TAHUN 2021
DI SUSUN OLEH :
KELOMPOK 2
ILMAN
MASKHAIRANI
MARDALINDA
MILA DANIA
POETRI ERYANTI
REZKITA AYU WAHYUNI
Puji sukur saya ucapkan kepada ALLAH SWT atas berkat dan rahmat-Nya saya dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Myioma Uterri Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas yang akan diseminarkan pada mata
ajar meternitas.
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini untuk menambah pengetahuan dan wawasan kami
selaku mahasiswa dalam bidang kesehatan agar dapat lebih memahami lagi
tentang berbagai macam penyakit, bagaimana terjadinya serta melakukan perawatan terhadap pe
nyakit tersebut.
Dalam penyusunan tugas ini kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai dengan
kemampuan kami. Namun sebagai manusia biasa, kami tidak luput dari kesalahan baik darisegi
tehnik penulisan maupun tata bahasa.Tetapi walaupun demikian kami berusaha sebisa mungkin
menyelesaikan tugas ini.
Demikian, semoga makalah tulisan ini dapat bermanfaat bagi kami selaku penyusu dan
pembac umumnya.Kami mengharapkan saran dan kritik dari berbagai pihak yang bersifat
membangun.
Kelompok
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................
1. Latar Belakang..................................................................................................................
2. Tujuan ..............................................................................................................................
3. Manfaat ............................................................................................................................
BAB IV PEMBAHASAN.............................................................................................................
1. Kesimpulan ......................................................................................................................
2. Saran .................................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu hal penting untuk mencapai derajat kesehatan adalah dengan memperhatikan
kesehatan wanita, terutama kesehatan reproduksi karena hal tersebut berdampak luas,
menyangkut berbagai aspek kehidupan, serta merupakan parameter kemampuan negara
dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat.Kesehatan reproduksi
wanita berpengaruh besar dan berperan penting terhadap kelanjutan generasai penerus suatu
negara (Manuaba, 2009).
Kesehatan reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh dan bukan
tidak adanya penyakit atau kelemahan dalam segalah hal yang berhubungan dengan sistem
reproduksi dan fungsinya serta proses-prosesnya.Kesehatan reproduksi menurut WHO
adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yang utuh bukan hanya bebas dari penyakit
atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi,
serta prosesnya (Nugroho, 2012).
Salah satu penyakit reproduksi adalah mioma uteri.Mioma uteri merupakan suatu tumor
jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari otot polos dan jaringan ikat
fibrous.Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid.Mioma
uteri ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia wanita,
terutama wanita sesudah produktif atau menopouse (Aspiani, 2017).Menurut WHO kejadian
mioma uteri sekitar 20% sampai 30% dari seluruh wanita didunia dan terus mengalami
peningkatan. Mioma uteri ditemukan 30% sampai 50% pada perempuan usia subur
(Robbins, 2007). Menurut Wise penelitiannya di Amerika serikat periode 1997-2007
melaporkan 5.871 kasus mioma uteri dari 22.120 terjadi pada wanita kulit hitam dengan
prevalensi Kejadian mioma uteri di Indonesia ditemukan 2.39% - 11.7% pada semua
penderita ginekologi yang dirawat di rumah sakit, penyakit mioma uteri sering ditemukan
pada wanita nullipara (belum pernah melahirkan) ataupun pada wanita kurang subur. Mioma
uteri diperkirakan antara 20% sampai 25% terjadi pada wanita berusia diatas 35 tahun
(Aspiani, 2017).
Menurut Apriyani faktor-faktor terjadinya mioma uteri ada empat diantaranya usia
reproduksi sebanyak 65,0%, paritas multipara sebanyak 47,5%, dengan usia menarhe normal
sebanyak 95%, dan status haid tidak teratur sebanyak 52,5%.
Mioma uteri diduga merupakan penyakit multifaktorial.Mioma mulai dari benih-benih
multipel yang sangat kecil dan tersebar pada miometrium.Benih ini tumbuh sangat lambat
tetapi progresif dibawah pengaruh hormon estrogen terhadap sel-sel yang ada di otot
rahim.Mioma menimbulkan gejala berupa perdarahan abnormal, rasa nyeri dan rasa adanya
tekanan didaerah sekitar panggul yang dapat menciptakan rasa sakit hingga menjalar ke
punggung (Manuaba, 2009).
Perdarahan abnormal merupakan gejala yang paling sering di alami oleh wanita
penderita mioma uteri.Perdarahan bisa diakibatkan karena pembesaran mioma sehingga
menekan organ disekitarnya seperti tertekannya kandung kemih, usus besar, pelebaran
pembuluh darah dan gangguan ginjal karena akibat pembesaran dan penekanan mioma uteri
terhadap saluran kemih.Mioma uteri dapat mengakibatkan permukaan endometrium yang
lebih luas dari pada biasanya.Perdarahan mioma uteri dapat berdampak pada ibu hamil dan
penderita mioma uteri itu sendiri. Ibu hamil akan mengalami dampak berupa abortus
spontan, persalinan prematur, dan malpresentasi. Pada penderita mioma uteri akan
mengalami perdarahan yang banyak dan dapat mengakibatkan anemia. Pendarahan juga
dapat terjadi pada pencernaan karena perluasan dan pembesaran mioma uteri sehingga
pasien mioma uteri tidak hanya dilakukan operasi pada alat kelamin tetapi juga dapat
dilakukan operasi pencernaan (colostomy).Pada kasus ini pasien mioma uteri mengalami
komplikasi yang berat dan dapat memperburuk kesehatan dan tidak jarang pasien tersebut
mengalami penurunan kesehatan karena terjadi gangguan pada nutrisi dan tubuh mengalami
kelemahan hingga menjadi syok dan pada akhirnya menimbulkan kematian (Aspiani, 2017).
Hampir dari separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan
pelvik rutin.Penderita memang tidak mempunyai keluhan apaapa dan tidak sadar bahwa
pederita mengalami penyakit mioma uteri.Pengobatan mioma uteri bervariasi tergantung
pada umur ibu atau penderita, jumlah anak yang dimiliki, lokasi mioma uteri di rahim, dan
besar mioma uteri. Prinsip pengobatannya adalah melakukan operasi pengangkatan total
atau sebagian, pemberian hormon dan radiasi untuk menghilangkan fungsinya sehingga
diharapkan dapat mengecilkan tumor (Manuaba, 2009).
Menurut American College of Obstetricians and Gineclogist (ACOG) dan American
Socienty of Reproductive Medicine (ASRM) ada delapan indikasi untuk melakukan operasi
pada mioma uteri diantaranya adalah nyeri penekanan yang sangat mengganggu, perdarahan
yang tidak respon terhadap terapi konservatif, dan dugaan adanya keganasan pada organ
reproduksi. Pada mioma ini sering terjadi kekambuhan setelah pengangkatan, dan banyak
yang bermetastasi secara luas sehingga angka harapan hidup 5 tahun sekitar 40%.Wanita
subur diharapkan untuk melakukan pemeriksaan ginekologi secara teratur agar terhindar dari
penyakit mioma uteri dan dapat menegakkan diagnosis serta penanganan dini dapat
dilakukan (Robbins, 2007).
Kejadian mioma uteri di Sumatera Barat berdasarkan komplikasi kebidanan pada tahun
2012 sebesar 50%, angka ini lebih rendah dari target yang ditetapkan sebesar 67% (Dinkes
Sumbar, 2012). Dari kaasus Gynekologi di ruangan Kebidanan RSUD Lubuk Sikaping,
kasus Mioma Uteri merupakan kasus yang paling banyak di temukan. Namun dari 10
penyakit terbanyak di ruangan Kebidanan maka kasus Mioma Uteri bukan termasuk kasus
10 penyakit terbantyak, karna data mioma uteri berkisar kurang dari 5 % di tahun 2020 dan
mayoritas penderita di usia >40 tahun.
Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok tertarik untuk melakukan Asuhan
keperawatan dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Ny. N Dengan Mioma uteri +
Anemia Di Ruang kebidanan RSUD Lubuk sikaping Tahun 2021”
B. Tujuan
1. Tujuan umum
Agar mahasiswa mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan
dengan penyakit mioma uteri di ruangan kebidanan RSUD Lubuk Sikaping tahun 2021.
2. Tujuan khusus
a. Mampu memahami kasus pasien dengan penyakit mioma uteri di ruangan kebidanan
RSUD Lubuk Sikaping tahun 2021.
b. Mampu melakukan pengkajian pada kasuspasien dengan kasus penyakit mioma uteri
di ruangan kebidanan RSUD Lubuk Sikaping tahun 2021.
c. Mampu menganalisa dan menegakan diagnosa keperawatan pada kasus penyakit
mioma uteri di ruangan kebidanan RSUD Lubuk Sikaping tahun 2021.
d. Mampu menyusun rencana keperawatan pada pasiendengan kasus penyakit mioma
uteri di ruangan kebidanan RSUD Lubuk Sikaping tahun 2021.
e. Mampu melaksanakan rencana keperawatan yang telah disusun sesuai dengan
rencana keperawatan pada pasien dengan kasus penyakit mioma uteri di ruangan
kebidanan RSUD Lubuk Sikaping tahun 2021.
f. Mampu melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang telah dilaksanakan
pada pasien dengan kasus penyakit mioma uteri di ruangan kebidanan RSUD Lubuk
kasus penyakit mioma uteri di ruangan kebidanan RSUD Lubuk Sikaping tahun
2021.
C. Manfaat
1. Bagi Pihak Rumah sakit dan Petugas Pelayanan kesehatan
Dapat menambah wawasan perawat untuk melaksanakan asuhan keperawatan di
ruang kebidanan terkait pasien-pasien dengan penyakit mioma uteri, sehingga perawat
dapat melakukan asuhan keperawatan dengan baik sesuai dengan masalah yang ditemui
juga lebih kritis dalam merawat pasien.
2. Bagi Pasien dan Keluarga
Penulisan ini dapat memberikan informasi kepada pasien dengan penyakit mioma
ataupun belum untuk dapat mengantisipasi penyebab-penyebab dari mioma sehingga
lebih sadar untuk menjaga kesehatan dan merawatdiri dengan baik.
3. Bagi Mahasiswa
Diharapkan mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman yang
lebih mendalam dalam memberikan Asuhan Keperawatan khususnya pada pasien
dengan penyakit Mioma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Mioma Uteri
1. Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang berasal dari
otot polos dan jaringan ikat fibrous.Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri
atau uterine fibroid.Tumor jinak ini merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan
pada traktus genitalia wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma
uteri jarang ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat
berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus spontan,
persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).
2. Anatomi dan fisiologi
Anatomi organ reproduksi wanita
Secara umum alat reproduksi wanita dibagi atas organ eksterna dan interna.Organ
interna yang terletak didalam rongga pelvis dan ditopang oleh lantai pelvis, dan ginetal
eksterna yang terletak di perineum.
Organ reproduksi wanita terdiri dari 2 bagian yaitu organ ektremitas dan organ
interna:
a. Organ Eksterna
1) Mons veneris / mons pubis
Adalah bantalan berisi lemak subkutan bulat yang lunak dan padat yang
terletak dipermukaan anterior simphisis pubis.Mons pubis mengandung banyak
kelenjar.Sebasea (minyak) berfungsi sebagai bantal pada waktu melakukan
hubungan seks.
2) Labiya mayora
Merupakan dua buah lipatan bulat dengan jaringan lunak yang ditutupi
kulit dari rectum.Panjang labia mayora 7 - 8 cm, lebar 2-3 cm dan agak
meruncing pada ujung bawah.Labia mayora melindungi memanjang ke bawah
dan ke belakang dari mons pubis sampai sekitar satu inci labia minora, meatus
urinalius, dan introitus vagina (muara vagina).
3) Labia minora
Labia minora terletak diantara dua labia minora, merupakan lipatan kulit
yang panjang, sempit dan tidak berambut yang memanjang kearah bawah dari
bawah klitoris dan menyatu dengan fourchette, sementara bagian lateral dan
anterior labia biasanya mengandung pigmen, permukaan medial labia minora
sama dengan mukosa vagina : merah muda dan basah. Pembuluh darah yang
sangat banyak membuat labia berwarna merah kemerahan dan memungkinkan
labia minora membengkak.
4) Klitoris
Adalah jaringan yang homolog dengan penis, bentuknya kecil, silinder,
erektik dan letaknya dekat ujung superior vulva.Organ ini menonjol ke bawah
diantara ujung labia minora.Fungsi utama klitoris adalah menstimulasi dan
meningkatkan ketegangan seksual.
5) Vulva
Bentuk lonjong dengan ukuran panjang dari muka kebelakang dan dibatasi
dimuka oleh klitoris, kanan dan kiri oleh ke dua bibir kecil, dan dibelakang oleh
perineum; embriologik sesuai dengan sinus urogenitalis. Di vulva 1-1,5 cm
dibawah klitoris ditemukan orifisium uretra ekstrenum (lubang kemih) berbentuk
membujur 4-5 mm dan tidak jarang sukar ditemukan oleh karena tertutup oleh
lipatan – lipatan selaput vagina.
6) Vestibulum
Merupakan daerah yang berbentuk seperti perahu atau lonjong, terletak
diantara labia minora, klitoris dan fourchette.Vestibulum terdiri dari muara
uretra, kelenjar parauretra, vagian, dan kelenjar paravagina. Permukaan
vestibulum yang tipis dan agak berlendir mudah teriritasi oleh bahan kimia
(deodoran semprot, garam – garaman, busa sabun), panas, dan fiksi (celana jins
yang ketat).
7) Perineum
Merupakan daerah muskulus yang ditutupi kulit antara introitus vagina
dan anus.Perineum membentuk dasar badan perineum.Penggunaan istilah vulva
dan perineum kadang – kadang tertukar, tatapi secara tidak tepat.
8) Fourchette
Merupakan lipatan jaringan transversal yang pipih dan tipis, terletak pada
permukaan ujung bawah labia mayora dan labia minora digaris tengah dibawah
orifisium vagina.Suatu cekungan kecil dan fosa navikularis terletak diantara
fourchette dan himen.
b. Organ Interna
1) Vagina
Vagina suatu struktur tubular yang terletak didepan rectum dan dibelakang
kandung kemih dan uretra, memanjang dari introitus (muara eksterna
divestibulum diantara labia minora vulva) sampai serviks.
Vagina adalah suatu tuba berdinding tipis yang dapat melipat dan mampu
meregang secara luas. Karena tonjolan servik ke bagian atas vagina, panjang
dinding anterior vagina hanya sekitar 7,5 cm, sedangkan panjang dinding
posterior 9 cm. Ceruk yang berbentuk disekeliling serviks yang menonjol
tersebut disebut forniks: kanan, kiri, anterior, dan posterior. Mukosa vagina
berespon dengan cepat terhadap stimulasi estrogen dan progesterone.Sel – sel
mukosa tunggal terutama selama siklus menstruasi dan selama masa hamil. Sel –
sel yang diambil dari mukosa vagina dapat digunakan untuk mengukur kadar
hormon seks steroid. Cairan vagina berasal dari traktus ginetalia atas atau
bawah.Cairan sedikit asam.Interaksi antara laktobasilus vagian dan glikogen
mempertahankan keasaman. Apabila PH naik diatas lima, insiden infeksi vagina
meningkat.
2) Uterus
Uterus merupakan organ berdinding tebal, muskular, pipih, cekung yang
tampak mirip buah pir terbaik.Pada wanita dewasa yang belum pernah hamil,
beratuterus adalah 60 gram (2 ons).Uterus normal memiliki bentuk simetris, nyeri
bila ditekan, licin dan teraba padat.Derajat kepadatan ini bervariasi bergantung
kepada beberapa faktor.Misalnya, uterus lebih banyak mengandung rongga
selama fase sekresi, siklus menstruasi, lebih lunak selama masa hamil, dan lebih
padat setelah menopause.
Uterus terdiri dari tiga bagian : fundus yang merupakan tonjolan bulat
dibagian atas dan terletak diatas insersi tuba valopi, korpus yang merupakan
bagian utama yang mengelilingi kavum uteri, dan instmus merupakan bagian
sedikit konstriksi yang menghubungkan korpus dengan serviks dan dikenal
sebagai segmen uterus bagian bawah pada masa hamil. Tiga fungsi uterus adalah
siklus menstruasi dengan peremajaan endometrium, kehamilan dan
persalinan.Fungsi – fungsi ini esensial untuk reproduksi, tetapi tidak diperlukan
untuk kelangsungan fisiologis wanita.
3) Tuba fallopi
Tuba fallopi merupakan saluran ovum yang terentang antara kornu uterine
hingga suatu tempat dekat ovarium dan merupakan jalan ovum mencapai rongga
uterus.Panjang tuba fallopi antara 8-14 cm, tuba tertutup oleh peritonium dan
lumennya dilapisi oleh membran mukosa.
Tuba fallopi terdiri atas
a. Pars intersisialis
Bagian yang terdapat di dinding uterus.
b. Pars ismika
Merupakan bagian medial tuba yang sempit seluruhnya.
c. Pars ampularis
Bagian yang terbentuk agak lebar tempat konsepsi terjadi
d. Pars infundibulum
Bagian ujung tuba yang terbuka ke arah abdomen dan mempunyai fimbria
4) Ovarium
Ovarium merupakan organ yang berbentuk seperti buah amandel,
fungsinya untuk perkembangan dan pelepasan ovum.Serta sintesis dan sekresi
hormon steroid. Ukuran ovarium, panjang 2,5-5 cm, labar 1,5-3 cm, dan tebal
0,6-1 cm.
Ovarium terletak disetiap sisi uterus, dibawah dan dibelakang tuba fallopi.
Dua ligamen mengikat ovarium pada tempatnya, yakni bagian mesovarium
ligamen lebar uterus, yang memisahkan ovarium dari sisi dinding pelvis lateral
kira – kira setinggi kristal iliaka antero superior, dan ligamentum ovarii
proprium. (Bobak, 2004)
3. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.
a. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar 40%-50%
pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang ditemukan sebelum menarche
(sebelum mendapatkan haid).
b. Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada jaringan
miometrium normal.
c. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita mioma
uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma dibandingkan
dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
d. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red meat), dan
daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran hijau menurunkan
insiden menurunkan mioma uteri.
e. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar estrogen dalam
kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal ini mempercepat
pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin
berhubungan dengan respon dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat bukti
peningkatan produksi reseptor progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
f. Paritas
Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara dibandingkan dengan wanita
yang mempunyai riwayat melahirkan 1 (satu) kali atau 2 (2) kali.
5. Patofisiologi
Mioma uteri terjadi karena adanya sel-sel yang belum matang dan pengaruh
estrogen yang menyebabkan submukosa yang ditandai dengan pecahnya pembuluh darah
dan intranurel,sehingga terjadi kontraksi otot uterus yang menyebabkan perdarahan
pervagina lama dan banyak yang bisa berakibat resiko syok,dengan adanya perdarahan
pervagina akan mengakibatkan gangguan peredaran darah ditandai dengan adanya
nekrosa dan perlengketan sehingga timbul rasa nyeri,dengan terganggunya peredaran
darah maka akan terjadi penurunan sirkulasi darah sehingga menyebabkan perfusi perifer
tidak efektif,yang bisa menyebabkan anemia pada pasien kemudian terjadi kelemahan
fisik yang mengakibatkan masalah keletihan.dengan terjadi hal tersebut pasien dengan
kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya yang akan menyebabkan cemas berlebihan
pada pasien tersebut.dengan perdarahan pervagina yang banyak dan lama juga
mengakibatkan pembesaran urat kemudian terjadi penekanan pada organ lain yang bisa
mengakibatkan mual dan muntah pada pasien sehingga beresiko ketidak seimbangan
cairan.(Aspiani, 2017).
6. WOC
Sel- sel yang belum matang Pengaruh ekstrogen
MIOMA UTERI
Masa pemulihan :
Terapeutik
j. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri (mis.
TENS, hypnosis, akupresur,
terapi musik, biofeedback,
terapi pijat, aroma terapi,
teknik imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
k. Control
lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan, kebisingan)
l. Fasilitasi istirahat
dan tidur
m. Pertimbangkan
jenis dan sumber nyeri
dalam pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
n. Jelaskan
penyebab, periode, dan
pemicu nyeri
o. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
p. Anjurkan
memonitor nyri secara
mandiri
q. Anjurkan
menggunakan analgetik
secara tepat
r. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
s. Kolaborasi
pemberian analgetik, jika
perlu
Edukasi
FORMATPENGKAJIAN
KEPERAWATANMEDIKALBEDAH
INSTITUTKESEHATANPRIMA NUSANTARABUKITTINGGI
1. DATA KLINIS :
NamaKlien : Ny.N No. Rekam Medis : 125824
Masalah Keperawatan :
GENOGRAM :
Keterangan :
Alkohol :Tidak
3. Jenis makanan dan Nasi, lauk pauk, buah Nasi, sayur, lauk pauk,
minuman Air putih, the buah
Air putih, Susu
Aktivitas 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Mandi √
Berpakaian / berdandan √
Toileting √
Berpindah √
Berjalan √
2. Hidung
Sekret Hidung : Tidak ada
Bila Terdapat Sekret : -
Perdarahan Hidung :Tidak ada
Polip Hidung :Tidak ada
Peradangan mukosa hidung : Tidak ada
Lain-lain :Tidak ada
3. Telinga
Kondisi Telinga :Normal
Cairan dari telinga :Tidak ada
Rasa penuh ditelinga : Tidak ada
Fungsi pendengaran :Normal
Fungsi keseimbangan :Normal
Lain-lain :Tidak ada
Masalah Keperawatan :Tidak ada
c. Sistem Pernafasan
Jalan nafas : Tidak Ada Sumbatan
Karakteristik Sumbatan : Ludah
Pernafasan :Normal, dipsneu tidak ada, pernafasan teratur
Irama Nafas : Teratur
Pergerakan Dinding Dada :Simetris
Penggunaan Otot Bantu Nafas:Tidak Ada
Pernafasan Cuping Hidung : Tidak Ada
Batuk : Tidak ada
Sputum :-
Palpasi Paru :Tidak teraba pembengkakan, nyeri tekan (-)
Perkusi Paru :Tidak ada kelainan bunyi saat perkusi
Suara Nafas :Wheezing (-), ronci (-)
Alat Bantu Nafas :O2 Nasal Kanul
Saturasi O2 :98 %
Lain-lain :Tidak ada
Masalah Keperawatan :Tidakada masalah
d. Sistem Kardiovaskular
1) Sirkulasi perifer
Nadi : Reguler
Denyut Nadi : Kuat
Akral : dingin
Pengisian Kapiler : > 3 detik
2) Sirkulasi Jantung
Irama Jantung : Teratur
Palpasi Jantung : Menentukan batas jantung, Ictus Kordis kuadran kiri atas
Perkusi Jantung : Tidak ada kelaianan
Bunyi Jantung : Normal
Kelainan Jantung : Tidak ada kelaianan
Nyeri Dada : Tidak ada
Nyeri Dada Timbul : Tidak ada
Karakteristik Nyeri : -
Lain-lain : Tidak ada
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah
e. Sistem Pencernaan
1) Mulut
Kebersihan Mulut : Bersih
Bau Mulut : Tidak
Stomatitis : Tidak
Mukosa Mulut : Lembab
Karang Gigi : Ada
Karies Gigi : Ada
Jumlah Gigi yang Karies : Gigi depan bawah = 4 buah
Gigi Tanggal : Ada, Jumlah dan Nama Gigi yang tanggal : 2 buah gigi
depan atas, 1 buah gigi taring, 1 buah gigi geraham depan, 2 buah gigi geraham
belakang
Ginggivitis : Tidak ada
Keadaan lidah : Bersih
Tepi Lidah : Pink
Peradangan Tonsil : Tidak ada
Peradangan Faring : Tidak ada
Tenggorokan : Tidak ada sakit saat menelan
2) Abdomen
Inspeksi :Tidak ada Lesi, Tidak ada Asites.
Auskultasi :Terdengar suara timpani (lambung)
Bising Usus :12 x / menit
Perkusi :Timpani
Palpasi :Nyeri tekan bagian tengah abdomen terdapat benjolan
pada daerah abdomen kuadran bawah
Nyeri Tekan :Ya
Nyeri Lepas :Tidak ada
Hepar :Tidak ada teraba
Lien / Spleen :Tidak ada teraba
Warna Feses : Kuning
Konsistensi Feses : Setengah Padat
Penggunaan Alat : Tidak ada
Lain-lain : -
Masalah Keperawatan : Nyeri Akut
f. Sistem Urogenital
Kebersihan : Bersih
Pola BAK : Terkontrol
Jumlah Urine : 2000 cc / hari
Warna Urine : jernih
Distensi : Tidak Ada
Nyeri Tekan : Tidak Ada
Nyeri Lepas : Tidak Ada
Penggunaan Kateter : Tidak
Lain-lain : -
Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah Keperawatan
g. Sistem Muskulokeletal
Kemampuan melakukan ROM : Lemah
Nyeri Sendi : Tidak Ada
Kekuatan Otot :
4444 4444
4444 4444
h. Sistem Integumen
Warna Kulit :Pucat
Kondisi Kulit :Baik / Utuh
Turgor Kulit :Elastis, Baik
Edema :Tidak Ada
Lokasi Edema :-
Lain-lain :-
Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan
SGPT 6
Ureum 11
Kreatinin 0,8 g/dl
ALC = 1661
NLR = 10,8
Tgl 27/02/2021
( )
ANALISA DATA
Data objektif
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perfusi perifer tidak efektif b/d penurunan konsentrasi hemoglobin d/d crt >3 dtk,
conjungtiva anemis, warna kulit pucat
2. Keletihan b/d kondisi fisiologis (anemia) d/d kelelahan dan kelemahan
3. Risiko syock d/d kekurangan volume cairan (perdarahan)
1 Perfusi perifer tidak efektif b/d Setelah dilakukan Intervensi keperawatan Perawatan sirkulasi
penurunan konsentrasi selama 3 x 24 jam diharapkan perfusi
Observasi
haemoglobin d/d crt >3 dtk, perifer meningkat dan perdarahan
conjungtiva anemis, warna kulit pervaginam terhenti dengan kriteria a. Periksa perfusi perifer (Nadi
pucat hasil : perifer,pengisian kapiler,warna,suhu)
b. Identifikasi faktor resiko gangguan
a. Kelemahan otot membaik
sirkulasi
b. Pengisian kapiler membaik
c. Monitor panas kemerahan,nyeri dan
c. Akral membaik
bengkak
d. Turgor kulir membaik
Terapeutik
e. Tekanan darah membaik
a. Lakukan hidrasi
b. Monitor intake – output
c. Berikan asupan oral
Edukasi
Edukasi
Terapeutik
CATATAN PERKEMBANGAN
NO Hari/jam / DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI PARAF
tanggal KEPERAWATAN
P: lanjutkan intervensi
a ,b,c,d,e,g
A : masalah belum
teratasi
P: intervensi a,b,c,g
CATATAN PERKEMBANGAN HARI KE- 2
P: lanjutkan intervensi a –
g
Terpasang IVFD RL
8jam/kolf
A : masalah belum
teratasi
P: intervensi a,b,c,g
P: lanjutkan intervensi a –
g
Terpasang IVFD RL
8jam/kolf
A : masalah belum
teratasi
P: intervensi a,b,c,g
BAB IV
PEMBAHASAN
keperawatan pada klien dengan penyakit Mioma Uteri. Berdasarkan tinjauan teoritis dengan
tinjauan kasus yang telah dibuat serta faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam
A. Pengkajian
Pengkajian yang telah dilakukan berdasarkan teoritis dan anamnesa dari pasien.
Kemudian data dikumpulkan dan dianalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan klien
sesuai dengan kebutuhan yang ada. Data yang didapat setelah pengkajian pada Ny.N sudah
cukup sesuai berdasarkan tinjauan teoritis yang dibuat. Data-data tersebut menunjang
untuk dilakukan asuhan keperawatan selanjutnya karna data sudah didapatkan dengan jelas
dan sesuai.
Pada tanggal 26/02/2021, pasien masuk keruang kebidanan dengan keluhan badan
sempoyongan,konjungtiva anemis,dan mudah lelah jika beraktifitas,perdarahan pervagina
dan sudah berlansung 10 hari dengan CRT>3 detik,kulit tampak pucat,terpasang infus dan
kateter urine,bengkak di bagian tengah abdomen,dan sudah ganti dug sebanyak 5/6 kali
perhari.
Dari hasil observasi Kondisi umum tampak lemah, pucat akral dingin,konjungtiva
anemis,CRT> 3 detik,teraba tonjolan di bagian abdomen.dari pemeriksaan labir pada tanggal
23/03/2021
Hb : 2,9 g/dl, normal perempuan (12-14)
Leukosit = 8.300 /mm3, (5.000-10.000)
Trombosit = 388.000 /mm3 (15.000-150.000)
Hematokrit = 32,6 % (40-48)
Limfosit = 7,8% (20-40)
SGOT 11
SGPT 6
Ureum 11
Kreatinin 0,8 g/dl
ALC = 1661
NLR = 10,8
Tgl 27/02/2021
hemoglobin
D. Implementasi
Tahap implementasi yang merupakan penerapan asuhan keperawatan yang
didelegasikan kepada keluarga dan yang dilakukan kepada pasien. Dalam tahap
implementasi ini penulis tidak menemukan kesulitan.
Adapun faktor-faktor pendukung yang dapat dilaksanakan sesuai dengan rencananya
yang telah ditetapkan adalah sebagai berikut :
1. Adanya perencanaan yang baik, sehingga memudahkan kelompok dalam melakukan
tindakan keperawatan.
2. Adanya sikap kooperatif, partisipasi keluarga membantu perawat dalam melakukan
asuhan keperawatan.
3. Adanya bimbingan dari perawat ruangan serta memberikan kesempatan kepada
kelompok dalam melakukan asuhan keperawatan.
E. Evaluasi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x pertemuan kepada Ny. N, kondisi
semakin membaik dan di rncanakan tranfusi kembali sampai hb menjadi normal dan
perdarahan tidak ada lagi.
BAB V
PENUTUP
1. Kesimpulan
Mioma uteri paling banyak ditemukan pada wanita dengan usia reproduktif (usia
≤ 50 tahun) dan masih haid. 2. Paling banyak sampel mioma uteri memiliki indeks massa
tubuh obesitas dan berat badan lebih. 3. Sebagian besar sampel mioma uteri memiliki
paritas nullipara – primipara (paritas ≤1). 4. Terdapat hubungan antara indeks massa
tubuh dengan kejadian mioma uteri. 5. Terdapat hubungan antara paritas dengan kejadian
mioma uteri.
2. Saran
Bagi masyarakat sebaiknya agar lebih aktif dalam melakukan pencegahan
terhadap mioma uteri seperti melakukan pemeliharaan berat badan, memperhatikan
jumlah anak dan melakukan general check up agar dapat dideteksi secara dini jika
terdapat gangguan.
Bagi tenaga kesehatan agar lebih aktif dalam memberikan informasi mengenai
faktor risiko dan hal yang berkaitan dengan mioma uteri
Pengambilan data untuk sampel mioma uteri sebaiknya melakukan pemeriksaan
langsung terhadap pasien yang menderita mioma uteri agar didapatkan data yang valid.
Pemilihan sampel non mioma uteri, sebaiknya menggunakan pemeriksaan
penunjang seperti USG agar didapatkan hasil yang akurat bahwa wanita tersebut tidak
menderita mioma uteri.
Bagi penelitian lain dapat melanjutkan penelitian ini dengan membahas faktor-
faktor risiko mioma uteri lain yang belum dikaji, misalnya faktor genetik dan faktor
hormonal.
DAFTAR PUSTAKA
Apriyani, Yosi. . Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Mioma Uteri di
RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol. 2 No. 5
Aimee, et al. ( 2009). Association of Intrauterine and Early-Life Exposures with Diagnosis of
Uterine Leimyomata by 35 Years of Age in the Sister Study.Environmental Health
Perpectives.Volume 118. No 3 pages 375-
Bararah, T., Mohammad Jauhar.2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap menjadi Perawat
Profesional.Jilid 2.Jakarta : Prestasi Pustaka.
Dinas kesehatan sumaterah barat. ( 2012). Kumpulan hasil pelaporan dan pengamatan.
Websiitte:httttp:////www.diinkes.sumbarprov.go.iid
Hidayat, A Aziz Alimul. ( 2013). Metode penelitian keperawatan dan teknik analisis data.
Jakarta : Salemba Medika
Nursalam. 2015. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis Ed. 3. Jakarta :
Salemba Medika.