Anda di halaman 1dari 11

1. Pendahuluhan Sebagai seorang perawat kita sering berhadapan dengan obat obatan dan cara pemakaian obat- obatan.

. Termasuk dalam tugas seorang perawat adalah penguasaan dalam mengatur obat obatan klien di bagiannya, juga mempersiapkan obat obatan sesuai dengan yang dianjurkan, persiapan tentang cara pemberian obat obatan secara tepat dan juga observasi terhadap cara obat itu bekerja. Tujuan Setelah mempelajari ini, pesert didik a kan mampu untuk : a. Menjelaskan indikasi dan kotraindikasi obat b. Menjelaskan resiko jika orang dibagian tidak menguasai nama nama obat obatan ( untuk setiap klien ) c. Menyebutkan lima peraturan pada saat pemberian obat obatan d. Menyebutkan lima macam cara cara pemakaian salep dan losion ( obat oles cair ) e. Menjelaskan ( jika mungkin memperagakan latiah ) bagaimana orang harus melakukan pemberian obat atau salep mata, telinga dan hidung . f. Menjelaskan bagaimana seseorang harus melakukan penyiapan dan pemberian supositoria dan pemberian obat obatan per vagina g. Menjelaskan cara pemberian obat obatan : i. Spei ii. Mandi uap iii. Ketel uap h. Menjelaskan beberapa obat obatan dan cara kerjnya secara umum dan berbagai pengecualian yang harus diperhatikan dalam cara pemberiannya i. Menjelaskan dengan tepat cara pemberian obat obatan yang harus diikuti dalam situasi kerja kita.

2. Anjuran dan Penguasaan tentang Obat obatan : Dalam suatu resep yang ditulis dengan lengkap akan kita temukan sebagai berikut : a. Tanggal b. Nama ( dan alamat ) klien c. Komposisi obat obatan dan kadang kadang di sampingnya juga merek obat, di bawah nama disebutkan nama perusahaan farmasi yang memasarkan obat. d. Cara pemakaian obat e. Tanda tangan dokter yang bersangkutan Indikasi menjelaskan tentang pedoman / pengarahan tentang cara cara pemakaian obat obatan ini, Kontraindikasi adalah peadoman / pengarahan yang mewajibkan untuk sangat berhati hati jika seandainya obat ini harus dipakai. Pada kemasan obat obatan ini tertera informasi ( keterangan ) yang sama seabagai mana tertera pada resep. Suatu bulatan biru pada etiket berarti obat obatan itu tidak boleh ditelan. Suatu bulatan merah berarti bahwa obat obatan itu ditujukan untuk keperluan injeksi atau infus. Disini orang yang bertanggung jawab diwajibkan memeriksa sistem ini setiap harinya : Perubahan perubahan yang terjadi dalam anjuran anjuran yang dibaerikan dokter. Apakah pemberian dan dosis dark obat yang dibearikan sudah tepat, ini harus ditentukan dalam system dan paraf. Bagaimana kkondisi persediaan obat obatan tersebut. Apakah jumlah obat yang dianjurkan telah dihabiskan oleh klien yang bersangkutan. Dokter harus diberitahu tentang hal ini dan apakah resep obat obatan ini harus diperpanjang atau sudah harus did hentikan. 3. Pedoman Pemberian Obat obatan : Pertanyaan pertanyaan berikut dapat / harus menjadi perhatian dalam pemberian obat obatan : Apakah ini obat yang tepat Apakah ini dosis yang tepat Apakah ini klien yang tepat Apakah ini cara pemberian obat yang tepat Apakah ini waktu yang tepat

4. Petunjuk Pemberian Obat : Ada beberapa cara dalam pemberian obat obatan ini tergantung pada situasi klien yang bersangkutan dan / atau dari bentuk obat yang bersangkutan, Cara pemberian berikut ini akan dilakukan : Pemberian obat obatan per oral Pemberian obat obatan per parenteral Pemberian obat obatan secara topical Pemberian obat obatan per rectal dan vagianal Pemberian obata obatan per inhalasi. a. Pemberian obat obatan per Oral : Obat obatan Per OS diberikan melalui mulut. Ada obat obatan dalam bentuk yang tetap : - Pil yang telan dalam keadaan utuh - Tablet yang dapat dipatahkan - Puyer ( bubuk ) yang dapat dilarutkan - Bersalut yang tertutup oleh suatu lapisan yang tipis dan harus ditelan secara Utuh - Kapsul kapsul yang terbungkus akan larut dalam usus, kapsul juga harus ditelan secara utuh. Selain bentuk bentuk yang disebut diatas terdapat juga obat obatan dalam bentuk cair yang diberikan perOs . Di sine kita memakai sendok pengukur, gelas pengukur ( yang kecil ) atau botol tetesan. Kadang kadang cairan sebelum dipakai harus dikocok dahulu. Obat obatan yang diberikan per os biasanya diminum dengan air atau dimakan dengan buah buahan. Pada orang yang mengalami masalah menelan dapat juga dipakai sonde. b. Pemberian obat obatan per parenteral : i. Injeksi sub kutan, dilakukan dengan menempatkan obat ke dalam jaringan ikat longgar di bawah dermis. Karena jaringan SC tidak dialiri darah sebanyak darah yang mengaliri otot, absorpsi di jaringan subkutan sedikit lebih lambat dari pada absorpsi pada injeksi IM. Tempat terbaik untuk injeksi subkutan meliputi area vaskular di sekitar bagian luar lengan atas, abdomen dari batas bawah kosta sampai kreita iliaka, dan bagian anterior paha. Tempat

yanglain meliputi daerah skapula di punggung atas dan daerah ventral atas atau gluteus dorsal ii. iii. iv. Injeksi Intra kutan Injeksi Intramuskuler Injeksi Intra Vena

c. Pemberian obat obatan secara topical : Pemberian obat obatan secara topical / local. Jika hanya diberikan pada tempat tertentu ( atau beberapa tempat ) pada kulit. Obat tersebut bekerja paling kuat pada lokasi tersebut ( tempat tempat tersebut ). Obat obatan itu diserap melalui kulit dan kemudian akan disebarkan ke seluruh tubuh. Pada pemberian secara local dapat kita golongkan sebagai obat : Salep atau losion Juga obat obatan tetes mata, hidung dan telinga.

Salep dan losion ( kecuali salep mata dan telinga ) dioleskan pada kulit dan diratakan. Pada penerapannya salep ini harus kita perhatikan hal hal berikut : Tempat / tabung plastic atau tube tersebut tidak boleh dicemari oleh mikroorganisme. Oleh karena itu kita harus mengambil secukupnya yang kita perlukan dengan spatel atau dengan kain kasa dari tempat atau tube tersebut. Yang memberikan harus menghindari agar ia sendiri tidak menerima obat tersebut melalui perantaraan kuklitnya sendiril, yang dapat mengakibatkan hal hal yang tidak di inginkan Oleh karena itu waktu mengoleskan harus dipakai sarung tangan yang disposibel ( sekali pakai ) Cara cara pemberian obat tetes / salep mata : - Kita menjelaskan pada klien apa yang akan dilakukan dan memintanya mengambil sikap yang mudah dan tenang, disini diusakan agar kepala sedapat mungkin harus horizontal. - Salep mata kita letakkan pada tepi dikelopak mata bagian bawah, Ujung dari tube harus diarahkan pada arah hidung dan tidak mengarah pada bola mata. Ini dilakukan agar pada gerakan mata yang tiba tiba bola mata tidak tersentuh dan tidak terluka. Salep yang berlebihan kita usap dengan kain kasa, kearah hidung. - Tetes mata, kita meneteskan obat dari sudut dekat hidung, hindari pipet tidak menyentuh hidung. Setelah memberi tetes mata kelopak ditutup dan tetesan yang berlibihan dibersihkan dengan kasa.

Cara pemberian obat tetes atau salep telinga : - Minta klien untuk mengambil sikap sedemikian rupa agar telinga yang dirawat dapat terlihat jelas dan dapat dijangkau dengan mudah. - Telinga kita tarik sedikit ke belakang dan keatas agar lubang teling dapat kita lihat dengan jelas. - Mengambil jumlah tetesan yang dianjurkan - Mengalirkan masuk melalui dinding lubang telinga. Salep juga diletakkan pada dinding lubang telinga. - Minta agar klien tetap dalam posisi yang demikian baik secara duduk atau berbaring. - Setelah itu kita bersihkan tetesan yang jatuh di luar tempat yang kita rencanakan. Cara pemberian obat tetes hidung : Kita minta agar klien membersihkan ujung hidung dengan cara bersin Dengan satu tangan kita menekankan ujung hidung sedikit ke atas dan berusaha semaksimal mungkin menekuk kepalanya ke belakang. sedangkan dengan tangan yanglain kita meneteskan tetesan yan dianjurkan ke lubang hidung, Disini pipet tidak boleh masuk ke dalam lubang hidung. Selanjutnyua kita minta klien untuk menekan lubang hidungnya yang Dan akhirnya kita melakukan tindakan yang sama pada lubang hidung sebelah sambil menghirup masuk obat tetes tersebut. yang lain. d. Pemberian Obat per rectal atau vaginal : Pemberian obat per rectal : Pemberian obat per rectal biasanya dilakukan per supositoria ( Pil perangsang defekasi ). Pada saat memasukkan pil perangsang defekasi ini, klien diminta untuk tidur miring kiri dan tidak mengejan. Disini dapat digunakan sarung tangan ploastik ataupun kondom jari untuk menjaga higiene yang baik, atau dapat juga dipakai kerta toilet atau kain lembut. Pemberian Obar per Vagina : Obat yang dimasukkan ke dalam vagina pada umumnya bekerja secara lokal. Pada pemberian obat secara vaginal, klien harus minimal selama satu jam tidur terlentang untuk menghindari obat itu mengalir keluar. Oleh karena itu obat obatan ini sering diberikan pada istirahat siang selama satu jam dan pada saat tidur pada malam hari. Oleh karena pemberian dengan cara ini dapat membangkitkan rasa malu, kita wajib

menjaga privasi klien. Yang penting disini untuk menginformasikan pada klien tentang apa yang akan terjadi. Setelah selesai tindakan dan jika masih diperlukan, kita dapat mendiskusikannya Caranya : Kita minta agar klien rebah terlentang dengan rileks dengan kedua kakinya dibentangkan terbuka. Setelah itu dengan sebelah tangan kita rengangkan lebia mayora dan minora dan dengan tangan yang lain kita masukkan alat bantu tersebut ke dalam vagina. Untuk melindungi terhadap pakaian klien kita dapat memberi perlak pengaman. Sering alat Bantu memasukkan ini dipakai terus selama periode pengobatan ini. Oleh karena itu setelah selesai / setiap kali dipakai alat ini harus dibersihkan secara cermat dan menyiapkannya untuk pemakaian berikutnya. e. Pemberian obat obatan melalui inhalasi. Pemberian obat - obatan melalui inhalasi adalah pemberian obat obatan melalui saluran pernapasan langsung ke paru paru. Berdasarkan ini kita akan membahas pemberian obat melalui : - Alat inhalator - Alat penguap - Ketel uap Per Inhalator Inhalator (I alat penghirup ) keuntungan seperti : cara kerja lebih cepat dari obat sehingga dimungkinkan suatu pemberian dosis yang lebih rendah dan tidak diperlukan pekerjaan tambahan yang bermacam macam. Cara pemberian ini juga mempunyai beberapa kerugian karena sebenarnya sulit untuk dapat mengatur napas dengan baik dan kadang kadang menyebabkan obat itu tidak cukup karena klien kurang dalam menarik napasnya. Ada beberapa alat penghisap : Dosis Aerosol : - Dosis aerosol sebelum dipakai harus dikocok dengan baik. - Lepaskan penutupnya - Dosis aerosol dipegang dengan bagian yang terbuka dihadapkan ke bawah - Buang napas dengan sempurna - Menempatkan kepala sedikit ke belakang - Letakkan alat semprot ini antara sisi depan dan bibir - Lidah ditekan ke bawah

- Tekan tabung semprot itu pada saat awal menarik napas - Bernapas dengan perlahan dan dalam. - Mempertahankan napas selama 5 sampai 10 hitungan - Membuang napas dengan tenang - Minum air seteguk - Pada pemakaian kortikosteroid perlu dilakukan tindakan perawatan mulut. Penggunaan dosis aerosol melalui suatu ruangan khusus untuk bernapas : - Kocok dosis aerosol . - Tempatkan aerosol dalam ruangan khusus untuk bernapas - Masukkan beberapa alat peniup yang dianjurkan ke dalam ruangan khusus untuk pernapasan, tapi jangan lebih dari 3 buah. - Tempatkan bagian sambungan ke mulut antara gigi dan rapatkan bibir di sekeliling bagian mulut - Tarik napas perlahan dan keluarkan lagi melalui ruangan khusus untuk pernapasan ini. - Lakukan ini 5 kali, dan untuk mereka yang bernapas pendek dilakukan 10 kali. Cara penggunaan alat penghisap puyer dengan kapsul : mulut Menempatkan kapsul dalam alat penghisap Membuka kapsul dengan cara memutar, menarik, atau melalui gerakan Membuang napas dengan sempurna ( tidak melalui alat penghisap ) Menempatkan kepala agak sedikit ke belakang Pasang alat penghisap di antara gigi dan bibir Tekanlah lidah agak ke bawah Menarik napas kuat kuat dari dalam Menahan napas untuk 5 menit sampai 10 menit Membuang napas dengan tenang Ulangi kegiatan ini ( seperlunya ) Periksa apakah kapsul sudah kosong Mengeluarkan kapsul yang sudah kosong Minum air seteguk Pada pemakaian kortikosteroid perlu dilakukan tindakan perawatan

menekan.

Pada penggunaan alat penguap elektrik, klien yang menggunakan sebelumnya perlu diberi informasi yang lengkap dan baik. Melalui Alat Penguap Hampir setiap orang yang mengalami salesma pernah melakukan penguapan Penguapan terutama kita lakukan terhadap lebih mudah dapat dikeluarkan. Cara bekerjanya sebagai berikut : - Klien menyiapkan semua bahan bahannya sebaiknya diatas suatu meja, pada sebuah bak kita buat persiapan dengan bagian air panas dan air dingin - Jika airnya dan uapnya terlalu panas, maka klien dapat menjauhkan jaraknya - Obat kita larutkan ke dalam air setelah klien menutupi kepalanya dan bak tersebut dengan sepotong kain, atau diikat hingga did depan wajahnya dengan pandangan mata masih bebas. - Kita menganjurkan agar klien melakukan ini selama 10 menit - Kita tidak boleh meninggalkan sendiri klien lansia, yang mengalami gangguan ingatan maupun anak = anak seorang diri dalam melakukan penguapan ini. Disini akan sama halnya dengan penggunaan sebuah ketel uap. Melalui Ketel Uap Ketel uap disini kita namakan juga Ketel tenggorokan karena dahulu dipakai pada penyakit difteri dan pseudodifteri. Ini adalah tindakan terhadap seorang klien yang mengalami sesak napas yang amat serius. Ketel ini terdiri dari reservoar air ( wadah air ) sumber panas ( umumnya listrik ). Dan alat / saluran uap dalam bentuk pipa yang panjang Cara kerja dengan ketel uap adalah sebagai berikut : timbul Ketela dengan saluran uapnya yang akan dipakai klien dibiarkan menjadi panas dahulu Barulah setelah ketel ini mulai menguap, kita arahkan saluran uapnya Kita harus berjaga untuk menghindari luka baker agar jarak antar ujung kearah klien saluran dengan wajah klien paling sedikit 1,5 meter. Isi ketel dengan aquades, untuk menghidari kadar kapur yang mungkin infeksi saluran napas bagian atas, seperti hidung, infeksi tenggorokan. Melalui penguapan ini lendir dilepaskan dan

Kain kain sprei tempat tidur maupun pakaian klien harus kita jaga Jika klien memiliki kulit yang peka, maka kita dapat melindungi

dengan menutupnya dengan penutup dari plastic terhadap pengaruh uap ini dengan mengoles kulitnya dengan krim pelindung. 5. Beberapa macam obat obatan a. Obat penghilang rasa sakit ( Efek : Perdrh sal cerna, Retensi Urine, dan obstipasi ) b. Preparat digitalis ( Efek merangsang kerja otot jantung ) Efek sama rasa mual, diare dan perasaan kacau c. Laksatif ( merangsang BAB ) d. Antibiotik ( membunuh bakteri / menahan pertumbuhannya ) e. Diuretika ( Membantu proses produksi urine ) Gejala gejala yang penting yang dapat terjadi pada berbagai obat obatan diuretika adalah: - Kekurangan kalium yang dapat diakibatkan oleh kelelahan dan kelemahan otot. - Daya kerja yang terlalu kuat dapat mengakibatkan kekurangan carian. f. Sitostatika : Ini adalah suatu zat yang menghambat pertumbuhan sel, dan dipakai pada berbagai bentuk kanker. Banyak dari jenis obat obatan ini diberikan secara perenteral melalui infuse. Ini sering terjadi di rumah sakit juga mungkin diberikan per oral Cara kerja obat obatan ini berbeda beda. Perasaan tidak nyaman menyeluruh, mual, muntah, diare, napsu makan berkurang, rambut rontok akan muncul secara bertahap. Jika harus memberikan obat sitostatika penting demi keamanan diri sendiri untuk mengikuti langkah langkah yang telah dianjurkan. g. Anti penggumpalan darah h. Psikofarmasi:

6. Hak Klien dalam pemberian obat : a. Mengetahui nama, tujuan;, kerja obat, dan efek potensial yang tidak diinginkan.

b. Menolak sebuah obat, tanpa memperhatikan konsekuensinya. c. Meminta perawat atau dokter berkualitas untuk mengkaji riwayat obat, termasuk alergi d. Mendapat nasehat yang benar berkenaan dengan sifat suatu terapi obat yang pernah muncul dan memberi persetujuan untuk penggunaannya. e. Menerima obat yang dilabel dengan aman tanpa merasa tidak nyaman sesuai dengan lima benar . f. Menerima terapi pendukung yang diperlukan terkait dengan terapi obat yang dijalani g. Tidak menerima obat yang tidak perlu. 7. Diagnosa Keperawatan yang mungkin muncul : a. Kurang pengetahuan tentang terapi obat yang berhubungan dengan : i. Kurang informasi dan pengalaman ii. Keterbatasan kognitif iii. Tidak mengenal sumber informasi b. Ketidakpatuhan terhadap terapi obat yang berhubungan dengan : i. Sumber ekonomi yang terbatas ii. Keyakinan tentang kesehatan iii. Pengaruh budaya c. Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan : i. Penurunan kekuatan ii. Nyeri dan ketidakny7amanan d. Perubahan sensori / persepsi yang berhubungan dengan : i. Pandangan kabur e. Ansietas yang berhubungan dengan : i. Status kesehatan yang berubah atau terancam ii. Status sosial ekonomi yang berubah atau terancam iii. Pola interaksi yang berubah atau terancam f. Gangguan menelan yang berhubungan dengan : i. Kerusakan neuromuskuler ii. Iritasi rongga mulut iii. Kesadaran yang terbatas g. Penatalaksanaan program terapeutik tidak efektif yang berhubungan dengan : i. Terapi yang komplek

ii. Pengetahuan yang kurang

Referensi

: a. Fuerst, Weitzol, Wolf, 1984, Dasar dasar ilmu keperawatan, buku kedua, Jakarta, PT Gunung Agung. b. Perry & Potter, 2005, Buku ajar Fundamental Keperawatan, Edisi 4, Volume I, Cetakan, I, Jakarta, EGC. c. Stevens,P.P.M., Bordui.F., Weyde Van der.J.A.G, 1999, Ilmu keperawatan, Jilid 2, Edisi 2, Jakarta, EGC

Anda mungkin juga menyukai