Anda di halaman 1dari 23

ANTENATAL CARE (ANC)

Antenatal Care adalah pelayanan yang diberikan oleh ibu hamil secara berkala untuk
menjaga kesehatan ibu dan bayi. Pelayanan ini meliputi pemeriksaan kehamilan, upaya
koreksi terhadap penyimpangan dan intervensi dasar yang dilakukan (Manuaba,2010).
Kunjungan Antenatal Care adalah kunjungan ibu hamil ke bidan atau dokter sedini mungkin
semenjak dirinya hamil untuk menjaga agar ibu sehat selama masa kehamilan, persalinan dan
nifas serta mengusahakan bayi yang dilahirkan sehat, memantau kemungkinan adanya resiko-
resiko kehamilan, dan merencanakan penatalaksanaan yang optimal terhadap kehamilan
(Bobak, 2005). Pelayanan Antenatal adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga professional
(Dokter spesialis kandungan, Dokter umum, Bidan, Perawat) untuk ibu selama masa
kehamilanya.
1. Tujuan kunjungan Antenatal Care :
a. Mempromosikan dan menjaga kesehatan fisik dan mental ibu dan bayi dengan
memberikan pendidikan gizi, kebersihan diri dan proses kelahiran.
b. Mendeteksi dan menatalaksanakan komplikasi medis bedah ataupun obstetrik
selama kehamilan.
c. Mengembangkan persiapan persalinan serta rencana kesiagaan menghadap
komplikasi.
d. Membantu menyiapkan ibu untuk menyusui dengan sukses.
e. Menjalankan puerpurium normal, dan merawat anak secara fisik,Psikologi dan
sosial (Manuaba, 2010).
2. Manfaat Antenatal Care
Dapat ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai kehamilan secara dini,
Sehingga dapat diperhitungkan dan dipersiapkan langkah langkah dalam pertolongan
persalinanya (Manuaba, 2010).
3. Jadwal pemeriksaan Antenatal Care
1. Trimester I dan II
a. Setiap bulan sekali
b. Diambil data tentang laboratorium
c. Pemeriksaan ultrasonagrafi
d. Nasehat tentang diet empat sehat lima sempurna, tambahan protein 0,5 g/kg
BB (satu telur/hari).
e. Rencana untuk pengobatan penyakitnya, menghindari terjadinya komplikasi
kehamilan, dan imunisasi tetanus I.
2. Trimester III
a) Setiap dua minggu sekali sampai ada tanda kelahiran
b) Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan
c) Diet empat sehat lima sempurna
d) Pemeriksaan ultrasonografi
e) Imunisasi tetanus II
f) Observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan, kompikasi hamil
trimester ketiga
g) Rencana pengobatan
h) Nasehat tentang tanda inpartu, kemana harus datang untuk melahirkan
(Manuaba, 2010).
Langkah-langkah dalam perawatan kehamilan atau Antenatal Care
Pelayanan antenatal dalam penerapan operasionalnya dikenal dengan standar minimal
“10 T” yang terdiri dari :
1. Pengukuran Tinggi Badan dan Berat Badan
Pengukuran tinggi badan cukup satu kali waktu kunjungan pertama. Bila tinggi badan
< 145 cm, maka factor resiko panggul sempit, kemungkinan sulit melahirkan secara
normal. Sedangkan penimbangan berat Berat Badan setiap kali periksa. Sejak bulan
ke-4 pertambahan berat badan paling sedikit 1kg/bulan (Buku KIA 2016).
2. Pengukuran Tekanan Darah
Tekanan darah normal 120/80 mmhg. Bila tekanan darah lebih besar atau sama
dengan 140/90 mmhg ada factor resiko hipertensi (Tekanan darah Tinggi) dalam
kehamilan (Buku KIA 2016).
3. Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)
Bila < kurang dari 23,5 cm menunjukan ibu hamil menunjukan ibu hamil Kurang
Energi Kronis ((ibu hamil KEK) dan beresiko melahirkan bayi Berat Badan Rendah
(BBLR) (Buku KIA 2016).
4. Pengukuran Tinggi Rahim
Pengukuran tinggi rahim berguna untuk melihat pertumbuhan janin apakah sesuai
dengan usia kehamilan (Buku KIA 2016).
5. Penentuan Letak Janin (Presentase janin) dan perhitungan Denyut Jantung
Janin.
Apabila Trimester III bagian bawah janin bukan kepala atau kepala belum masuk
panggul, kemungkinan ada kelainan letak atau ada masalah lain. Bila denyut jantung
kurang dari 120 kali/menit menujukan ada tanda gawat janin, segera rujuk (Buku KIA
2016).
6. Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT)
Penentuan Status Imunisasi Tetanus Toksoid (TT) oleh petugas untuk selanjutnya
bilamana diperlukan mendapatkan suntikan Tetanus Toksoid sesuai anjuran petugas
kesehatan untuk mencegah Tetanus pada Ibu dan Bayi (Buku KIA 2016).

Imunisasi Selang waktu Minimal Lama perlindungan


TT
TT 1 Langkah awal pemben
tukan kekebalan tubuh
terhadap penyakit
Tetanus
TT 2 1 Bulan setelah TT 1 3 Tahun

TT 3 6 Bulan setelah TT 2 5 Tahun

TT 4 12 Bulan setelah TT 3 1 Tahun

TT 5 12 Bulan setelah TT 4 >25 Tahun

7. Pemberian Tablet Tambah Darah


Ibu hamil sejak awal kehamilan minum 1 tablet tambah darah setiap hari minimal
selama 90 hari. Tablet tambah darah diminum pada malam hari untuk mengurangi
rasa mual (Buku KIA 2016).
8. Tes Laboratorium
a. Tes golongan darah untuk mempersiapkan donor bagi ibu hamil bila diperlukan
b. Tes haemoglobin untuk mengetahui apakah ibu kekurangan darah (Anemia).
c. Tes pemeriksaan urine (air kencing).
d. Tes pemeriksaan darah lainnya, seperti HIV dan sifilis, sementara pemeriksaan
malaria dilakukan di daerah endemis (Buku KIA 2016).
9. Konseling atau Penjelasan
Tenaga kesehatan memberi penjelasan mengenai perawatan kehamilan, pencegahan
kelaianan, persalinan dan inisiasi menyusui dini (IMD), ASI eksklusif, Keluarga
Berencana dan imunisasi pada bayi. Penjelasan ini diberikan secara bertahap pada saat
kunjungan hamil (Buku KIA 2016)
10. Tatalaksana atau mendapatkan pengobatan.
Jika ibu mempunyai masalah kesehatan pada saat hamil (Buku KIA 2016).

KEHAMILAN
1. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah suatu keadaan istimewa bagi seseorang wanita sebagai calon ibu,
karena pada masa kehamilan akan terjadi perubahan fisik yang mempengaruhi
kehidupanya (Manuaba, 2010).
2. Masa Kehamilan
Masa kehamilan adalah suatu masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin,
lamanya hamil normal adalah 280 hari (9 bulan 7 hari, atau 40 minggu) dihitung dari
hasil pertama haid terakhir. Masa kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu :
a. Triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan (pertambahan berat badan
sangat lambat yakni sekitar 1,5 kg).
b. Triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan penambahan berat badan 4 ons
per minggu)
Triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (penambahan berat badan
keseluruhan 12 kg) (Manuaba, 2010).
3. Tanda dan Gejala kehamilan
Tanda dan gejala kehamilan (Manuaba 2010) dibagi menjadi 3 bagian,yaitu:
1) Tanda tidak pasti hamil
a. Amenore (tidak haid)
Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita hamil tidak haid lagi. Dengan
diketahuinya tanggal hari pertama haid terakhir supaya dapat ditaksir umur
kehamilan dan taksiran tanggal persalinan akan menjadi lebih mudah, dengan
memakai rumus Neagele rumus ini terutama berlaku untuk wanita dengan siklus
28 hari sehingga ovulasi terjadi pada hari ke 14. Caranya yaitu tanggal hari
pertama mestruasi terakhir ditambah 7 dan bulan dikurangi 3.
b. Mual dan muntah
Bisa terjadi pada bulan - bulan pertama kehamilan hingga akhir triwulan pertama.
Sering terjadi pada pagi hari disebut morning
sickness.
c. Mengidam (ingin makan khusus)
Sering terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan, Akan tetapi menghilang
dengan makin tuanya kehamilan.
d. Pingsan
Bila berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat. Biasanya hilang
sesudah kehamilan 16 minggu.
e. Anoreksia (tidak ada selera makan)
Hanya berlangsung pada triwulan pertama kehamilan, Tetapi setelah itu nafsu
makan timbul lagi.
f. Mamae menjadi tegang dan membesar
Keadaan ini disebabkan pengaruh hormone estrogen dan progesteron yang
merangsang duktus dan alveoli payudara.
g. Miksi sering
Sering buang air kecil disebabkan karena kandung kemih tertekan oleh uterus
yang mulai membesar. Gejala ini akan hilang pada triwulan kedua kehamilan.
Pada akhir kehamilan, gelaja ini kembali karena kandung kemih ditekan oleh
kepala janin.
h. Konstipasi atau obstipasi
Ini terjadi karena tonus usus menurun yang disebabkan oleh pengaruh hormon
steroid yang dapat menyebabkan kesulitan untuk buang air besar.
i. Pigmentasi (perubahan warna kulit)
Pada areola mamae, genital, cloasma, linea alba yang berwarna lebih tegas,
melebar dan bertambah gelap terdapat pada perut bagian bawah.
j. Epulis
Suatu hipertrofi papilla ginggiva (egusi berdarah). Sering terjadi pada triwulan
pertama.
k. Varises (pemekaran vena-vena)
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi penampakan
pembuluh darah vena. Penambahan pembuluh darah ini terjadi disekitar genetalia
eksterna, kaki dan betis dan payudara.
l. Varises (pemekaran vena-vena)
Karena pengaruh dari hormon estrogen dan progesteron terjadi penampakan
pembuluh darah vena. Penambahan pembuluh darah ini terjadi disekitar genetalia
eksterna, kaki dan betis dan payudara.
2) Tanda kemungkinan hamil (Manuaba 2010).
a. Perut membesar
Setelah kehamilan 14 minggu, rahim dapat diraba dari luar dan mulai pembesaran
perut.
b. Uterus membesar
Terjadi perubahan dalam bentuk, besar, dan konsistensi dari rahim. Pada
pemeriksaan dalam dapat diraba bahwa uterus membesar dan bentuknya makin
lama makin bundar.
c. Tanda hegar
Konsitensi rahim dalam kehamilan berubah menjadi lunak, terutama daerah
hismus. Pada minggu-minggu pertama hismus uteri mengalami hipertrofi seperti
korpus uteri. Hipertrofiismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus
menjadi panjang dan lebih lunak.
d. Tanda Chadwick
Perubahan warna menjadi kebiruan atau keunguan pada vulva, vagina, dan
serviks. Perubahan warna ini disebabkan oleh pengaruh hormon estrogen.
e. Tanda piscaseck
Uterus mengalami pembesaran, kadang-kadang pembesaran tidak rata tetapi di
daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus
membesar ke salah satu jurusan hingga menonjol jelas ke jurusan pembesaran.
f. Tanda Braxton-Hicks
Bila uterus dirangsang mudah berkontraksi. Tanda khas untuk uterus dalam masa
hamil. Pada keadaan uterus yang membesar tetapi tidak ada kehamilan misalnya
pada mioma uteri, tanda Braxton-hicks tidak ditemukan.
g. Teraba ballotemen
Merupakan fenomena bandul atau pantulan balik. Ini adalah tanda adanya janin di
dalam uterus.
h. Reaksi kehamilan positif
Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya hormonchorionigonadotropin
pada kehamilan muda adalah air kencing pertama pada pagi hari. Dengan tes ini
dapat membantu menemukan diagnosa kehamilan sedini mungkin.
