Anda di halaman 1dari 73

SEMINAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY N DENGAN MIOMA UTERI + ANEMIA DI


RUANGAN KEBIDANAN RSUD LUBUK SIKAPING

TAHUN 2021

DI SUSUN OLEH :

KELOMPOK 2

ILMAN
MASKHAIRANI
MARDALINDA
MILA DANIA
POETRI ERYANTI
REZKITA AYU WAHYUNI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATA DAN KESEHATAN MASYARAKAT


INSTITUT KESEHATAN PRIMA NUSANTARA BUKITTINGGI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

 
Puji sukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Myioma Uterri Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang akan diseminarkan pada mata
ajar meternitas.
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini untuk menambah pengetahuan dan wawasan kami
selaku mahasiswa dalam bidang kesehatan agar dapat lebih memahami lagi
tentang berbagai macam penyakit, bagaimana terjadinya serta melakukan perawatan terhadap pe
nyakit tersebut.

Dalam penyusunan tugas ini kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, kami tidak luput dari kesalahan baik darisegi
tehnik penulisan maupun tata bahasa.Tetapi walaupun demikian kami berusaha sebisa mungkin
menyelesaikan tugas ini.

Demikian, semoga makalah tulisan ini dapat bermanfaat bagi kami selaku penyusu dan
pembac umumnya.Kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.

Lubuk sikaping, 3 maret 2021

Kelompok
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................

1. Latar Belakang..................................................................................................................
2. Tujuan ..............................................................................................................................
3. Manfaat ............................................................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA...................................................................................................

A. KONSEP DASAR MIOMA UTERI.....................................................................................


1. Pengertian .........................................................................................................................
2. Anatomi fisiologi..............................................................................................................
3. Etioloi................................................................................................................................
4. Klasifikasi.........................................................................................................................
5. Patofisiologi......................................................................................................................
6. Woc...................................................................................................................................
7. Menifestasi klinis..............................................................................................................
8. Penatalaksanaan................................................................................................................
9. Pemeriksaan penunjang.....................................................................................................
10. Komplikasi........................................................................................................................
11. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis ...............................................................
12. Gambaran Klinis Mioma ..................................................................................................
13. Penanganan Mioma Uteri .................................................................................................
B. ASKEP TEORITIS ...............................................................................................................

BAB III TINJAUAN KASUS.......................................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................................................

BAB V PENUTUP .......................................................................................................................

1. Kesimpulan ......................................................................................................................
2. Saran .................................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hal penting untuk mencapai derajat kesehatan adalah dengan memperhatikan
kesehatan wanita, terutama kesehatan reproduksi karena hal tersebut berdampak luas,
menyangkut berbagai aspek kehidupan, serta merupakan parameter kemampuan negara
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.Kesehatan reproduksi
wanita berpengaruh besar dan berperan penting terhadap kelanjutan generasai penerus suatu
negara (Manuaba, 2009).
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan
tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segalah hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsinya serta proses-prosesnya.Kesehatan reproduksi menurut WHO
adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit
atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi,
serta prosesnya (Nugroho, 2012).
Salah satu penyakit reproduksi adalah mioma uteri.Mioma uteri merupakan suatu tumor
jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat
fibrous.Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid.Mioma
uteri ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,
terutama wanita sesudah produktif atau menopouse (Aspiani, 2017).Menurut WHO kejadian
mioma uteri sekitar 20% sampai 30% dari seluruh wanita didunia dan terus mengalami
peningkatan. Mioma uteri ditemukan 30% sampai 50% pada perempuan usia subur
(Robbins, 2007). Menurut Wise penelitiannya di Amerika serikat periode 1997-2007
melaporkan 5.871 kasus mioma uteri dari 22.120 terjadi pada wanita kulit hitam dengan
prevalensi Kejadian mioma uteri di Indonesia ditemukan 2.39% - 11.7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat di rumah sakit, penyakit mioma uteri sering ditemukan
pada wanita nullipara (belum pernah melahirkan) ataupun pada wanita kurang subur. Mioma
uteri diperkirakan antara 20% sampai 25% terjadi pada wanita berusia diatas 35 tahun
(Aspiani, 2017).
Menurut Apriyani faktor-faktor terjadinya mioma uteri ada empat diantaranya usia
reproduksi sebanyak 65,0%, paritas multipara sebanyak 47,5%, dengan usia menarhe normal
sebanyak 95%, dan status haid tidak teratur sebanyak 52,5%.
Mioma uteri diduga merupakan penyakit multifaktorial.Mioma mulai dari benih-benih
multipel yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium.Benih ini tumbuh sangat lambat
tetapi progresif dibawah pengaruh hormon estrogen terhadap sel-sel yang ada di otot
rahim.Mioma menimbulkan gejala berupa perdarahan abnormal, rasa nyeri dan rasa adanya
tekanan didaerah sekitar panggul yang dapat menciptakan rasa sakit hingga menjalar ke
punggung (Manuaba, 2009).
Perdarahan abnormal merupakan gejala yang paling sering di alami oleh wanita
penderita mioma uteri.Perdarahan bisa diakibatkan karena pembesaran mioma sehingga
menekan organ disekitarnya seperti tertekannya kandung kemih, usus besar, pelebaran
pembuluh darah dan gangguan ginjal karena akibat pembesaran dan penekanan mioma uteri
terhadap saluran kemih.Mioma uteri dapat mengakibatkan permukaan endometrium yang
lebih luas dari pada biasanya.Perdarahan mioma uteri dapat berdampak pada ibu hamil dan
penderita mioma uteri itu sendiri. Ibu hamil akan mengalami dampak berupa abortus
spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi. Pada penderita mioma uteri akan
mengalami perdarahan yang banyak dan dapat mengakibatkan anemia. Pendarahan juga
dapat terjadi pada pencernaan karena perluasan dan pembesaran mioma uteri sehingga
pasien mioma uteri tidak hanya dilakukan operasi pada alat kelamin tetapi juga dapat
dilakukan operasi pencernaan (colostomy).Pada kasus ini pasien mioma uteri mengalami
komplikasi yang berat dan dapat memperburuk kesehatan dan tidak jarang pasien tersebut
mengalami penurunan kesehatan karena terjadi gangguan pada nutrisi dan tubuh mengalami
kelemahan hingga menjadi syok dan pada akhirnya menimbulkan kematian (Aspiani, 2017).
Hampir dari separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
pelvik rutin.Penderita memang tidak mempunyai keluhan apaapa dan tidak sadar bahwa
pederita mengalami penyakit mioma uteri.Pengobatan mioma uteri bervariasi tergantung
pada umur ibu atau penderita, jumlah anak yang dimiliki, lokasi mioma uteri di rahim, dan
besar mioma uteri. Prinsip pengobatannya adalah melakukan operasi pengangkatan total
atau sebagian, pemberian hormon dan radiasi untuk menghilangkan fungsinya sehingga
diharapkan dapat mengecilkan tumor (Manuaba, 2009).
Menurut American College of Obstetricians and Gineclogist (ACOG) dan American
Socienty of Reproductive Medicine (ASRM) ada delapan indikasi untuk melakukan operasi
pada mioma uteri diantaranya adalah nyeri penekanan yang sangat mengganggu, perdarahan
yang tidak respon terhadap terapi konservatif, dan dugaan adanya keganasan pada organ
reproduksi. Pada mioma ini sering terjadi kekambuhan setelah pengangkatan, dan banyak
yang bermetastasi secara luas sehingga angka harapan hidup 5 tahun sekitar 40%.Wanita
subur diharapkan untuk melakukan pemeriksaan ginekologi secara teratur agar terhindar dari
penyakit mioma uteri dan dapat menegakkan diagnosis serta penanganan dini dapat
dilakukan (Robbins, 2007).
Kejadian mioma uteri di Sumatera Barat berdasarkan komplikasi kebidanan pada tahun
2012 sebesar 50%, angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan sebesar 67% (Dinkes
Sumbar, 2012). Dari kaasus Gynekologi di ruangan Kebidanan RSUD Lubuk Sikaping,
kasus Mioma Uteri merupakan kasus yang paling banyak di temukan. Namun dari 10
penyakit terbanyak di ruangan Kebidanan maka kasus Mioma Uteri bukan termasuk kasus
10 penyakit terbantyak, karna data mioma uteri berkisar kurang dari 5 % di tahun 2020 dan
mayoritas penderita di usia >40 tahun.
Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok tertarik untuk melakukan Asuhan
keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Dengan Mioma uteri +
Anemia Di Ruang kebidanan RSUD Lubuk sikaping Tahun 2021”
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
dengan penyakit mioma uteri di ruangan kebidanan RSUD Lubuk Sikaping tahun 2021.
2. Tujuan khusus
a. Mampu memahami kasus pasien dengan penyakit mioma uteri di ruangan kebidanan
RSUD Lubuk Sikaping tahun 2021.
b. Mampu melakukan pengkajian pada kasuspasien dengan kasus penyakit mioma uteri
di ruangan kebidanan RSUD Lubuk Sikaping tahun 2021.
c. Mampu menganalisa dan menegakan diagnosa keperawatan pada kasus penyakit
mioma uteri di ruangan kebidanan RSUD Lubuk Sikaping tahun 2021.
d. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasiendengan kasus penyakit mioma
uteri di ruangan kebidanan RSUD Lubuk Sikaping tahun 2021.
e. Mampu melaksanakan rencana keperawatan yang telah disusun sesuai dengan
rencana keperawatan pada pasien dengan kasus penyakit mioma uteri di ruangan
kebidanan RSUD Lubuk Sikaping tahun 2021.
f. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan

pada pasien dengan kasus penyakit mioma uteri di ruangan kebidanan RSUD Lubuk

Sikaping tahun 2021.

g. Mampu melakukan pendokumentasian asuhan keperawatan pada pasien dengan

kasus penyakit mioma uteri di ruangan kebidanan RSUD Lubuk Sikaping tahun

2021.

