Anda di halaman 1dari 98

MATERI EDUKASI

PENGGUNAAN OBAT,MANAJEMEN NYERI,

PENGGUNAAN ALAT MEDIS YANG AMAN,

PENCEGAHAN RESIKO JATUH, GIZI SEIMBANG,

TEHNIK REHABILITASI

\
MATERI EDUKASI
PENGGUNAAN OBAT
CARA PENGGUNAAN OBAT YANG BENAR

A. Definisi
Obat adalah sediaan atau paduan-paduan yang siap digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki secara fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan
diagnose, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatankesehatan dan kontrasepsi
(PerMenKes 927/MenKes/Per/X/1993).
Secara umum obat merupakan bahan yang menyebabkan perubahan dalam fungsi
biologis melalui proses kimia. Bahan atau campuran bahan yang digunakan untuk :
pengobatan, peredaan, pencegahan atau diagnose suatu penyakit, kelainan fisik atau gejala-
gejalanya pada manusia atau hewan. Dalam pemulihan, perbaikan atau pengubahan fungsi
organik pada manusia atau hewan. Obat dapat merupakan bahan sintesis di dalam tubuh atau
merupakan bahan-bahan kimia yang tidak disintesis di dalam tubuh.
Penggunaan obat yang baik dan benar, gunakan obat hanya seperti petunjuk cara
pakai, pada waktu yang tepat dan penuh selama waktu pengobatan. Jika anda menggunakan
obat yang dijual bebas, ikutilah cara pakainya seperti petunjuk pada label kecuali ada petunjuk
lain dari dokter anda. Jangan pisahkan label obat dari obat,karena informasi mengenai cara
pakai dan informasi penting lainnya terdapat pada label tersebut. Untuk mencegah
kesalahan,jangan minum obat ditempat yang gelap. Selalu membaca label sebelum minum
obat,terutama tanggal kadaluarsa dan petunjuk pakai obat.

B. Bentuk Sediaan Obat Dan Cara Penggunaan


1. Tablet
Tablet adalah sediaan padat kompak dibuat secara kempa cetak, dalam bentuk pipih
kedua permukaannya rata atau cembung mengandung satu jenis obat atau lebih, dengan
atau tanpa zat tambahan. Beberapa jenis tablet antara lain :
a. Tablet bersalut adalah tablet yang bersalut/ berlapis dengan tujuan untuk:melindungi
zat aktif dari udara, kelembaban,dan cahaya, menutupi rasa dan bau,penampilan
lebih baik.
b. Tablet effervescent adalah tablet yang dilarutkan dalam air terlebih dahulu sebelum
diminum. Tablet ini mengeluarkan gas CO2.
c. Tablet kunyah adalah tablet yang penggunaannya dikunyah dengan tujuan
memberikan rasa enak dan mudah ditelan.
d. Tablet hisap adalah tablet yang penggunaannya dihisap, tidak langsung ditelan.
2. Kapsul
Kapsul adalah sediaan padat yang terdiri dari obat dalam cangkang keras atau lunak yang
dapat larut dalam air, terbuat dari gelatin atau bahan lain yang sesuai .
Cara pakai obat oral (obat yang diminum melalui mulut) paling baik digunakan bila
meminum obat dengan satu gelas air penuh. Ikutilah petunjuk dokter atau apoteker. Ada
beberapa obat yang diminum bersama makanan atau sesudah makan, ada juga yang
diminum pada saat lambung kosong. Jika anda harus meminum obat dalam jangka lama,
minumlah semua obat sesuai dosisnya.
3. Sirup
Sirupadalah sediaan cair yang digunakan sebagai obat dalam (diminum). Jika meminum
obat cairan, harus diperhatikan penggunaan sendok yang disebutkan pada obat. Sendok
makan pada obat perhitungannya 15 ml, Sendok teh pada takaran obat adalah 5 ml .
4. Salep (Obat kulit - skin drug).
Untuk penggunaan obat kulit yang berbentuk sediaan salep, oleskan salep pada daerah
kulit yang bersih, kering dan sedikit. Usahakan kulit bebas dari bulu, luka terbuka dan
iritasi. Gunakan bagian salep baru untuk setiap tempat yang berbeda
5. Inhaler (obat yang dihirup)
Adalah obat-obat inhaler biasanya mempunyai petunjuk sendiri untuk pasien. Bacalah
petunjuknya dengan teliti sebelum menggunakan obat. Jika anda tidak mengerti cara
penggunaannya, konsultasikan kepada dokter yang meresepkan atau konsultasikan
dengan apoteker. Ada beberapa tipe inhaler yang digunakan dengan cara yang berbeda,
sehingga adalah penting untuk mengikuti cara pakai yang diberikan.
6. Obat tetes mata (OTM) - Eyedrop drug.
Dalam penggunaan obat tetes mata atau Eyedrop drug, untuk mencegah kontiminasi,
jangan dibiarkan ujung wadah tetes mata bersinggungan dengan permukaan/bagian mata
dan selalu dijaga tutup tetes mata selalu rapat. Cara penggunaan : terlebih dahulu cuci
tangan anda dengan sabun. Miringkan kepala kebelakang dan jari telunjuk tarik kelopak
mata bawah dari mata hingga membentuk lekukan. Teteskan obat mata ke dalam lekukan
mata dan pelan-pelan tutup. Jangan kedip-kedipkan mata dan biarkan tertutup selama 1-2
menit.
7. Salep mata.
Dalam penggunaan obat salep mata untuk mencegah kontiminasi dari salep mata
diusahakan jangan sampai unujg "tube" menyentuh mata. Setelah penggunaan, lap ujung
tube dengan tisu yang bersih dan tutup rapat. Cara pakai : Cuci tangan dengan bersih.
Tarik kelopak mata bawah sehingga terbentuk lekukan. Oleskan lapisan tipis salep mata
pada lekukan kurang lebih 1 cm panjangnya. Pelan-pelan tutup mata, gerakan bola mata
selapa 1-2 menit.
8. Nosedrops - Obat tetes hidung.
Untuk penggunaan obat tetes hidung atau Nosedrops,tengadahkan kepala atau letakan
kepala pada bantal miring. Teteskan pada masing-masing lobang hidung dan diamkan
bebrapa menit. Siram bitil dengan air panas dan keringkan dengan tisu bersih. Tutup
kembali obat. Untuk mencegah penularan infeksi, jangan gunakan obat tetes mata dan
hidung untuk orang lain selain anda.
9. Eardrops - Obat tetes telinga.
Dalam penggunaan obat tetes telinga atau Eardrops, untuk mencegah kontiminasi jangan
sampai ujung obat tetes telinga menyentuh telinga. Botol tidak boleh penuh untuk
mencegah tetesan. Cara pakai : Tidur dan miringkan kepala sehingga telinga yang diobati
menghadap ke atas. Teteskan obat tetes telinga pada saluran telinga. Jaga selama 5
menit sehingga obat mengalir.Untuk anak-anak yang susah diam, diamkan paling tidak 1-2
menit. Jangan goyang-goyang penetes telinga sesudah dipakai. Lap ujung penetes
dengan tisu yang bersih dan tutup wadah dengan kencang (rapat).
10. Suppositoria.
Untuk penggunaan suppositoria, cuci tangan sampai bersih. Pisahkan pembungkus
suppositoria dari badan supp dengan air bersih. Tidurlah dengan posisi miring dan dorong
Suppositoria ke dalam dubur (rectal) dengan jari kanan. Jika Suppositoria terlalu lunak
untuk dimasukan, simpan 30 menit di dalam lemari es atau siram dengan air es sebelum
dilepaskan dari pembungkusnya. Cucilah tangan anda setelah selesai penggunaan
dengan sabun.
11. Salep/krim untuk dubur (rektal).
Untuk penggunaan obat ini, bersihkan dan keringkan daerah sekitar dubur. Gosoklah
dengan sedikit salep/krim tadi. Masukan aplikator pada rektum (dubur) dan hati-hati pencet
tube hingga salep/krim masuk ke dalam rektum. Pisahkan ujung aplikator dari tube dan
cuci dengan air panas, bersihkan dengan sabun/deterjen. Lepaskan tube setelah dipakai.
Kemudian cuci tangan sampai bersih.
12. Obat yang melalui vagina.
Untuk penggunaan obat yang melalui vagina, cuci tangan anda hingga bersih. Gunakan
aplikator, masukan obat ke dalam vagina sejauh mungkin secara pelan-pelan dan tak
menimbulkan rasa sakit. Bebaskan obat dengan mendorong plunger. Tunggu beberapa
menit sebelum bangun, cuci aplikator dan tangan anda dengan sabun dan air panas.

C. Efek Samping Obat


Pada saat dilakukan pengobatan dengan menggunakan dosis yang normal,sering
timbul efek samping yang tidak diinginkan. Efek samping ini terjadi setelah beberapa saat
minum obat. Efek samping ini dapat terjadi pada saluan pencernaan berupa rasa mual,
diare, perut sembelit, dapat juga terjadi pada kulit, berupa bercak merah, gatal, rasa panas
pada kulit, selain itu juga dapat menyebabkan wajah menjadi bengkak, sesak nafas dan
sebagainya.
Efek samping obat adalah setiap respon obat yang merugikan akibat penggunaan obat
dengan dosis atau takaran normal.
Efek samping yang biasa terjadi :
1. Pada kulit, berupa rasa gatal, timbul bercak merah atau rasa panas. (semua golongan
Obat)
2. Mengantuk (Obat ati alergi sedative, spikotropika, narkotika, Obat syaraf, dan Obat batuk)
3. Pada saluran pencernaan, lambung terasa perih (Obat analgetika), terasa mual, dan
muntah (Obat sitostatika)
4. Pada saluran pernafasan, terjadi sesak nafas. (salbutamol yang digunakan saat tidak
sesak nafas)
5. Batuk (pada obat captopril)
6. Urin berwarna merah sampai hitam. (Rifampicin dan Urogetik)
Hal yang harus dilakukan apabila timbul efek samping obat :
1. Hentikan minum obat.
2. Mencari pertolongan ke sarana kesehatan, puskesmas/ rumah sakit/dokter terdekat.

D. Potensi Interaksi Obat antar Obat Konvensional, Obat Bebas, serta Suplemen atau Makanan
Interaksi obat adalah perubahan efek suatu obat akibat pemakaian obat lain (interaksi
obat-obat) atau oleh makanan, obat tradisional dan senyawa kimia lain. Interaksi obat yang
signifikan dapat terjadi jika dua atau lebih obat digunakan bersama-sama. Interaksi obat secara
klinis penting bila berakibat peningkatan toksisitas dan/atau pengurangan efektivitas obat. Jadi
perlu diperhatikan terutama bila menyangkut obat dengan batas keamanan yang sempit (indeks
terapi yang rendah).

INTERAKSI DARI KOMBINASI OBAT :


Dua obat yg digunakan bersamaan dapat saling mempengaruhi kerja masing-masing :
a. Antagonisme : Kegiatan obat 1 dikurangi / ditiadakan oleh obat 2 yang punya efek
farmakologi bertentangan.
b. Sinergisme : kerjasama antar 2 obat
- Adisi/Sumasi : efek = jumlah kegiatan masing2 obat.
- Potensiasi : efek obat 1 diperkuat oleh obat 2 (dapat memiliki efek sama atau tidak)
Interaksi Obat meliputi :
a. Interaksi Farmakokinetika
Terjadi bila salah satu obat mempengaruhi obat lainnya dalam proses : Absorpsi, Distribusi,
Metabolisme, dan Ekskresi sehingga kadar plasma obat ke II meningkat atau menurun
akibatnya : terjadi peningkatan toksisitas atau penurunan efektivitas obat
- Fase Absorpsi terdiri dari:
1) Perubahan pH cairan sal.cerna
2) Interaksi langsung
3) Perubahan waktu pengosongan lambung dan transit usus
4) Efek toksis pada saluran cerna
- Fase Distribusi
1) Jika dalam darah pada saat yang sama terdapat beberapa Obat maka akan terjadi
persaingan pada tempat ikatan protein plasma.
2) Obat dengan Ikatan protein yang kuat akan menggeser obat dengan katan protein
lemah myebabkan efek/ toksisitas obat yang digeser meningkat.
- Fase Metabolisme
Obat (A) menginduksi sintesis enzim metabolisme obat (B) yang dapat menyebabkan
metabolisme obat (B) naik sehingga kadar plasma obat (B) turun, sedangkan
metabolitnya naik
- Fase Ekskresi
Suatu obat dapat mempengaruhi ekskresi obat lainnya dengan cara mengubah ikatan
protein. Dengan demikian mengubah kecepatan filtrasi glomeruli, lalu dapat
menghambat sekresi tubuli, dan dapat mengubah aliran urin atau pH urin.

b. Interaksi Farmakodinamika,
- Interaksi antara obat yang bekerja pada sistem reseptor, tempat kerja, atau sistem
fisiologik yang sama sehingga terjadi efek yang aditif, sinergistik, atau antagonistik.
- Interaksi yang mengakibatkan berkurang / bertambahnya efek obat (B) dengan adanya
obat (A) tersebut.

OBAT KONVENSIONAL
Obat konvensional merupakan obat dengan golongan bebas atau bebas terbatas yang dijual
menggunakan nama dagang dari pabrik pembuat obat tersebut. Biasanya obat konvensional
sangat mudah didapatkan oleh masyarakat sehingga dalam penggunaannya kurang dalam
pengawasan dan petunjuk dokter. Pada dasarnya bila dilakukan dengan benar dan sesuai
dengan petunjuk tersebut, penggunaan obat konvensional yang digunakan dalam swamedikasi
sangat membantu masyarakat memelihara kesehatannya dan mengobati berbagai kondisi
penyakit ringan yang terjadi di masyarakat.

Penggunaan obat yang tanpa pengawasan dan petunjuk dari dokter dapat memberikan efek
lain yang mungkin berbahaya. Hal ini terjadi akibat interaksi antara dua obat atau interkasi
antara obat dengan makanan. Efek yang ditimbulkan dapat mengurangi efektivitas kerja obat
dan bisa juga menambah efektivitas kerja obat sehingga memacu timbulnya efek samping obat
bahkan bisa terjadi overdosis.

INTERAKSI ANTARA OBAT DAN MAKANAN

Ketika suatu makanan atau minuman mengubah efek suatu obat, perubahan tersebut dianggap
sebagai interaksi obat-makanan. Interaksi seperti itu bisa terjadi. Tetapi tidak semua obat
dipengaruhi oleh makanan, dan beberapa obat hanya dipengaruhi oleh makananmakanan
tertentu. Interaksi obat-makanan dapat terjadi dengan obat-obat yang diresepkan, obat yang
dibeli bebas, produk herbal, dan suplemen. Meskipun beberapa interaksi mungkin berbahaya
atau bahkan fatal pada kasus yang langka, interaksi yang lain bisa bermanfaat dan umumnya
tidak akan menyebabkan perubahan yang berarti terhadap kesehatan tubuh.
Ada beberapa factor yang mempengaruhi interaksi obat dan makanan antara lain:
1. Pengosongan asam lambung
2. Komponen makanan meliputi:
a. Protein
b. Lemak
c. Karbohidrat
d. Vitamin
e. Mineral
3. Ketersediaan hayati
Penggunaan obat bersama makanan tidak hanya dapat menyebabkan perlambatan
absorpsi tetapi dapat pula mempengaruhi jumlah yang diabsorpsi
Contoh interaksi antara obat dan makanan

1. susu dapat mengikat antibiotik pada lambung dan usus kecil bagian atas untuk
membentuk senyawa yang dapat larut. Sehingga, penyerapan antibiotik oleh tubuh
dapat terganggu.
2. Konsumsi obat lambung Antasida bersamaan dengan makanan yang mengandung
vitamin A dan B akan menurunkan penyerapan vitamin.
3. Obat asma (Teofilin, Albuterol, Ephinephrine) bila berinteraksi dengan makanan
berlemak tinggi dapat meningkatkan kadarobat dalam darah sehingga efek samping
yang timbul semakin besar.
4. Konsumsi bawang dan makanan bervitamin E bersamaan dengan obat Warfarin (obat
pengencer darah) dapat menimbulkan efek pengenceran darah yang berlebihan.
5. Cokelat dengan monoamine oxidase inhibitor (MAOI) MAOI adalah obat untuk
mengobati depresi dan penyakit Parkinson. Obat ini bekerja dengan cara menghambat
pemecahan asam amino tyramine dalam darah. Karena asam amino tyramine yang
tinggi dalam darah dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah. Sehingga,
mengonsumsi makanan yang mengandung kadar tyramine tinggi, seperti cokelat, dapat
mengganggu kerja obat ini. Selain cokelat, makanan lain yang tinggi tyramine adalah
daging fermentasi, seperti pepperoni, sosis, dan ham.

E. Cara Menyimpan Obat


Cara penyimpanan obat di rumah tangga sebagai berikut :

1. Umum :
a. Jauhkan dari jangkauan anak-anak.
b. Simpan obat dalam kemasan asli dan dalam wadah tertutup rapat.
c. Simpan obat ditempat yang sejuk dan terhindar dari sinar matahari langsung atau ikuti
aturan yang tertera pada kemasan.
d. Jangan tinggalkan obat di dalam mobil dalam jangka waktu lama karena
e. Suhu yang tidak stabil dalam mobil dapat merusak sediaan obat.
f. Jangan simpan obat yang telah kadaluarsa.
2. Khusus :
a. Tablet dan kapsul .Jangan menyimpan tablet atau kapsul ditempat panas dan atau
lembab.
b. Sediaan obat cair Obat dalam bentuk cair jangan disimpan dalam lemari pendingin
(freezer) agar tidak beku kecuali disebutkan pada etiket atau kemasan obat.
c. Sediaan obat vagina dan ovula Sediaan obat untuk vagina dan anus (ovula dan
suppositoria) disimpan di lemari es karena dalam suhu kamar akan mencair.
d. Sediaan Aerosol / Spray Sediaan obat jangan disimpan di tempat yang mempunyai
suhu tinggi karena dapat menyebabkan ledakan.

KOMUNIKASI, INFORMASI DAN EDUKASI DARI


APOTEKER KEPADA PASIEN

A. Umum

Lepas dari aman atau tidaknya setiap obat maka harus disadari setiap obat dapat
menjadi racun yang amat berbahaya bilamana pemakaiannya tidak di dukung oleh cara
pemakaian yang benar. Oleh sebab itu bagi orang awam perlu diberikan informasi tentang hal
apa saja yang diperlukannya dalam usaha untuk memperoleh pengobatan secara optimal.

Lima pertanyaan yang perlu ditanyakan kepada apoteker dalam kehidupan sehari-hari,
hamper semua orang pernah menggunakan obat untuk menjaga kesehatan, tapi tidak semua
orang mengetahui betapa pentingnya pengetahuan tentang obat itu bagi mereka bagaimana,
kapan dan mengapa obat itu digunakan. Mereka berpendapat bahwa dokter telah memilih dan
menentukan obat bagi mereka, karena itu mereka tidak perlu bertanya lagi. Namun
sebenarnya, tanggung jawab dalam menggunakan obat terletak pada orang yang
menggunakannya.

Untuk mencapai pengobatan yang baik, maka setiap pasien yang membeli / mengambil
obat di apotik dll dianjurkan mengajukan pertanyaan 5 hal pokok kepada apoteker, dan
apoteker menjawabnya harus mempernggunakan bahasa yang dapat dipahami oleh orang
awam

1. Obat harus berapa kali diminum / berapa lama obat tersebut diminum?
2. Apa gerangan obat yang diberikan serta apa kegunaannya?
3. Hal – hal apa saja yang perlu kita hindari?
4. Apakah ada efek samping yang timbul?
5. Apakah ada informasi tertulis?

B. Apa yang Diberikan serta Apa Kegunaannya.


Misalnya :
1. Amoksisilin adalah antibiotik yang berguna untuk mengobati infeksi
2. Asetaminopen adalah obat untuk mengurangi rasa sakit dan menurunkan panas.

Bagaimana aturan pakai dan cara pemakaian obat. Aturan pakai / cara pemakaian obat
bermacam-macam hal ini sangat penting untuk dilaksanakan dan kepada pasien harus
dijelaskan.
Obat adalah zat kimia yang masuk kedalam tubuh dan akan mengetahui aktivitas kimia
yang ada dalam tubuh. Pemberian obat yang paling lazim adalah secara oral / melalui mulut.
Bila obat itu ditelan, maka obat tersebut akan diserap oleh darah dan masuk kebagian tubuh
yang membutuhkannya. Zat kimia tersebut diserap oleh pembuluh darah melalui usus, tapi ada
beberapa obat diserap oleh lambung sebelum kepembuluh darah. Contoh : alkohol diserap
sebagian oleh lambung sebelum masuk keperadarandarah. Oleh karena itu, ada obat yang
dianjurkan diminum dalam keadaan perut kosong, berarti obat itu diminum 1 (satu) jam sebelum
makan atau 2 jam sesudah makan tapi ada obat yang dianjurkan jangan diminum dalam
keadaan perut kosong, karena menimbulkan rasa mual.
Ada obat yang diminum sebelum ada makanan (‘no food’) dan ada yang diminum
setelah ada makanan (‘with food’). Hal ini disebabkan, interaksi antara obat dan makanan,
dapat mengurangi daya serap obat dalam tubuh.
Selanjutnya setelah sebagian obat diserap pleh pembuluh darah, maka sebagian lagi
akan didistribusikan ke :
1. Hati untuk mengurangi aktifitas obat tersebut
2. Bagian tubuh / organ lainnya untk kebutuhan selanjutnya atau dikeluarkan oleh tubuh.
Jumlah obat yang tertinggal dalam darah tidak boleh terlalu banyak dan tidak boleh
terlalu sedikit. Bagaimana bentuk sediaan obat satiap, setiap macam bentuk sediaan obat
mempunyai tujuan dalam penggunaannya. Sediaan injeksi / suntikan bila insulin digunakan
secara oral, maka insulin tersebut akan terurai oleh asam lambung. Oleh karena itu insulin
dibuat dalam sediaan injeksi agar langsung masuk kedalam pembuluh darah.
1. Sediaan obat yang digunakan setempat / lokal
2. Semprot hidung, adalah obat yang disemprotkan kehidung untuk pengobatan hidung yang
tersumbat.
3. Salep kulit, obat yang dioleskan kekulit untuk mengobati gatal – gatal atau digigit
serangga.
C. Berapa Kali / Lama Obat Harus Diminum
Cara pemakaian obat sangatlah penting, karena hal ini berhubungan dengan dosis
seseorang. Bagi anak dan usia lanjut atau orang dewasa, dosisnya berbeda karena
dipengaruhi berat badan dan umur.
Cara pemakaian obat harus tepat karena bila kurang tepat obat akan kurang berkhasiat
tapi bila berlebihan akan menjadi racun bagi tubuh itu sendiri.
Gejala penyakit yang sama bagi seseorang belum tentu merupakan pengobatan yang
baik bagi orang lain walaupun diberikan obat yang sama, karena tiap orang mempunyai dosis
yang berbeda. Maka konsultasikan ke apoteker anda.
Jangka waktu pemberian obat. Beberapa obat diminum sampai gejala penyakit hilang
namun bagi orang lain, misalnya antibiotika harus diminum sampai habis, walaupun gejala
penyakit sudah hilang.
Pada beberapa obat tertentu, digunakan dalam jangka panjang, misalnya : digoxin.
Untuk penggunaan obat bebas sebaiknya digunakan sesuai label / brosur.

D. Hal-Hal yang Perlu Dihindari


Pemakaian lebih dari satu macam obat pada waktu yang bersamaan, dapat
menimbulkan kemungkinan interaksi. Efek obat dapat semakin kuat atau semakin lemah, atau
timbul efek lain yang tidak dikehendaki
Oleh sebab itu kita harus berhati – hati dalam menggunakan kombinasi obat apalagi
tanpa sepengetahuan dokter / apoteker. Interaksi obat dipengaruhi oleh makanan dan minuman
yang masuk kedalam tubuh kita, contoh ; Untuk mnegurangi sakit kepala / pusing diberikan
suatu antihistamin dan sedative, tapi bila ditambah alcohol maka gejala penyakit yang akan
bertambah , wanita hamil sebaiknya tidak makan obat – obatan terutama pada kehamilan 3
bula pertama Karen dapat berakibat fatal pada janin.

E. Apakah ada Efek Samping yang Timbul


Pada beberapa kasus, efek samping dari obat dapat diabaikan tapi ada beberapa efek
samping obat yang harus dperhatikan. Efek samping yang timbul akan berbeda bagi setiap
individu, karena setiap orang mempunyai reaksi yang berbeda terhadap obat. Efek samping ini
dapat pula ditimbulkan oleh obat otc ( obat tanpa resep dokter / obat bebas ) bila obat
digunakan tidak sesuai aturan pakai, walaupun obat bebas ini hanya mengobati penyakit
ringan.
F. APAKAH ADA INFORMASI TERTULIS
Brosur dari obat yang digunakan perlu dibaca atau bila perlu pasien diberikan brosur
agar tidak lupa terhadap cara pemakaian obatnya. Hal ini untuk menghindari kesalahan yang
mungkin timbul, karena kita tidak mungkin mengingat semua keterangan mengenai obat
tersebut.
MATERI EDUKASI
PENGGUNAAN ALAT MEDIS
YANG AMAN

A. PENGERTIAN
Peralatan medis didefinisikan setiap item yang digunakan untuk mendiagnosa,
mengobati, atau mencegah penyakit, cedera, atau kondisi lain yang bukan obat, biologis,
atau makanan.
Peralatan medis seringkali mengakibatkan efek-efek yang tidak diinginkan pada klien.
Peristiwa yang merugikan adalah kejadian di mana peralatan medis telah, atau mungkin
memiliki, menyebabkan atau berkontribusi pada kematian atau luka berat. Masalah yang
sering peralatan aktual atau potensial dan dapat terjadi karena beberapa alasan. Dua
alasan sering melibatkan masalah peralatan (a) manufaktur dan (b) interaksi manusia
(faktor manusia). Faktor manusia disebut sebagai 'ergonomi dan faktor manusia rekayasa'
fokus pada interaksi manusia-mesin (Bogner, 1994).

ALAT KESEHATAN
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 1998 Tentang
Pengamanan Sediaan Farmasi Dan Alat Kesehatan, Alat kesehatan adalah instrumen,
aparatus, mesin, implan yang tidak mengandung obat yang digunakan untuk mencegah,
mendiagnosis, menyembuhkan dan meringankan penyakit, merawat orang sakit serta
memulihkan kesehatan pada manusia dan atau untuk membentuk struktur dan memperbaiki
fungsi tubuh.
Peralatan medis berkisar dari item yang sederhana seperti stik sampai peralatan
yang lebih kompleks, seperti ventilator. Mereka mewakili beberapa teknologi yang paling
inovatif yang dikembangkan dalam beberapa tahun terakhir. Sebuah peralatan medis
didefinisikan setiap item yang digunakan untuk mendiagnosa, mengobati, atau mencegah
penyakit, cedera, atau kondisi lain yang bukan obat, biologis, atau makanan

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 116/SK/79, Alat


kesehatan dapat digolongkan menjadi :
1.     Preparat untuk pemeliharaan dan perawatan kesehatan
2.    Pestisida dan insektisida pembasi hama manusia dan binatang piaraan
3.    Alat kecantikan yang digunakan dalam salon kecantikan
4.    Wadah dari plastik dan kaca untuk obat dan injeksi, juga karet tutup botol infus
5.    Peralatan obstetri dan hgynekologi
6.    Pelalatan anestesi
7.    Peralatan dan perlengkapan kedokteran gigi
8.    Peralatan dan perlengkapan kedokteran THT
9.    Peralatan dan perlengkapan kedokteran mata

B. JENIS DAN MACAM PERALATAN MEDIS

1. Alat ukur/alat diagnosis


a. Alat Ukur gula darah sewaktu/GDS
b. Alat ukur tekanan darah
c. Alat ukur denyut nadi & tekanan darah.

2. Alat bantu pemberian obat


a. Infus pump
b. Syringe pump
c. Alat suntik insulin
d. Nebulizer
e. Alat bantu dengar
f. CAPD (Continous Ambulatory Peritoneal Dialisys)
g. Alat Bantu Rehabilitasi Medik. (Alat bantu Jalan, sepatu, dll)

3. Alat bantu pemantauan/observasi

c. Holter
d. ABP(Ambulatory Blood Presure)
e. Observasi gambaran jantung

C. HAL-HAL YANG HARUS DIKETAHUI / DIPERHATIKAN

 Saat Di Rumah Sakit

a. Semua peralatan medis yang berada dan digunakan selama perawatan di dalam
rumah sakit merupakan tanggung jawab petugas pemberi pelayanan
b. Awasi anak-anak atau geriatric/manula/usia lanjut  jika ada di (khususnya) ruang
perawatan terhadap alat medis yang digunakan seperti;
1. Tombol di Tempat Tidur Elektrik
2. Hati-hati Alat yang ada rodanya (Tiang infus, Over Bed Table, dll) ”RESIKO
JATUH”
c. Segera Beri tahu Petugas jika menemukan hal berikut;
1. Alarm bunyi
2. Mesin peralatan medis mati/OFF
3. Aliran obat tidak mengalir.
4. Peralatan medis Lepas dari pemasangan.

 Saat Di Rumah

Saat  menggunakan alat medis di rumah, perhatikan beberapa hal berikut;

a. Satuan Alat ukur: Pastikan  satuan hasil ukurnya sudah sesuai dengan standart
yang anda inginkan, sehingga saat hasilnya tertera dialat tidak salah mengartikan
dan tidak salah merespon hasil.
b. Alat observasi/pemantauan: Pastikan petugas telah  menjelaskan instruksi
kerja/petunjuk tehnis penggunaan alat yang akan digunakan dirumah. Termasuk hal-
hal penting yang bisa mempengaruhi hasil pemantauan.
c. Alat suntik: Pastikan petugas menjelaskan cara menggunakan alat tersebut dan
khususnya cara pengaturan dosis obatnya.
d. Kenali faktor-faktor yang bisa membuat alat medis tersebut rusak atau tidak
berfungsi, konsultasikan jika terjadi perubahan fungsi/rusak.

D. MAKSUD DAN TUJUAN PENGGUNAAN ALAT MEDIS

1. Untuk mencapai target waktu


2. Untuk mencapai target dosis
3. Untuk diagnosis /alat ukur
4. Untuk sarana observasi/pemantauan
5. Alat bantu dengar
6. Alat bantu jalan
7. Sarana kemanan dan keselamatan
E. PERSYARATAN PERALATAN

1. Persyaratan peralatan meliputi peralatan medis dan nonmedis harus memenuhi


standar pelayanan, persyaratan mutu, keamanan, keselamatan dan baik pakai;
2. Peralatan medis harus diuji dan dikalibrasi secara berkala oleh Balai Pengujian
Fasilitas Kesehatan dan/ atau institusi pengujian fasilitas kesehatan yang
berwenang;
3. Peralatan yang menggunakan sinar pengion harus memenuhi ketentuan dan harus
diawasi oleh lembaga yang berwenang;
4. Penggunaan peralatan medis dan nonmedis di Rumah Sakit harus dilakukan sesuai
dengan indikasi medis pasien;
5. Pengoperasian dan pemeliharaan peralatan Rumah Sakit harus dilakukan oleh
petugas yang mempunyai kompetensi di bidangnya;
6. Pemeliharaan peralatan harus didokumentasi dan dievaluasi secara berkala dan
berkesinambungan;
7. Ketentuan mengenai pengujian dan/ atau kalibrasi peralatan medis, standar yang
berkaitan dengan keamanan, mutu, dan manfaat dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.

Penggunaan alat-alat medis yang digunakan di RSUD Sawah Besar:

1. Pemasangan Infus pump


2. Pemasangan Catether Urin
3. Pemasangan NGT ( Naso Gastric Tube)
4. Pemasangan Syringe Pump
5. Penggunaan Nebulizer
6. Penggunaan Oksigen
7. Penggunaan Blue Light
8. Penggunaan Monitor pasien
9. Penggunaan EKG
10. Penggunaan Infant Warmer
11. Penggunaan Mixceff
12. Penggunaan Suction
13. Penggunaan Defibrilator
14. Penggunaan Ventilator
F. TATA LAKSANA

1. Edukasi pada pasien dengan pemasangan kateter


Perawat menjelaskan pada pasien dan atau keluarga :

a. Melakukan fiksasi selang kateter dengan menggunakan plester pada pasien wanita
kearah paha, sedangkan pada pasien pria kearah perut
b. Gantungkan kantong urine lebih rendah dari tubuh pasien
c. Buang urine yang berada dalam kantong apabila sudah berisi 500ml
d. Setelah membuang urine, sebelum ujung port dimasukkan dalam lubangnya
lakukan desinfeksi terlebih dahulu dengan alcohol 70%
e. Gunakan sarug tangan bersih saat membuang urine, sebelum dan sesudahnya cuci
tangan dengan sabun
f. Lakukan bladder training atau melatih reflek otot untuk menahan berkemih dengan
menutup slang urine (bukan pada slang kteter) dengan menggunakan klem dengan
periode waktu 2 jam diklem 2 jam dialirkan.
g. Lakukan kebersihan kemaluan dengan cebok 2x/hari
h. Lakukan penggantian kateter tiap 7-10 hari

2. Edukasi pada pasien dengan pemberian nutrisi via Nasogastric Tube

Perawat menjelaskan pada pasien dan atau keluarga :


a. Selalu menjaga kepatenan slang NGT dengan fiksasi yang baik
b. Atur posisi tidur pasien setengah duduk dengan kepala dimiringkan saat nutrisi
dimasukan
c. Berikan cairan nutrisi dalam kondisi hangat
d. Pastikan cairan yang masuk betul-betul cair agar slang tidak tersumbat
e. Sebelum memasukkan nutrisi pastikan kepatenan pipa lambung dengan melakukan
test dengan cara : masukkan 20cc udara dalam spuit, melalui pipa lambung dan
mendengarkan desirannya dengan meletakan stetoskop pada ulu hati pasien
f. Lakukan pengecekan residu untuk mengetahui penyerapan lambung pasien dengan
cara menghisap cairan lambung melalui NGT, apabila :
 Volume cairan residu ≤50% dari volume cairan nutrisi yang akan dimasukkan
dan warna cairan identik dengan warna cairan nutrisinya, maka ciran residu
dapat dimasukkan kembali dan cairan nutrisi yang akan dimasukkan
volumenya dikurangi sejumlah volume cairan residu tersebut
 Volume cairan residu > 50% dari volume cairan nutrisi yang akan dimasukkan
dan warna cairan identik dengan warna cairan nutrisinya, maka cairan residu
dapat dimasukkan kembali dan cairan nutrisi yang akan diberikan ditunda 1
jam
 Cairan residu warna merah atau tidak sesuai dengan warna cairan nutrisi yang
akan dimasukkan, maka cairan residu dibuang dan cairan nutrisi yang akan
diberikan ditunda dilanjutkan dengan melapor pada dokter atau menilpon ke RS
g. Setelah dipastikan kepatenan pipa lambung, masukkan air putih 30 ml dengan
menggunakan spuit, tuangkan cairan nutrisi ke dalam nutriset bag, sambungkan
selang nutrisi bag dengan NGT, kemudian letakkan nutriset bag dengan ketinggian
± 30 inchi dari hidung
h. Atur kecepatan tetesan cairan nutrisi ± 80 tts/menit
i. Awasi kondisi pasien saat nutrisi masuk terhadap : mual, muntah, dsb
j. Setelah pemberian nutrisi ataupun obat selalu bilas slang dengan air putih
sebanyak 30ml melalui nutriset bag
k. Lepaskan nutriset bag dari sambungan NGT kemudian tutup NGT
l. Posisi pasien boleh ditidurkan kembali setelah 30 menit setelah pemberian cairan
trisi
m. Sebelum dan sesudah memberikan makanan keluarga mencuci tangan dengan
sabun
n. Lakukan pengecekan apakah cairan dan nutrisi yang diberikan telah memenuhi
kebutuhan pasien dengan cara melihat kondisi pasien apakah pasien terlihat segar,
kulit tidak kering dan berkeriput, kalau dicubit tidak mudah kembali atau dengan
menghitung cairan yang keluar masuk (harus seimbang)
o. Ganti pipa lambung setiap 7-10 hari dengan menghubungi petugas medis terdekat
atau hubungi rumah sakit
3. Edukasi pada pasien dengan pemasangan infuse
Perawat menjelaskan pada pasien dan atau keluarga
a. Melakukan pemantauan terhadap kepatenan jarum dan tetesan infuse
b. Penggantian botol infuse dilakukan apabila cairan dalam botol tinggal tersisa 100ml
c. Saat mengganti botol infuse perhatikan kesterilan (kanul tidak boleh menyentuh
benda lain)
d. Tidak boleh ada udara dalam slang infuse
e. Perhatikan area insersi terutama daerah atas penusukan, apabila didapatkan
kemerahan segera hentikan infuse dan melaporkan dokter atau menilpon rumah
sakit
f. Jaga personal hygiene pasien
g. Penggantian insersi jarum dilakukan setiap 3 hari sekali dengan meminta bantuan
tenaga medis
h. Sebelum dan sesudah mengganti cairan infuse mencuci tangan dengan sabun

4. Edukasi pada pasien dengan pemberian terapi oksigen


Perawat menjelaskan pada pasien dan atau keluarga :
a. Cara memberikan oksigen pada pasien yaitu dengan cara :
 Menghubungkan slang oksigen ke sumber oksigen
 Buka flow meter dan atur kecepatan aliran oksigen dengan melihat apakah air
pada humidifier bergelembung
b. Selalu menjaga kepatenan slang oksigen yaitu dengan cara memastikan bahwa
salang/kanul masuk kedalam kedua hidung pasien
c. Perhatikan humidifier terisi aqua sesuai batas yang tertera pada botol agar
kelembaban udara yang masuk ke pasien terjaga
d. Perhatikan kecepatan aliran oksigen sesuai dengan anjuran dokter
e. Periksa kecepatan aliran oksigen setiap 6 jam
f. Mengobservasi tentang perkembangan terapi oksigen.
g. Periksa kondisi pasien setiap 1 jam apakah sesak berkurang atau bertambah, jika
sesak bertambah segera hubungi dokter atau menilpon rumah sakit
h. Lakukan cuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah memasang oksigen
5. Edukasi pada pasien dengan pemakaian Inhalasi
Perawat menjelaskan pada pasien dan keluarga
a. Cara penggunaan alat nebulizer
 Memasukkan obat sesuai instruksi dokter ke dalam masker nebulizer
 Menyambungkan selang masker nebulizer ke alat
b. Menganjurkan pasien untuk napas dalam
c. Observasi Efek samping obat setelah pemakaian 5 menit pertama
d. Jika tidak ada kontra indikasi posisikan pasien dengan posisi Semi Fowler-
Fowler
e. Perhatikan perubahan yang terjadi, seperti kebiruan (sianosis), batuk
berkepanjangan, gemetar (tremor), berdebar-debar, mual, dan muntah.
f. Lakukan fisioterapi dada
g. Cuci tangan setelah tindakan
6. Edukasi pada pasien dengan pemakaian syringe pump
Perawat menjelaskan pada pasien dan keluarga
a. Alat syringe pump merupakan suatu alat yang di gunakan untuk memberikan
cairan atau obat kepada kedealam tubuh pasien dalam jangka waktu tertentu
secara teratur , alat ini menggunakan sistem elektronik.
b. Fungsi alat : Memasukan cairan atau obat ke tubuh pasien dengan tingkat
akurasi yang tinggi
c. Hal yang diperhatikan : Akurasi kecepatan masuknya obat sesuai yang di
setting
d. Melakukan observasi selama pemakaian syringe pump
e. Keluarga dan pasien tidak diperkenankan untuk merubah settingan pada mesin
f. Segera melapor petugas, jika alat berbunyi “Alarm”
7. Edukasi pada pasien dengan pemakaian Infus Pump
Perawat menjelaskan pada pasien dan keluarga
a. Indikasi pemakaian Infus Pump
• Pasien dengan kebutuhan akan cairan rehidrasi kontinue.
• Penggunaan obat antibiotik intravena
• Penggunaan obat-obatan intravena yang memerlukan waktu monitoring
tepat
b. Hal yang diperhatikan : Akurasi kecepatan masuknya obat sesuai yang di
setting
c. Melakukan observasi selama pemakaian syringe pump
d. Keluarga dan pasien tidak diperkenankan untuk merubah settingan pada mesin
e. Segera melapor petugas, jika alat berbunyi “Alarm”

8. Edukasi pada pasien dengan pemakaian Fototerapi/Blue Light

a. Fototerapi digunakan untuk menurunkan kadar bilirubin serum pada neonatus


dengan hiperbilirubinemia jinak hingga moderat.
b. Indikasi :Penggunaan fototerapi sesuai anjuran dokter biasanya diberikan pada
neonatus dengan kadar bilirubin indirect lebih dari 10mg % sebelum tranfusi
tukar, atau sesudah transfuse tukar.
c. Lama penggunaan Fototerpai sesuai dengan instruksi dokter, dan dilihat dari
hasil laboratorium
d. Menggunakan seprai putih pada pelbet, tempat tidur bayi, atau inkubator, dan
letakkan tirai putih disekitar tempat area tempat unit diletakkan untuk
memantulkan sinar sebanyak mungkinkembali ke bayi.
e. Letakkan bayi di bawah sinar sesuai dengan yang di indikasikan.
f. Tutupi mata bayi dengan potongan kain, pastikan bahwa potongan kain tersebut
tidak menutupi hidung bayi. Inspeksi mata setiap 2 jam untuk pemberian
makan. Sering pantau posisi untuk menvegah kemungkinan kerusakan mata .
g. Tutup testis dan penis bayi pria unutk mencegah kemungkinan kerusakan penis
dari panas
h. Mengubah posisi bayi setiap 2 jam, memungkinkan pemajanan seimbang dari
permukaan kulit terhadap sinar fluoresen, mencegah pemajanan berlebihan dari
bagian tubuh individu dan membatasi area tertekan.
i. Bayi tetap menyusui sesuai kebutuhan, minimal per 2 jam
j. Feses bayi warna dan frekuensi defekasi dapat menjadi encer dan urin saat
bayi mendapatkan fototerapi.
k. Pantau kulit bayi dan suhu inti setiap 2 jam atau lebih sering sampai stabil ,
fluktuasi pada suhu tubuh dapat terjadi sebagai respons terhadap pemajanan
sinar, radiasi dan konveksi.
l. Pantau masukan dan haluaran cairan, timbang BB bayi dua kali sehari.
Perhatikan tanda- tanda dehidrasi (mis, penurunan haluaran urine, fontanel
tertekan, kulit hangat atau kering dengan turgor buruk, dan mata cekung).
m. Ajari ibu cara mengkaji ikterus, dan anjurkan ibu kembali jika bayi menjadi lebih
icterus.
9. Edukasi pada pasien dengan pemakaian Elektrokardiogram (Rekam Jantung)

a. Adalah grafik yang dibuat oleh sebuah elektrokardiograf, yang merekam


aktivitas kelistrikan jantung dalam waktu tertentu.
b. Indikasi penggunaan : Merupakan standar emas untuk diagnosis aritmia jantung
c. Pasien diminta membuka baju dan melepaskan asesoris logam yang dipakai
d. Elektroda akan dipasang di daerah dada , tangan dan kaki
e. Diharapkan pasien tenang pada saat perekaman
f. Mesin ini akan dihubungkan ke listrik
g. Hasil gambaran jantung sudah langsung di cetak
h. Mempunyai mesin peekam kerja kontraksi jantung sehingga dapat
menyimpulkan kondisi jantung
MATERI EDUKASI
MANAJEMEN NYERI
BAB I
DEFINISI
Menurut IASP 1979 (International Association for the Study of Pain) nyeri adalah suatu
pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan. Dari definisi
tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri bersifat subyektif dimana individu mempelajari apa itu
nyeri, melalui pengalaman yang langsung berhubungan dengan luka (injury), yang dimulai dari awal
masa kehidupannya.
Nyeri bisa juga diartikan sebagai perasaan dan pengalaman emosional yang tidak
menyenangkan yang terkait dengan adanya kerusakan jaringan potensial atau actual.
Sternbach (1968) mengatakan nyeri sebagai konsep yang abstrak yang merujuk kepada
sensasi pribadi tentang sakit, suatu stimulus berbahaya yang menggambarkan akan terjadinya
kerusakan jaringan, suatu pola respon untuk melindungi organisme dari bahaya.
Nyeri adalah salah satu cara survival tubuh dengan cara mengarahkan tubuh untuk
memberikan refleks dan sikap protektif terhadap jaringan yang rusak hingga sembuh.
BAB II
RUANG LINGKUP
Nyeri bisa berupa nyeri tajam, tumpul, rasa terbakar, geli (tingling), menyentak (shooting), ditusuk-
tusuk yang bervariasi dalam intensitas dan lokasinya. Suatu stimulus yang sama dapat
menyebabkan gejala nyeri yang berubah sama sekali (misal tajam menjadi tumpul). Gejala kadang
bersifat nonspesifik

Berdasarkan durasinya, nyeri dibagi menjadi :


a. Nyeri akut
Nyeri akut dpt mencetuskan hipertensi, takikardi, midriasis, tapi tidak bersifat diagnostik.
b. Nyeri kronis
Untuk nyeri kronis seringkali tidak ada tanda yang nyata. Akan tetapi, perlu diingat bahwa nyeri
bersifat subyektif.

Perbedaan karakter akut dan kronis dapat digambarkan sebagai berikut :


Karakteristik Nyeri akut Nyeri kronis
Peredaan nyeri Sangat diinginkan Sangat diinginkan
Ketergantungan terhadap
Tidak biasa Sering
obat
Komponen psikologis Umumnya tidak ada Sering merupakan masalah utama
Penyebab organik Sering Seringkali tidak ada
Kontribusi lingkungan dan
Kecil Signifikan
keluarga
Insomnia Jarang Sering
Tujuan pengobatan Kesembuhan Fungsionalisasi
Depresi Jarang Sering

Berdasarkan asalnya, nyeri dibagi menjadi :


a. Nyeri nosiseptif (nociceptive pain)
 Nyeri perifer berasal dari kulit, tulang, sendi, otot, jaringan ikat, dll. Nyeri akut, letaknya
lebih terlokalisasi
 Nyeri visceral/central lebih dalam, lebih sulit dilokalisasikan letaknya
b. Nyeri neuropatik
Merupakan nyeri yang berbeda dari nyeri nosiseptif. Nyeri neuropatik biasanya bertahan lebih
lama dan merupakan proses input sensorik yang abnormal oleh sistem saraf perifer atau CNS.
Biasanya nyeri jenis ini lebih sulit diobati. Mekanismenya mungkin karena dinamika alami pada
system saraf. Pasien mungkin akan mengalami rasa terbakar, tingling, shock like, shooting,
hyperalgesia atau allodynia.

Assessment nyeri dimulai dari anamnesis yang lengkap dan komprehensif meliputi:
a. Riwayat penyakit sekarang
1. Onset nyeri: akut atau kronik, traumatik atau non-traumatik.
2. Karakter dan derajat keparahan nyeri: nyeri tumpul, nyeri tajam, rasa terbakar, tidak nyaman,
kesemutan, neuralgia.
3. Pola penjalaran / penyebaran nyeri
4. Durasi dan lokasi nyeri
5. Gejala lain yang menyertai misalnya kelemahan, baal, kesemutan, mual/muntah, atau
gangguan keseimbangan / kontrol motorik.
6. Faktor yang memperberat dan memperingan
7. Kronisitas
8. Hasil pemeriksaan dan penanganan nyeri sebelumnya, termasuk respons terapi
9. Gangguan / kehilangan fungsi akibat nyeri / luka
10. Penggunaan alat bantu
11. Perubahan fungsi mobilitas, kognitif, irama tidur, dan aktivitas hidup dasar ( activity of daily
living)
12. Singkirkan kemungkinan potensi emergensi pembedahan, seperti adanya fraktur yang tidak
stabil, gejala neurologis progresif cepat yang berhubungan dengan sindrom kauda ekuina.
b. Riwayat pembedahan / penyakit dahulu
c. Riwayat psiko-sosial
1.Riwayat konsumsi alkohol, merokok, atau narkotika
2.Identifikasi pengasuh / perawat utama (primer) pasien
3.Identifikasi kondisi tempat tinggal pasien yang berpotensi menimbulkan eksaserbasi nyeri
4.Pembatasan /restriksi partisipasi pasien dalam aktivitas sosial yang berpotensi menimbulkan
stres. Pertimbangkan juga aktivitas penggantinya.
5.Masalah psikiatri (misalnya depresi, cemas, ide ingin bunuh diri) dapat menimbulkan
pengaruh negatif terhadap motivasi dan kooperasi pasien dengan program penanganan /
manajemen nyeri ke depannya. Pada pasien dengan masalah psikiatri, diperlukan dukungan
psikoterapi / psikofarmaka.
6.Tidak dapat bekerjanya pasien akibat nyeri dapat menimbulkan stres bagi pasien / keluarga.
d. Riwayat pekerjaan
Pekerjaan yang melibatkan gerakan berulang dan rutin, seperti mengangkat benda berat,
membungkuk atau memutar; merupakan pekerjaan tersering yang berhubungan dengan nyeri
punggung.
e. Obat-obatan dan alergi
1.Daftar obat-obatan yang dikonsumsi pasien untuk mengurangi nyeri (suatu studi menunjukkan
bahwa 14% populasi di AS mengkonsumsi suplemen / herbal, dan 36% mengkonsumsi
vitamin)
2.Cantumkan juga mengenai dosis, tujuan minum obat, durasi, efektifitas, dan efek samping.
3.Direkomendasikan untuk mengurangi atau memberhentikan obat-obatan dengan efek
samping kognitif dan fisik.
f. Riwayat keluarga
Evaluasi riwayat medis keluarga terutama penyakit genetik.
g. Asesmen sistem organ yang komprehensif
Evaluasi gejala kardiovaskular, psikiatri, pulmoner, gastrointestinal, neurologi, reumatologi,
genitourinaria, endokrin, dan muskuloskeletal). Gejala konstitusional: penurunan berat badan,
nyeri malam hari, keringat malam, dan sebagainya.

Ada beberapa skala yang dapat digunakan untuk assessment nyeri antara lain :
Numeric Rating Scale
Skala nyeri ini dapat digunakan pada pasien dewasa dan anak berusia > 9 tahun. Skala ini
menggunakan angka untuk melambangkan intensitas nyeri yang dirasakannya. Cara penggunaan
skala nyeri ini yaitu pasien akan ditanya mengenai intensitas nyeri yang dirasakan dan
dilambangkan dengan angka antara 0 – 10.
 0 = tidak nyeri
 1 – 3 = nyeri ringan (sedikit mengganggu aktivitas sehari-hari)
 4 – 6 = nyeri sedang (gangguan nyata terhadap aktivitas sehari-hari)
 7 – 10 = nyeri berat (tidak dapat melakukan aktivitas sehari-hari)
Wong Baker Faces Pain Scale
Skala nyeri ini dapat digunakan pada pasien dewasa dan anak > 3 tahun yang tidak dapat
menggambarkan intensitas nyerinya dengan angka. Cara penggunaan skala nyeri ini yaitu pasien
diminta untuk menunjuk / memilih gambar mana yang paling sesuai dengan yang ia rasakan dan
ditanyakan juga lokasi dan durasi nyeri
 0 - 1 = sangat bahagia karena tidak merasa nyeri sama sekali
 2–3 = sedikit nyeri
 4–5 = cukup nyeri
 6–7 = lumayan nyeri
 8–9 = sangat nyeri
 10 = amat sangat nyeri (tak tertahankan)

Wong Baker FACES Pain Scale


COMFORT scale
Skala nyeri ini dapat digunakan pada pasien bayi, anak, dan dewasa di ruang rawat intensif / kamar
operasi. Cara penggunaan skala nyeri ini yaitu terdapat 9 kategori dengan setiap kategori memiliki
skor 1-5, dengan skor total antara 9 – 45.
 Kewaspadaan
 Ketenangan
 Distress pernapasan
 Menangis
 Pergerakan
 Tonus otot
 Tegangan wajah
 Tekanan darah basal
COMFORT Scale

Tanggal / waktu
Kategori Skor

1 – tidur pulas / nyenyak


2 – tidur kurang nyenyak
Kewaspadaan 3 – gelisah
4 – sadar sepenuhnya dan waspada
5 – hiper alert
1 – tenang
2 – agak cemas
Ketenangan 3 – cemas
4 – sangat cemas
5 – panic
1 – tidak ada respirasi spontan dan tidak ada
batuk
2 – respirasi spontan dengan sedikit / tidak ada
respons terhadap ventilasi
3 – kadang-kadang batuk atau terdapat tahanan
terhadap ventilasi
Distress
4 – sering batuk, terdapat tahanan / perlawanan
pernapasan
terhadap ventilator
5 – melawan secara aktif terhadap ventilator,
batuk terus-menerus / tersedak
1 – bernapas dengan tenang, tidak menangis
2 – terisak-isak
Menangis 3 – meraung
4 – menangis
5 – berteriak
Pergerakan 1 – tidak ada pergerakan
2 – kedang-kadang bergerak perlahan
3 – sering bergerak perlahan
4 – pergerakan aktif / gelisah
5 – pergrakan aktif termasuk badan dan kepala

1 – otot relaks sepenuhnya, tidak ada tonus otot


2 – penurunan tonus otot
3 – tonus otot normal
Tonus otot 4 – peningkatan tonus otot dan fleksi jari tangan
dan kaki
5 – kekakuan otot ekstrim dan fleksi jari tangan
dan kaki
1 – otot wajah relaks sepenuhnya
2 – tonus otot wajah normal, tidak terlihat
tegangan otot wajah yang nyata
Tegangan wajah
3 – tegangan beberapa otot wajah terlihat nyata
4 – tegangan hampir di seluruh otot wajah
5 – seluruh otot wajah tegang, meringis
1 – tekanan darah di bawah batas normal
2 – tekanan darah berada di batas normal secara
konsisten
3 – peningkatan tekanan darah sesekali ≥15% di
atas batas normal (1-3 kali dalam observasi
Tekanan darah
selama 2 menit)
basal
4 – seringnya peningkatan tekanan darah ≥15% di
atas batas normal (>3 kali dalam observasi
selama 2 menit)
5 – peningkatan tekanan darah terus-menerus
≥15%
1 – denyut jantung di bawah batas normal
2 – denyut jantung berada di batas normal secara
konsisten
3 – peningkatan denyut jantung sesekali ≥15% di
atas batas normal (1-3 kali dalam observasi
Denyut jantung selama 2 menit)
basal 4 – seringnya peningkatan denyut jantung ≥15%
di atas batas normal (>3 kali dalam observasi
selama 2 menit)
5 – peningkatan denyut jantung terus-menerus
≥15%
Skor total

Assessment ulang nyeri dilakukan pada pasien yang dirawat lebih dari beberapa jam dan
menunjukkan adanya rasa nyeri, sebagai berikut :
 Lakukan asesmen nyeri yang komprehensif setiap kali melakukan pemeriksaan fisik pada pasien
 Pada pasien yang mengeluh nyeri, pasien yang menjalani prosedur menyakitkan assessment ulang
dilakukan setiap enam jam dan sebelum pasien pulang dari rumah sakit.
Assesment ulang dilakukan dengan mencantumkan hasil analisa nyeri di formulir CPPT atau
menggunakan formulir Comfort Scale jika diperlukan.
TATA LAKSANA
Tujuan penatalaksanaan nyeri antara lain :
• Mengurangi intensitas dan durasi keluhan nyeri
• Menurunkan kemungkinan berubahnya nyeri akut menjadi gejala nyeri kronis yang persisten
• Mengurangi penderitaan dan ketidakmampuan akibat nyeri
• Meminimalkan reaksi tak diinginkan atau intoleransi terhadap terapi nyeri
• Meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengoptimalkan kemampuan pasien untuk
menjalankan aktivitas sehari-hari

Strategi yang dilakukan untuk terapi nyeri ada 2 yaitu :


• Terapi non-farmakologi
 Intervensi psikologis, misalnya : relaksasi, hipnosis, dan lain-lain.
Relaksasi : ada 3 hal yang utama yang perludiperlukanuntukrelaksasi
a. Posisi yang tepat
b. Pikiran beristirahat
c. Lingkungan yang tenang
1. Relaksasi fisik nafas dalam
Tujuan :
- Meningkatkanfungsiparu
- Memelihara pertukaran gas
- Meningkatkan efisiensi batuk
- Mengurangi stress fisik dan emosional
- Menurunkan kecemasan
- Mengurangi nyeri
Langkah-langkah :
- Ciptakan suasana tenang
- Mengatur posisi yang nyaman
- Usahakan rileks dan tenang
- Pejamkan mata, agar bias berkonsentrasi
- Letakkan tangan di dada dan perut untuk merasakan pengembangan paru
dan abdomen menarik nafas dalam dari hidung
- Perlahan udara dihembuskan melalui mulut sambil merasakan
keduatangan dan kaki rileks
- Ulangi selama 1 menit dan dan istirahat 2 menit
- Dan Dilakukan selama 10 menit
- Dilakukan 4 kali sehari
- Bila nyeri hebat lakukan pernafasan cepat dan dangkal

2. Relaksasi mental
Tujuan :
Membantu pengembangan pemahaman pada laporan perilaku pasien dan
mendampingi proses pemikian dan perilaku, melatih keterampilan pengelolaan
suatu persepsi yang realistis
Hipnosis:memberi sugesti atau perintah psikologis atau untuk mengubah
pikiran, perasaan dan perilaku menjadi lebih baik. Bisa mendengar dengan
jelas, dan bisa merespon informasi yang diterima.
Langkah-langkah
- Pastikan suasana tenang dan damai sehingga pasien dapat mengikuti
instruksi-instruksi
- Mulai dengan melemaskan seluruh tubuh anda
- Tarik nafas perlahan sambil memejamkan mata dengan lembut
- Ketika anda sudah merasa rileks, coba anda bayangkan kesuatu masa
yang sangat berkesan, indah dan paling membahagiakan dalam hidup
anda
- Masa yang sangat menyenangkan bagi anda dan dapat anda ingat
dengan mudah
- Suatu masa yang selama ini benar-benar anda rindukan
- Bayangkan masa tersebut, rasakan hal tersebut semakin jelas, semakin
nyata
- Rasakan bahwa anda mulai merasakan bahwa anda kembalike masa
tersebut
- Anda Bersama orang-orang yang menyayangianda dan mulaibenar-
benardapatmengamatisekelilinganda
- Kemudian anda merasa lebih rileks, santai, nyaman, tenang, damai,
bahagia
- Nikmati semua perasaan anda, semakin jelas, semakin nyata
- Sangat nyata, sangat jelas dan saat anda terbangun rasakan bahwa hal
tersebut benar-benar anda rasakan kembali
 Posisikan pasien senyaman mungkin
 Kompres air hangat di tempat yang terasa nyeri
 Pijat

• Terapi farmakologi
 Digunakan obat-obatan analgesik non-opiat dan opiat

Prinsip penatalaksanaan nyeri akut dengan obat harus dimulai dengan analgesik yang paling ringan
sampai ke yang paling kuat. Tahapannya :

Untuk penatalaksanaan nyeri kronik pada pengobatan paliatif, dapat dilakukan tahapan sebagai
berikut :
 Langkah Pertama : untuk nyeri ringan
Digunakan obat aspirin, asetaminofen, dan NSAID’s
 Langkah Kedua : untuk nyeri sedang
Digunakan obat asetaminofen atau aspirin, kodein, hidrocodone, oxycodone, dihydrocodeine, atau
tramadol
Langkah Ketiga : untuk nyeri berat
Digunakan obat morfin, hydromorphone, metadon, levorphanol, fentanyl, dan oxycodone. Bisa
ditambahkan analgesik non opioid maupun adjuvan.
Penatalaksanaan nyeri neuropati agak sedikit berbeda dibandingkan dengan nyeri lainnya karena
hampir sebagian besar nyeri neuropatik tidak berespon terhadap NSAID dan analgesik opioid.
Terapi utamanya adalah tricyclic antidepressants (TCA's), anticonvulsants and systemic local
anesthetics. Agen farmakologi lain yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri neuropati yaitu :
kortikosteroid, terapi topikal dengan substance P depletors, autonomic drugs and antagonist
reseptor NMDA. Contoh obat baru nyeri neuropati yaitu : pregabalin (Lyrica) dari Pfizer.

Macam-macam obat analgesik antara lain :


 Parasetamol
 Salisilat : aspirin, Mg slisilat, diflunisal
 Fenamat : meklofenamat, asam mefenamat
 Asam asetat : Na diklofenak
 Antalgin : metampiron, metamizol, dipiron
 ibuprofen, fenoprofen, ketoprofen, naproksen
 Asam pirolizin karboksilat : ketorolak
 Inhibitor COX-2 : celecoxib, valdecoxib

Pada nyeri dengan skala > 4, dapat diberikan obat intravena antara lain:
d. Analgesia sistemik intravena bolus (NSAID, COX2 inhibitor, opioid, parasetamol)
Obat Dosis Keterangan

Parasetamol 3 x 500-1000 mg KI pada gangguan fungsi hati

Ketorolac 3 x 30 mg Ki: hipersensitifitas, ulkus peptik aktif,


gangguan fgs ginjal

Tramadol 3 x 50-100 mg KI: hipersensitif, mendapatkan


penghambat MAO

Perhatian: peningkatan TIK, ggn fs ginjal


dan hati

Profenid Suppositoria 3 x 100 mg KI :hati-hati pada pasien dengan riwayat


alergi obat dan asma bronchial, ulkus
peptikum aktif, penyakit
tromboembolik,pasien dengan gangguan
fungsi ginjal.

Asam mefenamat 3 x 500 mg KI : riwayat penyakit tromboembolik,


hipersensitifitas

Parecoxib IV 2-3 x 40 mg KI :analgetik post op CABG (Coronary


Artery Bypass Graft), gagal jantung, ulkus
peptik aktif, riwayat alergi setelah
mengkonsumsi NSAID atau asam salisilat

Atau obat lain sesuai


kebutuhan pasien

Perbandingan efek samping obat golongan NSAID dan COX-2 inhibitor :


NSAIDs COX-2 inhibitor
Nyeri perut Menurunkan mucus
Rasa terbakar Menurunkan bikarbonat
Ulcer Menurunkan aliran darah mukosa
Perdarahan Menghambat proliferasi epitel
Pusing Menurunkan masalah gastro intestinal
Berdenging di telinga Meningkatkan insiden serangan jantung
Penyakit pada gnjal dan hati Meningkatkan kejadian infark miokard
a. Patient Controlled Analgesia (PCA) intravena opioid

Obat Dosis Keterangan

Morfin Bolus 1-5 mg Dapat disertai infus morfin


kontinu sesuai kebutuhan
Interval : 5-10 menit

Dosis maksimal : 0,3 mg/kgBB/jam

(atau dapat lebih besar pada pasien dengan


intoleransi opioid)

Fentanyl Bolus 10-50 µg Dapat disertai infus


fentanyl kontinu sesuai
Interval : 5-10 menit
kebutuhan
Dosis maksimal : 30 µg/kgBB/jam

Pethidin Bolus 10-50 mg Dapat disertai infus


pethidin kontinu sesuai
Interval : 5-10 menit
kebutuhan
Dosis maksimal : 3 mg/kgBB/jam

b. Analgesia multimodal
c. Analgesia Epidural
d. Analgesia Intratekal
e. Analgesia Blok Perifer (Interskalenus, Supraklavikula, Femoralis, Sciatic)

Macam-macam analgesik opiat:


• Agonis seperti morfin:
 Morfin
 Hidromorfon
 Oksimorfon
 Leforvanol
 Kodein
 Hidrokodon
 Oksikodon
• Agonis seperti meperidin:
 Meperidin
 Fentanil
 Agonis seperti metadon :
 Metadon
 Propoksifen
 Antagonis :
 Nalokson
 Analgesic sentral :
 Tramadol

Dosis dari obat-obatan golongan opiate :


Dosis Oral (mg) Dosis parenteral (mg)
Codeine 180 NA
Fentanyl patch NA *
Hydrocodone 30 NA
Hydromorphone 4 1.5
Methadone 20 10
Morphine 30 10
Oxycodone 30 NA
Propoxyphene NA
 1 µg fentnyl patch setara dengan kira-kira 2 mg per hari dosis oral morfin.

Efek samping utama golongan opiate :


Efek Manifestasi
Perubahan mood Disforia, euphoria
Kesadaran Lemah, mengantuk, apatis, tidak bias konsentrasi
Stimulasi CTZ Mual, muntah
Depresi pernafasan Kecepatan respirasi turun
Menurunkan motilitasGI Konstipasi
Meningkatkan tonus spinkter Biliary spasm, retensiurin
Pelepasan histamin Urikaria, pruritus, asma
Toleransi Perlu dosis lebih besar untuk mencapai efek yang sama
Dependensi Terjadi gejala putus obat jika dihentikan secara tiba-tiba

Referensi:
1. Institute for Clinical System improvement (ICSI). Health care guideline: assessment and
management of chronic pain. 5th ed. ICSI. 2011
2. https://www.scribd.com/presentation/369930082/3-Peran-Perawat-Dalam-Managemen-
Nyeri-1
MATERI EDUKASI
DIET DAN NUTRISI

DIIT GIZI SEIMBANG

Pengertian :
Gizi seimbang adalah susunan makanan sehari – hari yang mengandung zat – zat gizi
dalam jenis dan jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tubuh, dengan memerhatikan prinsip
keanekaragaman atau variasi makanan, aktivitas fisik, kebersihan, dan berat badan (BB) Ideal.

Pola makan merupakan perilaku paling penting yang dapa tmempengaruhi keadaan gizi. Hal
ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan dan minuman yang dikonsumsi akan
mempengaruhi tingkat kesehatan individu dan masyarakat. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar
dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM) terkait gizi, maka pola makan
masyarakat perlu ditingkatkan kearah konsumsi gizi seimbang.Keadaan gizi yang baik dapat
meningkatkan kesehatan individu dan masyarakat.Gizi yang optimal sangat penting untuk
pertumbuhan normal serta perkembangan fisik dan kecerdasan bayi, anak – anak, serta seluruh
kelompok umur.Gizi yang baik membuat berat badan normal atau sehat, tubuh tidak mudah terkena
penyakit infeksi, produktifitas kerja meningkat serta terllindung dari penyakit kronis kematian dini.

Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari agar seseorang
tetap sehat, dan bagi orang sakit bertujuan meningkatkan status gizi dan membantu kesembuhan,
serta mencegah permasalahan lain misalnya diare atau intoleran terhadap jenis makanan tertentu.

Tujuan Diit :

 Gizi seimbang bertujuan untuk mencegah permasalahan gizi anda


 Meningkatkan dan atau mempertahankan status gizi
 Membantu kesembuhan serta mencegah permasalahan lain.

Syarat Diet :

 Energy sesuai kebutuhan normal


 Protein 10 – 15% dari kebutuhan energy total
 Lemak 10 – 25% dari kebutuhan energy total
 Karbohidrat 60 – 75% dari kebutuhan energy total
 Cukup mineral, vitamin, kaya serat
 Makanan tidak merangsang saluran cerna
 Makanan sehari – hari beranekaragam dan variasi

Bahan makanan yang dianjurkan :


 Semua bahan makanan alami

Makanan yang tidak dianjurkan :

 Bahan makanan yang diawetkan


 Makanan yang dimasak dengan menggunakan minyak atau santan kental / berlebihan
 Makanan yang dimasak dengan menggunakan minyak atau santan kental / berlebihan

DIIT DIABETES MELITUS


Pengertian :

Diebetes Melitus ( DM ) adalah kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
mengalami peningkatan kadar gula ( glukosa )darah akibat kekurangan hoemon insulin secara
absolut atau relatif. Pelaksanaan diet hendaknya disertai dengan latihan jasmani dan perubahan
perilaku tentang makanan.

Tujuan Diit :

 Membantu pasien memperbaiki kebiasaan kebiasaan makan dan olah raga untuk mendapatkan
kontrol metabolik yang lebih baik.
 Mempertahannkan kadar glukosa darah supaya mendekati normal dengan asupan makanan
dengan insulin, dengan obat penurun glukosa oral dan aktifitas fisik.
 Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal.
 Memberi cukup energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal.
 Mengindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin seperti
hipoglikemia, komplikasi jangka pendek, dan jangka lama serta masalah yang berhubungan
dengan latihan jasmani.
 Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi optimal.

Syarat Diit :

 Energy Cukup untuk mencapai dan mempertahankan BB normal. Kebutuhan Energi ditentukan
dengan memperhitungkan kebutuhan untuk metabolisme basal sebesar 25-30 kkal/kgBB
Normal, ditambah kebutuhan utnuk aktifitas fisik dan keadaan khusus, misalnya kehamilan atau
laktasi serta ada tidakya komplikasi. Makanan dibagi salam 3 porsi besar, yaitu makan pasi
(20%), siang (30%) dan sore (25%), serta 2 – 3 porsi kecil untuk makanan selingan (masing –
masing 10 – 15%)
 Kebutuhan protein normal, yaitu 10 – 15% dari kebutuhan energi total
 Kebutuhan lemak sedang yaitu 22 – 25% dari total kebutuhan energi total
 Kebutuhan Karbohidrat adalah sisa dari kebutuhan energi total yaitu 55 – 70%
 Penggunaan gula murni dalam minuman dan makanan tidak diperbolehkan kecuali jumlahnya
sedikit sebagai bumbu. Bila kadar glukosa darah sudah terkendali, diperbolehkan
mengkonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total.
 Penggunaan gula alternatif dalam jumlah terbatas. Gula alternatif adalah bahan pemanis selain
sukrosa.
 Asupan serat dianjurkan 25g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat didalam
sayur dan buah. Menu seimbang rata – arata memenuhi kebutuhan serat sehari.
 Pasien DM dengan tekanan darah normal diperbolehkan mengkonsumsi natrium dalam bentuk
garam dapur seperti orang sehat yaitu 3000mg.hari.

 Cukup vitamin dan mineral.

Bahan makanan yang dianjurkan :

 Sumber KH kompleks
nasi, roti, mi, kentang, singkong, ubi dan sagu
 Sumber protein rendah lemak
ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu, dan kacang – kacangan
 Sumber lemak dan jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna. Makanan
terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus, dan dibakar.
Makanan yang tidak dianjurkan :

 Mengandung banyak gula sederhana


Gula pasir, gula jawa, Sirup, jam, jeli, buah - buahan yang diawetkan dengan gula, susu kental
manis, minuman botol ringan, dan ek krim
 Mengandung banyak natrium
ikan asin, telur asin, makanan yang diawetkan.
 Mengandung banyak lemak
cake, makanan siap saji ( fast food ), goreng – gorengan.

 
DIIT GINJAL DAN SALURAN KEMIH

Pengertian :

Fungsi utama ginjal adalah memelihara keseimbangan homeostatik cairan, elektrolit, dan,
dan sekresi. Disamping bahan – bahan organik dalam tubuh. Hal ini terjadi melalui proses filtrasi,
reabsorpsi, dan sekresi. Disamping itu, ginjal mempunyai fungsi endokrin penting, seperti sintesis
hormon eritropoietin serta sekresi renin dan aldosteron, mengubah vitamin D menjadi bentuk aktif,
dan degradasi berbagai jenis hormon.

Diet khusus diperlukan bila fungsi ginjal terganggu, yaitu pada penyakit – penyakit: sindroma
nefrotik, gagal ginjal akut, penyakit ginjal kronik dengan penurunan fungsi ginjal ringan sampai
berat, penyakit ginjal tahap akhir yang memerlukan transplantasi ginjal atau dialisis, batu ginjal. Diet
pada penyakit ginjal ditekankan pada pengontrolan asupan energi, protein, cairan, elektronik
natrium, kalium, kalsium, dan fosfor.

 
DIIT SINDROMA NEFROTIK

Pengertian :

Sindroma nefrotik atau nefrosis adalah kumpulan manifestasi penyakit yang ditandai oleh
ketidakmampuan ginjal untuk memelihara keseimbangan nitrogen sebagai akibat meningkatnya
permeabilitas membran kapiler glomerulus. Kehilangan protein melalui urin yang ditandai oleh
proteinuria masif (>3,5 g protein/24 jam) menyebabkan hipoalbuminemia yang di ikuti oleh edema
(retensi air), hipertensi, hiperlipidemia, anoreksia, dan rasa lemah.

Tujuan Diit :

1. Menggantikan kehilangan protein terutama albumin


2. Mengurangi edema dan menjaga keseimbangan cairan tubuh
3. Memonitor hiperkkolesterolemia dan penumpukan trigliserida
4. Mengontrol hipertensi
5. Mengatasi anoreksi

Syarat Diet :

1. Energi cukup untuk mempertahankan keseimbangan nitrogen positif, yaitu 35 kkal/kgBB per
hari
2. Protein sedang, yaitu 1,0 gr/kgBB atau 0,8 gr/KgBB ditambah jumlah protein yang dikeluarkan
melalui urin. Utamakan penggunaan protein bernilai bologik tinggi
3. Lemak sedang, yaitu 15 – 20% dari kebutuhan energi total. Perbandingan lemak jenuh, lemak
jenuh tunggal, dan lemak jenuh ganda adalah 1:1:1
4. Karbohidrat sebagai sisa kebutuhan energi. Utamakan penggunaaan karbohidrat komplek
5. Natrium dibatasi, yaitu 1 – 4 gr sehari, tergantung berat ringannya edema
6. Kolesterol dibatasi <300 mg, begitu pula gula murni, bila asa peningkatan trigliserid darah
7. Cairan disesuaikan dengan banyaknya cairan yang dikeluarkan melalui urin ditambah 500ml
pengganti cairan yang dikelurkan melalui kulit dan pernapasan.

 
DIIT GAGAL GINJAL AKUT

Pengertian :

Gagal ginjal akut terjadi karena menurunnya fungsi ginjal secara mendadak yang terlihat
pada penurunan Glomerulo Filtration Rate (GFR) atau tes Kliren Kreatinin (TKK) dan terganggunya
kemampuan ginjal untuk mengeluarkan produk – produk sisa metabolisme. Penyakit ini disertai
oliguria (urin<500 ml/24 jam) sampai anuria. Penyebabnya bermacam – macam, seperti
kekurangan cairan tubuh secara berlebihan akibat diare dan/atau muntah, perdarahan hebat atau
trauma pada ginjal akibat kecelakaan, keracunan obat, dan luka bakar. Pada gagal ginjal akut
terjadi katabolisme protein berlebihan (hiperkatabolisme) yang dipengaruhi oleh berat ringannya
penyakit, gangguan fungsi ginjal, status gizi pasien, jenis terapi yang diberikan. Pemberian diet
disesuaikan dengan keempat hal tersebut. Gejala penyakit dapat disertai anoreksia, nausea, rasa
lelah, gatal, mengantuk, pusing dan sesak napas. Dalam keadaan katabolik sedang dan berat,
pasien memerlukan dialisis. Apabila faktor penyebab dapat diaasi, penyakit dapat disembuhkan,
yang berarti fungsi ginjal kembali normal.

Tujuan Diit :

1. Memberikan makanan secukupnya tanpa memperberat fungsi ginjal


2. Menurunkan kadar ureum darah
3. Menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Memperbaiki dan memepertahankan status gizi optimal dan mempercepat penyembuhan

Syarat Diet :

1. Energi cukup untuk mencegah katabolisme, yaitu 25 – 35 kkal/KgBB


2. Protein disesuaikan dengan katabolisme protein, yaitu 0,6-1,5 g/kgBB. Pada katabolik ringan
kebutuhan protein 0,6-1 g/kgBB, katabolik sedang 0,8-1,2 g/kgBB, dan katabolik berat 1-1,5
g/kgBB
3. Lemak sedang, yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total, atau antara 0,5 – 1,5 g/kgBB. Untuk
katabolisme berat dianjurkan 0,8-1,5 g/kgBB
4. Karbohidrat sebanyak sisa kebutuhan energi setalah dikurangi jumlah energy yang diperoleh
dari protein dan lemak. Apabila terdapat hipertrigliseridemia, batasi penggunaan KH sederhana
atau gula murni
5. Natrium dan kalium dibatasi bila ada anuria
6. Cairan, sebagai penggant cairan yang keluar melalui muntah, diare, dan urin +500ml.
7. Bila kemampuan untuk makan rendah, makanan diberikan dalam bentuk formula enteral atau
parenteral. Bila diperlukan, tambahkan suplemen asam folat, vitamin B 6, Vitamin C, Vitamin A,
dan Vitamin K
 DIIT GAGAL GINJAL KRONIK

Pengertian :

Penyakit Ginjal Kronik (Chonic Kidney Disease) adalah keadaan dimana terjadi penurunan
fungsi ginjal yang cukup berat secara berlahan – lahan (menahun) disebabkan oleh berbagai
penyakit ginjal. Oenyakit ini bersifat progesif dan umumnya tidak dapat pulih kembali (irreversible).
Gejala penyakit ini umumnya adalah tidak ada nafsu makan, mual, muntah, pusing, sesak nafas,
rasa lelah, edema pada kaki dan tangan, serta uremia. Apabila nilai Glomerulo Filtration Rate
(GFR) atau tes kliren kreatinin (TKK) < 25ml/menit, diberikan diet protein rendah.

Tujuan Diit :

1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal dengan memperhitungkan sisa fungsi ginjal,
agar tidak memberatkan kerja ginjal
2. Mencegah dan menurunkan kadar ureum darah yang tinggi (uremia)
3. Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit
4. Mencegah atau mengurangi progresivitas gagal ginjal, dengan memperlambat turunnya laju
filtrasi glomerulus

Syarat Diet :

1. Energi cukup, yaitu 35 kkal/kgBB


2. Protei rendah, yaitu 0,6-0,75 g/kgBB, sebagian harus bernilai biologik tinggi
3. Lemak cukup, yaitu 20-30% dari kebutuhan energi total. Diutamakan lemak tidak jenuh ganda
4. Karbohidrat cukup, yaitu kebutuhan energi total dikurangi energi yang berasal dari protein dan
lemak
5. Natrium dibatasi apabila ada hipertensi, edema, asites, oliguria, atau anuria. Banyaknya
natrium yang diberikan antara 1-3gr.
6. Kalium dibatasi (40-70 mEq) apabila ada hiperkalemia (kalium darah >5,5 mEq), oliguria atau
anuria
7. Cairan dibatasi, yaitu sebanyak jumlah urin sehari ditambah pengeluaran cairan melalui
keringat dan pernapasan (± 500 ml)
8. Vitamin cukup, bila perlu diberikan suplemen piridoksin, asam folat, vitamin C dan Vitamin D
Jenis Diet dan Indikasi Pemberian

1. Diet Protein Rendah I (30 gr Protein)


2. Diet Protein Rendah II (35 gr Protein)
3. Diet Protein Rendah III (40 gr Protein)
DIIT NEFROLITIASIS (Batu Ginjal)

Pengertian :

Batu ginjal terbentuk bila konsentrasi mineral atau garam dalam urin mencapai nilai yang
memungkinkan terbentuknya kristal, yang akan mengendap pada tubulus ginjal atau ureter.
Meningkatnya konsentrasi garam – garam ini disebabkan adanya kelainan metabolisme atau
pengaruh lingkungan. Sebagian besar batu ginjal merupakan garam kalsium, fosfat, oksalat, serta
asam urat. Batu ginjal lainnya adalah batu sistin tetapi jarang terjadi

Batu ginjal lebih banyak ditemukan pada orang dewasa laki – laki dari pada orang dewasa
perempuan. Hiperkalsiuria, hiperurikosuria, rendahnya volume dan Ph urin merupakan faktor risiko
terjadinya batu ginjal. Asupan cairan yang tinggi (2,5-3 liter/hari) dapat menghasilkan paling kurang
2 liter urin/hari,dapat mencegah terbentuknya berbagai jenis batu ginjal. Kebutuhan cairan
bertambah dengan adanya kenaikkan suhu pada lingkungan dan peningkatan aktivitas. Separo
cairan hendaknya adalah air putih.

Gejala batu ginjal adalah rasa nyeri pada abdomen, mual, muntah, enfeksi pada salurah
kemih, dan sering buang air kecil. Penyakit ini sering kambuh kembali. Agar bisa dilakukan upaya
penyembuhan yang teapt, hendaknya dilakukan analisis terhadap jenis batu dan penyakit yang
menjadi penyebabnya.

Tujuan Diit :

1. Mencegah atau memperlambat terbentuknya kembali batu ginjal


2. Meningkatkan ekskresi garam dalam urin dengan cara mengencerkan urin melalui peningkatan
asupan cairan
3. Memberikan diet sesuai dengan komponen utama batu ginjal

Syarat Diet :

1. Energi diberikan sesuai dengan kebutuhan


2. Protein sedang, yaitu 10 – 15% dari total kebutuhan energi total
3. Lemak sedang, yaitu 15 – 20% dari total kebutuhan energi total
4. Karbohidrat sisa dari kebutuhan energi total
5. Cairan tinggi yaitu 2,5 -3 liter/hari, separonya berasal dari minuman
6. Pembatasan makanan sesuai dengan jenis batu
DIIT Batu Kalsium Oksalat dan Kalsium Fosfat

Pengertian :

Sebagian besar batu ginjal terdiri dari batu oksalat (80%), tunggal atau bergabung dengan
kalsium fosfat. Umumnya hiperkalsiuria (>200 mg dalam urin sehari)terjadi karena tingginya
absorpsi kalsium. Penyebabnya bermacam – macam, yaitu hiperparatiroidisme, hiperurikosuria,
hiperkalsiuria idiopatik, hiperoksaluria, dan sitrat dalam urin rendah. Pengobatan utamanya adalah
dengan memperbaiki penyebabnya secara khusus.

Hiperkalsiuria dibagi dalam 2 kelompok, yaitu tipe 1, yang tidak tergantung pada diet
(kalsium dalam urin tidak tergantung pada asupan kalsium) dan tipe II, yang tergantung pada diet
(kalsium urin tinggi, jika asupan kalsium tinggi). Hiperkalsuria tipe I dianjurkan mengkonsumsi
kalsium adekuat tetapi tdak berlebihan. Hiperkalsiuria tipe II dianjurkan mengontrol asupan kalsium
dalam batas – batas normal, yaitu 500-800 ,g untuk laki – laki dan 500-600 mg untuk perempuan.
Pembatasan kalsium tidak dianjurkan, karena dapat menyebabkan keseimbangan kalsium negatif
dan meningkatkan absorbsi oksalat, sehingga meningkatkan risiko pembentukan batu. Asupan
asam oksalat dalam makanan hendak dibatasi.

Tujuan Diit :

Tujuan diet batu kalsium oksalat dan kalsium fosfat adalah untuk mencegah atau memperlambat
terbentuknya batu kalsium oksalat atau batu kalsium fosfat.

Syarat Diet :

1. Energi sesuai dengan kebutuhan


2. Protein sedang, yaitu 10 – 15% dari kebutuhan energi total atau 0,8 gr/kgBB/Hari
3. Lemak normal, yaitu 10 – 25% dari total kebutuhan energi
4. Karbohidrat, sisa dari kebutuhan energi
5. Cairan tinggi, yaitu 2,5-3 liter/hari, setengahnya berasal dari minuman
6. Natrium sedang, yaitu 2300 mg (Setara dengan 5 gram garam dapur), karena natrium dapat
memicu hiperkalsiuria.
7. Kalsium normal, yaitu 500 – 800 mg/hari. Pembatasan kalsium tidak dianjurkan karena dapat
menyebabkan keseimbangan kalsium negatif.
8. Serat tidak larut air tinggi, karena serat dapat mengikat kalsium, sehingga membatasi
penyerapannya.
9. Oksalat rendah dengan membatasi makanan tinggi oksalat
10. Fosfat normal. Diet rendah fosfat ternyata tidak dapat mencegah pembentukan batu fosfat.

Bahan makanan yang dibatasi

1. Sumber kalsium
 Susu dan keju serta makanan yang dibuat dari susu
 Teri dan ikan yang dimakan dengan tulang
2. Sumber oksalat
 Makanan yang dapat meningkatkan eksresi oksalat melalui ginjal yaitu kentang, ubi,
bayam, bit, stroberi, anggur, kacang – kacangan, teh, cokelat.
DIIT Batu Asam Urat

Pengertian :

Batu asam urat berkaitan dengan penyakit gout artritis, yaitu penyakit yang bersifat
melignant dan penyakit gastrointestinal yang disertai dengan diare. Penyakit ini berpengaruh
terhadap metabolisme purin. Batu asam urat terbentuk karena hiperurikemia, dehidtrasi atau nilai
Ph urin yang rendah (bersifat asam). Makanan yang mengandung purin tinggi, umumnya
menghasilkan urin yang bersifat asam dan meningkatkan eksresi asam urat melalui urin. Oleh
sebab itu, disamping meningkatnya asupan cairan dan menghindari makanan yang mengandung
purin tinggi, perlu diusahakan untuk meningkatkan Ph Urin.

Tujuan Diit :

1. Membantu menurunkan kadar asam urat dalam plasma darah


2. Meningkatkan Ph urin menjadi 6,0 – 6,5

Syarat Diet :

1. Energi sesuai kebutuhan


2. Protein cukup yaitu 10 – 15% dari energi kebutuhan total
3. Lemak sedang yaitu 10 – 25% dari energi kebutuhan total
4. Karbohidrat, sisa dari kebutuhan energi total
5. Hindari bahan makanan sumber protein yang mengandung purin >100mg/100 gr bahan
makanan
6. Makanan yang menghasilkan sisa basa tinggi diutamakan dan yang menghasilkan sisa asam
tinggi dibatasi
7. Cairan tinggi yaitu 2,5- 3 liter/hari, setengahnya berasal dari air putih
8. Mineral dan vitamin cukup

Bahan makanan yang disarankan

Susu : Susu, susu asam dan krim

Lemak : minyak kelapa, kelapa, santan

Sayuran : semua jenis sayura terutama bayam dan bit

Buah : semua jenis buah


Bahan makanan yang dibatasi

1. Sumber karbohidrat
Nasi, roti dan hasil terigu lainnya : makaroni, spageti, cereal, mi, cake, dan kue kering
2. Sumber protein
Daging, ikan, kerang, telur, keju, kacang – kacangan, dan hasil olahannya
3. Sumber lemak
Lemak hewan

Bahan makanan yang netral

1. Sumber karbohidrat
Jagung, tapioka, gula, sirup, dan madu
2. Sumber lemak
Minyak goreng selain minyak kelapa, margarin dan mentega
3. Minuman
Kopi dan the
DIIT PENDERITA KANKER

Pengertian :

Kanker adalah pembelahan dan pertumbuhan sel secara abnormal yang tidak dapat
dikontrol sehingga cepat menyebar. Sel – sel ini merusak jaringan tubuh sehingga mengganggu
fungsi organ tubuh yang terkena. Kanker disebut juga Neoplasma maligna. Neoplasma adalah
massa jaringan yang dibentuk oleh sel – sel kanker. Sedangkan maligma berarti ganas.

Penyebab kanker belum doketahui dengan pasti, tapi sering dikairkan dengan faktor
lingkungan (polusi, bahan kia, dan virus) dan makan yang mengandung bahan karsinogen.
Karsinogenesis atau perkembangan kanker terjadi dalam dua tahap, yaitu tahap inisiasi dan
promosi. Inisiasi adalah awal terjadinya perubahan sel yang disebabkan oleh interaksi bahan bahan
kkima, radiasi, dan virus dengan DNA (Deoxyribu Nucleic Acid) dalam sel. Perubahan ini terjadi
dengan sangat cepat, tapi sel yang telah berubah ini tidak aktif selama waktu yang tidak dapat
ditentukan, sehingga pada tahap ini tidak dapat dirasakan oleh pasien. Tahap promosi adalah tahap
berikutnya, yaitu aktifnya sel – sel kanker yang menjadi matang, berkembang, dan kemudian
menyebar dengan cepat. Tahap inisiasi hingga manisfestasi klinis dapat terjadi dalam waktu 5 – 20
tahun.

Walaupun mekanismenya belum diketahui dengan pasti, tetapi gizi diduga dapat mengubah
proses karsinogenesis, termasuk metabolisme karsinogen, pertahanan sel, diferensiasi sel, dan
pertumbuhan tumor. Sebaliknya, keadaan gizi pasien dipengaruhi oleh pertumbuhan tumor dan
pengobatan medis yang diberikan, seperti pembedahan, radiasi, kemoterapi, dan trasplantasi. Oleh
sebab itu diperlukan pengertian tentang jalannya penyakit dalam memberikan terapi diet.

Masalah Gizi pada Penyakit kanker :

Ganggguan gizi yang dapat timbul pada pasien penyakit kanker disebabkan kurangnya
asupan makanan, tindakan medik, efek psikologik, dan pengaruh keganasan sel kanker. Gejala
kanker dalam keadaan berat dinamakan Cachexia yang manifestasinya secara klinis adalah
anoreksiam, penurunan berat badan, gangguan reflleks, lemas, anemia, kurang energy protein, dan
keadaan deplesi secara keseluruhan.
Bebrapa faktor penyebab gangguan gizi yang dapat timbul pada penyakit kanker adalah :

1. Kurang nafsu makan yang disebabkan oleh faktor psikolik dan lost response terhadap kanker
berupa cepat kenyak atau perubahan pada indra pengecap (lidah)
2. Gangguan asupan makanan dan gangguan gizi karena :
a) Gangguan pada saluran cerna, dapat berupa kesulitan mengunyah, menelan, dan
penyumbatan
b) Ganguuan absorpsi zat gizi
c) Kehilangan cairan dan elektrolit karena muntah – muntah dan diare
3. Perubahan metabolisme protein, karbohidrat, dan lemak
4. Peningkatan pengeluaran energy

Tujuan Diit :

Tujuan diet penyakit kanker adalah untuk Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal
dengan cara :

 Memberikan makanan yang seimbang sesuai dengan keadaan penyakit serta daya terima
pasien
 Mencegah atau menghambat penurunan berat badan secara berlebih
 Mengurangi rasa mual, muntah, dan diare
 Mengupayakan perubahan sikap dan perilaku sehat terhadap makanan oleh pasien dan
keluarganya.

Syarat Diit :

 Energy tinggi, yaitu 36 kkal/kgBB untuk laki – laki dan 32 kkal/kgBB untuk perempuan. Apabila
pasien berada dalam keadaan gizi kurang, maka kebutuhan menjadi 40 kkal/kgBB untuk laki – laki
dan 36 kkal/kgBB untuk perempuan
 Pritein tinggi yaitu 1 – 1,5 gr/kgBB
 Lemak sedang yaitu 15-20% dari kebutuhan energy total
 Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energy total
 Vitamin dan mineral cukup, terutama vitamin A, B Kompleks, C dan E. Bila perlu ditambah dengan
bentuk suplemen
 Rendah iodium bila sedang menjalani kemoterapi agresif, pasien harus mendapat makanan yang
streil
 Porsi makan kecil tapi sering diberikan

Bahan makanan yang dianjurkan :

 Sumber KH kompleks
nasi, roti, mi, kentang, singkong, ubi dan sagu
 Sumber protein rendah lemak
ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu, dan kacang – kacangan
 Sumber lemak dan jumlah terbatas yaitu bentuk makanan yang mudah dicerna. Makanan
terutama diolah dengan cara dipanggang, dikukus, disetup, direbus, dan dibakar.
 
DIIT HIPEREMESIS

Pengertian :

Hiperemesis adalah suatu keadaan pada awal kehamilan (sampai trimester II) yang ditandai
dengan rasa mual dan muntah yang berlebihan dalam waktu relatif lama. Keadaan ini bila tidak
diatasi dapat menyebabkan dehidrasi dan penurunan berat badan. Ciri khas diet hiperemesis
adalah pada penekanan pemberian makanan sumber karbohidrat kompleks, terutama pada pagi
hari serta menghindari makanan yang berlemak dan goreng – gorengan untuk menekan rasa mual
dan muntah. Pemberian makan dan minum sebaiknya berjarak.

Tujuan :

1. Menggantikan persediaan glikogen tubuh dan mengontrol asidosis


2. Secara berangsur memberikan makanan berenergi dan zat gizi yang cukup

Syarat Diet :

1. Karbohidrat Tinggi, yaitu 75 – 80 % dari kebutuhan energi total


2. Lemak rendah, yaitu ≤ 10% dari kebutuhan energi total
3. Protein sedang, yaitu 10 – 15% dari kebutuhan energi total
4. Makanan diberikan dalam bentuk kering, pemberian cairan disesuaikan dengan keadaan
pasien, yaitu 7 – 10 gelas per hari.
5. Makanan mudah cerna, tidak merangsang saluran cerna, dan diberikan sering dalam porsi kecil
6. Bila makan pagi dan siang sulit diterima, dioptimalkan makan malam dan selingan malam
7. Makanan secara berangsur ditingkatkan dalam porsi dan nilai gizi sesuai dengan keadaan dan
kebutuhan gizi pasien

 Macam diet dan indikasi pemberian :

1. Diet Hiperemesis I
Diet Hiperemesis I diberikan kepada pasien dengan hiperemesis berat. Makanan hanya terdiri
dari roti kering, singkong bakar atau rebus, ubi bakar atau rebus, dan buah – buahan. Cairan
tidak diberikan bersama makanan, tetapi 1 – 2 jam sesudahnya. Semua zat gizi pada makanan
ini kurang kecuali vitamin C, sehingga hanya diberikan selama beberapa hari.
2. Diet Hiperemesis II
Diet Hiperemesis II diberikan bila rasa mual dan muntah sudah berkurang. Secara berangsur
mulai diberikan bahan makanan yang bernilai gizi tinggi. Minuman tidak diberikan sersama
makanan. Pemilihan bahan makanan yang tepat pada tahap ini dapat memenuhi kebutuhan
gizi, kecuali kebutuhan energi.

3. Diet Hiperemesis III


Diet Hiperemesis III diberikan kepada pasien dengan hiperemesis ringan. Sesuai dengan
kesanggupan pasien, minuman boleh diberikan bersama makanan. Makanan ini cukup energi
dan semua zat gizi.

 
DIIT PREEKLAMPSIA

Pengertian :

Preeklampsia merupakan sindroma yang terjadi pada saat kehamilan masuk pada minggu
kedua puluh dengan tanda dan gejala seperti Hipertensi, Proteinuria, kenaikkan berat badan yang
cepat (karena edema), mudah timbul kemerah – merahan, mual, muntah, pusing, nyeri
lambung,oliguria, gelisah, dan kesadaran menurun. Ciri khas diet ini adalah memperhatikan asupan
garam dan protein.

Tujuan :

1. Mencapai dan mempertahankan status gizi optimal


2. Mencapai dan mempertahankan tekanan darah normal
3. Mencegah atau mengurangi retensi garam atau air
4. Mencapai keseimbangan nitrogen
5. Menjaga agar penambahan berat badan tidak melebihi normal
6. Mengurangi atau mencegah timbulnya faktor resiko lain ayau penyulit baru pada saat
kehamilan atau setelah melahirkan

Syarat Diet :

1. Energi dan semua zat gizi cukup. Dalam keadaan berat, makanan diberikan secara berangsur,
sesuai dengan kemampuan pasien menerima makanan. Penambahan energi tidak lebih dari
300 kkal dari makanan atau diet sebelum hamil.
2. Garam diberikan rendah sesuai dengan berat – ringannya retensi garam atau air. Penambahan
berat badan diusahakan dibawah 3 kg/bulan atau dibawah 1 kg/minggu.
3. Protein tinggi (1 ½ - 2 kg/BB)
4. Lemak sedang, sebagian lemak berupa lemak tidak jenuh tunggal dan lemak tidak jenuh ganda
5. Vitamin cukup, vitamin C dan B6 diberikan sedikit lebih tinggi
6. Mineral cukup terutama kalsium dan kalium
7. Bentuk makanan disesuaikan dengan kemampuan makan pasien
8. Cairan diberikan 2500ml sehari. Pada leadaan oliguria, cairan dibatasi dan disesuaikan dengan
cairan yang keluar melalui urin, muntah, keringat, dan pernapasan.
 Macam diet dan indikasi pemberian :

1. Diet preeklampsia I
Diet Preeklampsia I diberikan kepada pasien dengan preeklampsia berat. Makanan diberikan
dalam bentuk cair, yang terdiri dari susu dan sari buah. Jumlah cairan diberikan paling sedikit
1500ml sehari peroral, dan kekurangannya diberikan secara parenteral. Makanan ini kurang
energi dan zat gizi, karena itu hanya diberikan selama 1 – 2 hari.
2. Diet preeklampsia II
Diet Preeklampsia II diberikan sebagai makanan perpindahan dar diet Preeklampsia I atau
kepada pasien preeklampsia yang penyakitnya tidak begitu berat. Makanan berbentuk saring
atau lunak dan diberikan sebagai Diet Rendah Garam I. Makanan ini cukup energi dan zat gizi
lainnya.
3. Diet Preeklampsia III
Diet Preeklampsia III diberikan sebagai makanan perpindahan dari diet preeklampsia II atau
kepada pasien dengan preeklampsia ringan. Makanan ini mengandung protein tinggi dan
garam rendah, diberikan dalam bentuk lunak atau biasa. Makanan ini cukup semua zat gizi.
Jumlah energi harus disesuaikan dengan kenaikkan berat badan yang boleh lebih dari 1 kg tiap
bulan.

 
DIIT RENDAH CHOLESTEROL

Pengertian :

Dislipidemia adalah kelainan metabolisme lipid yang ditandai dengan peningkatan atau
penurunan fraksi lipid dalam plasma. Kelaianan fraksi lipid yang utama adalah kenaikan kadar
kolesterol total, kolesterol Low Density Lipoprotein (LDL), dan trigliserid serta penurunan kadar
kolesterol High Density Lipoprotein (HDL). Peningkatan kadar kolesterol, terutama LDL atau
Trigliserida darah perlu mendapat perhatian karena merupakan predisposisi terhadap terjadinya
aterosklerosis atau penyakit jantung koroner. HDL mempunyai pengearuh sebaliknya. Peningkatan
kadar HDL plasma menunrunkan risiko terhadap penyakit jantung koroner. Rendahnya HDL
dibuhungkan dengan hipertrigliseridemia.

Pengobatan dislipidemia berdasarkan asumsi bahwa normalisasi nilai lipid darah


mengurangi risiko terhadap aterogenesis dan penyakit kardiovaskuler. Kolesterol terutama
disintesis didalam hati dari hasil ,etabolisme karbohidrat, lemak, dan protein. Penyebab utama
peningkatan kolesterol dalam darah adalah faktor keturunan dan asupan lemak tinggi. Asupan
lemak total berhubungan dengan kegemukan, yang merupakan faktor risiko utama untuk terserang
aterosklerosis. Pengaruh lemak makanan pada penyakit jantung koroner berhubungan dengan
pengaruh komponen asam lemak dan kolesterol terhadap kolesterol darah, terutama kolesterol
LDL. Asam lemak tidak jenuh ganda dan asam lemak tidak jenuh tunggal, serat larut air,
karbohidrat kompleks, dan diet vegetarian mempunyai pengaruh baik terhadap kadar lipid darah,
sedangkan asam lemak jenuh, kolesterol dan kegemukan mempunyai pengaruh kurang baik
terhadap kadar lipid darah yang berkaitan dengan risiko penyakit janjtung koroner. Pilar utama
pengelolaan dislipidemia adalah upaya nonfarmokologis yang meliputi modifikasi diet, latihan
jasmani, dan pengelolaan berat badan.

Trigliserida dalam tubuh berasal dari lemak makanan atau dari hasil perubahan unsur –
unsur energi yang berlebihan didalam tubuh. Trigliserida dangkut oleh Very Lov Density Lipoprotein
(VLDL) atau kilomikron ke jaringan tubuh sebagai sumber energi atau ke jaringan lemak untuk
disimpan. Penyebab utama peningkatan trigliserida darah adalah faktor genetik, kegemukan,
alkohol, hormon estrogen, obat – obatan, diabetes melitus tidak terkontrol, penyakit Ginjal Kronik,
Penyakit Hati serta asupan karbohidrat sederhana berlebihan.
Diet yang diperuntukkan bagi pasien dengan penyakit jantung koroner, gagal jantung,
atherosclerosis, stroke, hiperkolesterolnemia, hipertrigliserida.

Tujuan Diit :

 Menurunkan berat badan bila kegemukan


 Mengubah jenis dan asupan makaanan
 Menurunkan asupan kolesterol makanan
 Meningkatkan pengetahuan tentang pemilihan makanan yang rendah lemak dan kolesterol

Bahan makanan yang dianjurkan :

 Sumber zat tenaga : beras, kentang, ubi,


 Sumber zat pembangun : ikan, putih telur, ayam tanpa kulit,tempe, tahu, kacang-kacangan.
 Sumber zat pengatur : sayur yang diolah dengan direbus, dikukus, atau disetup dan buah-
buahan

Makanan yang tidak dianjurkan :

 Sumber zat tenaga : makanan jadi (biscuit, krakers berlemak).


 Sumber zat pembangun : daging kambing, jerohan, sarden, daging babi, kuning telur, susu
kental manis, es krim, keju.
 Minyak kelapa sawit, margarine, mayones, mentega.
DIIT RENDAH GARAM

Pengertian :

Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh yang mempunyai fungsi
menjaga keseimbangan cairan dan asam basa tubuh, serta berperan dalam tranmisi saraf dan
kontraksi otot. Asupan makanan sehari hari umumnya mengandung lebih banyak natrium dari pada
yang dibutuhkan tubuh. Dalam keadaan normal, jumlah natrium yang dikeluarkan tubuh melalui urin
sama dengan jumlah yang dikonsumsi, sehingga terdapat keseimbangan.

Makanan sehari – hari biasanya cukup mengandung natrium yang dibuthkan sehingga tidak
ada penetapan kebutuhan natrium sehari. WHO menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur
hingga 6 gram sehari .

Asupan natrium yang berlebihan, terutama dalam bentuk natrium klorida, dapat
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan tubuh, sehingga menyebabkan edema atau asites
dan/atau hipertensi. Penyakit – penyakit tertentu seperti sirosis hati, penyakit ginjal tertentu,
dekompensasio kordis, toksemia pada kehamilan dan hipertensi esensial dapat menyebabkan
gejala edema atau asites dan/atau hipertensi. Dalam keadaan demikian asupan garam natrium
perlu dibatasi.

Diit Rendah Garam adalah garam natrium seperti yang terdapat di dalam garam dapur,
sodda kue, baking powder, natrium benzoat, dan vetsin (mono sodium glutamat).

Tujuan Diit

Tujuan diit RG adalah untuk membantu menghilangkan retensi garam atau air dalam jaringan tubuh
dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

Syarat Diit

 Cukup energi, protein, mineral, dan vitamin


 Bentuk makanan sesuai dengan keadaan penyakit
 Jumlah natrium disesuaikan dengan berat tidaknya retensi garam atau air dan atau hipertensi.
Bahan makanan yang dianjurkan :

 Sumber Karbohidrat : Beras, kentang, singkong, terigu, tapioka, hunkwe, gula, makanan
yang diolah dari bahan makanan tersebut diatas tanpa garam dapur dan soda seperti
(makaroni, mi, bihun, roti, biskuit, kue kering)
 Sumber protein hewani : Daging dan ikan maksimal 100gr sehari ; terlur maksimal 1 butir
sehari.
 Sumber protein nabati : semua kacang - kacangan dan hasilnya yang diolah dan dimasak tanpa
garam dapur.
 Sayuran : semua sayuran segar ; sayuran yang diawetkan tanpa garam dapur dan natrium
benzoat.
 Buah - buahan : Semua buah - buahan segar ; buah - buahan yang diawetkan tanpa garam
dapur dan natrium benzoat.

Makanan yang tidak dianjurkan :

 Sumber KH
Roti, Biskuit dan kue - kue yang dimasak dengan garam dapur dan atau baking powder dan
soda.
 Sumber protein hewani
telur max. 1 butir sehari, Otak, ginjal, lidah, sardin, daging, ikan, susu, dan telur yang diawet
dengan garam dapur seperti daging asap, ham, bacon, dendeng, abon, keju, ikan asin, ikan
kaleng, kornet, ebi, udang kering, telur asin, dan telur pindang.
 Sumber Protein Nabati
keju kacang tanah dan semua kacang - kacangan dan hasilnya yang dimasak dengan garam
dapur dan lain ikatan natrium.
 Sayuran dan buah—buahan
sayuran dan buah—buahan yang dimasak dan diawetkan dengan garam dapur dan lain ikatan
natrium, seperti sayuran dalam kaleng, sawi asin, asinan, dan acar.
 

 
DIIT GOUT ARTRITIS

Pengertian :

Gizi seimbang adalah makanan yang dikonsumsi oleh individu sehari-hari yang
beranekaragam dan memenuhi lima kelompok zat gizi (Karbohidrat, Protein, Lemak, Mineral dan
Vitamin) dalam jumlah yang cukup dan tidak kekurangan.

Gout adalah salah satu penyakit atritis yang disebabkan oleh metabolism abnormal purin
yang ditandai dengan meningkatnya kadar asam urat dalam darah. Hal ini diikuti dengan
terbentuknya timbunan Kristal berupa garam urat di persendian yang menyebabkan peradangan
sendi pada lutut dan / atau jari. Diet berupa rendah purin, rendah lemak, cukup vitamin dan mineral.
Diet ini dapat menurunkan berat badan, bila ada tanda—tanda berat badan berlebih.

 Tujuan Diit :

Tujuan diet Gout Artritis adalah untuk mencapai dan mempertahankan status gizi optimal serta
menurunkan kadar asam urat dalam darah dan urin.

Syarat Diet :

1. Energy sesuai dengan kebutuhan tubuh.

2. Protein cukup

3. Hindari bahan makanan sumber protein yang mempunyaikandungan purin > 150gr/100gr

4. Lemak sedang

5. Karbohidrat dapat diberikan lebih banyak (sumber karbohidrat kompleks)

6. Vitamin dan mineral cukup sesuai dengan kebutuhan

7. Cairan disesuaikan dengan urin yang dikeluarkan setiap hari. Rata—rata 2—2 1/2 liter/hari.

Jenis diet

Jika kadar asam urat > 7,5

1. Diet purin rendah I / DPR I ( 1500 kkal)

2. Diet purin rendah II/ DPR II( 1700 kkal)

 
Pengelompokkan bahan makanan menurut kadar purin dan anjuran makan :

1. Kelompok 1 (100-1000 mg purin/100gr bahan makanan)-> Hindari


Otak, hati, jantung, ginjal, jeroan, ekstrak daging/kaldu, bebek, ikan sardin, makarel, remis,
dan kerang.
2. Kelompok 2 (9-100mg purin/100gr bahan makanan) -> dibatasi
max 50-75gr (1-1 1/2 potong) daging, ikan atau unggus, atau 1 mangkok (100gr) sayuran
sehari. Daging sapi dan ikan ( kecuali yang terdapat dalam kelompok 1) ayam, udang, kacang
kering dan hasil olah, seperti tahu / tempe, asparagus, bayam, daun singkong, kangkung,
daun dan biji melinjo.
3. Kelompok 3 (Kandungan purin rendah) -> dapat diabaikan
Nasi, ubi, singkong, jagung, roti, mi, bihun, tepung beras, cake, kue kering, pudding, susu,
keju, lemak, minyak, gila, sayuran dan buah—buahan (kecuali sayuran dalam kelompok 2)

 
DIIT RENDAH SERAT

Pengertian :

Diet Rendah Serat adalah makanan yang terdiri dari bahan makanan rendah serat dan
hanya sedikit meninggalkan sisa. Yang di maksud dengan sisa adalah bagian – bagian makanan
yang tidak diserap seperti yang terdapat di dalam susu dan produk susu serta serat daging yang
berserat kasar. Disamping itu, makanan lain yang merangsang saluran pencernaan harus dibatasi.

Tujuan Diit :

Tujuan diet rendah serat adalah untuk memberikan makanan sesuai kebutuhan gizi yang sedikit
mungkin meninggalkan sisa sehingga dapat membatasi volume feses, dan tidak merangsang
saluran cerna.

Syarat Diet :

 Energy cukup sesuai dengan umur, gender, dan aktivitas


 Protein cukup, yaitu 10 – 15% dari kebutuhan energy total
 Lemak sedang, yaitu 10 – 25% dari kebutuhan energy total
 Karbohidrat cukup, yaitu sisa kebutuhan energy total
 Menghindari makananberserat tinggi dan sedang sehingga asupan serat maksimal 8gr/hari.
Pembatasan ini disesuaikan dengan toleransi perorangan.
 Menghindari susu, produk susu, dan daging berserat kasar (liat) sesuai dengan toleransi
perorangan.
 Menghindari makanan yang terlalu berlemak, terlalu manis, terlalu asam, dan berbumbu
tajam.
 Makanan dimasak hingga lunak dan dihidangkan pada susu tidak terlalu panas dan dingin
 Makanan sering diberikan dalam porsi kecil
 Bila diberikan untuk jangka waktu lama atau dalam keadaan khusus, diet perlu disertai
suplemen vitamin dan mineral, makanan formula, atau makanan parenteral.
Diet rendah serat diberikan kepada pasien dengan diare berat, peradangan saluran cerna
akut, divertikulitis akut, obstipasi spastik, penyumbatan sebagian saluran cerna, hemoroid berat,
serta pada pra dan pascabedah saluran cerna. Diet biasanya rendah dalam beberapa jenis zat gizi,
sehingga hanya diberikan untuk jangka waktu pendek. Bila diperlukan, disamping diet diberikan
suplemen vitamin dan mineral dan/atau makanan parenteral. Menurut beratnya penyakit diberikan
diet sisa rendah I atau II.

Diet rendah serat I

Diet rendah serat I adalah makanan yang diberikan dalam bentuk disaring atau diblender. Makanan
ini menghindari makanan berserat tinggi dan sedang, bumbu yang tajam, susu, daging berserat
kasar (liat), dan membatasi penggunaan gula dan lemak. Kandungan serat maksimal 4 gram. Diet ini
rendah energy dan sebagian besar zat gizi.

Bahan makanan yang dianjurkan :

 Sumber karbohidrat
Bubur disaring, roti bakar, kentang dipure, makaroni, mi, bihun direbus, biskuit kreakers,
tepung – tepungan dipuding atau dibubur.
 Sumber protein hewani
Daging empuk, hati, ayam, ikan digiling halus ; telur direbus, di tim, di ceplok air atau
sebagai campuran dalam makanan dan minuman
 Sumber protein nabati
Tahu di tim dan direbus, susu kedelai.
 Sayuran
Sari sayuran
 Buah – buahan
Sari buah
 Minuman
Teh, sirup, kopi encer
 Bumbu
Garam, vetsin, gula
Makanan yang tidak dianjurkan :

  Sumber karbohidrat
Beras tumbuk, beras ketan, roti whole wheat, jagung, ubi, singkong, talas, cake, tarcis,
dodol, tepung – tepungan yang dibuat kue manis.
 Sumber protein hewani
Daging berserat kasar, ayam dan ikan yang diawet, digoreng kering; telur di ceplok; udang
dan kerang, susu dan produk susu.
 Sumber protein nabati
Kacang – kacangan seperti kacang tanah, kacang merah, kacang tolo, kacang hijau,
kacang kedelai, tempe, dan oncom.
 Sayuran
Sayuran dalam keadaan utuh
 Buah – buahan
Buah dalam keadaan utuh
 Minuman
Teh dan kopi kental, minuman beralkohol dan mengandung soda
 Bumbu
Bawang, cabai, jahe, merica, ketumbar, cuka dan bumbu lain yang tajam.

Diet rendah serat II

Diet rendah serat II merupakan makanan peralihan dari diet sisa rendah I ke makanan
biasa. Diet ini dberikan bila penyakit mulai membaik atau bila penyakit bersifat kronis. Makanan
diberikan dalam bentuk cincang atau lunak. Makanan berserat sedang diperbolehkan dalam jumlah
terbatas, sedangkan makanan berserat tinggi tidak diperbolehkan. Susu diberikan maksimal 2 gelas
sehari. Lemak dan gula diberikan dalam bentuk mudah cerna. Bumbu kecuali cabai, merica dan
cuka, boleh diberikan dalam julah terbatas. Kandungan serat diet ini adalah 4-8 gram/hari.

Bahan makanan yang dianjurkan :

 Sumber karbohidrat
Beras dib/ditim, roti bakar, kentang rebus, kreakers, tepung – tepungan dibubur atau dibuat
puding.
 Sumber protein hewani
Daging empuk, hati, ayam, ikan direbus, ditumis, dikukus, diungkep, dipanggang, telur
direbus, di tim, di ceplok air, dicampur dalam makanan dan minuman; susu maksimal 2
gelas perhari.
 Sumber protein nabati
Tahu, tempe ditim, direbus, ditumis, pindakas, susu kedelai
 Sayuran
Sayuran yang berserat rendah dan sedang seperti;kacang panjang, buncis muda, bayam,
labu siam, tomat masak, wortel direbus, di kukus, ditumis
 Buah – buahan
Semua sari buah; buah segar yang matang (tanpa kulit dan biji) dan tidak banyak
menimbulkan gas, seperti; pepaya, pisang, jeruk, avokad, nenas.
 Lemak
Margarin,mentega, dan minyak dalam jumlah terbatas, untuk menumis, mengoles, dan
setup
 Minuman
Teh encer, kopi dan sirup
 Bumbu
Garam, vetsin, gula, cuka, salam, laos, kunyit, kunci dalam jumlah terbatas

Makanan yang tidak dianjurkan :

  Sumber karbohidrat
Beras ketan, beras tumbuk/merah, roti, whole wheat, jagung, ubi, singkong, talas, tarcis,
dodol dan kue – kue lain yang manis dan gurih.
 Sumber protein hewani
Daging berserat kasar (liat) serta daging, ikan, ayam diawet; daging babi, telur mata sapi,
telur dadar
 Sumber protein nabati
Kacang merah serta kacang – kacang kering seperti kacang tanah, kacang hijau, kacang
kedelai, dan kacang tolo.
 Sayuran
Sayuran yang berserat tinggi seperti daun singkong, daun singkong, daun katuk, daun
pepaya, daun dan buah melinjo, oyong, pare serta semua sayuran yang dimakan mentah.
 Buah – buahan
Buah – buahan yang dimakan dengan kulit, seperti apel, jambu biji dan pir serta jeruk yang
dimakan dengan kulit ari, buah yang menimbulkan gas seperti durian dan nangka.
 Lemak
Minyak untuk menggoreng, lemak hewani, kelapa, dan santan.
 Minuman
Kopi dan teh kental; minuman yang mengandung soda dan alkohol.
 Bumbu
Cabai dan merica
DIIT TINGGI KALORI TINGGI PROTEIN

Pengertian :

Diet Tinggi Kalori Tinggi Protein (TKTP) adalah diet yang mengandung energi dan protein di
atas kebutuhan normal. Diet diberikan dalam bentuk makanan biasa ditambah bahan makanan
sumber proten tinggi seperti susu, telur dan daging, atau dalam bentuk minuman enteral Tinggi
Kalori Tinggi Protein. Diet ini diberikan bila pasien telah mempunyai cukup nafsu makan dan dapat
menerima makanan lengkap.

Tujuan Diit :

 Memenuhi kebutuhan energi dan protein yang meningkatkan untuk mencegah dan
mengurangi kerusakan jaringan tubuh
 Menambah berat badan hingga mencapai berat badan ideal

Syarat Diet :

 Energy tinggi, yaitu 40 – 45 kkal/kgBB


 Protein tinggi, yaitu 2 – 2,5 kkal/kgBB
 Lemak cukup, yaitu 10 – 25 kkal % dari kebutuhan energi total
 Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total
 Vitamin dan mineral cukup, sesuai kebutuhan normal
 Makanan diberikan dalam bentuk mudah cerna

Bahan makanan yang dianjurkan :

 Sumber Karbohidrat
Nasi, roti, mie, kentang, makaroni dan hasil olah tepung – tepungan lain, seperti cake,
tarcis, puding, dan pastri; dodol ; ubi; karbohidrat sederhana seperti gula pasir.
 Sumber Protein
Daging sapi, ayam, ikan, telur,susu, dan hasil olahan seperti keju dan yoghurt custard dan
eskrim
 Sumber protein nabati
Semua jenis kacang – kacangan dan hasil oloahannya seperti tahu dan tempe
 Sayuran
Semua jenis sayuran terutama jenis B, seperti bayam, buncis, daun singkong, kacang
panjang, labu siam dan wortel, di rebus, di kukus dan di tumis
 Buah – buahan
Semua jenis buah segar, buah kaleng, buah kering dan jus buah
 Lemak dan minyak
Minyak goreng, mentega, margarin, santan encer, salad dreesing
 Minuman
Soft drink, madu, sirup, teh, kopi encer
 Bumbu
Bumbu todak tajam, seperti bawang merah, bawang putih, laos, salam, dan kecap

Makanan yang tidak dianjurkan :

  Sumber Karbohidrat
 Sumber Protein
Dimasak dengan banyak minyak atau kelapa/santan kental
 Sumber protein nabati
Di masak dengan banyak minyak atau kelapa / santan kental
 Sayuran
Di masak dengan banyak minyak atau kelapa / santan kental Buah – buahan
 Lemak dan minyak
Santan kental
 Minuman
Minuman rendah energy
 Bumbu
Bumbu yang tajam, seperti cabe dan merica
 

MATERI EDUKASI
CUCI TANGAN

 
CUCI TANGAN

1. KEBERSIHAN TANGAN
Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir
bila tangan jelas kotor atau terkena cairan tubuh, atau menggunakan alkohol (alcohol-based
handrubs)bila tangan tidak tampak kotor.
Kuku petugas harus selalu bersih dan terpotong pendek, tanpa kuku palsu, tanpa memakai
perhiasan cincin.
Cuci tangan dengan sabun biasa/antimikroba dan bilas dengan air mengalir, dilakukan pada
saat:
a) Bila tangan tampak kotor, terkena kontak cairan tubuh pasien yaitu darah, cairan
tubuh sekresi, ekskresi, kulit yang tidak utuh, ganti verband, walaupun telah
memakai sarung tangan.
b) Bila tangan beralih dari area tubuh yang terkontaminasi ke area lainnya yang
bersih, walaupun pada pasien yang sama.

Indikasi kebersihan tangan:


a) Sebelum kontak pasien;
b) Sebelum tindakan aseptik;
c) Setelah kontak darah dan cairan tubuh;
d) Setelah kontak pasien;
e) Setelah kontak dengan lingkungan sekitar pasien
Kriteria memilih antiseptik:
a) Memiliki efek yang luas, menghambat atau merusak mikroorganisme secara luas
(gram positif dan gram negative,virus lipofilik,bacillus dan tuberkulosis,fungiserta
endospore)
b) Efektifitas
c) Kecepatan efektifitas awal
d) Efek residu, aksi yang lama setelah pemakaian untuk meredam pertumbuhan
e) Tidak menyebabkan iritasi kulit
f) Tidak menyebabkan alergi Hasil yang ingin dicapai dalam kebersihan tangan
adalah mencegah agar tidak terjadi infeksi, kolonisasi pada pasien dan mencegah
kontaminasi dari pasien ke lingkungan termasuk lingkungan kerja petugas.
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayamam Kesehatan
MATERI EDUKASI

TEKNIK
REHABILITASI
TEKNIK REHABILITASI

1. Pengertian
Rehabilitasi adalah suatu program yang disusun untuk memberi kemampuan
kepada penderita yang mengalami disabilitas fisik dan atau penyakit kronis, agar mereka
dapat hidup atau bekerja sepenuhnya sesuai dengan kapasitasnya (Harsono, 1996).
Program rehabilitasi menurut Ibrahim (2001) tidak hanya terbatas pada pemulihan
kondisi semata, tetapi juga mencakup rehabilitasi yang bersifat psikososial, penuh dengan
kasih sayang serta empati yang luas, guna membangkitkan penderita. Rehabilitasi medik
meliputi tiga hal, yaitu rehabilitasi medikal, sosial, dan vokasional.
Rehabilitasi medik dalam ilmu kedokteran adalah suatu disiplin ilmu yang berperan
dalam pemulihan gangguan fungsi baik secara fisik, psikologi, edukasi dan sosial.
Pemulihan fungsi itu tentu bukan berarti semua pasien yang fungsinya terganggu dengan
rehabilitasi medik akan menjadi normal seperti semula, karena banyak faktor-faktor yang
mempengaruhi proses pemulihan fungsi ini. Faktor tersebut adalah seberapa berat
penyebab gangguan fungsi ini, apakah permanen atau sementara, apakah progresif,
seberapa besar sisa fungsi yang masih ada, Adakah gangguan lain yang memperberat atau
menghambat proses pengembalian fungasi misalnya depresi, gangguan kognisi termasuk
gangguan komunikasi. Faktor dari luar penderita sendiri misalnya penerimaan dan
dukungan dari keluarga / masyarakat sekelilingnya
2. Prinsip-Prinsip Rehabilitasi
Prinsip-prinsip rehabilitasi menurut Harsono (1996) adalah:
a. Rehabilitasi dimulai sedini mungkin, bahkan dapat dikatakan bahwa rehabilitasi segera
dimulai sejak dokter melihat penderita untuk pertama kalinya.
b. Tidak ada seorang penderitapun yang boleh berbaring satu hari lebih lama dari waktu
yang diperlukan, karena akan mengakibatkan komplikasi.
c. Rehabilitasi merupakan terapi multidisipliner terhadap seorang penderita dan rehabilitasi
merupakan terapi terhadap seorang penderita seutuhnya.
d. Faktor yang paling penting dalam rehabilitasi adalah kontinuitas perawatan.
e. Perhatian untuk rehabilitasi lebih dikaitkan dengan sisa kemampuan fungsi
neuromuskuler yang masih ada, atau dengan sisa kemampuan yang masih dapat
diperbaiki dengan latihan.
f. Dalam pelaksanaan rehabilitasi termasuk pula upaya pencegahan serangan berulang.
Pelayanan Rehabilitasi medik di RSUD Sawah Besar saat ini belum tersedia, namun teknik
rehabilitasi sederhana bisa dilaukukan perawat sesuai dengan kompetensinya, adapun teknik
rehabilitasi yang dilakukan perawat adalah Latihan ROM pada pasien Stroke dan tindakan
Fosioterapi Dada.

LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM)

Range Of Motion (ROM) adalah tindakan/latihan otot atau persendian yang diberikan


kepada pasien yang mobilitas sendinya terbatas karena penyakit, diabilitas, atau trauma.  Dimana
klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif
ataupun pasif. Atau juga dapat di definisikan sebagai jumlah maksimum gerakan yang mungkin
dilakukan sendi pada salah satu dari tiga potongan tubuh: sagital, frontal, dan transfersal.
Potongan sagital adalah garis yang melewati tubuh dari depan ke belakang, membagi tubuh
menjadi bagian kiri dan kanan. Potongan frontal melewati tubuh dari sisi ke sisi dan membagi
tubuh menjadi bagian depan dan belakang. Potongan transfersal adalah garis horizontal yang
membagi tubuh menjadi bagian atas dan bawah.

Tujuan
1.      Untuk mengurangi kekakuan pada sendi dan kelemahan pada otot yang dapat
dilakukan secara aktif maupun pasif tergantung dengan keadaan pasien.

2.      Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.

Manfaat

a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
b. Mengkaji tulang sendi, otot
c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d. Memperlancar sirkulasi darah
Jenis ROM

1.      ROM aktif : Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan
pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif).

2.      ROM pasif : Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak
yang normal (klien pasif).

 Indikasi

1.    Klien dengan tirah baring yang lama.


2.    Stroke atau penurunan tingkat kesadaran.
3.    Kelemahan otot.
4.    Fase rehabilitasi fisik.

Kontra Indikasi

1.  Klien dengan fraktur.

2.  Klien dengan peningkatan tekanan intrakranial.

3. Trombus/emboli pada pembuluh darah.

4.  Kelainan sendi atau tulang.


5.  Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung).

Gerakan ROM PASIF


1.    Fleksi dan Ekstensi Pergelangan Tangan
Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Atur posisi lengan pasien dengan menjauhi sisi tubuh dan siku menekuk
dengan lengan
c. Pegang tangan pasien dengan satu tangan dan tangan yang lain memegang
pergelangan tangan pasien.
d. Tekuk tangan pasien ke depan sejauh mungkin.
e. Catat perubahan yang terjadi.
Gambar 1. Latihan fleksi dan ekstensi pergelangan tangan

2.      Fleksi dan Ekstensi Siku


Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.    Atur posisi lengan pasien dgn menjauhi sisi tubuh dan telapak mengarah ke
tubuhnya.
c.    Letakkan tangan di atas siku pasien dan pegang tangannya mendekati bahu.
d.   Lakukan dan kembalikan ke posisi sebelumnya.
e.    Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 2. Latihan fleksi dan ekstensi siku

3.      Pronasi dan Supinasi Lengan Bawah


Cara :
a.    Jelaskan Prosedur yang akan dilakukan.
b.    Atur posisi lengan bawah menjauhi tubuh pasien dengan siku menekuk.
c.    Letakkan satu tangan perawat pd pergelangan pasien dan pegang tangan pasien
dengan tangan lainnya.
d.   Putar lengan bawah pasien sehingga telapaknya menjauhinya.
e.    Kembalikan ke posisi semula.
f.     Putar lengan bawah pasien sehingga telapak tangannya menghadap ke arahnya.
g.    Kembalikan ke posisi semula.
h.    Catat perubahan yang terjadi.
Gambar 3. Latihan pronasi dan supinasi lengan bawah

4.      Pronasi Fleksi Bahu


Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.    Atur posisi tangan pasien disisi tubuhnya.
c.    Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan
tangan lainnya.
d.   Angkat lengan pasien pada posisi semula.
e.    Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 4. Latihan pronasi fleksi bahu

5.      Abduksi dan Adduksi Bahu


Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
b.    Atur posisi lengan pasien di samping badannya.
c.    Letakkan satu tangan perawat di atas siku pasien dan pegang tangan pasien dengan
tangan lainnya.
d.   Gerakkan lengan pasien menjauh dari tubuhnya kearah perawat (Abduksi).
e.    Gerakkan lengan pasien mendekati tubuhnya (Adduksi)
f.     Kembalikan ke posisi semula.
g.    Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 5. Latihan abduksi dan adduksi bahu

6.      Rotasi Bahu
Cara :
a. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan
b. Atur posisi lengan pasien menjauhi tubuh dengan siku menekuk.
c. Letakkan satu tangan perawat di lengan atas pasien dekat siku dan pegang
tanganpasien dengan tangan yang lain.
d.  Gerakkan lengan bawah ke bawah sampai menyentuh tempat tidur, telapak
tangan menghadap ke bawah.
e. Kembalikan posisi lengan ke posisi semula.
f. Gerakkan lengan bawah ke belakang sampai menyentuh tempat tidur, telapak
tangan menghadap ke atas.
g. Kembalikan lengan keposisi semula
h. Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 6. Latihan rotasi bahu


7.     Fleksi dan Ekstensi Jari-jari
Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b.    Pegang jari-jari kaki pasien dgn satu tangan dan tangan lain memegang kaki.
c.    Bengkokkan (tekuk) jari-jari kaki ke bawah
d.    Luruskan jari-jari kemudian dorong ke belakang.
e.    Kembalikan ke posisi semula.
f.     Catat perubahan yang terjadi

Gambar 7. Latihan fleksi ekstensi jari

8.      Infersi dan efersi kaki


Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b.    Pegang separuh bagian atas kaki pasien dengan satu jari dan pegang pergelangan kaki
dengan tangan satunya.
c.    Putar kaki ke dalam sehingga telapak kaki menghadap ke kaki lainnya.
d.   Kembalikan ke posisi semula
e.    Putar kaki keluar sehingga bagian telapak kaki menjauhi kaki yang lain.
f.     Kembalikan ke posisi semula.
g.     Catat perubahan yang terjadi
Gambar 8. Latihan infers efersi kaki

9.      Fleksi dan ekstensi pergelangan Kaki


Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b.    Letakkan satu tangan perawat pada telapak kaki pasien dan satu tangan yang lain di atas
pergelangan kaki. Jaga kaki lurus dan rilek.
c.    Tekuk pergelangan kaki, arahkan jari-jari kaki ke arah dada pasien.
d.    Kembalikan ke posisi semula.
e.    Tekuk pergelangan kaki menjauhi dada pasien.
f.     Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 9. Latihan fleksi dan ekstensi kaki


10.   Fleksi dan Ekstensi lutut.
Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b.    Letakkan satu tangan di bawah lutut pasien dan pegang tumit pasien dengan tangan
yang lain.
c.     Angkat kaki, tekuk pada lutut dan pangkal paha.6
d.   Lanjutkan menekuk lutut ke arah dada sejauh mungkin.
e.    Ke bawahkan kaki dan luruskan lutut dengan mengangkat kaki ke atas.
f.     Kembali ke posisi semula.
g.     Catat perubahan yang terjadi.
Gambar 10. Latihan fleksi ekstensi lutut
11.     Rotasi pangkal paha
Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b.    Letakkan satu tangan perawat pada pergelangan kaki dan satu tangan yang lain di atas
lutut.
c.    Putar kaki menjauhi perawat.
d.    Putar kaki ke arah perawat.
e.    Kembalikan ke posisi semula.
f.     Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 11. Latihan potasi pangkal paha

12.     Abduksi dan Adduksi pangkal paha.


Cara :
a.    Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
b.    Letakkan satu tangan perawat di bawah lutut pasien dan satu tangan pada tumit.
c.    Jaga posisi kaki pasien lurus, angkat kaki kurang lebih 8 cm dari tempat tidur, gerakkan
kaki menjauhi badan pasien.7
d.   Gerakkan kaki mendekati badan pasien.
e.    Kembalikan ke posisi semula.
f.     Catat perubahan yang terjadi.

Gambar 12. Abduksi adduksi pangkal paha


GERAKAN ROM AKTIF
1.      Fleksi
2.      Ekstensi
3.      Hiperekstensi
4.      Rotasi
5.      Sirkumsisi
6.      Supinasi
7.      Pronasi
8.      Abduksi
9.      Adduksi
10.   Oposisi
LATIHAN AKTIF ANGGOTA GERAK ATAS DAN BAWAH
a.      Latihan I
-        Angkat tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat ke atas.
-        Letakkan kedua tangan diatas kepala.
-        Kembalikan tangan ke posisi semula.
b.      Latihan II
-        Angkat tangan yang kontraktur melewati dada ke arah tangan yg sehat.
-        Kembalikan keposisi semula.
c.       Latihan III
-        Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat ke atas.
-        Kembalikan ke posisi semula.
d.      Latihan IV
-        Tekuk siku yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat.
-        Luruskan siku kemudian angkat ke atas.
-        Letakkan kembali tangan yang kontraktur ditempat tidur.
e.       Latihan V
- Pegang pergelangan tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat angkat
ke atas dada. -Putar
pergelangan tangan ke arah dalam dan ke arah keluar.
f.       Latihan VI
-        Tekuk jari-jari yang kontraktur dengan tangan yang sehat kemudian luruskan.
-        Putar ibu jari yang lemah menggunakan tangan yang sehat.
g.      Latihan VII
- Letakkan kaki yang sehat dibawah yang kontraktur. -
Turunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang sehat dibawah pergelangan
kaki yang kontraktur.
-Angkat kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki yang sehat, kemudian turunkan pelan-
pelan.
h.      Latihan VIII
- Angkat kaki yang kontraktur menggunakan kaki yang sehat ke atas sekitar 3cm.
- Ayunkan kedua kaki sejauh mungkin kearah satu sisi kemudian ke sisi yang satunya
lagi.
-Kembalikan ke posisi semula dan ulang sekali lagi.
i.        Latihan IX
- Anjurkan pasien untuk menekuk lututnya, bantu pegang pada lutut yang kontraktur
dengan tangan yang lain.
-   Dengan tangan yang lainnya penolong memegang pinggang pasien.
-   Anjurkan pasien untuk memegang bokongnya.
-   Kembalikan ke posisi semula dan ulangi sekali lagi.
FISIOTERAPI DADA

1. Pengertian Fisioterapi Dada


Fisioterapi dada merupakan salah satu dari pada fisioterapi yang sangat berguna bagi
penderita penyakit respirasi baik yang bersifat akut maupun kronis. Fisioterapi adalah suatu
cara atau bentuk pengobatan untuk mengembalikan fungsi suatu organ tubuh dengan
memakai tenaga alam. Fisioterapi dada sangat efektif dalam upaya mengeluarkan sekret
dan memperbaiki ventilasi pada pasien dengan fungsi paru yang terganggu. Fisioterapi
dada ini meliputi rangkaian : postural drainase, perkusi, dan vibrasi.
Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan sekresi dari
berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya gravitasi. Waktu yang terbaik
untuk melakukan PD yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam sebelum
tidur pada malam hari. Perkusi/ clapping adalah tepukan yang dilakukan pada dinding dada
atau punggung dengan tangan dibentuk seperti mangkok. Vibrasi merupakan kompresi dan
getaran manual pada dinding dada dengan tujuan menggerakkan secret ke jalan napas
yang besar.
2.        Tujuan Fisioterapi Dada
Tujuan pokok fisioterapi pada penyakit paru adalah mengembalikan dan memelihara fungsi
otot-otot pernafasan dan membantu membersihkan sekret dari bronkus dan untuk
mencegah penumpukan sekret, memperbaiki pergerakan dan aliran sekret.
3.        Kompetensi Dasar Lain Yang Harus Dimiliki Untuk Melakukan Fisioterapi Dada
a.       Struktur dan fungsi sistem pernafasan
b.      Teknik mengatur posisi
 

4.        Indikasi, kontra indikasi, dan komplikasi


Indikasi: penyakit paru obstruktif menahun, penyakit pernafasan restriktif termasuk kelainan
neuromuskuler dan penyakit paru restriktif karena kelainan parenkim paru seperti fibrosis
dan pasien yang mendapat ventilasi mekanik.
Kontra indikasi: bersifat mutlak seperti kegagalan jantung, status asmatikus, renjatan dan
perdarahan masif, sedangkan kontra indikasi relatif seperti infeksi paru berat, patah tulang
iga atau luka baru bekas operasi, tumor paru dengan kemungkinan adanya keganasan serta
adanya kejang rangsang.
Komplikasi:
1.      trauma thoraks
 
5.        Alat dan Bahan yang Digunakan
a.       Bantal 2-3
b.      Tisu wajah
c.       Segelas air hangat
d.      Masker
e.        Sputum pot berisi cairan desinfektan
f.        Handuk kecil
g.      Bengkok
6.        Anatomi Daerah yang Akan Menjadi Target Tindakan
Lobus Kanan Atas : Percabangan Trakheobronkhial

a. segmen apical
b. segmen posterior
c. segmen anterio

Lobus Kanan Tengah:

a. segmen lateral
b. segmen basal medial

Lobus Kanan Bawah


a.       segmen basal posterior
b.      segmen medial
c.       segmen superior
d.      segmen basal anterior
e.       segmen basal latera

7.        Aspek Keamanan dan Keselamatan (Safety) yang Harus Diperhatikan


Aspek keamanan dan keselamatan yang harus diperhatikan oleh perawat meliputi area
tindakan terapi dada. Posisi pasien ketika melakukan tindakan untuk mencegah trauma
thoraks.
 8.        Protokol Atau Prosedur Dari Tindakan
   Postural Drainase
Pengertian: Postural drainase (PD) merupakan salah satu intervensi untuk melepaskan
sekresi dari berbagai segmen paru dengan menggunakan pengaruh gaya
gravitasi. Mengingat kelainan pada paru bisa terjadi pada berbagai lokasi maka PD
dilakukan pada berbagai posisi disesuaikan dengan kelainan parunya. Waktu yang terbaik
untuk melakukan PD yaitu sekitar 1 jam sebelum sarapan pagi dan sekitar 1 jam
sebelumtidur pada malam hari.
Tujuan: untuk mencegah terkumpulnya sekret dalam saluran nafas tetapi juga mempercepat
pengeluaran sekret sehingga tidak terjadi atelektasis.
Indikasi:
 Profilaksis untuk mencegah penumpukan sekret yaitu pada :
o  Pasien yang memakai ventilasi.
o  Pasien yang melakukan tirah baring yang lama
o  Pasien yang produksi sputum meningkat seperti pada fibrosis kistik atau
bronkiektasis
o  Pasien dengan batuk yang tidak efektif .
   Mobilisasi sekret yang tertahan :
o  Pasien dengan atelektasis yang disebabkan oleh secret
o  Pasien dengan abses paru
o  Pasien dengan pneumonia
o  Pasien pre dan post operatif
o  Pasien neurologi dengan kelemahan umum dan gangguan menelan atau batuk
Kontra Indikasi:
o   Tension pneumotoraks
o   Hemoptisis
o   Gangguan sistem kardiovaskuler seperti hipotensi, hipertensi, infark miokard akutrd
infark dan aritmia.
o   Edema paru
o   Efusi pleura yang luas
Alat dan bahan :
o   Bantal 2-3
o   Tisu wajah
o   Segelas air hangat
o   Masker
o   Sputum pot
Persiapan pasien untuk postural drainase
o   Longgarkan seluruh pakaian terutama daerah leher dan pinggang.
o   Terangkan cara pengobatan kepada pasien secara ringkas tetapi lengkap.
o   Periksa nadi dan tekanan darah.
o   Apakah pasien mempunyai refleks batuk atau memerlukan suction untuk mengeluarkan
sekret.
Prosedur kerja :
o   Jelaskan prosedur
o   Kaji area paru, data klinis, foto x-ray
o   Cuci tangan
o   Pakai masker
o   Dekatkan sputum pot
o   Berikan minum air hangat
o   Atur posisi pasien sesuai dengan area paru yang akan didrainase
o   Minta pasien mempertahankan posisi tersebut selama 10-15 menit.
o   Berikan tisu untuk membersihkan sputum
o   Minta pasien untuk duduk, nafas dalam dan batuk efektif.
Teknik batuk efektif:
 Mengambil posisi duduk dan membungkuk sedikit ke depan karena posisi tegak
memungkinkan batuk lebih kuat.
 Jaga lutut dan panggul fleksi untuk meningkatkan relaksasi dan mengurangi
egangan pada otot-otot abdomen ketika batuk.
  Menghirup nafas dengan lambat melalui hidung dan menghembuskannya melalui
bibir yang dirapatkan beberapa kali.
 Batuk dua kali selama tiap kali ekhalasi ketika mengkontraksi (menarik ke dalam)
abdomen dengan tajam bersamaam dengan setiap kali batuk.
 Membebat insisi, dengan menggunakan sanggaan bantal, jika diperlukan.
o   Evaluasi respon pasien (pola nafas, sputum: warna, volume, suara pernafasan)
o   Cuci tangan
o   Dokumentasi (jam, hari, tanggal, respon pasien)
o   Jika sputum masih belum bisa keluar, maka prosedur dapat diulangi kembali dengan
memperhatikan kondisi pasien
Hal-hal yang harus dicatat: jumlah, warna, kekentalan, dan karakter sputum.
 
  Perkusi
Pengertian: Perkusi adalah tepukan dilakukan pada dinding dada atau punggung dengan
tangan dibentuk seperti mangkok.
Tujuan: melepaskan sekret yang tertahan atau melekat pada bronkhus.
Indikasi untuk perkusi:
Perkusi secara rutin dilakukan pada pasien yang mendapat postural drainase, jadi semua
indikasi postural drainase secara umum adalah indikasi perkusi.
Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan :
o  Patah tulang rusuk
o  Emfisema subkutan daerah leher dan dada
o  Skin graf yang baru
o  Luka bakar, infeksi kulit
o  Emboli paru
o  Pneumotoraks tension yang tidak diobati
Alat dan bahan :
o  Handuk kecil
Prosedur kerja :
o  Tutup area yang akan dilakukan clapping dengan handuk untuk mengurangi
ketidaknyamanan
o  Anjurkan pasien untuk rileks, napas dalam dengan Purse lips breathing
o  Perkusi pada tiap segmen paru selama 1-2 menit dengan kedua tangan membentuk
mangkok
 
 Vibrasi Dada
Vibrasi adalah teknik memberikan kompresi dan getaran manual pada dinding dada selama
fase ekhalasi pernafasan (Smeltzer & Bare, 2002). Secara umum vibrasi dada dilakukan
bersamaan dengan perkusi. Sesama postural drainase terapis biasanya secara umum
memilih cara perkusi atau vibrasi untuk mengeluarkan sekret. Vibrasi dengan kompresi dada
menggerakkan sekret ke jalan nafas yang besar sedangkan perkusi
melepaskan/melonggarkan sekret. Vibrasi dilakukan hanya pada waktu pasien
mengeluarkan nafas. Pasien disuruh bernafas dalam dan kompresi dada dan vibrasi
dilaksanakan pada puncak inspirasi dan dilanjutkan sampai akhir ekspirasi. Vibrasi
dilakukan dengan cara meletakkan tangan bertumpang tindih pada dada kemudian dengan
dorongan bergetar.
Kontra indikasi: patah tulang dan hemoptisis.
Alat dan Bahan: bantal
Prosedur kerja :
1.  Meletakkan kedua telapak tangan tumpang tindih diatas area paru yang akan
dilakukan vibrasi dengan posisi tangan terkuat berada di luar
2.  Anjurkan pasien napas dalam dengan Purse lips breathing
3. Lakukan vibrasi atau menggetarkan tangan dengan tumpuan pada pergelangan
tangan saat pasien ekspirasi dan hentikan saat pasien inspirasi
4. Istirahatkan pasien
5. Ulangi vibrasi hingga 3X, minta pasien untuk batuk.
Hal yang perlu diperhatikan:
Tindakan vibrasi dada harus segera dihentikan jika terjadi gejala-gejala merugikan seperti
nyeri meningkat, napas pendek meningkat, kelemahan, kepala pening, dann hemoptisis.
9.        Hal-Hal Penting yang Harus Diperhatikan bagi Perawat dalam Melakukan Tindakan
a.      Mengetahui area yang akan dilakukan tindakan tindakan agar terhindar dari resiko
trauma thoraks
b.      Perhatikan pakaian klien, jangan terlalu ketat
c.       Batuk dua atau tiga kali berurutan setelah setiap kali berganti posisi.
d.      Minum air hangat setiap hari sekitar 2 liter
e.       Jika harus menghirup bronkodilator, lakuanlah 15 menit sebelum drainage
f.       Lakukan laihan nafas dan latihan lain yang dapat membantu mengencerkan lendir.
g.      Perkusi harus dilakukan hati-hati pada keadaan, patah tulang rusuk, emfisema
subkutan daerah leher dan dada, skin graf yang baru, luka bakar, infeksi kulit, emboli paru,
dan pneumotoraks tension yang tidak diobati.
10.    Hal-Hal Penting yang Harus Dicatat Setelah Tindakan (Dokumentasi)

a. respon klien
b. jika masih ada sputum, prosedur harus di ulang kembali

 
 

Anda mungkin juga menyukai