Anda di halaman 1dari 104

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal > 3

kali/ hari, serta perubahan isi / volume (> 200 g/hari) dan konsistensi feses cair. (Brunner

dan Suddarth, 2002). Diare atau dikenal dengan sebutan mencret memang merupakan

penyakit yang masih banyak terjadi pada masa kanak dan bahkan menjadi salah satu

penyakit yang banyak menjadi penyebab kematian anak yang berusia di bawah lima

tahun (balita). Karenanya, kekhawatiran orang tua terhadap penyakit diare adalah hal

yang wajar dan harus dimengerti. Justru yang menjadi masalah adalah apabila ada orang

tua yang bersikap tidak acuh atau kurang waspada terhadap anak yang mengalami diare,

sehingga mungkin saja diare akan membahayakan anak.

Diare disebabkan faktor cuaca, lingkungan, dan makanan. Perubahan iklim,

kondisi lingkungan kotor, dan kurang memerhatikan kebersihan makanan merupakan

faktor utamanya. Penularan diare umumnya melalui 4F, yaitu Food, Fly , Feces, dan

Finger.

Diare lebih dominan menyerang balita karena daya tahan tubuhnya yang masih

lemah, sehingga balita sangat rentan terhadap penyebaran bakteri penyebab diare. Jika

diare disertai muntah berkelanjutan kan menyebabkan dehidrasi (kekurangan cairan).

Inilah yang harus selalu diwaspadai karena sering terjadi keterlambatan dalam

pertolongan dan mengakibatkan kematian. Dehidrasi yang terjadi pada bayi maupun anak

akan cepat menjadi parah. Hal ini disebabkan karena seorang anak berat badannya lebih

ringan daripada orenag dewasa. Maka cairan tubuhnya pun relatif sedikit, sehingga jika

1
kehilangan sedikit saja cairan dapat mengganggu organ-organ vitalnya. Apalagi sang

anak juga belum mampu mengkomunikasikan keluhannya, sehingga tidak mudah

mendeteksinya. Dehidrasi akan semakin parah jika ditambah dengan keluhan lain seperti

mencret dan panas karena hilangnya cairan tubuh lewat penguapan. Kasus kematian

balita karena dehidrasi masih banyak ditemukan dan biasanya terjadi karena

ketidakmampuan orang tua mendeteksi tanda-tanda bahaya ini (Cahyono, 2011).

Diare merupakan penyakit yang berbasis lingkungan dan hampirr terjadi di

seluruh daerah gegrafis di dunia. Secara global terjadinya peningkatan kejadian diare dan

kematian akibat diare pada balita pada tahun 2020-2017. Pada tahun 2015, diare

menyebabkan sekitar 688 juta orang sakit dan 499.000 kematian diseluruh dunia terjadi

pada anak-anak dibawah 5 tahun. Data WHO (2017) menyatakan hampir 1,7 miliar kasus

diare terjadi pada anak dengan angka kematian sekitar 525.000 pada anak balita tiap

tahunnya.. Pada Negara berkembang, anak-anak usia di bawah 3 tahun rata-rata

mengalami 3 episode diare pertahun. Setiap episodenya, diare akan menyebabkan

kehilangan nutrisi yabg dibutuhkan anak untuk tumbuh, sehingga diare merupakan

penyebab utama malnutrisi pada anak dan menjadi penyebab kematian kedua pada anak

berusia di bawah 5 tahun. Berdasarkan data United Nation Children’s Fund (UNICEF)

dan WHO pada tahun 2013, secara global terdapat dua juta anak meninggal tiap tahunnya

karena diare.

Berdasarkan hasil Riskesdas (2016) menyatakan jumlah kasus diare yang

ditangani instansi kesehatan indonesia menurun tiap tahunnya. Pada tahun 2016 penderita

diare diindonesia yang ditangani sebanyak 46.4% dari jumlah penderita diare keseluruhan

yang tercatat berjumlah 6.897.463 orang. Pada tahun 2015 jumlah kasus yang ditangani

4.017.861 orang sedangkan pada tahun 2014 jumlah penanganan kasus diare oleh isntansi

2
kesehatan 8.490.976 orang. Jumah penderita KLB diare tahun 2020 di Indonesia menurun

secara signifikan dibandingkan tahun 2021 dari 1.654 kasus menjadi 646 kasus pada

tahun 2020. KLB diare pada tahun 2020 terjadi di 6 provinsi dengan penderita terbanyak

terjadi di Jawa Tengah yang mencapai 294 kasus ( Profil Kesehatan Indonesia, 2020).

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat (2016) menyatakan , penurunan

pada 2014 terjadi 31.400 kasus diare pada balita dan meningkat menjadi 34.080 kasus

ditahun 2015 dan tahun 2016 jumlah kasus diare balita menjadi 31.392 kasus.

Data Dinas Kesehatan Provinsi Sumatra Barat (2016) menyatakan , penurunan

jumlah kasus diare balita disumbar tidak diikuti dengan penurunan kasus diare balita

dibeberapa kabupaten kota salah satunya Kabupaten Pasaman. Penemuan kasus diare di

kabupaten pasaman dari tahun 2016-2020 mengalami kenaikan berdasarkan laporan dinas

kesehatan kabupaten pasaman khususnya RSUD Lubuk Sikaping jumlah penderita diare

balita 1-4 tahun dari tahun 2016-2017 berturut turut adalah dari 120 menjadi 130 orang

sedangkan 2018-2019 berturut turut adalah dari 135-150 orang. Dari data yang di dapat di

Rumah Sakit Umum Daerah lubuk sikaping dari Mei hingga juli 2020 ditemukan kasus

diare akut sebanyak 22 kasus. Sedangkan dari Agustus hingga Oktober 2020 didapatkan

40 orang menderita Diare Akut. Hal ini menunjukkan peningkatan insidensi diare akut

selama kurun waktu 3 bulan di ruang perawatan anak (buku laporan bulanan Ruang

Anak/ ZAA, 2020).

Berdasarkan latar belakang diatas, kelompok tertarik untuk melakukan

pengelolaan kasus pada pasien GEA dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An. M (1

th) dengan GEA di Ruang Perawatan Anak RSUD Lubuk Sikaping Tahun 2020.

3
B. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami dan melakukan Asuhan Keperawatan pada klien

dengan Diare Akut.

2. Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu memahami konsep Diare Akut.

b. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Diare Akut.

c. Mahasiswa mampu membuat analisa data dan menegakkan diagnosa

keperawatan klien dengan Diare Akut.

d. Mahasiswa mampu membuat intervensi keperawatan pada klien dengan Diare

Akut.

e. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan pada klien dengan

Diare Akut.

f. Mahasiswa mampu melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan Diare

Akut.

g. Mahasiswa mampu mendokumentasikan Diare Akut.

h. Mampu membandingkan antara teori, kasus dan evidance based yang ada

C. Manfaat

1. Bagi Pasien

Diharapkan pasien dapat menerima asuhan keperawatan yang diberikan dan

mampu menerapkannya untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

4
2. Bagi Pelayanan kesehatan

Dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam melaksanakan asuhan

keperawatan pada pasien dengan Diare Akut, sehingga dapat dilakukan tindakan

yang segera untuk mengatasi masalah yang terjadi pada pasien dengan Diare Akut.

3. Bagi Pembaca

Memberikan pengertian / pengetahuan dan pengambilan keputusan yang tepat

kepada pembaca. Khususnya dalam menyikapi dan mengatasi jika ada penderita

Diare Akut.

4. Bagi Mahasiswa

Diharapkan mahasiswa dapat menambah ilmu pengetahuan dan pengalaman

yang lebih mendalam dalam memberikan Asuhan Keperawatan khususnya pada

pasien dengan Diare Akut.

5
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A. Defenisi

Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan

diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi, tidak toleran terhadap makanan tertentu atau

mencerna toksin, (Tucker, 1998).

Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus

yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan dan

elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit. (Cecily,

Betz; 2002).

Buang air besar (defekasi), dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya

(normal 100-200 ml per jam tinja), dengan tinja berbentuk cair atau setengah cair

(setengah padat), dapat pula disertai defekasi yang meningkat. (Mansoer, Aref, 1999).

Diare adalah defekasi encer > 3 kali / hari dengan / tanpa darah dan atau lendir

dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung < 7

hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Diare melanjut / berkepanjangan adalah

episode diare akut yang melanjut hingga berlangsung selama 7-14 hari, Diare persisten /

kronik adalah episode diare yang mula-mula bersifat akut namun berlangsung selama 14

hari atau lebih, Disentri adalah diare yang disertai darah dalam tinja. (Arif Mansjoer dkk,

2000).

Diare adalah kondisi dimana terjadi frekuensi defekasi yang abnormal > 3

kali / hari, serta perubahan isi / volume (>200 gr/hari) dan konsistensi feses cair. (Brunner

dan Suddarth, 2002).

6
Menurut World Health Organization (WHO), penyakit diare adalah suatu

penyakit yang ditandai dengan perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang lembek

sampai mencair dan bertambahnya frekuensi buang air besar yang lebih dari biasa, yaitu

3 kali atau lebih dalam sehari yang mungkin dapat disertai dengan muntah atau tinja yang

berdarah. Penyakit ini paling sering dijumpai pada anak balita, terutama pada 3 tahun

pertama kehidupan, dimana seorang anak bisa mengalami 1-3 episode diare berat

(Simatupang, 2004).

Di Bagian Ilmu Kesehatan Anak FKUI, diare diartikan sebagai buang air besar

yang tidak normal atau bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari

biasanya. Neonatus diyatakan diare bila frekuensi buang air besar sudah lebih dari 4 kali,

sedangkan untuk bayi berumur lebih dari 1 bulan dan anak, frekuensinya lebih dari 3 kali

(Simatupang, 2004).

Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar lebih dari 4 kali pada bayi dan

lebih dari 3 kali pada anak, konsistensi feses encer, dapat berwarna hijau atau dapat pula

bercampur lendir dan darah/ lendir saja (Ngastiyah, 2005).

Jadi Gastroenteritis adalah infeksi saluran pencernaan yang disebabkan oleh

berbagai enterogen termasuk, bakteri, virus dan parasit, tidak toleran terhadap makanan

tertentu atau mencerna toksin yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang

berakibat kehilangan cairan dan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gangguan

keseimbangan elektrolit.

7
B. Epidemiologi

Menurut Departemen Kesehatan RI (2003), insidensi diare di

Indonesia pada tahun 2.000 adalah 301 per 1.000 penduduk untuk semua

golongan umur dan 1,5 episode setiap tahunnya untuk golongan umur balita.

Cause Spesific Death Rate (CSDR) diare golongan umur balita adalah sekitar

4 per 1.000 balita. Kejadian diare pada anak laki-laki hampir sama dengan

anak perempuan. Penyakit ini ditularkan secara fekal oral melalui makanan

dan minuman yang tercemar. Di Negara yang sedang berkembang, insiden

yang tinggi dari penyakit diare merupakan kombinasi dari sumber air yang

tercemar, kekurangan protein dan kalori yag menyebabkan turunnya daya

tahan tubuh (Suharyono, 2003).

C. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan

1. Pengertian

Saluran pencernaan makanan merupakan saluran yang menerima

makanan dari luar dan mempersiapkannya untuk diserap oleh tubuh

dengan jalan proses pencernaan  (pengunyahan, penelanan, dan

pencampuran) dengan enzim dan zat cair yang terbantang mulai dari mulut

(oris) sampai anus. 

2. Alat-Alat Penghasil Getah Cerna

a. Kelenjar ludah

b. Kelenjar getah lambung

c. Kelenjar hati

d. Kelenjar pankreas

e. Kelenjar getah usus

6
3. Struktur Pencernaan

a. Mulut / Oris

Mulut adalah suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air.

Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang

berakhir di anus.

Di dalam rongga mulut terdapat :

1) Geligi, ada 2 (dua) macam yaitu :

- Gigi sulung, mulai tumbuh pada anak-anak umur 6-7 bulan.

Lengkap pada umur 2½ tahun jumlahnya 20 buah disebut juga

gigi susu, terdiri dari 8 buah gigi seri (dens insisivus), 4 buah

gigi taring (dens kaninus) dan 8 buah gigi geraham

(premolare).

- Gigi tetap (gigi permanen) tumbuh pada umur 6-18 tahun

jumlahnya 32 buah terdiri dari; 8 buah gigi seri (dens insisis),

4 buah gigi taring (dens kaninus), 8 buah gigi geraham

(molare) dan 12 buah gigi geraham (premolare).

Fungsi gigi terdiri dari; gigi seri untuk memotong makanan, gigi

taring gunannya untuk memutuskan makanan yang keras dan liat,

dan gigi geraham gunannya untuk mengunyah makanan yang sudah

dipotong-potong.

2) Lidah

Lidah dibagi menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu :

- Pangkal lidah (Radiks lingua), pada pangkal lidah yang

belakang terdapat epiglotis yang berfungsi untuk menutup jalan

7
napas pada waktu kita menelan makanan, supaya makanan

jangan masuk ke jalan napas.

- Punggung lidah (Dorsum lingua), terdapat puting-puting

pengecap atau ujung saraf pengecap.

- Ujung lidah (Apeks lingua)

Fungsi lidah yaitu; mengaduk makanan, membentuk suara, sebagai

alat pengcepa dan menelan, serta merasakan makanan.

Otot lidah; otot-otot ekstrinsik lidah berasal dari rahang bawah,

(M.Mandibularis, os Hioid dan prosesus stiloid) menyebar ke

dalam lidah membentuk anyaman bergabung dengan otot instrinsik

yang terdapat pada lidah. M. Genioglossus merupakan otot lidah

yang terkuat berasal dari permukaan tengah bagian dalam yang

menyebar sampai ke radiks lingua.

3) Kelenjar ludah

Disekitar rongga mulut terdapat tiga buah kelenjar ludah yaitu :

- Kelenjar parotis: letaknya dibawah depan dari telinga di antara

prosesus mastoid, kiri dan kanan os mandibular, duktusnya

duktus stensoni. Duktus ini keluar dari glandula parotis menuju

ke rongga mulut melalui pipi (muskulus buksinator).

- Kelenjar submaksilaris: terletak dibawah rongga mulut bagian

belakang, duktusnya bernama duktus wartoni, bermuara di

rongga mulut dekat dengan frenulum lingua.

8
- Kelenjar sublingualis; letaknya dibawah selaput lendir dasar

rongga mulut bermuara di dasar rongga mulut. Kelenjar ludah

disarafi oleh saraf-saraf tersadar.  

b. Faring

Merupakan organ yang menghubungkan rongga mulut dengan

kerongkongan (osofagus), di dalam lengkung faring terdapat tonsil

(amandel) yaitu kumpulan kelenjar limfe yang banyak mengandung

limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi. Ke atas bagian

depan berhubungan dengan rongga hidung dengan perantaraan lubang

bernama koana. Keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut

dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Bagian

superior  disebut nasofaring, Pada nasofaring bermuara tuba yang

menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media

disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah

bagian inferior.

c. Esofagus

Merupakan saluran yang menghubungkan tekak dengan lambung,

panjangnya ± 25 cm, mulai dari faring sampai pintu masuk kardiak

dibawah lambung. Lapisan dinding dari dalam ke luar, lapisan selaput

lendir (mukosa), lapisan submukosa, lapisan otot melingkar sirkuler

dan lapisan oto memanjang longitudinal. Esofagus terletak di belakang

trakea dan di depan tulang punggung setelah melalui toraks menembus

diafragma masuk ke dalam abdomen menyambung dengan lambung.

Esofagus dibagi mejadi tiga bagian, yaitu :

9
1) Bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka)

2) Bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus)

3) Bagaian inferior (terutama terdiri dari otot halus)

d. Gaster / Lambung

Merupakan bagian dari saluran yang dapat mengembang paling banyak

terutama di daerah epigaster, lambung terdiri dari bagian atas fundus

uteri berhubungan dengan esofagus melalui orifisium pilorik, terletak

dibawah diapragma didepan pankreas dan limpa, menempel disebelah

kiri fundus uteri.

1) Bagian lambung

- Fundus ventrikuli, bagian yang menonjol ke atas terletak

sebelah kiri osteum kardium dan biasanya penuh berisi gas.

- Korpus venrtikuli, setinggi osteum kardium, suatu lekukan

pada bagian bawah kurvatura minor.

- Antrum pilorus, bagian lambung membentuk tabung

mempunyai otot yang tebal membentuk sfingter pilorus.

- Kurvantura minor, terdapat sebelah kanan lambung terbentang

dari ostium kardiak sampai ke pilorus.

- Kurvantura mayor, lebih panjang dari kurvantura

minorterbentang dari sisi kiri osteum kardiakum melalui fundus

ventrikuli menuju ke kanan sampai ke pilorus inferior.

Ligamentum gastro lienalis terbentang dari bagian atas

kurvantura mayor sampai ke limpa.

10
- Osteum kardiakum, meruapakan tempat dimana esofagus

bagian abdomen masuk ke lambung. Pada bagian ini terdapat

orifisium pilorik.

2) Fungsi lambung

- Menampung makanan, menghancurkan dan menghaluskan

makanan oleh peristaltik lambung dan getah lambung

- Getah cerna lambung yang dihasilkan, meliputi :

a) Pepsin fungsinya; memecah putih telur menjadi asam

amino (albumin dan pepton).

b) Asam garam (HCl) fungsinya; mengasamkan makanan,

sebagai anti septik dan desinfektan, dan membuat suasana

asam pada pepsinogen sehingga menjadi pepsin.

c) Renin fungsinya; sebagai ragi yang membekukan susu dan

membentuk kasein dari kasinogen (kasinogen dan protein

susu).

d) Lapisan lambung; jumlahnya sedikit memecah lemak yang

merangsang sekresi getah lambung.

e. Pankreas

Sekumpulan kelenjar yang strukturnya sangat mirip dengan kelenjar

ludah panjangnya kira-kira 15 cm, lebar 5 cm mulai dari duodenum

samapai ke limpa dan beratnya rata-rata 60-90 gr. Terbentang pada

vertebralumbalis I dan II di belakang lambung.

1) Bagian dari pankreas

11
- Kepala pankreas, terletak di sebelah kanan rongga abdomen

dan di dalam lelukan duodenum yang melingkarnya.

- Badan pankreas, merupakan bagian utama dari organ ini

letaknya di belakang lambung dan di depan vertebra umbalis

pertama.

- Ekor pankreas, bagian runcing di sebelah kiri yang sebenamnya

menyentuh limpa.

2) Fungsi pancreas

- Fungsi eksokrin, yang membentuk getah pankreas yang berisi

enzim dan elektrolit.

- Fungsi endokrin, sekelompok kecil sel epitelium yang

berbentuk pulau-pulau kecil atau pulau langerhans, yang

bersama-sama membentuk organ endokrin yang mensekresikan

insulin.

- Fungsi sekresi eksternal, yaitu cairan pankreas yang dialirkan

ke duodenum yang berguna untuk proses pencernaan makanan

di intestinum.

- Fungsi sekresi internal, yaitu sekresi yang dihasilkan oleh

pulau-pulau lanngerhans sendiri yang langsung dialirkan ke

dalam peredaraan darah. Sekresinya disebut hormon insulin

dan hormon glukagon, hormon tersebut dibawa ke jaringan

untuk membantu metabolisme karbohidrat.    

12
3) Hasil sekresi

- Hormon insulin, hormon insulin ini langsung dialirkan ke

dalam darah tanpa melewati duktus. Sel-sel kelenjar yang

menghasilkan insulin ini termasuk sel-sel kelenjar endokrin.

- Getah pankreas, sel-sel yang memproduksi getah pankreas ini

termasuk kelenjar eksokrin, getah pankreas ini dikirim ke

dalam duodenum melalui duktus pankreatikus, duktus ini

bermuara pada papila vateri yang terletak pada dinding

duodenum.

Pankreas menerima darah dari arteri pankreatika dan mengalirkan

darahnya ke vena kava inteferior melalui vena pankreatika. Jaringan

pankreas terdiri dari atas lobulus dari sel sekretori yang tersusun

mengitati saluran-saluran kecil dari lobulus yang terletak di dalam

ekor pankreas dan berjalan melalui badan pankreas dari kiri ke kanan.

Saluran kecil ini menerima saluran dari lobulus lain dan kemudian

bersatu untuk membentuk saluran utama yaitu duktus wirsungi.

4) Struktur pankreas

Merupakan kumpulan kelenjar yang masing-masing mempunyai

saluran, saluran dari masing-masing kelenjar bersatu menjadi

duktus yang jari-jarinya ± 3 mm, duktus ini disebut duktus

pankreatikus. Pankreas mempunyai 2 macam sel kelenjar, dimana

sel itu dikumpulkan dan menyerupai pulau-pulau yang disebut

pulau langerhans. Pulau-pulau ini membuat insulin yang langsung

masuk ke pembuluh darah dan kelenjar bagian tubuh. Di dalam

13
pankreas terdapat kelenjar-kelenjar yang membuat ludah perut atau

getah perut yang mengalir ke dalam pembuluh-pembuluh kelenjar.

Pembuluh ini bersatu ke dalam saluran wirsungi kemudian masuk

ke dalam duodenum pada tempat papilla/arteri kelenjar perut

menghasilkan ± 1 liter ludah perut dalam satu hari.

f. Kantung Empedu

Sebuah kantong berbentuk terang dan merupakan membran berotot,

letaknya dalam sebuah lobus di sebelah permukaan bawah hati sampai

pinggir depannya, panjangnya 812 cm berisi 60 cm³. Kantung empedu

(berwarna hijau) dalam sistem pencernaan manusia.

1) Fungsi kantung empedu

- Sebagai persediaan getah empedu, membuat getah empedu

menjadi kental.

- Getah empedu adalah cairan yang dihasilkan oleh sel-sel hati

jumlah setiap hari dari setiap orang dikeluarkan 500-1.000 cc

sekresi yang digunakan untuk mencerna lemak. 80% dari getah

empedu pigmen (warna) insulin dan zat lainnya.

2) Bagian dari kantung empedu

- Fundus vesikafelea, merupakan bagian kantung empedu yang

paling akhir setelah korpus vesikafelea.

- Korpus vesikafelea, bagian dari kantung empedu yang

didalamnya berisi getah empedu.

- Leher kantung kemih. Merupakan leher dari kantung empedu

yaitu saluran yang pertama masuknya getah empedu ke badan

14
kantung empedu lalu menjadi pekat berkumpul dalam kantung

empedu.

- Duktus sistikus. Panjangnya ± 3¾ cm berjalan dari leher

kantung empedu dan bersambung dengan duktus hepatikus

membentuk saluran empedu ke duodenum.

- Duktus hepatikus, saluran yang keluar dari leher.

- Duktus koledokus saluran yang membawa empedu ke

duodenum.

g. Hati

Merupakan kelenjar terbesar di dalam tubuh, terletak dalam rongga

perut sebelah kanan, tepatnya dibawah difragma. Berdasarkan

fungsinya, hati juga termasuk sebagai alat sekresi. Hal ini dikarenakan

hati membantu fungsi ginjal dengan cara memecah beberapa senyawa

yang bersifat racun dan menghasilkan amonia, urea, dan asam urat

dengan memanfaatkan nitrogen dari asam amino. Proses pemecahan

senyawa racun oleh hati disebut proses detoksifikasi.

h. Usus Halus / Intestinum Minor

Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang

terletak di antara lambung dan usus besar. Usus halus terdiri dari tiga

bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejenum),

usus penyerapan (illeum). Pada usus dua belas jari terdapat dua muara

saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu.

1) Bagian-bagian usus halus

15
- Usus dua belas jari (duodenum) adalah bagian pertama usus

halus yang panjangnya 25 cm, berbentuk sepatu kuda, dan

kepalanya mengelilingi kepala pankreas. Saluran empedu dan

saluran pankreas masuk ke dalam duodenum pada satu lubang

yang disebut ampulla hepatopankreatika, ampulla vateri, 10 cm

dari pilorus.

- Usus kosong (jejenum), menempati dua perlima sebelah atas

pada usus halus yang selebihnya.

- Usus penyerapan (illeum), menempati tiga perlima akhir.

i. Usus Besar / Intestinum Mayor

Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus

buntu dan rektum.

1) Fungsi usus besar

- Menyerap air dari makanan

- Tempat tinggal bakteri e. coli

- Tempat feses

2) Bagian-bagian usus besar atau kolon

- Kolon asendens. Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen

sebelah kanan membujur ke atas dari ileum ke bawah hati. Di

bawah hati melengkung ke kiri, lengkungan ini disebut fleksura

hepatika.

- Kolon transversum. Panjangnya ± 38 cm, membujur dari kolon

asendens sampai ke kolon desendens berada di bawah

16
abdomen, sebelah kanan terdapat fleksura hepatika dan sebelah

kiri terdapat fleksura lienalis.

- Kolon desendens. Panjangnya ± 25 cm, terletak di bawah

abdomen bagian kiri membujur dari atas ke bawah dari fleksura

lienalis sampai ke depan ileum kiri, bersambung dengan kolon

sigmoid.

- Kolon sigmoid. Merupakan lanjutan dari kolon desendens

terletak miring, dalam rongga pelvis sebelah kiri bentuknya

menyerupai huruf S, ujung bawahnya berhubungan dengan

rektum.

- Rektum. Terletak di bawah kolon sigmoid yang

menghubungkan intestinum mayor dengan anus, terletak dalam

rongga pelvis di depan os sakrum dan os koksigis.

j. Usus Buntu

Usus buntu dalam bahasa latin disebut appendiks vermiformis. Pada

awalnya organ ini dianggap sebagai organ tambahan yang tidak

memiliki fungsi, tetati saat ini diketahui bahwa fungsi apendiks adalah

sebagai organ imunologik dan secara aktif berperan dalam sekresi

immunoglobulin (suatu kekebalan tubuh) dimana memiliki/berisi

kelenjar limfoid.

k. Umbai Cacing

Umbai cacing adalah organ tambahan pada usus buntu. Umbai cacing

terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai

cacing berukuran 10 cm tetapi bisa bervariasi 2 sampai 20

17
cm.walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi umbai cacing bisa

berbeda-beda bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas

tetap terletak di peritoneum.

l. Rektum

Rektum dalam bahasa latin regere (meluruskan , mengatur). Organ ini

berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses.

Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di

dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan

untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali

material akan dikembalikan ke usus besar, dimana penyerapan air akan

kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang

lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi.

m. Anus

Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan

rektum dengan dunia luar (udara luar). Terletak di dasar pelvis bagian

posterior dari peritoneum. Dindingnya diperkuat oleh 3 otot sfingter

yaitu :

1) Sfingter ani internus (sebelah atas), bekerja tidak menurut

kehendak.

2) Sfingter levator ani, bekerja juga tidak menurut kehendak.

3) Sfingter ani eksternus (sebelah bawah), bekerja sesuai kehendak.

18
Gambar 2.1
Sistem Pencernaan Manusia

(Sumber : www.google.co.id/anatomi+fisiologi+sistem+pencernaan)

D. Etiologi

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan diare menurut Arif

Mansjoer dkk (2.000), yaitu :

1. Infeksi virus (Rotavirus, Adenovirus), bakteri (E. Colli, Salmonella,

Shigella, Vibrio dll), parasit (protozoa : E. hystolitica, G. lamblia; cacing

: Askaris, Trikurus; Jamur : Kandida) melalui fecal oral : makanan,

minuman,yang tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja

penderita.

2. Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.

3. Makanan : alergi makanan, basi atau keracunan makanan

4. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids dan lain-lain

19
5. Faktor lingkungan dan perilaku

6. Psikologi : rasa takut dan cemas

Penyakit diare dapat ditularkan melalui :

a. Menggunakan sumber air yang tercemar

b. BAB sembarang tempat

c. Pencemaran makanan oleh serangga (lalat, kecoa) atau oleh tangan

kotor

d. Fecal oral melalui makanan dan minuman yang tercemar

e. Melalui makanan yang terkontaminasi oleh penyaji makanan yang

mengidap viral gastroenteritis bahkan diperkuat bila orang tersebut

tidak mencuci tangannya secara teratur setelah menggunakan

kamar mandi.

f. Mengkonsumsi ikan mentah/ tidak dimasak yang diambil dari air

yang terkontaminasi.Kontak langsung dengan orang yang terinfeksi

virus, misalnya dengan makan, minum bersama/menggunakan

peralatan makan yang sama dengan orang yang terinfeksi virus

diare.

E. Klasifikasi

Diare dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Diare Akut

Adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung kurang dari 7

hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.

2. Diare Kronis

20
Adalah diare yang berlangsung paling sedikit 2 minggu.

a. Diare osmotik

1) Diare yang berhenti jika pemberian makanan (obat-obatan

dihentikan).

2) Pada diare osmotik, osmolatitas tinja diare merupakan beban

osmotik utama yang tidak terabsorbsi dan atau tidak diabsorbsi.

3) Tinja mempunyai kadar Na+ rendah (< 50 mEq/l dan beda

osmotiknya bertambah besar (> 160 mOsm/L). Dapat disebabkan

oleh malabsorbsi makanan, kekurangan kalori protein, bayi berat

badan lahir rendah dan bayi baru lahir.

4) Kelainan-kelainan yang menyebabkan diare osmotik kronis dapat

diklasifikasi dari mekanisme patofisiologinya, umur pada saat

mulainya/pola tampilannya.

b. Diare sekretorik

1) Diare yang menetap walaupun penderita dipuasakan.

2) Diare sekretorik jarang dan merupakan kelainan pada bayi.

3) Frekuensi BAB > 5x/24 jam, encer, volumenya banyak.

4) Tinja mempunyai kadar Na+ tinggi (> 90 mEq/L) dan perbedaan

osmotiknya < 20 mOsm/L.

F. Patofisiologi

21
Faktor-faktor fisiologi yang menyebabkan diare sangat erat

hubungannya satu dengan lainnya. Misalnya bertambahnya cairan pada

intraluminal akan menyebabkan terangsangnya usus secara mekanis, sehingga

meningkatkan gerakan peristaltik usus dan akan mempercepat waktu lintas

khim dalam usus. Keadaan ini akan memperpendek waktu sentuhan khim

dengan selaput lendir usus, sehingga penyerapan air, elektrolit dan zat lain

akan mengalami gangguan.

Berdasarkan gangguan fungsi fisiologis saluran cerna dan macam

penyebab dari diare, maka patofisiologi diare dapat dibagi dalam 3 macam

kelainan pokok yang berupa :

1. Kelainan gerakan transmukosal air dan elektrolit (karena toksin) /

Gangguan sekresi

Gangguan reabsorpsi pada sebagian kecil usus halus sudah dapat

menyebabkan diare, misalnya pada kejadian infeksi. Faktor lain yang

juga cukup penting dalam diare adalah empedu. Ada 4 macam garam

empedu yang terdapat di dalam cairan empedu yang keluar dari

kandung empedu. Dehidroksilasi asam dioksikholik akan menyebabkan

sekresi cairan di jejunum dan kolon, serta akan menghambat absorpsi

cairan di dalam kolon. Ini terjadi karena adanya sentuhan asam

dioksikholik secara langsung pada permukaan mukosa usus. Diduga

bakteri mikroflora usus turut memegang peranan dalam pembentukan

asam dioksi kholik tersebut. Hormon-hormon saluran cerna diduga juga

dapat mempengaruhi absorpsi air pada mukosa. usus manusia, antara

lain adalah: gastrin, sekretin, kholesistokinin dan glukogen. Suatu

22
perubahan PH cairan usus juga. dapat menyebabkan terjadinya diare,

seperti terjadi pada Sindroma Zollinger Ellison atau pada Jejunitis.

2. Kelainan cepat laju bolus makanan didalam lumen usus (invasive

diarrhea) / Gangguan motilitas usus

Suatu proses absorpsi dapat berlangsung sempurna dan normal bila

bolus makanan tercampur baik dengan enzim-enzim saluran cerna dan.

berada dalam keadaan yang cukup tercerna. Juga. waktu sentuhan yang

adekuat antara khim dan permukaan mukosa usus halus diperlukan

untuk absorpsi yang normal. Permukaan mukosa usus halus

kemampuannya berfungsi sangat kompensatif, ini terbukti pada

penderita yang masih dapat hidup setelah reseksi usus, walaupun waktu

lintas menjadi sangat singkat. Motilitas usus merupakan faktor yang

berperanan penting dalam ketahanan local mukosa usus. Hipomotilitas

dan stasis dapat menyebabkan mikro organisme berkembang biak

secara berlebihan (tumbuh lampau atau overgrowth) yang kemudian

dapat merusak mukosa usus, menimbulkan gangguan digesti dan

absorpsi, yang kemudian menimbulkan diare. Hipermotilitas dapat

terjadi karena rangsangan hormon prostaglandin, gastrin, pankreosimin;

dalam hal ini dapat memberikan efek langsung sebagai diare. Selain itu

hipermotilitas juga dapat terjadi karena pengaruh enterotoksin

staphilococcus maupun kholera atau karena ulkus mikro yang invasif

o1eh Shigella atau Salmonella.Selain uraian di atas haruslah diingat

bahwa hubungan antara aktivitas otot polos usus,gerakan isi lumen usus

23
dan absorpsi mukosa usus merupakan suatu mekanisme yang sangat

kompleks.

3. Kelainan tekanan osmotik dalam lumen usus (virus) / Gangguan

osmotik

Dalam beberapa keadaan tertentu setiap pembebanan usus yang

melebihi kapasitas dari pencernaan dan absorpsinya akan menimbulkan

diare. Adanya malabsorpsi dari hidrat arang, lemak dan zat putih telur

akan menimbulkan kenaikan daya tekanan osmotik intra luminal,

sehingga akan dapat menimbulkan gangguan absorpsi air. Malabsorpsi

hidrat arang pada umumnya sebagai malabsorpsi laktosa yang terjadi

karena defesiensi enzim laktase. Dalam hal ini laktosa yang terdapat

dalam susu tidak sempurna mengalami hidrolisis dan kurang di absorpsi

oleh usus halus. Kemudian bakteri-bakteri dalam usus besar memecah

laktosa menjadi monosakharida dan fermentasi seterusnya menjadi

gugusan asam organik dengan rantai atom karbon yang lebih pendek

yang terdiri atas 2-4 atom karbon. Molekul-molekul inilah yang secara

aktif dapat menahan air dalam lumen kolon hingga terjadi diare.

Defisiensi laktase sekunder atau dalam pengertian yang lebih luas

sebagai defisiensi disakharidase (meliputi sukrase, maltase, isomaltase

dan trehalase) dapat terjadi pada setiap kelainan pada mukosa usus

halus. Hal tersebut dapat terjadi karena enzim-enzim tadi terdapat pada

brush border epitel mukosa usus. Asam-asam lemak berantai panjang

tidak dapat menyebabkan tingginya tekanan osmotik dalam lumen usus

karena asam ini tidak larut dalam air.

24
G. Tanda dan Gejala/ Manifestasi Klinis

Tanda-tanda awal dari penyakit diare adalah bayi dan anak menjadi

gelisah dan cengeng, suhu tubuh biasanya meningkat, nafsu makan berkurang

atau tidak ada, kemudian timbul diare. Tinja akan menjadi cair dan mungkin

disertai dengan lendir ataupun darah. Warna tinja bisa lama-kelamaan berubah

menjadi kehijau-hijauan karena tercampur dengan empedu. Anus dan daerah

sekitarnya lecet karena seringnya defekasi dan tinja makin lama makin asam

sebagai akibat banyaknya asam laktat yang berasal darl laktosa yang tidak

dapat diabsorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat terjadi sebelum

atau sesudah diare dan dapat disebabkan oleh lambung yang turut meradang

atau akibat gangguan keseimbangan asam-basa dan elektrolit (Kliegman,

2006).

Bila penderita telah kehilangan banyak cairan dan elektrolit, maka

gejala dehidrasi mulai tampak. Berat badan turun, turgor kulit berkurang, mata

dan ubun-ubun besar menjadi cekung, selaput lendir bibir dan mulut serta kulit

tampak kering (Hasan dan Alatas, 1985). Menurut Kliegman, Marcdante dan

Jenson (2006), dinyatakan bahwa berdasarkan banyaknya kehilangan cairan

dan elektrolit dari tubuh, diare dapat dibagi menjadi :

1. Diare tanpa dehidrasi

Pada tingkat diare ini penderita tidak mengalami dehidrasi karena

frekuensi diare masih dalam batas toleransi dan belum ada tanda-tanda

dehidrasi.

25
2. Diare dengan dehidrasi ringan (3%-5%)

Pada tingkat diare ini penderita mengalami diare 3 kali atau lebih,

kadang-kadang muntah, terasa haus, kencing sudah mulai berkurang,

nafsu makan menurun, aktifitas sudah mulai menurun, tekanan nadi

masih normal atau takikardia yang minimum dan pemeriksaan fisik

dalam batas normal.

3. Diare dengan dehidrasi sedang (5%-10%)

Pada keadaan ini, penderita akan mengalami takikardi, kencing yang

kurang atau langsung tidak ada, irritabilitas atau lesu, mata dan ubun-

ubun besar menjadi cekung, turgor kulit berkurang, selaput lendir bibir

dan mulut serta kulit tampak kering, air mata berkurang dan masa

pengisian kapiler memanjang (≥ 2 detik) dengan kulit yang dingin yang

dingin dan pucat.

4. Diare dengan dehidrasi berat (10%-15%)

Pada keadaan ini, penderita sudah banyak kehilangan cairan dari tubuh

dan biasanya pada keadaan ini penderita mengalami takikardi dengan

pulsasi yang melemah, hipotensi dan tekanan nadi yang menyebar, tidak

ada penghasilan urin, mata dan ubun-ubun besar menjadi sangat cekung,

tidak ada produksi air mata, tidak mampu minum dan keadaannya mulai

apatis, kesadarannya menurun dan juga masa pengisian kapiler sangat

memanjang (≥ 3 detik) dengan kulit yang dingin dan pucat.

26
Sedangkan menurut sumber lain, tanda dan gejala diare dapat

meliputi :

1. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer

2. Kram perut

3. Demam

4. Mual

5. Muntah

6. Kembung

7. Anoreksia

8. Lemah

9. Pucat

10. Urin output menurun (oliguria, anuria)

11. Turgor kulit menurun sampai jelek

12. Ubun-ubun / fontanela cekung

13. Kelopak mata cekung

14. Membran mukosa kering (Suriadi, 2001).

Cara menilai derajat dehidrasi :

1. Kehilangan berat badan

a. 2,5 % tidak ada dehidrasi

b. 2,5-5% dehidrasi ringan

c. 5-10% dehidrasi sedang

d. > 10% dehidrasi berat

27
2. Skor Maurice King

Tabel 2.1
Skor Maurice King

Bagian Tubuh Nilai


Yang diperiksa 0 1 2
Keadaan Umum Sehat Gelisah, Mengingau,
cengeng, apatis, koma/ syok
ngantuk
Turgor Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit kurang Sangat kurang
UUB Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mulut Normal Kering Kering, sianosis
Denyut nadi < 120 x/i Sedang (120- Lemah > 140
140)

Keterangan :

a. Skor :

0-2 dehidrasi ringan

3-6 dehidrasi sedang

7-12 dehidrasi berat

b. Pada anak-anak Ubun-Ubun Besar sudah menutup

c. Untuk kekenyalan kulit :

1 detik : dehidrasi ringan

1-2 detik : dehidrasi sedang

> 2 detik : dehidrasi berat

Tabel 2.2
Cara Menentukan Derajat Dehidrasi

A B C
Yang dinilai (Tanpa (Dehidrasi Tak (Dehidrasi
dehidrasi) Berat) Berat)

28
Riwayat
1. Diare 1. < 4 x/hari cair 1. 4-10 x/hari cair 1. > 10 x/hari
cair
2. Muntah 2. Sedikit / tidak 2. Beberapa kali 2. Sangat sering
3. Rasa haus 3. Minum biasa 3. Haus sekali, 3. Tidak dapat
tidak haus rakus ingin minum
minum banyak

Air kemih Normal Sedikit gelap Tidak ada dalam


6 jam
Periksa
1. Keadaan 1. Sehat, aktif 1. Tampak sakit, 1. Sangat
Umum mengan-tuk,lesu, mengantuk, le-
rewel, gelisah mah, letargi,
tidak sa-dar /
koma
2. Air mata 2. Ada 2. Tidak ada 2. Tidak ada
3. Mata 3. Normal 3. Cekung * 3. Kering, sangat
cekung
4. Mulut 4. Basah 4. Kering ** 4. Sangat kering
/lidah
5. Nafas 5. Normal 5. Agak cepat 5. Cepat dan
dalam

Raba
1. Kulit 1. Kembali 1. Kembali 1. Kembali
(dicubit) cepat lambat*** sangat lambat
2. Denyut 2. Normal 2. Agak cepat 2. Sangat cepat,
nadi lemah tidak
teraba
3. Ubun-ubun 3. Normal 3. Cekung 3. Sangat cekung
Kehilangan
1. Berat 1. < 40 g/KgBB 1. 40-100g/KgBB 1. >100 g/ KgBB
Badan
2. Cairan 2. < 5% BB 2. 5-10 % BB 2. > 10 % BB

Keterangan :
* Pada beberapa anak mata normalnya agak cekung : perlu
dikonfirmasikan dengan orang tua

29
** Kekeringan mulut dan lidah dapat diraba dengan jari bersih dan
kering, mulut selalu kering pada anak yang biasa bernafas dengan
mulut, mulut anak dehidrasi dapat basah karena habis minum
*** Cubitan kulit kurang berguna pada anak dengan marasmus,
kwashiorkor atau anak gemuk (sangat lambat jika kembali > 2 detik).
A = Tidak / tanpa dehidrasi
B = Dehidrasi tidak berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda
adalah *
C = Dehidrasi berat : 2 atau lebih tanda dimana salah satu tanda
adalah*
(SPM Kesehatan Anak IDAI, 2004).

Gambar 2.2
Gejala Diare

( Sumber : www.google.co.id/gambar-diare-obat tradisional-penyakit-


disentri)

H. Komplikasi

1. Kehilangan air dan elektrolit : dehidrasi, asidosis metabolic

2. Syok

30
3. Kejang

4. Sepsis

5. Gagal Ginjal Akut

6. Ileus Paralitik

7. Malnutrisi

8. Gangguan tumbuh kembang

(SPM Kesehatan Anak IDAI, 2004)

I. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium yang dapat dilakukan pada diare adalah

sebagai berikut :

1. Leukosit Feses merupakan pemeriksaan awal terhadap diare kronik.

Leukosit dalam feses menunjukkan adanya inflamasi intestinal. Kultur

Bacteri dan pemeriksaan parasit diindikasikan untuk menentukan adanya

infeksi. Jika pasien dalam keadaan immunocompromisedd, penting sekali

kultur organisma yang tidak biasa seperti Kriptokokus,Isospora dan

M.Avium Intracellulare. Pada pasien yang sudah mendapat antibiotik,

toksin C difficle harus diperiksa.

2. Volume Feses: Jika cairan diare tidak terdapat lekosit atau eritrosit,

infeksi enteric atau imfalasi sedikit kemungkinannya sebagai penyebab

diare. Feses 24 jam harus dikumpulkan untuk mengukur output harian.

Sekali diare harus dicatat (>250 ml/day), kemudian perlu juga ditentukan

apakah terjadi steatore atau diare tanpa malabsorbsi lemak.

3. Mengukur Berat dan Kuantitatif fecal fat pada feses 24 jam : Jika berat

feses > 300/g 24jam mengkonfirmasikan adanya diare. Berat lebih dari

31
1.000-1.500 gr mengesankan proses sektori. Jika fecal fat lebih dari 10g/

24 jam menunjukkan proses malabsorbstif.

4. Lemak Feses : Sekresi lemak feses harian < 6g/ hari. Untuk menetapkan

suatu steatore, lemak feses kualitatif dapat menolong yaitu >100 bercak

merak orange per ½ lapang pandang dari sample noda sudan adalah

positif. False negatif dapat terjadi jika pasien diet rendah lemak. Test

standard untuk mengumpulkan feses selama 72 jam biasanya dilakukan

pada tahap akhir. Eksresi yang banyak dari lemak dapat disebabkan

malabsorbsi mukosa intestinal sekunder atau insufisiensi pancreas.

5. Osmolalitas Feses : Diperlukan dalam evaluasi untuk menentukan diare

osmotic atau diare sekretori. Elekrolit feses Na, K dan Osmolalitas harus

diperiksa. Osmolalitas feses normal adalah –290 mosm. Osmotic gap

feses adalah 290 mosm dikurangi 2 kali konsentrasi elektrolit faeces (Na

& K) dimana nilai normalnya < 50 mosm. Anion organic yang tidak

dapat diukur, metabolit karbohidrat primer (asetat,propionat dan butirat)

yang bernilai untuk anion gap, terjadi dari degradasi bakteri terhadap

karbohidrat di kolon kedalam asam lemak rantai pendek. Selanjutnya

bakteri fecal mendegradasi yang terkumpul dalam suatu tempat. Jika

feses bertahan beberapa jam sebelum osmolalitas diperiksa, osmotic gap

seperti tinggi. Diare dengan normal atau osmotic gap yang rendah

biasanya menunjukkan diare sekretori. Sebalinya osmotic gap tinggi

menunjukkan suatu diare osmotic.

32
6. Pemeriksaan parasit atau telur pada feses : Untuk menunjukkan adanya

Giardia E Histolitika pada pemeriksaan rutin. Cristosporidium dan

cyclospora yang dideteksi dengan modifikasi noda asam.

7. Pemeriksaan darah : Pada diare inflamasi ditemukan leukositosis, LED

yang meningkat dan hipoproteinemia. Albumin dan globulin rendah akan

mengesankansuatu protein losing enteropathy akibat inflamasi intestinal.

Skrining awal CBC, protrombin time, kalsium dan karotin akan

menunjukkan abnormalitas absorbsi. Fe,Vit B12, asam folat dan vitamin

yang larut dalam lemak (ADK). Pemeriksaan darah tepi menjadi

penunjuk defak absorbsi lemak pada stadium luminal, apakah pada

mukosa, atau hasil dari obstruksi limfatik postmukosa. Protombin time,

karotin dan kolesterol mungkin turun tetapi Fe, folat dan albumin

mengkin sekali rendaah jika penyakit adalah mukosa primer dan normal

jika malabsorbsi akibat penyakit mukosa atau obstruksi limfatik.

J. Penatalaksanaan

1. Keperawatan

a. Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang

b. Memonitor tanda dehidrasi, syok

c. Memenuhi kebutuhan nutrisi : anak tidak boleh dipuasakan,

makanan diberikan sedikit-sedikit tapi sering (lebih kurang 6 kali

sehari), rendah serat, buah-buahan diberikan terutama pisang.

d. Mengontrol dan mengatasi demam

e. Perawatan perineal

33
f. Penyuluhan kesehatan :

1) Upayakan ASI tetap diberikan (pada bayi)

2) Kebersihan perorangan : cuci tangan sebelum makan

3) Kebersihan lingkungan : buang air besar di jamban

4) Imunisasi campak

5) Memberikan makanan penyapihan yang benar

6) Penyediaan air minum yang bersih

7) Selalu memasak makanan

8) Selalu merebus dot / botol susu sebelum digunakan

9) Tidak jajan di sembarang tempat

2. Medis

a. Rencana Pengobatan A

Digunakan untuk :

1) Mengatasi diare tanpa dehidrasi

2) Meneruskan terapi diare di rumah

3) Memberikan terapi awal bila anak diare lagi

Tiga cara dasar rencana Pengobatan A :

a) Berikan lebih banyak cairan daripada biasanya untuk

mencegah dehidrasi (oralit, makanan cair : sup, air

matang). Berikan cairan ini sebanyak anak mau dan terus

diberikan hingga diare berhenti.

Tabel 2.3
Kebutuhan oralit per kelompok umur

Umur Diberikan setiap BAB Yang disediakan

34
< 12 bulan 50-100 ml 400 ml / hari (2
bungkus)
1-4 tahun 100-200 ml 600-800 ml / hari
(3-4 bungkus)
> 5 tahun 200-300 ml 800-1000 ml /
hari (4-5
bungkus)
Dewasa 300-400 ml 1.200-2.800 ml /
hari

Cara memberikan oralit :


- Berikan sesendok teh tiap 1-2 menit untuk anak < 2
tahun
- Berikan beberapa teguk dari gelas untuk anak lebih tua
- Bila anak muntah, tunggu 10 menit, kemudian berikan
cairan lebih sedikit (sesendok teh tiap 1-2 menit)
- Bila diare belanjut setelah bungkus oralit habis, beritahu
ibu untuk memberikan cairan lain atau kembali ke
petugas untuk mendapatkan tambahan oralit.
b) Beri anak makanan untuk mencegah kurang gizi :
- Teruskan pemberian ASI
Untuk anak < 6 bln dan belum mendapatkan makanan
padat dapat diberikan susu yang dicairkan dengan air
yang sebanding selama 2 hari.
- Bila anak > / = 6 bulan atau telah mendapat makanan
padat :
 Berikan bubur atau campuran tepung lainnya, bila
mungkin dicampur dengan kacang-kacangan, sayur,
daging, tambahkan 1 atau 2 sendok teh minyak sayur
tiap porsi.
 Berikan sari buah segar atau pisang halus untuk
menambah kalium
 Dorong anak untuk makan berikan sedikitnya 6 kali
sehari

35
 Berikan makanan yang sama setelah diare berhenti
dan berikan makanan tambahan setiap hari selama 2
minggu.
c) Bawa anak kepada petugas bila anak tidak membaik
selama 3 hari atau anak mengalami : bab sering kali,
muntah berulang, sangat haus sekali, makan minum
sedikit, demam, tinja berdarah
b. Rencana Pengobatan B
Dehidrasi tidak berat (ringan-sedang); rehidrasi dengan oralit 75 ml /
kg BB dalam 3 jam pertama atau bila berat badan anak tidak
diketahui dan atau memudahkan dilapangan, berikan oralit sesuai
tabel :
Tabel 2.4
Jumlah oralit yang diberikan 3 jam pertama

Umur < 1 tahun 1-5 tahun > 5tahun Dewasa


Jumlah oralit 300 ml 600 ml 1.200 ml 2.400 ml

Setelah 3-4 jam, nilai kembali, kemudian pilih rencana A, B, atau C


untuk melanjutkan pengobatan :
1) Bila tidak ada dehidrasi ganti ke rencana A
2) Bila ada dehidrasi tak berat atau ringan/ sedang, ulangi rencana
B tetapi tawarkan makanan, susu dan sari buah seperti rencana
A
3) Bila dehidrasi berat, ganti dengan rencana C

c. Rencana Pengobatan C
1) Dehidrasi berat : rehidrasi parenteral / cairan intravena segera.
Beri 100 ml/ kg BB cairan RL, Asering atau garam normal
(larutan yang hanya mengandung glukosa tidak boleh
diberikan).
Tabel 2.5
Rehidrasi Parenteral Berdasarkan Umur dan Berat Badan

36
Umur 30 ml/kg BB 70 ml/kg BB
< 12 bulan 1 jam pertama 5 jam kemudian
> 1 tahun ½ jam pertama 21/2 jam kemudian

Rehidrasi parenteral :
a) RL atau Asering untuk resusitasi / rehidrasi
b) D1/4S atau KN1B untuk maintenan (umur < 3 bulan)
c) D1/2S atau KN3A untuk maintenan (umur > 3 bulan)
d) Ulangi bila nadi masih lemah atau tidak teraba
e) Nilai kembali tiap 1-2 jam. Bila rehidrasi belum tercapai
percepat tetesan infuse
f) Juga berikan oralit 5 ml/ kg BB/jam bila penderita bisa
minum. Biasanya setelah 3-4 jam (bayi) atau 1-2 jam (anak)
g) Setelah 3-6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi,
kemudian pilih rencana A, B, C untuk melanjutkan
pengobatan.
2) Obat-obat anti diare meliputi antimotilitas (loperamid,
difenoksilat, kodein, opium), adsorben (norit, kaolin, smekta).
3) Obat anti muntah : prometazin , domperidon, klorpromazin
4) Antibiotik hanya diberikan untuk disentri dan tersangka kolera :
Metronidazol 50 mg/kgBB/hari
5) Hipernatremia (Na > 155 mEq/L), dikoreksi dengan D1/2S.
Penurunan kadar Na tidak boleh lebih dari 10 mEq per hari
karena bisa menyebabkan edema otak
6) Hiponatremia (Na < 130 mEq/L), dikoreksi dengan RL atau
NaCl
7) Hiperkalemia (K > 5 mEq/L), dikoreksi dengan kalsium
glukonas perlahan-lahan 5-10 menit sambil memantau detak
jantung
8) Hipokalemia (K < 3,5 mEq/L), dikoreksi dengan KCl
(Kapita Selekta Kedokteran, 2000).

37
B.Asuhan Keperawatan Teoritis

1.Pengkajian

a) Identitas

Nama, usia, jenis kelamin, agama, pekerjaan, pendidikan, alamat, suku,

nomor rekam medic, tanggal/ jam masuk rumah sakit, diagnosa medis.

b) Riwayat Kesehatan

a. Keluhan Utama

38
Pasien biasanya mengeluh sering menangis, tidak mau makan dan

minum, badan lemas.

b. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air

cair berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat

bercampur lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin

didapatkan adalah napsu makan menurun, suhu badan meningkat,

volume diuresis menurun dan gejala penurunan kesadaran.

c. Riwayat Kesehatan Dahulu

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal,

hospitalisasi dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola

kebiasaan, tumbuh-kembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik,

kurang, buruk), psikososial, psikoseksual, interaksi dan lain-lain.

1) Prenatal

Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutamma pada kehamilan

semester pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai

seperti TORCH, DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi

pertunbuhan dan perkembangan janin di dalam rahim.

2) Natal

Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat

mempengaruhi fungsi dan maturitas organ vital .

3) Post natal

Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau

hiperbilirubinemia. BErat badan dan panjang badan untuk

39
mengikuti pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia

sekelompoknya. Pemberian ASI dan PASI terhadap

perkembangan daya tahan tubuh alami dan imunisasi buatan

yang dapat mengurangi pengaruh infeksi pada tubuh.

d. Riwayat Kesehatan Keluarga

Apakah ada anggota keluarga yang menderita diare atau tetangga

yang berhubungan dengan distribusi penularan.

c) Perubahan Pola Fungsional

a. Pola Nutrisi

Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene

berpengaruh terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah

ringan sampai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan

Berat Badan dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik

pada anak < 1tahun/ > 1tahun dengan Berat badan < 7 kg dapat

diberikan ASI/ susu formula dengan rendah laktosa, umur > 1

tahun dengan BB > 7 kg dapat diberikan makanan padat atau

makanan cair.

b. Pola eliminasi

BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah

dapat mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab

dan cara penanganan lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output

terhadap kehilangan cairan lewat urine.

c. Pola istirahat

40
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu

karena frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel.

d. Pola aktivitas

Klien tampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder

untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

e. Pemeliharaan kesehatan

Personal hygiene anak kurang : kebiasaan ibu memelihara kuku

anak, cuci tangan sebelum makan, makanan yang dihidangkan

tidak tertutup, makanan basi.

d) Pemeriksaan Fisik

Pengkajian secara umum dilakukan dengan metode head to too

yang meliputi : keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital,

area kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.

Fokus pengkajian pada anak dengan diare adalah penemuan tanda-

tanda yang mungkin didapatkan yang meliputi: penurunan BB, denyut

nadi cepat dan lemah, tekanan darah menurun, mata cekung, mukosa

bibir dan mulut kering, kulit kering dengan turgor berkurang. Dapat 

ditemukan peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan peristaltik

usus dan adanya luka lecet sekitar anus.

a. Sistem Neurologi

Subyektif : klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang

Inspeksi : Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali

bertemu dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang,

41
ringan atau tidak tampak sakit. KeSadaran diamati komposmentis,

apatis, samnolen, delirium, stupor dan koma.

Palpasi : adakah parese, anestesia,

Perkusi : refleks fisiologis dan refleks patologis

b. Sistem Penginderaan

Subyektif : klien merasa haus, mata berkunang-kunang,

Inspeksi :

1) Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-), caput

sucedum (-), warna dan distibusi rambut serta kondisi kulit

kepala kering, pada neonatus dan bayi  ubun-ubun besar

tampak cekung.

2) Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah

icterus. Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis

atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok

hipovolumia reflek pupil (-), mata cowong.

3) Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan

asidosis metabolik sehingga kompensasinya adalah alkalosis

respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan mengambil

O2,nampak adanya pernafasan cuping hidung.

4) Telinga,  adakah infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh

pada kemungkinaninfeksi parenteal yang pada akhirnya

menyebabkan terjadinya diare (Lab. IKA FKUA, 1984)

Palpasi :

42
1) Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering,

sedangkan untuk anak-anak ubun-ubun besar sudah menutup

maximal umur 2 tahun.

2) Mata, tekanan bola mata dapat menurun,

3) Telinga, nyeri tekan, mastoiditis

c. Sistem Integumen

Subyektif : kulit kering

Inspeksi : kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering

Palpasi : tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali

dalam 1 detik = dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang dan >

2 detik = dehidrasi berat (Lab IKA FKUI, 1988).

d. Sistem Kardiovaskuler

Subyektif : badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki terasa

dingin.

Inspeksi : pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus

cordis (-), adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat.

Palpasi : suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart

rate meningkat karena vasodilatasi pembuluh darah, tahanan perifer

menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji frekuensi, irama

dan kekuatan nadi.

Perkusi : normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar pada

kausus diare akut masih dalam batas normal (batas kiri umumnya

tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis midsternal pada

ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.

43
Auskultasi : pada dehidrasiberat dapat terjadi gangguansirkulasi,

auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan

lainnya. Kaji tekanan darah.

e. Sistem Pernafasan

Subyektif : sesak atau tidak

Inspeksi : bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau

subcostal. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman pernafasan,

adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi atau ekspirasi.

Palpasi : kaji adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi, tacti

fremitus (-).

Auskultasi : dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas

vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing

untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho

pnemonia atau infeksi lainnya.

f. Sistem Pencernaan

Subyektif : Kelaparan, haus

Inspeksi : BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensilebih dari

3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah. Kontur

permukaan kulit menurun, retraksi (-) dankesemitrisan abdomen.

Auskultasi : Bising usus (dengan menggunakan diafragma

stetoskope), peristaltik usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik

dengan durasi 1 detik.

Perkusi : mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan lien

tidak membesar suara tymphani.

44
Palpasi : adakah nyeri tekan, superfisial pemuluh darah, massa (-).

Hepar dan lien tidak teraba.

g. Sistem Perkemihan

Subyektif : kencing sedikit lain dari biasanya

Inspeksi : testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio mayor

menutupi labio minor, pembesaran scrotum (-), rambut(-). BAK

frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing spontan

atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau sesuai

ketentuan.

Palpasi : adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis.

h. Sistem Muskuloskletal

Subyektif : lemah

Inspeksi : klien tampak lemah, aktivitas  menurun

Palpasi : hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian

dilanjutkan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan ,

kekuatan otot.

B. Diagnosa Keperawatan

1. Diare b.d inflamasi gastrointestinal.

2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.

3. Ketidakseimbangan elektrolit b.d mual, muntah, diare

4. Risiko kerusakan integritas kulit b.d lembab, imobilitas fisik .

5. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d

ketidakmampuan mengabsorbsi makanan, kurang asupan makanan.

45
(Sumber : Herdman, T Heater, 2013)

46
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NoMR :

Nama :
Diagnosis TujuandanKriteriaHasil IntervensiKeperawatan
No Keperawatan (NOC) (NIC) Aktivitas
1. Diare berhubungna Setelah dilakukan perawatan Menajemen diare Observasi:
dengan inflamasi 3x24 jam diharapkan diare
gastrointestinal bisa teratasi dengan kriteria
hasil:
Kontrol pengeluaran feses Identifikasi penyebab diare
meningkat
Konsistesi feses menurun Identifikasi riwayat pemberian obat
Frekeuensi devekasi membaik Monitor warna,folume,frekuensi dan
konsistensi tinja
Monitor jumlah dan pengeluaran dioare
Monitor keamanan penyiapan makanan

Terapeutik :
Berikan asupan cairan OML
Pasang jalur intravena
Berikan cairanintravena
Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lenhkap
Ambil sampel feses untuk kultur

Edukasi :
Anjurkan makanan porsi kecil tapi
sering
Anjurkan menghindari pemberian
makanan bergas
Anjurkan melanjutkan ASI
47
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian obat antimotalitas

Diagnosis TujuandanKriteriaHasil IntervensiKeperawatan


No Keperawatan (NOC) (NIC) Aktivitas
2 Defisit nutri Setelah dilakukan tindakan Menajemen nutri Observasi:
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan
ketidakmampuan pemenuhan nutrisi seimabng
mencerna makanan dengan kriteria hasil:
Berat badan meningkat Identifikasi status nutrisi
Panjang badan meningkat Identifikasi alergidan intoleransi
makanan
Kulit kuning menurun Identifikasi makanan yang
disukaiidentifikasi keburtuhankalori dan
jenis nutrisi
Skelera kuning menurun Monitor asupan makanan
Membran mukosa Monitor berat badan
kuningmenurun
Kesulitan makan menurun Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Alergi makan menurun Teraupetik:


Pola makan membaik Lakukan oral hygen
Lapisan lemak membaik Fasilitasi menentukan pedoman diet
Berikan suplemen makan jika perlu

Edukasi:
Ajarkan diet yang diprogramkan

Kolaborasi:
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori

48
Menajemen diare Observasi:
Identifikasi penyebab diare
Identifikasi riwayat pemberian makanan
Monitor tanda dan gejala hipovelemia
Monitor jumlah pengeluaran diare
Monitor keamanan penyiapan makanan

Teraupetik:
Berikan asupan cairan oral
Pasang jalur intravena
Berikan cairan intarvena

Edukasi:
Anjurkan makananan porsi kecil tapi
sering

Kolaborasi:
Pemberian obat pengeras feses

Diagnosis TujuandanKriteriaHasil IntervensiKeperawatan


No Keperawatan (NOC) (NIC) Aktivitas
3 ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan elektrolit Identifikasi kemungkinan penyebab
elektrolit berhubungan 3x24 jam diharapkan ketidakseimbangan elektrolit
dengan diare pemenuhan kebutuhan
elektrolit seimbang dengan
kriteria hasil:
Asupan cairan adekuat Monitor kadar elektrolit
Out put urine meningkat Monitor mual muntah dan diare
Asupan makanan adekuat Monitor kehilangan cairan
Membran mukosa lembab Moniotir tanda dan gejala hiponamania
Tidak ada tanda tanda Monitor tanda dan gejla hipermagnesia
dehidrasi
Atur interval waktu pemantauansesuai
49
dengan kondisi pasien

Diagnosis TujuandanKriteriaHasil IntervensiKeperawatan


No Keperawatan (NOC) (NIC) Aktivitas
4 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Menajemen hipertemia Mengidentifikasi penyebab hipertemia
dengan dehidrasi 3x24 jam diharapkan suhu
tubuh kembali normal dengan
kriteria hasil:
Menggigil berkurang Monitor suhu tubuh
Warna kulit normal Monitor kadar elektrolit
Kejang berkurang Monitor haluaran urine
Frekuensi pernapasan normal Monitor kimpilikasi akibat
hipertemialonggarkan atau lepasdkan
pakaian
Denyut nadi dalam batas Basahi permukaan tubuh
normal
Berikan oksigen jika perlu
Menganjurkan tirah baring
Kolaborasikan pemberian cairan
elektrolit intravena jika perlu

50
51
BAB III
KASUS

ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. M (1 Th) DENGAN GEA


DI RUANG PERAWATAN ANAK
RSUD LUBUK SIKAPING
TAHUN 2021
BIODATA

A. IdentitasKlien

Nama/Namapanggilan : Muhammmad Salim Hasan


No.RM : 15.08.88
Tempattgl. lahir/Usia : Pekan Baru/ 25-02-2020
Jeniskelamin : Laki-Laki
TinggiBadan : 80 Cm Berat Badan: 7 Kg
A gam a : Islam
Pendidikan : -
Alamat : Muaro Sungai Lolo
Tanggalmasuk : 24-02-2021(jam 14.00 WIB)
Tanggalpengkajian : 25-02-2021

52
Diagnosismedik : Diare
Rencanaterapi : iufd RL31 cc/jam, IUFD Wida ZA 27cc/jam, injeksi cefriakson, zink, lakto B, PCT
sirup, liproloxac, L zink sirup
IdentitasOrangTua

Ayah Ibu
Nama ABBAS ULFADILA
Usia 31 TAHUN 24 TAHUN
Pendidikan S1 D III
Pekerjaan GURU AGAMA ISLAM GURU AGAMA ISLAM
Agama ISLAM ISLAM
Alamat MUARO SUNGAI LOLO MUARO SUNGAI LOLO

53
B. IdentitasSaudaraKandung
NO NAMA USIA HUBUNGAN STATUSKESEHATAN
1 NAHDA 4 Tahun Saudara Perempuan Sehat
ROYHANA Kandung

RIWAYATKESEHATAN

A. RiwayatKesehatanSekarang
KeluhanUtama :
Ibu Pasien mengatakan anaknya muntah-muntah lebih dari 7 kali. Dan mencret ( BAB ) Lebih
dari 6 kali dalam sehari konsistensi encer dan berlendir, Badan Anak Panas dan keadaanya
lemah

RiwayatKeluhanUtama :
Ibu Pasien mengatakan anaknya muntah-muntah lebih dari 7 kali. Dan mencret ( BAB ) Lebih dari 6 kali dalam

sehari konsistensi encer dan berlendir, Badan Anak Panas dan keadaanya lemah suhu 38,5 C anak tidak mau

makan dan sering merengek

KeluhanPadaSaatPengkajian : .
Didapatkan data dari ibu klien bahwa anaknya muntah lebih dari 7 kali dalam sehari .
Dan buang air besar lebih dari 6 kali dalam sehari dengan konsistensi lembek dan .
Berlendir. Anak dalam keadaan demam dengan suhu 38̊,5C.Anak terlihat lemas dan suka
merengek dan tidak nafsu makan, diet yang diberikan hanya habis setengah porsi dari yang di
sajikan. BB Klien 7 kg.
Dengan intake : 150 +162 = 312 .
Out put : 250 + 284= 534 .
Balance : 312-534 = -222
Diuresis : 250/12X7 = 250/84 = 2,9 .
IMT : PB/BB = -3 SD Kategori kurus
PB/U = 2 SD Kategori Normal
BB/U = -2 SD Kategori Gizi Baik

MasalahKeperawatan: Diare

Defisit Nutrisi

Hipertermi

Ketidakseimbangan elektrolit
54
B. RiwayatKesehatanLalu (Khususuntukanakusia0–5tahun)
1. PrenatalCare
Ibu memeriksakan kehamilannya di : Ibu memeriksakan
kehamilanya 4 kali
selama kehamilan di
praktek dokter dan di
puskesmas

Keluhan selama hamil yang dirasakan oleh Ibu :Ibu Sering Mual dan
muntah serta lebih banyak
tidur karena lemah selama
masa kehamilanya dan
tidak mau makan

Riwayat terkena radiasi :√ Tidak Ada Ada


Jenis Radiasi :
Riwayat berat badan selama hamil : 70Kg
Riwayat terkena radiasi :√ Tidak Ada Ada
Jumlah Imunisasi TT : Tidak pernah imunisasi selama
kehamilan
Golongan darah Ibu :O
Golongan darah ayah :B

2. Intranatal
Tempatmelahirkan : √ RumahSakit Puskesmas
PraktekBidan Lain-lain,
JenisPersalinan : √ Normal Caesar
PenolongPersalinan : √ Dokter Perawat
Bidan Lain-lain
Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahir kan dansetelahmelahirkan:
Tidak ada Komplikasi yang dialami oleh ibu pada saat melahirkan dan setelah
melahirkan .
.

55
Post Natal

Kondisibayi :Sehat dan bayi menangis waktu


lahir,kulit kemerahan

APGAR Score :8

Anak pada saat lahir tidak mengalami :Komplikasi

(UntukSemuaUsia)

Klien pernah mengalami penyakit : ISPA


Pada umur :11 Bulan Diberikan obat oleh: Dokter
Riwayatkecelakaan :Tidak ada Riwayat kecelakaan
Riwayat mengkonsumsi obat-obatan berbahaya tanpa anjuran dokter dan
menggunakan zat/subtansi kimia yang berbahaya : tidak ada
Perkembanga nanak disbanding saudara-saudaranya: Ibu klien mengatakan bila
dibandingkan dengan saudara perempuannya klien terlihat lebih lemah dan
suka demam atau sakit

MasalahKeperawatan: .

C. RiwayatKesehatanKeluarga
Genogram
KET:

: laki-laki

: Perempuan A I

X : Meninggal

: Klien

--------- : Tinggal Serumah k

56
D. RiwayatImunisasi(ImunisasiLengkap)
JENIS WAKTU REAKSISETELAH
NO FREKUENSI FREKUENSI
IMUNISASI PEMBERIAN PEMBERIAN
1 BCG - - - -
2 DPT(I,II,III) - - - -
3 Polio(I,II,III,IV) - - - -
4 Campak - - - -
5 Hepatitis - - - -

Catatan : Anak Tidak mendapatkan Imunisasi karena orang tua tidak mau Anaknya untuk di
imunisasi

E. RiwayatTumbuhKembang
1. PertumbuhanFisik
Beratbadan :7 Kg

Panjang badan :80 Cm

Waktu tumbuh gigi : umur 7 bulan Gigitanggal :Tidak ada


Jumlah gigi :6 buah
2. PemeriksaanPerkembangan
a. Kemadirian dan bergaul : Ibu Klien Ibu Klien mengatakan anaknya dapat
mengatakan jika ibu atau ayahnya memberdakan orang tuanya dengan orang yang
bersembunyi dibelakang atau di belum dikenal. Kadang kadang ankanya mali-
pojok kemudian muncul dan malu atau ragu ragu pada saat permulaan
menghilang secra berulang ulang di bertemu dengan orang yang belum ia kenal
hadapan anaknya klien akan mencari
atau mengharapakan ayah atau
ibunya muncul kembali

b. Motorikkasar : Ibu Klien mengatakan anaknya sudah dapat berdiri selama 30 detik
dengan berpegangan pada kursi atau meja,dan dapat duduk sendiri tanpa bantuan.
Anak juga sudah dapat mengangkat badanya ke posisi berdiri tanpa bantuan orang
tuanya atau orang lain

57
c. Motorikhalus: Ibu Klien mengatakan anaknya sudah dapat mengambil benda kecil
seperti kismis dan meremas diantara ibu jari juga sudah dapat mempertemukan dua
kubus kecil yang ia pegang

58
d. Kognitifdanbahasa

orang tua klien mengatakan anaknya sudah mampu merespon saat dipanggil namanya
dan mengucapkan “ma-ma” “pa-pa”

MasalahKeperawatan:tidak ada masalak tumbuh kembang pada anak

F. RiwayatNutrisi
PemberianASI :0-6 Bulan ASI eksklusif

Pemberiansusuformula : Umur 7 Bulan

Alasan pemberian susu formula : Ibu Klien mengatakan air susunya sedikit
dan anak suka rewel dan makananya / ASI
menurut ibu tidak cukup lagi bagi
anaknya.

JumlahpemberianASI/susuformula :Jumlah pemberian ASI berapaka 10 kali


atau lebih/ formula 4-5 kali dalam sehari

CarapemberianASI/ susuformula : langsung ke puting susu ibu/ susu formula


dengan menggunakan dot susu

Polaperubahannutrisitiaptahapusiasampainutrisisaatini
USIA JENISNUTRISI LAMAPEMBERIAN
0-6 bulan ASI 6 Bulan

7-Sekarang Susu Formula 5 Bulan

7 Bulan Bubur Promina 2 Bulan

9 Bulan Nasi Saring 3 Bulan

12 Bulan Nasi Lunak 1 Bulan

MasalahKeperawatan: .

59
G. RiwayatPsikososial
Anak tinggal bersama :Orang tua ayah dan ibu apabila ayah dan ibu pergi
kerja dititipkan pada nenek nya

Tempat tinggal anak :bersama orang tua


Lingkungan berada di :sekitar perkampungan
Rumah dekat dengan :mesjid
Tempat bermain anak :di sekitar lingkungan rumah
Kamar klien :tidak ada satu kamar dengan ayah dan ibu
Rumah ada tanga : Tidak Ada

60
Hubungan antar anggota keluarga: ayah klien mengatakan klien adalah anak
keduanya dan sangat menyayangi anknya karena ia sangat menginginkan ank laki-
laki. Tapi ia juga mengatakan ia sangat bersyukur anak pertama yang diberikan
adalah anak perempuan yang cantik,demikian dengan ibu klien sangat bersyukur
ats rahmat yang diberikan kaena diberikan ank perempuan dan juga ank laki
laki.hubungan antara ayah dan ibu klien sangat harmonis dan saling menyayangi
hal ini terbukti saat pengkajian perhatian yang dberikan oleh ibu dan ayah klien
terhadap anak yang sakit sangat besar.

Pengasuh anak : tidak ada hanya dititipkan sama orang tuanya


saat pergi kerja dan di jemput lagi setelah
pulang kerja

MasalahKeperawatan: tidak ada masalah keperawatan .

H. RiwayatSpiritual
Suppor tsistem dalam keluarga :Kedua orang tua sangat menyayangi anaknya

Kegiatan keagamaan :Orang tua sering mendengarkan bacaan ayat suci


al-quran pada anaknya
I. ReaksiHospitalisasi
1. PengalamanKeluargaTentangSakitdanRawatInap
Ibu membawa anaknya keRS karena:Muntah muntahlebih dari 4 kali BAB 7-8 kali dalam
sehari,klien lemah dan BAB berlendir.
Apakah dokter menceritakan tentang kondisi anak?:√Ya
Tidak Perasaan orang tua saat ini: cemas dan iba melihat kondisi anaknya kadang ibunya
sering menagis melihat anaknya dalam kadaan sakit dan terpasang infus karena umurnya
basih 1 tahun
Orang tua selalu berkunjung keRS : ayah dan ibunya datang ke RS untuk cek ke RS
Yang akan tinggal dengan anak : ibu dan neneknya

61
2. PemahamanAnakTentangSakitdanRawatInap

Anak rewel dan menangis ketika sakit dan orang tua khawatir dengan keadaan anaknya
serta ayah klien mengatakan apakah ada anak orang lain yang sama sakitnya dengan
anak nya karena anaknya selalu muntah dan diare dan tidak mau makan .

MasalahKeperawatan:manajemen kesehatan keluarga tidak efektif .


Defisit pengetahuan .
AKTIVITASSEHARI-HARI

A. Nutrisi
KONDISI SEBELUMSAKIT SAATSAKIT
1.Selera makan Anak sering menyusu (asi pada Tidak ada selera makan anak
ibu) dan berselera makan sering rewel dan tidak mau
makanan RS

62
B. Cairan
KONDISI SEBELUMSAKIT SAATSAKIT
1. Jenis minuman ASI MLRS
Air putih

2. Frekuensi minum 10X dalam sehari 5-6x sehari

3. Kebutuhan cairan 800ml (2-3) gelas 312 ml

4. Carapemenuhan Oral Oral+infus

63
C. Eliminasi(BAB&BAK)
KONDISI SEBELUMSAKIT SAATSAKIT
1. Tempat pembuangan Kamar mandi Tempat sampah

2. Frekuensi(waktu) 1-2 kali sehari 7-8 kali dalam sehari

3. Konsistensi Lembek Encer dan berlendir

4. Kesulitan Tidak ada kesulitan BAB dan Sering BAB dan BAK
BAK

5. Obatpencahar Tidak ada obat pencahar Tidak ada obat pencahar

D. IstirahatTidur
KONDISI SEBELUMSAKIT SAATSAKIT
1. Jamtidur
a. Siang 3-4 jam 1-2 jam sering terbangun

b. Malam 8-10 jam 5-6 jam sering terbangun

2. Pola tidur Tidur malam dan pagi hari Pagi,siang,malam tapi seing
terbangun

3. Kebiasaan Minum ASI Minum ASI

sebelum tidur

4.Kesulitan tidur Tidak ada Ada , sering merasa kaget dan


sering terbangun

64
E. OlahRaga
KONDISI SEBELUMSAKIT SAATSAKIT
1. Program olahraga -

2. Jenis dan frekuensi - -

3. Kondisisetelaholahr - -
aga

F. PersonalHygiene
KONDISI SEBELUMSAKIT SAATSAKIT
1. Mandi
a. Cara Dimandikan oleh orang tua Dilap ibunya

b. Frekuensi 2xsehari 1x sehari

c. Alatmandi Sampo,sabun,gayung Lap, baskom

2. Cucirambut
a. Frekuensi 2x sehari Belum ada sampai saat
pengkajian

65
b.Cara Dicuci sama ibu klien -

3. Gunting kuku
a. Frekuensi 1x seminggu Belum ada gunting kuku
selama dirawat

b. Cara Digunting oleh ibunya -

4. Gosokgigi
a. Frekuensi 2x sehari Tidak ada gosok gigi

b. Cara

G. Aktifitas/MobilitasFisik
KONDISI SEBELUMSAKIT SAATSAKIT
1. Kegiatansehari-hari Anak sering maindengan Anak lebih suka rewel
ayahnya dan tidur tapi sering
terbangun

2. Pengaturanjadwalharian Ibu klien adalahseorang guru


setiap hari menyiapkan
makanannya ,anaknyadititipkan
debgan orang tuanya

3. Penggunaanalatbantua Tidak ada Tidak ada

ktifitas

66
4.Kesulitanpergerakantubuh Tidak ada Tidak ada

H. Rekreasi
KONDISI SEBELUMSAKIT SAATSAKIT
1. Perasaansaatsekolah - -

2. Waktuluang - -

3. Perasaansetelah
- -
rekreasi

4. Waktusenggang
keluarga

5. Kegiatanharilibur

67
PEMERIKSAANFISIK

KeadaanUmum : √ Baik √Sedang


GelisahGCS : (E=4V=5M=6)
Kesadaran : √ ComposMentis Apatis Somnolen
SemiKoma Koma
Tanda-tandaVital :TD= mmHg,HR=120x / menit RR=25x/menit
0
T 38,5 C

Beratbadan :7Kg
Panjang badan :80Cm

A. Kepala
1. KeadaanRambutdanHygieneKepala
WarnaRambut : Hitam √Coklat
Lain-lain,_ _ .
Penyebaran : Merata √TidakMerata
KebersihanRambut : Bersih √TidakBersih
MudahRontok :√ Ya Tidak
Benjolan : Ada √TidakAda
NyeriTekan : Ada √Tidak
TeksturRambut : Kasar √Halus

Lain-lain :bentuk kepala mesochepal, tidak ada benjolan


.
2.Muka
Simetris : √Ya Tidak
BentukWajah : Bulat √Lonjong
Lain-lain, .
GerakanAbnormal : Ada √TidakAda
EkspresiWajah : √Sesuai TidakSesuai
NyeriTekan : √Ya Tidak
Lain-lain : .
.
68
3. Mata
PosisiMata : √ Simetris Asimetris
KelopakMata : √ Normal Ptosis
Lagopthalmus
Palpebra : √ Normal

EdemaPeradangan
Sklera : Ikterik √Anikterik
Konjungtiva : Normal √Anemis
Peradangan

Pupil : √Isokr Anisokor


Miosis Midriasis
Replek spupil terhada cahaya : √Positf
Negatif
Ukuran Pupil :
Gerakan Bola Mata : √Normal Abnormal
KelopakMata : √ Normal Abnormal

Keadaan Visus : - OD
OS
Fungsi Penglihatan : √ Normal
KaburExopt
Diplopia
halmus
Lain-lain :Mata Cekung _.
4. HidungdanSinus
Septumhidung : √ Ditengah Tidakditengah
Sekrethidung : Ada √TidakAda
Bila terdapat Sekret : Jernih Purulen
Perdarahan Hidung : Ya √Tidak
Polip Hidung : Ada √Tidak
Peradangan mukosa : Ya √Tidak
Lain-lain : _.
.

69
5. HidungdanSinus
Dauntelinga : Sakit saat digerakkan
√Tidak sakit saat digerakkan
Kondisitelinga : √Normal Kemerahan
Bengkak Luka
Karakteristik :Warna coklat,Konsistensi , Bau tidak ada
Cairan dari telinga : Ada √TidakAda
Rasa penuh ditelinga: Ya √Tidak
Fungsi pendengaran : √ Normal Kurang
Tuli
Fungsi keseimbangan: √Normal AdaGangguan
Lain-lain : _.
.

6.Mulut
Keadaan gigi : Belum tumbuh gigi Gigi berlubang
Gigi lengkap √Gigi belum lengkap
Karang gigi Karies
Gigibersih
Gusi : Peradangan √Normal
Lidah : Bersih √Kotor
Bibir : Normal/pink Sianosis Kering√
Pucat Kering
Pecah-pecah
Baumulut : √Berbau TidakBerbau
Fungsibicara : Normal √Belumbisabicara
AdaGangguandalamBerbicara
Lain-lain :mulut kering _.

70
B. LeherdanTenggorokan
1. Leher
Kelenjarthyroid : √ Normal Membesar
Teraba √TidakTeraba
Kakukuduk : Ada √TidakAda
Kelenjarlimfe : Membesar √TidakMembesar

2. TenggorokanN
yeritekanNyer : Ya √Tidak
imenelan : Ya √Tidak
Lain-lain:susah menelan sehingga diert yang diberikan tidak habis

C. ToraxdanPernafasanJa
lannafasKarakteristiks : √ Bersih Adasumbatan
umbatan : Sputum Ludah
Lendir Darah
BatukS : Ya √Tidak
xProduktif xTidakProduktif
putum : xPutih xKuning
Hijau
Encer Kental
Bentukdada : BarrelChest FunnelChest
PigeonChest

Irama pernafasan KhyposcoliosisNormal


: BarrelChest Kusmaul
ChyneStokes Biots
Pengembangan dada di
√Simetr Asimetris
waktubernapas
isAdaA TidakAda
:Penggunaanototbantunafas :
da TidakAda
Pernafasancupinghidung :
Tipepernapasan : Massa/ nyeri PernafasandadaAda
: 71
P r afasanperutTida
e n kAda

Perkusi paru : √Sonor/resona RedupHyp


Pekak ersonor
Tympani
Suara nafas : Bronchial
√Vesikuler
Bronchovesikuler
Suaranafastambahan : RalesWheezi
√Tidak
AdaRonchi ngO2facema
Alatbantunafas : sk
Tidakada
O2Kanul
Lain-lain : _ _.
.

D. Jantung
1. SirkulasiPerifer
Nadi : √ Reguler Irreguler
Denyutnadi : Kuat √Lemah
DistensiVenajugularisKanan : Ya √Tidak
DistensiVenajugularisKiri :Ya Tidak
Akral : √ Hangat Dingin
PengisianKapiler(CRT) :√ <3 detik >3 detik

2.SirkulasiJantung
Ictus cordis : √Teraba TidakTeraba
Pembesaran jantung : Positif Negatif
Bunyi jantung : √Normal Abnormal
Kelainan bunyi : x Gallop xMurmur
Nyeri dada : Ada √TidakAda
Nyeri dada timbul : x Saatberaktivitas Saatistirahat
Lain-lain : _.
.

72
E.Abdomen
Inspeksi
Membuncit : Ya √Tidak
Terdapatluka : Ya √Tidak
Auskultasi
BisingUsus :730 x/ Menit
Perkusi
Tympani : √ Ya Tidak
Redup : Ya √Tidak
Palpasi
NyeriTekan : √ Ya Tidak
NyeriLepas : Ya √Tidak
Hepar : Teraba √TidakTeraba
Lien : Teraba √TidakTeraba
Warnafeses : √ Kuning Coklat
Hitam SepertiDempul
Putih Sepertiaircucianberas
Konsistensifeses : Setengahpadat √Cair
Berdarah √TerdapatLendir
Tidak Ada Kelainan
Penggunaanalat : √ Tidak Ada Kolostomi
NGT
Lain-lain :turgor kulit : kembali lambat 2-5 detik _.
.

F. Genitalia
Kebersihan : Bersih √Kotor
PolaBAK : Terkontrol TidakTerkontrol
JumlahUrine : 250cc/hari
WarnaUrine : √ Kuning Coklat
Merah Putih
Hipospadia : Ya √Tidak

73
Berdarah TerdapatLendir
Lain-lain : _.
.

G. Muskuloskeletal
Strukturtulang : √ Normal Abnormal
Kolumnavertebralis : √ Normal Kifosis
Lordosis Skoliosis
Nyerisendi : Ya √Tidak
Lain-lain : _.
.

H. StatusNeurologif
Tanda– tandaperangsanganselaputotak

Kakukuduk : Positif √Negatif


KernigSign : Positif √Negatif
RefleksBrudzinskiI&II : √ Positif Negatif
RefleksLasegue : √ Positif Negatif

PEMERIKSAANPENUNJANG
Diagnostik:25-02-2021
Urine:makroskopis= warna kuning muda
kekeruhan: jernih
BJ : 1,010
PH : 6,0
Mauroskopis : leukosit 0-1
Eritrosit 0-3

74
Laboratorium :24-02-2021

Hemoglobin 7,5g/dl

Leukosit 2400/mm3

Eritrosit 5,02juta/mm3

Trombosit 661000/mm3

Hemaktorit 25,2

75
TERAPYYANGDIBERIKAN
Infus RL 31 cc/jam
Infus wida Za
Inj cefriakson 2x1,74
Zink 1x20
Lakto B
Paracetamol syr 3x100 mg
Liptoloc L zink sy

RENCANAPEMULANGAN

RencanaTindakLanjut:

NamadanTandaTanganPerawat

(……………...........)

76
ANALISADATA

No Data Masalah Etiologi


1. DS Diare Inflamasi gastrointestinal
 Ibu klien mengatakan anaknya
muntah lebih dari 7 kali
 ibu klien mengatakan anaknya BAB
lebih dari 6 kali berlendir dan warna
fesenya coklat
DO
 BAB cair
 Warna kuning pucat
 Bab 4-5x sehari
 Bising usus >30x/i
 Turgor kulit menurun
 Hasil pemeriksaan Feses Tanggal 25-
2-2021
 Makrokoskopis
Warna kuning pucat
Konsistensi Lunak
Darah (-)
Lendir (+)
Leukosit 0-1
Eritrosit 0-1
Amuba (-)
2 DS Nausea Rasa makanan atau
minuman yang tidak enak
 Ibu klien mengatakan anaknya
muntah lebih dari 4 kali
 Ibu Klien mengatakan anak nya tidak
mau makan
 Diet yang diberikan tidak habis
hanya setengah porsi paling banyak
DO
 Wajah tampak pucat
 Konjungtiva anemis
 Membran mukosa pucat
3 DS ketidakseimbanga Diare
n elektrolit
 Klien tampak lemah
 Ibu klien mengatakan mual
muntah lebih dari 6 x
 Bab berlendir dan encer 7x
DO
 Kulit kering
77
 Mukosa bibir kering
 Warna kekuningan
 Mata cekung
 Ubun-ubun cekung
Intake : 150+162=312
Output : 250+284=534
Balance : 312-534= -222
Diuresis :2,9
4 DS Defisit nutrisi Ketidakseimbangan
mencerna makanan
 Ibu klien mengatakan muntah lebih
dari 4x
 Ibu klien mengatakan anaknya tidak
mau makan
 Diet yang diberikan tidak habis
hanya setengah porsi paling banyak
DO
 Wajah tampak pucat
 Konjungtiva anemis
 Membran mukosa pucat
IMT PB/BB = -3 SD Kategori Kurus

5 Ds Hipertermi Dehidrasi
Ibu Klien mengatakan anaknya demam
Ibu klien mengatakan anaknya lemah

Do
T=38,5˚C

6 DS Defisit Kurang terpapar


pengetahuan informasi
Ibu Klien menayakan tentang penyakit
anaknya
Do
Ibu tidak mau memberikan oralit pada
anaknya karena anaknya menagis dan tidak
mau minum dan ibu menuruti keinginan
anaknya hanya minum air putih,smentara
kalau minum air putih anaknya akan muntah

78
DIAGNOSISKEPERAWATAN

1.Ketidakseimbangan Elektrolit b/d Diare


2.Defisit Nutrisi b/d Ketidakmampuan Mencrna Makanan
3.Hipertermia b/d Dehidrasi
4. Nausea b/d rasa makanan dan minuman yang tidak enak
5.defisit pengetahuan b/d kurang terpapar informasi
6.Diare b/d inflamasi gastointestinal

PRIORITAS DIAGNOSIS
KEPERAWATAN

1. Diare b/d Informasi Gastrointestinal


2. Defisit Nutrisi b/d Ketidakmampuan Mencerna Makanan
3. Ketidakseimbangan Elektrolit b/d Diare

79
RENCANAASUHAN KEPERAWATAN

NoMR :15.80.88

Nama :an m
Diagnosis TujuandanKriteriaHasil IntervensiKeperawatan
No Aktivitas
Keperawatan (NOC) (NIC)
1. Diare berhubungna Setelah dilakukan perawatan Menajemen diare Observasi:
dengan inflamasi 3x24 jam diharapkan diare
gastrointestinal bisa teratasi dengan kriteria
hasil:
Kontrol pengeluaran feses Identifikasi penyebab diare
meningkat
Konsistesi feses menurun Identifikasi riwayat pemberian obat
Frekeuensi devekasi membaik Monitor warna,folume,frekuensi dan
konsistensi tinja
Monitor jumlah dan pengeluaran dioare
Monitor keamanan penyiapan makanan

Terapeutik :
Berikan asupan cairan OML
Pasang jalur intravena
Berikan cairanintravena
Ambil sampel darah untuk pemeriksaan
darah lenhkap
Ambil sampel feses untuk kultur

Edukasi :
Anjurkan makanan porsi kecil tapi
sering
Anjurkan menghindari pemberian

80
makanan bergas
Anjurkan melanjutkan ASI
Kolaborasi:
Kolaborasi pemberian obat antimotalitas

81
RENCANAASUHAN KEPERAWATAN

NoMR :15.80.88

Nama :an.m
Diagnosis TujuandanKriteriaHasil IntervensiKeperawatan
No Keperawatan (NOC) (NIC) Aktivitas
2 Defisit nutri Setelah dilakukan tindakan Menajemen nutri Observasi:
berhubungan dengan 3x24 jam diharapkan
ketidakmampuan pemenuhan nutrisi seimabng
mencerna makanan dengan kriteria hasil:
Berat badan meningkat Identifikasi status nutrisi
Panjang badan meningkat Identifikasi alergidan intoleransi
makanan
Kulit kuning menurun Identifikasi makanan yang
disukaiidentifikasi keburtuhankalori dan
jenis nutrisi
Skelera kuning menurun Monitor asupan makanan
Membran mukosa Monitor berat badan
kuningmenurun
Kesulitan makan menurun Monitor hasil pemeriksaan laboratorium

Alergi makan menurun Teraupetik:


Pola makan membaik Lakukan oral hygen
Lapisan lemak membaik Fasilitasi menentukan pedoman diet
Berikan suplemen makan jika perlu

Edukasi:
Ajarkan diet yang diprogramkan

82
Kolaborasi:
Kolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jumlah kalori

Menajemen diare Observasi:


Identifikasi penyebab diare
Identifikasi riwayat pemberian makanan
Monitor tanda dan gejala hipovelemia
Monitor jumlah pengeluaran diare
Monitor keamanan penyiapan makanan

Teraupetik:
Berikan asupan cairan oral
Pasang jalur intravena
Berikan cairan intarvena

Edukasi:
Anjurkan makananan porsi kecil tapi
sering

Kolaborasi:
Pemberian obat pengeras feses

83
RENCANAASUHAN KEPERAWATAN

NoMR :15.80.88

Nama :an.m
Diagnosis TujuandanKriteriaHasil IntervensiKeperawatan
No Aktivitas
Keperawatan (NOC) (NIC)
4 Hipertermi berhubungan Setelah dilakukan tindakan Menajemen hipertemia Mengidentifikasi penyebab hipertemia
dengan dehidrasi 3x24 jam diharapkan suhu
tubuh kembali normal dengan
kriteria hasil:
Menggigil berkurang Monitor suhu tubuh
Warna kulit normal Monitor kadar elektrolit
Kejang berkurang Monitor haluaran urine
Frekuensi pernapasan normal Monitor kimpilikasi akibat
hipertemialonggarkan atau lepasdkan
pakaian
Denyut nadi dalam batas Basahi permukaan tubuh
normal
Berikan oksigen jika perlu
Menganjurkan tirah baring
Kolaborasikan pemberian cairan
elektrolit intravena jika perlu

84
RENCANAASUHAN KEPERAWATAN

NoMR :15.80.88

Nama :an.m
Diagnosis TujuandanKriteriaHasil IntervensiKeperawatan
No Aktivitas
Keperawatan (NOC) (NIC)
3 ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Pemantauan elektrolit Identifikasi kemungkinan penyebab
elektrolit berhubungan 3x24 jam diharapkan ketidakseimbangan elektrolit
dengan diare pemenuhan kebutuhan
elektrolit seimbang dengan
kriteria hasil:
Asupan cairan adekuat Monitor kadar elektrolit
Out put urine meningkat Monitor mual muntah dan diare
Asupan makanan adekuat Monitor kehilangan cairan
Membran mukosa lembab Moniotir tanda dan gejala hiponamania
Tidak ada tanda tanda Monitor tanda dan gejla hipermagnesia
dehidrasi
Atur interval waktu pemantauansesuai
dengan kondisi pasien

85
CATATANPERKEMBANGAN

DiagnosisKepe ParafPer
No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
rawatan awat
1. jumat Defisit nutrisi Jam 08.40 09.35
26-02-2021 berhubungan dengan
ketidakmampuan
mencerna makanan
Mengidentifikasi status nutrisi S:
Jam 08.50 Ibu klien mengatakan klien muntah
lebih dari 4 kalidan anaknya tidak
mau makandan diet yang diberikan
tidak habis
Ibu Klien mengatakan Klien alergi
dengan ikan laut
Ibu Klien menagtaakan nak suka
makan telur dan kerupuk
Mengidentifikasi alergi dan intoleransi O:
makanan
Jam 09.00 Wajah klien tampak pucat
Mengidentifikasi makanan yang disukai Konjungtiva anemis
09.05 Membran mukosa pucat
PB=80 cm
BB=7Kg
Umur 1 Tahun
Status Nutrisi Klien berdasarkan
antropometri 2005:
PB/BB : -3SD Kategori Kurus

86
Mengidentifikasi kebutuhan kalori dan jenis A:
nutrisi
09.10 Masalah teratasi sebagian
Memonitor asupan makanan P:
09.15 Intervensi dilanjutkan
Memonitor berat badan Memonitor Asupan makanan
09.20
Memonitor hasil pemeriksaan laboratorium

Diagnosis Paraf
No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
Keperawatan Perawat
1 Jumat Diare berhubungan Mengidentifikasi penyebab diare S:
26-02-2020 denganinflamsi
gastrointestinal
Mengidentifikasi riwayat pemberian makanan Ibu klien mengatakan klien muntah
lebih dari 7x dan Bab 6 kali
Ibu klien mengatakan naknya tidak
mau makan dan diet yang
diberikan hanya habis setengah
porsi paling banyak
Mengidentifikasi gejala invaginasi O:

Memonitor warna,frekuensi,volume,dan klien tampak lemah


konsistensi tinja
Memonitor tanda dan gejala hipovelemia BAB warna kuning pucat cair dan
berlendir
Klien terpasang infus RL

Memonitor jumlah pengeluaran urine Jumlah urin 250cc (24 jam)

Memberikan asupan cairan oral Muntah 6 kali

87
Memasang jalur intravena Hb: 7,5g/dl

Hasil pemeriksaan Feses Tanggal


25-2-2021
Makrokoskopis
Warna kuning pucat
Konsistensi Lunak
Darah (-)
Lendir (+)
Leukosit 0-1
Eritrosit 0-1
Amuba (-)
memberikan cairan intravena A:

Mengambil sampel feses untuk kultur Maslah teratasi sebagian

Menganjurkan makan porsi kecil tapi bertahap P:

Intervensi dilanjutkan

Memberikan cairan inta vena


Memonitor jumlah pengeluaran
urin

88
CATATANPERKEMBANGAN

DiagnosisKepe ParafPer
No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
rawatan awat
1 Jumat 09.20 Mengidentifikasi kebutuhan dan
jenis makanan
26-02-2021 Menyajikan makanan secara menarik Mengajarkan diet yang
diproblemkan
09.25 Mengkolaborasikan dengan ahli
gizi makanan yang dibutuhkan
Mengajukan diet yang diproblemkan
09.30
Mengkolaborasi dengan ahli gizi untuk
menentukan jenis nutrien yang dibutuhkan

2. Jumat Defisit nutrisi Jam 10.30 S:


26-02-2021 berhubungan dengan
ketidakmampuan
mencerna makanan
Mengidentifikasi penyebab diare Ibu klien mengtakan muntah lebih
dari 4 kali dan diert yang diberikan
tidak habis
Jam 10.35 O:
Mengidentifikasi riwayat pemberian makanan Wajah klien tampak pucat
Jam 10.40 Konjungtiva anemis
Memonitor volume,frekuensi dan konsistensi BAB encer dsan berlendir lebih
tinja dari 6 kali
Jam 10.45 Klien tampak rewel dan lemas
Memoniotor tanda dan gejala hipovelemia A:masalah teratasi
pada klien

89
Jam 10.50 P: intervensi dilanjutkan
Memonitir iritasi danulserasi kulit di daerah Memonitor volume,Frekuensi dan
perinal konsistensi tinja
Jam10.55 Monitor Pengeluaran diare
Memonitor jumlah penegeluaran diare Memasang jalur intavena
Jam10.59
Memberikan asupan cairan oral
Jam 11.05
Memasang jakur intravena
Jam 11.10
Mengambil sampel darah untukpemeriksaan
darah lengkap
Jam 11.15
Memberikan makanan porsi kecil dan
menghindari makanan bergas
Jam 11.25
Memberikan obat pengeras feses

90
CATATANPERKEMBANGAN

DiagnosisKepe ParafPer
No Hari/Tanggal Implementasi Evaluasi
rawatan awat
2. Sabtu Hipertermia 09.00 S:
27-02-2021 berhubungan dengan
dehidrasi
Mengidentifikasi penyebabab hipertermia Ibu klien mengatkan anaknya
panas
Ibu klien mengatakan anknya tidak
mau miinum dan bila minum
anaknya akan muntah
Ibu klien mengatakan anknya tidak
mau minum cairan oralit

09.05 O:
Memonitor suhu tubuh Klien tanpak lemah dan rewel
T= 38,5 C
Jumlah urine 250 cc dalam 24 jam
Anak dalam keadaan di kompres
Anak tidak pakai baju hanya pakai
singlet dan celana saja
Ibu melap badan anaknya dengan
air hangat

09.10 A:
Memonitor kadar elektrolit Masalah teratasi sebagian

09.15 P:
Memonitor keluaran urine Intervensi dilanjutkan

91
09.20 Memonitor suhu tubu
Menyediakan lingkungan dingin
09.25
Melonggarkan atrau melepaskan pakaian
09.30
membasahi permukaan tubuh
3. Minggu ketidakseimbangan Jam 08.05 S:
28-02-2021 elektrolit
berhubungan dengan
diare
Mengidentifikasi kemungkinan penyebab Ibu klien mengatakan muntah lebih
ketidakseimbangan elektrolit dari 7x
Jam 08.10 Ibu klien mengatakan bab
berlendir lebih dari 6 kali
Memonitor kadar elektrolit O:
Jam 08.15 Mata cekung
Memonitor mual dan muntah serta diare Kulit kering
08.20 Feses cair dan berlendir
Intake : 150+162 =312
Output : 250+248 = 534
Balance : 312-534 = -222
Suhu 38,5 C
Memonitor kehilangan cairan A:masalah teratasi sebagian
08.30 P: intervensi dilanjutkan
Memonitor tanda dan gejala hipertermia Monitor mual muntah dan diare
Monitor kehilangan cairan

92
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan kelompok akan membahas mengenai kesenjangan dari asuhan keperawatan
pada klien dengan penyakit Diare. Berdasarkan tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus yang
telah dibuat serta faktor-faktor penghambat dan pendukung dalam pelaksananan asuhan
keperawatan yang mengacu pada teori yang ada.
A. Pengkajian

Pengkajian yang telah dilakukan berdasarkan teoritis dan anamnesa dari pasien.

Kemudian data dikumpulkan dan dianalisa sehingga dapat diketahui kebutuhan pasien

sesuai dengan kebutuhan yang ada. Data yang didapat setelah pengkajian pada An. M

sudah cukup sesuai berdasarkan tinjauan teoritis yang dibuat. Data-data tersebut

menunjang untuk dilakukan asuhan keperawatan selanjutnya karena data sudah

didapatkan jelas dan sesuai.

Pada saat dilakukan pengkajian, keluarga mengatakan bahwa pasien dibawa oleh

keluarganya ke RSUD Lubuk Sikaping pada Hari rabu 24 februari 2021 pukul 12.30

WIB dengan keluhan An. M muntah 7 kali dan Buang air besar lebih dari 6 kali.Demam

dengan suhu 38,5˚C, tidak mau makan dan terlihat lemah mata nak cekung dan sering

merengek

Pasien pernah berobat ke puskesmas dengan ISPA dan diberikan obat oleh dokter

puskesmas A,n M Tidak mengalami keterlambatan Tumbuh kembang An. M dengan

kemandirian dan bergaulnya anak M sudah dapat memberdakan orang tuanya dengan

orang yang belum dikenal, kadang A.n M malu malu dan ragu pada permulaan bertemu

dengan oarang yang belum dikenal. AnM sudah dapat berdiri selama 30 detik dengan

berpegangan pada kursi atau meja dan dapat duduk sendiri tanpa bantuan,juga AnM

dapat mengambil benda benda kecil seperti kismis. An M juga sudaj dapat megucapkan

mama-papa.

93
An.M tinggal di lingkungan rumah yang cukup ramai dengan lalu lintas

kendaraan. Ada kemungkinan bahaya polusi maupun debu yang dapat mencemari

makanan di rumah An. M. Terlebih An.M juga suka duduk dipangku orang tua di depan

rumah setelah mandi di pagi hari untuk bersantai sambil melihat kendaraan yang lewat di

depan rumahnya. Selain itu An. M juga mempunyai kebiasaan menghisap telapak

tangannya. Kemungkinan saat ia menghisap tangan yang tidak bersih/ berdebu dapat

menjadi sumber pencemaran mikroorganisme penyebab diare. A.n M juga dititpkan

kepada neneknya sewaktu orang tuanya kerja dan nenenk sering membelikan makanan

ringan untuk An M.Hal ini merupakan beberapa faktor resiko untuk terjadinya diare akut

pada pasien.

Pada tinjauan kasus dilakukan pemeriksaan laboratorium pada An. M ditemukan

hasil :

B. Diagnosa

Dari sekian banyak diagnosa keperawatan yang ada di teoritis tidak seluruhnya

dialami oleh pasien. Sesuai dengan data objektif dan data subjektif

yang dimana data subjektifnya adalah ibu klien mengatakan anaknya muntah lebih dari 7x

dan ibu klien juga mengatakan anaknya BAB lebih dari 6x berlendir dan fesesnya

berwarna coklat dan sedangkan untuk data objektifnya adalah BAB cair, BAB 4-5x sehari

Hasil pemeriksaan Feses Tanggal 25-2-2021 Makrokoskopis,Warna kuning

pucat,Konsistensi Lunak ,Darah (-),Lendir (+),Leukosit 0-1,Eritrosit 0-1,Amuba (-) maka

diangkat diagnosa keperawatan dengan Diare berhubungan dengan Inflamasi

gastrointestinal.

Pada pengkajian data an.m ditemukan data subjektifnya ialah

Ibu klien mengatakan muntah lebih dari 4x, Ibu klien mengatakan anaknya tidak mau

94
makan, Diet yang diberikan tidak habis hanya setengah porsi paling banyak , dan adata

objektifnya adalah Wajah tampak pucat, Konjungtiva anemis, Membran mukosa pucat

maka diangkat diagnosa keperawatan dengan Defisit Nutrisi berhubungan dengan

Ketidakseimbangan mencerna makanan.

Pada pengkajian selanjutnya ditemukan data subjektifnya Klien tampak lemah, Ibu klien

mengatakan mual muntah lebih dari 6 x, Bab berlendir dan encer 7x dan data objektifnya

adalah Kulit kering, mukosa bibir kering, warna kekuningan , mata cekung, ubun-ubun

cekung,

Intake : 150+162=312

Output : 250+284=534

Balance : 312-534= -222

Diuresis :2,9

Maka diangkat diagnosa keperawatan nya dengan Ketidak Seimbangan Elektrolit

Berhubungan Dengan Diare.

yang sesuai dengan keadaan pasien yaitu :

1. Diare b.d inflamasi gastrointestinal

2. Defisit Nutrisi b.d Ketidak Seimbangan Mencerna Makanan

3. Ketidakseimbangan Elektrolit b.d Diare

Secara teoritis diagnosa keperawatan yang dapat muncul dengan pasien Diare

Akut di unit Ruang Rawat Perawatan Anak, meliputi :

6. Diare b.d inflamasi gastrointestinal.

7. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif.

95
8. Ketidakseimbangan elektrolit b.d mual, muntah, diare

9. Risiko kerusakan integritas kulit b.d lembab, imobilitas fisik .

10. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d ketidakmampuan

mengabsorbsi makanan, kurang asupan makanan.

Pada kasus ini diagnosa yang muncul pada saat pengkajian hampir sama dengan

teori yang didapat karena yang tampak dan dikeluhkan keluarga pada saat pengkajian

adalah keluarga mengatakan An.M buang air besar lebih dari 6 kalisehingga diangkatlah

diagnosa Diare b.d inflamasi gastrointestinal.Keluarga mengatakan An.M Berdasarkan

data-data tersebut, maka diangkatlah diagnosa keperawatan Ketidakseimbangan elektrolit

b.d mual, muntah, dan diare.

Keluarga mengatakan An.M mual dan muntah sudah > 7kali Keluarga

mengatakan saat ini An. M belum bisa berjalan karena mengalami kelemahan pada

tungkainya, Ibu mengatakan An. Mtidak pernah mendapatkan imunisasi hal ini

disebabkan karena orang tua ank M T tidak mau anknya di imunisasi karena ibu An.M

mengatakan anaknya yang pertama sehat sehat saja walaupun tidak diimunisasi, danjuga

ibu An.M mengatakan anak tetangganya sering sakit setelah diberikan imunisasi, dan

keluarga mengatakan An. M dilap dengan handuk lembab dan pakaian selalu diganti jika

sudah tampak kotor. Berdasarkan observasi ditemukan data integritas kulit : utuh, turgor

kulit lambat; kulit sekitar anus An. M tampak lembab dan agak kemerahan; An. M hanya

terbaring di tempat tidur karena lemah.; An.M memakai popok saat berada di rumah sakit

karena mengalami diare; Otot kaki : Tonus otot lemah, otot tampak atrofi. Dengan adanya

data-data tersebut, maka diangkatlah diagnosa keperawatan Resiko kerusakan integritas

kulit b.d lembab, imobilisasi fisik.

96
C. Rencana Keperawatan

Dalam penyusunan rencana keperawatan mahasiswa mengunakan rencana

keperawatan yang telah disusunkan oleh SDKI sebagai standar. Dalam hal ini setiap

rencana keperawatan dikembangkan berdasarkan teori yang dapat diterima secara logis

dan sesuai dengan kondisi klien.

Dalam hal ini Kelompok tidak terlalu mengalami kesulitan yang begitu berarti hal

ini disebabkan karena adanya beberapa factor pendukung dan terjalinnya hubungan

komunikasi yang baik antara anggota kelompok, keluarga klien dan perawatan ruangan.

Intervensi yang telah dilakukan pada An. M yaitu :

1. Management diare

a. Identifikasi faktor penyebab diare (pengobatan, bakteri atau pengaruh makanan)

b. Anjurkan pasien/keluarga mencatat warna, volume dan konsistensi feses

c. Monitor tanda dan gejala diare

d. Observasi turgor kulit secara teratur

e. Monitor daerah perineal dari iritasi dan ulcerasi

f. Timbang BB

g. Monitor peningkatan peristaltik usus

h. Kelola pemberian intake nutrisi dan cairan

i. Berikan medikasi sesuai program

2. Menajemen Nutrisi

a. Identifikasi status nutrisi

b. Identifikasi alergidan intoleransi makanan

c. Identifikasi makanan yang disukaiidentifikasi keburtuhankalori dan jenis nutrisi

d. Monitor asupan makanan

e. Monitor berat badan

97
f. Monitor hasil pemeriksaan labor

g. Lakukan oral hygen

h. Fasilitasi menetukan pedoman diet

i. Berikan suplemen makan jika perlu

j. Ajarkan diet yang diprogramkan

k. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

3. Pemantauan Elektrolit

a. Identifikasi kemungkinan penyebab ketidakseimbangan elektrolit

b. Monitor kadar elektrolit

c. Monitor kehilangan cairan

d. Monitor mual, muntah dan diare

e. Monitor tanda dan gejala hiponamania

f. Monitor tanda dan gejala hipermagnesia

g. Atur interval waktu pemantauan sesuai dengan kondisi pasien

D. Implementasi

Tahap implementasi yang merupakan penerapan asuhan keperawatan yang

didelegasikan kepada keluarga klien. Dalam tahap implementasi ini penulis tidak

menemukan kesulitan.

Adapun faktor-faktor pendukung yang dapat dilaksanakan sesuai dengan

rencananya yang telah ditetapkan, yaitu :

1. Adanya perencanaan yang baik, sehingga memudahkan kelompok dalam melakukan

tindakan keperawatan.

2. Adanya sikap kooperatif, partisipasi keluarga membantu perawat dalam melakukan

asuhan keperawatan

98
3. Adanya bimbingan dari perawat ruangan serta memberikan kesempatan kepada

kelompok dalam melakukan asuhan keperawatan.

E. Evaluasi

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 jam dalam sehari selama 3x

pertemuan kepada An. M jam pertama sampai jam ketiga An. M memperlihatkan tidak

ada perbaikan yang signifikan dengan intervensi yang dilakukan, begitupun dengan

pertemuan selanjutnya.

Data-data yang ditemukan saat pengkajian pada An. M sejalan dengan teori yang

ada sebelumnya. Menurut Lukman Zulkifli Amin (2015), diare atau mencret

didefenisikan sebagai buang air besar dengan feses tidak berbentuk (unformed stools)

atau cair dengan frekuensi lebih dari 3 kali dalam 24 jam. Bila diare berlangsung kurang

dari 2 minggu, disebut sebagai diare akut. Apabila diare berlangsung 2 minggu atau lebih,

digolongkan pada diare kronik. Feses dapat dengan atau tanpa lendir, darah, atau pus.

Gejala penyerta dapat berupa mual, muntah, nyeri abdominal, mulas, tenesmus, demam,

dan tanda-tanda dehidrasi.

Manifestasi lain juga sejalan dengan teori sebelumnya meskipun ada beberapa

yang tidak dialami oleh pasien, yaitu karena kehilangan cairan maka penderita merasa

haus, berat badan berkurang, mata cekung, lidah/ mulut kering, tulang pipi menonjol,

turgor berkurang, suara serak. Akibat asidosis metabolic akan menyebabkan frekuensi

pernapasan cepat, gangguan kardiovaskuler berupa nadi yang cepat, tekanan darah

menurun, pucat, akral dingin, kadang-kadang sianosis, aritmia jantung karena gangguan

elektrolit, anuria sampai gagal ginjal akut (Triadmodjo :1993, Festy Adyanastri : 2012).

99
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan asuhan keperawatan yang telah dilakukan oleh kelompok pada An.M

pada tanggal 26 februari – 28 februari 2021 di ruangan Rawat Inap Anak RSUD Lubuk

sikaping, dapat disimpulkan :

1. Diare akut

Diare adalah defekasi encer > 3 kali / hari dengan / tanpa darah dan atau lendir

dalam tinja. Diare akut adalah diare yang terjadi secara mendadak dan berlangsung <

7 hari pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Diare melanjut / berkepanjangan

adalah episode diare akut yang melanjut hingga berlangsung selama 7-14 hari, Diare

persisten / kronik adalah episode diare yang mula-mula bersifat akut namun

berlangsung selama 14 hari atau lebih, Disentri adalah diare yang disertai darah

dalam tinja. (Arif Mansjoer dkk, 2000).

Ada beberapa hal yang dapat menyebabkan diare menurut Arif Mansjoer dkk

(2.000), yaitu :

a. Infeksi virus (Rotavirus, Adenovirus), bakteri (E. Colli, Salmonella, Shigella,

Vibrio dll), parasit (protozoa : E. hystolitica, G. lamblia; cacing : Askaris,

Trikurus; Jamur : Kandida) melalui fecal oral : makanan, minuman,yang

tercemar tinja atau kontak langsung dengan tinja penderita.

b. Malabsorbsi : karbohidrat (intoleransi laktosa), lemak atau protein.

c. Makanan : alergi makanan, basi atau keracunan makanan


100
d. Imunodefisiensi / imunosupresi (kekebalan menurun) : Aids dan lain-lain

e. Faktor lingkungan dan perilaku

100
f. Psikologi : rasa takut dan cemas.

2. Hasil pengkajian memperlihatkan diagnosa yang sesuai dengan teoritis pada kasus

diare akut, yaitu diare b.d inflamasi gastrointestinal, ketidakseimbangan elektrolit

b.d mual, muntah, diare, dan resiko kerusakan integritas kulit b.d lembab, imobilitas

fisik.

3. Implementasi keperawatan yang dilakukan sesuai rencana asuhan keperawatan yang

telah disusun dan disesuaikan dengan kondisi pasien.

4. Setelah dilakukan Asuhan keperawatan dari tanggal 26 februari – 28 februari 2021

pada An.M tampak adanya perbaikan kesehatan meskipun tidak semua masalah

keperawatan teratasi.

B. Saran

Dengan selesainya dilakukan asuhan keperawatan pada pasien dengan diare akut

diharapkan dapat memberikan masukan terutama pada :

1. Bagi Rumah Sakit

Harapan sebagai masukan bagi rumah sakit dalam upaya promotif dan kuratif

pada pasien dengan diare akut dapat memberikan asuhan keperawatan yang lebih

intensif.

2. Unit Rawat Inap Anak RSUD Lubuk Sikaping

Sebagai bahan acuan kepada tenaga kesehatan rumah sakit dalam

memberikan pelayanan yang lebih baik dan menghasilkan pelayanan yang

memuaskan pada pasien serta memperlihatkan perkembangan pasien yang lebih

baik.

3. Bagi Keluarga Klien dan Masyarakat

Setelah dilakukan tindakan keperawatan pada pasien, diharapkan dapat

memberikan pengetahuan tentang diare akut dan dapat melakukan tindakan

101
pencegahan dan penatalaksanaan jika terjadi diare akut di rumah pada anggota

keluarganya.

4. Bagi Mahasiswa

Setelah dilakukannya tindakan keperawatan pada pasien dengan diare akut,

diharapkan mahasiswa dapat lebih memahami tentang diare akut dan kedepannya

selalu dapat menganalisis kasus beradasarkan teori dan evidence based yang ada.

102

Anda mungkin juga menyukai