Anda di halaman 1dari 21

CARA PEMBERIAN OBAT

Pemberian obat per oral

Pemberian obat per oral merupakan cara yang paling banyak dipakai karena ini
merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien. Berbagai bentuk
obat dapat diberikan secara oral baik dalam bentuk tablet, sirup, kapsul atau puyer. Untuk
membantu absorbsi, maka pemberian obat per oral dapat disertai dengan pemberian setengah
gelas air atau cairan yang lain.

Kelemahan dari pemberian obat per oral adalah pada aksinya yang lambat sehingga
cara ini tidak dapat dipakai pada keadaan gawat. Obat yang diberikan per oral biasanya
membutuhkan waktu 30 sampai dengan 45 menit sebelum diabsorbsi dan efek puncaknya
dicapai setelah 1 sampai dengan 1½ jam. Rasa dan bau obat yang tidak enak sering
mengganggu pasien. Cara per oral tidak dapat dipakai pada pasien yang mengalami mual-
mual, muntah, semi koma, pasien yang akan menjalani pengisapan cairan lambung serta pada
pasien yang mempunyai gangguan menelan.

Beberapa jenis obat dapat mengakibatkan iritasi lambung dan menyebabkan muntah
(missal garam besi dan salisilat). Untuk mencegah hal ini, obat dipersiapkan dalam bentuk
kapsul yang diharapkan tetap utuh dalam suasana asam di lambung, tetapi menjadi hancur
pada suasana netral atau basa di usus. Dalam memberikan obat jenis ini, bungkus kapsul tidak
boleh dibuka, obat tidak boleh dikunyah dan pasien diberi tahu untuk tidak minum antasid
atau susu sekurang-kurangnya satu jam setelah minum obat.

Apabila obat dikemas dalam bentuk sirup, maka pemberian harus dilakukan dengan
cara yang paling aman khususnya untuk obat yang pahit atau rasanya tidak enak. Pasien dapat
diberikan minuman dingin (es) sebelum minum sirup tersebut. Sesudah minum sirup psien
dapat diberi minum, pencuci mulut atau kembang gula.

Cara kerja pemberian obat per oral

Peralatan:

1. Baki berisi obat-obatan atau kereta sorong obat-obat (tergantung sarana yang ada)
2. Kartu rencana pengobatan
3. Cangkir disposable untuk tempat obat
4. Martil dan lumpang penggerus (bila diperlukan).
Tahap kerja:

1. Siapkan peralatan dan cuci tangan


2. Kaji kemampuan pasien untuk dapat minum obat per oral (kemampuan menelan,
mual, dan muntah, akan dilakukan penghisapan cairan lambung, atau tidak boleh
makan/minum).
3. Periksa kembali order pengobatan (nama pasien, nama dan dosis obat, waktu dan cara
pemberian). Bila ada keragu-raguan laporkan ke perawat jaga atau dokter.
4. Ambil obat sesuai yang diperlukan (Baca order pengobatan dan ambilobat di almari,
rak atau lemari es sesuai yang diperlukan).
5. Siapkan obat-obatan yang akan diberikan (gunakan teknik aseptic, jangan menyentuh
obat dan cocokkan dengan order pengobatan).
6. Berikan obat pada waktu dan cara yang benar yaitu dengan cara:
- Yakin bahwa tidak pada pasien yang salah
- Atur posisi pasien duduk bila mungkin
- Kaji tanda-tanda vital pasien
- Berikan cairan/air yang cukup untuk membantu menelan, bila sulit menelan
anjurkan pasien menelan obat di lidah bagian belakang, kemudian pasien
dianjurkan minum.
- Bila obat mempunyai rasa tidak enak, beri pasien beberapa butur es batu untuk
diisap sebelumnya, atau berikan obat dengan menggunakan lumutan apel atau
pisang.
- Tetapbersama pasien sampai obat ditelan.
7. Catat tindakan yang telah dilakukan meliputi nama dan dosis obat yang diberikan,
setiap keluhan dan hasil pengkajian pada pasien. Bila obat tidak dapat masuk, catat
secara jelas dan tulis tandatangan anda dengan jelas.
8. Kembalikan semua peralatan yang dipakai dengan tepat dan benar kemudian cuci
tangan.
9. Lakukan evaluasi mengenai efek obat pada pasien kurang lebih 30 menit setelah
waktu pemberian.

Pemberian secara sublingual

Obat dapat diberikan pada pasien secara sublingual yaitu dengan cara meletakan obat
di bawah lidah. Dengan cara ini, aksi kerja obat lebih cepat yaitu setelah hancur di baah lidah
maka obat segera mengalami absorbs ke dalam pembuluh darah. Pasien diberitahu untuk
tidak menelan obat karena bila ditelan, obat menjadi tidak aktif oleh adanya proses kimiawi
dengan cairan lambung. Obat yang sering diberikan dengan cara ini adalah nitrogliserin yaitu
obat vasodilator yang mempunyai efek vasodilatasi pembuluh darah. Obat ini banyak
diberikan pada pasien yang mengalami nyeri dada akibat angina pectoris. Dengan cara
sublingual, obat bereaksi dalam satu menit dan pasien dapat merasakan efeknya dalam waktu
tiga menit (Roman dan Smith, 1979).

Pemberian obat secara bukal

Dalam pemberian obat secara bukal, obat diletakan antara gigi dengan selaput lendir
pada pipi bagian dalam. Pasien dianjurkan untuk membiarkan obat pada selaput lendir pipi
bagian dalam sampai obat hancur dan diabsorbsi. Cara pemberian ini jarang dilakukan dan
pada saat ini hanya jenis preparat hormon dan enzim yang menggunakan metode ini misalnya
hormon polipeptida oksitosin pada kasus obstetrik. Hormon oksitosin mempunyai efek
meningkatkan tonus serta motalitas otot uterus dan digunakan untuk memacu kelahiran pada
kasus-kasus tertentu (Rodman dan Smith, 1979).

Pemberian obat secara perenteral

Istilah parenteral memiliki arti setiap jalur pemberian obat selain melalui enteral atau
salutan pencernaan. Lazimnya, istilah parenteral dikaitkan dengan pemberian obat secara
injeksi baik intradermal, subkutan, intramuscular, atau intravena. Pemberian obat secara
perenteral mempunyai aksi kerja lebih cepat dibanding dengan secara oral. Namun,
pemberian secara parenteral mempunyai berbagai resiko antara lain merusak kulit,
menyebabkan nyeri pada pasien, salah tusuk dan lebih mahal. Demi keamanan pasien,
perawat harus mempunyai pengetahuan yang memadai tentang cara pemberian obat secara
parenteral termasuk cara menyiapkan, memberikan obat dan menggunakan teknik steril.

Peralatan yang digunakan dalam memberikan obat secara perenteral yaitu : alat suntik
(spuit/syringe), jarum, vial dan ampul). Menurut bentuknya spuit mempunyai tiga bagian
yaitu bagian ujung yang berkaitan dengan jarum, bagian tabung dan bagian pendorong obat.
Dilihat dari bahan pembuatannya spuit dapat berupa spuit kaca (jarang digunakan). Ditinjau
dari penggunaannya spuit dapat dibedakan menjadi tiga jenis yaitu spuit standard hipodermik,
spuit insulin dan spuit tuberculin.
Jarum merupakan alat pelengkap spuit. Jarum injeksi terbuat dari bahan stainless yang
mempunyai ukuran panjang dan besar yang bervariasi. Jarum mempunyai ukuran panjang
berkisar antara 1,27 sampai dengan 12,7 cm. Besar jarum dinyatakan dengan satuan gauge
antara nomor 14 sampai dengan 28 gauge. Semakin besar ukuran gaugenya semakin kecil
diameternya. Diameter yang besar dapat menimbulkan rasa sakit saat ditusukkan.
Penggunaan ukuran jarum ini disesuaikan dengan keadaan pasien yang meliputi umur,
gemuk/kurus, jalur yang akan dipakai dan obat yang akan dimasukkan.

Cairan obat untuk diberikn secara parenteral, biasanya dikemas dalam ampul atau
vial. Ampul biasanya terbuat dari bahan gelas. Sebagian bear bagian leher ampul mempunyai
tanda berwarna melingkar yang dapat dipatahkan. Bila bagian leher mempunyai tanda berarti
bagian pangkal leher harus harus digergaji dengan gergaji ampul sebelum dipathkan. Vial
mempunyai ukuran yang bervariasi. Bagian penutupnya biasanya terbuat dari plastic yang
dilindungi dengan logam.

Vial dibuka dengan cara membuka logam tipis penyegel bagian atas vial sehimgga
bagian karet akan kelihatan. Cairan obat diambil dengan cara menusukan jarum spuit pada
karet penutup vial.

Cara kerja menyiapkan obat dari ampul dan vial:

1. Siapkan peralatan yang meliputi:


a. Vial atau ampul yang berisi cairan obat steril
b. Jarum dan spuit sesuai ukuran yang dibutuhkan
c. Air steril atau normal salin bila diperlukan
d. Kassa pengusap
e. Turniket untuk injeksi intravena
f. Kartu obat atau catatan rencana pengobatan
2. Periksa dan yakinkan bahwa order pengobatan dan cara pemberiannya telah akurat
3. Siapkan ampul atau vial yang berisi obat sesuai yang diperlukan dan kemudian buka
dengan cara sebagai berikut:
a. Untuk ampul; pegang ampul dan bila cairan obat banyak terletak di bagian kepala,
jentiklah kepala ampul atau putar ampul beberapa kali sehingga obat akan turun
ke bawah. Bila perlu bersihkan bagian leher ampul. Ambil kassa steril letakan
diantara ampul dan ibu jari dengan jari-jari anda kemudian patahkan leher ampul
ke arah berlawanan dengan anda.
b. Untuk vial; bila perlu campur larutan dengan memutar-mutar vial dalam
genggaman (bukan dengan mengocok). Buka logam penyegel kemudian disinfeksi
karet vial dengan kapas alcohol 70%.
4. Ambil cairan obat dengan cara sebagai berikut:
a. Untuk obat dalam ampul; sebaiknya gunakan jarum berfilter. Buka penutup jarum
kemudian secara hati-hatimasukan jarum yang terpasang pada spuit ke dalam
ampul dan hisap cairan sesuai yang dibutuhkan. Bila spuit akan digunakan untuk
injeksi, ganti jarum filter dengan jarum biasa.
b. Untuk obat dalam vial; pasang jarum berfilter pada spuit, buka penutup jarum dan
tarik pengkong spuit agar udara masuk ke tabung spuit. Secara hati-hati tusukan
jarum di tengah karet penutup vial lalu masukkan udara. Pertahankan jarum tidak
menyentuh cairan obat sehingga udara tidak membuat gelembung. Pegang vial
sejajar dengan mata lalu tarik obat secukupnya secara hati-hati. Tarik spuit dari
vial kemudian tutup jarum dengan kap penutup lalu ganti jarum pada spuit dengan
jarum biasa.
c. Bila obat berbentuk bubuk (powder), bacalah cara penggunaannya. Obat injeksi
bentuk bubuk harus dibuat dalam larutan dulu sebelum diambil. Untuk membuat
larutan obat bubuk maka sebelum dibuat larutan, hisap udara dalam vial yang
berisi obat tersebut dengan spuit (kecuali untuk obat yang tidak diperbolehkan).
Masukan air steril atau cairan lain sesuai yang dibutuhkan kedalamnya, kemudian
putar-putar vial sampai obat menjadi larutan. Bila obat merupakan multidosis, beri
label pada vial tersebut tentang tanggal dicampur, banyaknya obat dalam vial dan
tanda tangan anda. Bila perlu disimpan, baca cara penyimpanannya sesuai
dianjurkan oleh pabrik farmasi.
d. Bila obat perlu dicampur dari beberapa vial misalnya dua vial, maka perawat
harus berupaya mencegah tercampurnya obat pada kedua vial tersebut. Cara
mencampur obat dari dua vial adalah: masukan udara secukupnya pada vial A dan
jaga jarum tidak menyentuh cairan. Lalu cabut jarum kemudian hisap udara
secukupnya lalu masukan pada vial.

Injeksi Intradermal

Injeksi intradermal atau intrakutan merupakan injeksi yang ditusukkan pada lapisan
dermis atau di bawah epidermis/permukaan kulit. Injeksi ini dilakukan secara terbatas, karena
hanya sejumlah kecil obat yang dapat dimasukkan. Cara ini lazim digunakan untuk test
tuberculin dan test untuk mengetahui reaksi alergi terhadap obat tertentu serta vaksinasi.
Kadang-kadang cara ini digunakan pada anestesi local kemudian dilanjutkan untuk injeksi
pada area yang lebih dalam. Area yang lazim digunakan untuk injeksi intradermal adalah
lengan bawah bagian dalam, dada bagian atas dan punggung pada area scapula.

Cara kerja:

1. Siapkan peralatan antara lain:


a. Spuit ukuran 1 ml dengan kalibrasi ratusan milliliter.
b. Jarum dengan ukuran sesuai kebutuhan, biasanya nomor 25, 26 atau 27 gauge,
panjang ¼ sampai dengan 5/8.
c. Kapas alcohol.
d. Buku pengobatan dan instruksi pengobatan.
2. Beritahu pasien.
3. Siapkan area yang akan diinjeksi misalnya lengan kanan dan lakukan desinfeksi
dengan kapas alcohol.
4. Pegang erat lengan pasien dengan tangan kiri anda dan tangan satunya memegang
spuit kea rah pasien.
5. Tusukkan spuit dengan sudut 15 pada epidermis kemudian diteruskan sampai dermis
lalu dorong cairan obat. Obat ini akan menimbulkan tonjolan di bawah permukaan
kulit.
6. Cabut spuit, usap pelan-pelan area penyuntikan dengan kapas antiseptic, tanpa
memberikan masage (masage dapat menyebabkan obat masuk ke jaringan atau keluar
melalui lubang injeksi).

Injeksi Subkutan

Injeksi subkutan diberikan dengan menusuk area di bawah kulit yaitu pada jaringan
konektif atau lemak di bawah dermis.

Setiap jaringan subkutan dapat dipakai untuk area injeksi ini, yang lazim adalah pada
lengan atas bagian luar, paha bagian depan. Area lain yang lazim digunakan adalah perut,
area scapula, ventroglutcal dan dorsogluteal. Injeksi harus tidak diberikan pada area yang
nyeri, merah, pruritis atau edema. Pada pemakaian injeksi subkutan jangka lama, maka
injeksi perlu direncanakan untuk diberikan secara rotasi pada area yang berbeda.
Jenis obat yang lazim diberikan secara subkutan adalah vaksin, obat-obatan
preoperasi, narkotik, insulin dan heparin.

Cara kerja:

1. Siapkan peralatan yang berupa:


a. Buku catatan rencan/order pengobatan.
b. Vial atau ampul berisi obat yang akan diberikan.
c. Spuit dan jarum steril (spuit 2 ml, jarum ukuran 25 gauge, 5/8-1/2 inci).
d. Kapas anti septik steril.
e. Kassa steril untuk membuka ampul (bila diperlukan).
2. Masukan obat dari vial atau ampul ke dalam tabung spuit dengan cara yang benar.
3. Beritahu pasien dan atur dalam posisi yang nyaman. (jangan keliru pasien; bantu
pasien pada posisi yang mana lengan, kaki, atau perut yang akan digunakan injeksi
dapat rileks)
4. Pilih area tubuh yang tepat, kemudian usap dengan kapas antiseptic dari tengah keluar
secara melingkar sekitar 5 cm menggunakan tangan yang tidak untuk menginjeksi.
5. Siapkan spuit, lepas kap penutup secara tegak lurus sambil menunggu antiseptic
kering dan keluarkan udara dari spuit.
6. Pegang spuit dengan salah satu tangan antara jempol dan jari-jari pada area injeksi
dengan telapak tangan menghadap ke arah samping atau atas untuk kemiringan 45
atau dengan telapak tangan menghadap ke bawah untuk kemiringan 45. Gunakan
tangan yang tidak memegang spuit untuk mengangkat atau merentangkan kulit, lalu
secara heti-hati dan mantap tangan yang lain menusukan jarum. Lakukan aspirasi, bila
muncul darah maka segera cabut spuit untuk dibuang dan diganti spuit dan obat baru.
Bila tidak muncul darah, maka pelan-pelan dorong obat ke dalam jaringan.
7. Cabut spuit lalu usap dan masage pada area injeksi. Bila tempat penusukan
mengeluarkan darah, maka tekan area tusukan dengan kassa steril kering sampai
perdarahan berhenti.
8. Buang spuit tanpa harus menutup jarum dengan kapnya (dan cegah cidera bagi
perawat) pada tempat pembuangan secara benar.
9. Catat tindakan yang telah dilakukan.
10. Kaji keefektivitasan obat.
Injeksi Intramuskular

Ijeksi intramuskular dilakukan dengan beberapa tujuan yaitu untuk memasukan obat
dalam jumlah yang lebih besar dibandingkan obat yang diberikan melalui subkutan. Absorpsi
juga lebih cepat dibanding dengan pemberian secara subkutan karena lebih banyaknya suplai
darah di otot tubuh. Pemberian dengan cara ini dapat pula mencegah/mengurangi iritasi obat.
Namun, perawat harus hati-hati dalam melakukan injeksi secara intramuskular karena cara ini
dapat menyebabkan luka pada kulit dan rasa nyeri serta takut pada pasien.

Beberapa lokasi pada tubuh dapat digunakan untuk injeksi intramuskular. Namun,
lazim digunakan adalah deltoid, darsogluteal, vastus lateralis, dan raktus femoris.

Area-area di atas digunakan karena berbagai alasan antara lai karena massa otot yang
besar, vaskularisasi baik dan jauh dari syaraf. Dalam pelaksanaannya, perawat harus
mempertimbangkan usia pasien, ukuran dan kondisi dari otot yang akan diinjeksi. Untuk
menghindari obat salah masuk pada jaringan subkutan, maka pada saat menginjeksi, jarum
diatur pada posisi tegak lurus 90.

Area deltoid. Area ini dapat ditemukan pada lengan atas bagian luar. Area ini jarang
digunakan untuk injeksi intramuskular karena mempunyai resiko besar terhadap bahaya
tertusuknya pembuluh darah, mengenai tulang atau serabut saraf. Cara sederhana menentukan
lokasi injeksi pada deltoid adalah dengan cara meletakkan dua jari secara vertikal di bawah
akromion, dengan jari yang atas di atas akromion. Lokasi injeksi adalah tiga jari di bawah
akromion.

Area dorsogluteal. Dalam melakukan injeksi dorsogluteal, perawat harus teliti dan
hati-hati sehingga injeksi tidak mengenai syaraf skiatik dan pembuluh darah. Lokasi ini dapat
digunakan pada orang dewasa dan anak-anak di atas usia 3 tahun karena pada kelompok usia
ini otot dorsogluteal belum berkembang.

Salah satu cara menentukan lokasi dorsogluteal adalah dengan cara membagi area
gluteal menjadi kuadran-kuadran. Area gluteal tidak hanya terbatas pada bokong saja, tetapi
memanjang ke arah krista iliaka. Area injeksi dipilih pada area kuadran luar atas.

Area injeksi ventrogluteal dapat pula ditentukan dengan cara menarik garis bayangan
dari spina iliaka posterior superior menuju trokanter besar. Injeksi dilakukan pada area lateral
dan superior terhadap garis bayangan.
Untuk menampakan area ini dengan jelas, pakaian yang menutupi bokong harus
dibuka secara penuh dan pasien diatur berbaring menghadap ke bawah dalam posisi prone
dengan kedua tangan di atas kedua sisi tempat tidur dan kedua kaki diputar ke dalam. Posisi
ini akan membantu relaksasi otot gluteus dan relaksasi pasien yang diinjeksi. Selain posisi
pronasi, pasien dapat pula diatur dalam posisi miring ke samping dengan kaki yang di atas
ditekuk pada pangkal paha dan lutut serta diletakan di depan kaki bawah yang diatur lurus.

Area ventrogluteal. Area ini juga disebut area von hoehstetter. Area ini paling banyak
dipilih untuk injeksi intramuscular karena pada area ini tidak terdapat pembuluh darah dan
saraf besar. Area ini juga jauh dari anus sehingga tidak atau kurang terkontaminasi. Dalam
melakukan injeksi pada area ini, pasien dapat diatur dalam posisi berbaring terlentang,
tengkurap (pronasi), duduk atau berbaring ke samping. Untuk mendapatkan area ini, misalnya
apabila pasien diatur miring ke samping kanan, perawat meletakan telapak tangan pada
trokanter mayor dengan jari-jari menghadap ke arah kepala (perhatikan jangan sampai keliru
dengan krista iliaka superior). Jari tengah diletakan pada spina iliaka anterior superior dan
direntangkan menjauh membentuk suatu area berbentuk huruf V. jarum injeksi ditusukan di
tengah-tengah area ini.

Area vastus lateralis. Area ini terletak antara sisi median anterior dan sisi midlateral
paha. Otot vastus lateralis biasanya tebal dan tumbuh secara baik pada orang dewasa dan
anak-anak. Bila melakukan injeksi pada bayi, disarankan menggunakan area ini karena pada
area ini tidak terdapat serabut saraf dan pembuluh darah besar. Area injeksi disarankan pada
sepertiga bagian yang tengah. Area ini ditentukan dengan cara membagi area antara trokanter
mayor sampai dengan kondila femur lateral menjadi tiga bagian lalu pilih area tengah untuk
lokasi injeksi. Untuk melakukan injeksi ini, pasien dapat diatur miring atau duduk.

Cara kerja injeksi intramuscular:

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan.


2. Siapkan peralatan yang terdiri dari:
a. Kartu pengobatan/rencana order pengobatan.
b. Obat steril dalam ampula atau vial.
c. Spuit beserta jarum steril (ukuran tergantung dengan yang diperlukan).
d. Kapas pengusap dalam larutan antiseptik.
e. Kaca steril (bila diperlukan untuk membuka ampul).
3. Siapkan obat dengan mengambil obat dari ampul atau vial sesuai dengan jumlah yang
dikehendaki (baca pada cara kerja menyiapkan obat dari vial atau ampul).
4. Yakinkan bahwa pasien benar dan beritahu pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan, kemudian bantu mengatur posisi yang nyaman.
5. Buka pakaian, selimut atau kain yang menutupi area yang akan diinjeksi.
6. Tentukan lokasi penyuntikan, pilihlah area yang bebas dari lesi, nyeri tekan, bengkak
dan radang. Bersihkan kulit dengan pengusap antiseptik secara melingkar dari dalam
ke luar.
7. Siapkan spuit yang sudah berisi obat buka penutup jarumnya dengan hati-hati, dan
keluarkan udara dalam spuit.
8. Gunakan tangan yang tidak memegang spuit untuk membentangkan kulit pada area
yang akan ditusuk, pegang spuit antara jempol dan jari-jari kemudian tusukan jarum
secara tegak lurus pada sudut 90.
9. Lakukan aspirasi untuk mengecek apakah jarum tidak mengenai pembuluh darah
dengan cara menarik pengokang. Bila terhisap darah maka segera cabut spuit, buang
dan ganti yang baru. Bila tidak terhisap darah, maka perlahan-lahan masukan obat
dengan cara mendorong pengokang spuit.
10. Bila obat sudah masuk semua maka segera cabut spuit dan lakukan masage pada area
penusukan.
11. Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang nyaman.
12. Buang spuit pada tempat yang disediakan, bereskan peralatan.
13. Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda.

Injeksi Intravena

Jalur vena dipakai khususnya untuk tujuan agar obat yang diberikan dapat bereaksi
dengan cepat misalnya pada situasi gawat darurat, obat dimasukan ke dalam vena sehingga
obat langsung masuk system sirkulasi yang menyebabkan obat dapat bereaksi lebih cepat
dibanding dengan cara enteral atau parental yang lain yang memerlukan waktu absorbsi.

Pemberian obat intravena dapat dilakukan dengan berbagai cara. Pada pasien yang
tidak dipasang infus, obat diinjeksikan langsung pada vena. Bila cara ini yang dilakukan,
maka biasanya dicari vena besar yaitu vena basilika atau vena sefalika pada lengan. Pada
pasien yang dipasang infus, obat dapat diberikan melalui botol infus atau melalui karet pada
selang infus yang dibuat untuk memasukan obat.
Dalam melakukan obat melalui vena atau memasang infus harus hati-hati dan
memiliki ketrampilan khusus karena resiko yang dapat terjadi cukup besar. Untuk
memasukan obat melalui vena, perawat harus mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang
memadai sehingga tidak terjadi kesalahan dalam pelaksanaan atau menyebabkan berbagai
masalah yang fatal bagi pasien misalnya terjadi emboli udara. Perawat juga harus mampu
mencari vena yang tepat untuk penusukan. Jangan lakukan penusukan sebelum yakin
mendapatkan vena yang mudah ditusuk. Pengulangan tusukan dapat menyebabkan rasa sakit
dan rasa takut pada pasien.

Pasien yang terpasang infus seringkali mendapat order obat yang dimasukan secara
intravena. Pada pasien ini, perawat tidak perlu membuat tusukan baru lagi, tetapi dapat
memasukan obat melalui karet pada pipa infus yang dirancang untuk memasukan obat atau
melalui botol infus. Dalam melakukan tindakan ini, perawat harus memperhatikan teknik
aseptik yaitu dengan mengusap tempat yang akan ditusuk dengan kapas antiseptik. Klem
infus dimatikan selama obat dimasukan dan bila sudah selesai, kecepatan tetesan diatur
kembali. Pada setiap penambahan obat melalui pipa atau botol infus, buat label pada botol
infus, angkat dan goyangkan botol agar obat dapat campur, observasi keadaan pasien dan
catat tindakan anda pada buku catatan pengobatan atau status kesehatan pasien.

Cara kerja memberikan obat intravena:

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan.


2. Siapkan peralatan yang terdiri dari:
a. Kartu pengobatan/rencana order pengobatan.
b. Spuit steril yang berisi obat steril.
c. Kapas pengusap dalam larutan antiseptik.
d. Turniket.
3. Yakinkan bahwa pasien benar dan beritahu pasien tentang tindakan yang akan
dilakukan, kemudian bantu mengatur posisi yang nyaman.
4. Tentukan dan cari vena yang akan ditusuk (misalnya vena basilika dan vena sefalika,
buka kain yang menutupi vena.
5. Bila vena sudah ditemukan missal vena basilika, atur lengan lurus dan pasang turniket
sampai vena benar-benar dapat dilihat dan diraba kemudian bersihkan dengan kapas
pengusap antiseptik.
6. Siapkan spuit yang sudah berisi obat. Bila dalam tabung masih terdapat udara, maka
udara harus dikeluarkan.
7. Pelan tusukan jarum ke dalam vena dengan posisi jarum sejajar dengan vena. Untuk
mencegah vena tidak bergeser tangan yang tidak memegang spuit dapat digunakan
untuk menahan vena sampai jarum masuk vena.
8. Lakukan aspirasi dengan cara menarik pengokang spuit. Bila terhisap darah, lepas
turniket dan dorong obat pelan-pelan ke dalam vena.
9. Setelah obat masuk semua, segera cabut spuit dan buang di tempat pembuangan
sesuai prosedur.
10. Rapikan pasien dan atur dalam posisi yang nyaman.
11. Observasi keadaan pasien dan catat tindakan anda.

Cara memasang infus:

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan.


2. Siapkan peralatan:
a. Cairan intravena sesuai yang dibutuhkan.
b. IV set yang terdiri dari pipa intravena dan jarum.
c. Jarum lain (missal: abocath, wing needle atau sesuai yang dibutuhkan
denganukurang yang sesuai).
d. Papan spalk (bila diperlukan).
e. Baki berisi: bola kapas beralkohol, turniket, gunting, plester.
f. Standard nfus.
g. Kassa steril.
h. Larutan antiseptik missal: betadin.
i. Sarung tangan disposable.
3. Kaji pasien dan pastikan tidak salah pasien yang lain.
4. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan.
5. Siapkan cairan yang akan diberikan; buka botol infus dan pipa infus dari kantongnya,
buka penutup botol infus dan sambungkan dengan pipa infus dengan cara menusukan
penusuk karet pipa infus pada mulut botol infus. Pasang botol infus pada standard
infus. Pencet drip/penampung pada pipa sehingga cairan infus masuk ke drip sampai
tanda batas lalu buka klem dan alirkan cairan sampai memenuhi pipa. Hilangkan
udara pada pipa dengan cara meluruskan pipa tegak lurus dan menjentik-jentik
dengan ujung tengah jari. Pastikan bahwa dalam pipa dan jarum tidak ada udara.
6. Atur posisi pasien rileks dengan tangan lurus.
7. Pasang turniket di atas area vena yang akan ditusuk dan anjurkan pasien untuk
menggenggam erat sampai vena distensi dan tampak dengan jelas. Bila vena belum
tampak, perawat dapat menepuk-nepuk area vena sambil menganjurkan pasien
membuka dan menutup genggaman sampai vena tampak jelas.
8. Bersihkan area yang akan ditusuk dengan kapas alcohol.
9. Pegang jarum pada sudut 45 sejajar dengan vena dan tusukan pada vena. Setelah
ujung jarum masuk dalam vena, rendahkan kesudutan jarum sampai hampir sejajar
dengan vena. Jarum kemudian diteruskan masuk ke vena dan tangan yang tidak
memegang jarum digunakan untuk mengontrol letak jarum dengan palpasi vena dari
luar. (bila menggunakan abocath, satu tangan mendorong jarum sementara tangan
yang lain menarik mandarin ke luar, setelah mandarin keluar dan darah keluar
sedikit maka jarum segera dihubungkan dengan pipa infus).
10. Turniket segera dilepas dan cairan segera dialirkan dengan membuka klem.
11. Setelah yakin aliran lancar, tutup area penusukan dengan kassa betadin dan pasang
plester.
12. Atur kecepatan tetesan infus sesuai pesanan.
13. Atur posisi pasien yang nyaman dan tidak menghambat aliran cairan.
14. Bereskan peralatan dan catat tindakan anda secara singkat dan jelas.

Pemberian obat topical

Selain dikemas dalam bentuk untuk diminum atau diinjeksikan, beberapa jenis obat
dikemas dalam bentuk obat luar seperti lotion, liniment,ointment, pasta dan bubuk yang
biasanya dipakai untuk pengobatan gangguan dermatologis misalnya gatal-gatal, kulit kering,
infeksi dan lain-lain. Obat topical juga dikemas dalam bentuk obat tetes (instilasi) yang
dipakai untuk tetes mata, telinga atau hidung serta dalam bentuk untuk iritasi baik mata,
telinga, hidung,vagina, maupun rectum.

Pemberian obat kulit (Dermatologis)

Obat dapat diberikan pada kulit dengan cara digosokkan, ditepukkan, disemprotkan,
dioleskan dan iontoforesis (pemberian obat pada kulit dengan listrik). Prinsip kerja pemberian
obat pada kulit antara lain meliputi:

a. Gunakan teknik steril bila ada luka pada kulit.


b. Bersihkan kulit sebelum memberikan obat (bahan pembersih ditentukan oleh
dokter)
c. Ambil obat kulit dari tempatnya dengan batang spatel lidah dan bukan dengan
tangan.
d. Bila obat perlu digosok, gunakan tekanan halus.
e. Oleskan obat tipis-tipis kecuali ada petunjuk lain.
f. Obat dalam bentuk cair harus diberikan dengan aplikator.
g. Bila digunakan kompres atau kapas lembab maka pelembab harus steril.

Irigasi dan instilasi mata

Irigasi mata merupakan suatu tindakan pencucian kantung konjungtiva mata. Berbagai
bentuk spuit tersedia khusus untuk melakukan irigasi tetapi bila tidak ada dapat digunakan
spuit dengan tabung yang besar. Peralatan yang digunakan harus dalam keadaan steril.

Obat mata biasanya berbentuk cairan (obat tetes mata) dan ointment/obat salep mata
yang dikemas dalam tabung kecil. Karena sifat selaput lender dan jaringan mata yang lunak
dan responsive terhadap obat, maka obat mata biasanya diramu dengan kekuatan yang rendah
misalnya 2%.

Cara irigasi dan instilasi mata:

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan.


2. Siapkan peralatan
Untuk irigasi:
a. Tabung steril untuk tempat cairan
b. Cairan irigasi sebanyak 60 sampai dengan 240 cc dengan suhu 370C.
c. Alat irrigator mata atau spuit steril
d. Bengkok steril
e. Bola kapas steril
f. Cairan normal salin steril (bila diperlukan)
g. Perlak
h. Sarung tanga steril
Instilasi:

a. Obat yang diperlukan


b. Kapas kering steril
c. Kapas basah (normal saline) steril
d. Kassa/penutup mata dan plester
e. Sarung tangan steril
3. Siapkan pasien yaitu dengan memberitahu pasien tentang irigasi/pengobatan yang
akan diberikan. Bantu pasien mengaturposisi duduk atau berbaring sambil
memiringkan kepala ke arah mata yang sakit. Pasang kain penutup untuk melindungi
pasien dan baju pasien agar tidak basah dan pasang bengkok di bawah mata yang sakit
(pada pelaksanaan irigasi)
4. Kaji mata pasien. Amati adanya gangguan pada mata misalnya warna merah, adanya
kotoran, bengkak, pandangan kabur, mata sering dikucek-kucek dan lain-lain.
5. Bersihkan kelopakmata dan bulu mata dengan bola kapas yang telah dibasahi dengan
cairan irigasi dengan arah dari kantus dalam menuju kantus luar.
6. Masukan cairan irigasi atau obat mata.
7. Bersihkan mata dengan cara mengusap dari arah dalam keluar.
8. Tutup mata bila diperlukan dan kaji respon pasien.
9. Bereskan alat yang digunakan dan catat tindakan anda dengan singkat dan jelas.

Instilasi hidung

Obat yang diberikan melalui tetesan hidung (instilasi hidung) diberikan biasanya
dengan maksud menimbulkan astringent efek yang merupakan efek obat dalam
mengkerutkan selaput lendir yang bengkak. Obat tetes hidung diberikan pula dengan tujuan
untuk menyembuhkan infeksi pada rongga atau sinus-sinus hidung.

Cara kerja instilasi hidung:

1. Pastikan tentang adanya order obat.


2. Siapkan peralatan
a. Obat tetes hidung
b. Bola kapas
3. Beritahu kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan siapkan pasien.
Posisi pasen diatur berbaring terlentang dengan bagian bahu disokong sebuah bantal
sehingga kepala mengadah. Anjurkan pasien untuk menghembuskan napas sedikit
kuat sehingga lubang hidung akan bersih.
4. Elevasikan lubang hidung dengan cara menekan ujung hidung dengan jempol.
5. Pengang obat tetes hidung di atas lubang hidung dan teteskan obat pada bagian tengah
konka superior tulang etmoidalis (beritahu pasien untuk bernapas melalui mulut
sewaktu obat diteteskan).
6. Anjurkan pasien tetap dalam posisi ini selama 1 menit sehingga obat dapat sambil
pada semua dinding hidung.
7. Atur posisi pasien yang nyaman dan beritahu untuk bernapas melalui hidung kembali.
8. Bereskan peralatan dan catat tindakan anda secara jelas dan singkat.

Cara kerja irigasi dan istilasi telinga :

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan


2. Siapkan peralatan:
Untuk irigasi:
a. Tabung berisi cairan irigasi dengan jumlah dan konsentrasi sesuai yang
dikehendaki
b. Alat suntik/spuit
c. Bengkok
d. Perlak handuk
e. Kapas pengusap
f. Bola kapas
g. Sarung tangan
Untuk intilasi:
a. Obat tetes dalam tempatnya
b. Kapas dibungkus dalam kasa
c. Batang karet (tambahan) terutama digunakan untuk tetesan terakhir untuk
mencegah gerakan tiba-tiba anak atau pasien tidak sadar.
d. Bola kapas
3. Beritahu dan siapkan pasien.
Untuk irigasi: beritahu pasien tentang rasa penuh, hangat dan mungkin sakit yang
akan dialami pada saat cairan sampai pada gendang telinga. Bantu pasien duduk atau
berbaring dengan posisi kepala menghadapke arah telinga yang sakit. Pasang perlak
handuk di bahu pasien dan pegang bengkok di bawah telinga.
Untuk instilasi: bantu pasien berbaring ke samping dengan posisi telinga yang sakit
menghadap ke atas.
4. Kaji keadaan daun telinga dan saluran telinga bagian luar. Lakukan inspeksi untuk
mengetahui adanya kemerah-merahan, lecet, dan setiap kotoran yang keluar. Bila
diperlukan guna otoskop dan bila ditemukan adanya benda asing atau genderang
telinga (membrane timpani) tidak utuh, jangan lakukan irigasi dan laporkan keadaan
ini pada perawat senior.
5. Bersihkan daun telinga dan lubang telinga dengan bola kapas basah.
6. Siapkan peralatan.

IRIGASI DAN INSTILASI VAGINA

Irigasi vagina merupakan suatu prosedur membersihkan vagina dengan aliran air yang
pelan. Tindakan ini dilakukan terutama untuk memasukkan larutan antimikrobia guna
mencegah pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi, mengeluarkan kotoran dalam
vagina dan mencegah perdarahan (dengan cairan dingin atau hangat) dan mengurangi
peradangan.

Peralatan steril digunakanm untuk melakukan irigasi vagina di rumah sakit, terutama
bila terdapat luka terbuka pada vagina. Jenis cairan yang digunakan tergantung pada prosedur
rumah sakit dan tujuan irigasi. Biasanya digunakan cairan normal salin, sodium bikarbonat,
air ledeng dan lain-lain. Jumlah cairan bervariasi antara 1000 sampai dengan 2000 ml dan
cairan dihangatkan pada suhu 50,5 oC.

Instilasi vagina dilakukan berbagai tujuan, antara lain untuk mengobati infeksi atau
menghilangkan rasa nyeri, maupun gatal pada vagina. Obat yang dimasukan melalui vagina
dikemas dalam bentuk yang bervariasi antara lain: Cream. Jelly. Foam atau supositoria.

Cara kerja irigasi dan instilasi vagina:

1. Pastikan tentang adanya order pengobatan


2. Siapkan peralatan
Untuk irigasi vagina:
a. Set irigasi vagina (sering dikemas untuk pemakaian disposable) yang terdiri dari
ujung lancip/corong, pipa, klem dan kantong cairan.
b. Perlak
c. Cairan irigasi
d. Kapas lembab
e. Termometer
f. Bedpan
g. Kertas tissue
h. Sarung tangan
i. Tiang/standar infus

Untuk instilasi vagina

a. Obat yang berbentuk supositoria atau krim


b. Sarung tangan disposable
c. Pelumas untuk obat suposituria
d. Aplikator untuk krim vagina
e. Kertas tissue/handuk
f. Kapas pembersih perineum
3. Beritahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan dan jelaskan rasa tidak nyaman
yang mungkin dirasakan selama tindakan. Buka/suruh pasien menanggalkan pakaian
bawah (tetap jaga privacy pasien)
4. Atur posisi pasien dan tutupi tubuh yang tidak digunakan. Pada pelaksanaan irigasi,
pertama-tama pasang perlak di bawah bokong pasien, pasang bedpan, dan atur posisi
pasien di atas bedpan dengan bahu lebih rendah dari pada panggul. Di bawah bagian
lumbal dapat dipasang bantal untuk mengurangi rasa tidak nyaman. Pada tindakan
instilasi obat, pasien diatur dalam posisi berbaring dengan lutut ditekuk dan,
direntangkan ke luar.
5. Atur peralatan yang akan digunakan:
Untuk irigasi: tutup/klem pipa gantung tabuing cairan pada tiang infus setinggi 30 cm
dari vagina. Alirkan/Isi pipa dan corong dengan air.
Untuk instilasi: buka pembungkus obat suposituria dan letakkan di atas
pembungkusnya yang terbuka. Bila menggunakan aplikator, isi aplikator dengan krim,
jelly atau foam sesuai kebutuhan.
6. Kaji keadaan dan bersihkan area perineal dengan cara pakailah sarung tangan,
inspeksi lubang vagina untuk mengetahui setiap peradangan, perhatikan baud an
setiap cairan yang keluar. Lakukan pembersihan perineal untuk menghilangkan
mikroorganisme.
7. Masukan cairan irigasi, suposituria, krim, foam atau jelly sesuai dengan kebutuhan.
Untuk irigasi: aliran sedikit cairan di area perineal, pelan-pelan masukkan corong
sedalam antara 7 sampai dengan 10 cm kemudian alirkan cairan pelan-pelan. Setelah
semua cairan masuk dan keluar, ambil corong dan bantu pasien duduk di atas bedpan.
Untuk suposituria: lumasi ujung suposituria dan ujung jari telunjuk anda dengan
jelly. Buka labia sehingga lubang vagina dapat di lihat. Dorong suposituria ke dalam
lubang vagina dengan jari telunjuk sedalam 8-10cm. Setelah suposituria masuk, tarik
jari telunjuk anda dan anjurkan pasien tetap dalam posisi supinasi selama 5 sampai
dengan 10 menit.
Untuk krim, jelly atau foam : pelan-pelan masukan aplikator ke dalam lubang vagina,
dorong pengokang secara hati-hati sampai obat habis kemudian keluarkan aplikator.
8. Setelah selesai keringkan area perineal, ambil bedpan dan perlak dan atur pasien
dalam posisi yang nyaman.
9. Bereskan peralatan dan catat tindakan anda.
10. Kaji respon pasien antara lain meliputi: rasa sakit dan kotoran atau cairan yang keluar.

Pemberian obat per rektal dan supositoria

Obat dapat diberikan melalui rektal. Obat dalam bemtuk cairan yang banyak diberikan
melalui rektal yang sering disebut enema. Obat tertentu dalam bentuk kapsul yang besar dan
panjang (supositoria) juga dikemas untuk diberikan melalui anus/rectum. 0-Ada beberapa
keuntungan penggunaan obat supositoria antara lain:

a. Supositoria tidakmenyebabkan iritasi pada saluran pencernaan bagian atas.


b. Beberapa obat tertentu dapat diabsorpsi dengan baik melalui dinding permukaan
rectum.
c. Supositoria rektal diperkirakan mempunyai tingkatan (titrasi) aliran pembuluh darah
yang yang besar, karena pembuluh darah vena pada rectum tidak ditrasformasikan
melalui liver.
Ada beberapa prinsip yang harus dipegang oleh perawat dalam memberikan obat
dalam bentuk enema dan supositoria, antara lain:
a. Untuk mencegah peristaltik, lakukan enema retensi secara pelandengan cairan sedikit
(tidak lebih dari 120 ml) dan gunakan rektal tube kecil.
b. Selama enama berlangsung, anjurkan pasien berbaring miring ke kiri dan bernapas
melalui mulut untuk merilekskan spingter.
c. Retensi enema dilakukan setelah pasien buang air besar.
d. Anjurkan pasien untuk berbaring telentang selama 30 menit setelah pemberian enema.
e. Obat supositoria harus disimpan di lemari es karena obat akan meleleh pada suhu
kamar.
f. Gunakan pelindung jari atau sarung tangan. Gunakan jari telunjuk untuk pasien
dewasa dan jari ke empat pada pasien bayi. Anjuran pasien berbaring ke kiri dan
bernapas melalui mulut agar spingter rileks. Pelan-pelan dorong supositoria ke dalam.
g. Anjurkan pasien tetap miring ke kiri selama 20 menit setelah obat masuk.
h. Bila diperlukan, beritahu pasien cara mengerjakan sendiri enema atau memasukkan
supositoria.
DAFTAR PUSTAKA

Priharjo, Robert.1995. Teknik Dasar Pemberian Obat Bagi Perawat. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai