Anda di halaman 1dari 13

TUGAS ILMU PENYAKIT

ANALISIS JURNAL TENTANG BATU GINJAL & DIETNYA

“Dietary Factors and the Risk of Incident Kidney Stone


in Men : New Insights after 14 Years of Follow-up “

Disusun Oleh :
TETI INDRATI
07/258495/EKU/324

PROGRAM STUDI S-1 GIZI KESEHATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GAJAH MADA
2008

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................ii

BAB I HASIL ANALISIS JURNAL


A. Judul.............................................................................................1
B. Latar Belakang............................................................................. 1
C. Perumusan Masalah.................................................................... 2
D. Tujuan Penelitian.………………………………………………………3
E. Desain Penelitian......................................................................... 3
F. Cara Pengambilan Sampel............................................................3
G. Subjek dan Metode Penelitian.......................................................4
H. Hasil..............................................................................................6
I. Kesimpulan...................................................................................7
J. Keyword........................................................................................8

BAB II HASIL ANALISIS DIET


A. Kesimpulan diet ...........................................................................9
B. Saran diet ....................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………….11

ii
BAB I
HASIL ANALISIS JURNAL

Judul : “Dietary Factors and the Risk of Incident Kidney Stone


in Men : New Insights after 14 Years of Follow-up “
(Faktor diet dan resiko Kejadian Batu Ginjal pada Laki-laki Pandangan
baru setelah 14 tahun diikuti)
Peneliti : Eric N.Taylor, Meir J.Stampfer, Gary C.Curhan
Sumber : Journal of the American Society of Nephrology.2004.Edisi ke 15 : 3225-
3232......www.nutrition.org

HASIL ANALISIS JURNAL

A. Judul
Penelitian ini berjudul “Dietary Factors and the Risk of Incident Kidney
Stone in Men : New Insights after 14 Years of Follow-up “. (Faktor diet dan resiko
Kejadian Batu Ginjal pada Laki-laki : Pandangan baru setelah 14 tahun diikuti).
Judul yang baik hendaknya mampu menggambarkan keseluruhan isi
penelitian, kalimat yang digunakan sederhana dan tidak terlalu panjang, tidak
disingkat keculai yang baku dan bisa menggambarkan atau merefleksikan
rancangan penelitian yang digunakan (Sastroasmoro, 1995).
Melihat judul diatas dibandingkan dengan teori yang ada bisa dibilang judul
diatas sudah mampu mencerminkan isi penelitian yaitu tentang faktor-faktor diet
dan resiko kejadian batu ginjal pada laki-laki. Judul ini juga tidak terlalu panjang
karena hanya terdiri dari < 15 kata padahal batas panjang judul hingga 20 kata,
dan tanpa singkatan.
Judul ini juga sudah mampu merefleksikan rancangan penelitian yang
digunakan walau tidak tertulis secara jelas, tapi pada judul tertulis “ 14 years
follow-up “ itu artinya penelitian ini telah diikuti selama 14 tahun yang berarti jenis
rancangan penelitian yang digunakan adalah kohort prospektif (hubungan factor
resiko dan efek).

B. Latar Belakang
Latar belakang penelitian ini adalah bahwa diet mempunyai peranan
penting pada patogenesis batu ginjal (CY, 1998) tapi saat ini masih sedikit
penelitian tentang hubungan faktor diet khusus dan batu ginjal, sehinnga atas

ii
dasar di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang faktor-faktor diet
terhadap resiko kejadian batu ginjal pada laki-laki khususnya. Latar belakang
penelitian ini telah tersurat dengan jelas pada bagian awal abstrak ataupun
pendahuluan.
Menurut teori Sastroasmoro (1995) pada buku dasar-dasar metodologi penelitian
klinis, masalah adalah kesenjangan antara harapan dengan kenyataan serta
adanya asas FINER ( kemampulaksanaan, menarik, memberi nilai baru, etis,
relevan).
Menurut saya, latar belakang masalah ini sudah bagus dan mampu melihat
kesenjangan antara harapan ( dilakukan banyak penelitian tentang pengaruh diet
dan resiko batu ginjal) tapi kenyataan (penelitian ini masih jarang dilakukan).
Kalau dikaitkan dengan asas FINER tentu penelitian ini tidak diragukan lagi
masalah kemampulaksanaannya (walau sebenarnya kalau dilihat dari waktu, dana
dan tenaga tentu cukup besar dan lama) tapi kenyataannya ini bisa dilakukan dan
hasilnya dapat kita lihat seperti sekarang pada jurnal ini. Penelitian ini menarik,
memberikan nilai baru tentunya karena penelitian ini masih jarang dilakukan , etis
dan relevan sudah tentu.
Pada latar belakang diuraikan juga tentang besarnya masalah (prevalensi-
prevalensi kejadian), waktu (masih berlangsung sampai sekarang), wilayah,
karakteristik masyarakat, dan penyebab (Sastroasmoro, 1995) walaupun dalam
penelitian ini belum ada data tentang prevalensi kejadian karena memang
penelitian belum banyak dilakukan sehingga belum diketahui prevalensinya.
Prevalensi baru diketahui pada hasil penelitian. Waktu, karakteristik masyarakat
baru akan diteliti, dan penyebabnya telah ada sebagai masalah.

C. Perumusan masalah
“ Faktor diet apa saja yang mempengaruhi kejadian batu ginjal pada laik-
laki?”
Syarat rumusan masalah yaitu dikemukan dengan kalimat tanya,
substansinya khas dan bila terdapat banyak masalah penelitian harus ditulis
secara terpisah (Sastroasmoro, 1995)
Dalam jurnal penelitian ini memang rumusan masalahnya tidak ditulis
secara jelas namun sebenarnya telah tersirat yaitu Faktor-faktor diet apa saja
yang mempengaruhi kejadian batu ginjal pada laik-laki? Rumusan masalah ini
telah sesuai dengan syarat yang ditentukan namun masalah penelitiannya
memang banyak karena berkaitan dengan faktor-faktor tapi tidak bisa

ii
diungkapkan satu persatu karena faktor-faktor ini baru akan dicari tau
pengaruhnya terhadap kejadian batu ginjal pada laki-laki.

D. Tujuan Penelitian
Dalam suatu penelitian tujuan itu ada 2 yaitu
1. Tujuan umum yang dinyatakan secara kategoris mengenai tujuan akhir dari
penelitian yang ingin dicapai dan merupakan aspek yang lebih luas atau tujuan
jangka panjang dan jumlahnya hanya satu tujuan umum.
2. Tujuan khusus berkaitan dengan hal-hal yang akan langsung diukur, dinilai,
dan diperoleh dari suatu penelitian dan ini lebih dari satu tujuan.
Dalam penelitian ini tujuannya adalah untuk mengetahui faktor-faktor diet
apa saja yang mempengaruhi kejadian batu ginjal pada laki-laki (sesuai usiannya).
Di sini memang terkesan tujuannya hanya bersifat umum namun secara implisit
tujuan khususnya telah ditulis lebih dahulu baru tujuan umum yaitu sebagai upaya
untuk mencegah kejadian batu ginjal.

E. Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan
penelitian atau menguji kesahihan suatu hipotesis. Desain penelitian
diklasifikasikan berdasarkan ada tidaknya intervensi : observasional (cross
sectional, kohort, kasus control) dan eksperimental.
Dalam jurnal penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah
prospektif kohort (termasuk observasional). Kohort merupakan suatu penelitian
epidemilogi analitik-non eksperimental untuk menguji hubungan antara factor
resiko (factor diet) dengan efek (kejadian batu ginjal).Model pendekatan yang
digunakan pada rancangan penelitian kohort ; pendekatan secara longitudinal,
time period approach. Faktor resiko diidentifikasi terlebih dahulu,kemudian subjek
diikuti sampai periode waktu tertentu untuk melihat efek yang diteliti (batu ginjal).

F. Cara Pengambilan sampel


Populasi adalah setiap subjek yang memenuhi karakteristik tertentu yang
telah ditetapkan oleh peneliti. Sampel adalah bagian dari populasi yang dipilih
dengan cara tertentu hingga dianggap dapat mewakili populasinya. Sampel yang
dikehendaki adalah bagian populasi target yang diteliti secara langsung (subjek
memenuhi criteria inklusi dan eksklusi).

ii
Cara pengambilan sampel ada 2 yaitu peluang (probability sampling)
antara lain simple random sampling, stratifikasi, systematic sampling dan tidak
berdasarkan peluang (non probability random sampling) antara lain consecutive,
convenience sampling, tanpa sistematika tertentu sehingga tidak punya populasi
target, sedangkan judgemental sampling merupakan cara untuk mendapat subjek
penelitian atau sampel pada penelitian ini didasarkan pada pertimbangan
subjektivitas, bahwa subjek akan memberi informasi yang bisa menjawab
pertanyaan penelitian.
Dalam penelitian ini sampel/subjek penelitian diambil dari penelitian
sebelumnya (14 tahun yang lalu) dan sekarang tinggal melihat kejadian batu
ginjalnya sebanyak 51.529 laki-laki dengan umur 40-75 tahun. Namun karena ada
sampel yang tidak mampu memenuhi kriteria inklusi karena mempunyai riwayat
neprolithiasis yaitu sebanyak 4357 sampel maka ini tidak diikutkan dalam
penelitian. Jadi sampel yang diteliti hanya 45.619 sampel laki-laki tanpa sejarah
neprolithiasis.
Untuk cara pengambilan sampelnya tidak dijelaskan secara detail karena
penelitian ini hanya melanjutkan penelitian sebelumnya dan hanya melihat efek
diet terhadap batu ginjal.

G. Subjek dan metode penelitian


1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang yang ikut dalam suatu penelitian karena telah
dapat memenuhi kriterian inklusi dan ekslusi seperti yang disyaratkan. Kriteria
inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian pada populasi target dan
populasi terjangkau. Sedangkan kriteria ekslusi bukan merupakan kebalikan dari
kriteria inklusi misalnya penolakan subjek untuk berpartisipasi, penyakit lain
sehingga mengganggu pengukuran dan interprestasi, dan hambatan etis
(Sastroasmoro, 1995).
Kriteria inklusi dalam penelitian ini antara lain laki-laki, umur 40-75 tahun, tidak
ada riwayat nephrolithiasis sedangkan kriteria ekslusinya karena adanya riwayat
nephrolithiasis. Maka dalam penelitian ini jumlah sampel dari penelitian
sebelumnya (1986) sebesar 51.529 laki-laki tapi karena sampel tersebut ada 4357
laki-laki yang mempunyai riwayat nephrolithiasis maka tidak digunakan. Dan
sampel yang diteliti hanya 45.619 sampel laki-laki.

ii
2. Metode Penelitian
 Desain penelitian : prospektif kohort
 Tempat penelitian : tidak dijelaskan
 Waktu penelitian : 1986 dan difollow up tahun 2000
 Populasi : laki-laki, usia 40-75 tahun, non nephrolithiasis = 51529 laki-laki
 Besar dan cara pengambilan sampel : 45.619 sampel diambil secara acak
 Criteria inklusi : laki-laki, usia 40-75 tahun, non nephrolithiasis = 45.619
 Kriteria Eksklusi : nephrolithiasis sebanyak 45.619 laki-laki
 Cara pengumpulan Data :
a) Dengan semi quantitatif food Frekuensi (SQFF) dan dikirim pada sampel
untuk mencatat makanan atau minuman apa saja yang dikonsumsi
sampel.
b) Konsumsi suplemen, vitamin, multivitamin dicatat frekuensinyadan
dihitung asupan gizinya yaitu dengan nilai asupan : total kalori x total
konsumsi
c) Konsumsi suplemen vitamin C diklasifikasikan dalam 4 kategori yaitu
0.1 – 399, 400-700, 750-1250, 1300 / mg atau lebih / hari lalu dicatat tipe,
frekuensi, jenis dan diperbaharui tiap 4 tahun sekali. Hal yang sama
dilakukan pada konsumsi suplemen Calsium.
d) Non diet
Data non diet dalam penelitian ini antara lain umur, BB, TB, BMI (BB/TB 2)
yang dikumpulkan dengan kuisioner basalin dan diperbaharui tiap 2
tahun. Selain itu ada data pengibatan diperbaharui setiap 2 tahun.
e) Kejadian batu ginjal dilihat dari hematuria dan diagnosisnya dicatat 2
tahun sekali.
f) Jika ada pasien batu ginjal baru, kuiosioner ditambahi tentang kapan,
gejala dan validitasnya dilihat dari catatan medik pasien.
 Rencana analisis
Analisis dilakukan secara statistic yaitu
a) Resiko relatif (RR) rata-rata kejadian pada laki-laki (asupan) : rata-rata
korespodensi untuk mengukur hubungan antara faktor diet dengan
kejadian batu ginjal.
b) Masing-masing faktor diet , asupandibagi dalam 1 juta dan 1 juta terakhir
sebagai kelompok referen.
c) Vitamin C asupannya dibagi dalam 5 kategori dan batas maksimal 90
mg/hari

ii
d) Asupan Ca dibagi dalam 4 kelompok : tidak dapat, 1-10 mg/hari, 101-500
mg/hari dan > 500 mg/hari.
e) Analisis variabel confounding (umur, BMI, asupan alkohol, penggunaan
tiazid, suplemen Ca, saupan cairan, potasium, protein hewani, garam,
pospor, magnesium, sukrosa, vitamin C, Vitamin B6, fitat, vitamin D, diet
Ca untuk semua resiko relatif.
f) Evaluasi hubungan antar faktor diet dan resiko batu bervaroasi menurut
umur.
g) Untuk tes statistik signifikan antara 2 tingkatan dan ditambahi interaksi
pada regresi multivariabel dan ditunjukkan dengan rasio.
h) Semua dinalisis dengan Software SAS versi 8,2 (Institusi SAS, Inc, Cary,
NC) dan direview pada Brigham dan RS wanita.
H. Hasil
1. Selama 477.700 orang sampel, 1437nya mempenyai gejala batu ginjal
2. Kejadian tertinggi pada laki-laki usia 40-59 tahun dan terendah pada umur 60-
69 yahun dan sedikit pada umur > 70 tahun.
3. Diet Ca
 RR untuk laki-laki tertinggi dibanding terendah pada asupan Ca = 0.64
 RR untuk BMI, penggunaan tiazid, suplemen Ca, asupan protein hewani, ,
potasium, garam, vitamin C, magnesium dan alkohol, cairan menurun = 0.83
 Hubungan diet Ca dan batu ginjal menurut umur (p=0.64) dan pada laki-laki
umur < 60 tahunkejadian paling tinggi dibandingkan yang lain.
 Tapi kenyataanya tidak ada hubungan antara diet Ca, bentuk batu pada laki-
laki umur < 60 tahun atau > 60 tahun.
 Kejadian batu ginjal pada laki-laki umur < 60 tahun teringgi karena asupan
Ca = 2.84 dan paling rendah pada kuatil 4 = 0.44.
4. Vitamin C
 Menurut umur, tidak ada hubungan antara vitamin c dengan pembentukan
batu.
 Peningkatan vitamin C mempunyai hubunagn positif pada resiko
pembentukan batu.
 RR pada laki-laki (1000 mg atau lebih vit C per haridibandimg dengan
konsumsi RDA < 90 mg/hari = 1.41
 Peningkatan resiko terjadi pada asupan vitamin C sedang.
 Hubungan vitamin c dengan batu muncul setelah inklusi diet potasium
dengan analisis multivariat

ii
5. Asupan potasium berhungan dengan bentuk pembentukan batu ginjal dan
dengan diet vitamin C yaitu laki-laki kategori asupan vitamin C terendah
dengan kejadian 3.47 tiap 1000 orang, total asupan vitamin C pada 4 kategori
tertinggi 0.84 tipa 1000 orang, RR pembentukan batu ginjal dengan diet
Vitamin C (> 218 mg/hari) dibanding (< 105 mg/hari) adalah 1.31 sedangkan
konsumsi suplemen hingga 1000 mg/hari : tanpa suplemen = 1.16.
hubunganasupan vitamin C dengan pembentukan batu ginjal menyimpang
berdasarkan umur.
6. Magnesium
Asupan magnesium berbanding terbalik dengan resiko kejadian batu ginjal .
RR pada laki-laki tertinggi dibandingkan terendah asupan Mg = 0.71. Kejadian
batu ginjal pada laki-laki dengan asupan Mg tertinggi 2.11 dan asupan
terendah 0.37 perseribu orang / tahun. Jadi, asupan Mg tinngi cenderung
berakibat pada resiko kejadian batu ginjal.
7. Faktor diet lain
 Asupan protein hewani tidak berhubungan dengan pembentukan batu ginjal
pada laki-laki dengan BMI < 25 Kg /m2 atau lebih.
 Asupan potasium dan cairan berbadnding terbalik dengan pembentukan batu
ginjal. Asupan potasium tertinggi : terendah = 0.54 dan cairan = 0.71.
 Kejadian rata-rata batu ginjal pada laki-laki dengan potasium tinggi adalah
1.78 dan cairan 2.15.
 Garam, pospor, sukrosa, pitat, vitamin B6, vitamin D. Suplemen Ca tidak
berhungan dengan resiko setelah ada [pengaturan pada confonder potensial.

I. Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini adalah
1. ada hubungan antara asupan Ca dengan pembentukan batu ginjal
berdasarkan umur.
2. Asupan Ca menurun dan asupan total vitamin C meningkatkan resiko gejala
nephrolithiasis.
3. Umur dan Massa tubuh berhubungan dengan diet dan batu ginjal maka
disarankan untuk pencegahan terbentuknya batu seharusnya harus ada
pengaturan diit pada tiap individu.

ii
J. Keyword (kata kunci)
Dalam penelitian ini keyword belum dicantumkan. Maka dari itu alangkah
baiknya keyword juga dicantumkan sebagai upaya untuk mempermudah
pencarian artikel atau hasil penelitiannya. Misalnya bisa ditambahkan
keywordnya : kidney stone, diet factor, men, nephrolithiasis, vitamin C. Keyword
yang baik berkisar 3-5 kata atau frase.

ii
BAB II
HASIL ANALISIS DIET
A. KESIMPULAN DIET
Berdasarkan hasil penelitian ini mengenai diet pada batu ginjal didapatkan :
1. Diet rendah oksalat tidak dianjurkan untuk mengambil magnesium hidrosida
dari makanan.
Magnesium mampu menurunkan resiko batu ginjal karena magnesium
menghambat penyerapan di lambung, dan efektif untuk mengurangi
pengaturan makan (diet rendah oksalat) tetapi suplementasi magnesium
hidroksid tidak efektif untuk mencegah pembentukan batu Ca Oksalat.
2. Konsumsi protein hewani berlebihan dapat meningkatkan resiko pembentukan
batu ginjal pada laki-laki dengan BMI < 25 kg / m2 .
3. Menurunkan resiko batu ginjal dengan restriksi tetapi diet rendah garam
meningkat restriksi jika asupannya < 1.2 g / hari dibandingkan dengan diet
rendah kalsium.
4. Penurunan asupan Calsium kurang efektif untuk mencegah pembentukan batu
ginjal Ca oksalat daripada peningkatan asupan Calsium.
5. Asupan potasium berbanding terbalik dengan resiko batu ginjal .
6. Peningkatan asupan cairan akan menurunkan pembentukan batu calsium.
7. Hasil penelitian ini berisi tentang pentingnya faktor diet individu dalam
pembentukan batu ginjal.
Diet rendah potasium meningkatkan ekskresi calsium urin sehingga berefek
pada peningkatan resiko batu ginjal.

B. SARAN DIET
1. Melakukan evaluasi diet terutama diet kalsium, potassium, Magnesium
sebagai upaya untuk menurunkan resiko batu ginjal.
2. Asupan vitamin C berhubungan dengan resiko pembentukan batu ginjal
karena kandungan potassium yang tinggi dalam vitamin C sehingga
diharapkan ada pembatasan konsumsi vitamin C pada laki-laki dengan batu
ginjal Ca Oksalat.
3. Karena umur dan ukuran tubuh seseorang berbeda-beda yang berefek pada
diet dan pembentukan batu ginjal maka disarankan untuk mencegah
pembentukan batu dengan melaukan diet sesuai anjuran.

ii
4. Diet yang disarankan bagi penderita batu ginjal : diet rendah protein hewani,
konsumsi garam ≥ 1.2 gram / hari, tinggi calsium, tinggi cairan, batasi
konsumsi vitamin C

ii
DAFTAR PUSTAKA

Sastroasmoro,S.1995.Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis.Jakarta : Binarupa Aksara


http.//www.nutrition.org

ii

Anda mungkin juga menyukai