Pembimbing :
Disusun Oleh :
NIM. P07131217126
2020
LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN
Pembimbing :
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Menyelesaikan Tugas Praktek Kerja
Lapangan Bidang Penyelenggaraan Makanan Institusi
di RSUD Brigjend. H. Hasan Basry Kandangan
Disusun Oleh :
NIM. P07131217126
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Menyetujui,
Kepala Instalasi Gizi
Pembimbing
RSUD Brigjend. H. Hasan Basry Kandangan
Puji dan Syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
berkat rahmat-Nya yang telah dilimpahkan kepada saya sehingga saya dapat
menyelesaikan Laporan tentang Penerapan Hazard Analysis Crital Control Point
(HACCP) Pada Menu Empal Jagung di Instalasi Gizi RSUD Brigjend. H. Hasan
Basry Kandangan.
1. Ibu dr. Hj. Rasyidah M.Kes, selaku Direktur RSUD Brigjend. H. Hasan
Basry Kandangan yang telah memberikan izin kepada kami untuk
melaksanakan PKL BPMI.
2. Bapak Dr. H. Mahpolah, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kemenkes Banjarmasin.
3. Ibu Rabiatun Nisa, A.Md.Gz., RD, selaku kepala Instalasi Gizi RSUD
Brigjend. H. Hasan Basry Kandangan.
4. Kakak Hayda Irnani, S.Gz, selaku pembimbing lapangan selama PKL yang
telah memberikan bimbingan.
5. Ahli Gizi RSUD Brigjend. H. Hasan Basry Kandangan yang telah
memberikan masukan dan saran.
6. Semua pihak yang telah membantu menyelesaikan laporan Penerapan
HACCP pada menu Empal Jagung di Instalasi Gizi RSUD Brigjend. H.
Hasan Basry Kandangan.
Saya sangat menyadari bahwa Laporan Penerapan HACCP pada menu
empal jagung ini masih kurang dari kata sempurna. Untuk itu saya
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan Laporan Penerapan HACCP pada menu empal jagung ini
dikemudian hari.
Penyusun
DAFTAR ISI
SAMPUL DEPAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI...................................................................................................iv
DAFTAR TABEL............................................................................................v
DAFTAR GAMBAR......................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN................................................................................1
A. Latar Belakang.............................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA......................................................................3
A. Pengertian HACCP......................................................................3
B. Prinsip HACCP...........................................................................5
C. Fungsi Penerapan HACCP........................................................12
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Penerapan
HACCP......................................................................................12
E. Bahan Empal Jagung.................................................................14
BAB III METODE PENELITIAN................................................................23
A. Waktu dan Tempat....................................................................23
B. Jenis Data...................................................................................23
C. Cara Pengumpulan Data............................................................23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................24
A. Hasil...........................................................................................24
B. Pembahasan...............................................................................26
BAB IV PENUTUP........................................................................................30
A. Kesimpulan................................................................................30
B. Saran..........................................................................................31
Daftar Pustaka
Lampiran
DAFTAR TABEL
A. Latar Belakang
Penyelenggaraan makanan terutama makanan khusus rumah sakit
harus optimal dan sesuai dengan mutu pelayanan standar kesehatan serta
indikasi penyakit pasien, penyelenggaraan makanan yang kurang memenuhi
syarat kesehatan (tidak saniter dan higienis) selain memperpanjang proses
perawatan, juga dapat menyebabkan timbulnya infeksi silang atau infeksi
nosokomial (infeksi yang didapatkan di rumah sakit), yang dapat diperoleh
melalui makanan. Selain timbulnya infeksi nosokomial, penyelenggaraan
makanan di rumah sakit yang tidak memenuhi standar kesehatan (tidak
higienis) juga dapat menyebabkan keracunan makanan (Puspita, 2010).
Keamanan pangan muncul sebagai suatu masalah yang dinamis
seiring dengan berkembangnya peradaban manusia dan kemajuan ilmu dan
teknologi, maka diperlukan suatu sistem pengawasan pangan sejak diproduksi,
diolah, ditangani, diangkut, disimpan dan didistribusikan serta dihidangkan
kepada konsumen. Toksisitas mikrobiologik dan toksisitas kimiawi terhadap
bahan pangan dapat terjadi pada rantai penanganan pangan dari mulai saat pra-
panen, pascapanen/pengolahan sampai saat produk pangan didistribusikan dan
dikonsumsi (Seto, 2001).
Keamanan pangan pada dasarnya adalah hygienie sanitasi makanan,
nilai gizi dan safety. Salah satu langkah pengawasan mutu adalah dengan
menerapkan sistim HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) atau
analisa bahaya dan pengendalian titik kritis. Sistem HACCP adalah suatu
sistem yang memiliki landasan ilmiah dan yang secara sistematis
mengidentifikasi potensi-potensi bahaya terentu serta cara-cara
pengendaliannya untuk menjamin keamanan pangan (Susilo, 2006).
1
2
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah di atas, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah penerapan
HACCP pada pengolahan produk Empal Jagung di Instalasi Gizi RSUD
Brigjend.
H. Hasan Basry Kandangan? “.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pengkajian penerapan HACCP pada pengolahan
Empal Jagung di Instalasi Gizi RSUD Brigjend. H. Hasan Basry Kandangan.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian analisa potensi bahaya
b. Melakukan pengkajian titik-titik pengendalian kritis atau Critical Control
Point (CCP)
c. Melakukan pengkajian batas kritis
d. Melakukan pengkajian suatu sistem untuk mengawasi pengendalian CCP
e. Melakukan pengkajian tindakan-tindakan perbaikan
f. Melakukan pengkajian prosedur pengecekan ulang
g. Melakukan pengkajian dokumentasi atau pemeliharaan catatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian HACCP
The Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP)
merupakan metode yang rasional dan ilmiah untuk penjaminan mutu
makanan. Sistem ini terdiri atas identifikasi serta pengkajian yang sistematis
terhadap bahaya (hazard) dan penentuan upaya pengendalian yang efektif
(WHO, 2005).
Konsep HACCP merupakan suatu metode manajemen keamanan
makanan yang sistematis dan didasarkan pada prinsip-prinsip yang sudah
dikenal, yang ditujukan untuk mengidentifikasi bahaya yang kemungkinan
dapat terjadi pada setiap tahapan dalam rantai persediaan makanan, dan
tindakan pengendalian ditempatkan untuk mencegah munculnya bahaya
tersebut. Metode ini sangat logis dan mengkaji semua tahapan di dalam
produksi makanan mulai dari tahap penerimaan bahan makanan sampai
konsumsi makanan jadi, termasuk semua proses diantaranya dan aktivitas
pendistribusian (Mortimeore dan Wallace, 2004).
Berdasarkan SNI HACCP 1998, HACCP adalah suatu piranti
untuk menilai bahaya dan menetapkan sistem pengendalian yang
memfokuskan pada pencegahan daripada mengandalkan sebagian besar
pengujian produk akhir. Setiap sistem HACCP mampu mengakomodasi
perubahan seperti kemajuan dalam rancangan peralatan, prosedur
pengolahan atau perkembangan teknologi. Penerapan HACCP sesuai
dengan pelaksanaan sistem manajemen mutu seperti ISO seri 9000 dan
merupakan sistem yang dipilih untuk manajemen keamanan pangan.
Menurut Winarno, 2004 definisi dari batasan dalam HACCP:
3
4
23
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Empal jagung adalah salah satu menu lauk nabati pada siklus
ke-3. Lauk nabati ini dimasak sebagai menu makan siang untuk pasien tanpa
diet tertentu dan pasien yang berdiet. Empal jagung dibuat dari bahan dasar
berupa jagung manis, tepung terigu, telur ayam, dan daun sop. Makanan ini
dapat dikonsumsi oleh semua golongan. Rasa dari masakan ini adalah gurih
dengan tekstur renyah dibagian luar dan lembut dibagian dalam. Makanan ini
memiliki warna coklat keemasan. Bumbu dari masakan ini antara lain bawang
merah, bawang putih, gula, garam, ketumbar bubuk, merica bubuk, dan
penyedap rasa. Metode yang digunakan dalam proses pengolahan menu ini
adalah penggorengan.
B. Pembahasan
Keamanan pangan adalah kondisi dan upaya yang diperlukan untuk
mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia dan benda lain
yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan kesehatan manusia.
Keamanan pangan berkaitan dengan sanitasi makanan, yaitu salah satu upaya
pencegahan yang menitikberatkan pada kegiatan dan tindakan membebaskan
makanan dan minuman dari segala bahaya yang dapat mengganggu atau
merusak kesehatan. Mulai dari sebelum makanan diproduksi, selama proses
pengolahan, persiapan, pengangkutan, penjualan hingga saat makanan dan
minuman tersebut siap untuk diberikan kepada konsumen (Depkes dalam
Aritonang, 2014).
Keamanan pangan merupakan masalah penting, sehingga perlu
mendapat perhatian khusus dalam program pengawasan pangan. Tingkat
serangan penyakit dan kematian yang ditimbulkan melalui makanan hingga
saat ini masih tinggi, meskipun prinsip-prinsip yang mendasari
pengendaliannya telah diketahui. Pendekatan tradisional melalui pengawasan
pangan yang mengandalkan pada uji akhir, dianggap gagal untuk mengatasi
masalah yang berkaitan dengan keamanan pangan. Mutu produk pangan tidak
dapat dijamin hanya berdasarkan hasil uji akhir di laboratorium, tetapi harus
diawasi sejak dari pengadaan bahan baku, penanganan dan pengolahan,
hingga ke tangan konsumen akhir. Produk pangan atau makanan yang aman
untuk dikonsumsi dapat diperoleh dari bahan baku yang baik, ditangani
diolah dan didistribusikan secara baik dan benar (Aritonang, 2014).
Sebagai upaya mewujudkan keamanan pangan, maka dilakukan
beberapa kajian yang terkait dengan keamanan pangan. Kajian ini antara lain
adalah Good Manufactaring Product (GMP), Skor Keamanan Pangan (SKP)
dan Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP). Sistem HACCP
adalah suatu sistem mengidentifikasi bahaya spesifik, yang mungkin timbul
dan cara pencegahannya untuk mengendalikan bahaya tersebut pada suatu
produk makanan. Penerapan HACCP dimaksudkan untuk meningkatkan
kesadaran masyarakat, yakni mengenai pentingnya mencegah penyakit
melalui makanan dengan cara mencegah terjadinya keeracunan makanan.
Tujuan tersebut dapat dicapai melalui evaluasi cara memproduksi bahan
pangan, yakni untuk mengetahui potensi bahaya, memperbaiki cara
memproduksi bahan pangan melalui evaluasi cara penanganan, pengolahan
dan penerapan sanitasi, meningkatkan pemeriksaan industri pangan. Hal ini
dilakukakan secara mandiri oleh karyawan. Metode HACCP ditujukan
mengendalikan semua potensi bahaya (titik kendali kritis) yang mungkin
terjadi selama proses produksi (Aritonang, 2014).
Instalasi Gizi RSUD Brigjend. H. Hasan Basry Kandangan sudah
menerapkan HACCP pada setiap menu masakan, salah satunya pada Empal
Jagung yang dimasak pada siklus menu ke 3 pada makan siang yang ada di
RSUD Brigjend. H. Hasan Basry Kandangan. Hal ini memang perlu
dilakukan agar mencegah bahaya yang akan terjadi bagi konsumen rumah
sakit seperti keracunan makanan dan menghindari terjadinya hal-hal yang
tidak diinginkan akibat dari proses produksi yang tidak sesuai dengan standar
yang telah ditetapkan. Selain itu, mencegah terjadinya menghilangnya zat-zat
gizi pada makanan terutama vitamin dan mineral yang terdapat pada bahan
pokok dan sayuran yang berfungsi sebagai zat yang dapat mengatur sistem di
dalam tubuh (Aritonang, 2014).
Semua bahan mentah dari pembuatan empal jagung ditetapkan
bukan CCP, hal tersebut karena bahan mentah yang mengandung atau sensitif
terhadap bahaya biologi, kimia dan/atau fisik dapat dihilangkan atau
dikurangi pada proses pengolahan. Sedangkan pada proses pembuatan Empal
Jagung yang termasuk CCP, yaitu pada tahap pencampuran bahan makanan
(jagung manis, tepung terigu, telur ayam, daun sop, bawang merah, bawang
putih, gula,
garam, merica bubuk, ketumbar bubuk, penyedap rasa, dan air) dan tahap
penyimpanan sementara.
1. Penggorengan
Penggorengan ditetapkan sebagai CCP, hal ini karena untuk
tahap-tahap selanjutnya tidak ada tindakan pencegahan untuk
mengurangi risiko bahaya fisik berupa salmonella dan kimia berupa
overcook. Sehingga petugas pemasak harus mencuci tangan terlebih
dahulu agar tidak terjadi kontaminasi bahaya fisik sebelum melakukan
proses penggorengan dan dapat mengurangi tingkat risiko bahaya. Serta
petugas pemasak harus menjaga suhu pemasakan minimal 90°C agar
kuman patogen mati dan tidak boleh terlalu lama agar kandungan zat
gizi tidak hilang akibat penguapan (Kemenkes, 2011).
Pada saat pengamatan, suhu empal jagung pada saat
penggorengan adalah sebesar 152,5 °C. Suhu tersebut sudah sesuai
dengan suhu yang disarankan dalam proses pemasakan yaitu lebih dari
sama dengan 90°C. Pada proses pemasakan, semua mikroorganisme dan
bakteri akan mati sehingga masakan aman dikonsumsi.
Hal ini sudah sesuai dengan pencegahan bahaya yang mungkin
terjadi pada proses penggorengan yaitu petugas pemasak menggunakan
alat kelengkapan masak yang lengkap seperti celemek, penutup kepala
berupa kerudung, sandal kerja, sarung tangan plastik, dan masker. Akan
tetapi lebih baik apabila baju kerja dan kerudung yang digunakan
sebagai penutup kepala hanya digunakan di dapur instalasi gizi.
2. Penyimpanan sementara
Makanan matang sangat disukai oleh bakteri karena
suasananya cocok untuk tempat berkembang biaknya bakteri. Oleh
karena itu, cara penyimpanannya harus memperhatikan beberapa hal,
seperti wadah penyimpanan makanan masak (setiap makanan yang
matang memiliki wadah yang terpisah, pemisah didasarkan pada jenis
makanan dan setiap wadah harus memiliki tutup tetapi tetap berventilasi)
(Depkes, 2007).
Penyimpanan sementara makanan setelah matang juga
ditetapkan sebagai CCP, hal ini karena pada proses penyimpanan
sementara menggunakan wadah terbuka sehingga harus dilakukan
pencegahan dengan penutupan wadah dengan plastic wrapping agar
makanan tidak terkontaminasi bakteri serta suhunya tidak menurun ke
suhu danger zone (10-60°C).
Pada saat pengamatan, setelah empal jagung masak dan sudah
ditiriskan selanjutnya dimasukkan ke dalam wadah stainless steel. Akan
tetapi, wadah tersebut tidak ditutupi dengan plastic wrapping yang
membuat permukaannya terbuka serta saat dilakukan pengecekan suhu
makanan ternyata suhu empal jagung tergolong rendah untuk standar
makanan matang yaitu 47,6°C. Suhu tersebut tergolong suhu danger
zone untuk sebuah makanan matang yaitu 10-60°C. Hal tersebut karena
empal jagung merupakan produk makanan yang paling pertama dimasak
dan matang pada saat pengamatan sehingga terdapat jeda waktu yang
lumayan lama antara produk masak hingga dilakukan pemorsian. Lama
penyimpanan sementara pada saat pengamatan yaitu ±60 menit sebelum
dilakukannya pemorsian dan pada saat penyimpanan sementara wadah
penyimpanannya tidak ditutupi dengan plastic wrapping. Seharusnya
waktu jeda antara makanan masak dengan pemorsian bisa lebih
dikurangi karena setelah pemorsian masih memerlukan waktu lagi untuk
pendistribusian. Jika lebih dari itu bisa menyebabkan bakteri
berkembang biak. (Sarapsari, 2018).
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Penerapan HACCP di RSUD Brigjend. H. Hasan Basry Kandangan sudah
diterapkan, salah satunya pada masakan empal jagung yang dimasak pada
siklus menu ke-3 pada makan siang yang diberikan kepada pasien berdiet
dan non diet.
2. Proses penggorengan “Empal Jagung” ditetapkan sebagai CCP, karena
setelah tahap ini tidak ada tahapan yang dapat mengurangi atau
menghilangkan bahaya mikrobiologi berupa Salmonella, Bacillus aureus,
dan E. Coli.
3. Proses penyimpanan sementara “Empal Jagung” juga ditetapkan sebagai
CCP, karena pada proses penyimpanan sementara menggunakan wadah
terbuka sehingga harus dilakukan pencegahan dengan penutupan wadah
dengan plastic wrapping agar makanan tidak terkontaminasi bakteri serta
suhunya tidak menurun ke suhu danger zone.
4. Penerapan HACCP pada tahap penggorengan empal jagung telah
dilakukan dengan baik oleh pihak Instalasi Gizi RSUD Brigjend. H.
Hasan Basry Kandangan yaitu petugas pemasak sudah menggunakan alat
kelengkapan masak yang lengkap dan penggunaannya yang benar dan
suhu pemasakan yang tepat yaitu 152,5 °C.
5. Penerapan HACCP pada tahap penyimpanan sementara empal jagung
kurang baik karena pada tahap ini empal jagung hanya disimpan didalam
wadah berbahan stainless steel dan tidak ditutupi dengan plastic
wrapping. Serta lama penyimpanan sementara pada saat pengamatan yaitu
60 menit sebelum dilakukan pemorsian. Hal ini sudah sesuai karena
makanan yang aman baiknya dikonsumsi dalam waktu 2 jam. Akan tetapi
lebih baik waktunya bisa dipersingkat agar bisa mencegah bakteri
berkembang biak.
30
31
B. Saran
1. Sebaiknya jarak antara empal jagung selesai dimasak dengan
dilakukannya pemorsian tidak terlalu lama. Serta pada saat penyimpanan
sementara empal jagung, wadahnya ditutupi dengan plastic wrapping
agar suhu makanan bisa lebih terjaga dan tidak menurun ke suhu danger
zone.
DAFTAR PUSTAKA
Mortimore, S., & Wallace, C. 2004. HACCP Sekilas Pandang (Apriningsih &
Widyastuti, Penerjemah). Jakarta : EGC.
Rauf, Rusdin. 2013. Sanitasi Pangan dan HACCP. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Ruang?.
https://kumparan.com/kumparanmom/berapa-lama-makanan-boleh-
disimpan-di-suhu-ruang-1546147254517299964. Diakses 1 November
2019
Sudarmaji. 2005. Analsis Bahaya dan Pengendalian Titik Kritis. FKM Unair.
Jurnal Kesehatan Lingkungan Vol. 1 No. 2
PENERAPAN HACCP
(HAZARD CRITICAL CONTROL POINT)
DI INSTALASI GIZI RSUD BRIGJEND. H.
HASAN BASRY KANDANGAN
Deskripsi Produk
Jabatan di Instalasi
Fungsi dalam Tim Nama Keahlian
Gizi
Penanggung Jawab Rabiatun Nisa Kepala Instalasi Gizi Registered
Dietitian
Tim Leader Hayda Irnani Nutrisionis Praktisi
HACCP
Anggota Elsa Agustina Nutrisionis Praktisi
HACCP
Anggota Siti A’bidah Mahasiswa Magang Mahasiswa
Nursyifa DIV Gizi dan
Dietetika
Diverifikasi oleh :
3 12 2020
Ketua Tim KA. Instalasi Gizi Pelaksana
Penerimaan
Penerimaan
Pengecekan
Pengecekan
Kualitas dan
Kualitas dan Kuantitas
Kuantitas
Diverifikasi oleh :
3 12 2020
Ketua Tim KA. Instalasi Gizi Pelaksana
Telur ayam, tepung terigu, gula, garam, merica, ketumbar, penyedap rasa,
air
Iris Cincang
Haluskan
Sisir Halus
Campurkan
Air
Goreng
Angkat &Tiriskan
Diverifikasi oleh :
3 12 2020
Ketua Tim KA. Instalasi Gizi Pelaksana
Penerimaan
Penerimaan
Pengecekan
Pengecekan Kualitas dan
Kualitas dan Kuantitas
Kuantitas
Diverifikasi oleh :
3 12 2020
Ketua Tim KA. Instalasi Gizi Pelaksana
Iris Cincang
Haluskan
Sisir Halus
Campurkan
Air
Goreng (152,5°C)
Angkat &Tiriskan
Diverifikasi oleh :
3 12 2020
Ketua Tim KA. Instalasi Gizi Pelaksana
BAHAN BAKU/
NO BAHAYA P1 P2 P3 P4 CCP/BUKAN CCP
TAHAPAN PROSES
1 Telur Ayam Salmonella Y Y - - Bukan CCP
2 Daun Sop Pestisida Y Y - - Bukan CCP
3 Air E. coli Y Y - - Bukan CCP
4 Pengirisan Jagung Manis Salmonella, Bacillus aureus, Bukan CCP
Y N Y Y
E. Coli
5 Pencincangan Daun Sop Salmonella, Bacillus aureus, Bukan CCP
Y N Y Y
E. Coli
6 Penghalusan Bumbu Salmonella, Bacillus aureus, Bukan CCP
Y N Y Y
E. Coli
7 Pencampuran Bahan Salmonella, Bacillus aureus, Bukan CCP
Y N Y Y
E. Coli
8 Penggorengan Salmonella, Bacillus aureus, CCP
Y N Y N
E. Coli
Overcook Y N N - Bukan CCP
9 Penyimpanan Sementara Suhu danger zone Y N Y N CCP
LANGKAH 8 : SPESIFIKASI BATAS KRITIS (PRINSIP 3)
BAHAN BAKU/
IDENTIFIKASI
NO TAHAPAN PROSES TINDAKAN PENGENDALIAN BATAS KRITIS
BAHAYA
(CCP)
1 Penggorengan Salmonella - Personal hygiene penjamah - Negatif/25g
Bacillus
makanan, pencucian tangan - Suhu penggorengan
aureus
dengan sabun sebelum melakukan minimal 90°C
E. Coli
penggorengan
minimal 90°C
2 Penyimpanan Sementara Suhu danger zone Penyimpanan di wadah berbahan Suhu makanan matang
plastic wrapping
LANGKAH 9 : PENYUSUNAN SISTEM PEMANTAUAN (PRINSIP 4)
bersentuhan dengan
bahan makanan).
minimal 90°C
2 Penyimpanan Suhu Penyimpanan Pengolah makanan Tempat Penjamah Setiap akan
dengan
plastic wrapping
LANGKAH 10, 11 & 12 : PELAKSANAAN TINDAKAN PERBAIKAN, VERIFIKASI SISTEM SERTA DOKUMENTASI
DAN PENCATATAN (PRINSIP 5, 6 & 7)
BAHAN BAKU/ PROSEDUR MONITORING
BATAS TINDAKAN DOKUMENTASI
TAHAPAN PROSES VERIFIKASI
KRITIS KOREKSI & RECORD
(CCP)
WHAT HOW WHERE WHO WHEN
Penggorengan Negatif/25g Kebersihan Pengolah Tempat Penjamah Setiap akan Mewajibkan Melakukan Rekaman proses
pengeolahan makanan pengolahan makanan mengolah petugas pemeriksaan penggorengan
makanan melakukan makanan makanan masak penggunaan makanan
personal hygiene memakai alat alat
(mencuci tangan kelengkapan kelengkapan
dengan sabun masak saat masak
sebelum pengolahan
bersentuhan makanan
dengan bahan
makanan).
Suhu >90°C Pemasakan Pengolah Tempat Penjamah Setiap Mewajibkan Melakukan Rekaman proses
yang tepat makanan pengolahan makanan proses petugas pemeriksaan penggorengan
melakukan proses makanan pemasakan pemasak suhu makanan
penggorengan untuk penggorengan
yang suhunya melakukan makanan
terkontrol pengecekan
minimal 90°C suhu
penggorengan
BAHAN BAKU/ PROSEDUR MONITORING
BATAS TINDAKAN DOKUMENTASI
TAHAPAN PROSES VERIFIKASI
KRITIS KOREKSI & RECORD
(CCP)
WHAT HOW WHERE WHO WHEN
Penyimpanan Suhu Penyimpanan Pengolah Tempat Penjamah Setiap akan Mewajibkan Melakukan Rekaman proses
Sementara makanan sementara makanan pemorsian makanan menyimpan petugas pemeriksaan penyimpanan
matang diatas yang tepat menyimpan makanan masak proses sementara
60°C makanan matang matang menyimpan penyimpanan
di wadah makanan sementara
berbahan stainless matang di
steel dan ditutupi wadah
dengan plastic stainless steel
wrapping dan ditutupi
dengan
plastic
wrapping
HACPP Application in Food Industry and Food Service