3) Tanda pasti hamil (Manuaba (2010).
a. Gerakan janin yang dapat dilihat, dirasa atau diraba, juga bagian bagian janin.
b. Denyut jantung janin
1) Didengar dengan stetoskop-monoral Laennec
2) Dicatat dan didengar dengan alat Doppler
3) Dicatat dengan feto-elektro kardiogram
4) Dilihat pada untrasonograf
5) Diagnosa banding Kehamilan
c. Diagnosa banding Kehamilan
Diagnosa banding kehamilan menurut Manuaba (2010) meliputi :
1. Hamil palsu
Dijumpai tanda dugaan hamil tetapi dengan pemeriksaan alat canggih dan
tes biologis tidak menunjukkan kehamilan.
2. Tumor kandungan atau mioma uteri
Terdapat pembesaran rahim tetapi tidak disertai tanda hamil, bentuk
pembesaran tidak merata dan perdarahan banyak saat menstruasi.
3. Kista ovarium
Terjadi pembesaran perut tetapi tidak disertai tanda hamil, datang bulan
terus berlangsung, lamanya perbesaran perut dapat melampaui umur
kehamilan dan pemeriksaan tes biolgis kehamilan dengan tes negatif.
4. Hematometra
Terlambat datang bulan dapt melampaui umur kehamilan, perut terasa
sakit setiap bulan, terjadi tumpukan darah dalam rahim, tanda dan
pemeriksaan hamil tidak menunjukkan hasil yang positif.
Perubahan Fsiologis Pada Wanita Hamil (Manuaba 2010).
Sistem Reproduksi
Trimester I Trimester II Trimester III
Vagina Pengaruh hormon estogen, Karena hormon estogen Dinding vagina
dan vagina dan vulva mengalami dan progesteron terus mengalami pere
vulva peningkatan pembu luh darah meningkat dan terjadi gangan dan me
sehingga mukosa vagina yang hipervaskularisasi ningkatnya kete
tebal, jaringan ikat longgar, mengakibatkan pembu balan mukosa,
hipertropi otot polos dan luh- pembuluh darah mengendornya
pemanjangan vagina, Ph alat genitalia membesar jaringan ikat, dan
sekresi vagina menjadi lebih karena ogsigenasi dan hipertropi sel otot
asam sehingga lebih rentan nutrisi pada alat genitalia polos dan bertambah
terkena infeksi, khususnya tersebut meningkat, Panjangnya dinding
jamur. sensitivitas yang menyolok vagina.
sehingga keinginan seksual
meningkat, dan
timbulnya edema dan
farises vulva.
Serviks Berkas kolagen menjadi Konsistensi serviks Pada saat kehamilan
Uteri kurang kuatterbungkus, menjadi lunak dan mendekati aterm ,
akibat penurunan konsentrasi kelenjar-kelenjar di serviks terjadi penurunan
kolagen, sel- sel otot polos akan berfungsi lebih dan lebih lanjut dari
dan jaringan elastis, serviks akan mengeluarkan sekresi konsentrasi kolagen,
menjadi lunak, serabut lebih banyak. dan menyebar (disper
terdispresi, konsentrasi air si). Proses perbaikan
meningkat serviks terjadi setelah
persalinan.
Uterus Minggu pertama uterus Pada kehamilan cukup Pada akhir keha
seperti bentuk aslinya (buah bulan, ukuran uterus milan uterus akan
alvokad). Daerah vun dus dan adalah 30 x 25 x 20 cm terus membesar
korpus akan membulat dan dengan kapasitas lebih dalam rongga pelvis
membentuk sferis pada usia dari 4000 cc, dan akan menyentuh
kehamilan 12 minggu. Uterus serabutserabut kologennya dinding abdomen,
memanjang lebih cepat men jadi higroskopik dan mendorong usus
dibanding lebarnya, dan endometrium menjadi kesamping dan ke
membentuk oval. Ismus desidua. atas, terus tumbuh
hipetropi seperti korpus uteri hingga menyentuh
dan menjadi lebih panjang hati, ini disebabkan
serta lunak (tanda hegar). oleh adanya
regtosigmoid di
daerah kiri pelviks.
Ovarim Pada awal kehamilan terdapat Pada usia kehamilan 16 Pada trimester ke
korpus luteum gravidi tatum, minggu, plasenta mulai III korpus luteum
berdiameter kira-kira 3cm, terbentuk dan sudah tidak berfungsi
kemudian mengecil setelah menggantikan fungsi lagi karena telah
plasenta terbentuk. Korpus korpus luteum digantikan oleh
luteum ini mengeluarkan graviditatum plasenta yang telah
hormon estrogen dan terbentuk.
progesteron. Proses ovulasi
selama kehamilan akan
terhenti dan kematangan
volikel baru ditunda, hanya
satu korpus luteum yang
dapat ditemukan diovarium.
Volikel ini akan berfungsi
maksimal selama 6-7 minggu
awal kehamilan dan setelah
itu akan berperan sebagai
penghasil progesteron dalam
jumlah yang relatif minimal
dengan terjadinya kehamilan,
indung telur yang
mengandung korpus luteum
gravidarum akan merusakan
fungsinya sampai
terbentuknya plasenta yang
sempurna pada umur
16minggu.
Payuda Membesar dan tegang akibat Pada kehamilan setelah Pembulu darah
ra hormon somato mamotropin, 12 ming gu, dari putting dibawah kulit
estrogen dan progesteron, susu dapat mengeluarkan berdilatasi, sering
akan tetapi belum mengelu cairan berwarna putih, kali tampak sebagai
arkan hasil. Estrogen agak jernih disebut jaringan biru
menimbulkan hipertropik kolostrum. Kolostrum dibawah permukaan
sistem saluran, sedangkan ini berasal dari asinus kulit. kelenjar mamae
progesteron menambah sel- yang mulai bersekresi. membuat kelenjar
sel sainus pada payudara. payudara semakin
Sumamotropi mempengaruhi meningkat. Pada
pertumbuhan sel-sel asinus kehamilan 32 minggu
dan menimbulkan perubahan warna cairan agak
dalam sel-sel sehingga terjadi putih seperti air susu
pembuatan kasein. Dengan yang sangat encer.
demikian payudara Dari kehamilan 32
dipersiapkan untuk laktasi. minggu sampai anak
Papila mamae akan lahir, cairan yang
membesar, lebih tegang dan keluar lebih kental,
tambah lebih hitam, seperti berwarna kuning dan
seluruh areola mamae karena banyak mengandung
hiperpigmentasi. Lemak yang lemak. Cairan ini
muncul diareola primer disebut klostrom.
disebut lemak tuberkel
montgomeri. Grandula
montgomeri tampak lebih
jelas menonjol dipermukaan
areola mamae. Rasa penuh
peningkatan sensitivitas, rasa
geli, nyeri tajam dan rasa
berat di payudara mulai
timbul sejak minggu ke 6
gestasi. Perubahan payudara
ini adalah tanda mungkin
hamil. Pembulu darah
dibawah kulit berdilatasi,
sering kali tampak sebagai
jaringan biru dibawah
permukaan kulit. kelenjar
mamae membuat kelenjar
payudara semakin meningkat.
Pada kehamilan 32 minggu
warna cairan agak putih
seperti air susu yang sangat
encer. Dari kehamilan 32
minggu sampai anak lahir,
cairan yang keluar lebih
kental, berwarna kuning dan
banyak mengandung lemak.
Cairan ini disebut klostrom.

Tabel 1. Perbandingan ukuran uterus wanita hamil dan tidak hamil pada
minggu ke- 40
Ukuran Tidak Hamil Hamil
Panjang 6,5 cm 32 cm
Lebar 4 cm 24 cm
Kedalaman 2,5 cm 22 cm
Berat 60-70 gram 1100-1200 gram
Volume ≤ 10 ml 5000 ml
(Bobak, 2005).
Untuk menentukan usia kehamilan dilakukan manuver Leopold (Manuaba (2010). :
1. Leopold I:
Untuk menemukan presentasi dengan cara mengidentifikasi bagian tubuh fetus apa
yang berada di fundus dan daerah pelvik.
Caranya: Menghadap ke kepala pasien, gunakan jari-jari kedua tangan mempalpasi
fundus uteri. Jika kepala yang berada di fundus maka akan terassa keras, bulat dan
melenting. Jika bokong teraba difundus, maka akan terasa lembut, tidak bulat dan
gerakan kurang.
2. Leopold II
Untuk menemukan posisi janin (punggung janin).
Caranya: Menghadap pada kepala pasien, letakkan kedua tangan pada kedua sisi
abdomen. Letakkan tangan pada satu sisi dan tangan lain mempalpasi sisi yang
berbeda untuk menemukan bagian punggung janin. Jika punggung akan teraba
cembung dan resisten.
3. Leopold III
Untuk mengidentifikasi bagian apa dari janin yang dekat dengan daerah pelvik.
Caranya: Letakkan 3 jari pertama tangan yang dominan pada sisi abdomen di atas
simpisis pubis dan minta pasien menarik napas panjang dan menghembuskannya.
Pada saat mengeluarkan napas, gerakkan tangan turun perlahan dan menekan sekitar
daerah tersebut. Jika kepala akan teraba keras, bulat, dan bergerak jika
disentuh. Jika bokong akan teraba lembut dan tidak beraturan.
4. Leopold IV
Untuk mengidentifikasi bagian yang menonjol dari bagian terendah janin masuk ke
pintu atas panggul. Caranya: Menghadap ke kaki pasien dengan lembut gerakan
tangan turun ke sisi abdomen mendekati pelvis sampai salah satu tangan merasakan
bagian tulang yang timbul. Ada 3 keadaan yaitu: Konvergen yaitu jika bagian yang
masuk baru sebagian kecil, sejajar yaitu jika bagian yang masuk baru setengah,
divergen yaitu jika hampir sebagian besar dari tubuh janin masuk ke dalam rongga
panggul. Perkiraan persalinan menggunakan rumus Naegele:
a. Hari +7, Bulan -3, Tahun +1 jika bulan HPHT bulan April s/d Desember
b. Hari +7, Bulan+9, Tahun Tetap jika bulan HPHT bulan Januari s/d Maret
Pemeriksaan panggul luar, dengan tujuan :
a. Mengetahui panggul seseorang normal atau tidak
b. Memudahkan dalam mengambil tindakan selanjutnya
c. Mengetahui bentuk atau keadaan panggul seseorang.
Pemeriksaan panggul dilakukan:
a. Pada pemeriksaan pertama kali bagi ibu hamil.
b. Pada ibu yang pernah melahirkan bila ada kelainan pada persalinan yang lalu.
c. Ibu yang akan bersalin bila sebelumnya belum pernah memeriksakan diri terutama
pada primipara.
Ukuran-ukuran luar yang terpenting:
a. Distansia spinarum : jarak antara spina illiaka anterior superior kanan dan kiri
( normal: 23-26 cm).
b. Distansia cristarum : jarak yang terpanjang antara crista illiaca kanan dan kiri
(normal: 26-29).
c. Conjugata eksterna : (Boudelocque) : jarak antara pinggir atas simpisis dan ujung
prosessus spinosus (ruas tulang lumbal kelima) (normal: 10-20 cm).
d. Lingkar panggul : jarak dari pinggir atas simpisis melalui spina illiaca anterior
superior kanan ke pertengahan trochanter mayor kanan ke pertengahan trochanter
mayor kiri ke pertengahan spina illiaca anterior superior kiri kemudian kembali ke
atas simpisis (normal : 80-90 cm).
POST NATAL CARE (PNC)
A. Pengertian
1. Post Partum atau masa nifas adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan
berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum
hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ary Sulistyawati,
2009).
2. Masa nifas atau post partum adalah masa setelah persalinan selesai sampai 6
minggu atau 42 hari. Setelah masa nifas, organ reproduksi secara berlahan akan
mengalami perubahan seperti sebelum hamil. Selama masa nifas perlu mendapat
perhatian lebih dikarenakan angka kematian ibu 60% terjadi pada masa nifas.
Dalam Angka Kematian Ibu (AKI) adalah penyebab banyaknya wanita meninggal
dari suatu penyebab kurangnya perhatian pada wanita post partum (Maritalia,
2012).
B. Klasifikasi Masa Nifas
Menurut Anggraini (2010), tahap masa nifas di bagi menjadi 3 :
1. Purperium dini, Waktu 0-24 jam post partum. Purperium dini yaitu kepulihan
dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan-jalan. Dianggap telah bersih
dan boleh melakukan hubungan suami istri apabila setelah 40 hari.
2. Purperium intermedial, Waktu 1-7 hari post partum. Purperium intermedial yaitu
kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia yang lamanya 6 minggu
3. Remote purperium ,Waktu 1-6 minggu post partum. Adalah waktu yang
diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutam bila selama hamil dan waktu
persalinan mempunyai komplikasi. Waktu untuk pulih sempurna bias berminggu-
minggu, bulanan bahkan tahunan. (Yetti Anggraini,2010).
C. Perubahan Fisiologis Masa Nifas
Untuk mengingat komponen yang diperlukan dalam pengkajian post partum, banyak
perawat menggunakan istilah BUBBLE-LE yaitu termasuk Breast (payudara), Uterus
(rahim), Bowel (fungsi usus), Bladder (kandung kemih), Lochia (lokia), Episiotomy
(episiotomi/perinium), Lower Extremity (ekstremitas bawah), dan Emotion (emosi).
Menurut Hacker dan Moore Edisi 2 adalah :
a. Involusi Rahim
Melalui proses katabolisme jaringan, berat rahim dengan cepat menurun dari
sekitar 1000gm pada saat kelahiran menjadi 50 gm pada sekitar 3 minggu masa
nifas. Serviks juga kehilangan elastisnya dan kembali kaku seperti sebelum
kehamilan. Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan, secret rahim
(lokhia) tampak merah (lokhia rubra) karena adanya eritrosit. Setelah 3 sampai 4
hari lokhia menjadi lebih pucat (lokhia serosa), dan dihari ke sepuluh
lokheatampak berwarna putih atau kekuning kuningan (lokhia alba).
Berdasarkan waktu dan warnanya pengeluaran lochia dibagi menjadi 4 jenis:
1) Lochia rubra, lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa
postpartum, warnanya merah karena berisi darah segar dari jaringan sisa-sisa
plasenta.
2) Lochia sanguilenta, berwarna merah kecoklatan dan muncul di hari keempat
sampai hari ketujuh.
3) Lochia serosa, lochia ini muncul pada hari ketujuh sampai hari keempat belas
dan berwarna kuning kecoklatan.
4) Lochia alba, berwarna putih dan berlangsung 2 sampai 6 minggu post
Partum.
Munculnya kembali perdarahan merah segar setelah lokia menjadi alba atau
serosa menandakan adanya infeksi atau hemoragi yang lambat. Bau lokia sama
dengan bau darah menstruasi normal dan seharusnya tidak berbau busuk atau
tidak enak. Lokhia rubra yang banyak, lama, dan berbau busuk, khususnya jika
disertai demam, menandakan adanya kemungkinan infeksi atau bagian plasenta
yang tertinggal. Jika lokia serosa atau alba terus berlanjut melebihi rentang waktu
normal dan disertai dengan rabas kecoklatan dan berbau busuk, demam, serta
nyeri abdomen, wanita tersebut mungkin menderita endometriosis. (Martin,
Reeder, G., Koniak, 2014).
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut:
1. Iskemia Miometrium : Hal ini disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang
terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta sehingga membuat
uterus menjadi relatif anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
2. Atrofi jaringan : Atrofi jaringan terjadi sebagai reaksi penghentian hormon
esterogen saat pelepasan plasenta.
3. Autolysis : Merupakan proses penghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam
otot uterus. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengendur hingga panjangnya 10 kali panjang sebelum hamil dan lebarnya 5
kali lebar sebelum hamil yang terjadi selama kehamilan. Hal ini disebabkan
karena penurunan hormon estrogen dan progesteron.
4. Efek Oksitosin : Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi
otot uterus sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan
berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi
situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan.
Uterus
Setelah kelahiran plasenta, uterus menjadi massa jaringan yang hampir padat. Dinding
belakang dan depan uterus yang tebal saling menutup, yang menyebabkan rongga bagian
tengah merata. Ukuran uterus akan tetap sama selama 2 hari pertama setelah pelahiran,
namun kemudian secara cepat ukurannya berkurang oleh involusi. (Martin, Reeder, G.,
Koniak, 2014).
Uterus tempat plasenta
Pada bekas implantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan menonjol ke dalam
kavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, dengan cepat luka mengecil pada akhir minggu
ke2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka bekas plasenta
khas sekali. Pada permulaan nifas bekas plasenta mengandung banyak pembuluh darah besar
yang tersumbat oleh thrombus. Luka bekas plasenta tidak meninggalkan parut. Hal ini
disebabkan karena diikuti pertumbuhan endometrium baru di bawah permukaan luka.
Regenerasi endometrium terjadi di tempat implantasi plasenta selama sekitar 6 minggu.
Pertumbuhan kelenjar endometrium ini berlangsung di dalam decidua basalis. Pertumbuhan
kelenjar ini mengikis pembuluh darah yang membeku pada tempat implantasi plasenta hingga
terkelupas dan tak dipakai lagi pada pembuangan lokia. (Martin, Reeder, G., Koniak, 2014).
Afterpains
Merupakan kontraksi uterus yang intermiten setelah melahirkan dengan berbagai
intensitas. Afterpains sering kali terjadi bersamaan dengan menyusui saat kelenjar hipofisis
posterioir melepaskan oksitosin yang disebabkan oleh isapan bayi. Oksitosin menyebabkan
kontraksi saluran lakteal pada payudara, yang mengeluarkan kolostrum atau air susu, dan
menyebabkan otot otot uterus berkontraksi. Sensasi afterpains dapat terjadi selama kontraksi
uterus aktif untuk mengeluarkan bekuan bekuan darah dari rongga uterus. (Martin, Reeder,
G.,
Koniak, 2014).

Vagina
Meskipun vagina tidak pernah kembali ke keadaan seperti seleum kehamilan jaringan
suportif pada lantai pelvis berangsur angsur kembali pada tonus semula.
Perubahan Sistem Pencernaan Biasanya Ibu mengalami obstipasi setelah persalinan.
Hal ini terjadi karena pada waktu melahirkan sistem pencernaan mendapat tekanan
menyebabkan kolon menjadi kosong, kurang makan, dan laserasi jalan lahir. (Dessy, T., dkk.
2009)
Sistem kardiovaskuler
Segera setelah kelahiran, terjadi peningkatan resistensi yang nyata pada pembuluh
darah perifer akibat pembuangan sirkulasi uteroplasenta yang bertekanan rendah. Kerja
jantung dan volume plasma secara berangsur angsur kembali normal selama 2 minggu masa
nifas.
Perubahan Sistem Perkemihan
Diuresis postpartum normal terjadi dalam 24 jam setelah melahirkan sebagai respon terhadap
penurunan estrogen. Kemungkinan terdapat spasme sfingter dan edema leher buli-buli
sesudah bagian ini mengalami tekanan kepalajanin selama persalinan. Protein dapat muncul
di dalam urine akibat perubahan otolitik di dalam uterus (Rukiyah, 2010).
Perubahan psikososial
Wanita cukup sering menunjukan sedikit depresi beberapa hari setelah kelahiran.
“perasaan sedih pada masa nifas” mungkin akibat faktor faktor emosional dan hormonal.
Dengan rasa pengertian dan penentraman dari keluarga dan dokter, perasaan ini biasanya
membaik tanpa akibat lanjut.
Kembalinya haid dan ovulasi
Pada wanita yang tidak menyusui bayi, aliran haid biasanya akan kembali pada 6
sampai 8 minggu setelah kelahiran, meskipun ini sangat bervariasi. Meskipun ovulasi
mungkin tidak terjadi selama beberapa bulan, terutama ibu ibu yang menyusui bayi,
penyuluan dan penggunaan kontrasepsi harus ditekankan selama masa nifas untuk
menghindari kehamilan yang tak dikehendaki.
Perubahan Sistem Muskuloskeletal
Ligamen, fasia, dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah
bayi lahir berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali (Mansyur, 2014).
1. Perubahan Tanda-tanda Vital
Pada Ibu masa nifas terjadi peerubahan tanda-tanda vital, meliputi:
a. Suhu tubuh : Pada 24 jam setelah melahirkan subu badan naik sedikit (37,50C-
380C) sebagai dampak dari kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan yang
berlebihan, dan kelelahan (Trisnawati, 2012)
b. Nadi : Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat dari denyut nadi
normal orang dewasa (60-80x/menit).
c. Tekanan darah, biasanya tidak berubah, kemungkinan bila tekanan darah tinggi
atau rendah karena terjadi kelainan seperti perdarahan dan preeklamsia.
d. Pernafasan, frekuensi pernafasan normal orang dewasa adalah 16-24 kali per
menit. Pada ibu post partum umumnya pernafasan lambat atau normal. Bila
pernafasan pada masa post partum menjadi lebih cepat, kemungkinan ada tanda-
tanda syok (Rukiyah, 2010).
Proses penyembuhan luka
Dalam keadaan normal, proses penyembuhan luka mengalami 3 tahap atau 3
fase yaitu:
1. Fase inflamasi Fase ini terjadi sejak terjadinya injuri hingga sekitar hari kelima. Pada
fase inflamasi, terjadi proses:
a. Hemostasis (usaha tubuh untuk menghentikan perdarahan), di mana pada proses
ini terjadi:
1. Konstriksi pembuluh darah (vasokonstriksi)
2. Agregasi platelet dan pembentukan jala-jala fibrin
3. Aktivasi serangkaian reaksi pembekuan darah
b. Inflamasi, di mana pada proses ini terjadi:
1. Peningkatan permeabilitas kapiler dan vasodilatasi yang disertai dengan migrasi
sel-sel inflamasi kelokasi luka.
2. Proses penghancuran bakteri dan benda asing dari luka oleh neutrofil dan
makrofag.
2. Fase proliferasi Fase ini berlangsung sejak akhir fase inflamasi sampai sekitar 3
minggu. Fase proliferasi disebut juga fase fibroplasia, dan terdiri dari proses:
a. Angiogenesis Adalah proses pembentukan kapiler baru yang distimulasi oleh
TNF-α2 untuk menghantarkan nutrisi dan oksigen ke daerah luka.
b. Granulasi Yaitu pembentukan jaringan kemerahan yang mengandung kapiler pada
dasar luka (jaringan granulasi). Fibroblas pada bagian dalam luka berproliferasi
dan membentuk kolagen.
c. Kontraksi Pada fase ini, tepi-tepi luka akan tertarik ke arah tengah luka yang
disebabkan oleh kerja miofibroblas sehingga mengurangi luas luka. Proses ini
kemungkinan dimediasi oleh TGF-β .
d. Re-epitelisasi Proses re-epitelisasi merupakan proses pembentukan epitel baru
pada permukaan luka. Sel-sel epitel bermigrasi dari tepi luka melintasi permukaan
luka. EGF berperan utama dalam proses ini.
3. Fase maturasi atau remodelling
Fase ini terjadi sejak akhir fase proliferasi dan dapat berlangsung berbulan
bulan. Pada fase ini terjadi pembentukan kolagen lebih lanjut, penyerapan kembali
sel-sel radang, penutupan dan penyerapan kembali kapiler baru serta pemecahan
kolagen yang berlebih. Selama proses ini jaringan parut yang semula kemerahan dan
tebal akan berubah menjadi jaringan parut yang pucat dan tipis. Pada fase ini juga
terjadi pengerutan maksimal pada luka. Jaringan parut pada luka yang sembuh tidak
akan mencapai kekuatan regang kulit normal, tetapi hanya mencapai 80% kekuatan
regang kulit normal. Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan
keseimbangan antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecah. Kolagen yang
berlebihan akan menyebabkan terjadinya penebalan jaringan parut atau h y p e r t r o p
hic s c a r , sebaliknya produksi kolagen yang berkurang akan menurunkan kekuatan
jaringan parut dan luka tidak akan menutup dengan sempurna.
4. Perubahan Psikologi Masa Nifas
Reva Rubin (1997) dalam Ari Sulistyawati (2009) membagi periode ini menjadi 3
bagian, antara lain:
a. Taking In (istirahat/penghargaan), sebagai suatu masa keter-gantungan dengan
ciri-ciri ibu membutuhkan tidur yang cukup, nafsu makan meningkat,
menceritakan pengalaman partusnya berulang-ulang dan bersikap sebagai
penerima, menunggu apa yang disarankan dan apa yang diberikan. Disebut fase
taking in, karena selama waktu ini, ibu yang baru melahirkan memerlukan
perlindungan dan perawatan, fokus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri.
Pada fase ini ibu lebih mudah tersinggung dan cenderung pasif terhadap
lingkungannya disebabkan kare-na faktor kelelahan. Oleh karena itu, ibu perlu
cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur. Di samping itu, kondisi
tersebut perlu dipahami dengan menjaga komunikasi yang baik.
b. Fase Taking On/Taking Hold (dibantu tetapi dilatih), terjadi hari ke 3 -10 post
partum. Terlihat sebagai suatu usaha ter-hadap pelepasan diri dengan ciri-ciri
bertindak sebagai pengatur penggerak untuk bekerja,kecemasan makin menguat,
perubah-an mood mulai terjadi dan sudah mengerjakan tugas keibuan. Pada fase
ini timbul kebutuhan ibu untuk mendapatkan perawatan dan penerimaan dari
orang lain dan keinginan untuk bisa melakukan segala sesuatu secara mandiri. Ibu
mulai terbuka untuk menerima pendidikan kesehatan bagi dirinya dan juga bagi
bayinya. Pada fase ini ibu berespon dengan penuh semangat untuk memperoleh
kesempatan belajar dan berlatih tentang cara perawatan bayi dan ibu memiliki
keinginan untuk merawat bay-inya secara langsung.
c. Fase Letting Go (berjalan sendiri dilingkungannya), fase ini merupakan fase
menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung setelah 10 hari
postpartum. Periode ini biasanya setelah pulang kerumah dan sangat dipengaruhi
oleh waktu dan perha-tian yangdiberikan oleh keluarga. Pada saat ini ibu
mengambil tugas dan tanggung jawab terhadap per-awatan bayi sehingga ia harus
beradaptasi terhadap kebutuhan bayi yang menyebabkan berkurangnya hak ibu,
kebebasan dan hubungan sosial.
5. Tanda dan Gejala
Menurut Masriroh (2013) tanda dan gejala masa post partum adalah sebagai berikut:
a. Organ-organ reproduksi kembali normal pada posisi sebelum kehamilan.
b. Perubahan-perubahan psikologis lain yang terjadi selama kehamilan berbalik
(kerumitan).
c. Masa menyusui anak dimulai.
d. Penyembuhan ibu dari stress kehamilan dan persalinan di asumsikan sebagai
tanggung jawab untuk menjaga dan mengasuh bayinya.
6. Kunjungan Masa Nifas
Kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali, kunjungan masa nifas dilakukan untuk
menilai status kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Saifuddin, 2010)
7. Penatalaksanaan
Menurut Masriroh (2013) penatalaksanan yang diperlukan untuk klien dengan post
partum adalah sebagai berikut:
a. Meperhatikan kondisi fisik ibu dan bayi.
b. Mendorong penggunaan metode-metode yang tepat dalam memberikan makanan
pada bayi dan mempromosikan perkembangan hubungan baik antara ibu dan
anak.
c. Mendukung dan memperkuat kepercayaan diri si Ibu dan memungkinkannya
mingisi peran barunya sebagai seorang Ibu, baik dengan orang, keluarga baru,
maupun budaya.
BBL ( Bayi Baru Lahir)
1. Pengertian BBL
BBL disebut juga dengan neonatus merupakan individu yang sedang
bertumbuh dan baru saja mengalami trauma kelahiran serta harus dapat melakukan
penyesuaian diri dari kehidupan intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2017)
Menurut Depkes RI, 2015 Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir
dengan usia kehamilan 37 minggu sampai 42 minggu dan berat lahir 2.500 gram
sampai 4.000 gram (Saputra, 2014).
Menurut Saputra (2014) bayi baru lahir dikatakan normal jika :
a. Berat badan antara 2500-4000 gram.
b. Panjang badan bayi 48-52 cm.
c. Lingkar dada bayi 30-38 cm.
d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm.
e. Masa kehamilan 37-42 minggu
f. Denyut jantung pada menit-menit pertama 180 kali/menit, kemudian turun
menjadi 120 kali/menit.
g. Respirasi: pada menit-menit pertama cepat, yaitu 80 kali/menit, kemudian
turun menjadi 40 kali/menit. Kulit berwarna kemerahan dan licin karena
jaringan subkutan cukup terbentuk dan diliputiverniks kaseosa.
h. Kuku telah agak panjang dan lemas.
i. Genetalia: Testis sudah turun (pada anak laki-laki) dan labia mayora
sudah menutupi labia minora (pada perempuan).
j. Refleks: Refleks mengisap dan menelan,refleksmoro, refleksmenggenggam
sudah baik jika dikagetkan, bayi akan memperlihatkan gerakan seperti
memeluk (refleks moro), jika diletakkan suatu benda di telapak tangan
bayi, bayi akan menggenggam (reflek menggenggam)
k. Eliminasi, baik urin dan mekonium keluar dalam 24 jam pertama.
l. Suhu 36,5-370C
2. Adaptasi Fisiologi Bayi Baru Lahir
Perubahan-perubahan fisiologis yang dialami oleh bayi baru lahir adalah
(Sondakh, 2013):
a. Sistem respirasi
Terjadinya pernapasan pertama pada bayi baru lahir disebabkan oleh dua
faktor, yaitu terjadinya hipoksia pada akhir persalinan sehingga
rangsangan fisik lingkungan luar rahim yang merangsang pusat pernapasan
aktif, tekanan terhadap rongga dada yang terjadi karena kompresi paru-
paru selama persalinan, merangsang masuknya udara ke dalam paru-paru
secara mekanis. Upaya pernapasan pertama ini bertujuan untuk
mengeluarkan cairan pada paru-paru dan mengembangkan alveoulus paru-
paru. Pada periode pertama reaktivitas akan terjadi pernapasan cepat
(mencapai 40-60 kali/menit).
b. Kardiovasular
Setelah lahir, bayi akan menggunakan paru untuk mengambil oksigen.
Untuk membuat sirkulasi yang baik terdapat dua perubahan adalah sebagai
berikut: (Rohani, 2014).
1. Penutupan foramen ovale pada atrium jantung
2. Penutupan duktus arteriosus antara arteri paru-paru dan aorta.
3. Denyut nadi berkisar 120-160 kali/menit saat bangun dan 100
kali/menit saat tidur.
4. Termoregulasi dan Metabolik
Timbunan lemak pada tubuh bayi mampu meningkatkan panas sampai
100%. Dengan penjepitan tali pusat saat lahir, bayi harus mulai mampu
mempertahankan kadar glukosa darahnya sendiri. Pada bayi baru lahir,
glukosa akan turun dalam waktu cepat (1-2 jam). Koreksi penurunan
kadar gula darah dalam tubuh dapat dilakukan dengan 3 cara, yaitu
penggunaan ASI, melalui cadangan
c. Sistem Gastrointestinal
Perkembangan otot dan refleks dalam menghantarkan makanan telah aktif
saat bayi lahir. Pengeluaran mekonium disekresikan dalam 24 jam pada
90% bayi baru lahir normal. Beberapa bayi baru lahir dapat menyusu
segera bila diletakkan pada payudara dan sebagian lainnya memerlukan 48
jam untuk menyusu secara efektif (Sondakh, 2013). Kemampuan BBL
cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan masih terbatas.
Kapasitas lambung juga masih terbatas, kurang dari 30 cc (Rohani, 2014).

d. System ginjal
Sebagian besar BBL berkemih setelah 24 jam pertama dan 2-6 kali sehari
pada 1-2 hari pertama, setelah itu bayi berkemih 5-20 kali dalam 24 jam
(Sondakh, 2013). Beban kerja ginjal dimulai saat bayi lahir hingga
masukan cairan meningkat, mungkin urine akan tampak keruh termasuk
berwarna merah muda. Hal ini disebabkan oleh kadar ureum yang tidak
banyak berarti. Intake cairan sangat mempengaruhi adaptasi pada sistem
ginjal. Oleh karena itu, pemberian ASI sesering mungkin dapat membantu
proses tersebut. (Rohani, 2014).
e. Hati
Selama periode neonatus, hati memproduksi zat yang esensial untuk
pembekuan darah. Hati juga mengontrol kadar bilirubin tak terkonjugasi,
pigemen berasal dari Hb dan dilepaskan bersamaan dengan pemecahan
sel-sel darah merah. Saat bayi lahir enzim hati belum aktif total sehingga
neonatus memperlihatkan gejala ikterus fisiologis. Bilirubin tak
terkonjugasi dapat mengakibatkan warna kuning yang disebut jaundice
atau ikterus. Asam lemak berlebihan dapat menggeser bilirubin dari tempat
pengikatan albumin. Peningkatan kadar bilirubin tidak berikatan
mengakibatkan peningkatan resiko kern-ikterus bahkan kadar billirubin
serum 10 mg/dL (Sondakh, 2013).
f. System musculoskeletal
Otot-otot sudah dalam keadaan lengkap saat lahir, tetapi tumbuh melalui
proses hipertropi. Tumpang tindih (moulage) dapat terjadi pada waktu
lahir karena pembungkus tengkorak belum seluruhnya mengalami
asifikasi. Kepala bayi cukup bulan berukuran ¼ panjang tubuhnya. Lengan
lebih sedikit panjang dari tungkai (Sondakh, 2013).
g. Sistem Saraf
Ada beberapa refleks yang terdapat pada BBL menandakan adanya
kerjasama antara sistem saraf dan sistem muskuloskeletal. Beberapa
refleks tersebut adalah: (Sondakh, 2013).
1. Refleks moro
Pada refleks ini dimana bayi mengembangkan tangannya lebar-lebar
dan melebarkan jari-jarinya, lalu membalikkan tangannnya cepat
seakan-akan memeluk seseorang. Kaki juga mengikuti gerakan serupa.
Refleks ini biasanya akan hilang 3-4 bulan.
2. Refleks rooting
Refleks ini timbul karena stimulasi taktil pipi dan daerah mulut.
Refleks rooting akan berkaitan dengan refleks menghisap. Refleks ini
dapat dilihat pada pipi atau sudut mulut bila disentuh dengan pelan,
maka bayi akan spontan melihat kearah sentuhan, mulutnya akan
terbuka dan mulai menghisap. Refleks ini biasanya akan menghilang
saat berusia 7 bulan.
3. Refleks sucking
Refleks ini berkaitan dengan refleks rooting untuk menghisap dan
menelan ASI.
4. Refleks batuk dan bersin
Refleks ini timbul untuk melindungi bayi dan obstruksi pernapasan.
5. Refleks graps
Reflek ini timbul bila ibu jari diletakkan pada telapak tangan bayi
maka bayi akan menutup tangannya. Pada refleks ini bayi akan
menggenggam jari dan biasanya akan hilang pada 3-4 bulan.
6. Reflek babinski
Refleks ini muncul jika ada rangsangan pada telapak kaki. Ibu jari akan
bergerak keatas dan jari-jari membuka dan biasanya menghilang
setelah 1 tahun.

Anda mungkin juga menyukai