Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdarahan pada kehamilan selalu dianggap sebagai kelainan yang berbahaya.
Perdarahan pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus, sedangkan pada kehamilan
tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dan kehamilan
tuaialah kehamilan 28 minggu (dengan berat janin 1000 gram) , mengingat kehidupan janin
diluar uterus. Perdarahan yang bersumber pada kelainan palasenta, yang secara klinis yang
biasanya tidak tterlalu sukar untuk menentukannya, yaitu antara plasenta previa, dan solusio
palsenta (abrupsio plasentae), sehingga pembagian perdarahan antepartum dibagi menjadi 4,
yaitu plasenta previa, solusio palsenta, vasa previa dan perdarahan yang belum diketahui
penyebabnya.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan dari makalah ini dibuat ialah untuk menambah pengetahuan bagi pembuat
dan bagi pembaca makalah ini
2. Tujuan Khusus
Mahasiswa dapat menjelaskan :
a. Definisi penyakit perdarahan antepartum
b. Klasifikasi perdarahan antepartum
c. Cirri-ciri dari masing2 pembagian perdarahan antepartum
d. Patofisiologi penyakit Hipoparatiroidisme
e. Penatalaksanaan perdarahan antepartum








BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Pengertian
Perdarahan antepartum adalah perdarahan pada jalan lahir setelah kehamilan 20
minggu.

B. Klasifikasi perdarahan antepartum yaitu
I . Plasenta previa
a. pengetian
Plasenta previa merupakan plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir
(ostium uteri internum).
b. Ciri-ciri plasenta previa :
1. Perdarahan tanpa nyeri
2. Perdarahan berulang
3. Warna perdarahan merah segar
4. Adanya anemia dan renjatan yang sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya perlahan-lahan
6. Waktu terjadinya saat hamil
7. His biasanya tidak ada
8. Rasa tidak tegang (biasa) saat palpasi
9. Denyut jantung janin ada
10. Teraba jaringan plasenta pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala tidak masuk pintu atas panggul
12. Presentasi mungkin abnormal.
c. Klasifikasi plasenta previa berdasarkan terabanya jaringan plasenta melalui
pembukaan jalan lahir pada waktu tertentu :
1. Plasenta previa totalis : bila seluruh pembukaan jalan lahir tertutup oleh
plasenta.
2. Plasenta previa lateralis : bila hanya sebagian pembukaan jalan lahir tertutup
oleh plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : bila pinggir plasenta berada tepat pada pinggir
pembukaan jalan lahir.
4. Plasenta previa letak rendah : bila plasenta berada 3-4 cm diatas pinggir
pembukaan jalan lahir.

e. Etiologi plasenta previa belum jelas.
Diagnosis plasenta previa :
1. Anamnesis : adanya perdarahan per vaginam pada kehamilan lebih 20 minggu dan
berlangsung tanpa sebab.
2. Pemeriksaan luar : sering ditemukan kelainan letak. Bila letak kepala maka kepala
belum masuk pintu atas panggul.
3. Inspekulo : adanya darah dari ostium uteri eksternum.
4. USG untuk menentukan letak plasenta.
5. Penentuan letak plasenta secara langsung dengan perabaan langsung melalui kanalis
servikalis tetapi pemeriksaan ini sangat berbahaya karena dapat menyebabkan
perdarahan yang banyak. Oleh karena itu cara ini hanya dilakukan diatas meja
operasi.

f. Penatalaksanaan plasenta previa :
1. Konservatif bila :
a. Kehamilan kurang 37 minggu.
b. Perdarahan tidak ada atau tidak banyak (Hb masih dalam batas normal).
c. Tempat tinggal pasien dekat dengan rumah sakit (dapat menempuh
perjalanan selama 15 menit).

Perawatan konservatif berupa :
Istirahat.
-Memberikan hematinik dan spasmolitik unntuk mengatasi anemia.
Memberikan antibiotik bila ada indikasii.
Pemeriksaan USG, Hb, dan hematokrit.

Bila selama 3 hari tidak terjadi perdarahan setelah melakukan perawatan konservatif
maka lakukan mobilisasi bertahap. Pasien dipulangkan bila tetap tidak ada
perdarahan. Bila timbul perdarahan segera bawa ke rumah sakit dan tidak boleh
melakukan senggama

2. Penanganan aktif bila :
a) Perdarahan banyak tanpa memandang usia kehamilan.
b) Umur kehamilan 37 minggu atau lebih.
c) Anak mati
Penanganan aktif berupa :
- Persalinan per vaginam.
- Persalinan per abdominal.
Penderita disiapkan untuk pemeriksaan dalam di atas meja operasi (double set up)
yakni dalam keadaan siap operasi. Bila pada pemeriksaan dalam didapatkan :
1. Plasenta previa marginalis
2. Plasenta previa letak rendah
3. Plasenta lateralis atau marginalis dimana janin mati dan serviks sudah matang, kepala
sudah masuk pintu atas panggul dan tidak ada perdarahan atau hanya sedikit
perdarahan maka lakukan amniotomi yang diikuti dengan drips oksitosin pada partus
per vaginam bila gagal drips (sesuai dengan protap terminasi kehamilan). Bila terjadi
perdarahan banyak, lakukan seksio sesar.

Indikasi melakukan seksio sesar :
- Plasenta previa totalis
- Perdarahan banyak tanpa henti.
- Presentase abnormal.
- Panggul sempit.
- Keadaan serviks tidak menguntungkan (beelum matang).
- Gawat janin
- Pada keadaan dimana tidak memungkinkan dilakukan seksio sesar maka lakukan
pemasangan cunam Willet atau versi Braxton Hicks.

I I . Solusio plasenta
a. pengertian
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh plasenta pada implantasi
normal sebelum janin lahir.
b. Ciri-ciri solusio plasenta :
1. Perdarahan dengan nyeri
2. Perdarahan tidak berulang
3. Warna perdarahan merah coklat
4. Adanya anemia dan renjatan yang tidak sesuai dengan keluarnya darah
5. Timbulnya tiba-tiba
6. Waktu terjadinya saat hamil inpartu
7. His ada
8. Rasa tegang saat palpasi
9. Denyut jantung janin biasanya tidak ada
10. Teraba ketuban yang tegang pada periksa dalam vagina
11. Penurunan kepala dapat masuk pintu atas panggul
12. Tidak berhubungan dengan presentasi

c. Klasifikasi solusio plasenta berdasarkan tanda klinis dan derajat pelepasan plasenta
yaitu :
1. Ringan : Perdarahan kurang 100-200 cc, uterus tidak tegang, belum ada tanda
renjatan, janin hidup, pelepasan plasenta kurang 1/6 bagian permukaan, kadar
fibrinogen plasma lebih 120 mg%.
2. Sedang : Perdarahan lebih 200 cc, uterus tegang, terdapat tanda pre renjatan,
gawat janin atau janin telah mati, pelepasan plasenta 1/4-2/3 bagian
permukaan, kadar fibrinogen plasma 120-150 mg%.
3. Berat : Uterus tegang dan berkontraksi tetanik, terdapat tanda renjatan, janin
mati, pelepasan plasenta bisa terjadi lebih 2/3 bagian atau keseluruhan.
d. Etiologi solusio plasenta belum jelas.
e. Penatalaksanaan solusio plasenta :
Tergantung dari berat ringannya kasus. Pada solusio plasenta ringan dilakukan
istirahat, pemberian sedatif lalu tentukan apakah gejala semakin progresif atau
akan berhenti. Bila proses berhenti secara berangsur, penderita dimobilisasi.
Selama perawatan dilakukan pemeriksaan Hb, fibrinogen, hematokrit dan
trombosit.
Pada solusio plasenta sedang dan berat maka penanganan bertujuan untuk
mengatasi renjatan, memperbaiki anemia, menghentikan perdarahan dan
mengosongkan uterus secepat mungkin. Penatalaksanaannya meliputi :
1. Pemberian transfusi darah
2. Pemecahan ketuban (amniotomi)
3. Pemberian infus oksitosin
4. Kalau perlu dilakukan seksio sesar.
Bila diagnosa solusio plasenta secara klinis sudah dapat ditegakkan, berarti
perdarahan yang terjadi minimal 1000 cc sehingga transfusi darah harus diberikan
minimal 1000 cc. Ketuban segera dipecahkan dengan maksud untuk mengurangi
regangan dinding uterus dan untuk mempercepat persalinan diberikan infus
oksitosin 5 UI dalam 500 cc dekstrose 5 %.
Seksio sesar dilakukan bila :
1. Persalinan tidak selesai atau diharapkan tidak selesai dalam 6 jam.
2. Perdarahan banyak.
3. Pembukaan tidak ada atau kurang 4 cm.
4. Panggul sempit.
5. Letak lintang.
6. Pre eklampsia berat.
7. Pelvik score kurang 5.

I I I . Vasa Previa
a. pengertian
Vasa previa merupakan keadaan dimana pembuluh darah umbilikalis janin berinsersi
dengan vilamentosa yakni pada selaput ketuban.
b. Etiologi vasa previa belum jelas.
c. Diagnosis vasa previa :
Pada pemeriksaan dalam vagina diraba pembuluh darah pada selaput ketuban.
Pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan inspekulo atau amnioskopi. Bila sudah
terjadi perdarahan maka akan diikuti dengan denyut jantung janin yang tidak
beraturan, deselerasi atau bradikardi, khususnya bila perdahan terjadi ketika atau
beberapa saat setelah selaput ketuban pecah. Darah ini berasal dari janin dan untuk
mengetahuinya dapat dilakukan dengan tes Apt dan tes Kleihauer-Betke serta hapusan
darah tepi.
d. Penatalaksanaan vasa previa :
Sangat bergantung pada status janin. Bila ada keraguan tentang viabilitas janin,
tentukan lebih dahulu umur kehamilan, ukuran janin, maturitas paru dan pemantauan
kesejahteraan janin dengan USG dan kardiotokografi. Bila janin hidup dan cukup
matur dapat dilakukan seksio sesar segera namun bila janin sudah meninggal atau
imatur, dilakukan persalinan pervaginam.

I V. Perdarahan antepartum yang belum diketahui penyebabnya.
I V. Perdarahan antepartum yang tidak jelas sumbernya (idiopatik)


ASUHAN KEPERAWATAN
Perawatan adalah pelayanan esensial dilakukan oleh perawatan propesional. Bagi
individu, keluarga dan masyarakat yang mempunyai masalah kesehatan dengan tujuan
menolong mereka meningkatkan kesehatan semaksimal mungkin sesuai dengan profesinya.
Pelayanan keperawatan yang diberikan pada klien HAP atas indikasi plasenta previa
akan berhasil apabila asuhan keperawatan yang diberikan baik dan benar. Berdasarkan hal ini
perawat dituntut memiliki pengetahuan tentang penyakit klien dan tindakan apa saja yang
harus dilakukan, selain itu perawat harus berfikir dan bekerja secara dinamis.
Proses kererawatan digunakan oleh perawat untuk memecahkan masalah yang
dihadapi klien, secara tuntas yang didasari prinsip-prinsip ilmiah sertamempertimbangkan
klien sebagai makluk yang utuh (bio, psiko, social, dan spiritual) dan bersifat unik.
Penerapan proses keperawatan klien ni adalah empat tahap yaitu pengkajian,
intervestasi dan evaluasi.

1. Pengkajian
Pengkajian adalah pendekatan yang sistematis untuk mengumpulkan data
perkelompok dan menganalisanya sehingga dapat diketahui masalah dan kebutuhan untuk
perawatan klien. Tujuan utama pengkajian adalah untuk memberi gambaran secara
terus menerus mengenai keadaan kesehatan yang memungkinkan perawat merencanakan
asal keperawatan pada klien HAP. Langkah pertama dalam pengkajian terhadap klien
HAP adalah mengumpulkan data. Adapun data-data yang dikumpulkan yaitu :
a. Identitas umum
b. Riwayat kesehatan
1. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya kemungkinan klien pernah mengalami riwayat diperlukan uterus seperti
seksio sasaria curettage yang berulang-ulang.
Kemungkinan klien mengalami penyakit hipertensi DM, Hemofilia serta
mengalami penyakit menular seperti hepatitis.
Kemungkinan pernah mengalami abortus
2. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya terjadi perdarahan tanpa alasan
Perdarahan tanpa rasa nyeri
Perdarahan biasanya terjadi sejak triwulan ketiga atau sejak kehamilan 20
minggu.
3. Riwakat kesehatan keluarga
Kemungkinan keluarga pernah mengalami kesulitan kehamilan lainnya.
Kemungkinan ada keluarga yang menderita seperti ini
Kemungkinan keluarga pernah mengalami kehamilan ganda.
Kemungkinan keluarga menderita penyakit hipertensi DM, Hemofilia dan
penyakit menular.
4. Riwayar Obstetri
Riwayat Haid/Menstruasi
Minarche : 12 th
Siklus : 28 hari
Lamanya : 7 hari
Baunya : amis
Keluhan pada haid : tidak ada keluhan nyeri haid
5. Riwayat kehamilan dan persalinan
Multigravida
Kemungkinan abortus
Kemungkinan pernah melakukan curettage
6. Riwayat nipas
Lochea Rubra
Bagaimana baunya, amis
Banyaknya 2 kali ganti duk besar
Tentang laktasi
Colostrum ada
c. Pemeriksaan tanda-tanda vital
Suhu tubuh, suhu akan meningkat jika terjadi infeksi
Tekanan darah, akan menurun jika ditemui adanya tanda syok
Pernapasan, nafas jika kebutuhan akan oksigen terpenuhi
Nadi, nadi melemah jika ditemui tanda-tanda shok

d. Pemeriksaan fisik
Kepala, seperti warna, keadaan dan kebersihan
Muka, biasanya terdapat cloasmagrafidarum, muka kelihatan pucat.
Mata biasanya konjugtiva anemis
Thorak, biasanya bunyi nafas vesikuler, jenis pernapasan thoracoabdominal
Abdomen
Inspeksi : terdapat strie gravidarum
Palpasi :
Leopoid I : Janin sering belum cukup bulan,jadi fundus uteri masih
rendah
Leopoid II : Sering dijumpai kesalahan letak
Leopoid III : Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala
biasanya kepala masih goyang atau terapung(floating) atau mengolak diatas
pintu atas panggul.
Leopoid IV : Kepala janin belum masuk pintu atas panggul
Perkusi : Reflek lutut +/+
Auskultasi : bunyi jantung janin bisa cepat lambat. Normal 120.160
Genetalia biasanya pada vagina keluar dasar berwarna merah muda
Ekstremitas. Kemungkinan udema atau varies. Kemungkinan akral dingin.

e. Pemeriksaan penunjang
Data laboraturium, memungkinkan Hb rendah. Hb yang normal (12-14gr%)
leokosit meningkat (Normal 6000-1000 mm3). Trombosit menurun (normal 250
ribu 500 ribu).

f. Data sosial ekonomi
Plaesnta previa dapat terjadi pada semua tingkat ekonomi namun pada umumnya
terjadi pada golongan menengah kebawah , hal ini juga dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan yang dimilikinya.

Dari pengkajian yang telah diuraikan diatas dapat disusun beberapa diagnosa keperawatan
yang memungkinkan ditemukan pada klien HAP atas indikasi plasenta precia antara lain :
1. Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada
segmen bawah rahim ( Susan Martin Tucker,dkk 1988:523)
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari berhubungan dengan ketidak mampuan
merawat diri. Sekunder keharusan bedrest (Linda Jual Carpenito edisio :326)
3. Resiko rawat janin : fital distress berhubungan dengan tidak ada kuatnya perfusi darah
ke plasenta (Lynda Jual Carpenito,2000: 1127) post seksio.
4. Gangguan rasa nyaman : Nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot
perut (Susan Martin Tucker,dkk 1988 : 624).
5. Intolerasi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik (Barbara Enggram
:1998:371)
6. Resiko infeksi berhubungan dengan terbukanya tempat masuknya mikro organisme
sekunder terhadap luka operasi sesarea.
7. Kecemasan berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan dan
pengobatan (Susan Martin Tucker,dkk 1988).

2. Perencanaan
Perencanaan keperawatan adalah bagian selanjutnya dari proses keperawatan. Dan hasil
pengkajian seorang perawat mampu menentukan rencana tindakan yang akan dilakukan
pada klien. Perencanaan ini dikembangkan sesuai dengan kebutuhan klien dan mengatasi
masalahnya. Adapun rencana tindakan dari diagnosa tersebut adalah :
1. DX I
Resiko perdarahan berulang berhubungan dengan efek penanaman plasenta pada
segmen bawah rahim
Tujuan :
Klien tidak mengalami perdarahan berulang
Intervensi :
a. Anjurkan klien untuk membatasi perserakan
Rasional : Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan plasenta
sehingga dapat terjadi perdarahan
b. Kontrol tanda-tanda vital (TD, Nadi, Pernafasan, suhu)
Rasional : Dengan mengukur tanda-tanda vital dapat diketahui secara dini
kemunduran atau kemajuan keadaan klien.
c. Kontrol perdarahan pervaginam
Rasional : Dengan mengontrol perdarahan dapat diketahui perubahan perfusi
jaringan pada plasenta sehingga dapat melakukan tindakan segera.
d. Anjurakan klien untuk melaporkan segera bila ada tanda-tanda perdarahan lebih
banyak
Rasional : Pelaporan tanda perdarahan dengan cepat dapat membantu dalam
melakukan tindakan segera dalam mengatasi keadaan klien.
e. Monitor bunyi jantung janin
Rasional : Denyut jantung lebih >160 serta< 100dapat menunjukkan gawat janin
kemungkinan terjadi gangguan perfusi pada plasenta
f. Kolaborasi dengan tim medis untuk mengakhiri kehamilan
Rasional : Dengan mengakhiri kehamilan dapat mengatasi perdarahan secara dini.
2. DX II
Gangguan pemenuhan ketuban sehari-hariberhubungan dengan ketidakmampuan merawat
diri sekunder keharusan bedres
Tujuan :
Pemenuhan kebutuhan klien sehari-hari terpenuhi
Intervensi :
a. Bina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien dengan menggunakan
komunikasi therapeutik
Rasional : Dengan melakukan komunikasi therapeutic diharapkan klien kooperatif
dalam melakukan asuhan keperawatan.
b. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan dasar
Rasional :Dengan membantu kebutuhan klien seperti mandi, BAB,BAK,sehingga
kebutuhan klien terpenuhi,
c. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan
Rasional : Dengan melibatkan keluarga, klien merasa tenang karena dilakukan oleh
keluarga sendiri dan klien merasa diperhatikan.
d. Dekatkan alat-alat yang dibutuhkan klien
Rasional : Dengan mendekatkan alat-alat kesisi klien dengan mudah dapat
memenuhi kebutuhannya sendiri.
e. Anjurkan klien untuk memberi tahu perawat untuk memberikan bantuan
Rasional : Dengan memberi tahu perawat sehingga kebutuhan klien dapat
terpenuhi.
3. DX III
Resiko rawat janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darak ke plasenta
Tujuan :
Gawat janin tidak terjadi
Intervensi :
a. Istirahatkan klien
Rasional : melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah
b. Anjurkan klien agar miring kekiri
Rasional : Posisi tidur menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan
meningkatkan aliran balik vena ke jantung
c. Anjurkan klien untuk nafas dalam
Rasional : Dengan nafas dalam dapat meningkatkan konsumsi O2 pada ibu sehingga
O2 janin terpenuhi
d. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen
Rasional : Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga
konsumsi pada janin meningkat.
e. Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian kortikosteroit
Rasional : Korticosteroit dapat meningkatkan ketahanan sel terutama organ-organ
vital pada janin.

4. DX IV
Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan trauma jaringan dan spasme otot perut
Tujuan :
Rasa nyaman terpenuhi
Intervensi :
a. Kaji tingkat nyeri yang dirasakan klien
Rasional : Dengan mengkaji tingkat nyeri, kapan nyeri dirasakan oleh klien dapat
disajikan sebagai dasar dan pedoman dalam merencanakan tindakan keperawatan
selanjutnya.
b. Jelaskan pada klien penyebab nyeri
Rasional : Dengan memberikan penjelasan pada klien diharapkan klien dapat
beradaptasi dan mampu mengatasi rasa nyeri yang dirasakan klien.
c. Atur posisi nyaman menurut klien tidak menimbulkan peregangan luka.
Rasional : Peregangan luka dapat meningkatkan rasa nyeri.
d. Alihkan perhatian klien dari rasa nyeri dengan mengajak klien berbicara.
Rasional: Dengan mengalihkan perhatian klien, diharapkan klien tidak terpusatkan
pada rasa nyeri
e. Anjurkan dan latih klien teknik relaksasi (nafas dalam)
Rasional : Dengan teknik nafas dalam diharapkan pemasukan oksigen ke jaringan
lancar dengan harapan rasa nyeri dapat berkurang.
f. Kontrol vital sign klien
Rasional :Dengan mengontrol/menukur vital sign klien dapat diketahui kemunduran
atau kemajuan keadaan klien untuk mengambil tindakan selanjutnya.
g. Kolaborasi dengan dokter dalam memberikan analgetik
Rasional : Analgetik dapat menekan pusat nyeri sehingga nyeridapat berkurang.























BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perdarahan antepartum pada kehamilan muda disebut keguguran atau abortus,
sedangkan pada kehamilan tua disebut perdarahan antepartum. Batas teoritis antara
kehamilan muda dan kehamilan tuaialah kehamilan 28 minggu (dengan berat janin
1000 gram) , mengingat kehidupan janin diluar uterus. Perdarahan yang bersumber
pada kelainan palasenta, yang secara klinis yang biasanya tidak terlalu sukar untuk
menentukannya, yaitu antara plasenta previa, dan solusio palsenta (abrupsio plasentae),
sehingga pembagian perdarahan antepartum dibagi menjadi 3, yaitu plasenta previa,
solusio palsenta dan perdarahan yang belum diketahui penyebabnya.
Pertolongan pertama jika perdarahan sangat banyak yang harus dilakukan adalah
membawa klien segera ke rumah sakit, untuk mencegah terjadinya syok perdarahan
sebaiknya pemasangan infuse intravena segera dipasang dan jangan sekali2 dilakukan
pemerisaan dalam, karena tindakan tersebut dapat memperparah keadaannya. Dan
pemasangan tampon merupakn hal yang salah, karena hal tersebut menambah
perdarahan karena sentuhan pada servik saat pemasangannya.saat dirumah sakit segera
periksa golongan darahnya, beri tranfusi sesuai perdarahan yang keluar. Pertolongan
selanjutnya tergantung tuanya kehamilan, banyaknya perdarahan, keadaan ibu, keadaan
janin sudah atau belum mulai persalinannya, dan diagnose segera ditegakkan.

B. Saran
Berdasarkan permasalahan asuhan keperawatan pada klien dengan perdarahan
antepartum. maka penulis memberikan saran kiranya berarti bagi penulis, pihak terkait
dan pembaca.
1. Mahasiswa
Bagi mahasiswa keperawatan hendaknya menambah referensi yang terbaru tentang
asuhan keperawatan pada klien dengan perdarahan antepartum. Sehingga dapat
memperkaya pengetahuan dan mengaplikasikannya dalam praktek keperawatan.
2. Perawat
Sebagai perawat profesional hendaknya melakukan asuhan keperawatan secara
komprehensif berdasarkan ilmu dan keterampilan yang diperoleh selama pendidikan
sebelumnya tanpa mengabaikan etika profesi keperawatan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Pengurus Perkumpulan Obstetri dan Ginekologi Indonesia. Perdarahan
Antepartum. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi Bag. I. Jakarta. 1991 : 9-13.
2. Gasong MS, Hartono E, Moerniaeni N, Rambulangi J. Penatalaksanaan Perdarahan
Antepartum. Bagian Obstetri dan Ginekologi FK UNHAS, Ujung Pandang, 1997.
3. Update : 21 Februari 2006
Sumber :
Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi, dr. I.M.S. Murah Manoe, Sp.OG.,
dr. Syahrul Rauf, Sp.OG., dr. Hendrie Usmany, Sp.OG. (editors). Bagian / SMF Obstetri dan
Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Rumah Sakit Umum Pusat, dr.
Wahidin Sudirohusodo, Makassar, 1999.

Anda mungkin juga menyukai