Anda di halaman 1dari 17

ASKEP KASUS

KUSTA
Disusun
oleh:
AJI MAULANA MAJID M. IMADUDDIN
AYU NURAINI NADHIRA ANINDITA R
DELA SAFARINGGA RISCA KUSMINTARTI
DEVI NURUL AISYAH SINDY DWI ANNISA
DEWI NOVITA SARI SUSI WULANDARI
DEFINISI
Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (mikobakterium
leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya.(Depkes RI, 1998)
 
Kusta merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh infeksi mikobakterium leprae.
(Mansjoer Arif, 2000)
 
Kusta adalah penyakit infeksi kronis yang di sebabkan oleh mycobacterium lepra yang
interseluler obligat, yang pertama menyerang saraf tepi, selanjutnya dapat menyerang
kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem endotelial, mata,otot, tulang, dan
testis ( djuanda, 4.1997 )
ETIOLOGI
Penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Myobacterium leprae yang ditemukan pada
tahun 1874, oleh GA Hansen . Kuman ini berbentuk batang, gram positip, berukuran 0.34
x 2 mikron dan berkelompok membentuk globus. Kuman Myohacterium leprae hidup pada
sel Schwann dan sistim retikuloendotelial, dengan masa generasi 12­24 hari, dan termasuk
kuman yang tidak ganas serta lambat berkembangnya.
Kuman-kuman kusta berbentuk batang, biasanya berkelompok dan ada yang tersebar
satu-satu dengan ukuran panjang 1-8 mic, lebar 0,2-0,5 mic yang bersifat tahan asam.
MANIFESTASI KLINIS
Menurut (Dep Kes RI. Dirjen PP & PL, 2007). Tanda-tanda utama atau
Cardinal Sign penyakit kusta, yaitu:
1. Lesi (kelainan) kulit yang mati rasa
 Kelainan kulit/lesi dapat berbentuk bercak keputih-putihan
(hypopigmentasi) atau kemerah-merahan (erithematous) yang mati
rasa (anaesthesi).
2. Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf.
Gangguan fungsi saraf ini merupakan akibat dari peradangan kronis
saraf tepi (neuritis perifer). Gangguan fungsi saraf ini bisa berupa :
 Gangguan fungsi sensori seperti mati rasa
 Gangguan fungsi motoris seperti kelemahan otot (parese) atau
kelumpuhan (paralise)
 Gangguan fungsi otonom seperti kulit kering dan retak-retak.
3. Adanya bakteri tahan asam (BTA) didalam kerokan jaringan kulit (BTA+)
KLASIFIKASI
1. Klasifikasi Internasional: Klasifikasi Madrid (1953)
 Indeterminate (I)
 Tuberkuloid (T)
 Boderline-Dimorphous (B)
 Lepromatosa (L)
2. Klasifikasi untuk kepentingan riset: Klasifikasi Ridley-Jopling (1962)
 Tuberkoloid (TT)
 Borderline tuberculoid (BT)
 Mid-Borderline (BB)
 Borderline Lepromatous (BL)
 Lepromatosa (LL)
3. Klasifikasi menurut WHO (1995) terbagi menjadi dua kelompok, yaitu:
 Pause Basiler (PB) : I, TT, BT
 Multi Basiler (MB) : BB, BL, LL
PERBEDAAN ANTARA KUSTA PAUSE BASILER (PB)
DENGAN MULTI BASILER (MB) MENURUT WHO
No.
Kelainan kulit & hasil
pemeriksaan
Pause Basiler Multiple Basiler
1. Bercak (makula)    
a. Jumlah a. 1-5 a. Banyak
b. Ukuran b. Kecil dan besar b. Kecil-kecil
c. Distribusi c. Unilateral atau bilateral c. Bilateral, simetris
  asimetris  
d. Konsistensi d. Kering dan kasar d. Halus, berkilat
e. Batas e. Tegas e. Kurang tegas
f. Kehilangan rasa pada f. Selalu ada dan jelas f. Biasanya tidak jelas, jika
bercak   ada terjadi pada yang
    sudah lanjut
  g. Bercak tidak berkeringat, g. Bercak masih berkeringat,
g.  Kehilangan ada bulu rontok pada bulu tidak rontok
berkemampuan bercak
berkeringat, berbulu
rontok pada bercak
2. Infiltrat    
a. Kulit a. Tidak ada a. Ada, kadang-kadang tidak
    ada
b. Membrana mukosa b. Tidak pernah ada b. Ada, kadang-kadang tidak
tersumbat perdarahan ada
dihidung
3. Ciri hidung ”central healing” a. Punched out lessi
penyembuhan ditengah b. Medarosis
c. Ginecomastia
d. Hidung pelana
e. Suara sengau
4. Nodulus Tidak ada Kadang-kadang ada
5. Penebalan saraf tepi Lebih sering terjadi dini, Terjadi pada yang lanjut
asimetris biasanya lebih dari 1 dan
simetris
6. Deformitas cacat Biasanya asimetris terjadi dini Terjadi pada stadium lanjut
7. Apusan BTA negatif BTA positif
ASUHAN KEPERAWATAN PADA TN. Y DENGAN
KUSTA/MERBUS HANSEN

PENGKAJIAN
Identifikasi
Nama : Tn. Y
Jenis Kelamin : Laki - laki
Umur : 55 th
Kebangsaan : Indonesia
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Swasta
Alamat : Jalan sukamakmur, Mojokerto
MRS : 30 April 2012

Anamnesis
Keluhan Utama
Klien mengeluh adanya lesi, disertai kelemahan otot serta mati rasa.
Riwayat Penyakit Sekarang
Tn. Y umur 55 th, datang ke Rumah Sakit mengeluh tangan
dan kakinya mati rasa serta mengalami kelemahan otot yang
diawali rasa sedikit nyeri pada lokasi-lokasi yang saat ini mati
rasa. Hal ini telah dirasakan sejak satu bulan terakhir. Pada
seluruh tubuh Tn. A terdapat lesi serta benjolan – benjolan
kemerahan di bagian wajah, badan, tangan, dan kaki. Setelah
dilakukan kultur jaringan kulit, ternyata ditemukan kuman tahan
asam ( BTA positif ). Oleh dokter Tn. A didiagnosa terkena
penyakit morbus hansen.
Riwayat Penyakit Dahulu : gatal yang sering disertai nyeri
Riwayat Penyakit Keluarga
 Ada salah satu dari anggota keluarga klien yang menderita kusta.
Riwayat Psikososial
 Klien merasa malu karena sebagian besar masyarakat akan beranggapan bahwa
penyakit ini merupakan penyakit menular, sehingga klien menjadi menarik diri dari
lingkungan di sekitarnya.
Pola aktivitas sehari – hari
 Aktifitas sehari-hari klien terganggu karena adanya kelemahan pada tangan dan kaki
maupun kelumpuhan.

Review Of System ( ROS )


 B1 ( Breeth ) : Ventilasi tidak adekuat, takipneu
 B2 ( Blood ) : Penurunan nadi perifer
 B3 ( Brain ) : Tidak sensitive terhadap sentuhan, suhu, dan tidak merasakan nyeri.
 B4 ( Bladder ) : tidak ditemukan masalah
 B5 ( Bowel ) : Anoreksia
 B6 ( Bone ) : Kelemahan otot, penurunan kekuatan masa otot, perubahan tonus
otot.
ANALISA DATA
No. Data Etiologi Masalah
Keperawatan
1 DS : klien mengatakan ada Kusta/Lepra/Morbus Hansen Kerusakan integritas
benjolan-benjolan kemerahan   kulit
di wajah, badan, tangan dan Kerusakan jaringan tubuh
 
kakinya.
Inflamasi pada kulit
DO : Terdapat lesi, kulit kering,  
 
tebal, mengeras dan pecah-
Kerusakan integritas kulit
pecah.
2 DS : klien mengatakan nyeri di Kusta/Lepra/Morbus Hansen Gangguan rasa
kulit bagian tangan dan   nyaman nyeri
kakinya
DO : Kerusakan jaringan tubuh

 Raut wajah klien kesakitan  

 Nadi dan RR meningkat


Inflamasi pada kulit dan
 
saraf tepi
 
Nyeri
NEXT….
3 DS : klien mengatakan Kusta/Lepra/Morbus Hansen Intoleransi aktivitas
tangan dan kakinya mati
rasa sehingga merasa Kerusakan jaringan tubuh
lemah  
DO : Inflamasi pada saraf tepi (sel
 Saat melakukan aktivitas, schwann)
klien dibantu oleh  
keluarganya. Degenerasi hialin/fibrosis
 Perawatan diri klien  
dibantu oleh orang lain Kehilangan sensasi/sensori
menurun
 
Kelumpuhan
 
Intoleransi aktivitas
4 DS : klien merasa malu Kusta/Lepra/Morbus Hansen Gangguan konsep diri
terhadap lingkungan   (citra diri)
sekitarnya Kehilangan sensasi/sensori menurun
DO : klien menarik diri, tidak  
pernah keluar dari Cedera
rumahnya.  
  Gangren
 
Deformasi
 
Perubahan penampilan, gaya hidup,
peran, dan respon orang lain
 
Gangguan konsep diri
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan proses
inflamasi
2. Gangguan rasa nyaman, nyeri yang berhubungan dengan proses
inflamasi jaringan
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
4. Gangguan konsep diri (citra diri) yang berhubungan dengan
ketidakmampuan dan kehilangan fungsi tubuh
INTERVENSI
1. Kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan lesi dan proses inflamasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan proses inflamasi berhenti dan
berangsur-angsur sembuh.
Kriteria Hasil : N Intervensi Rasional
 Menunjukkan regenerasi jaringan o
1. Kaji/ catat warna lesi,perhatikan jika ada Memberikan inflamasi dasar tentang
 Mencapai penyembuhan tepat jaringan nekrotik dan kondisi sekitar luka terjadi proses inflamasi dan atau
waktu pada lesi   mengenai sirkulasi daerah yang terdapat
lesi
2. Berikan perawatan khusus pada daerah Menurunkan terjadinya penyebaran
yang terjadi inflamasi inflamasi pada jaringan sekitar.
   

3. Evaluasi warna lesi dan jaringan yang Mengevaluasi perkembangan lesi dan
terjadi inflamasi perhatikan adakah inflamasi dan mengidentifikasi terjadinya
penyebaran pada jaringan sekitar komplikasi.
   
 
4. Bersihan lesi dengan sabun pada waktu Kulit yang terjadi lesi perlu perawatan
direndam khusus untuk mempertahankan
kebersihan lesi
 
5. Istirahatkan bagian yang terdapat lesi dari Tekanan pada lesi bisa maenghambat
  tekanan proses penyembuhan
    Menjaga agar kulit tetap halus dan
6. Berikan lotion pada permukaan kulit yang lembab dan tidak mudah menimbulkan
kering lesi baru.
INTERVENSI
2. Gangguan rasa nyaman, nyeri yang berhubungan dengan proses inflamasi
jaringan
Tujuan :setelah dilakukan tindakan keperawatan proses inflamasi berhenti dan
berangsur-angsur hilang
Kriteria :
 inflamasi dapat berkurang No. Intervensi Rasional
Observasi lokasi, Memberikan informasi
 nyeri berkurang dan hilang.
intensitas dan untuk membantu dalam
1. penjalaran nyeri memberikan intervensi.
 
 
Observasi tanda- Mengetahui perkembangan
2. tanda vital atau keadaan pasien
 
Ajarkan dan anjurkan Dapat mengurangi rasa
melakukan tehnik nyeri
3. distraksi dan
relaksasi
 
Kolaborasi untuk Menghilangkan rasa nyeri
pemberian analgesik  
4. sesuai indikasi
 
INTERVENSI
3. Intoleransi aktivitas yang berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan kelemahan fisik dapat teratasi dan
aktivitas dapat dilakukan
Kriteria Hasil: N Intervensi Rasional
o
 Pasien dapat melakukan aktivitas .
sehari-hari 1. Pertahankan posisi tubuh Meningkatkan posisi fungsional pada
 Kekuatan otot penuh yang nyaman ekstremitas
   
2. Perhatikan sirkulasi, Oedema dapat mempengaruhi
gerakan, kepekaan sirkulasi pada ekstremitas
pada kulit
3. Lakukan latihan rentang Mencegah secara progresif
gerak secara konsisten, mengencangkan jaringan,
diawali dengan pasif meningkatkan pemeliharaan
kemudian aktif fungsi otot/ sendi
 
4. Jadwalkan pengobatan dan Meningkatkan kekuatan dan
aktifitas perawatan untuk toleransi pasien terhadap
memberikan periode aktifitas
istirahat
 
5. Dorong dukungan dan Menampilkan keluarga / oarng
bantuan keluarga/ terdekat untuk aktif dalam
orang yang terdekat perawatan pasien dan memberikan
pada latihan terapi lebih konstan
 
INTERVENSI
4. Gangguan konsep diri (citra diri) yang berhubungan dengan ketidakmampuan
dan kehilangan fungsi tubuh
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tubuh dapat berfungsi secara optimal
dan konsep diri meningkat
No Intervensi Rasional
Kriteria : .
 Pasien menyatakan penerimaan
1. Kaji makna Episode traumatik
situasi diri. perubahan pada mengakibatkan
 Memasukkan perubahan dalam pasien perubahan tiba-tiba. Ini
konsep diri tanpa harga diri negatif memerlukan dukungan
dalam perbaikan optimal
 
2. Berikan penguatan Kata-kata penguatan
positif dapat mendukung
  terjadinya perilaku koping
positif
 

3. Berikan kelompok Meningkatkan ventilasi


pendukung untuk perasaan dan
orang terdekat memungkinkan respon
yang lebih membantu
pasien
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai