Anda di halaman 1dari 58

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN DIABETES MILITUS

Diajukan untuk memenuhi memenuhi salah satu tugas keperawatan medical bedah

Nama : Nurmatasuri
NIM : 211FK04056

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA
2021
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Penyakit

1. Pengertian

Diabetes berasal dari bahasa Yunani yang berarti ―mengalirkan atau

mengalihkan‖ (siphon). Mellitus berasal dari bahasa latin yang bermakna

manis atau madu. Penyakit diabetes melitus dapat diartikan individu yang

mengalirkan volume urine yang banyak dengan kadar glukosa tinggi.

Diabetes melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai dengan

ketidakadaan absolute insulin atau penurunan relative insensitivitas sel

terhadap insulin (Corwin, 2009).

Diabetes melitus merupakan suatu penyakit kronik yang kompleks yang

melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan

berkembangnya komplikasi makrovaskular dan neurologis (Riyadi &

Sukarmin, 2008).

Diabetes Mellitus (DM) adalah kelainan defisiensi dari insulin dan

kehilangan toleransi terhadap glukosa ( Rab, 2008).

Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan

hiperglikemia yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme

karbohidrat, lemak, dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi

insulin atau penurunan sensitivitas insulin atau keduanya dan menyebabkan

komplikasi kronis mikrovaskular, makrovaskuler, dan neuropati (Yuliana

elin, 2009).

1. Etiologi

Menurut (Nurarif & Hardhi, 2015) etiologi diabetes mellitus, yaitu :

1. Diabetes Melitus tergantung insulin (DMTI) tipe 1

Diabetes yang tergantung pada insulin diandai dengan penghancuran


sel-sel beta pancreas yang disebabkan oleh :

a) Faktor genetik :

Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri tetapi

mewarisi suatu presdisposisi atau kecenderungan genetic kearah

terjadinya diabetes tipe I. Kecenderungan genetic ini ditentukan pada

individu yang memililiki tipe antigen HLA (Human Leucocyte

Antigen) tertentu. HLA merupakan kumpulan gen yang bertanggung

jawab atas antigen tranplantasi dan proses imun lainnya.

b) Faktor imunologi :

Pada diabetes tipe I terdapat bukti adanya suatu respon autoimun. Ini

merupakan respon abnormal dimana antibody terarah pada jaringan

normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang

dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.

c) Faktor lingkungan

Faktor eksternal yang dapat memicu destruksi sel β pancreas, sebagai

contoh hasil penyelidikan menyatakan bahwa virus atau toksin

tertentu dapat memicu proses autoimun yang dapat menimbulkan

destuksi sel β pancreas.

2. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Disebabkan oleh kegagalan telative beta dan resisten insulin. Secara

pasti penyebab dari DM tipe II ini belum diketahui, faktor genetik

diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi

insulin. Diabetes Melitus tak tergantung insulin (DMTTI) penyakitnya

mempunyai pola familiar yang kuat. DMTTI ditandai dengan kelainan

dalam sekresi insulin maupun dalam kerja insulin. Pada awalnya tampak

terdapat resistensi dari sel-sel sasaran


terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada

reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi

intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran

sel. Pada pasien dengan DMTTI terdapat kelainan dalam pengikatan

insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya

jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel.

Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor

insulin dengan system transport glukosa. Kadar glukosa normal dapat

dipertahankan dalam waktu yang cukup lama dan meningkatkan sekresi

insulin, tetapi pada akhirnya sekresi insulin yang beredar tidak lagi

memadai untuk mempertahankan euglikemia. Diabetes Melitus tipe II

disebut juga Diabetes Melitus tidak tergantung insulin (DMTTI) atau

Non Insulin Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) yang merupakan

suatu kelompok heterogen bentuk-bentuk Diabetes yang lebih ringan,

terutama dijumpai pada orang dewasa, tetapi terkadang dapat timbul pada

masa kanak-kanak.

Faktor risiko yang berhubungan dengan proses terjadinya DM tipe II,

diantaranya adalah:

a) Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65

tahun)

b) Obesitas

c) Riwayat keluarga

d) Kelompok etnik

Hasil pemeriksaan glukosa dalam 2 jam pasca pembedahan dibagi

menjadi 3 yaitu :

a) < 140 mg/dL → normal


b) 140-<200 mg/dL → toleransi glukosa terganggu

c) > 200 mg/dL → diabetes

2. Manifestasi Klinis

Menurut Sujono & Sukarmin (2008) manifestasi klinis pada penderita DM,

yaitu:

a) Gejala awal pada penderita DM adalah

1) Poliuria (peningkatan volume urine)

2) Polidipsia (peningkatan rasa haus) akibat volume urine yang sangat

besar dan keluarnya air yang menyebabkan dehidrasi ekstrasel.

Dehisrasi intrasel mengikuti dehidrasi ekstrasel karena air intrasel

akan berdifusi keluar sel mengikuti penurunan gradien konsentrasi ke

plasma yang hipertonik (sangat pekat). Dehidrasi intrasel

merangsang pengeluaran ADH (antidiuretic hormone) dan

menimbulkan rasa haus.

3) Polifagia (peningkatan rasa lapar). Sejumlah kalori hilang kedalam

air kemih, penderita mengalami penurunan berat badan. Untuk

mengkompensasi hal ini penderita seringkali merasa lapar yang luar

biasa.

4) Rasa lelah dan kelemahan otot akibat gangguan aliran darah pada

pasien diabetes lama, katabolisme protein diotot dan

ketidakmampuan sebagian besar sel untuk menggunakan glukosa

sebagai energi.

a) Gejala lain yang muncul

1) Peningkatan angka infeksi akibat penurunan protein sebagai bahan

pembentukan antibody, peningkatan konsentrasi glukosa disekresi

mukus, gangguan fungsi imun dan penurunan aliran darah pada

penderita diabetes kronik.


2) Kelainan kulit gatal-gatal, bisul. Gatal biasanya terjadi di daerah

ginjal, lipatan kulit seperti di ketiak dan dibawah payudara, biasanya

akibat tumbuhnya jamur.

3) Kelainan ginekologis, keputihan dengan penyebab tersering yaitu

jamur terutama candida.

4) Kesemutan rasa baal akibat neuropati. Regenerasi sel mengalami

gangguan akibat kekurangan bahan dasar utama yang berasal dari

unsur protein. Akibatnya banyak sel saraf rusak terutama bagian

perifer.

5) Kelemahan tubuh

6) Penurunan energi metabolik/penurunan BB yang dilakukan oleh sel

melalui proses glikolisis tidak dapat berlangsung secara optimal.

7) Luka yang lama sembuh, proses penyembuhan luka membutuhkan

bahan dasar utama dari protein dan unsur makanan yang lain. Bahan

protein banyak diformulasikan untuk kebutuhan energi sel sehingga

bahan yang diperlukan untuk penggantian jaringan yang rusak

mengalami gangguan.

8) Laki-laki dapat terjadi impotensi, ejakulasi dan dorongan seksualitas

menurun karena kerusakan hormon testosteron.

9) Mata kabur karena katarak atau gangguan refraksi akibat perubahan

pada lensa oleh hiperglikemia.

3. Patofisiologi

Menurut (Corwin, EJ. 2009), Diabetes tipe I. Pada diabetes tipe satu

terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel- sel beta

pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun.


Hiperglikemi puasa terjadi akibat produkasi glukosa yang tidak terukur oleh

hati. Di samping itu glukosa yang berasal dari makanan tidak dapat disimpan

dalam hati meskipun tetap berada dalam darah dan menimbulkan

hiperglikemia posprandial (sesudah makan).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi maka ginjal tidak dapat

menyerap kembali semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa

tersebut muncul dalam urin (glukosuria). Ketika glukosa yang berlebihan di

ekskresikan ke dalam urin, ekskresi ini akan disertai pengeluaran cairan dan

elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan diuresis osmotik. Sebagai

akibat dari kehilangan cairan berlebihan, pasien akan mengalami peningkatan

dalam berkemih (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).

Defisiensi insulin juga akan menggangu metabolisme protein dan lemak yang

menyebabkan penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan

selera makan (polifagia), akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya

mencakup kelelahan dan kelemahan. Dalam keadaan normal insulin

mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang disimpan) dan

glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari dari asam-asam amino dan

substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan

terjadi tanpa hambatan dan lebih lanjut akan turut menimbulkan

hiperglikemia. Disamping itu akan terjadi pemecahan lemak yang

mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang merupakan produk

samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang menggangu

keseimbangan asam basa tubuh apabila jumlahnya berlebihan. Ketoasidosis

yang diakibatkannya dapat menyebabkan tanda-tanda dan gejala seperti

nyeri abdomen, mual, muntah,


hiperventilasi, nafas berbau aseton dan bila tidak ditangani akan

menimbulkan perubahan kesadaran, koma bahkan kematian. Pemberian

insulin bersama cairan dan elektrolit sesuai kebutuhan akan memperbaiki

dengan cepat kelainan metabolik tersebut dan mengatasi gejala hiperglikemi

serta ketoasidosis. Diet dan latihan disertai pemantauan kadar gula darah

yang sering merupakan komponen terapi yang penting.

Diabetes tipe II. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang

berhubungan dengan insulin yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi

insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada

permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan resptor tersebut,

terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel.

Resistensi insulin pada diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi

intrasel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk

menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.

Untuk mengatasi resistensi insulin dan untuk mencegah terbentuknya glukosa

dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan.

Pada penderita toleransi glukosa terganggu, keadaan ini terjadi akibat sekresi

insulin yang berlebihan dan kadar glukosa akan dipertahankan pada tingkat

yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak

mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar

glukosa akan meningkat dan terjadi diabetes tipe II. Meskipun terjadi

gangguan sekresi insulin yang merupakan ciri khas DM tipe II, namun masih

terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah pemecahan

lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu

ketoasidosis diabetik tidak terjadi pada diabetes tipe II.


Meskipun demikian, diabetes tipe II yang tidak terkontrol dapat

menimbulkan masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik

hiperosmoler nonketoik (HHNK).

Diabetes tipe II paling sering terjadi pada penderita diabetes yang berusia

lebih dari 30 tahun dan obesitas. Akibat intoleransi glukosa yang berlangsung

lambat (selama bertahun-tahun) dan progresif, maka awitan diabetes tipe II

dapat berjalan tanpa terdeteksi. Jika gejalanya dialami pasien, gejala tersebut

sering bersifat ringan dan dapat mencakup kelelahan, iritabilitas, poliuria,

polidipsi, luka pada kulit yang lama sembuh-sembuh, infeksi vagina atau

pandangan yang kabur (jika kadra glukosanya sangat tinggi).

4. PATHWAY

Diabetes Melitus (Corwin, EJ. 2009)


Gambar 2 Pathway

5. Klasifikasi

Dokumen konsesus tahun 1997 oleh American Diabetes Association’s Expert

Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Melitus,

menjabarkan 4 kategori utama diabetes didalam (Corwin, 2009), yaitu :

2. Tipe I: Insulin Dependent Diabetes Melitus (IDDM)/ Diabetes Melitus

tergantung insulin (DMTI).

Lima persen sampai sepuluh persen penderita diabetik adalah tipe I. Sel-sel

beta dari pankreas yang normalnya menghasilkan insulin dihancurkan


oleh proses autoimun. Diperlukan suntikan insulin untuk mengontrol

kadar gula darah. Awitannya mendadak biasanya terjadi sebelum usia 30

tahun.

3. Tipe II: Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus (NIDDM)/ Diabetes

Mellitus tak tergantung insulin (DMTTI)

Sembilan puluh persen sampai 95% penderita diabetik adalah tipe II. Kondisi

ini diakibatkan oleh penurunan sensitivitas terhadap insulin (resisten

insulin) atau akibat penurunan jumlah pembentukan insulin. Pengobatan

pertama adalah dengan diit dan olah raga, jika kenaikan kadar glukosa

darah menetap, suplemen dengan preparat hipoglikemik (suntikan insulin

dibutuhkan, jika preparat oral tidak dapat mengontrol hiperglikemia).

Terjadi paling sering pada mereka yang berusia lebih dari 30 tahun dan

pada mereka yang obesitas.

4. DM tipe lain

Karena kelainan genetik, penyakit pankreas (trauma pankreatik), obat,

infeksi, antibodi, sindroma penyakit lain, dan penyakit dengan

karakteristik gangguan endokrin.


5. Diabetes Kehamilan: Gestasional Diabetes Melitus (GDM)

Diabetes yang terjadi pada wanita hamil yang sebelumnya tidak mengidap

diabetes.

6. Komplikasi

Menurut Sujono & Sukarmin (2008), komplikasi DM dibagi dalam 2

kategori mayor, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi vaskular

jangka panjang :

1. Komplikasi Metabolik Akut

a) Hyperglikemia.

Hiperglikemi didefinisikan sebagai kadar glukosa darah yang

tinggi pada rentang non puasa sekitar 140-160 mg/100 ml darah.

Hiperglikemia mengakibatkan pertumbuhan berbagai mikroorganisme

dengan cepat seperti jamur dan bakteri. Karena mikroorganisme

tersebut sangat cocok dengan daerah yang kaya glukosa. Setiap kali

timbul peradangan maka akan terjadi mekanisme peningkatan darah

pada jaringan yang cidera. Kondisi itulah yang membuat

mikroorganisme mendapat peningkatan pasokan nutrisi. Kondisi ini

akan mengakibatkan penderita DM mudah mengalami infeksi oleh

bakteri dan jamur.

Secara rinci proses terjadinya hiperglekemia karena defisit insulin

tergambar pada perubahan metabolik sebagai berikut:

1) Transport glukosa yang melintasi membran sel berkurang.

2) Glukogenesis (pembentukkan glikogen dari glukosa) berkurang

dan tetap terdapat kelebihan glukosa dalam darah.


3) Glikolisis (pemecahan glukosa) meningkat, sehingga cadangan

glikogen berkurang dan glukosa hati dicurahkan ke dalam darah

secara terus menerus melebihi kebutuhan.

4) Glukoneogenesis pembentukan glukosa dari unsur karbohidrat

meningkat dan lebih banyak lagi glukosa hati yang tercurah

kedalam darah hasil pemecahan asam amino dan lemak.

Yang tergolong komplikasi metabolisme akut hyperglikemia,

yaitu :

a. Ketoasidosis Diabetik (DKA)

Apabila kadar insulin sangat menurun, pasien

mengalami hiperglikemi dan glukosuria berat, penurunan

lipogenesis, peningkatan lipolisis dan peningkatan oksidasi asam

lemak bebas disertai pembentukan benda keton. Peningkatan

keton dalam plasma mengakibatkan ketosis. Peningkatan

produksi keton meningkatkan beban ion hidrogen dan asidosis

metabolik. Glukosuria dan ketonuria yang jelas juga dapat

mengakibatkan diuresis osmotik dengan hasil akhir dehidrasi

dan kekurangan elektrolit. Pasien dapat menjadi hipotensi dan

mengalami syok. Akibat penurunan oksigen otak, pasien akan

mengalami koma dan kematian.

b. Hiperglikemia, hiperosmolar, koma nonketotik (HHNK)

Sering terjadi pada penderita yang lebih tua. Bukan

karena defisiensi insulin absolut, namun relatif, hiperglikemia

muncul tanpa ketosis. Hiperglikemia berat dengan kadar

glukosa serum > 600 mg/dl. Hiperglikemia


menyebabkan hiperosmolaritas, diuresis osmotik dan dehidrasi

berat.

c. Hipoglikemia (reaksi insulin, syok insulin)

Terutama komplikasi terapi insulin. Penderita DM mungkin

suatu saat menerima insulin yang jumlahnya lebih banyak

daripada yang dibutuhkan untuk mempertahankan kadar glukosa

normal yang mengakibatkan terjadinya hipoglikemia.

Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar gula darah turun

dibawah 50-60 mg/dl (2,7-3,3 mmol/L). Keadaan ini dapat

terjadi akibat pemberian insulin atau preparat oral yang

berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit atau karena

aktivitas fisik yang berat. Tingkatan hypoglikemia adalah

sebagai berikut:

1) Hipoglikemia ringan

Ketika kadar glukosa menurun, sistem saraf

simpatik akan terangsang. Pelimpahan adrenalin kedalam

darah menyebabkan gejala seperti perspirasi, tremor,

takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.

2) Hipoglikemia sedang

Penururnan kadar glukosa yang menyebabkan sel-

sel otak tidak memperoleh cukup bahan bakar untuk

bekerja dengan baik. Berbagai tanda gangguan fungsi pada

sistem saraf pusat mencakup ketidakmampuan

berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan

daya ingat, patirasa didaerah bibir serta lidah, bicara pelo,

gerakan tidak terkoordinasi,


perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional,

3) Hipoglikemia berat

Fungsi sistem saraf mengalami gangguan yang

sangat berat sehingga pasien memerlukan pertolongan

orang lain untuk mengatasi hipoglikemi yang dideritanya.

Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami

disorientasi, serangan kejang, sulit dibangunkan dari tidur

atau bahkan kehilangan kesadaran.

Penanganan harus segera diberikan saat terjadi

hipoglikemi. Rekomendasi biasanya berupa pemberian 10-

15 gram gula yang bekerja cepat per oral misalnya 2-4

tablet glukosa yang dapat dibeli di apotek, 4-6 ons sari

buah atau teh manis, 2-3 sendok teh sirup atau madu. Bagi

pasien yang tidak sadar, tidak mampu menelan atau

menolak terapi, preparat glukagon 1 mg dapat disuntikkan

secara SC atau IM. Glukagon adalah hormon yang

diproduksi sel-sel alfa pankreas yang menstimulasi hati

untuk melepaskan glukosa

2. Komplikasi Kronik Jangka Panjang

a) Mikroangiopati merupakan lesi spesifik diabetes yang menyerang

kapiler dan arteriola retina (retinopati diabetik), glomerolus ginjal

(nefropati diabetik) dan saraf-saraf perifer (neuropati diabetik).

b) Makroangiopati, mempunyai gambaran histopatologis berupa

aterosklerosis. Gabungan dari gangguan biokimia yang


disebabkan oleh insufisiensi insulin dapat menjadi penyebab jenis

penyakit vaskular. Gangguan dapat berupa penimbunan sorbitol

dalam intima vaskular, hiperlipoproteinemia dan kelainan

pembekuan darah

7. Penatalaksanaan Medis

Menurut (Mansjoer, A dkk. 2008) penataaksanaan medis yaitu tujuan

utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar

glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta

neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar

glukosa darah normal tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan serius pada

pola aktivitas pasien. Ada lima komponen dalam penatalaksanaan DM,

yaitu :

1) Diet

Syarat diet DM hendaknya dapat :

a. Memperbaiki kesehatan umum penderita

b. Mengarahkan pada berat badan normal

c. Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik

d. Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita

e. Menarik dan mudah diberikan

Prinsip diet DM, adalah :

a. Jumlah sesuai kebutuhan

b. Jadwal diet ketat

c. Jenis : boleh dimakan / tidak

Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti

pedoman 3 J yaitu:

a. Jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan dikurangi

atau ditambah
b. Jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya

c. Jenis makanan yang manis harus dihindari

Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan

oleh status gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan

menghitung Percentage of Relative Body Weight (BBR = berat badan

normal) dengan rumus :

1) Kurus (underweight) BBR < 90 %

2) Normal (ideal) BBR 90% - 110%

3) Gemuk (overweight) BBR > 110%

4) Obesitas apabila BBR > 120%

 Obesitas ringan BBR 120 % - 130%

 Obesitas sedang BBR 130% - 140%

 Obesitas berat BBR 140% - 200%

 Morbid BBR >200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk

penderita DM yang bekerja biasa adalah :

1) Kurus (underweight) BB X 40-60 kalori sehari

2) Normal (ideal) BB X 30 kalori sehari

3) Gemuk (overweight) BB X 20 kalori sehari

4) Obesitas apabila BB X 10-15 kalori sehari

2) Latihan/ Olah raga.

Latihan jasmani teratur 3-4 kali tiap minggu selama + ½

jam. Adanya kontraksi otot akan merangsang peningkatan aliran


darah dan penarikan glukosa ke dalam sel. Penderita diabetes dengan

kadar glukosa darah >250mg/dl dan menunjukkan adanya keton dalam

urine tidak boleh melakukan latihan sebelum pemeriksaan keton urin

menunjukkan hasil negatif dan kadar glukosa darah mendekati normal.

Latihan dengan kadar glukosa tinggi akan meningkatkan sekresi

glukagon, growth hormon dan katekolamin. Peningkatan hormon ini

membuat hati melepas lebih banyak glukosa sehingga terjadi kenaikan

kadar glukosa darah.Untuk pasien yang menggunakan insulin setelah

latihan dianjurkan makan camilan untuk mencegah hipoglikemia dan

mengurangi dosis insulinnya yang akan memuncak pada saat latihan.

3) Penyuluhan

Penyuluhan merupakan salah satu bentuk penyuluhan kesehatan

kepada penderita DM, melalui bermacam-macam cara atau media

misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi kelompok, dan

sebagainya.

4) Obat-Obatan

a. Tablet OAD (Oral Antidiabetes)/ Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

1. Mekanisme kerja sulfanilurea

Obat ini bekerja dengan cara menstimulasi pelepasan insulin yang

tersimpan, menurunkan ambang sekresi insulin dam

meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa.

Obat golongan ini biasanya diberikan pada penderita dengan

berat badan normal dan masih bisa dipakai pada pasien yang

berat badannya sedikit lebih.


2. Mekanisme kerja Biguanida

Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek

lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu

:
a) Biguanida pada tingkat prereseptor → ekstra pankreatik

1) Menghambat absorpsi karbohidrat

2) Menghambat glukoneogenesis di hati

3) Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin

b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah

reseptor insulin

c) Biguanida pada tingkat pascareseptor: mempunyai efek

intraselluler

b. Insulin

1. Indikasi penggunaan insulin

a. DM tipe I

b. DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat

dengan OAD

c. DM kehamilan

d. DM dan gangguan faal hati yang berat

e. DM dan gangguan infeksi akut (selulitis, gangren)

f. DM dan TBC paru akut

g. DM dan koma lain pada DM

h. DM operasi

i. DM patah tulang

j. DM dan underweight

k. DM dan penyakit Graves

2. Beberapa cara pemberian insulin


a. Suntikan insulin subkutan

b. Insulin regular mencapai puncak kerjanya pada 1 – 4 jam,

sesudah suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat

suntikan tergantung pada beberapa faktor antara lain.

8. Data Penunjang Diagnostik

Penentuan diagnosa D.M adalah dengan pemeriksaan gula darah , menurut

Sujono & Sukarmin (2008) antara lain:

a) Gula darah puasa (GDO) 70-110 mg/dl. Kriteria diagnostik untuk DM >

140 mg/dl paling sedikit dalam 2 kali pemeriksaan. Atau > 140 mg/dl

disertai gejala klasik hiperglikemia atau IGT 115-140 mg/dl.

b) Gula darah 2 jam post prondial <140 mg/dl digunakan untuk skrining

atau evaluasi pengobatan bukan diagnostik

c) Gula darah sewaktu < 140 mg/dl digunakan untuk skrining bukan

diagnostik.

d) Tes toleransi glukosa oral (TTGO). GD < 115 mg/dl ½ jam, 1 jam, 1 ½

jam < 200 mg/dl, 2 jam < 140 mg/dl.

e) Tes toleransi glukosa intravena (TTGI) dilakukan jika TTGO merupakan

kontraindikasi atau terdapat kelainan gastrointestinal yang

mempengaruhi absorbsi glukosa.

f) Tes toleransi kortison glukosa, digunakan jika TTGO tidak

bermakna. Kortison menyebabkan peningkatan kadar glukosa abnormal

dan menurunkan penggunaan gula darah perifer pada orang yang

berpredisposisi menjadi DM kadar glukosa darah 140 mg/dl pada akhir 2

jam dianggap sebagai hasil positif.


g) Glycosetat hemoglobin, memantau glukosa darah selama lebih dari 3 bulan.

h) C-Pepticle 1-2 mg/dl (puasa) 5-6 kali meningkat setelah pemberian glukosa.

i) Insulin serum puasa: 2-20 mu/ml post glukosa sampai 120 mu/ml, dapat

digunakan dalam diagnosa banding hipoglikemia atau dalam penelitian diabetes.

9. Kriteria Diagnostik

Kriteria diagnostik WHO dalam (Mansjoer, A dkk. 2008) untuk Diabetes Melitus pada

orang dewasa yang tidak hamil, Pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan:

a) Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L).

b) Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L).

c) Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah

mengkonsumsi 75 gram karbohidrat (2 jam post prandial (pp)) > 200 mg/dl

(11,1mmol/L).
Pengkajian

A. Identitas

Nama : Tn.Z No. Mr 522291

Umur : 45 Th Ruangan Rawat :Ambunsur Lntai 3

Agama : Islam Tanggal Masuk :13- 06-2019

Jenis Kelamin :Laki laki Tanggal Pengkajian : 20-06-2019

Status :Kawin

Pekerjaan :Sopir

Pendidikan :Smp

Alamat :Jl. Hamka no.4 Tarok Dipo Guguak Panjang Bukitinggi Penanggung

Jawab

Nama : Ny. L

Umur : 43 Th

Hub. Keluarga : Istri

Pekerjaan : IRT

B. Alasan Masuk

Klien diantar keluarga ke Rumah Sakit Achmad Mocthar Bukittingi pada tanggal

13 Juni 2019 dengan keluhan badan lemas, pusing, gula darah tinggi dan juga ada

luka di kaki sebelah kiri,luka terasa nyeri.


C. Riwayat Kesehatan

a. Riwayat Kesehatan Sekarang

Pada saat pengkajian klien mengatakan badan klien terasa letih Dan lemah, dan

sering merasa haus dan lapar,klien mengatakan klien sering mual dan muntah,

dan belum BAB sejak masuk rumah sakit, klien mengatakan sering BAK yaitu

sebanyak 10 x/perhari, klien mengatakan gula darah tinggi saat masuk rumah

sakit, karena klien jarang kontrol ke rumah sakit kadar gula darah klien yaitu:

284,klien mengatakan ada luka dikaki sebelah kanan dan nyeri pada bagian

luka,klien mengatakan tidak nyaman dengan luka nya dikaki terdapat pus pada

kaki yang luka, klien mengatkan susah saat beraktivitas

b. Riwayat Kesehatan Dahulu

Klien menderita penyakit Diabetes selama 14 tahun yang lalu ,pasien tidak

pernah dirawat karna penyakit Diabetes, klien hanya berobat kepukesmas , tapi

jarang minum obat.

c. Riwayat Kesehatan Keluarga

Klien dan keluarganya mengatakan ada anggota keluarganya yang menderita

penyakit Diabetes, yaitu ibu klien


Genogram

Keterangan

: laki laki

: Perempuan

: Klien

Meninggal

: serumah

D. Pemeriksaan fisik

a. Tingkat Kesadaran : Compos mentis

b. GCS : 15 (E=4 ,V=5, M=6)

c. BB/TB : 57 Kg/ 160 Cm

d. Keadaan umum : Baik

e. Tanda- tanda vital : TD = 120/80 mmHg


Nadi = 80 x/i P

= 21 x/i Suhu=

36,8 °C

1. Kepala

a. Rambut

Bentuk kepala bulat, rambut hitam , tidak terdapat benjolan, rambut bersih,

tidak ada ketombe.

b. Mata

Simetris kiri dan kanan,congjungtiva tidak anemis,sklera tidak ikterik, tidak

ada menggunakan alat bantu penglihatan ( Kaca mata), reflek pupil isokor,

reflek cahaya (+/+), Ukuran pupil 2 ml.

c. Telinga

Simetris kiri dan kanan, tidak ada pendarahan, tidak ada serumen, telinga

bersih, cairan pada telinga tidak ada,pendengaran klien masih baik

d. Hidung

Simetris kiri dan kanan, ada benjolan di hidung, pasien tidak terpasang O2,

penciman normal

e. Mulut dan gigi

Keadaan mulut bersih, mukosa bibir kering, gigi klien kelihatan bersih , tidak

ada kelainan pada bibir seperti bibir sumbing.

2. Leher

Simetris kiri dan kanan, Vena jugularis tidak teraba, dan tidak ada

pembengkan kelenjar tiroid, dan tidak ada terdapat lesi

3. Thorax
1) Paru- paru

I : simetris kiri dan kanan pergerakan dinding dada

P : tidak teraba nyeri tekan , tidak ada pembengkakan P :

Terdengar bunyi sonor disemua lapang paru

A: Tidak ada suara nafas tambahan/ vesikuler

2) Jantung

I : dada simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas luka, tidak ada pembesaran

pada jantung.

P: tidak ada pembengkakan/benjolan tidak ada nyeri tekan. P:

Bunyi suara jantung redup

A: bunyi jantung I (lup) dan bunyi jantung II (dup), tidak ada bunyi

tambahan, Teratur dan tidak ada bunyi tambahan seperti mur-mur dan

gallop.

4. Abdomen

I : Simetris kiri dan kanan, tidak ada bekas operasi, warna kulit sama, tidak

ada terdapat lesi

A: bising usus 12x/i di kuadran ke 3 kanan bawah abdomen P:

tidak ada nyeri tekan pada abdomen

P: terdengar bunyi timpani

5. Punggung

Tidak teraba bengkak, simetris kiri dan kanan, dan tidak ada lesi pada

punggung, dan juga tidak ada dukubitus pada punggung.

6. Ektermitas

Bagian Atas : Tangan sebelah kiri terpasang infus Nacl 20 tts, tidak ada

edema, keadaan selang infus bersih.


Bagian Bawah : simetris kiri dan kanan, Kaki kiri terdapat luka

,terdapat edema dikaki sebelah kanan

kekuatan otot 5555 5555

4444 5555

7. Genetalia

Klien tidak diperiksa , klien tidak terpasang kateter.

8. Integumen

Kulit tampak tidak bersih,ada bekas luka dikulit, kering, luka di bagian sela

sela kaki,terdapat edema kaki sebelah kanan

9. Persyarafan
Tabel 3.1 persyarafan
No Nervus Hasil pemeriksaan
1. Olfaktorius Baik, tidak ada gangguan penciuman
2. Optikus Baik, tidak ada gangguan penglihatan
3. Oculomotorius Pergerakan bola mata tidak terganggu
4. Trochlearis Pergerakan bola mata tidak terganggu
5. Abdusen Pergerakan mata tidak terganggu
6 Trigeminus Reaksi sentuhan baik, pergerakan rahang
tidak terganggu
7. Facialis Tidak ada gangguan pengecapan, mampu
mengekspresikan rasa manis,asam, pahit, asin
dengan baik
8. Vestibulotrochlearis
Mampu menjaga keseimbangan dengan baik,
9. Glassofaringeus tidak ada gangguan pendengaran Tidak ada
10. Vagus gangguan pengecapan
11. Assesorius Tidak ada gangguan
12 Hipoglasus Tidak ada gangguan pada pergerakan kepala
Tidak ada gangguan pada pergerakan
lidah
E. Data Biologis

TABEL 3.2Data Biologis

No Aktifitas Sehat Sakit


1 Makan dan minumanNutrisi
a. Makanan
Nasi dan sayur Diet :ML
1. Menu
Habis 1 piring Habis ¼
2. Porsi
Tidak ada porsi
3. Pantangan Tidak ada
b. Minuman 7-8 gelas
1. Jumlah Tidak ada 5-6 gelas
2. Pantangan Tidak ada

2 Eliminasi
a. BAB
1x dalam sehari 1x seminggu
1. Frekuensi
Kuning Kuning Khas
2. Warna
Khas Lembab
3. Bau Lembab ada
4. Konsistensi Tidak ada
5. Kesulitan 3x sehari
b. BAK 5-6 x sehari kuning
1. Frekuensi Kuning Pesing
Pesing Cair
2. Warna
Cair Tidak ada
3. Bau
Tidak ada
4. Konsistensi
5. Kesulitan
3. Istirahat dan tidur
a. waktu tidur malam siang malam
b. lama tidur 8 jam 9 jam,
Tidak ada Tidak ada
c. hal yang mempermudah
Tidak ada Ada, karna
tidur
nyeri
d. kesulitan tidur
4 Personal hygine
a. mandi 2x sehari 1 x 2 sehari
b. cuci rambut 1 x sehari Tidak ada 1
2 kali sehari x 2 sehari
c. gosok gigi
1 x seminggu 1x seminggu
d. potong kuku
F. Riwayat Alergi

Klien mengatakan tidak ada alergi obat, dan makanan

G. Data Psikologis

Prilaku Verbal

a. Cara menjawab

Klien menjawab pertanyaan dari orang lain selalu jelas

b. Cara memberi informasi

Klien selalu memberi informasi dengan jelas dan mudah dipahami orang

lain

c. Emosi

Klien tidak mudah emosi saat ada masalah baik kekeluarga maupun orang

lain

d. Persepsi penyakit

Klien pasrah dengan penyakitnya dan mencoba tetap semangat,kadang

timbul perasaan sedih karena tidak bisa melakukan apa apa lagi ,terutama

berkumpul dengan keluarga karena sedang menjalin perawatan dirs

e. Adaptasi

Sejak sakit klien kurang bergaul dengan orang sekitarnya.

f. Mekanisme pertahanan diri

Klien tampak semangat walaupun dalam keadaan sakit

H. Data Sosial Ekonomi

Keluarga klien mengatakan penghasilan keluarga dari suaminya sebagai

sopir dan anak nya.untuk berobat klien tidak menggunakan BPJS.


I. Data Spritual

Klien yakin terhadap tuhan dan percaya penyakit ini adalah ujian dari yang maha

kuasa, klien yakin dengan agamanya, klien sebelum sakit sholat 5 waktu sehari

semalam, selama klien dirawat klien tidak pernah melakukan sholat 5x sehari dan

tidak pernah berdzikir, tetapi selama dirawat di Rs klien tidak mampu untuk sholat

dan berdzikir

J. Data Penunjang

a. Pemeriksaan labor

13-06-2019

Tabel 3.3 laboratorium

PARAMETER NILAI RUJUKAN KETERANGAN


HGB 10.0 [g/dL] P 13.0- 16.0 Turun
W 12.0-14.0
RBC 3,67 [10^6/ul] P 4.5- 5.5 W 4.0- 5.0 Turun
HCT 30,1 [%] P 40.0- 48.0 Turun
W 37.0- 43.0
MCV 82.0 [fl]
MCH 27.2 [pg]
MCHC 33,2 [g/dl]
RDW-SD 39.8 [fl]
RDW-CV 13.7 [%]

WBC 27.31 [10^3/ul] 5.0-10.0 Naik


EO% 0.2 [%] 1-3 Turun
BASO% 0.2 [%] 0-1 Baik
NEUT% 87.5 [%] 50-70 Naik
LYMPH% 38.7 [%] 20-40 Baik
MONO% 7.4 [%] 2-8 Baik
EO% 0.06 [10^3ul]
BASO% 0.06 [10^3ul]
NEUT% 23,89 [10^3ul]
LYMPH% 1.27 [10^3ul]
MONO% 2.30 [10^3ul]
Guldarah/Gds 284 [mg/dl] 74-106 Naik
Puasa
Albumin 1.41 [g/dl] 3.8-5.4 Turun

Urine 42,2 [mg/dl] 15-43 Baik

K. Data Pengobatan

Tabel 3.4 Data Pengobatan

N Nama Obat Dosis Indikasi Kontra Efek samping


O indikasi
1 Glikosrazol 2x1 Obat yang Untuk Iritasi saluran
hari digunakan untuk penyakit pencernaan,mual
diabetes ginjal, paru muntah perut
kembung
2 Insulin 3x6 io Obat untuk hipoglikemiKadar insulin
menegendalika a dalam darah
n gula darah menurun,pusing
3 Ondansentro 2x1 Obat mnecegah Ibu hamil Sakit kepala,
n hari mual ,hipersensiti pusing,mudah
f terhadap mengantuk
obat
4 NACL 0,9 500m Untuk mengatur hipersensiti Detak jantung
% g jumlah air f cepat,iritasi,nyer i
dalam tubuh sendi

5 metronidazol 3x1 Untuk Alergi dan Perasaan mual


e hari membasmi ibu hamil muntah,penurun
bakteri dalam an nafsu makan
tubuh
6 plasbumin 25% Untuk pasien Anemia Peningkatan air
hipoalbuminem berat liur,mual muntah
ia jantung
L. Data fokus

 Data Subjektif

 Pasien mengatakan badan lemah dan letih

 Pasien mengatkan sering merasa haus dan lapar

 Pasien Sering buang aiar kecil sebanyak 10 x

 klien mengatakan nyeri pada kaki pada kaki yang luka

 klien mengatkan tidak nyaman dengan luka di kakinya

 klien mengatakan luka sejak 3 bulan sebelum masuk

 klien mengatakan ada luka dikaki sebelah kiri

 klien mengatakan luka masih basah

 klien mengtakan aktivitas dibantu keluarga

 klien mengatkan aktivitas tebatas

 Data Objektif

 Gula darah ,284)

 Klien tampak lelah

 Klien tampak sering buang air kecil

 Klien tampak sering minum

 Klien meringis kesakitan

 Skala nyeri 7

 Klien tampak gelisah

 Terdapat nyeri tekan di daerah kaki yang luka

 Klien tampak mengerakan bagian yang nyeri saat disentuh kakinya

 Klien tampak meringis kesakitan pada kaki

 Terdapat pus didaerah kaki yang luka

 Tampak edema, terdapat (luka terbuka),ukuran 2x2x3 cm


 aktivitas klien tampak dibantu keluaraga

 saat makan klien nampak dibantu keluarga

 saat duduk klien tampak dibantu keluarga

 saat kekamar mandi klien tampak dibantu keluarga

ANALISA DATA

No Data Masalah Etiologi

1 DS Ketidakstabilan gula Resistensi insulin


 Pasien mengatakan badan
darah
lemah dan letih
 Pasien mengatkan sering
merasa haus
 Pasien Sering buang air
kecil sebanyak 10 x
DO
 (Gula darah ,284)
 Klien tampak lelah
 Klien tampak sering buang
air kecil
 Klien tampak sering minum

2 DS Nyeri Akut Agen Cedera fisik


 Klien mengatakan nyeri pada
kakinya yang luka
 Keluarga mengatakan
pasien tidak nyaman dengan
lukanya
DO
 Klien meringis kesakitan
 Skala nyeri 7
 Klien tampak gelisah
 Terdapat nyeri tekan di
daerah kaki yang luka
 Klien tampak mengerakan
bagian yang nyeri saat
disentuh kakinya

3 DS Infeksi Peningkatan
 Klien mengatakan luka
masih basah dan berbau Leukosit
 klien mengatakan ada luka
dikaki sebelah kiri
 klien mengatakan luka sejak 3
bulan sebelum masuk
DO
 Terdapat pus didaerah kaki
yang luka
 Leukosit 27.33[10^3/ul}]
 Tampak edema, terdapat (luka
terbuka),ukuran 2x2x3 cm

4 DS Intoleransi Aktivitas Imobilitas


 klien mengtakan aktivitas
dibantu keluarga
 klien mengatakan aktivitas
tebatas
DO
 aktivitas klien tampak
dibantu keluaraga
 saat makan klien nampak
dibantu keluarga
 saat duduk klien tampak
dibantu keluarga
 saat kekamar mandi klien
tampak dibantu keluarga

3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakstabilan gula darah b.d resistensi insulin

2. Nyeri Akut b.d Agen cedera fisik

3. Infeksi b.d peningkatan Leukosit

4. Intoleransi Aktivitas b.d imobilitas


3.3 RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI
1 Ketidakstabilan gula darah Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama  Manajemen hiperglikemia
b.d resistensi insulin 1x 24 jam maka ketidakstabilan gula darah Observasi :
membaik
DS KH : - Identifikasi kemungkinan penyebab
hiperglikemia
 Pasien mengatakan
 Kestabilan kadar glukosa darah - Monitor tanda dan gejala hiperglikemia
badan lemah dan letih
membaik
 Pasien mengatkan Terapeutik :
 Status nutrisi membaik
sering minum
 Tingkat pengetahuan meningkat - Berikan asupan cairan oral
 Pasien Sering buang aiar
kecil ±10 X Edukasi :
DO - Ajurkan kepatuhan terhadap diet

 Gula darah puasa Kolaborasi :


,284)
- Kolaborasi pemberian insulin 6 Iu
 Klien tampak lelah
 Klien tampa sering  Edukasi program pengobatan
buang air kecil
 Klien tampak sering Observasi :
minum - Identifikasi pengobatan yang
direkomendasi

Terapeutik :

34
- Berikan dukungan untuk menjalani
program pengobatan dengan baik dan
benar

Edukasi:

- Jelaskan mamfaat dan efek samping


pengobatan
- Anjurkan mengosomsi obat sesuai
indikasi
2 Nyeri Akut b.d Agen cedera Setelah dilakukan tindakan Keperawatan 1  Manajemen nyeri
fisik x24 jam diharapkan nyeri menurun
KH : Observasi :
DS
 Tingkat nyeri menurun - Identifikasi identifikasi lokasi,
 Klien mengatakan nyeri  Penyembuhan luka membaik karakteristik, durasi, frekuensi,
pada kakinya yang luka  Tingkat cidera menurun kualitas,intensitas nyeri
 Keluarga mengatakan - Identifikasi skala nyeri
pasien tidak nyaman
dengan lukanya
Terapeutik :
DO
- Berikan teknik non farmakologis untuk
 Klien meringis mengurangi rasa nyeri
kesakitan
 Klien meringis Edukasi:
kesakitan
- Jelaskan penyebab dan periode dan
 Skala nyeri 7
 Klien tampak gelisah pemicu nyeri

Kolaborasi

- Kolaborasi pemberian analgetik


 Edukasi teknik nafas dalam
Observasi :

- Identifikasi kesiapan dan kemampuan


menerima informasi

Terapeutik :

- Sediakan materi dan media pendidikan


kesehatan

Edukasi:

- Jelaskan tujuan dan mamafaat teknik nafas


dalam
- Jelaskan prosedur teknik nafas dalam

3 Infeksi b.d Peningkatan Setelah dilakukan tintdakan keperawatan selama  Pengcegahan Infeksi
Leukosit. 1x 24 jam maka tingkat infeksi menurun
KH : Observasi
DS
 Tingkat nyeri menurun - Monitor tanda dan gejala infeksi lokal
 Klien mengatakan  Integritas kulit dan jaringan dan sistematik
luka masih basah dan
Berbau membaik Terapetik
 klien mengatakan ada  Kontrol resiko meningkat
luka dikaki sebelah kiri - Berikan perawatan kulit pada area edema
 klien mengatakan luka - Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
sejak 3 bulan sebelum dengan pasien dan lingkungan pasien
masuk Edukasi
DO
- Jelaskan tanda dan gejala infeksi
 Terdapat pus didaerah - Ajarkan cara memeriksa kondisi luka
kaki yang luka Kolaborasi
 Leukosit
27.33[10^3/ul] - Kolaborasi pemberian analgetik
 Tampakedema, terdapat  Perawatan luka
(luka
Observasi :
terbuka) ,ukuran
2x2x3 cm - Monitor karakteristik luka (drainase, warna
ukuran, bau)
- Monitor tanda tanda infeksi

Terapeutik :

- Lepaskan balutan dan plester seccara


perlahan
- Bersihkan dengan Nacl
- Bersihkan jaringan nikrotik
- Berikan salaf yang sesuai kekulit
- Pertahan teknik steril saat
melakkanperawtan luka

Edukasi:

- Jelaskan tanda,gejala infeksi

Kolaborasi:

- Kolaborasi prosedur debridement

4 Intoleransi Aktivitas b.d Setelah dilakukan tintdakan keperawatan selama  Terapi aktivitas
imobilitas 1x 24 jam intoleransi aktivitas membaik
KH : Observasi :
DS
 Toleransi aktivitas - Identifikasi defisit tingkat aktivitas
 klien mengtakan  Ambulasi - Identifikasi kemapuan berpartisipasi
aktivitas dibantu  Tingkat keletihan dalam aktivitas tertentu
keluarga
Terapeutik :
 klien mengatkan
aktivitas tebatas
- Fasilitasi pasien dan keluarga dalam
DO menyesuiakan lingkungan untuk
mengakomodasi aktivitas yang di pilih
 aktivitas klien tampak - Libatkan keluarga dalam aktivitas
dibantu keluaraga
 aktivitas tampak Edukasi:
terbatas
- Ajarkan cara melakukan aktivitas yang
 saat makan klien
dipilih
nampak dibantu
keluarga
 Manajenen program latihan
Observasi :
- Identifikasi pengetahuan dan
pengalaman aktivitas fisik sebelumnya
- Identifikasi kemampuan pasien
beraktivitas

Terapeutik :

- Motivasi untuk memulai/ melanjutkan


aktivitas fisik

Edukasi:

- Jelaskan mamnfaat aktivitas fisik


3.4 IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

N HARI/TANGG DIAGNOSA JAM IMPLEMENTASI EVALUASI


O AL
1 Kamis 20-06- Ketidakstabilan 08.00  Melakukan manajemen S:
. 2019 gula darah hiperglikemia  Pasien mengatakan tidak bisa
berhubungan Observasi : mengontrol pola makan
dengan resistensi - Mengidentifikasi kemungkinan  Pasien mengatakan sering merasa haus
insulin penyebab hiperglikemia(dengan  Pasien Sering buang aiar kecil
cara menanyakan bagaimana sebanyak ± 10 x
pola makan klien)
 Keluarga klien mengatakan klien
- Memonitor tanda dan gejala minum obat
hiperglikemia(dengan cara O :
menanyakan apakah sering haus
 (Gula darah puasa,284)
dan lapar dan sering BAK
Terapeutik :
 Klien tampak tidak bisa
mengontrol pola makan
- Memberikan asupan cairan
oral(menberikan minum pada
 Klien tampak lelah
pasien)  Klien tampa sering buang air kecil
Edukasi :  Klien tampak sering minum
- mengajurkan kepatuhan
A : Masalah belum tertasi Ketidakstabilan
terhadap diet
gula darah
Kolaborasi :
P :intervensi dilanjutkan
- melakukan kolaborasi
 Melakukan manajemen
pemberian insulin sebanyak
hiperglikemia
6 unit  Melakukan edukasi program
08.30  Melakukan edukasi program pengobatan
pengobatan
Observasi :
- Mengidentifikasi pengobatan
yang direkomendasi(dengan
menanyakan apakah klien teratur
minum obat)
Terapeutik :
- Memberikan dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan baik dan
benar
Edukasi:
- Menjelaskan mamfaat dan
efek samping pengobatan
- Menganjurkan mengosomsi
obat sesuai indikasi

. Infeksi b.d 09.00  Melakukan Pengcegahan Infeksi S:


Peningkatan Observasi  Klien mengatakan luka masih
Leukosit - Memonitor tanda dan gejala basah bau
infeksi lokal dan sistematik  Klien mengatakan ada luka dikaki
Terapetik sebelah kiri
- Membeerikan perawatan kulit
pada area edema O:
- Mencuci tangan sebelum dan  Terdapat pus didaerah kaki yang luka
sesudah kontak dengan pasien  27.33[10^3/ul]
dan lingkungan pasien  Tampak edema, terdapat (luka
Edukasi terbuka),ukuran 2x2x3 cm
- Menjelaskan tanda dan gejala A : Masalah belum teratasi gangguan
infeksi integritas kulit
- Mengajarkan cara memeriksa P : intervensi dilanjutkan
kondisi luka
 Melakukan perawatan luka
Kolaborasi
 Melakukan edukasi perawatan kulit
- Melakukan kolaborasi
pemberian analgetik
10.00
 Melakukan Perawatan luka
Observasi :
- Memonitor karakteristik luka
(drainase, warna ukuran, bau)
- Memonitor tanda tanda
infeksi
Terapeutik :
- Melepaskan balutan dan
plester seccara perlahan
- Memebersihkan dengan Nacl
- Membersihkan jaringan
nikrotik
- Memberikan salaf yang sesuai
kekulit
- Mempertahan teknik steril
saat melakkanperawtan luka
Edukasi:
- Menjelaskan tanda,gejala
infeksi
Kolaborasi:
- Melakukan kolaborasi
prosedur debridement
-
. Nyeri Akut b.d 11.00  Melakukan manajemen nyeri S:
Agen cedera fisik Observasi :  klien mengatakan nyeri pada
- Mengidentifikasi identifikasi kaki yang luka
lokasi, karakteristik, durasi,  klien mengatakan nyeri hilang
kualitas nyeri timbul
- Mengidentifikasi skala nyeri  klien mengatakan nyeri selama 30
(skala nyeri pada klien) detik
Terapeutik :  Keluarga mengatakan pasien tidak
- Memberikan teknik non nyaman dengan lukanya
farmakologis untuk  Klien belum memahami tentang
mengurangi rasa nyeri teknik nafas dalam
Edukasi: O:
11.30 - Menjelaskan penyebab dan  klien tampak meringis skala nyeri 7-
periode dan pemicu nyeri 8
Kolaborasi  klien tampak gelisah
- Melakukan olaborasi
 nyeri pada kaki kanan
pemberian analgetik
 klien tampak tidak bisa melakukan
 Melakukan edukasi teknik nafas teknik nafas dalam
dalam A : Masalah belum teratasi nyeri akut P :
Observasi : intervensi dilanjutkan
- Mengidentifikasi kesiapan dan  Melakukan manajemen nyeri
kemampuan menerima informasi  Melakukan edukasi teknik nafas
Terapeutik : dalam
- Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Edukasi:
- Menjelaskan tujuan dan
mamfaat teknik nafas dalam
- Menjelaskan prosedur teknik
nafas dalam

Intoleransi 12.00  Melakukan terapi aktivitas S:


Aktivitas b.d Observasi :  Klien mengatakan tidak bisa
imobilitas - Mengidentifikasi kemapuan beraktivitas sendiri
berpartisipasi dalam aktivitas  klien mengtakan aktivitas dibantu
tertentu(dengan cara keluarga
menanyakan apa saja aktivitas
yang bisa dilakukan tampa O :
dibantu keluarga)  aktivitas klien tampak dibantu
Terapeutik : keluaraga
- Memfasilitasi pasien dan  saat makan klien nampak dibantu
keluarga dalam keluarga
menyesuiakan lingkungan
 saat mau duduk klien dibanru
untuk mengakomodasi keluarga
aktivitas yang di pilih
- Melibatkan keluarga A :Masalah belum teratasi intoransi
12.30 aktivitas
dalam aktivitas
Edukasi: P : intervensi dilanjutkan
- Mengajarkan cara  Melakukan terapi aktivitas
melakukan aktivitas yang  Melakukan manajemen program
ringan latihan
 Melakukan manajenen
program latihan
Observasi :
- Mengidentifikasi
pengetahuan dan
pengalaman aktivitas
fisik sebelumnya
- Mengidentifikasi
kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :
- Memotivasi untuk
memulai/ melanjutkan
aktivitas fisik
Edukasi:
- Menjelaskan manfaat
aktivitas fisik
2 Jumat 20-06- Ketidakstabilan 08.00  Melakukan manajemen S:
. 2019 gula darah hiperglikemia  Pasien mengatakan sudah mulai bisa
berhubungan Observasi : mengontrol pola makan
dengan resistensi - Mengidentifikasi kemungkinan  Pasien mengatkan sering merasa haus
insulin penyebab hiperglikemia(dengan  Pasien mengatakan buang air kecil
cara menanyakan bagaimana ± 7 x / perhari
pola makan klien)
 Klien mengatkan sudah mulai bisa
- Memonitor tanda dan gejala teratur minum obat
hiperglikemia(dengan cara O :
menanyakan apakah sering haus
 (Gula darah puasa ,250)
dan lapar dan sering BAK
Terapeutik :
 Klien tampak sudah mulai bisa
mengontrol pola makan
- Memberikan asupan cairan
 Klien tampak lelah
oral(menberikan minum pada
A :Masalah teratsi sebagian
pasien)
Ketidakstabilan gula darah
Edukasi :
P :intervensi dilanjutkan
- mengajurkan kepatuhan
terhadap diet  Melakukan manajemen
Kolaborasi : hiperglikemia
- melakukan kolaborasi  Medukasi program pengobatan
pemberian insulin sebanyak 6
unit
08.30  Melakukan edukasi program
pengobatan
Observasi :
- Mengidentifikasi pengobatan
yang direkomendasi(dengan
menanyakan apakah klien teratur
minum obat)
Terapeutik :
- Memberikan dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan baik dan
benar
Edukasi:
- Menjelaskan mamfaat dan
efek samping pengobatan
- Menganjurkan mengosomsi
obat sesuai indikasi

. Infeksi b.d 09.00  Melakukan Pengcegahan Infeksi S:


Peningkatan Observasi  Klien mengatakan luka masih
Leukosit - Memonitor tanda dan gejala basah bau
infeksi lokal dan sistematik  Klien mengatakan ada luka dikaki
Terapetik sebelah kiri
- Membeerikan perawatan kulit
pada area edema O:
- Mencuci tangan sebelum dan  Terdapat pus didaerah kaki yang
sesudah kontak dengan luka
pasien dan lingkungan pasien  27.33[10^3/ul]
Edukasi  Tampak edema, terdapat (luka
- Menjelaskan tanda dan gejala terbuka),ukuran 2x2x3 cm
infeksi A : Masalah belum teratasi gangguan
- Mengajarkan cara memeriksa integritas kulit
kondisi luka P : intervensi dilanjutkan
Kolaborasi  Melakukan perawatan luka
- Melakukan kolaborasi  Melakukan edukasi perawatan kulit
pemberian analgetik
10.00
 Melakukan Perawatan luka
Observasi :
- Memonitor karakteristik luka
(drainase, warna ukuran, bau)
- Memonitor tanda tanda
infeksi
Terapeutik :
- Melepaskan balutan dan
plester seccara perlahan
- Memebersihkan dengan Nacl
- Membersihkan jaringan
nikrotik
- Memberikan salaf yang sesuai
kekulit
- Mempertahan teknik steril
saat melakkanperawtan luka
Edukasi:
- Menjelaskan tanda,gejala
infeksi
Kolaborasi:
- Melakukan kolaborasi
prosedur debridement
. Nyeri Akut b.d 11.00  Melakukan manajemen nyeri S:
Agen cedera fisik Observasi :  klien mengatakan nyeri pada kaki
- Mengidentifikasi identifikasi yang luka sudah mulai berkurang
lokasi, karakteristik, durasi,  klien mengatakan nyeri hilang timbul
kualitas nyeri  klien mengatakan nyeri selama 30
- Mengidentifikasi skala nyeri detik
(skala nyeri pada klien)  Keluarga mengatakan pasien tidak
Terapeutik : nyaman dengan lukanya
- Memberikan teknik non  Klien sudah mulai memahami tentang
farmakologis untuk teknik nafas dalam
mengurangi rasa nyeri O:
Edukasi:
 klien tampak meringis skala nyeri 5-
11.30 - Menjelaskan penyebab dan 6
periode dan pemicu nyeri
 klien tampak gelisah
Kolaborasi
 nyeri pada kaki kanan
- Melakukan olaborasi
pemberian analgetik  klien tampak sudah bisa
 Melakukan edukasi teknik nafas melakukan teknik nafas dalam
dalam
Observasi : A : Masalah teratasi sebagian nyeri akut P :
- Mengidentifikasi kesiapan dan intervensi dilanjutkan
kemampuan menerima informasi  Melakukan manajemen nyeri
Terapeutik :  Meedukasi teknik nafas dalam
- Menyediakan materi dan media
pendidikan kesehatan
Edukasi:
- Menjelaskan tujuan dan
mamafaat teknik nafas dalam
- Menjelaskan prosedur teknik
nafas dalam

Intoleransi 12.00  Melakukan terapi aktivitas S:


Aktivitas b.d Observasi :  Klien mengatakan sudah mulai bisa
imobilitas - Mengidentifikasi kemapuan beraktivitas sendiri
berpartisipasi dalam aktivitas  klien mengatakan aktivitas masih ada
tertentu(dengan cara dibantu keluarga(seperti makan,dan
menanyakan apa saja aktivitas kekamar mandi)
yang bisa dilakukan tampa O :
dibantu keluarga)  aktivitas klien tampak dibantu
Terapeutik : keluaraga
- Memfasilitasi pasien dan  saat makan klien nampak dibantu
keluarga dalam keluarga
menyesuiakan lingkungan A : Masalah teratasi sebagian intoransi
untuk mengakomodasi aktivitas
aktivitas yang di pilih
P : intervensi dilanjutkan
- Melibatkan keluarga  Melakukan terapi aktivitas
12.30 dalam aktivitas  Melakukan manajemen program
Edukasi: latihan
- Mengajarkan cara
melakukan aktivitas yang
dipilih
 Melakukan manajenen
program latihan
Observasi :
- Mengidentifikasi
pengetahuan dan
pengalaman aktivitas
fisik sebelumnya
- Mengidentifikasi
kemampuan pasien
beraktivitas
Terapeutik :
- Memotivasi untuk
memulai/ melanjutkan
aktivitas fisik
Edukasi:
- Menjelaskan manfaat
aktivitas fisik

3 Sabtu 22-06- Ketidakstabilan 08.00  Melakukan manajemen S:


. 2019 gula darah hiperglikemia  Pasien mengatakan sudah bisa
berhubungan Observasi : mengontrol pola makan
dengan - Mengidentifikasi kemungkinan  Pasien mengatakan buang air kecil
resistensi penyebab hiperglikemia(dengan ± 5x/ hari
insulin cara menanyakan bagaimana  Keluarga mengatakan sudah
pola makan klien) teratur minum obat
- Memonitor tanda dan gejala O :
hiperglikemia(dengan cara  (Gula darah puasa ,184)
menanyakan apakah sering haus
 Klien tampak sudah bisa
dan lapar dan sering BAK
mengontrol pola makan
Terapeutik :
 Klien tampak lelah
- Memberikan asupan cairan
oral(menberikan minum pada A :Masalah tertasi sebagian
pasien) Ketidakstabilan gula darah
Edukasi : P :intervensi dilanjutkan
- mengajurkan kepatuhan  Melakukan manajemen
terhadap diet hiperglikemia
Kolaborasi :  Melakukan edukasi program
- melakukan kolaborasi pengobatan
pemberian insulin sebanyak 6
unit
08.30
 Melakukan edukasi program
pengobatan
Observasi :
- Mengidentifikasi pengobatan yang
direkomendasi(dengan
menanyakan apakah klien teratur
minum obat)
Terapeutik :
- Memberikan dukungan untuk
menjalani program
pengobatan dengan baik dan
benar
Edukasi:
- Menjelaskan mamfaat dan
efek samping pengobatan
- Menganjurkan mengosomsi
obat sesuai indikasi

. Infeksi b.d 09.00  Melakukan Pengcegahan Infeksi S:


Peningkatan Observasi  Klien mengatakan luka masih
Leukosit - Memonitor tanda dan gejala basah bau
infeksi lokal dan sistematik  Klien mengatakan ada luka dikaki
Terapetik sebelah kiri
- Membeerikan perawatan kulit
pada area edema O:
- Mencuci tangan sebelum dan  Terdapat pus didaerah kaki yang luka
sesudah kontak dengan pasien  27.33[10^3/ul]
dan lingkungan pasien  Tampak edema, terdapat (luka
Edukasi terbuka),ukuran 2x2x3 cm
- Menjelaskan tanda dan gejala A : Masalah belum teratasi gangguan
infeksi
10.00 - Mengajarkan cara memeriksa integritas kulit
kondisi luka P : intervensi dilanjutkan
Kolaborasi  Melakukan perawatan luka
- Melakukan kolaborasi  Melakukan edukasi perawatan kulit
pemberian analgetik

 Melakukan Perawatan luka


Observasi :
- Memonitor karakteristik luka
(drainase, warna ukuran, bau)
- Memonitor tanda tanda
infeksi
Terapeutik :
- Melepaskan balutan dan
plester seccara perlahan
- Memebersihkan dengan Nacl
- Membersihkan jaringan
nikrotik
- Memberikan salaf yang sesuai
kekulit
- Mempertahan teknik steril
saat melakkanperawtan luka
Edukasi:
- Menjelaskan tanda,gejala
infeksi
Kolaborasi:
- Melakukan kolaborasi
prosedur debridement
. Nyeri Akut b.d 11.00  Melakukan manajemen nyeri S:
Agen cedera fisik Observasi :  klien mengatakan nyeri tidak
- Mengidentifikasi identifikasi terasa lagi
lokasi, karakteristik, durasi,  Keluarga mengatakan pasien tidak
kualitas nyeri nyaman dengan lukanya
- Mengidentifikasi skala nyeri  Klien sudah memahami tentang teknik
(skala nyeri pada klien) nafas dalam
Terapeutik : O:
- Memberikan teknik non  Skala nyeri 3-4
farmakologis untuk  klien tampak sudah mulai bisa
mengurangi rasa nyeri melakukan teknik nafas dalam
Edukasi: A : Masalah teratasi nyeri akut P
11.30 - Menjelaskan penyebab dan : intervensi dihentikan
periode dan pemicu nyeri
Kolaborasi
- Melakukan olaborasi
pemberian analgetik
 Melakukan edukasi teknik nafas
dalam
Observasi :
- Mengidentifikasi kesiapan dan
kemampuan menerima informasi
Terapeutik :
- Menyediakan materi dan
media pendidikan kesehatan
Edukasi:
- Menjelaskan tujuan dan
mamafaat teknik nafas dalam
- Menjelaskan prosedur teknik
nafas dalam
Intoleransi 12.00  Melakukan terapi aktivitas S:
Aktivitas b.d Observasi :  Klien mengatakan sudah mulai bisa
imobilitas - Mengidentifikasi kemapuan beraktivitas sendiri(seperti duduk)
berpartisipasi dalam aktivitas  klien mengtakan aktivitas masih ada
tertentu(dengan cara dibantu keluarga(seperti kekamar
menanyakan apa saja aktivitas mandi dan makan
yang bisa dilakukan tampa  klien mengatkan aktivitas tebatas
dibantu keluarga) O:
Terapeutik :
 aktivitas klien tampak dibantu
- Memfasilitasi pasien dan keluaraga
keluarga dalam
 aktivitas tampak terbatas
menyesuiakan lingkungan
 saat makan klien nampak dibantu
untuk mengakomodasi
keluarga
aktivitas yang di pilih
12.30 A : Masalah teratasi sebagian intoransi
- Melibatkan keluarga
aktivitas
dalam aktivitas
P : intervensi dilanjutkan
Edukasi:
 Melakukan terapi aktivitas
- Mengajarkan cara
melakukan aktivitas yang  Melakukan manajemen program
latihan
dipilih
 Melakukan manajenen
program latihan
Observasi :
- Mengidentifikasi
pengetahuan dan
pengalaman aktivitas
fisik sebelumnya
Terapeutik :
- Memotivasi untuk
memulai/ melanjutkan
aktivitas fisik
Edukasi:
- Menjelaskan manfaat
aktivitas fisik
DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association (ADA), (2013). Diakses tgl 11


juni 2017 Diabetes bacic. Http://www.diabetes.org/ diabetes-
bacics

Biologi Gonzaga.(2010). Diakses tanggal 02 Februari 2010.


http://biologigonz.blogspost.com

(IDF). (2015) . Idf diabetes altas sixth edition. Diakses pada tanggal 15 april 2016

PERKERNI.(2015).Konsensus pengelolaan dan pencegahan Diabetes Melitus


Tipe 2 di Indonesia. Jakarta :PERKERNI

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas ).2017. Badan penelitian dan


pengembangan Kesehatan

PPNI DPP SDKI Pokja Tim, 2018. Standar Diagnosia Keperawatan Indonesia Edisi
1 : Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SIKI Pokja Tim, 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia Edisi 1
: Jakarta: DPP PPNI

PPNI DPP SLKI Pokja Tim, 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia Edisi
1 : Jakarta: DPP PPNI

Shadine,M,2010. Mengenal Penyakit Diabetes Melitus. Jakarta : Penebit Keenbooks

Smeltzer, S.C dan B,G Bare. 2015. Baru Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai