obat simpatik atau simpatomimetik yaitu zat – zat yang dapat
menimbulkan ( sebagian ) efek yang sama dengan stimulasi susunan simpaticus
(SS) dan melepaskan noradrenalin (NA) di ujung – ujung sarafnya.

Kerja obat adrenergic dapat dikelompokkan dalam 7 jenis yaitu :

1.  Perangsangan organ perifer : otot polos pembuluh darah kulit dan mukosa,
serta kelenjar liur dan keringat.

2.  Penghambatan organ perifer : otot polos usus, bronkus dan pembuluh darah
otot rangka

3.   Perangsangan jantung      : dengan akibat peningkatan denyut jantung  dan


kekuatan kontraksi

4.  Perangsangan SSP : misalnya perangsangan pernapasan, peningkatan


kewaspadaan, aktivitas psikomotor, dan pengurangan nafsu makan

5.  Efek metabolic : misalnya peningkatan glikogenolisis di hati dan otot,


lipolisis dan penglepasan asam lemak bebas dari jaringan lemak

6.   Efek endokrin : misalnya modulasi sekresi insulin, rennin, dan hormone


hipofisis

7. Efek prasinaptik : dengan akibat hambatan atau peningkatan penglepasan


neurotransmitter NE atau Ach ( acetyl colin ).

Adrenergic dapat dibagi dalam dua kelompok menurut titik kerjanya di sel
– sel efektor dari organ – ujung, yakni reseptor-alfa dan reseptor-beta.
Perbedaan antara kedua jenis reseptor didasarkan atas kepekaannya bagi
adrenalin, noradrenalin ( NA ), dan isoprenalin. Reseptor-alfa lebih peka bagi
NA, sedangkan reseptor-beta lebih sensitive bagi isoprenalin.
35

Diferensiasi lebih lanjut dapat dilakukan menurut efek fisiologisnya yaitu


dalam   alfa-1 dan alfa-2 sertabeta-1 dan beta-2.Pada umumnya stimulasi dari
masing-masing reseptor itu menghasilkan efek-efek sebagai berikut :

    Alfa-1 : menimbulkan vasokonstriksi dari otot polos dan menstimulasi


sel-sel kelenjar dengan bertambahnya antara lain sekresi liur dan keringat.

   Alfa-2 : menghambat pelepasan NA pada saraf-saraf adrenegis dengan


turunnya tekanan darah. Mungkin pelepasan ACh di saraf kolinergis dalam
usus pun terhambat sehingga antara lain menurunnya peristaltic.

   Beta-1 : memperkuat daya dan frekuensi kontraksi jantung ( efek inotrop
dan kronotop ).

    Beta-2 : bronchodilatasi dan stimulasi metabolisme glikogen dan lemak.

Lokasi reseptor ini umumnya adalah sebagai berikut :

    alfa-1 dan beta-1 : postsinaptis artinya lewat sinaps di organ efektor

 alfa-2 dan beta-2 : presinaptis dan ekstrasi-naptis yaitu dimuka sinaps atau


diluarnya antara lain dikulit otak,rahim,dan pelat-pelat darah. Reseptor-a1
juga terdapat presinaptis.

Contoh Obat Adrenergik antara lain :

Epinefrin, Norepinefrin, Isoproterenol, Dopamin, Dobutamin, Amfetamin,


Metamfenamin, Efedrin, Metoksamin, Fenilefrin, Mefentermin, Metaraminol,
Fenilpropanolamin, Hidroksiamfetamin, Etilnorepineprin.

2. OBAT ANTI-ADRENERGIC

Penghambat adrenergik atau adrenolitik ialah golongan obat yang


menghambat perangsangan adrenergik.

 Berdasarkan cara kerjanya obat ini dibedakan menjadi :

1. Antagonis adrenoseptor ( Alfa Bloker)


36

Alfa bloker menduduki adrenoseptor alfa sehingga menghalangi


untuk berinteraksi dengan obat adrenergik atau rangsangan
adrenergik. Alfa Blocker di bagi dua yaitu alfa blocker non
selektif dan alfa blocker selektif.

Alfa bloker Nonselektif ada 3 kelompok yaitu :

a) Derivat haloalkilamin

Mekanisme Kerja:

Ikatan kovalen yang stabil dengan adrenoreseptor α dan


menghasilkan hambatan yang ireversibel. Disebut
juga α bloker yang  nonkompetitif dan kerja yang panjang.

Indikasi

Hipertensi ringan sampai dengan sedang, hiperplasia


prostatik jinak. Hiperplasia prostatik jinak diterapi dengan
pembedahan atau menggunakan alfa bloker atau dengan anti
androgen finasteride.

Kontra Indikasi

Alfabloker harus dihindari pada pasien dengan riwayat


hipotensi postural dan micturition syncope

Efek samping:

hipotensi postural

b) Derivat imidazolin

Fentolamin dan tolazolin adalah α bloker nonselektif yang


kompetitif. Obat obat ini menghambat reseptor serotonin ,
melepaskan histamin dari sel mast , meragsang reseptor
muskarinik di saluran cerna , merangsang sekresi asam lambung ,
saliva air mata dan keringat.

Penggunaan terapi : mengatasi episode akut hipotensi, mengatasi


pseudo-obstruksi usus, nekrosis kulit, disungsi eksresi

Fentolamin tersedia dalam vial 5 mg untuk pemberian IV atau


IM, sedangkan tolazolin dalam kadar 25 mg/ml untuk suntikan IV

efek samping : hipotensi

c)  Alkaloid ergot
37

Adalah α bloker yang pertama ditemukan , sebagai agonis atau


antagonis parsial pada reseptor α adrenergik, reseptor dopamin,
dan reseptor serotonin.

Farmakodinamik:Vasodilatasi

Farmakokinetik : Absorbsi baik pada pemberian oral

Efek samping: Pusing, sakit kepala, ngantk, palpitasi, edema


perifer dan mual

2. Alfa Blocker Selektif :

1. Prazosin(minipress)

Mekanisme Kerja : Antagonis adrenergik alfa-1 perifer


mendilatasi arteri maupun vena.

Indikasi : Hipertensi,gagal jantung kongestif.

Efek Samping : sakit kepala, hipotensi postural, gangguan


saluran pencernaan, gatal-gatal, mulut kering.

Dosis : 0,5 mg 2 kali sehari.selanjutnya dosis di tingkatkan1 mg


2 kali sehari.

2. Doksazosin

Mekanisme Kerja : Antagonis adrenergik alfa-1 perifer


mendilatasi arteri maupun vena.

Indikasi : Hipertensi.

Kontraindikasi : Hipersentitif

Efek Samping : Hipotensi postural, sakit kepala, kelelahan,


vertigo, dan edema.

Dosis : 1 Mg sehari.

2. Antagonis adrenoseptor ( Beta Bloker)

Obat yang termasuk beta bloker adalah isoproterenol, propanolol,


asetabutolol, timolol, atenolol, oksiprenolol dan sebagainya. Obat
betabloker digunakan untuk mengurangi denyut jantung dan kontraktilitas
miokard, antihipertensi, bronkodilator, menghambat glikogenolisis di sel
38

hati dan otot rangka, menghambat lipolisis menghambat sekresi renin.


Efek samping betabloker adalah gagal jantung, bradiaritmia, bronkospasm,
ekstremitas dingin, memperberat gejala penyakit Reynaud dan
menyebabkan kambuhnya klaudikasio intermitten.

Berdasarkan Farmakonetik Terbagi atas 3 golongan :

1. β-bloker yang mudah larut dalam lemak 

Semuanya diabsorbsi dengan baik disaluran cerna, tetapi memiliki


bioavailabilitas rendah(>50%). Eliminasinya melalui metabolisme di
hati dan diekresikan di gnijal dalam jumlah yang sedikit (10%).
Contohnya propranolol, metoprolol, oksprenolol, labetalol dan
karvedilol.

2. β-bloker yang mudah larut dalam air.

Contohnya sotalol,nadolol dan atenolol.sotanol diabsorbsi dengan baik


di saluran cerna dan memiliki bioavaibilitas tinggi.sedangkan nadolol
dan atenolol kurang baik di absorbs di saluran cerna dan memiliki
bioavaibilitas rendah.ketiga obat ini tidak mengalami metabolism
sehingg seluruhnya dieksresi utuk melalui ginjal.

3. β-bloker yang kelarutannya terletak diantara golongan 1 dan 2.

Di absorbsi baik disaluran cerna.eliminasi melalui hati dan


ginjal.contohnya timolol, bisoprolol, betaksolol, pindolol dan
karteolol.

3. Penghambat Saraf Adrenergik

Obat penghambat saraf adrenergik bekerja dengan cara menghambat


sintesis, penyimpanan, dan pelepasan neurotransmitter. Penghambat saraf
adrenergik yaitu obat yang mengurangi respons sel efektor terhadap
perangsangan saraf adrenergik.

Obat yang termasuk penghambat saraf adrenergik adalah


guanetidinbetanidin, guanadrel, bretilium, dan reserpin. Semua obat
golongan ini umumnya dipakai sebagai antihipertensi. Obat penghambat
adrenergik sentral atau adrenolitik sentral yaitu klonidin dan metildopa
yang dipakai sebagai obat antihipertensi.

Contoh obat penghambat saraf adrenergik :

1. Reserpin (Serpasil)
39

Mekanisme Kerja : Mendeplesi simpanan katekolamin dan 5-


hidroksitriptamin pada berbagai organ seperti pada otak dan medula
adrenal.

Indikasi : Hipertensi esensial ringan,juga digunakan sebagai terapi


tambahan dengan obat hipertensi lain pada kasus hipertensi yang lebih
berat.

Kontraindikasi : Riwayat depresi mental, ulkus peptikum aktif, kolitis


ulseratif, hamil, menyusui.

Efek Samping : infeksi saluran cerna dan infeksi saluran nafas.

Dosis : 0,25-0,5 mg sehari dibagi dalam 2-3 dosis.

2. Guanetidin

Mekanisme kerja : Menghambat respons terhadap stimulasi saraf


adrenergik dan obat adrenergik yang bekerja tidak langsung.

Indikasi :Penggunaan utama satu-satunya untuk hipertensi.

Efek samping: hipotensi ortotatik

3. OBAT CHOLINERGIC

Kolinergik adalah zat yang dapat menimbulkan efek yang sama dengan
stimulasi susunan saraf parasimpatis (SP), karena melepaskan ACh di ujung
sarafnya. Tugas utama SP adalah mengumpulkan energi dan mengambat
penggunaannya, jika SP dirangsang akan timbul efek yang menyerupai keadaan
istirahat dan tidur.
Efek kolinergis yang penting adalah :
• Stimulasi pencernaan dengan jalan memperkuat periltastik dan sekresi
kelenjar ludah dan getah lambung.
• Memperlambat sirkulasi, a.l. dengan mengurangi kegiatan jantung,
vasodilatasi pembuluh darah & penurunan TD.
• Memperlambat pernafasan dengan menciutkan bronci, memperbesar
sekresi dahak.
• Kontraksi otot mata dengan efek penyempitan pupil / miosis dan
penurunan tekanan intraokuler akibat lancarnya pengeluaran air mata.
• Kontraksi kandung kemih dan ureter sehingga memperlancar pengeluaran
urin
• Dilatasi pembuluh & kontraksi otot rangka.
• menekan SSP setelah di awal distimulasi.
40

klasifikasi kolinergika Berdasarkan cara kerjanya, kolinergik dibedakan :


 Bekerja langsung
bekerja langsung pada organ ujung dengan kerja utama mirip efek
muskarinik dari ACh, contoh : karbachol, pilokarpin, muskarin, arekolin.
Semua obat ini bersifat hidrofil kecuali arekolin.
 Bekerja tak langsung
yaitu merintangi penguraian ACh secara reversible / sementara, contoh :
fisostigmin, neostigmin & piridostigmin (antikolinesterase).
Ada juga zat-zat yang merintangi/mengikat kolinesterase secara
irreversible, contoh : organofosfat & parathion (insektisida), malathion (obat
kutu rambut).

Penggunaan kolinergika
Kolinergika khusus digunakan untuk penyakit :
• Glaukoma, contoh : pilokarpin, karbachol, dan neostigmine
• myastenia gravis (kelemahan otot), contoh : antikolinesterase
(fisostigmin, neostigmin).
• Demensia alzheimer, contoh : takrin, rivastigmin
• Atonia (kelemahan otot polos), contoh : karbachol dan neostigmin.

Efek samping
Kolinegik mirip dengan efek samping stimulasi SP yg berlebihan, antara lain :
mual, mutah, diare, peningkatan sekresi ludah, dahak, keringat, dan air mata,
bradycardia, broncokontriksi, depresi pernafasan. Antidot untuk keracunan
kolinergika adalah dengan pemberian antikolinergika atropin dengan dosis
tinggi (melawan efek muskarinik). Kehamilan dan laktasi boleh mengunakan
obat-obat kolinergik (per oral) karena bersifat amonium kwaterner tidak
melewati plasenta tetapi tidak diberikan secara parenteral karena memicu
kontraksi rahim.

C. OBAT YANG MEMPENGARUHI SISTEM ENDOKRIN

1. KORTIKOSTEROID

Kortikosteroid adalah suatu kelompok hormon steroid yang


dihasilkan di bagian korteks kelenjar adrenal sebagai tanggapan atas
hormone adrenokortitropik (ACTH) yang dilepaskan oleh kelenjar
hipofisis, atau atas angiotensin II. Hormon ini berperan pada banyak
41

sistem fisiologis pada tubuh, misalnya tanggapan terhadap stress,


tanggapan sistem kekebalan tubuh dan pengaturan inflamasi, metabolism
karbohidrat, pemecahan protein, kadar elektrolit darah, serta tingkah laku.
Kortikosteroid dibagi menjadi 2 kelompok berdasarkan atas aktivitas
biologis yang menonjol darinya, yaitu:
1. Glukokortikoid
Contohnya: Kortisol
Berperan mengendalikan metabolism karbohidrat, lemak, dan protein;
bersifat anti-inflamasi dengan cara menghambat peleepasan fosfolipid,
serta dapat pula menurunkan kinerja eosinophil.
2. Mineralokortikoid
Contohnya: Aldosteron, Desoksikortikosteron, Fludokortisin
Berfungsi mengatur kadar elektrolit dan air, dengan cara penahanan
garam di ginjal.

2. OBAT STEROID DAN ANTI-TIROID

Dalam beberapa kasus, keluar dari ininama-nama obat steroid,


menemukan sama steroid hormon pertumbuhan manusia sebagai bahan
aktif. Meskipun demikian, masing-masing unik, Berdasarkan ester atau
Ester yang terlampir di dalamnya, atau di jalan obat diberikan.

 Anadrol (Oxymetholone)
 Anavar (Oksandrolon)
 Klor *
 Clomid *
 Deka Durabolin (Nandrolone Decanoate)
 Dianabol (Methandrostenolone, Methandienone)
 Equipoise
 Hormon pertumbuhan manusia (Somatropin)*
 Insulin *
 Methyltestosterone
42

 Primobolan
* Produk yang ditandai dengan bintang yang tidak sebenarnya steroid,
tapi biasanya digunakan sebagai tambahan berarti di steroid siklus.
Steroid yang sering digunakan sebagai perawatan
utama untuk sejumlah gangguan inflamasi, seperti vaskulitis sistemik
dan myositis.Ketika kondisi peradangan mengancam merusak organ-
organ vital tubuh, steroid dapat sering menjadi penting dalam upaya
penghematan sistem organ terancam serta kehidupan pasien dalam
beberapa kasus.
Steroid dapat membantu mencegah perkembangan
radang ginjal. Radang ginjal dapat, dalam banyak kasus, menyebabkan
gagal ginjal pada mereka yang menderita dari vaskulitis atau lupus.
Dosis rendah dan kadang-kadang cukup berukuran nama-nama obat-
obatan steroid dapat memberikan penting nyeri dan bantuan dari
kekakuan pada pasien yang menderita kondisi seperti rheumatoid
arthritis.Terbatas pelaksanaan dosis yang lebih besar dapat membantu
pasien untuk pulih dari serangan berat arthritis.
Obat Antitiroid

Antitiroid golongan tionamida, misalnya propiltiourasil(PTU), bekerja


menghambat proses inkorporasi yodium pada residu tirosil dari
tiroglobulin, dan juga menghambat yodium membentuk yodotironin.

   Farmakokinetik

1. Hormon Tiroid 
1.1 Mekanisme Kerja Hormon Tiroid

Mekanisme kerjanya melalui inti sel, hormonnya adalah


Triyodotironin. Bekerja dengan memodulasi transkripsi gen dan
sintesis protein. T4 dan T3 berikatan dengan reseptor yang sama,
tapi T4 tidak menyebabkan transkripsi gen, jadi T4 disebut sebagai
prohormon.

1.2 Peran dalam Pertumbuhan


43

Hormon ini mempunyai peran yang sangat penting terhadap


pertumbuhan otak, oleh karena itu, jikahormon tiroid tidak ada
pada masa neurogenesis (0-6bulan pasca lahir) mungkin terjadi
retradasi mental yang irreversibel dan kretinisme. Kretinisme
sendiri dibedakan menjadi endemik dan sporadik. Endemik bisa
terjadi dengan atau tanpa goiter, sedangkan yang sporadik akan
selalu disertai goiter. Tiroksin meningkatkan penggunaan O2 pd
hampir semua jaringan, yang tidak responif hanya otak, gonad dan
limpa. Disamping itu tiroksin berperan penting pada termogenesis.

2. Gangguan fungsi

2.1 Hipofungsi Tiroid

Terjadi akibat defisiensi yodium. Pada daerah non-endemik


umumnya disebabkan karena tiroiditis autoimun yang kronis
(tiroiditis hashimoto) dimana penyakit ini ditandai dengan
tingginya antibodi terhadap peroksidase tiroid di sirkulasi.

Kegagalan kelenjar tiroid memproduksi hormon adalah


penyebab paling sering, disebut hipotiroidisme primer, disamping
itu ada pula hipotiroidisme sentral yang terjadi akibat efek
stimulasi TSH yang kurang memadai.

2.2 Hiperfungsi Tiroid

Merupakan keadaan dimana hormon tiroid bebas dalam darah


kadarnya meningkat, bisa terjadi karena hiperfungsi kelenjar tiroid.
Yang disebut subclinical hyperthyroidism  adalah apabila
hipertiroid terjadi dengan kadar TSH plasma rendah dan
T3 serta T4 normal. Penyakit grave (toxic diffuse goiter)
merupakan penyebab paling sering, biasa terjadi pada pasien 20-50
tahun. Gejala yang timbul akibat pembentukan panas berlebih dan
peningkatan motorik syaraf simpatis antara lain kulit kemerahan,
otot lemah, tremor dengan frekuensi denyut nadi dan jantung cepat,
44

bila pasien kebutuhan makannya tidak terpenuhi berat badan akan


turun drastis.

3. Obat Antitiroid

Sediaan
Na-levotiroksin (T4) tablet dan suntikan IV, tiap tablet
mengandung 0,25 mg, 0,05 mg, 0,1 mg, 0,15 mg, 0,2mg, dan
0,3 mg, sedangkan suntikan 10 ml mengandung 0,1 mg/ ml dan
0,5 mg/ ml.

Na-liotironin (T3) tablet 0,005 mg, 0,025 mg dan 0,05mg.

Untuk penghambat sintesis hormon tiroid ada 4 jenis:

1.      Antitiroid, menghambat sintesis hormon langsung

2.      Penghambat ion, yang memblok mekanisme transpor yodida

3.      Yodium konsentrasi tinggi

4.      Yodium radioaktif

3.1  Antitiroid

Antitiroid golongan tionamida, misalnya propiltiourasil (PTU),


bekerja menghambat proses inkorporasi yodium pada residu tirosil
dari tiroglobulin, dan juga menghambat yodium membentuk
yodotironin.

3.1.1  Farmakokinetik

Antitiroid

Farmakokinetik Propiltiourasil Metimazol

Ikatan protein plasma 75 % -

Waktu paruh 75' 4 - 6 jam


45

Terdistribusi 20 L 40 L

Pada gangguan hati - Metabolisme turun

Pada gangguan ginjal - -

Dosis 1 - 4 kali/hari 1 - 2 kali/hari

Daya tembus plasenta Rendah Rendah

Sekresi pada ASI Rendah Rendah

Propiltiourasil pada dosis 100mg bekerja 6-8jam, sedangkan


metimazol dosis 30-40mg bekerja 24jam. Sebaiknya diberikan
selama 12 minggu, setelah itu dosis dikurangi, atau dilihat
perkembangannya. Sebaiknya pemberian tidak langsung dihentikan

3.1.2  Farmakodinamik  
Efek samping jarang sekali timbul, pada propiltiourasil dan
metimazol biasanya sama. Untuk metimazol efek samping
seringkali tergantung dosis. Agranulositosis adalah dengan 0,44%
pada propiltiourasil dan 0,12% dengan metimazol, jumlah yang
sangat sedikit tetapi cukup berbahaya.

3.3Yodida
Merupakan obat tertua dalam pengobatan hipertiroid sebelum ditemukan
antitiroid yang lainnya. Yodida diperlukan dalam jumlah kecil, jumlah yang
berlebihan akan menyebabkan goiter bahkan hipotiroidisme pada orang
sehat. Efeknya nyata, menekan fungsi tiroid. Peran yodida adalah :

1. Biosintesis hormon tiroid

2. Menghambat proses transpor aktifnya sendiri kedalam tiroid

3. Bila yodium didalam tiroid jumlahnya cukup, akan timbul wolf-


chaikoff effect.
46

Yodida sering digunakan untuk persiapan operasi hipertiroidisme, sekitar


10 hari sebelum operasi. Obat ini tidak diberikan sendiri, biasa diberikan
setelah pemakaian antitiroid lain. Antitiroid diperlukan dalam jangka waktu
lebih lama agar kadar tiroid optimal. Efek pemberian kombinasi yodida dan
antitiroida sangat bervariasi.

Farmakodinamik

Yodida bukan obat tunggal, karena tidak dapat mengendalikan gejala


hipertiroidisme. Tidak boleh diberikan pada wanita hamil, karena akan
menyebabkan fetusnya ber-goiter. Natrium yodida dan kalium yodida adalah
contohnya. Sediaan banyak macam, kapsul, tablet dan larutan jenuh dalam air.
Dosis sehari 0.3 ml 3 kali sehari. Efek samping dapat timbul hipersensitivitas
yodida. Ditandai dengan ada rasa logam di mulut, terbakar di mulut dan faring,
dan rangsangan pada selaput lendir. Dapat terjadi radang faring, laring dan
tonsil. Kelainan kulit ringan, bisa berat disebut yoderma. Gejala pada saluran
cerna berupa iritasi, mungkin terjadi perdarahan.

3.4 Yodium Radioaktif

Proses radiasi dengan memancarkan sinar-ά sinar-β (elektron) dan sinar-γ


(sejenis sinar-x). dapat menimbulkan kerusakan sel tubuh, karena perubahan
molekul di dalam sel oleh sinar yang energinya tinggi. Sinar-ά sinar-β daya
tembus kecil, efeknya dapat dibatasi dalam satu organ saja, sedangkan sinar-γ
daya tembusnya besar, efeknya luas namun ionisasi pada organ target sedikit.

Efek terhadap tiroid

Radioisotop-I yang diberikan akan berperan dalam biosintesis hormon tiroid


dan terkumpul dalam koloid. Umumnya jaringan diluar tiroid tidak
terpengaruh radiasi. Dosis besar dapat memberi efek nyata, dosis kecil hanya
akan merusak jaringan sentral.

Kontra indikasi
47

Tidak boleh diberikan pda masa kehamilan dan anak-anak, sebaiknya


diberikan pada pasien usia antara 25 sampai 30 tahun saja. Sediaan, larutan
natrium yodida dapat diberikan oral dan suntikan IV, juga tersedia dalam
bentuk kapsul.

3. OBAT ANTI DIABETES

Obat antidiabetes adalah obat yang digunakan untuk mengatur


diabetes mellitus, suatu penyakit dimana terdapat kerusakan sebagian atau
keseluruhan dari sel beta pankreas untuk menghasilkan insulin yang cukup,
salah satu hormon yang diperlukan untuk mengatur kadar glukosa. Dalam
beberapa kasus, terdapat beberapa bukti bahwa penyakit ini disebabkan karena
adanya beberapa faktor yang mempengaruhi aktifitas insulin.

Dengan kekurangan insulin, jaringan tubuh tidak mampu menangkap


dan mencerna glukosa yang terdapat dalam sirkulasi darah. Oleh karena itu,
glukosa yang sebagian besar diperoleh dari makanan yang dikonsumsi, dan
secara normal dieliminasi dan disimpan di jaringan, kadarnya meningkat dalam
darah dan ginjal tidak mampu memprosesnya.

Secara umum, terdapat dua tipe diabetes :

1. Diabetes tipe 1 (juvenile atau insulin dependent diabetes mellitus


(IDDM)), dimana pankreas secara mendadak, atau secara total tidak
mampu memproduksi insulin, dan membutuhkan insulin untuk terapi.
2. Diabetes tipe 2 (maturity-onset atau non insulin dependent diabetes
mellitus (NIDDM)), dimana sering tampak pada usia diatas 40 tahun. Hal
ini muncul ketika pankreas secara perlahan kehilangan kemampuannya
untuk menghasilkan insulin dalam hitungan bulan, tahun, atau adanya
kekebalan untuk menghasilkan insulin. Ini sering dihubungkan dengan
adanya obesitas dan diet yang kurang bagus.

1. ANTIDIABETES PARENTERAL

1. Analog amylin

Pramilinitida merupakan analog sintetik dari amilin, hormon pankreas


yang berperan dalam homeostasis glukosa. Pramilinitida menurunkan
laju pengosongan lambung dan menurunkan. Diberikan secara
subkutan dengan cepat bersamaan dengan makanan, dan diberikan
pada pasien yang telah menerima insulin.
48

2. Increatin mimetic

Exenatide merupakan increatin mimetic yang berperan sebagai agonis


dari glukagon-like peptida-1 (GLP-1). Obat ini meningkatkan sekresi
dari insulin ketika kadar glukosa tinggi. Diberikan secara subkutan,
sebagai tambahan pada penderita diabetes tipe 2 yang telah menerima
metformin, sulfonilurea, atau keduanya

3. Insulin

Insulin diekstraksi dari jaringan pankreas dari sapi yang mirip dengan
insulin manusia yang dapat digunakan sebagai pengganti. Namun,
insulin pada manusia secara umum diproduksi secara genetik dengan
menggunakan teknik mikroorganisme. Insulin biasanya diberikan
secara injeksi. Onset dan durasi aksi dari insulin dapat diperpanjang
dengan pembentukan kompleks dengan zink atau protamin. Insulin
aspartat dan insulin lispro memiliki onset dan durasi aksi yang lebih
cepat dibandingkan insulin saja.

2. ANTIDIABETES ORAL

1. Aldose reduktase inhibitor

Epalrestat menghambat enzim aldose reduktase, dimana mengubah


glukosa menjadi sorbitol. Akumulasi dari sorbitol mungkin
memainkan peran dalam sebagian komplikasi diabetes

2. Alfa-glukosidase inhibitor

Akarbose, miglitol, dan voglibose bekerja menghambat alfa


glukosidase, dan secara spesifik menghambat sucrase dalam usus
untuk memperlambat pencernaan dan absorpsi dari monosakarida dari
pati dan sukrosa

3. Biguanida

Mekanisme aksi dari biguanida seperti metformin tidak jelas, namun


mereka tidak menstimulasi pankreas seperti sulfonilurea untuk
melepaskan insulin, namun bekerja memfasilitasi uptake dan
pemanfaatan glukosa dalam sel. Penggunaan ini terbatas pada diabetes
tipe 2 karena tidak efektif, kecuali terdapat insulin

4. Meglitinida

Meglitinida (contoh : repaglinida) meningkatkan sekresi insulin


endogenous dan digunakan pada penderita diabetes tipe 2
49

5. Sulfonilurea

Sulfonilurea dan senyawa yang mirip sulfonamida seperti


klorpropamid dan tolbutamid merupakan senyawa sintetik pertama
yang digunakan dalam pengobatan antidiabetes. Aksinya menstimulasi
sel beta dari pankras untuk menghasilkan insulin dengan diet yang
terbatas mengatur kadar glukosa darah dan memungkinkan
metabolisme yang normal. Hanya efektif pada diabetes dimana
pankreas memiliki kapasitas untuk menghasilkan insulin

6. Tiazolidindion

Tiazolidindion (contoh : rosiglitazone) bekerja menurunkan resisten


insulin dengan mengkatifasi gamma-PPAR (peroxisome
proliferator0activated receptor). Digunakan pada penderita diabetes
mellitus tipe 2.

Obat Di Pasaran

 Glucophage (Metformin HCl 500 mg)


 Glukobay (Acarbose 50 mg / 100 mg)
 Prodiabet (Glibenklamid 5 mg)

D. OBAT YANG DIGUNAKAN UNTUK MENGOBATI INFEKSI


• Antimikroba (AM) adalah obat pembasmi mikroba, khususnya mikroba
yang merugikan manusia.
• Antibiotik ialah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba, terutama fungi,
yang dapat membasmi mikroba jenis lain.
• Obat yang digunakan untuk membasmi mikroba, penyebab infeksi pada
manusia, ditentukan harus memiliki sifat toksisitas selektif yang tinggi.
Antibiotik pertama kali ditemukan dari kultur jamur oleh seorang
ilmuwan asal skotlandia pada tahun 1929 bernama Alexander fleming.
Antibiotik ini dinamakan penisilin. Dizaman sekarang ini sudah terdapat lebih
dari 100 jenis antibiotik yang sudah diciptakan oleh manusia. Tujuannya
adalah agar dapat membantu menyembuhkan berbagai macam jenis infeksi
mulai dari stadium rendah hingga stadium yang parah sekalipun. Beberapa
jenis antibiotik antara lain :

 Penisilin (Penicillins)
PenisilinYaitu sejenis antibiotik yang digunakan untuk mengobati
berbagai jenis infeksi yang disebabkan oleh bakteri, seperti infeksi yang
50

terjadi pada telinga. Obat ini bekerja mencegah bakteri untuk tumbuh dan
berkembang biak sekaligus membunuh bakteri yang sudah matang. Biasanya
berbentuk kapsul, suntikan, cair, bubuk.
Jenis penisilin antara lain :
• Penisilin G
• Penisilin V
• Ampisilin : obat ini berfungsi mengatasi infeksi karena bakteri
seperti, infeksi saluran kemih, infeksi ginekologikal, infeksi saluran
pernapasan, infeksi telinga, dan endokardatis (infeksi selaput dan
katup jantung). Bekerja dengan cara membunuh bakteri yang
menyebabkan infeksi pada tubuh manusia. Bentuk obat kapsul, cair,
dan suntik.
• Tikarsilin
• Kloksasilin
• Oksasilin
• Amoksisilin : mengatasi berbagai jenis bakteri. Obat ini digunakan
untuk infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernapasan, system
pencernaan, system reproduksi wanita, meninges, kulit dan jaringan
lunak, dan infeksi telinga. Obat ini membunuh bakteri dengan cara
menghambat pembentukan dinding sel bakteri. Bentuk obat kapsul,
cairan oral, bubuk, dan suntik.
• Nafsilin.
Manfaat antibiotik ini digunakan untuk mengobati berbagai macam
infeksi yang terjadi didaerah gigi, telinga, kulit, mata, dan berbagai organ
tubuh lainnya. Adapun efek samping yang sering ditimbulkan oleh penicilin
antara lain : Diare, Urtikaria, Nausea, Superinfeksi dri Candidiasis
Selain itu bebrapa efek samping yang mungkin jarang ditemukan oleh
pengguna antibiotik ini adalah : Demam, Mual, Muntah, Dermatitis,
Angiodema, Kolitis pseudomembarnosus.Bagi seseorang yang alergi
terhadap antibiotik ini bisa mengalami anafilaksis (kenaikan kerentanan
suatu organisme thd injeksi protein susulan).
 Sefalosporin (Cephalosporins)

SefalosporinYaitu antibiotika betalaktam yang efektif untuk


menghambat reaksi pada transpeptidase pada tahap ketiga dalam rangkaian
reaksi proses pembentukan didnding sel. Sefalosporin digunakan untuk
mengobati berbagai macam infeksi berat atau infeksi yang tidak dapat
disembuhkan oleh antimikroba yang lain seperti meningitis, gonorhea, dan
beberapa jenis infeksi lainnya. Indikasi Sefalosporin antara lain :

a. Cefadroxil dan Cefalexin, digunakan untuk mengobati infeksi yang


disebabkan oleh bakteri yang biasa terjadi pada kulit, tenggorokan,
dan infeksi kandung kemih.
51

b. Cefazolin, digunakan untuk mengobati infeksi karena bakteri pada


kandung kemih, kandung empedu, organ pernafasan, saluran kencing,
infeksi pada bekas operasi, serta infeksi pada kulit.
c. Cephalotin, digunakan untuk mengobati infeksi karena bakteri pada
kulit, jaringan lunak, saluran pernafasan, genito urinaria, infeksi pasca
operasi, otitis, septikemia.
d. Cefaktor dan cefixim, digunakan untuk menghilangkan bakteri pada
jenis penyakit pneunomia, serta berbagai jenis infeksi yang terjadi di
telinga, paru-paru, tenggorokan, saluran kemih, dan kulit.
e. Cefamandol, Ceftizoxim dan Ceftriaxon, digunakan untuk mengobati
infeksi karena bakteri pada paru-paru, kulit, tulang, sendi, perut,
darah, dan saluran kencing.
f. Cefmetazol, merupakan jenis sefalosforin yang lebih aktif terhadap
gram positif, proteus, serritia, gram negatif, dan beberapa bakteri E
coli.
g. Cefoperazon dan Ceftazidim, digunakan untuk infeksi yang
disebabkan oleh bakteri pada paru-paru, kulit, sendi, darah, rahim,
dan saluran kemih.
h. Ceprozil, digunakan untuk pengobatan otitis, jaringan lunak, dan
saluran pernafasan.
i. Cefuroxim, Untuk pengobatan bronkhitis, gonore, infeksi limfa,
infeksi organ telinga, tenggorokan, sinus, saluran kemih, dan kulit.
j. Cefotaxim, digunakan untuk pengobatan gonore, infeksi ginjal,
infeksi saluran kemih, infeksi saluran pernafasan, meningitis, infeksi
pasca operasi, infeksi kulit, dan jaringan lunak.
k. Cefotiam, jenis sefalosforin ini sangat aktif terhadap gram positif
maupun negatif.
l. Cefpodoxim, untuk pengobatan berbagai macam infeksi seperti
pneunomia, bronkhitis, gonore, infeksi telinga, kulit, tenggorokan,
dan saluran kemih.
m. Cefepim, digunakan untuk pengobatan infeksi kulit, saluran kemih,
dan pneunomia.
n. Cefpirom, digunakan untuk pengobatan infeksi pada darah, paru,
saluran nafas, saluran kemih.
Berbeda dengan obat tramadol, adapun efek samping dari penggunaan
sefalosforin antara lain :
- Ruam
- Diare
- Kram perut
- Demam

 Aminoglikosida
52

Aminoglikosida Yaitu jenis antibiotik yang bekerja untuk menghambat


pertumbuhan protein bakteri yang menyerang. Adapun jenis penyakit yang
bisa ditangani oleh antibotik jenis ini antara lain tifus, dan pneumonia.
Penggunaan antibiotik ini sering dipadukan dengan penisilin atau
sefalosforin.
Jenis antibiotik ini antara lain :
streptomisin, gentamisin, kanamisin, amikasin, dibekasin tobramisin,
netilmisin, neomisin, paromomisin, framisetin.
Efek samping yang bisa ditemukan oleh penggunaan jenis antibiotik
ini antara lain : Secara umum, penggunaan aminoglikosida dapat
menyebabkan infeksi ringan, seperti ruam, eosinofilia, demam, diskrasia
darah, angioedema, dermatitis, stomatitis, dan syok.
Penggunaan Aminoglikosida juga dapat menimbulkan reaksi iritasi dan
tolcsik. Reaksi ini ditandai dengan rasa nyeri pada bekas suntikan yang
disertai dengan peningkatan suhu badan. Reaksi lainnya terjadi pada saraf
pusat berupa gangguan pendengaran dan keseimbangan. Gangguan yang
lainnya terjadi pada organ ginjal.

 Makrolida
Makrolida Yaitu jenis antibiotik yang bekerja untuk mencegah
biosintesis protein pada bakteri. Biasanya obat ini diberikan pada pasien
yang sensitif terhadap penisilin. Aktivitas dari mikrolida disebabkan karena
adanya cincin mikrolida dan cincin lakton besar yang berikatan dengan satu
atau lebih gula deoksi. Cincin lakton sendiri biasa tersusun dari 14, 15,
hingga 16 atom. Antibiotika ini biasanya digunakan untuk pengobatan jenis
infeksi yang disebabkan bakteri seperti infeksi saluran pernafasan, infeksi
lambung, dan lainnya.

Jenis antibiotika mikrolida antara lain :


• Eritromisin, digunakan untuk pengobatan infeksi Mycloplasma
pneumoniae, infeksi Klamidia, penyakit Legionnaire, Difter, Pertusis,
Stafilokokus, infeksi Camylobacter, Infeksi Streptokokus, Sifilis,
Tetanus, Gonore.
• Spiramisin, digunakan untuk pengobatan terapi infeksi yang terjadi
pada rongga mulut dan saluran pernafasan.
• Roksitromisin, digunakan untuk infeksi THT, bronkitis, pneumonia,
uretritis, infeksi kulit seperti pioderma, impetigo, dermatitis dengan
infeksi, ulkus pada kaki.
53

• Klaritromisin, indikasi penggunaannya sama seperti eritromisin


• Azitromisin, digunakan untuk mengobati infekti yang disebabkan
oleh bakteri seperti bronkitis, pneumonia, penyakit seksual, infeksi
telinga, paru-paru, kulit dan tenggorokan. Adapun efek samping yang
ditimbulkan adalah : Gangguan pada lambung, Mual, Diare,

 Sulfonamid

Sulfonamid yaitu kelompok zat antibakteri yang digunakan untuk


pengobatan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. Sifat dari antibiotik ini
adalah amfoter, artinya dapat membentuk garam baik dengan zat asam
maupun basa. Penggunaannya diantaranya adalah untuk mengobati penyakit
ginjal, insufiensi jantung, porfira akut, kerusakan parenkim hati, devisiensi
bawaan dari glukosa, hipersensivitas, perubahan komponen darah.
Antibiotik ini sebaiknya tidak diberikan pada wanita hamil dan menyusui,
serta pada bayi dibawah usia 6 bulan.

Jenis Sulfonamid antara lain:


• Cotrimoxazole
• Abatrim
• Bactoprim

Efek samping yang ditimbulkan antibiotik ini antara lain :


- Ruam
- Gagal ginjal
- Gangguan darah seperti depresi sumsum tulang dan agranulositosis
- Anemia hemolitis
- Reaksi alegi seperti urticaria
- Gangguan pencernakan seperti mual dan diare

 Fluoroquinolones

FluoroquinolonesYaitu antibakteri yang digunakan untuk terapi infeksi


saluran pernapasan dan saluran kencing. Antibiotik ini bekerja secara
langsung untuk mematikan DNA pada bakteri. Penggunaan antibiotik ini
biasanya diberikan pada pasien secara oral.
Adapun jenisnya antara lain
• Ciprofloxacin : antibiotic yang digunakan untuk menangani berbagai
jenis infeksi akibat bakteri, misalnya infeksi saluran kemih, infeksi pada
saluran pencernaan, infeksi pada mata, dan infeksi menular seksual. Obat
ini bekerja dengan membunuh atau mencegah perkembangan bakteri
54

yang menjadi penyebab bakteri. Bentuk obat berupa tablet, cair, obat
tetes, oles dan infus.
• Gemifloxacin
• Levofloxacin : obat antibiotic quinolone yang digunakan untuk
mengobati infeksi bakteri seperti infeksi saluran kemih, pneumonia,
sinusitis, infeksi kulit, jaringan lunak, dan infeksi prostat. Obat ini
bekerja dengan cara menghambat duplikasi DNA bakteri sehingga
mencegah perkembangannya. Bentuknya tablet.
• Moxifloxacin
• Norfloxacin
• Ofloxacin : obat antibiotik golongan kuinolon. Obat ini digunakab untuk
mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri seperti, infeksi saluran
kemih, infeksi saluran pernapasan, infeksi kulit, dan infeksi menural
seksual (gonorrhea). Bekerja dengan cara menghentikan pertumbuhan
dan memberantas bakteri penyebab infeksi tersebut. Berbentuk tablet.
Efek samping yang bisa ditimbulkan: Gangguan pencernakan seperti
mual, muntah, diare, Sakit kepala, Ruam kulit, Alergi, Kejang, Halusinasi,
Pecahnya tandon, Angioedema, Gangguan perkembangan tulang

 Tetrasiklin

TetrasiklinYaitu sejenis antimikroba yang bersifat bakteriostatik dan


menghambat sintesis protein bakteri. Antibakteri ini pertama kali ditemukan
oleh Lioyd Conover pada tahun 1955. Cara kerja antibiotik ini adalah
menghalangi masuknya komplek tRNA asam amino pada tempat asam amino,
sehingga bakteri tidak dapat berkembang biak. Antibiotik ini digunakan untuk
pengobatan infeksi yang terjadi pada teling bagian tengah, saluran pernafasan,
dan saluran kemih.
Adapun jenisnya antara lain :
• Tetrasikin, digunakan untuk pengobatan acne vulgaris dan rosacea,
infeksi saluran pernafasan, sinus, telinga bagian tengah, saluran kemih,
usus dua belas jari, dan gonore. Biasanya berbentuk tablet dan buffer.
• Doksisiklin, digunakan untuk pencegahan infeksi antraks, malaria, serta
infeksi kaki gajah. tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul
• Oksitetrasiklin, digunakan untuk pengobatan infeksi ricketsia klamidia,
saluran pernafasan, saluran pencernakan, kulit, jaringan lunak, dan
infeksi sexual. Biasanya tersedia dalam bentuk kapsul
• Minosiklin, digunakan untuk pengobatan pneumonia, infeksi pada
saluran pernafasan, jerawat, infeksi kulit, meningitis, infeksi kelamin,
dan saluran kemih. Tersedia dalam bentuk kapsul.
55

Efek samping
- Gangguan perut
- Sensitif terhadap cahaya
- Gangguan hati

 Polipeptida

PolipeptidaYaitu penyatuan dua atau lebih asam amino ke dalam satu


rantai. Jenis antibiotiik ini hanya diperuntukkan untuk pemakaian luar saja,
yaitu pada permukaan kulit, karena polipeptida dianggap cukup beracun.
Jenisnya antara lain :
• Bacitracin : obat yang digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi
bakteri pada luka ringan dikulit, misalnya luka goresan/irisan akibat
benda tajam dan luka bakar kecil. Bacitracin biasanya berbentuk topical
(oles atau semprot). Cara kerjanya dengan menghentikan terjadinya
pertumbuhan bakteri staphylococcus.
• Polimiksin B
• Colistin
Efek samping : Saat antibiotik ini disuntikkan kedalam kulit, dapat
mengakibatkan kerusakan ginjal dan saraf.
Para dokter biasanya memberikan antibiotik berdasarkan pada jenis
infeksi yang diderita pasien, serta memperhitungkan tingkat sensivitas pasien
pada antibiotik yang akan diberikan. Hal itu tentu saja dimaksudkan untuk
menghindari efek samping yang mungkin terjadi nantinya.

Anda mungkin juga menyukai