C. Manfaat
1. Bagi Pihak Rumah sakit dan Petugas Pelayanan kesehatan
Dapat menambah wawasan perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan di
ruang kebidanan terkait pasien-pasien dengan penyakit mioma uteri, sehingga perawat
dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik sesuai dengan masalah yang ditemui
juga lebih kritis dalam merawat pasien.
2. Bagi Pasien dan Keluarga
Penulisan ini dapat memberikan informasi kepada pasien dengan penyakit mioma
ataupun belum untuk dapat mengantisipasi penyebab-penyebab dari mioma sehingga
lebih sadar untuk menjaga kesehatan dan merawatdiri dengan baik.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
lebih mendalam dalam memberikan Asuhan Keperawatan khususnya pada pasien
dengan penyakit Mioma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Mioma Uteri
1. Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari
otot polos dan jaringan ikat fibrous.Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri
atau uterine fibroid.Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan
pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma
uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat
berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan,
persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).
2. Anatomi dan fisiologi
Anatomi organ reproduksi wanita
Secara umum alat reproduksi wanita dibagi atas organ eksterna dan interna.Organ
interna yang terletak didalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan ginetal
eksterna yang terletak di perineum.
Organ reproduksi wanita terdiri dari 2 bagian yaitu organ ektremitas dan organ
interna:
a. Organ Eksterna
1) Mons veneris / mons pubis
Adalah bantalan berisi lemak subkutan bulat yang lunak dan padat yang
terletak dipermukaan anterior simphisis pubis.Mons pubis mengandung banyak
kelenjar.Sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan
hubungan seks.
2) Labiya mayora
Merupakan dua buah lipatan bulat dengan jaringan lunak yang ditutupi
kulit dari rectum.Panjang labia mayora 7 - 8 cm, lebar 2-3 cm dan agak
meruncing pada ujung bawah.Labia mayora melindungi memanjang ke bawah
dan ke belakang dari mons pubis sampai sekitar satu inci labia minora, meatus
urinalius, dan introitus vagina (muara vagina).
3) Labia minora
Labia minora terletak diantara dua labia minora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang kearah bawah dari
bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, sementara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora
sama dengan mukosa vagina : merah muda dan basah. Pembuluh darah yang
sangat banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkinkan
labia minora membengkak.
4) Klitoris
Adalah jaringan yang homolog dengan penis, bentuknya kecil, silinder,
erektik dan letaknya dekat ujung superior vulva.Organ ini menonjol ke bawah
diantara ujung labia minora.Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan
meningkatkan ketegangan seksual.
5) Vulva
Bentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka kebelakang dan dibatasi
dimuka oleh klitoris, kanan dan kiri oleh ke dua bibir kecil, dan dibelakang oleh
perineum; embriologik sesuai dengan sinus urogenitalis. Di vulva 1-1,5 cm
dibawah klitoris ditemukan orifisium uretra ekstrenum (lubang kemih) berbentuk
membujur 4-5 mm dan tidak jarang sukar ditemukan oleh karena tertutup oleh
lipatan – lipatan selaput vagina.
6) Vestibulum
Merupakan daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak
diantara labia minora, klitoris dan fourchette.Vestibulum terdiri dari muara
uretra, kelenjar parauretra, vagian, dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia
(deodoran semprot, garam – garaman, busa sabun), panas, dan fiksi (celana jins
yang ketat).
7) Perineum
Merupakan daerah muskulus yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus.Perineum membentuk dasar badan perineum.Penggunaan istilah vulva
dan perineum kadang – kadang tertukar, tatapi secara tidak tepat.
8) Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
permukaan ujung bawah labia mayora dan labia minora digaris tengah dibawah
orifisium vagina.Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak diantara
fourchette dan himen.
b. Organ Interna

1) Vagina
Vagina suatu struktur tubular yang terletak didepan rectum dan dibelakang
kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara eksterna
divestibulum diantara labia minora vulva) sampai serviks.
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Karena tonjolan servik ke bagian atas vagina, panjang
dinding anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding
posterior 9 cm. Ceruk yang berbentuk disekeliling serviks yang menonjol
tersebut disebut forniks: kanan, kiri, anterior, dan posterior. Mukosa vagina
berespon dengan cepat terhadap stimulasi estrogen dan progesterone.Sel – sel
mukosa tunggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel –
sel yang diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar
hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus ginetalia atas atau
bawah.Cairan sedikit asam.Interaksi antara laktobasilus vagian dan glikogen
mempertahankan keasaman. Apabila PH naik diatas lima, insiden infeksi vagina
meningkat.
2) Uterus
Uterus merupakan organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir terbaik.Pada wanita dewasa yang belum pernah hamil,
beratuterus adalah 60 gram (2 ons).Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri
bila ditekan, licin dan teraba padat.Derajat kepadatan ini bervariasi bergantung
kepada beberapa faktor.Misalnya, uterus lebih banyak mengandung rongga
selama fase sekresi, siklus menstruasi, lebih lunak selama masa hamil, dan lebih
padat setelah menopause.
Uterus terdiri dari tiga bagian : fundus yang merupakan tonjolan bulat
dibagian atas dan terletak diatas insersi tuba valopi, korpus yang merupakan
bagian utama yang mengelilingi kavum uteri, dan instmus merupakan bagian
sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal
sebagai segmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah
siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan
persalinan.Fungsi – fungsi ini esensial untuk reproduksi, tetapi tidak diperlukan
untuk kelangsungan fisiologis wanita.
3) Tuba fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine
hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga
uterus.Panjang tuba fallopi antara 8-14 cm, tuba tertutup oleh peritonium dan
lumennya dilapisi oleh membran mukosa.
Tuba fallopi terdiri atas
a. Pars intersisialis
Bagian yang terdapat di dinding uterus.
b. Pars ismika
Merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.
c. Pars ampularis
Bagian yang terbentuk agak lebar tempat konsepsi terjadi
d. Pars infundibulum
Bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbria
4) Ovarium
Ovarium merupakan organ yang berbentuk seperti buah amandel,
fungsinya untuk perkembangan dan pelepasan ovum.Serta sintesis dan sekresi
hormon steroid. Ukuran ovarium, panjang 2,5-5 cm, labar 1,5-3 cm, dan tebal
0,6-1 cm.
Ovarium terletak disetiap sisi uterus, dibawah dan dibelakang tuba fallopi.
Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium
ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral
kira – kira setinggi kristal iliaka antero superior, dan ligamentum ovarii
proprium. (Bobak, 2004)
3. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.
a. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40%-50%
pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche
(sebelum mendapatkan haid).
b. Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan
miometrium normal.
c. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma
uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan
dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
d. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan
daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan
insiden menurunkan mioma uteri.
e. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam
kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat
pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin
berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti
peningkatan produksi reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
f. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan wanita
yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2 (2) kali.

Faktor terbentuknya tomor:


a. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat selsel yang
mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika yang diturunkan dari
orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan kanker pada usia dini. Jika
seorang ibu mengidap kanker payudara, tidak serta merta semua anak gandisnya
akan mengalami hal yang sama, karena sel yang mengalami kesalahan genetik harus
mengalami kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara
internal, tidak dapat dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah. Menurut WHO,
10% – 15% kanker, disebabkan oleh faktor internal dan 85%, disebabkan oleh faktor
eksternal (Apiani, 2017).
b. Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara, makanan, radiasi
dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang ditam,bahkan pada makanan,
ataupun bahan makanan yang bersal dari polusi. Bahan kimia yang ditambahkan
dalam makanan seperti pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga dapat
mengubah makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun, misalnya
aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya dengan kanker
hati.Makin sering tubuh terserang virus makin besar kemungkinan sel normal
menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi yang dilakukan oleh tubuh, dalam
prosesnya sering menghasilkan senyawa yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu
senyawa yang bersifat radikal atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat
menyebabkan kerusakan pada sel.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada mioma,
disamping faktor predisposisi genetik.
a. Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke.Sering kali, pertumbuhan tumor
yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi estrogen eksogen.
Mioma uteri akan mengecil pada saat menopouse dan oleh pengangkatan
ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan bersamaan dengan anovulasi ovarium
dan wanita dengan sterilitas.Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol
(sebuah estrogen kuat) menjadi estrogen (estrogen lemah).Aktivitas enzim ini
berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah reseptor
estrogen yang lebih banyak dari pada miometrium normal.
b. Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu mengaktifkan
hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor estrogen pada tumor.
c. Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi hormon
yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu HPL, terlihat pada
periode ini dan memberi kesan bahwa pertumbuhan yang cepat dari leimioma
selama kehamilan mungkin merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan
estrogen.
4. Klasifikasi Mioma
Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana mioma
tumbuh.a. Lapisan Uterus
Mioma uteri terdapat pada daerah korpus.Sesuai dengan lokasinya, mioma ini
dibagi menjadi tiga jenis.
1. Mioma Uteri Intramural
Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan.Sebagian besar
tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling tengah (miometrium).
Pertumbuhan tumor dapat menekan otot disekitarnya dan terbentuk sampai
mengelilingi tumor sehingga akan membentuk tonjolan dengan konsistensi padat.
Mioma yaang terletak pada dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan
menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan
keluhan miksi.
2. Mioma Uteri Subserosa
Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar yaitu
serosa dan tumbuh ke arah peritonium.Jenis mioma ini bertangkai atau memiliki
dasar lebar.Apa bila mioma tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol
kepermukaan uterus diliputi oleh serosa.Mioma serosa dapat tumbuh di antara
kedua lapisan ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Mioma
subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum
atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut
wandering parasitis fibroid.
3. Mioma Uteri Submukosa
Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam sehingga menonjol
ke dalam uterus.Jenis ini juga dapat bertangkai atau berdasarkan lebar.Dapat
tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian di keluarkan melalui saluran seviks
yang disebut mioma geburt. Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum
memberikan keluhan perdarahan, tetapi mioma submukosa walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Tumor jenis ini sering mengalami
infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.Mioma submukosa
pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini
dapat keluar dari rongga rahim ke vagina, dikenal dengan nama mioma geburt
atau mioma yang dilahirkan.

5. Patofisiologi
Mioma uteri terjadi karena adanya sel-sel yang belum matang dan pengaruh
estrogen yang menyebabkan submukosa yang ditandai dengan pecahnya pembuluh darah
dan intranurel,sehingga terjadi kontraksi otot uterus yang menyebabkan perdarahan
pervagina lama dan banyak yang bisa berakibat resiko syok,dengan adanya perdarahan
pervagina akan mengakibatkan gangguan peredaran darah ditandai dengan adanya
nekrosa dan perlengketan sehingga timbul rasa nyeri,dengan terganggunya peredaran
darah maka akan terjadi penurunan sirkulasi darah sehingga menyebabkan perfusi perifer
tidak efektif,yang bisa menyebabkan anemia pada pasien kemudian terjadi kelemahan
fisik yang mengakibatkan masalah keletihan.dengan terjadi hal tersebut pasien dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya yang akan menyebabkan cemas berlebihan
pada pasien tersebut.dengan perdarahan pervagina yang banyak dan lama juga
mengakibatkan pembesaran urat kemudian terjadi penekanan pada organ lain yang bisa
mengakibatkan mual dan muntah pada pasien sehingga beresiko ketidak seimbangan
cairan.(Aspiani, 2017).
6. WOC
Sel- sel yang belum matang Pengaruh ekstrogen

MIOMA UTERI

Sub aerob intranural

Pecahnya Gangguan kontraksi


pembuluh otot uterus
7. Menifestasi klinis
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai keluhan apa – apa
dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam uterus.
Faktor – faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi :
a. Besarnya mioma uteri
b. Lokalisasi mioma uteri
c. Perubahan – perubahan pada mioma uteri
Gejala klinik terjadi pada sekitar 35 % - 50 % dari pasien yang terkena. Adanya
gejala klinik yang dapat timbul pada mioma uteri :
a. Perdarahan abnormal
merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%). Bentuk perdarahan yang
ditemukan berupa : menoragi, metroragi, dan hipermenorrhea. Perdarahan dapat
menyebabkan anemia defisiensi Fe.Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh
karena bertambahnya area permukaan dari endomertium yang menyebabkan
gangguan kontraksi otot rahim, distorsi dan kongesti dari pembuluh darah
disekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
b. Penekanan rahim membesar
1) Terasa berat di abdomen bagian bawah
2) Gejala traktus urinarius : urine frekuensi, retensi urine, obstruksi ureter dan
hidronefrosis.
3) Gejala intertinal : konstipasi dan obstruksi intestinal.
4) Terasa nyeri karena tertekannya saraf.
c. Nyeri
dapat disebabkan oleh
1) Penekanan saraf.
2) Torsi bertangkai
3) Submukosa mioma terlahir
4) Infeksi pada mioma
d. Infertilitasi
akibat penekanan saluran tuba oleh mioma yang berlokasi di cornu. Perdarahan
kontinyu pada pasien dengan mioma submukosa dapat menghilang
implantasi.Terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran prematur pada pasien
dengan mioma intramural dan submukosa.
e. Kongesti vena
disebabkan oleh kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstremitas bawah,
hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia.
f. Gangguan pertumbuhan dan perkembangan kehamilan
Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
memepengaruhi
1) Kehamilan dapat mempengaruhi keguguran
2) Persalinan prematurnitas
3) Gangguan proses persalinan
4) Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas
5) Pada skala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan pendarahan
Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.
Pengaruh kehamilan dan persalinan pada mioma uteri :
a) Cepat bertambah besar, mungkin karena pengaruh hormon estrogen yang
meningkat dalam kehamilan.
b) Degenerasi merah dan degenerasi karnosa : tumor menjadi lebih lunak,
berubah bentuk, dan warna merah. Bisa terjadi gangguan sirkulasi sehingga
terjadi pendarahan.
c) Mioma subserosa yang bertangkai oleh desakan uterus yang membesar atau
setelah bayi lahir, terjadi torsi (terpelintir) pada tangkainya, torsi
menyebabkan gangguan sirkulasi dan nekrosis pada tumor. Wanita hamil
merasa nyeri yang hebat pada perut (abdomen akut).
d) Kehamilan dapat mengalami keguguran.
e) Persalinan prematuritas.
f) Gangguan proses persalinan.
g) Tertutupnya saluran indung telur sehingga menimbulkan infertilitas.
h) Pada skala III dapat terjadi gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan
i) Mioma yang lokasinya dibelakang dapat terdesak ke dalam kavum douglasi
dan terjadi inkaserasi.
Pegaruh mioma pada kehamilan dan persalinan :
a) Subfertil (agak mandul) fertile (mandul) dan kadang – kadang punya anak
satu. Terutama pada mioma uteri submucosa.
b) Sering terjadi abortus. Akibat adanya distorsi rongga uterus.
c) Terjadi kelainan letak janin dan rahim, terutama pada mioma yang besar dan
letak subserusa.
d) Distosia tumor yang menghalangi jalan lahir, terutama pada mioma yang
letaknya diservik.
e) Inersia uteri terutama pada kala I dan kala II.
f) Atonia uteri terutama paksa persalinan : perdarahan banyak, terutama pada
mioma yang letaknya di dalam dinding rahim.
g) Kelainan letak plasenta.
h) Plasenta sukar lepas (retensio plasenta), terutama pada mioma yang
submukosa dengan intramural. (Price, Sylivia A, 2005)
Penanganan berdasarkan pada kemungkinan adanya keganasan,
kemungkinan torsi dan abdomen akut dan kemungkinan menimbulkan
komplikasi obstetric, maka :
a) Tumor ovarium dalam kehamilan yang lebih besar dari telur angsa harus
dikeluarkan
b) Waktu yang tepat untuk operasi adalah kehamilan 16 – 20 minggu.
c) Operasi yang dilakukan pada umur kehamilan dibawah 20 minggu harus
diberikan substitusi progesteron :
 Beberapa sebelum operasi.
 Beberapa hari setelah operasi, sebab ditakutkan korpus luteum terangkat
bersama tumor yang dapat menyebabkan abortus.
d) operasi darurat apabila terjadi torsi dan abdomen akut.
e) Bila tumor agak besar dan lokasinya agak bawah akan menghalangi
persalinan, penanganan yang dilakukan :
 Bila reposisi, kalau perlu dalam narkosa.
 Bila tidak bisa persalinan diselesaikan dengan section cesaria dan jangan
lupa, tumor sekaligus diangkat. (Achadiat, 2014).
8. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan yang dapat dilakukan ada dua macam yaitu penanganan secara
konservatif dan penanganan secara operatif.
a. Penanganan konservatif sebagai berikut :
1. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
2. Bila anemia , Hb < 8 g% tranfusi PRC.
3. Pemberian zat besi.
4. Pengunaan agonis GnRH leuprolid asetat 3,75 mg IM pada 1-3 menstruasi setiap
minggu sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan
menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi gonadotropin dan menciptakan
keadaan hipoestrogenik yang serupa yang ditemukan pada periode
postmenopause. Efek maksimum dalam mengurangi ukuran tumor diobservasi
dalam 12 minggu. Tetapi agonis GnRH ini dapat pula diberikan sebelum
pembedahan, karena memberikan beberapa keuntungan : mengurangi kebutuhan
akan tranfusi darah. Namun obat ini menimbulkan kehilangan masa tulang
meningkat dan osteoporosis pada wanita tersebut. (Mansyoer, 2011).
b. Penanganan operatif
1. Ukuran tumor lebih basar dari ukuran uterus 12 - 14 minggu
2. Pertumbuhan tumor cepat
3. Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
4. Bila dapat menjadi penyulit pada kehamilan berikutnya.
5. Hipermenorea pada mioma submukosa.
6. Penekanan pada organ sekitarnya.
Jenis operasi yang dilakukan dapat berubah:
1. Enukleasi Mioma
Dilakukan pada penderita interfil atau yang masih menginginkan anak
atau mempertahankan uterus demi kelangsungan fertilitas.Sejauh ini tampaknya
aman, efektif, dan masih menjadi pilihan terbaik.Enukleasi sebaiknya tidak
dilakukan bila ada kemungkinan terjadinya karsinoma endometrium atau
sarkoma uterus, juga dihindari pada masa kehamilan.Tindakan ini seharusnya
dibatasi pada tumor dengan tangkai dan jelas yang dengan mudah dapat dijepit
dan diikat.Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat
berdekatan dengan endometrium, kehamilan berikutnya dengan seksio sesarea.
Kriteria pre operasi menurut American College of Obstetricians
Gynecologists (ACOG) adalah sebagai berikut :
a. Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
b. Terdapat leiomioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
c. Apabila tidak ditemukan alasan yang jelas penyebab kegagalan kehamilan
dan keguguran yang berulang.
2. Histerektomi
Dilakukan bila pasien tidak menginginkan anak lagi dan pada penderita
yang memiliki leiomioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala.
Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut
a. Terdapatnya 1 sampai 3 leiomioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari
luar dan dikeluhkan oleh pasien.
b. Perdarahan uterus berlebihan
 Perdarahan yang banyak bergumpal – gumpal atau berulang – ulang
selama lebih dari 8 hari
 Anemia akibat kehilangan darah akut atau kronis.
c. Rasa tidak nyaman dipelvis akibat mioma meliputi
 Nyeri hebat dan akut
 Rasa tertekan punggung bawah atau perut bagian bawah yang kronis
 Penekanan buli – buli dan frekuensi urine yang berulang – ulang dan
tidak disebabkan infeksi saluran kemih.
3. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan mioma saja tanpa pengangkatan
uterus.Apabila wanita sudah dilakukan miomektomi kemungkinan dapat hamil
sekitar 30 – 50 %.Dan perlu disadari oleh penderita bahwa setelah dilakukan
miomektomi harus dilanjutkan histerektomi.
Lama perawatan :
a. 1 hari pasca diagnosa keperawatan
b. 7 hari pasca histerektomi / miomektomi

Masa pemulihan :

a. 2 minggu pasca diagnosa perawatan


b. 6 minggu pasca histerektomi / miomektomi
4. Penanganan radioterapi
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
c. Bukan jenis submukosa.
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rectum.
e. Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat menyebabkan menopause.
Maksud dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan. (Achadiat,
2004)
9. Pemeriksaan penunjang
a. USG
Untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma, ketebalan endometrium dan
keadaan adnexa dalam rongga pelvis.Mioma juga dapat dideteksi dengan CT scan
ataupun MRI, tetapi kedua pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak memvisualisasi
uterus sebaik USG.Untungnya, leiomiosarkoma sangat jarang karena USG tidak
dapat membedakannya dengan mioma dan konfirmasinya membutuhkan diagnosa
jaringan.
b. Dalam sebagian besar kasus, mioma sudah dikenal karena pola gunanya pada
beberapa bidang tidak hanya menyerupai tetapi juga bergabung dengan uterus, lebih
lanjut uterus membesar dan berbentuk tidak teratur.
c. Foto BNO/ IVP pemeriksaan ini penting untuk menilai massa dirongga pelvis serta
menilai fungsi ginjal dan perjalanan ureter.
d. Histerografi dan histereskopi untuk menilai pasien mioma submukosa disertai
dengan infertilitas.
e. Laporaskopi untuk mengevaluasi massa pada pelvis.
f. Laboratorium, darah lengkap, urine lengkap gula arah, tes fungsi hati, ureum,
kreatinin darah.
g. Tes kehamilan.
h. D/K (Dilatasi dan Kuretase) pada penderita yang disertai perdarahan untuk
menyingkirkan kemungkinan patologi pada rahim (hiperplasia atau adenokarsioma
endometrium). (Nikmatur, 2014).
10. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita mioma uteri adalah sebagai berikut :
a. Perdarahan sampai terjadi anemia.
b. Torsi tangkai mioma dari :
1) Mioma uteri subserosa.
2) Mioma uteri submukosa.
c. Nekrosis dan infeksi, setelah torsi dapat terjadi nekrosis dan infeksi.
d. Pengaruh timbal balik mioma dan kahamilan.
1) Pengaruh mioma terhadap kehamilan
a) Infertilitas
b) Abortus
c) Persalinan prematuritas dan kelainan letak
d) Inersia uteri
e) Gangguan jalan partum
f) perdarahan post partum.
g) Retensi plasenta
2) Pengaruh kehamilan terhadap mioma uteri
a) Mioma cepat membesar karena rangsangan estrogen
b) Kemungkinan torsi mioma uteri bertangkai.
(Sarwono,2015)
11. Respon Tubuh Terhadap Perubahan Fisiologis
Berikut beberapa perubahan yang dapat terjadi pada pada tubuh karena mioma uteri.
a. Degenerasi hialin, merupakan perubahan degeneratif yang paling umum ditemukan.
a) Jaringan ikat bertambah
b) Berwarna putih dan keras
c) Sering disebut “mioma durum”.
b. Degenerasi kistik
a) Bagian tengah dengan degenerasi hialin mencair
b) Menjadi poket kistik.
c. Degenerasi membantu (calcareous degeneration)
a) Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri.
b) Padat dan keras
c) Berwarna putih.
d. Degenerasi merah (carneus degeneration )
a) Paling sering terjadi pada masa kehamilan.
b) Estrogen merangsang perkembangan mioma.
c) Aliran darah tidak seimbang karena terjadi edema sekitar tungkai dan tekanan
hamil.
d) Terjadi kekurangan darah yang menimbulkan nekrosis, pembentukan trombus,
bendungan darah dalam mioma, warna merah hemosiderosis atau hemofusin.
e) Biasanya disertai rasa nyeri, tetapi dapat hilang dengan sendirinya. Komplikasi
lain yang jarang ditemukan meliputi kelahiran prematur, ruptur tumor dengan
perdarahan peritoneal, dan shock.
e. Degenerasi mukoid
Daerah hyalin digantikan dengan bahan gelatinosa yang lembut dan biasa terjadi
pada tumor yang besar, dengan aliran arterial yang tergangu.
f. Degenerasi lemak
Lemak ditemukan dalam serat otot polos.
g. Degenerasi sarkomatous (transformasi maligna)
Terjadi pada kurang dari 1% mioma.Kontraversi yang ada saat ini adalah apakah hal
ini mewakili sebuah perubahan degeneratif ataukah sebuah neoplasma
spontan.Leimiosarkoma merupakan sebuah tumor ganas yang jarang terdiri dari sel-
sel yang mempunyai diferensiasi otot polos.
12. Gambaran Klinis Mioma
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan pelvik rutin.Penderita memang tidak mempunyai keluhan apaapa dan tidak
sadar bahwa mereka sedang mengalami penyakit mioma uteri dalam rahim.
1) Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi hal-hal berikut.
a. Besarnya mioma uteri.
b. Lokalisasi mioma uteri.
c. Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
d. Gejala klinik terjadi hanya sekitar 35%-50% dari pasien yang terkena.
2) Gejala klinis lain yang dapat timbul pada mioma uteri adalah sebagai berikut.
a. Perdarahan abnormal merupakan gejala klinik yang sering ditemukan (30%).
Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa menoragia, metroragia, dan
hipermenorhe. Perdarahan dapat menyebabkan anemia defisiensi Fe. Perdarahan
abnormal ini dapat dijelaskan oleh karena bertambahnya areah permukaan dari
endometrium yang menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi, dan
kongesti dari pembuluh darah disekitarnya dan ulserasi dari lapisan endometrium.
b. Penekanan rahim yang membesar.
c. Terasa berat di abdomen bagian bawah.
d. Terjadi gejalah traktus urinarius: urine freqency, retensi urine, obstruksi ureter,
dan hidronefrosis.
e. Terjadi gejalah intestinal: kontipasi dan obstruksi intestinal.
f. Terasa nyeri karena saraf tertekan.
3) Sedangkan rasa nyeri pada kasus mioma dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut.
a. Penekanan saraf
b. Torsi bertangkai
c. Submukosa mioma terlahir.
d. Infeksi pada mioma.
4) Perdarahan kontinu pada pasien dengan mioma submukosa dapat berakibat pada hal-
hal berikut.
a. Menghalangi implantasi terdapat peningkatan insiden aborsi dan kelahiran
prematur pada pasien dengan mioma intramural dan submukosa. Kongesti vena
terjadi karena kompresi tumor yang menyebabkan edema ekstermitas bawah,
hemorrhoid, nyeri, dan dyspareunia. Selain itu terjadi gangguan pertumbuhan
dan perkembangan kelahiran.
b. Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi.
c. Keguguran dapat terjadi.
d. Persalinan prematuritas.
e. Gangguan proses persalinan.
f. Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
g. Gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
h. Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah kelahiran.
13. Penanganan Mioma Uteri
Penanganan mioma uteri dilakukan tergantung pada umur, paritas, lokasi, dan ukuran
tumor.Oleh karena itu penanganan mioma uteri terbagi atas kelompok-kelompok berikut.
1) Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada pra dan
postmenopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan konsevatif adalah sebagai
berikut.
a. Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6 bulan.
b. Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun.
c. Pemberian zat besi.
d. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone) leuprolid asetat
3,75 mg IM pada hari pertama sampai ketiga menstruasi setiap minggu, sebanyak
tiga kali. Obat ini mengakibatkan pengerutan tumor dan menghilangkan gejala.
Obat ini menekan sekresi gonodotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik
yang serupa ditemukan pada periode postmenopause. Efek maksimum dalam
mengurangi ukuran tumor diobsevasi dalam 12 minggu.
2) Penanganan operatif, dilakukan bilah terjadi hal-hal berikut.
a. Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
b. Pertumbuhan tumor cepat.
c. Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
d. Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.
e. Hiperminorea pada mioma submukosa.
f. Penekanan organ pada sekitarnya.
3) Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat berupa langkah-
langkah berikut.
a. Enukleusi Mioma
Enuklesia mioma dilakukan pada penderita yang infertil yang masih
menginginkan anak, atau mempertahankan uterus demi kelangsungan
fertilitas.Enukleasi dilakukan jika ada kemungkinan terjadinya karsinoma
endometrium atau sarkoma uterus dan dihindari pada masa kehamilan.Tindakan
ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan tangkai dan tumor yang dengan
mudah dijepit dan diikat.Bila miomektomi menyebabkan cacat yang menembus
atau sangat berdekatan dengan endometrium, maka kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.
4) Menurut american college of Obstetricans gynecologists (ACOG), kriteria preoperasi
adalah sebagai berikut.
a. Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
b. Terdapat leimioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
c. Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran yang
berulang tidak ditemukan
5) Histeroktomi Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan anak lagi dan
pada pasien yang memiliki leimioma yang simptomatik atau yang sudah bergejala.
Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah sebagai berikut.
a. Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat teraba dari
luar dan dikelukan oleh pasien.
b. Perdarahan uterus berlebihan.
c. Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang-ulang selama lebih
dari delapan hari.
d. Anemia akut atau kronis akibat kehilangan darah.
6) Rasa tidak nyaman pada daerah pelvis akibat mioma meliputi hal-hal berikut.
a. Nyeri hebat dan akut.
b. Rasa tertekan yang kronis dibagian punggung bawah atau perut bagian bawah.
c. Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulangdan tidak
disebabkan infeksi saluran kemih.
7) Penanganan radioterapi
Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan.Langkah ini
dilakukan sebagai penanganan dengan kondisi sebagai berikut.
a. Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk patient).
b. Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
c. Bukan jenis submukosa.
d. Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
e. Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan menopause.

B. Konsep Asuhan Keperawatan Pada pasien mioma uteri


1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku bangsa,
status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin, hubungan dengan
keluarga, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama
Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien mioma uteri, misalnya timbul
benjolan diperut bagian bawah yang relatif lama.Kadang-kadang disertai
gangguan haid.
2) Riwayat penyakit sekarang
Keluhan yang di rasakan oleh ibu penderita mioma saat dilakukan pengkajian,
seperti rasa nyeri karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ.Rasa nyeri
setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri adalah lokasih
nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Tanyakan tentang riwayat penyakit yang pernah diderita dan jenis pengobatan
yang dilakukan oleh pasien mioma uteri, tanyakan penggunaan obat-obatan,
tanyakan tentang riwayat alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat
persalinan dahulu, penggunaan alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi
sebelumnya.
4) Riwayat Penyakit Keluarga
Tanyakan kepada keluarga apakah ada anggota keluarga mempunyai penyakit
keturunan seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah
dan riwayat kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri
Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien mioma uteri yang perlu diketahui
adalah
a. Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma uteri tidak
pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami atrofi pada masa
menopause.
b. Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana mioma uteri
tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan dengan hormon estrogen,
pada masa ini dihasilkan dalam jumlah yang besar.
c. Faktor Psikososial
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktorfaktor budaya
yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki pasien mioma uteri, dan
tanyakan mengenai seksualitas dan perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien
mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri, peran diri,
personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan terhadap orang lain
atau tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang di sukai pasien mioma uteri,
mekanisme pertahanan diri, dan interaksi sosial pasien mioma uteri dengan orang
lain.
d. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus dikaji adalah
frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang terjadi.
e. Pola eliminasi Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.
f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan frekwensinya,
tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian, eliminasi, makan minum,
mobilisasi
g. Pola Istirahat dan Tidur Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat
siang dan malam hari, masalah yang ada waktu tidur.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
 Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
 Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
 Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya pembengkakan
konka nasal/tidak.
 Telinga : lihat kebersihan telinga.
 Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan rongga
mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
 Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya pembengkakan
kelenjar getah bening/tidak.
 Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan sirkulasi,
ketiak dan abdomen.
 Abdomen
Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat menonjol
Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen
Perkusi: timpani, pekak
Auskultasi: bagaimana bising usus
 Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada ekstremitas atas dan
bawah pasien mioma uteri
 Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan diluar
siklus menstruasi.
2. Kemungkinan Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisiologis
b. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi hemoglobin
c. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologi : anemia
d. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
e. Resiko ketidaksembangan cairan ditandai dengan perdarahan
N DIAGNOSA TUJUAN DAN INTERVENSI
O KEPERAWATAN KRITERIA HASIL (SIKI)
(SDKI) ( SLKI)
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan asuhan Observasi
keperawatan selama 3x24
dengan agen pencederaan
jam diharapakan a. Identifikasi lokasi,
fisiologis ekspektasi menurun karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri
a. Keluhan nyeri b. Identifikasi skala
menurun nyeri
b. Meringis menurun c. Identifikasi respon
c. Gelisah menurun nyeri non verbal
d. Kesulitan tidur d. Identifikasi faktor
menurun yang memperberat dan
e. Menarik diri menurun memperingan nyeri
f. Anoreksia menurun e. Identifikasi
g. Perineum terasa pengetahuan dan keyakinan
terekan menurun tentang nyeri
h. Pola nafas membaik f. Identifikasi
i. Tekanan darah pengaruh budaya terhadap
membaik respon nyeri
j. Proses berfikir g. Identifikasi
membaik pengaruh nyeri pada kualitas
k. Mual. Muntah hidup
menurun h. Monitor
l. Frekuensi nadi keberhasilan terapi
membaik komplementer yang sudah
m. Focus membaik diberikan
n. Nafsu makan membaik i. Monitor efek
o. Pola tidur membaik samping penggunaan
analgetik

Terapeutik

j. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
k. Control
lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
l. Fasilitasi istirahat
dan tidur
m. Pertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri

Edukasi

n. Jelaskan
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
o. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
p. Anjurkan
memonitor nyri secara
mandiri
q. Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
r. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri

Kolaborasi

s. Kolaborasi
pemberian analgetik, jika
perlu

2 Perfusi perifer tidak Setelah dilakukan asuhan Observasi


keperawatan selama 3x24
efektif berhubungan
jam diharapakan Terapeutik
dengan penurunan ekspektasi meningkat Edukasi
dengan kriteria hasil : Kolaborasi
konsentrasi hemoglobin

3 Keletihan berhubungan Setelah dilakukan asuhan Observasi
dengan kondisi fisiologi : keperawatan selama 3x24

anemia jam diharapakan
ekspektasi membaik
Terapeutik
dengan kriteria hasil :

Edukasi

FORMATPENGKAJIAN

KEPERAWATANMEDIKALBEDAH

PROGRAM STUDI Ners

INSTITUTKESEHATANPRIMA NUSANTARABUKITTINGGI

1. DATA KLINIS :
NamaKlien : Ny.N No. Rekam Medis : 125824

Jenis Kelamin : Perempuan Ruangan : Kebidanan

Usia : 50TahunTB: 150 cmBB :78 kg (aktual/potensial)

Suhu : 36,50CNadi : 78x/i RR :18 x/i

Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg

Tanggal Kedatangan : 23 Februari 2021 Waktu / Jam : 14 wib

Tanggal Pengkajian : 26 Februari 2021

Orang yang bisa dihubungi :Anak Klien(Tn.R) Telepon :081263081220

2. KELUHAN UTAMA KLIEN SAAT INI :


Klien mengatakan badan sempoyongan, lemas, konjungtiva anemis dan mudah lelah jika ber
aktifitas, perdarahan pervaginam 200 cc/hari, dan sudah berlangsung 10 hari, CRT > 3 detik,
kulit tanpak pucat, ter pasang infus RL 8 Jam/kolf dan kateter urine, nyeri dan bengkak di
bagian tengah abdomen..

Masalah Keperawatan :

 Perfusi perifer tidak efektif


 Risiko syok
 Keletihan

3. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


Klien mengatakan haid sudah lebih 10 hari, berbongkah – bongkah, klien mengatakan
mengganti dug 5-6 kali per hari, konjungtiva anemis, badan sempoyongan dan mudah lelah
jika beraktifitas, CRT > 3 dtk, kulit tanpak pucat, nyeri dan bengkak di bagian tengah
abdomen.

4. PERAWATAN DI RUMAH SAKIT TERAKHIR


Pasien baru pertama kali dirawat di RSUD Lubuk Sikaping, namun pasien sudah lima bulan
ini berobat tiap bulannya ke klinik kebidanan RSUD Lubuk Sikaping.

5. RIWAYAT MEDIS YANG LALU :


Klien mengatakan sudah menderita penyakit miom sekitar 5 bulan yang lalu, terasa benjolan
di bagian tengah abdomen dan benjolan sebesar telur puyuh.

6. RIWAYAT PERSALINAN DAN KB


Pasien sudah mempunyai anak 4 orang, 2 laki-laki dan 2 perempuan, usia anak paling besar
28 tahun dan paling kecil 15 tahun. Riwayat persalinan klien dibantu oleh bidan, setelah masa
nifas pasien tidak pernah menggunakan alat kontrasepsi, hanya menggunakan pantang berkala
untuk mengatur jarak kehamilan.

7. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA


Tak ada anggota keluarga yang menderita penyakit mioma uteri, kanker, ataupun kista.Namun
saat ini suami klien di rumah menderita stroke sejak dua tahun ini.

GENOGRAM :

Keterangan :

: Laki-laki : Meninggal : Pasien

: Perempuan : Tinggal serumah

8. POLA PERSEPSI DAN PENANGANAN KESEHATAN


Persepsi terhadap penyakit :
- Klien mengatakan menerima penyakit yang dideritanya dan terus berusahauntuk menjalani
pengobatan demi kesembuhan pasien.
9. PENGGUNAAN :
Tembakau :Tidak

Alkohol :Tidak

Obat Lain :Tidak

Alergi (obat-obatan, makanan, plester, zat warna) : Tidak Ada

Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah Keperawatan

10. POLA NUTRISI / METABOLISME

KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

1. Selera makan Nafsu makan baik Nafsu makan baik

2. Diet Khusus MB MB TKTP 1900 KKal

3. Jenis makanan dan Nasi, lauk pauk, buah Nasi, sayur, lauk pauk,
minuman Air putih, the buah
Air putih, Susu

4. Frekuensi makan dan 3kali / hari 3kali / hari,


minum 6-8 gelas / hari porsidihabiskan
6-8 gelas / hari

5. Cara Pemenuhan Peroral Peroral

Penurunan sensasi kecap : Tidak ada


Jumlah muntah : Tidak ada
Frekuensi muntah : Tidak ada
Perubahan BB 6 bulan terkahir : Tidak ada
Kesulitan menelan (Disfagia) : Tidak
Gambaran diet pasien dalam sehari :
Makan pagi : Klien mampu menghabiskan 1 porsi makan
Makan siang : Klien mampu menghabiskan 1 porsi makan
Makan malam : Klien mampu menghabiskan 1 porsi makan
Pantangan / Alergi : Tidak ada
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah kebutuhan nutrisi

11. POLA ELIMINASI


KONDISI SEBELUM SAKIT SAAT SAKIT

1. Frekuensi defekasi dan


eliminasi urine :
a. Defekasi
1-2 x sehari 1 x/ hari

b. Eliminasi Urine 6-8 x sehari Pasang kateter 2000 cc/hri

2. Konsisitensi Feses Lembek Lembek

3. Kesulitan defekasi dan


eliminasi urine
a. Defekasi
Tidak ada Tidak ada

b. Eliminasi urine 6-8 x/ hari 6-8 x /hari

Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

12. POLA AKTIVITAS DAN OLAHRAGA :


Kemampuan Perawatan Diri :
( 0 = Mandiri, 1 = Dengan alat bantu, 2 = Bantuan oang lain, 3 = Bantuan Peralatan dan
orang lain, 4 = Tergantung/tidak mampu )

Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan / minum √

Mandi √

Berpakaian / berdandan √

Toileting √

Mobilisasi ditempat tidur √

Berpindah √

Berjalan √

Kemampuan pergerakan sendi :Bebas


Alat Bantu :Tidak ada
Keluhan saat beraktifitas :Tida Ada

Masalah Keperawatan : Tidakada masalah keperawatan

13. POLA ISTIRAHAT TIDUR


Kebiasaan : 7 Jam/hari, Tidur Malam, Tidur Siang, Tidur Sore, selama
di rumah sakit tidak mengalami pola istirahat tidur
Merasa segar setelah tidur : Ya
Masalah Tidur : Tidak Ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah Gangguan pola tidur

14. POLA KOGNITIF - PERSEPSI


Status Mental : Sadar
Bicara : Normal
Bahasa sehari-hari : Indonesia, bahasa daerah
Kemampuan memahami :Ya
Keterampilan interaksi :Tepat
Tingkat ansietas :Sedang
Vertigo :Tidak
Nyeri :Tidak
Penatalaksanaan Nyeri :Tidak ada
Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah
15. POLA PERAN HUBUNGAN
Status Pekerjaan :Bekerja
Jenis Pekerjaan :Petani
Sistem Pendukung:Pasangan, keluarga, tetangga dan teman
Masalah keluarga berkenaan dengan Masalah di Rumah Sakit : Suami klien tidakbiasa
mendampingi pasien menjalani pengobatan karena menderita stroke
Masalah Keperawatan : Tidak ada Masalah

16. POLA SEKSUALITAS / REPRODUKSI


Masalah menstruasi : Menstruasi rutin tiap bulan namun waktu dan jumlah
menstruasinya melebihi normal, biasanya 5-6 kali ganti
dug/hari dan lamanya bisa dua minggu dan sangat
mengganggu aktivitas.
Masalah seksualitas b.d penyakit : Pasien terganggu menjalanihubunganseksualitasdan
jarang melakukan aktifitas seksual dengansuami karna haid lama, dansuami pasien punsudah
mengalami stroke dan kelumpuhan.
Masalah Keperawatan : Pola seksual tidak efektif

17. POLA KOPING – TOLERANSI STRES


Perhatian utama tentang perawatan dirumah sakit atau penyakit (finansial, perawatandiri) :
Pasien dirawat menggunakan Asuransi Kesehatan BPJS

Kehilangan / perubahan dimasa lalu : Tidak ada


Hal yang dilakukakan jika ada masalah :Bercerita dengan anak dan pasangan
Pasien
Keadaan emosi dalam sehari-hari : Santai
Masalah Keperawatan : Tak ada masalah keperawatan

18. POLA KEYAKINAN – NILAI


Agama : Islam
Pantangan keagamaan : Tidak Ada
Pengaruh agama dalam kehidupan : Tampak klien menjalankan ibadah sesuai
keyakinannya. Klien mengatakan pasrah kepada Tuhan, terhadap penyakit yang dideritanya.
Permintaan kunjungan rohaniawan pada saat ini : Tidak perlu
Masalah Keperawatan : tidak ada masalah keperawatan

19. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum : Baik
Tanda-tanda vital : TD = 110/70 mmHg; HR = 80 x / menit; RR = 18 x/ menit
T = 360 C
GCS :15 (E = 4, V = 5, M = 6)

a. Rambut dan wajah


Bentuk Kepala : Normal
Keadaan Rambut : Berminyak
Distribusi Rambut : Merata
Kulit Kepala :Bersih
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

b. Sistem Sensori Persespsi


1. Mata
Posisi Mata :Simetris
Konjungtiva :Anemis
Sklera :Anikterik
Kornea :Normal; Tidak Berkabut
Pupil :Isokor
Fungsi Penglihatan :Normal
Lain-lain :Tidak ada

2. Hidung
Sekret Hidung : Tidak ada
Bila Terdapat Sekret : -
Perdarahan Hidung :Tidak ada
Polip Hidung :Tidak ada
Peradangan mukosa hidung : Tidak ada
Lain-lain :Tidak ada

3. Telinga
Kondisi Telinga :Normal
Cairan dari telinga :Tidak ada
Rasa penuh ditelinga : Tidak ada
Fungsi pendengaran :Normal
Fungsi keseimbangan :Normal
Lain-lain :Tidak ada
Masalah Keperawatan :Tidak ada

c. Sistem Pernafasan
Jalan nafas : Tidak Ada Sumbatan
Karakteristik Sumbatan : Ludah
Pernafasan :Normal, dipsneu tidak ada, pernafasan teratur
Irama Nafas : Teratur
Pergerakan Dinding Dada :Simetris
Penggunaan Otot Bantu Nafas:Tidak Ada
Pernafasan Cuping Hidung : Tidak Ada
Batuk : Tidak ada
Sputum :-
Palpasi Paru :Tidak teraba pembengkakan, nyeri tekan (-)
Perkusi Paru :Tidak ada kelainan bunyi saat perkusi
Suara Nafas :Wheezing (-), ronci (-)
Alat Bantu Nafas :O2 Nasal Kanul
Saturasi O2 :98 %
Lain-lain :Tidak ada
Masalah Keperawatan :Tidakada masalah

d. Sistem Kardiovaskular
1) Sirkulasi perifer
Nadi : Reguler
Denyut Nadi : Kuat
Akral : dingin
Pengisian Kapiler : > 3 detik

2) Sirkulasi Jantung
Irama Jantung : Teratur
Palpasi Jantung : Menentukan batas jantung, Ictus Kordis kuadran kiri atas
Perkusi Jantung : Tidak ada kelaianan
Bunyi Jantung : Normal
Kelainan Jantung : Tidak ada kelaianan
Nyeri Dada : Tidak ada
Nyeri Dada Timbul : Tidak ada
Karakteristik Nyeri : -
Lain-lain : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah

e. Sistem Pencernaan
1) Mulut
Kebersihan Mulut : Bersih
Bau Mulut : Tidak
Stomatitis : Tidak
Mukosa Mulut : Lembab
Karang Gigi : Ada
Karies Gigi : Ada
Jumlah Gigi yang Karies : Gigi depan bawah = 4 buah
Gigi Tanggal : Ada, Jumlah dan Nama Gigi yang tanggal : 2 buah gigi
depan atas, 1 buah gigi taring, 1 buah gigi geraham depan, 2 buah gigi geraham
belakang
Ginggivitis : Tidak ada
Keadaan lidah : Bersih
Tepi Lidah : Pink
Peradangan Tonsil : Tidak ada
Peradangan Faring : Tidak ada
Tenggorokan : Tidak ada sakit saat menelan

2) Abdomen
Inspeksi :Tidak ada Lesi, Tidak ada Asites.
Auskultasi :Terdengar suara timpani (lambung)
Bising Usus :12 x / menit
Perkusi :Timpani
Palpasi :Nyeri tekan bagian tengah abdomen terdapat benjolan
pada daerah abdomen kuadran bawah
Nyeri Tekan :Ya
Nyeri Lepas :Tidak ada
Hepar :Tidak ada teraba
Lien / Spleen :Tidak ada teraba
Warna Feses : Kuning
Konsistensi Feses : Setengah Padat
Penggunaan Alat : Tidak ada
Lain-lain : -
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut

f. Sistem Urogenital
Kebersihan : Bersih
Pola BAK : Terkontrol
Jumlah Urine : 2000 cc / hari
Warna Urine : jernih
Distensi : Tidak Ada
Nyeri Tekan : Tidak Ada
Nyeri Lepas : Tidak Ada
Penggunaan Kateter : Tidak
Lain-lain : -
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan

g. Sistem Muskulokeletal
Kemampuan melakukan ROM : Lemah
Nyeri Sendi : Tidak Ada
Kekuatan Otot :

4444 4444

4444 4444

Masalah Keperawatan :Tidak ada masalah keperawatan

h. Sistem Integumen
Warna Kulit :Pucat
Kondisi Kulit :Baik / Utuh
Turgor Kulit :Elastis, Baik
Edema :Tidak Ada
Lokasi Edema :-
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

20. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Diagnotik :
USG Abdoment tgl 23/2/2021, gambaran Mioma uteri diameter 15 cm
Laboratorium :
Tgl 23/2/2021

 Hb : 2,9 g/dl, normal perempuan (12-14)


 Leukosit = 8.300 /mm3, (5.000-10.000)
 Trombosit = 388.000 /mm3 (15.000-150.000)
 Hematokrit = 32,6 % (40-48)
 Limfosit = 7,8% (20-40)
 SGOT 11

 SGPT 6
 Ureum 11
 Kreatinin 0,8 g/dl
ALC = 1661
NLR = 10,8

Tgl 27/02/2021

 Hb : 7,3 g/dl (post transfusi 2 kantong PRC)

21. TERAPI YANG DIBERIKAN


- IVFD : RL = 8 Jam / Kolf,
- Inj. Tofedek 2 x 1 Amp
- Inj. Ranitidin 2 x 1
- Injeksi Kalnek 3 x 500 mg
- Rencana transfusi 2 kantong PRC
- Rencaana OK setelah perbaikan HB

22. RENCANA PEMULANGAN


- Edukasi pada pasien untuk meambatasi Aktifitas
- Edukasi Jadwal Kontrol
- Minum Obat Teratur
- Edukasi tentang perawatan luka di rumah
- Edukasi tentang pola hidup sehat
Nama dan Tanda Tangan Perawat

( )

ANALISA DATA

N DATA ETIOLOGI MASALAH


O

1. Data Subjektif Penurunan Perfusi perifer


konsentrasi HB tidak efektif
a. Pasien mengatakan lemas,
badan sempoyongan
b. Pasien mengatakan mudah
lelah
c. Pasien mengatakan ganti dug
5-6 kali pagi ini

Data objektif

a. Klien tampak lemas


b. Conjungtiva anemis
c. Warna kulit pucat
d. CRT > 3 detik
e. HB tgl 23-2-2021 : 2,9 / dl
f. TTV : RR: 18 x/I,
TD : 100/60 mmHG
N : 60 x/i,
S : 36,5°C
g. Nadi perifer lemah teraba,
akral dingin
2. Data subjective : Kondisi fisiologis Keletihan
(anemia)
a. Pasien mengatakan lemah
b. Pasien mengeluh lelah
Data objektif

a. Pasien tampak lemah


b. Pasien tampak selalu
mengantuk

3 Data Subjectif Perdarahan Risiko syock

a. Pasien mengatakan lemas,


badan sempoyongan
b. Pasien mengatakan mudah
lelah
c. Pasien mengatakan ganti
dug 5-6 kali pagi ini
Data objectif

a. Klien tampak lemas


b. Conjungtiva anemis
c. CRT > 3 detik
d. HB tgl 23-2-2021 : 2,9 / dl
e. TTV :
RR: 18 x/i,
TD : 100/60 mmHg
N : 60 x/i,
S : 36,5°C
f. Nadi perifer lemah teraba,
akral dingin

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin d/d crt >3 dtk,
conjungtiva anemis, warna kulit pucat
2. Keletihan b/d kondisi fisiologis (anemia) d/d kelelahan dan kelemahan
3. Risiko syock d/d kekurangan volume cairan (perdarahan)

C. Prioritas Diagnosa keperawatan


1. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin d/d crt >3 dtk,
conjungtiva anemis, warna kulit pucat
2. Keletihan b/d kondisi fisiologis (anemia) d/d kelelahan dan kelemahan
3. Risiko syock d/d kekurangan volume cairan (perdarahan)
INTERVENSI ASUHAN KEPERAWATAN

Ruangan/no. mr : Kebidanan III/125828

Nama/umur : Ny. N/ 50 thn

N DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI


O
(SDKI) (SLKI) (SIKI)

1 Perfusi perifer tidak efektif b/d Setelah dilakukan Intervensi keperawatan Perawatan sirkulasi
penurunan konsentrasi selama 3 x 24 jam diharapkan perfusi
Observasi
haemoglobin d/d crt >3 dtk, perifer meningkat dan perdarahan
conjungtiva anemis, warna kulit pervaginam terhenti dengan kriteria a. Periksa perfusi perifer (Nadi
pucat hasil : perifer,pengisian kapiler,warna,suhu)
b. Identifikasi faktor resiko gangguan
a. Kelemahan otot membaik
sirkulasi
b. Pengisian kapiler membaik
c. Monitor panas kemerahan,nyeri dan
c. Akral membaik
bengkak
d. Turgor kulir membaik
Terapeutik
e. Tekanan darah membaik
a. Lakukan hidrasi
b. Monitor intake – output
c. Berikan asupan oral
Edukasi

a. Anjurkan banyak minum air putih


b. Informasikan tanda dan gejala darurat
yang harus dilaporkan
Kolaborasi

a. Kolaborasi pemberian cairan intra vena


b. Kolaborasi dalam pemberian produk
darah
2 Keletihan b/d kondisi fisiologis Setelah dilakukan Intervensi keperawatan Manajemen energi
(anemia) d/d kelelahan dan selama 3 x 24 jam, diharapkan ekspektasi
Observasi
kelemahan membaik dngan kriteria hasil :
a. Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
a. Verbalitas kepulihan energi
mengakibatkan kelelahan
meningkat
b. Monitor kelelahan fisik dan emosional
b. Tenaga meningkat
c. Monitor pola dan jam tidur
c. Kemampuan melakukan aktivitas
d. Monitor lokasi dan ketidaknyamanan
rutin meningkat
selama melakukan aktivitas
d. Verbalisasi lelah menurun
e. Lesu menurun Terapeutik
f. Frekuensi nafas sedang
a. Sediakan lingkungan nyaman dan
g. Selera makan menngkat
rendah stimulus
h. Pola nafas membaik
b. Lakukan latihan rentang gerak pasif
i. Pola istirahat membaik dan aktif
c. Berikan aktivitas distraksi yang
menenangkan
d. Fasilitasi duduk di sisi tempat
tidur,jika tidak dapat berpindah atu
berjalan

Edukasi

a. Anjurkan tirah baring


b. Anjurkan melakukan aktivitas secara
bertahap
c. Anjurkan menghubungi perawat jika
tanda dan gejala kelelahan tidak
berkurang
d. Ajarkan strategi koping untuk
menggurangi kelelahan
Kolaborasi
a. Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara
meningkatkan asupan makanan
3 Risiko syok b/d kekurangan Setelah dilakukan Intervensi keperawatan Pemantauan cairan
volume cairan (perdarahan) selama 3 x 24 jam, maka diharapkan
Observasi
ekspektasi menurun dengan kriteria
hasil :
a. Kekuatan nadi meningkat a. monitor frekuensi dan kekuatan nadi
b. Output urine meningkat b. monitor tekanan darah
c. Saturasi oksigen meningkat c. monitor frekuensi napas
d. Akral dingin menurun d. monitor waktu pengisian kapiler
e. Pucat menurun e. monitor elastisitas atau turgor kulit
f. Pengisian kapiler membaik f. monitor intake dan output cairan
g. Frekuensi nadi membaik g. identifikasi faktor resiko
h. Frekuensi napasa membaik ketidakseimbangan cairan(perdarahan)

Terapeutik

a. atur interval waktu pemantauan sesuai


dengan kondisi pasien
b. dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi

a. jelaskan tujuan dan prosedur


pemantauan
b. informasikan hasil pemantauan,jika
perlu

CATATAN PERKEMBANGAN
NO Hari/jam / DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
tanggal KEPERAWATAN

1 Jumat Perfusi perifer tidak efektif b/d a. memeriksa perfusi perifer S :


penurunan konsentrasi (Nadi perifer,pengisian
26 a. Pasien mengatakan
haemoglobin d/d crt >3 dtk, kapiler,warna,suhu)
februari lemas, badan
conjungtiva anemis, warna b. mengidentifikasi faktor resiko
2021 sempoyongan
kulit pucat gangguan sirkulasi
b. Pasien mengatakan
13.00 wib c. memonitor panas
mudah lelah
kemerahan,nyeri dan bengkak
c. Pasien mengatakan
d. meLakukan hidrasi
ganti dug 5-6 kali
e. memonitor intake – output
pagi ini
f. memrikan asupan oral
O:
g. menganjurkan banyak minum
air putih a. Klien tampak
h. menginformasikan tanda dan lemas
gejala darurat yang harus b. Conjungtiva
dilaporkan anemis
i. berkolaborasi pemberian c. Warna kulit pucat
cairan intra vena d. CRT > 3 detik
j. berkolaborasi dalam e. HB tgl 23-2-2021 :
pemberian produk darah 2,9 / dl
f. TTV : RR: 18 x/I,
TD : 100/60
mmHG
N : 60 x/i,
S : 36,5°C
g. Nadi perifer lemah
teraba, akral dingin
A: masalah belum
teratasi

P: lanjutkan intervensi
a ,b,c,d,e,g

2 Keletihan b/d kondisi fisiologis a. mengidentifikasi gangguan S :


(anemia) d/d kelelahan dan fungsi tubuh yang
a. Pasien mengatakan
kelemahan mengakibatkan kelelahan
lemah
b. memonitor kelelahan fisik dan
b. Pasien mengeluh lelah
emosional
c. Pasien mengatakan
c. memonitor pola dan jam tidur
sempoyongan
d. memonitor lokasi dan
ketidaknyamanan selama O
melakukan aktivitas
a. Pasien tampak
e. menyediakan lingkungan
lemah
nyaman dan rendah stimulus
b. Pasien tampak
f. melakukan latihan rentang gerak
pasif dan aktif selalu mengantuk
g. memberikan aktivitas distraksi c. Menganjurkan pasien
yang menenangkan untuk istirahat
h. memfasilitasi duduk di sisi d. Menyediakan
tempat tidur,jika tidak dapat lingkungan yang
berpindah atu berjalan nyaman
i. menganjurkan tirah baring e. Menganjurkan pasien
j. menganjurkan melakukan untuk melakukan
aktivitas secara bertahap kegiatan secara pelan
k. menganjurkan menghubungi -pelan
perawat jika tanda dan gejala
A : Masalah teratasi
kelelahan tidak berkurang
sebagian
l. mengajarkan strategi koping
untuk menggurangi kelelahan
m. berkolaborasi dengan ahli gizi
P : Intervensi dilanjutkan
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

3 Risiko syok b/d kekurangan Observasi S:


volume cairan (perdarahan)
a. Memonitor CRT a. Pasien mengatakan
b. Memonitor Intake – output haid sudah lebih 10
c. Memonitor tekanan darah, dan hari
frekuensi sebelum dan sesuah b. Pasien mengatakan
aktifitas ganti dug 5-6 kali/hari
Terapeutik

d. Memasang jalur Intravena O:


e. Memasang kateter urine
a. Klien tampak lemas
f. Memberikan oksigen untuk
b. Conjungtiva anemis
mempertahankan saturasi oksigen
c. Perdarahanpervagina
Edukasi
m 200-300 cc/hari
g. Menganjurkan banyak minum air d. HB : 2,9 / dl
putih e. TTV : RR: 18 x/i,
Kolaborasi TD : 110/70 mmHG
N : 82 x/i,
h. Berkolaborasi dalam pemberian
S : 36,5°C
cairan
i. Berkolaborasi dalam pemberian Terpasang IVFD RL
darah 8jam/kolf

A : masalah belum
teratasi

P: intervensi a,b,c,g
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE- 2

NO Hari/jam / DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


tanggal KEPERAWATAN

1 Sabtu Perfusi perifer tidak efektif b/d Observasi S:


penurunan konsentrasi
27 a. Memeriksa perfusi perifer (Nadi a. Pasien mengatakan
haemoglobin d/d crt >3 dtk,
februari perifer, CRT) badan masih lemas,
conjungtiva anemis, warna
2021 Terapeutik sempoyongan
kulit pucat
b. Pasien mengatakan
13.00 wib b. Melakukan hidrasi
mudah lelah
c. Memonitor intake – output
c. Pasien mengatakan
d. Memberikan asupan oral
haid masih keuar
Edukasi
a. Pasien mengatakan
e. Menganjurkan banyak minum air ganti dug 5-6 kali/hari
putih O:
Kolaborasi
a. Klien tampak lemas
f. Berkolaborasi dalam pemberian b. Conjungtiva anemis
produk darah c. CRT > 3 detik
d. HB : 2,9 / dl
e. TTV : RR: 18 x/I,
TD : 120/80 mmHG,
N : 82 x/i,
S : 36,5°C
f. Terpasang IVFD RL
8 jam/ kolf
A: masalah belum
teratasi

P: lanjutkan intervensi a –
g

2. Nyeri akut Observasi S:

a. Mengidentifikasi lokasi, a. Pasien mengatakan


karakteristik, durasi, frekuensi, masih nyeri pada
kualitas, intensitas nyeri daerah perut dan
b. Mengidentifikasi skala nyeri terasa bengkak
c. Mengidentifikasi respon nyeri non O :
verbal
a. Skala nyeri 3-4
d. Mengidentifikasi faktor yang
b. Pasien masih tanpak
mempererat dan memperingan
sesekali meringis
nyeri
d. TD 120/80
e. Mengidentifikasi pengaruh nyeri
e. Nadi 82 x/i
pada kualitas hidup
f. Gambaran USG :
f. Memonitor efek samping
Mioma uteri
penggunaan analgetik A : Masalah Nyeri akut
Terapeutik masih belum teratasi

g. Memberikan teknik non


farmakologi untuk menghilangkan
P : Intervensi dilanjutkan
rasa nyeri
h. Mengontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
i. Memfasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi

j. Menjelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri
k. Menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
l. Menganjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
m. Mengajarkan teknik non
farmakologi
Kolaborasi

n. Berkolaborasi pemberian analgetik


3 Risiko syok b/d kekurangan Observasi S:
volume cairan (perdarahan)
a. Memonitor CRT a. Pasien mengatakan
b. Memonitor Intake – output haid masih keluar
c. Memonitor tekanan darah, dan b. Pasien mengatakan
frekuensi sebelum dan sesuah ganti dug 5-6 kali/hari
aktifitas
Terapeutik
O:
d. Memperthankan oksigen untuk
a. Klien masih tampak
mempertahankan saturasi oksigen
lemas
Edukasi
b. Conjungtiva anemis
e. Menganjurkan banyak minum air c. Perdarahanpervagina
putih m 200-300 cc/hari
Kolaborasi d. CRT > 3 DTIK
e. HB : 2,9 / dl
f. Berkolaborasi dalam pemberian
f. TTV : RR: 18 x/i,
cairan
TD : 120/80 mmHG
g. Berkolaborasi dalam pemberian
N : 82 x/i,
darah
S : 36,5°C

Terpasang IVFD RL
8jam/kolf

A : masalah belum
teratasi
P: intervensi a,b,c,g

CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE- 3

NO Hari/jam / DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF


tanggal KEPERAWATAN

1 Sabtu Perfusi perifer tidak efektif b/d Observasi S:


penurunan konsentrasi
27 a. Memeriksa perfusi perifer (Nadi a. Pasien mengatakan
haemoglobin d/d crt >3 dtk,
februari perifer, CRT) badan masih lemas,
conjungtiva anemis, warna
2021 Terapeutik sempoyongan
kulit pucat
b. Pasien mengatakan
13.00 wib b. Melakukan hidrasi
mudah lelah
c. Memonitor intake – output
c. Pasien mengatakan
d. Memberikan asupan oral
haid masih keuar
Edukasi
d. Pasien mengatakan
e. Menganjurkan banyak minum air ganti dug 5-6 kali/hari
putih O:
Kolaborasi
a. Klien tampak lemas
f. Berkolaborasi dalam pemberian b. Conjungtiva anemis
produk darah c. CRT > 3 detik
d. HB : 7,2 / dl
e. TTV : RR: 18 x/i,
TD : 110/80 mmHG,
N : 85x/i,
S : 36,5°C
g. Terpasang IVFD RL
8 jam/ kolf
A: masalah belum
teratasi

P: lanjutkan intervensi a –
g

2. Nyeri akut Observasi S:

a. Mengidentifikasi lokasi, a. Pasien mengatakan


karakteristik, durasi, frekuensi, masih nyeri pada
kualitas, intensitas nyeri daerah perut dan
b. Mengidentifikasi skala nyeri terasa bengkak
c. Mengidentifikasi respon nyeri non O :
verbal
a. Skala nyeri 3-4
d. Mengidentifikasi faktor yang
b. Pasien masih tanpak
mempererat dan memperingan
sesekali meringis
nyeri
c. TD 110/80
e. Mengidentifikasi pengaruh nyeri
e. Nadi 85x/i
pada kualitas hidup f. Gambaran USG :
f. Memonitor efek samping Mioma uteri
penggunaan analgetik
Terapeutik
A : Masalah Nyeri akut
g. Memberikan teknik non masih belum teratasi
farmakologi untuk menghilangkan
rasa nyeri
h. Mengontrol lingkungan yang P : Intervensi dilanjutkan
memperberat rasa nyeri
i. Memfasilitasi istirahat dan tidur
Edukasi

j. Menjelaskan penyebab, periode,


dan pemicu nyeri
k. Menganjurkan memonitor nyeri
secara mandiri
l. Menganjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
m. Mengajarkan teknik non
farmakologi
Kolaborasi

n. Berkolaborasi pemberian analgetik


3 Risiko syok b/d kekurangan Observasi S:
volume cairan (perdarahan)
a. Memonitor CRT c. Pasien mengatakan
b. Memonitor Intake – output haid masih keluar
c. Memonitor tekanan darah, dan d. Pasien mengatakan
frekuensi sebelum dan sesuah ganti dug 5-6 kali/hari
aktifitas
Terapeutik
O:
d. Memperthankan oksigen untuk
a. Klien masih tampak
mempertahankan saturasi oksigen
lemas
Edukasi
b. Conjungtiva anemis
e. Menganjurkan banyak minum air c. Perdarahanpervagina
putih m 200-300 cc/hari
Kolaborasi d. CRT > 3 DTIK
e. HB : 7,2 / dl
f. Berkolaborasi dalam pemberian
f. TTV : RR: 18 x/i,
cairan
TD : 110/80 mmHG
g. Berkolaborasi dalam pemberian
N : 85x/i,
darah
S : 36,5°C

Terpasang IVFD RL
8jam/kolf
A : masalah belum
teratasi

P: intervensi a,b,c,g
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan kelompok akan membahas mengenai kesenjangan dari asuhan

keperawatan pada klien dengan penyakit Mioma Uteri. Berdasarkan tinjauan teoritis dengan

tinjauan kasus yang telah dibuat serta faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam

pelaksananan asuhan keperawatan yang mengacu pada teori yang ada.

A. Pengkajian

Pengkajian yang telah dilakukan berdasarkan teoritis dan anamnesa dari pasien.

Kemudian data dikumpulkan dan dianalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan klien

sesuai dengan kebutuhan yang ada. Data yang didapat setelah pengkajian pada Ny.N sudah

cukup sesuai berdasarkan tinjauan teoritis yang dibuat. Data-data tersebut menunjang

untuk dilakukan asuhan keperawatan selanjutnya karna data sudah didapatkan dengan jelas

dan sesuai.

Pada tanggal 26/02/2021, pasien masuk keruang kebidanan dengan keluhan badan
sempoyongan,konjungtiva anemis,dan mudah lelah jika beraktifitas,perdarahan pervagina
dan sudah berlansung 10 hari dengan CRT>3 detik,kulit tampak pucat,terpasang infus dan
kateter urine,bengkak di bagian tengah abdomen,dan sudah ganti dug sebanyak 5/6 kali
perhari.
Dari hasil observasi Kondisi umum tampak lemah, pucat akral dingin,konjungtiva
anemis,CRT> 3 detik,teraba tonjolan di bagian abdomen.dari pemeriksaan labir pada tanggal
23/03/2021
 Hb : 2,9 g/dl, normal perempuan (12-14)
 Leukosit = 8.300 /mm3, (5.000-10.000)
 Trombosit = 388.000 /mm3 (15.000-150.000)
 Hematokrit = 32,6 % (40-48)
 Limfosit = 7,8% (20-40)
 SGOT 11

 SGPT 6
 Ureum 11
 Kreatinin 0,8 g/dl
ALC = 1661
NLR = 10,8

Tgl 27/02/2021

 Hb : 7,3 g/dl (post transfusi 2 kantong PRC)


B. Diagnosa
Dari sekian banyak diagnose keperawatan yang ada di teoritis tidak seluruhnya dialami
oleh Ny.N Sesuai dengan data objektif dan data subjektif maka dirumuskan diagnose
keperawatan yang sesuai dengan keadaan Ny.N yaitu :
1. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin d/d crt >3 dtk,
conjungtiva anemis, warna kulit pucat
2. Keletihan b/d kondisi fisiologis (anemia) d/d kelelahan dan kelemahan
3. Risiko syock d/d kekurangan volume cairan (perdarahan)
Secara teoritis meliputi :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencederaan fisiologis

2. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan penurunan konsentrasi

hemoglobin

3. Keletihan berhubungan dengan kondisi fisiologi : anemia

4. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi

5. Resiko ketidaksembangan cairan ditandai dengan perdarahan


Pada kasus ini diagnosa yang muncul pada saat pengkajian hampir sama dengan
teori. Diagnosa yang tidak muncul pada kasus adalah Nyeri aku dan ansietas
. Diagnosa pada kasus bisa saja berbeda dengan teori karena tergantung dengan
kondisi pasien saat pengkajian
C. Intervensi
Dalampenyusunan rencana keperawatan mahasiswa menggunakan rencana
keperawatan yang telah disusunkan olehSDKI, SLKI dan SIKIsebagai standar acuan asuhan
keperawatan yang diberikan. Dalam hal ini setiap rencana keperawatan dikembangkan
berdasarkan teori yang dapat diterima secaralogis dan sesuai dengan kondisi pasien.
Dalam hal ini Kelompok tidak terlalu mengalami kesulitan yang begitu berarti hal ini
disebabkan karena adanya beberapa faktor pendukung diantaranya dukungan dari para
pembimbing dan yang hubungan komunikasi yang baik antara anggota kelompok, keluarga
pasien dan perawat.
Diantara intervensi SIKI yang akan dilakukan sesuai teori dan kasus adalah pantau
respirasi, manajemen hipotermi, perawatan selang.

D. Implementasi
Tahap implementasi yang merupakan penerapan asuhan keperawatan yang
didelegasikan kepada keluarga dan yang dilakukan kepada pasien. Dalam tahap
implementasi ini penulis tidak menemukan kesulitan.
Adapun faktor-faktor pendukung yang dapat dilaksanakan sesuai dengan rencananya
yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut :
1. Adanya perencanaan yang baik, sehingga memudahkan kelompok dalam melakukan
tindakan keperawatan.
2. Adanya sikap kooperatif, partisipasi keluarga membantu perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan.
3. Adanya bimbingan dari perawat ruangan serta memberikan kesempatan kepada
kelompok dalam melakukan asuhan keperawatan.

E. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x pertemuan kepada Ny. N, kondisi
semakin membaik dan di rncanakan tranfusi kembali sampai hb menjadi normal dan
perdarahan tidak ada lagi.
BAB V

PENUTUP

1. Kesimpulan
Mioma uteri paling banyak ditemukan pada wanita dengan usia reproduktif (usia
≤ 50 tahun) dan masih haid. 2. Paling banyak sampel mioma uteri memiliki indeks massa
tubuh obesitas dan berat badan lebih. 3. Sebagian besar sampel mioma uteri memiliki
paritas nullipara – primipara (paritas ≤1). 4. Terdapat hubungan antara indeks massa
tubuh dengan kejadian mioma uteri. 5. Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian
mioma uteri.
2. Saran
Bagi masyarakat sebaiknya agar lebih aktif dalam melakukan pencegahan
terhadap mioma uteri seperti melakukan pemeliharaan berat badan, memperhatikan
jumlah anak dan melakukan general check up agar dapat dideteksi secara dini jika
terdapat gangguan.
Bagi tenaga kesehatan agar lebih aktif dalam memberikan informasi mengenai
faktor risiko dan hal yang berkaitan dengan mioma uteri
Pengambilan data untuk sampel mioma uteri sebaiknya melakukan pemeriksaan
langsung terhadap pasien yang menderita mioma uteri agar didapatkan data yang valid.
Pemilihan sampel non mioma uteri, sebaiknya menggunakan pemeriksaan
penunjang seperti USG agar didapatkan hasil yang akurat bahwa wanita tersebut tidak
menderita mioma uteri.
Bagi penelitian lain dapat melanjutkan penelitian ini dengan membahas faktor-
faktor risiko mioma uteri lain yang belum dikaji, misalnya faktor genetik dan faktor
hormonal.
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Yosi. . Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Mioma Uteri di
RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol. 2 No. 5

Aspiani, Y, R. ( 2016). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM

Aimee, et al. ( 2009). Association of Intrauterine and Early-Life Exposures with Diagnosis of
Uterine Leimyomata by 35 Years of Age in the Sister Study.Environmental Health
Perpectives.Volume 118. No 3 pages 375-

Bararah, T., Mohammad Jauhar.2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap menjadi Perawat
Profesional.Jilid 2.Jakarta : Prestasi Pustaka.

Copaescu, C. (2007 ). Laparoscopic Hysterectomy. Chirurgia (Bucur). Volume 102.No. 2.


Romanian

Dinas kesehatan sumaterah barat. ( 2012). Kumpulan hasil pelaporan dan pengamatan.
Websiitte:httttp:////www.diinkes.sumbarprov.go.iid

Hidayat, A Aziz Alimul. ( 2013). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.
Jakarta : Salemba Medika

Manuaba. (2007 ). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba. (2009 ). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC

Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Ed. 3. Jakarta :
Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai