Anda di halaman 1dari 63

APA ILMU ITU?

Drs.Agustrisno, M.SP

Staf Pengajar Departemen


Antropologi FISIP-USU
Ilmu dalam Sistem Pengetahuan Manusia

Ilmu hanyalah merupakan salah satu jenis pengetahuan yang dimiliki manusia di
antara berbagai pengetahuan yang lain.
namun sejauh ini kiranya ilmulah yang merupakan pengetahuan yang paling
dapat diandalkan berkaitan dengan fakta empiris.

Penjelasan ilmiah, tentang fenomena gerhana bulan, misalnya, yang paling dapat
memberikan kepuasan pada rasa ingin tahu manusia dibandingkan dengan
penjelasan yang lain.
Selain itu, tradisi akademis yang dikembangkan di sekolah maupun
perguruan tinggi membuat setiap orang yang pernah belajar menjadi
terbiasa dengan ilmu, meskipun sejauh ini sumber pengetahuan yang
paling berkembang baru sampai tahapan otoritas.
Tradisi akademis membuat orang menjadi semakin rasional, sadar
ataupun tidak, orang yang pernah menuntut ilmu tertentu hanya akan
puas apabila setiap persoalan yang dihadapi dapat diberikan
eksplanasi secara ilmiah: dalam arti didukung data dan fakta yang
dapat dilakukan verifikasi secara empiris.
Adapun jenis pengetahuan di luar ilmu
antara lain:

1. Pengetahuan umum
sehari-hari (common sense):
Pengetahuan yang paling awal yang dimiliki manusia.
Ketika seseorang dilahirkan, dia secara tidak terelakkan hidup di dalam
satu lingkungan tradisi tertentu yang di dalamnya mencakup: adat-istiadat,
agama, bahasa, dan sistem pengetahuan umum yang berlaku di tempat dia
dilahirkan.
Memungkinkan dia dapat berkomunikasi dengan warga masyarakat di
sekitarnya, dan di situ pula dia menemukan dirinya sebagai aku yang
berpribadi, terbentuk cara berpikir dan berperilakunya.
Ciri khas pengetahuan common sense:
tersusun dari berbagai sistem pengetahuan
yang terdapat di dalam masyarakat tersebut,
antara lain: agama, mitos, ideologi, filsafat,
dan bahkan juga ilmu dan seni.
Sekalipun berbagai jenis
pengetahuan bercampur-baur di
dalam pengetahuan common
sense,
yang jelas bahwa banyak konsep
kita terima secara tidak kritis.
Berbagai pengertian kita terima
taken for granted, kita anggap
benar adanya, dan menjadi dasar
komunikasi dengan orang lain;
padahal sesungguhnya pengertian
tersebut tidak dapat
dipertanggungjawabkan secara
rasional
Misalnya:
kita percaya bahwa setiap hari matahari
itu terbit dari timur dan tenggelam di
barat. Arah mata angin sangat relatif dan
tidak pasti, satu tempat dapat kita
katakan timur atau barat, bahkan utara
atau selatan tergantung pada di mana
posisi kita
Kita juga sering berkata bahwa,
malam ini rembulan bersinar
terang; padahal kita tahu bahwa
rembulan sama sekali tidak
memiliki sinar, melainkan hanya
memantulkan sinar matahari
Unsur kepercayaan sangat dominan
di dalam pengetahuan sehari-hari,
kita percaya bahwa orang lain sejauh
menggunakan bahasa yang sama, dia
dapat mengerti apa yang kita
maksudkan.
Lebih dari itu, kita percaya bahwa
orang lain itu baik, apa yang
mereka katakan sebagai benar
dan dapat dipercaya. Tanpa ada
rasa saling percaya di dalam
kehidupan sehari-hari, hidup
manusia akan menjadi sangat
sulit.
2. Mitos (mitologi):
Digunakan untuk memberikan eksplanasi ketika
orang belum menemukan penjelasan rasional.

Sehingga pengetahuan mitologis, dapat dikatakan,


irasional, orang yang menerima penjelasan dituntut
untuk percaya begitu saja
Misalnya, di dalam masyarakat Jawa era tahun 70-
an, terutama di pedesaan orang tua-tua masih
percaya bahwa ketika terjadi gerhana bulan mereka
harus memukul kentongan secara beramai-ramai
agar bulan keluar lagi
Mitologi dalam arti legenda juga dapat ditemukan di
dalam kehidupan masyarakat Jawa, misalnya mitos
tentang Ratu Kidul, penguasa laut selatan.

Mitos bahwa raja-raja di Jawa itu keturunan para


nabi dan para dewa dan berbagai mitos lain yang
bersifat lokal yang hanya populer di daerah
tertentu.

Sifat khas pengetahuan mitologis adalah tidak


didukung data empiris, sehingga sulit dibuktikan
secara objektif.

Pengetahuan semacam ini hanya mengandalkan


pada kepercayaan bagi orang yang menganggapnya
sebagai Benar.
3. Agama:

Sejak awal peradaban manusia, agama


mewarnai hidup manusia

Agama sebagai salah satu sistem


pengetahuan, lebih bersifat normatif, yaitu
memberikan arah bagaimana seharusnya
manusia menjalani hidup dengan baik
Terlalu banyak agama di dunia ini, namun agama-
agama besar yang ada di dunia sekarang ini dapat
dikategorikan menjadi dua macam, yaitu agama
semitik yang terdiri atas: agama Yahudi, Kristen, dan
Islam.
Agama besar di luar itu adalah: Hindu, Buddha,
Konfusinisme. Di luar itu masih banyak lagi
kepercayaan yang sinkretis, misalnya suku Druz di
Lebanon yang mensinkretisasikan Islam dan Kristen,
suku Seikh di India yang mensinkretisasikan Islam dan
Hindu; dan agama yang masih primitif: animisme,
dinamisme, politeisme, dan sejenisnya yang
kesemuanya juga merupakan sistem pengetahuan
Agama sebagai sistem pengetahuan
diyakini kebenarannya oleh para
pemeluknya. Iman, kepercayaan sebagai
dasar fundamental bagi seseorang untuk
menganut agama tertentu. Para pemikir
telah berusaha memberikan eksplanasi
rasional berkaitan dengan masalah
keberagamaan: Tuhan, keimanan, dan
misteri lainnya
Yang sangat menarik adalah bahwa,
argumen yang positif maupun yang
negatif atas religiusitas manusia sama-
sama kuatnya dan juga sama-sama
lemahnya secara rasional.

Akan tetapi, sampai sekarang masih jauh


lebih banyak orang yang taat beragama
daripada yang telah meninggalkan
agama
Pemeluk agama yang taat
dengan keimanannya tidak
tergoyahkan oleh argumen apa
pun yang mencoba menafikan
agama.
4. Ideologi:

Ideologi merupakan sistem ide yang teratur yang


mengarahkan perilaku manusia.

Secara individual maupun secara bersama-sama


orang dapat dikatakan memiliki ideologi tertentu
yang mengarahkan perilakunya. Perilaku manusia
bukan tanpa dasar, tujuan dan makna
Ada prinsip tertentu yang diyakini
kebenarannya dan akan
dipertahankan apabila ada
penyerangan dari pihak lain
terhadap prinsip tersebut.
Ideologi besar dunia:

Liberalisme-Kapitalisme:
menekankan kebebasan individu. Negara sesedikit
mungkin mencampuri urusan individu (termasuk dalam
urusan ekonomi). Negara berfungsi semacam regulator
agar kepentingan individu tidak saling berkonflik.
Dalam ekonomi sangat menekankan persaingan yang
sehat, yang kuat mensubsidi yang lemah.
Misalnya: yang berpenghasilan tinggi dikenai pajak
progresif; yang miskin mendapat tunjangan sosial.
Komunisme-Sosialisme (dominan pada abad XX):
Negara terlalu campur tangan terhadap urusan individu.
Dapat dipertahankan karena ada pemerintahan yang
otoriter. Perekonomian semua diatur negara sehingga
tidak ada persaingan.
Prinsip sama rata sama rasa: gaji seorang Profesor sama
dengan gaji Tukang Sapu.
Sekarang sudah tidak populer lagi, karena negara
komunis sekarang secara tidak terelakkan membuka
kantong perekonomian yang bercorak kapitalisme
5. Seni:

Sejak munculnya peradaban, manusia juga telah


mengembangkan kesenian
Manusia tidak puas hanya dapat sekedar survive dan
meneruskan generasinya, jika hewan dan makhluk hidup
yang lebih rendah waktunya habis untuk mencari makan,
bermain-main, dan mencari pasangan hidup.
Tidak demikian halnya dengan manusia, meskipun
manusia juga harus berusaha untuk dapat bertahan hidup
sebagaimana yang dilakukan oleh hewan, namun manusia
toh lebih dari sekedar melakukan apa yang secara kasat
mata dilakukan oleh hewan
Seni merupakan kreasi yang khas manusia, hasil
perpaduan pikiran, perasaan dan imajinasi yang mampu
membuat hidup manusia lebih indah dan bermakna.
Genealogi Ilmu
Ilmu berasal dari masa lampau yang jauh, jauh sebelum sejarah
manusia dicatat
Induknya adalah ilmu gaib (magic) kesukuan. Induk yang sama juga
melahirkan agama, dan bahkan mungkin sebelumnya juga telah
melahirkan seni.
Jadi, ilmu, agama, dan seni itu merupakan saudara sekandung.
Metodenya berbeda, namun tujuannya adalah sama: untuk
memahami dan menafsirkan alam semesta dan kerjanya, dari sini
kemudian untuk meningkatkan kesejahteraan material dan spiritual
manusia bilamana mungkin (Weisz, dalam Lewis: 1).
Kutipan tersebut semakin jelas menunjukkan kepada kita bahwa
ilmu telah memiliki sejarah yang sangat panjang di dalam peradaban
manusia
Dalam arti tertentu, ilmu juga merupakan sebuah tradisi, yang
diwariskan secara turun-menurun dari generasi ke generasi. Seiring
dengan perjalanan waktu, perkembangan ilmu mengalami pasang-
surut, tergantung pada minat dan perhatian manusia dari zaman ke
zaman.
Ketika manusia kagum terhadap alam dan mencurahkan perhatian
untuk mengkaji alam, maka yang berkembang adalah ilmu alam
(zaman filsuf awal Yunani kuno
Tatkala manusia mulai sadar dan mengenal diri sendiri, ilmu
memusatkan perhatian pada diri manusia sendiri (zaman kaum sofis,
Socrates, Plato, dan memuncak pada Aristoteles) membuat
pengertian tentang manusia menjadi sangat maju, terutama yang
berkaitan dengan persoalan moral.
Zaman abad pertengahan, ilmu sangat diwarnai dengan nuansa
keagamaan, sehingga pengetahuan tentang Tuhan yang
berkembang.
Zaman Renaissance, ketika manusia mengalami krisis kepercayaan
terhadap pikiran yang bersifat teologis dan dogmatik, manusia mulai
mengandalkan kemampuannya untuk berpikir secara otonom dan
mengalihkan perhatian pada otoritas dan kemampuan yang
dimilikinya.
saat ini yang menonjol adalah pembahasan tentang sejauh mana
manusia mampu memiliki dan mencapai pengetahuan, pemikiran
tentang metode untuk mendapatkan pengetahuan sangat
Zaman modern, menurut tradisi pemikiran barat,
berlangsung sejak abad XVI ketika nama para pemikir
besar: Francis Bacon, Rene Descartes, Isaac Newton,
Copernicus, Galileo Galiei, dan yang hidup sezaman dengan
mereka berusaha secara serius mencari metode ilmiah dan
bereksperimen dalam bidang empiris, ilmu berkembang
dengan sangat pesat.

Berangsur-angsur ilmu memisahkan diri dari filsafat,


dipelopori oleh ilmu alam; kemajuan ilmu semakin tampak
lagi ketika pada abad XVIII dan XIX mulai bermunculan
ilmus sosial-kemanusiaan, yang dipelopori misalnya oleh
William Wundt, dalam bidang pskologi; Adam Smith dalam
ilmu ekonomi; Auguste Comte, dalam bidang sosiologi; dan
Wilhelm Dilthey dalam ilmu sejarah, ilmu dalam arti yang
kita kenal sekarang terus berkembang dan bahkan berbagai
cabang ilmu baru terus bermunculan (Lihat Sejarah Ilmu).
Ilmu Formal dan Ilmu Empiris
(Pembagian menurut C. G Hempel):

Ilmu formal: Logika dan Matematika.

Kebenaran di dalam logika dan matematika bersifat


tautologis (kebenaran kosong), yaitu benar sejauh
sesuai dengan validitas penalaran logis. Sama sekali
mengabaikan isi empiris pernyataan. 2 + 2 = 4 bisa
mengacu kepada apa pun, baik sesuatu yang ada di
dalam alam: realitas maupun sesuatu yang mungkin saja
adanya.
Ilmu Empiris: ilmu apa saja di luar ilmu formal.
Ilmu empiris kebenarannya bersifat
korespondensi, yaitu kesesuaian antara
pernyataan dengan kenyataan (fakta empiris,
entitas teoretis, hukum, teori).
Filsafat, khususnya filsafat ilmu, biasa juga
menyebut ilmu di luar filsafat (khususnya ilmu
empiris) sebagai ilmu khusus (special sciences).
Dikatakan sebagai ilmu khusus karena memang
berbeda dengan filsafat.
Filsafat: melihat sesuatu as such, komprehensif,
banyak juga bicara tentang nilai.
Ilmu khusus: penekanan pada aspek tertentu
realitas. Objek formal sangat menentukan sifat
masing-masing ilmu.
Ilmu formal berfungsi sebagai alat bantu
analisis bagi ilmu empiris. Hal ini dapat dilihat
di dalam riset kuantitatif ilmu empiris yang
banyak menggunakan simbol dan notasi
matematis, data statistik yang berupa angka
dan bilangan.
Ilmu empiris dapat maju dengan pesat
setelah ditemukannya metode induktif dan
eksperimen.
Metode induktif memungkinkan ilmuwan
dengan berangkat dari data partikular untuk
menemukan generalisasi dalam rangka
memberikan eksplanasi atas fakta yang
sejenis.
Kelebihan metode induktif: dapat
Penemu metode induktif: Francis Bacon
(1561-1626) dalam karyanya Novum
Organum.
Filsuf Inggris ini juga terkenal dengan
ajarannya knowledge is power. Untuk
dapat berkuasa orang harus memiliki
pengetahuan.
Bacon juga menganjurkan dilakukannya
eksperimen, dialah to have made known
the necessity for experimental physics.
Sebelum Bacon, ilmu empiris relatif tidak
banyak mengalami kemajuan. Ilmuwan
berpikir hanya menggunakan metode
deduktif.
Metode deduktif: penalaran silogistik, berangkat
dari yang umum (hukum umum) dalam rangka
menyimpulkan sesuatu yang khusus. Jadi,
konklusi hanya merupakan derivat dari hukum
umum saja.
Contoh:
Semua manusia mati
Paijo manusia
Paijo mati
Kelebihan metode deduktif: kesimpulan niscaya
benar
Kelemahan metode deduktif: tidak memberi
keterangan baru atas fakta empiris.
Eksperimen penting bagi ilmu empir

Eksperimen memungkinkan ilmuwan untuk secara


berulang melakukan uji hipotesis hingga diperoleh hasil
yang meyakinkan.
Eksperimen memungkinkan ilmuwan lain dapat
memperoleh hasil riset yang sama sejauh menggunakan
metode dan objek material yang sama.
Eksperimen lebih mungkin dilakukan pada objek materia
yang berupa benda fisik (anorganik sampai hewan).
Eksperimen pada objek material manusia sangat riskan:
ada kendala etis, agama, dan hukum. Akibat eksperimen
pada manusia akan sangat besar risikonya: bagaimana
kalau manusia sampai mati?
Oleh karena itu kemajuan ilmu sosial-
humaniora, dapat dikatakan, lebih lambat
dibandingkan dengan ilmu fisik, karena ilmu
sosial lebih sulit melakukan eksperimen.
Selain itu, seringkali dikatakan juga, bahwa ilmu
sosial tertinggal 300 tahun di belakang ilmu fisik.
Karena memang sejak Bacon, Newton,
Copernicus, Galileo ilmu fisik telah mengalami
kematangan dalam metode maupun prestasi.
Ilmu sosial baru bermunculan pada abad 18 dan
19.
Ilmu yang relatif tidak eksperimental
kemajuannya sangat pesat adalah astronomi.
Peristiwa alam raya (tata surya, misalnya) dapat
diramalkan dengan sangat tepat. Apalagi setelah
Karakterisasi ilmu empiris:
Pada akhirnya ilmu di luar ilmu formal berkeinginan
untuk menjadi ilmu empiris, artinya ilmu berangkat dan
berakhir pada fakta pengalaman.
Ilmu tidak lagi puas dengan spekulasi filosofis, ilmu
harus didasarkan atas data dan fakta yang
keberadaannya real.
Selain dapat memberikan eksplanasi, ilmu empiris
berusaha juga untuk dapat memberikan prediksi dan
retrodiksi atas fakta, fenomena, dan peristiwa yang akan
atau telah terjadi di masa depan atau masa lampau.
Prediksi: meramalkan kejadian masa depan berangkat
dari fakta masa lampau dan masa kini.
Retrodiksi: meramalkan (rekonstruksi) peristiwa masa
lampau berangkat dari fakta sekarang.
Prediksi dan retrodiksi mungkin untuk dilakukan,
karena ada asumsi bahwa: alam ini merupakan
cosmos, ada keteraturan di dalamnya.

Tanpa ada keteraturan sulit untuk dibayangkan


apa jadinya dunia ini, karena manusia senantiasa
dihadapkan pada sesuatu yang senantiasa baru.
Memori manusia akan menjadi sangat kacau dan
tidak berfungsi.

Karena alam adalah cosmos: apa yang terjadi di


masa lampau dapat pula terjadi di masa kini dan
masa depan.
Ilmu empiris, dapat dikatakan sebagai kelanjutan
pengetahuan common sense (pengetahuan pra-ilmiah).

Contoh: ilmu ekonomi muncul dari persoalan


manajemen rumah tangga. Ilmu ekonomi berupaya
memberi dasar rasional kepada manusia agar dapat
bertindak secara rasional dalam memenuhi
kebutuhannya. Agar orang tidak besar pasak daripada
tiang. Orang dapat menerapkan prinsip: dengan
pengorbanan tertentu dapat mencapai kepuasan
sebesar-besarnya; atau dengan pengorbanan sekecil-
kecilnya dapat mencapai kepuasan tertentu.
Ilmu ekonomi, dapat dikatakan, objek
materialnya: perilaku ekonomis manusia dengan
penekanan pada aspek tertentu: pemenuhan
kebutuhan.
Objek material mungkin sama, misalnya
manusia, namun karena objek formalnya
berbeda akan melahirkan ilmu yang berbeda
pula.
Dalam kenyataannya: banyak ilmu yang mengkaji
manusia namun toh melahirkan ilmu yang berbeda-
beda. Hal ini jelas tampak dalam ilmu sosial: ada
antropologi budaya, psikologi, sosiologi, dll.
Tepatlah ungkapan ilmu ditentukan oleh objek
formalnya (sudut pandang dalam melihat sesuatu).
Ilmu diperoleh secara metodis:

Pengetahuan ilmiah tidak didapatkan secara


sembarangan, melainkan diperoleh dengan
menggunakan metode tertentu. Metode yang
secara umum telah diterima oleh masyarakat
ilmiah yang secara bersama-sama menggeluti
bidang ilmu tertentu.
Ilmu memberikan eksplanasi sistematik:

memberikan penjelasan atau keterangan,


terutama berkaitan dengan Why question?.

Mengapa peristiwa, fenomena itu terjadi


sebagaimana adanya. Eksplanasi teologis tidak
lagi diberi tempat di dalam ilmu, karena ilmu
empiris melihat penyebab pertama bukan lagi hal
yang bersifat spiritual melainkan sesuatu yang
bersifat fisis dan material.
Why question? menjadi penting karena

salah satu asumsi dasar dalam ilmu


adalah bahwa tidak ada sesuatu yang
tanpa sebab atau hukum kausalitas itu
bersifat taken for granted.
Penemuan sebab merupakan hal yang
sangat penting untuk memberikan
penjelasan atas terjadinya peristiwa dan
fenomena.
Kebenaran ilmiah bersifat hipotetis:

selalu dalam proses, tidak pernah tuntas, selalu


dalam proses penyempurnaan. Yang dianggap ben
pada suatu ketika (hukum, teori) dapat menjadi
salah ketika ditemukan kebenaran yang baru.
Misalnya, teori Geosentris Aristotelian digantika
teori Heliosentris.
Tidak ada kemutlakan di dalam ilmu: meskipin
ilmu itu empiris, dalam kenyataannya orang tida
pernah dapat melihat: atom, energi, sinar
ultraviolet.
Meskipun ada ilmu pasti:
0 x 0 = .
Tak terhingga bukanlah
merupakan kepastian Benar:
sejauh belum terbukti salah.
Objektivitas ditekankan:

ilmu empiris menekankan objektivitas. Seolah-olah


objek menampakkan diri sebagaimana adanya.

Unsur subjektivitas sang peneliti sebisa mungkin


direduksi: ilmuwan tidak boleh memanipulasi data,
hasil riset tidak harus sesuai dengan kemauan
ilmuwan.
Ilmu fisis lebih mungkin menerapkan
prinsip objektivitas ini dibandingkan
dengan ilmu sosial-humaniora. Metode
hermeneutika dalam ilmu sejarah,
misalnya, justru memberi tempat bagi
subjek peneliti di dalam melakukan riset.
Ilmu merupakan sistem yang terbuka:
ilmu dapat dilihat sebagai proses dan sebagai produk.
Ilmu sebagai proses: aktivitas ilmuwan di dalam menemukan
pengetahuan ilmiah.

Ilmu sebagai produk: masyarakat sebagai pengguna hasil temuan


ilmuwan.
Jadi, ilmuwan dan masyarakat saling mempengaruhi di dalam
aktivitas ilmiah.
Ilmu bukan untuk ilmu semata, melainkan untuk menghasilkan
kebaikan dan kemanfaatan bagi masyarakat.
Ilmuwan di dalam melakukan riset tidak dapat begitu saja menutup
diri dari masyarakat sebagai pengguna ilmu.
FILSAFAT
PERKEMBANGAN
ILMU PENGETAHUAN
YUNANI - KUNO ABAD TENGAH ABAD MODERN ABAD KONTEMPORER

6SM 3SM - 6M 14M 14-15M 18M 19M 20M

STRUKTURALISME
RASIONALISME

NEOPOSITIVISME
RENAISSANCE

FENOMENOLOGI
AUFKLARUNG
THEOLOGIAE

POSITIVISME
KRITISISME
EMPIRISME

IDEALISME
LOGOS
MITOS

ANCILLA

FILSAFA THEOLOGI ILMU CABANG FAKTOR HEURISTIK


T

BIOLOGI KOMPUTER
ASTRONOMI
AGAMA
FILSAFA MATEMATIK
FILSAFA PARIWISATA
T A FISIKA
T
KIMIA
PSIKOLOGI DLL.
SOSIOLOGI
YUNANI KUNO

MITOS ..... - 6SM

LOGOS 3SM - 6M
FILSAFAT
Phylo = menyenangi
Sophia = bijaksana
MITOLOGI
Dongeng, Takhayul
Pertanyaan timbul
(ingin tahu)
DE-MITOLOGI
Dipikirkan
(secara kritis)

LOGOS
(ilmu)
Apakah ARCHE dari segala sesuatu yang ada ?

Thales (624 - 548 SM)


AIR
Anaximander (610 - 518 SM)
APEIRON
Anaximanes (590 - 518 SM)
UDARA
Phytagoras (580 - 500 SM)
BILANGAN
Demokritos (460 - 370 SM)
ATOM
SOCRATES (469 - 399SM)
Dialektika
PLATO (427 - 347 SM)
Rasionalisme

ARISTOTELES (384 - 322 SM)


Metafisika
Logika Biologi
Empirisme
ABAD PERTENGAHAN

ANCILLA THEOLOGIAE
DOGMA
DOGMA
DOGMA DOGMA
DOGMA

DOGMA DOGMA
ABAD KEGELAPAN
BAGI ILMU PENGETAHUAN

DOGMA DOGMA
PERMULAAN ABAD MODERN

LEONARDO DA VINCI
COPERNICUS KEPLER
RENAISSANCE GALILEO GALILEI
FRANCIS BACON
14 - 15 MASEHI

AUFKLARUNG VOLTAIRE

(PENCERAHAN) JJ. ROUSSEAU


MONTESQUIEU
IMMANUEL KANT
18 MASEHI
AGAMA DAN FILSAFAT MULAI DI PISAHKAN

AGAMA DI DASARI KEYAKINAN (KEIMANAN)

FILSAFAT DI DASARI OLEH OLAH PIKIR (SEKULARISASI)


RASIONALISME
EMPIRISME KRITISISME
IDEALISME
POSITIVISME

TUMBUH ILMU-ILMU CABANG (MENINGGALKAN FILSAFAT)


BIOLOGI
ASTRONOMI
MATEMATIKA
FISIKA KIMIA
PSIKOLOGI
SOSIOLOGI
SKEMA HUBUNGAN FILSAFAT DAN ILMU PENGETAHUAN
FIL ILMU F.INTERDISIPLINER
UMUM F.I FISIK
F. MATEMATIK

LO

FI
ETIKA ESTETIKA F. BIOLOGI

GI

L
IL
ME

KA

M
TO F.I SOSIAL
DO

U
LO

KH
GI
F.LINGUISTIK

S U
U S
EP. DA F.PSIKOLOGI
S AR

KEILMUAN
F. POLITIK

AKSIOLOGI
ANTROPOLOGI
GI

F. EKONOMI
O

F. HUKUM
MOL

BID
E

KOSMOLOGI F. BUDAYA
T

. KE
ME
S

HID
TA
I
EP

UPA
FIS N F. AGAMA
I KA
TEODICEAEI K
KH F. SEJARAH
UMU

DLL
UUS

ONTOLOGI
US
M

FILSAFAT
CABANG-CABANG
CABANG-CABANG FILSAFAT
FILSAFAT

Anda mungkin juga menyukai