Anda di halaman 1dari 31

PEMBERIAN OBAT SECARA

ORAL, TOPIKAL DAN INHALASI

Oleh :
Aida Kusnaningsih

Disampaikan pada perkuliahan Poltekkes Kemenkes Palangka Raya


Mahasiswa program studi Sarjana Terapan Jurusan Keperawatan
Keperawatan Reguler Angkatan-6 Jl. George Obos No. 30 Palangka Raya
PEMBERIAN OBAT SECARA ORAL

Pemberian obat oral adalah suatu tindakan untuk


membantu proses penyembuhan dengan cara
memberikan obat-obatan melalui mulut sesuai dengan
program pengobatan dari dokter.

Pemberian obat melalui oral merupakan cara yang paling


banyak dipakai karena keuntungannya adalah cara yang
paling mudah, murah, aman dan nyaman bagi pasien.
Berbagai bentuk obat dapat diberikan secara oral
baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau
puyer.

Untuk membantu absorbsi maka pemberian obat


melalui oral dapat disertai dengan pemberian
setengah gelas air atau cairan yang lain.

Kelemahan dari pemberian obat melalui oral


adalah ada aksinya yang lambat sehingga cara ini
tidak dapat di pakai pada keadaan gawat.
Kelemahan dari pemberian obat melalui oral adalah ada aksinya
yang lambat sehingga cara ini tidak dapat di pakai pada keadaan
gawat.

Obat yang diberikan melalui oral biasanya membutuhkan waktu


30-45 menit sebelum diabsorbsi dan efek puncaknya dicapai
setelah 1-1,5 jam.

Rasa dan bau obat yang tidak enak sering mengganggu pasien.

Cara melalui oral tidak dapat dipakai pada pasien yang


mengalami mual-mual, muntah, semikoma, pasien yang akan
menjalani pengisapan cairan lambung serta pada pasien yang
mempunyai gangguan menelan.
Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi
lambung dan menyebabkan muntah (misalnya garam
besi dan Salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat
dipersiapkan dalam bentuk kapsul yang diharapkan
tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi
menjadi hancur pada suasana netral atau basa di usus.

Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak


boleh dibuka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien
diberitahu untuk tidak minum antasaid atau susu
sekurang-kurangnya satu jam setelah minum obat.
Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka
pemberian harus dilakukan dengan cara yang
paling nyaman khususnya untuk obat yang pahit
atau rasanya tidak enak. Pasien dapat diberi
minuman dingin (es) sebelum minum sirup
tersebut. Sesudah minum sirup pasien dapat diberi
minum, pencuci mulut atau kembang gula.
Tujuan pemberian obat melalui oral

• Memberi efek sistemik: obat masuk ke dalam pembuluh darah dan beredar ke
seluruh tubuh setelah terjadi absorbs obat di sepanjang saluran
gastrointestinal
• Ada obat-obat tertentu yang memberi efek local dalam usus atau lambung,
karena obat ini tidak larutItidak dapat diabsorbsi dalam rute ini.
• Pasien mendapatkan pengobatan sesuai program pengobatan dokter.
• Memperlancar proses pengobatan dan menghindari kesalahan dalam
pemberian obat.
• Mencegah, mengobati dan mengurangi rasa sakit sesuai dengan efek terapi
dari jenis obat.
• Proses reabsorbsi Iebih la mbat sehingga bila timbul efek samping dari obat
tersebut dapat segera diatasi.
• Menghindari pemberian obat yang menyebabkan kerusakan kulit dan jaringan
Indikasi
• Pada pasien yang tidak membutuhkan
absorbsi obat secara tepat.
• Pada pasien yang tidak mengalami gangguan
pencernaan
Kontra indikasi
• Pemberian obat peroral tidak dapat diberikan
pada pasien yang mengalami kesulitan
menelan mual atau muntah, Inflamasi usus
atau penurunan peristaltik, pasien baru
menjalani pembedahan gastrointestinal,
penurunan atau tidak ada bising usus,
koma, pasien yang akan menjalani
pengisapan cairan lambung.  
PEMBERIAN OBATSUBLINGUAL

Pengertian

Pemberian obat sublingual adalah memberikan


obat dengan cara meletakkan obat di bawah
Iidah
Tujuan pemberian obat subIingual
• Mencegah efek lokal dan sistemik
• Memperoleh kerja obat yang lebih cepat
• Menghindari kerusakan obat oleh hepar

Pemberian obat secara sub lingual jarang digunakan


namun aksi lebih cepat dan mudah dilakukan karena
setelah hancur obat diabsorbsi ke dalam pembuluh
darah.

Obat yang sering dipakai: Nitrogliserin (sebagai


vasodilator pembuluh darah pada nyeri dada/angina
pectoris)
PEMBERIAN OBAT TOPIKAL

PEMBERIAN OBAT TOPIKAL MELALUI KULIT

Pemberian obat topikal melalui kulit adalah


pemberian obat yang digunakan umum
menimbulkan pengaruh langsung pada kulit.
Tujuan pemberian obat topikal kulit

1. Mempertahankan hidrasi permukaan kulit


2. Melindungi bagian atas kulit
3. Mengurangi iritasi kulit lokal
4. Membuat anestesi local
5. Mengobati infeksi, iritasi dan abrasi gatal
Cara pemberian obat bisa dengan cara digosokkan,
ditepukkan, disemprotkan dan dioleskan.

Macam obat:
1. Gel/jelly: obat semipadat yang jemih dan tembus cahaya,
mencair jika dioleskan
2. Cream: obat semi padat
3. Ointment/salep: obat semi padat untuk kulit/selaput lendir
4. Pasta: seperti ointment tapi lebih tebal dan lengket
5. Liniment (obat gosok): mengandung minyak, alcohol atau
pelembut sabun
6. Lotion: Obat dalam cairan suspensi, untuk kulit, cairan
emoli jernih
PEMBERIAN OBAT MELALUI MATA
• Pemberian obat mata yaitu cara memberikan obat pada
mata dengan tetes mata atau salep mata.
• Obat yang biasa digunakan oleh pasien ialah tetes
mata dan salep, meliputi preparat yang biasa dibeli
bebas misalnya air mata buatan dan vasokonstriktor
(misalnya visine).
• Klien menerima resep obat-obatan oftalmic untuk
kondisi mata seperti glaukoma dan untuk terapi setelah
suatu prosedur misalnya ekstraksi katarak.
• Persentase besar klien yang menerima obat mata
ialah klien lanjut usia.
Tujuan pemberian obat topikal mata
1. Digunakan untuk mendilatasi pupil pada pemeriksaan struktur dalam mata
2. Melemahkan otot lensa mata pada pengukuran refraksi lensa
3. Digunakan untuk menghilangkan iritasi lokal
4. Meminyaki kornea dan konjungtiva
5. Obat mata golongan antiseptic dan anti infeksi digunakan pada gangguan mata
karena adanya infeksi oleh mikroba, masuknya benda asing ke dalam kornea
maca atau kornea mata yang luka/ulkus.
6. Obat mata kortikosteroid digunakan untuk radang atau alergi mata atau juga
bengkak yang bisa disebabkan oleh alergi itu sendiri atau oleh virus. Karena
Infeksi mata oleh virus itu resisten terhadap pengobatan biasanya
digunakan obat mata golongan kortikosteroid untuk menghilangkan gejalanya
saja. Kalaupun dengan antiseptik hal itu menghindari infeksi sekunder.
7. Gabungan antiseptik dengan kortikosteroid digunakan untuk masalah mata yang
disebabkan oleh mikroba dan dengan keluhan bengKaki radang juga gatal atau
alergi.
8. Digunakan untuk keluhan mata karena habis operasi
Indikasi pemberian obat topikal mata

Mata merah akibat lritasi ringan yang dapat


disebabkan oleh debu, sengatan sinar matahari, pemakaian
lensa kontak alergi atau sehabis berenang, Infeksi
mata atau conjungtivitis.

Kontra indikasi
Obat tetes mata yang mengandung nafazolin
hidroksida tidak boleh digunakan pada penderita
glaukoma atau penyakit mata lainnya yang hebat,
bayi dan anak, Kecuali dalam pegawasan dan nasehat
dokter.
Efek Samping Obat Tetes dan Salep untuk mata

• Penglihatan kabur,
• Nyeri pada mata,
• Iritasi atau infeksi mata,
• Sakit kepala,
• Alergi kontak
PEMBERIAN OBAT MELALUI HIDUNG
• Obat yang diberikan melalui tetesan hidung
(inhalasi hidung) diberikan biasanya dengan
maksud menimbulkan astringent efek yang
merupakan efek obat dalam nengerutkan selaput
lender yang bengkak.
• Pasien yang mengalami perubahan bentuk hidung
dapat diberikan ooat- obatan dengan semprot
(spray).
Tujuan pemberian obat
melalui hidung 

1. Untuk mengencerkan sekresi dan memfasilitasi


drainase dari hidung
2. Mengobati infeksi dari rongga hidung dan sinus
3. Meredakan gejala sumbatan sinus dan flu.
4. Pengobatan astma Juga digunakan untuk asma
Indikasi
• Peradangan hidung (rhinitis) atau nasofaring.
• Perdarahan hidung berat biasanya diberi tampon
efinefrin

Kontraindikasi
• Pada pasien yang menderita hipertensi, karena bisa
menyebabkan vasokontriksi

Efek samping pemberian obat tetes hidung


• Rasa terbakar pada hidung atau tenggorokan, iritasi
lokal, muaI, sakit kepala, mukosa hidung kering.
• Jika pemberian obat tetes hidung ini dihentikan,
dapat terjadi sumbatan hidung yang lebih berat
PEMBERIAN OBAT MELALUI TELINGA

Cara memberikan obat pada telinga dengan


tetes telinga atau salep.
Obat tetes telinga ini pada umumnya diberikan
pada gangguan infeksi telinga khususnya pada
telinga tengah (otitis media), obat yang
diberikan biasanya berupa antibiotik.
Tujuan Pemberian obat melalui telinga

1. Sebagai pengobatan,
2. Sebagai anestesi local
3. Membasmi mikroorganisme
4. Melunakan kotoran/serumen telinga
5. Serangga yang masuk ke lobang telinga menjadi
mati
Indikasi
1. Pasien yang kurang aktif dalam pendengarannya
2. Pasien yang mengalami gangguan seperti: kemasukan benda
asing
3. Pasien yang serumennya keras
4. Pasien yang mengalami peradangan, mengurangi/menghilangkan
rasa sakit
5. Pasien yang tidak mampu menelan sejumlah obat (peroral)

Kontraindikasi
6. Bagi penderita yang sensitif terhadap Chloramphenicol
7. Perforasi membran timpani.

Efek samping
• Timbul bercak kemerahan (makula populer), iritasi lokal, rasa
gatal,
PEMBERIAN OBAT MELALUI
REKTUM-ANUS

• Memberikan obat melalui rektum-anus


• Obat dalam bentuk cairan yang banyak
diberikan melalui rektal yang sering disebut
enema.
• Obat tertentu berbentuk kapsul yang besar
dan panjang (supositoria), mempunyai efek
lokal maupun sistemik
Perlu diperhatikan:
1. Penempatan obat supositoria harus benar yaitu
pada dinding mukosa rektal, melewati sfingter
anal interna, sehingga supositoria tidak akan
keluar.
2. Tidak boleh diberikan pada pasien yang
mengalami pembedahan atau perdarahan
rectal
3. Supositoria tidak boleh dipaksakan masuk
kedalam massa atau materi faeces jadi rektum
dibersihkan dulu dengan memberikan enema..
Tujuan:
1. Memberikan efek lokal dan sistemik
2. Memberikan obat pada pasien yang tidak dapat
mentoleransi obat oral

Keuntungan:
• Tidak menyebabkan iritasi pada saluran pencernaan
bagian atas.
• Obat tertentu dapat diabsorbsi dengan baik melalui
dinding permukaan rektal.
• Mempunyai tingkatan aliran pembuluh darah yang besar
• Pembuluh darah vena pada rektum tidak ditransportasikan
melalui liver
Dukungan Pemenuhan
Kebutuhan Fisiologis
Eliminasi
• Penurunan atau kehilangan tonus otot dapat terjadi konstipasi,
inkontinen urin dan feses. Obat laxant perlu diberikan untuk mencegah
konstipasi. Klien dengan inkontinensia dapat diberikan urinal, pispot
secara teratur atau dipasang duk yang diganjti setiap saat atau
dilakukan kateterisasi. Harus dijaga kebersihan pada daerah sekitar
perineum, apabila terjadi lecet, harus diberikan salep.

Perubahan Sensori
• Klien dengan dying, penglihatan menjadi kabur, klien biasanya
menolak/menghadapkan kepala kearah lampu/tempat terang.
• Klien masih dapat mendengar, tetapi tidak dapat/mampu merespon,
perawat dan keluarga harus bicara dengan jelas dan tidak berbisik-bisik.
PEMBERIAN OBAT MELALUI VAGINA

Pemberian obat melalui vagina adalah cara


memberikan obat dengan memasukkan obat
melalui vagina, yang bertujuan untuk
mendapatkan efek terapi obat dan mengobati
saluran vagina atau serviks.

Obat ini tersedia dalam bentuk krim, salep dan


suppositoria yang digunakan untuk mengobati
infeksi lokal
Tujuan pemberian Obat melalui vagina

• Mengobati infeksi pada vagina


• Menghilangkan nyeri, rasa terbakar dan
ketidaknyamanan pada vagina
• Mengurang peradangan
Indikasi
• Pemberian obat melalui vagina ini diberikan pada pasien
dengan penyakit vaginitis, keputihan vagina dan serviks (Ieher
rahim) karena berbagai etiologi, ektropia dan porsio dan
serviks, setelah biopsy dan pengangkatan polip di serviks,
erosi uretra ekstema dan popiloma uretra kondiloma
akuminata.
• Luka akibat penggunaan instrumem ginekologi untuk
mempercepat proses penyembuhan setelah electron
koagulasi, pasien dengan vagina yang kotor, persiapan
tindakan pembedahan jalan lahir, pasien dengan radang
vagina, postpartum dengan lochea yang berbau

Kontraindikasi
• Obat per vagina ini tidak boleh diberikan pada orang yang
mempunyai kecenderungan hipersensitif atau alergi.

Anda mungkin juga menyukai