DI SUSUN OLEH :
SEMESTER : IV
DOSEN PEMBIMBING :
A. Pengertian ekologi
Ekologi pangan adalah ilmu yang mempelajari berbagai aspek lingkungan
yang terkait dengan pangan dan gizi untuk kesehatan masyarakat.
Tujuan dari ekologi pangan dan gizi adalah agar dapat mengetahui berbagai
hubungan dan masalah antar variabel yang berkaitan dengan penyediaan pangan,
sosio ekonomi dan budaya pangan, konsumsi gizi, penggunaan zat gizi dalam tubuh,
status gizi dan status kesehatan masyarakat, serta upaya peningkatan gizi masyarakat.
Faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi adalah:
1. Faktor External: perndapatan, pendidikan, pekerjaan, budaya.
2. Faktor Internal: usia, kondisi fisik, infeksi.
Program pangan dan gizi adalah kebijakan yang di buat dengan upaya
memberantas masalah gizi melalui ketahanan,ketersediaan ,dan keamanan pangan
pada tingkat rumah tangga karenan masalah gizi tidak serta merta terjadi ,namun
secara lama dan berangsung barulah timbul masalah gizi disebabkan karena
kurangnya pangan.
Tujuan program pangan dan gizi yang dikembangkan untuk mencapai Indonesia
Sehat 2010 :
D. Kebijakan Pangan
Pangan menyediakan unsur-unsur kimia tubuh yang dikenal sebagai zat gizi.
Pada akhirnya, zat gizi tersebut menyediakan tenaga bagi tubuh, mengatur proses
dalam tubuh dan memperlancar pertumbuhan serta memperbaiki jaringan tubuh. Zat
gizi yang disediakan oleh pangan tersebut disebut zat gizi esensial karena dalam
unsur-unsur tersebut tidak dapat dibentuk dalam tubuh dalam jumlah yang diperlukan
untuk pertumbuhan dan kesehatan normal. Hal ini berarti unsur tersebut harus
disediakan oleh unsur pangan diantaranya adalah asam amino esensial (diperlukan
untuk memperoleh dan memelihara pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan yang
baik). Ketahanan Pangan Pembangunan Ketahanan Pangan bertujuan untuk menjamin
ketersediaan pangan yang cukup dari segi jumlah, mutu, keamanan dan keragaman
sehingga setiap rumah tangga mampu mengkonsumsi pangan dalam setiap saat,
mampu mengkonsumi pangan yang cukup, aman, bergizi dan sesuai pilihannya serta
seimbang pada tingkat rumah tangga, daerah, nasional, sepanjang waktu dan merata
untuk menjalani hidup sehat dan produktif. UU Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan
mengamanatkan pembangunan pangan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia,
dimana pemerintah bersama masyarakat bertanggung jawab untuk mewujudkan
ketahanan pangan. Di Indonesia, ketahanan pangan didefinisikan sebagai kondisi
terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang
cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata,dan terjangkau.
1. Penilaian Status Kini Pada langkah ini harus dilakukan upaya untuk mengetahui
atau menilai situasi atau masalah yang sedang dihadapi. Pengamatan situasi kini
dapat dilakukan dengan cara pengamatan langsung di lapangan atau dengan
mengumpulkan informasi/data dari laporan-laporan atau publikasi yang ada.
2. Penetapan Tujuan dan Sasaran Berdasarkan pada penemuan dan pengetahuan yang
dimiliki serta hasil dari analisis situasi kini, maka dapat dirumuskan tujuan yang akan
dicapai serta sasarannya. Sesuatu yang ingin dituju atau tujuan mencerminkan suatu
kebutuhan dasar yang hendak dicapai. Dalam beberapa hal perlu dilakukan proyeksi –
proyeksinya ke masa mendatang. Kemudian dari apa yang ingin dicapai tersebut
dapat dijabarkan ke bentuk sasaran (target) yang merupakan wujud nyata dari
kebutuhan dasar yang harus dicapai oleh pembangunan.
3. Penyusunan Strategi Program Untuk dapat mencapai tujuan dan sasaran – sasaran
yang diharapkan diperlukan strategi yang kemudian harus dituangkan dalam program
– program. Program – program tersebut perlu mempertimbangkan beberapa hal
sebagai formute of reference point antara lain :
Sasaran (target)
Pihak pemakai program atau yang akan dimanfaatkan
Pihak pelaksana dan organisasinya
Lokasi prioritas
Kebutuhan tenaga
Pembinaan program.
Sistem berasal dari bahasa Latin (systema) dan bahasa Yunani (sustema) yang berarti
suatu kesatuan yang terdiri dari komponen atau elemen yang dihubungkan bersama
untuk memudahkan alira informasi, materi, atau energy untuk mencapai suatu tujuan .
Sementara menurut Ida Farida, 2010 sistem merupakan rangkain komponen atau
unsur yang saling terkait menuju suatu tujuan yang sama.
Secara umum Sistem pangan dan gizi dapat diartikan sebagai suatu rangkaian yang
saling terkait yang bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan status gizi
masyarakat dalam keadaan optimal. Adanya sistem pangan dan gizi ini dapat
membantu kepala daerah, dan pengelola program untuk mengetahui lokasi mana yang
rawan pangan dan gizi, memantau keadaan pangan dan gizi secara
berkesinambungan, dan merumuskan usulan tindakan jangka pendek dan panjang.
Menurut Departemen Pertanian kepentingan dan manfaat dari sistem pangan dan gizi
yaitu:
1. Kepala Daerah
2. Pengelola Program
Adalah penyediaan pangan pertama kearah konsumsi pangan. Seperti pemakaian bibit
unggul, penggunaan pupuk, pemakaian irigasi teknis, penggunaa alat dan obat
pembasmi hama, penerapan teknologi.
b.Pasca panen
Dilihat dari cara pengeringannya dengan tujuan tidak mengalami kerusakan terlalu
banyak dan dapat dipasarkan dalam kondisi baik.
Bahan pangan yang tidak cukup diproduksi di suatu Negara atau wilayah harus
dimasukkan atau diimpor, sedangkan bahan pangan yang diproduksi berlebih harus
diekspor, agar tidak merugikan para produsen.
d.Teknologi pangan
Di abad teknologi sekarag ini, teknologi pangan juga sangat penting bagi pengadaan
pangan yang mencukupi dan merata sepanjang tahun, serta bias diperoleh di seluruh
daerah / negeri, tidak saja di daerha produksi.
2. Distribusi Pangan
Kelancaran distribusi sangat tergantung pada kondisi sarana transport bahan makanan
seperti dalam dus; kaleng; karung; dsb.pengolahannya,penyimpanan dan
pengemasannya harus memenuhi syarat-syarat tertentu, terutama bagi bahan makanan
yang mudah rusak. Serta pemasaran pangan tersebut.
3. Konsumsi Pangan
Konsumsi pangan teridiri dari komoditas pangan dalam perdagangan, ialah apa yang
kita beli, kita masak, kita susun sehingga menjadi suatu hidangan dan kebiasaan
makan perorangan.
4. Utilisasi Makanan
Bahan makanan yang sudah dikonsumsi, akan di cerna yang dimulai dari mulut s/d
usus, terjadi penyerapan yaitu proses zat gizi masuk ke dalam darah dan diangkut ke
sel-sel, dan akan terjadi metabolisme yaitu pemecahan dan sintesis zat gizi di dalam
sel penggunaan zat gizi penyimpanan kelebihan zat gizi sebagai cadangan
pembuangan bahan-bahan yang tidak diperlukan.
Keempat subsistem ini dapat menggambarkan status gizi seseorang, apakah kurag,
baik, atau berlebihan.
Pembangunan pangan dan gizi melibatkan banyak pelaku, meliputi berbagai aspek
dan mencakup interaksi antar wilayah. Oleh sebab itu, pemantapan pembangunan
pangan dan gizi hanya dapat diwujudkan melalui suatu kerjasama kolektif dari
seluruh pihak yang terkait (Stakebolders), khususnya masyarakat produsen, pengolah,
pemasar, dan konsumen pangan. Kinerja para pihak tersebut sangat dipengaruhi oleh
kondisi ekonomi sosial, politik dan keamanan, pelayanan prasarana publik sidang
transportasi, perhubungan, telekomunikasi, dan pemodalan, pelayanan kesehatan dan
pendidikan, pengembangan teknologi, perlindungan serta kelestarian sunberdaya
alam dan lingkungan. Dengan demikian, pangan merupakan resultan dari potensi
sumberdaya alam dan sistem sosial yang mencakup jumlah penduduk, manajemen,
iptek, dan kelembagaan.
Mengingat luasnya substansi, faktor-faktor yang berpengaruh serta banyaknya pelaku
yang terlibat dalam pembangunan pangan dan gizi maka diperlukan pendekatan
sistem. Pendekatan tersebut dikenal sebagai sistem panagan dan Gizi.
Tingkat produksi
Dinamika industri
Petani yang berorientasi pada pasar akan terpengaruh oleh dinamika industri.
Petani akan meningkatkan suatu produksi pangan yang sedang banyak dibutuhkan
oleh industri, seperti tomat sebagai bahan dasar pembuatan saos tomat, kentang
sebagai bahan dasar pembuatan makanan ringan seperti potato chips, dan lain
sebagainya.disisi lain, berkembangnya industi memberi dampak pada berkurangnya
lahan produktif. Oleh karena itu, untuk meningkatkan produksi pangan perlu
didukung program intensifikasi maupun pembukaan lahan pertanian
Dalam usaha tani kecil yang hanya untuk mencukupi pangan sendiri (subsistence
farming) masalah teknologi pascapanen tidak terlalu penting karena bahan makanan
yang dipenen langsung dikonsumsi sendiri. Akan tetapi, pada masa kini, biasanya
produksi pangan terlebih dahulu melewati proses penanganan pasca panen. Banyak
faktor yang mempengaruhi jalur pasca panen, antara lain:
Ekspor-impor
Peningkatan produksi dalam negri tidak hanya memenuhi kebutuhan dalam negeri
saja, tetapi juga untuk meningkatkan pertumbuhan ekspor-impor. Ekspor-impor
merangsang pertumbuhan ekonomi dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan
perorangan, terutama petani, ekspor dapat dilakukan pada saat harga diluar negeri
tinggi dan persediaan pangan dalam negeri mencukupi.
Sistem distribusi yang efisien menjadi prasyarat untuk menjamin agar seluruh rumah
tangga dapat menjangkau kebutuhan pangannya dalam jumlah dan kualitas yang
cukup sepanjang waktu dengan harga yang terjangkau. Secara aktual, terdapat
berbagai permasalahan penting dalam mengembangkan distribusi pangan.
Prasarana distribusi darat dan antar pulau yang diperlukan untuk menjangkau seluruh
wilayah konsumen belum memadai sehingga terdapat wilayah-wilayah yang
mengalami masalah pasokan pangan pada waktu-waktu tertentu. Hal ini tidak hanya
menghambat aksebilitas masyarakat terhadap pangan secara fisik, tetapi juga secara
ekonomis karena kelangkaan pasokan akan memicu kenaikan harga dan mengurangi
daya beli masyarakat.
Pemasaran pangan biasanya melalui rantai perdagangan yang panjang. Dari petani,
pangan berturut-turut bergerak kepedagang pengumpul di desa, pedagang menengah
di kecamatan, pedagang besar dikota, pengecer, penjaja sampai ke konsumen.
Masing-masing pelaku pada rantai perdagangan tersebut mengambil keuntungan serta
memperhitungkan penyusutan, jasa pengangkutan, jasa penyimpanan, dan jasa
pelayanan sehingga perbedaan harga penjualan oleh produsen dan harga pembelian
oleh konsumen sangat besar.
Konsumsi pangan adalah jenis dan jumlah pangan yang dimakan oleh seseorang
dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan dimaksudkan untuk
memenuhi kebutuhan individu secara biologis, psikologis, maupun sosial.
Oleh karena itu, ekspresi setiap individu dalam memilih makanan akan berbeda satu
dengan yang lain. Ekspresi tersebut akan membentuk pola perilaku makanan yang
disebut kebiasaan makan.
Jumlah jenis pangan dan jenis serta banyaknya bahan pangan dalam pola makanan
disuatu negara atau daerah tertentu, biasannya berkembang dari pangan setempat atau
dari pangan yang telah ditanam ditempat tersebut untuk jangka waktu yang panjang.
Disamping itu, kelangkaan pangan dan kebiasaan bekerja dari keluarga juga
berpengaruh terhadap pola makan.
Pangan pokok yang digunakan dalam suatu negara biasannya menempati kedudukan
tinggi. Penggunaan pangan tersebut lebih luas dari semua pangan yang lainnya, besar
kemungkinannya berkembang karena dihasilkan dari tanaman asal setempat atau
setelah dibawa ketempat tersebut tumbuh dengan cepat, kecuali itu, tanaman
tersebuat menghasilkan pangan dalam jumlah besar selama musim tanam yang
panjang atau yang dapat disimpan dengan mudah untul jangka waktu yang lama.
I.Subsistem Gizi
Mulai proses pencernaan dalam tubuh, makanan dipecah menjadi zat gizi, kemudian
diserap kedalam aliran darah yang mengangkutnya ke berbagai bagian tubuh. Zat gizi
yang tidak diperlukan setelah diserap segera disimpan dalam tubuh untuk penggunaan
dikemudian hari.
Berikut ini beberapa hal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan proses
penggunaan zat gizi oleh tubuh.
PERTEMUAN KE-4
KETAHANAN PANGAN PADA MASA PANDEMI COVID19
Ketahanan pangan dan gizi menjadi hal yang penting bagi kesehatan
masyarakat ,dimana pada masa pandemi covid 19 ini pemerintah harus menyiapkan
berbagai langkah untuk mengatasi hal ini yaitu memastikan gizi masuk ke dalam
perencanaan darurat sampai tingkat daerah dan mengutamakan kelompok rentan .
melihat luasnya wilayah dan jumlah penduduk masalah ketahanan pangan tidak akan
dapat teratasi semuanya terhitung dengan wilayah-wilayah terpencil lainya .
pemerintah telah membuat berbagai kebijakan dan cara unttuk mengatasi hal ini .
mengingat sulitnya memutus rantai penyebaran covid19 , jika masalah ini terus
berkelanjutan tidak menutup kemungkinan ketahanan pangan akan terus
bermasalah ,yang akan berkelanjutan pada peningkatan masalah gizi kesehatan
masyarakat . maka dari itu pemerintah harus bekerjasama dengan baik untuk
mengatasi masalah ini agar tidak terus berkelanjutan , salah satu nya itu memberikan
bantuan social berupa sembako atau uang tunai yang merata untuk masyarakat . tetapi
melihat situasi saat ini adanya pandemic covid19 ini yang memberi dampak buruk
bagi semua masyrakat Indonesia tentu sangat sulit di atasi dan semakin
berkelanjutan , pemerintah sangat perlu bekerja sama dengan baik untuk mengatasi
masalah yg terjadi pada masa pandemic ini ,agar masalah ini cepat berlalu ketahanan
pangan pada masyarakat tetap terjaga ,ekonomi masyarakat tidak lumpuh sehingga
tidak menimbulkan masalah pada gizi kesehatan masyarakat.
PERTEMUAN KE-5
A.Pengertian keamanan pangan
Higiene dan sanitasi adalah upaya kesehatan dengan cara memelihara kebersihan
individu. Misalnya mencuci tangan untuk melindungi kebersihan tangan, cuci piring
untuk melindungi kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk
melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan.
Sanitasi makanan adalah salah satu usaha pencegahan yang menitik beratkan kegiatan
dan tindakan yang perlu untuk membebaskan makanan dari segala bahaya yang
dapat mengganggu atau merusak kesehatan, mulai dari sebelum makanan diproduksi,
selama dalam proses pengolahan, penyimpanan, pengangkutan, sampai pada saat
dimana makanan tersebut siap untuk dikonsumsikan kepada masyarakat atau
konsumen. Sanitasi makanan ini bertujuan untuk menjamin keamanan dan
kemurnian makanan, mencegah konsumen dari penyakit, mencegah penjualan
makanan yang akan merugikan pembeli, mengurangi kerusakan makanan.
Tujuan utama dari penerapan aspek higiene sanitasi kantin di perusahaan adalah
menciptakan tenaga kerja yang sehat dan produktif.
C.Higiene Makanan
Makanan adalah bahan selain obat yang mengandung zat-zat gizi dan higienis serta
berguna bila dimasukan ke dalam tubuh, dan makanan jadi adalah makanan yang
telah diolah dan atau langsung disajikan/dikonsumsi.
Menurut WHO (2006), sanitasi makanan dapat diartikan pula sebagai upaya
penghilangan semua faktor luar makanan yang menyebabkan kontaminasi dari bahan
makanan sampai dengan makanan siap saji. Tujuan dari sanitasi makanan itu sendiri
adalah mencegah kontaminasi bahan makanan dan makanan siap saji sehingga aman
dikonsumsi oleh manusia.
Ada lima langkah berikut ini harus dilakukan dalam upaya pemeliharaan sanitasi
makanan:
1) tersedia air bersih dalam jumlah yang mencukupi kebutuhan dan memenuhi
syarat Peraturan Menteri Kesehatan RI.Nomor 01/Birhukmas/I/1 975.
2) alat pengangkut/roda/kereta makanan dan minuman harus tertutup sempurna,
dibuat dari bahan kedap air, permukaannya halus dan mudah dibersihkan.
3) rak penyimpanan bahan makanan/makanan harus mudah dipindah
menggunakan roda penggerak untuk kepentingan proses pembersihan.
4) Peralatan yang kontak dengan makanan, harus memenuhi syarat antara lain
,Permukaan utuh (tidak cacat) dan mudah dibersihkan. Lapisan permukaan
tidak mudah rusak akibat dalamasam/basa atau garam-garam yang lazim
dijumpai dalam makanan Tidak terbuat dari logam berat yang dapat
menimbulkan keracunan, misalnya Timah hitam (Pb), Arsenium
(As),Tembaga (Cu), Seng (Zn), Cadmium (Cd) dan Antimoni(Stibium).
Wadah makanan, alat penyajian dan distribusi harus bertutup.
Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.1096 Tahun 2011 tentang Higiene Sanitasi
Jasaboga, tempat pencucian peralatan dan bahan makanan harus memperhatikan
syarat berikut :
Pencucian bahan makanan yang tidak dimasak atau dimakan mentah harus dicuci
dengan menggunakan larutan Kalium Permanganat (KMnO4) dengan konsentrasi
0,02% selama 2 menit atau larutan kaporit dengan konsentrasi 70% selama 2 menit
atau dicelupkan ke dalam air mendidih (suhu 80°C -100°C) selama 1 – 5 detik.
Peralatan dan bahan makanan yang telah dibersihkan disimpan dalam tempat yang
terlindung dari pencemaran serangga, tikus dan hewan lainnya.
PERTEMUAN KE-6
A.Pengertian ketahanan pangan
Menurut UU pangan No.7 tahun 1996 konsep ketahanan pangan yaitu kondisi
terpenuhinya kebutuhanpangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya
pangan secara cukup,baik dari jumlah maupun mutunya, aman, merata dan
terjangkau. kondisi ketika semua orang pada setiap saat mempunyai aksessecara fisik
dan ekonomi untuk memperoleh kebutuhan konsumsinya untuk hidupsehat dan
produktif. USAID 1992 situasi dimana semua rumah tangga mempunyai akses baik
fisik maupun ekonomi untuk memperoleh pangan bagi seluruh anggota keluarganya,
dimana rumah tangga tidak beresiko mengalami kehilangan kedua akses tersebut.
FAO (1997) Definisi
kondisi ketika semua orang pada segala waktu secara fisik,social dan ekonomi
memiliki akses pada pangan yang cukup, aman dan bergiziuntuk pemenuhan
kebutuhan konsumsi dan sesuai dengan seleranya (food preferences) demi kehidupan
yang aktif dan sehat FIVIMS 2005 keadaan ketika semua orang pada setiap saat
mempunyai akses fisik, sosial, dan ekonomi terhadap terhadap kecukupan pangan,
aman dan bergizi untuk kebutuhan gizi sesuai dengan seleranya untuk hidup
produktif dan sehat Mercy Corps (2007)
Diartikan ketersediaanpangan dalam arti luas, mencakup pangan yang berasal dari
tanaman, ternak, dan ikan untuk memenuhi kebutuhan atas karbohidrat, protein,
lemak,vitamin dan mineral serta turunannya, yang bermanfaat bagi
pertumbuhankesehatan manusia. Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang aman,
diartikan bebas dari cemaranbiologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu,
merugikan, danmembahayakan kesehatan manusia, serta aman dari kaidah agama.
Terpenuhinya pangan dengan kondisi yang merata, diartikan pangan yang
harustersedia setiap saat dan merata di seluruh tanah air. Terpenuhinya pangan
dengan kondisi terjangkau, diartikan pangan mudahdiperoleh rumah tangga dengan
harga yang terjangkau. Mewujudkan ketahananpangan
ketersediaan penyerapan pangan akses status gizi Salah satu subsistemtersebut tidak
dipenuhi maka suatu negara belum dapat dikatakan mempunyaiketahanan pangan
yang baik. Walaupun pangan tersedia cukup di tingkat nasional danregional, tetapi
jika akses individu untuk memenuhi kebutuhan pangannya tidak merata,maka
ketahanan pangan masih dikatakan rapuh.
Ketersediaan pangan dalamjumlah yang cukup aman dan bergizi untuk semua orang
dalam suatu negara baikyang berasal dari produksi sendiri, impor, cadangan pangan
maupun bantuanpangan. Ketersediaan pangan ini harus mampu mencukupi pangan
yangdidefinisikan sebagai jumlah kalori yang dibutuhkan untuk kehidupan yangaktif
dan sehat Sub sistem ketersediaan (food availability)
penggunaan pangan untukkebutuhan hidup sehat yang meliputi kebutuhan energi dan
gizi, air dan kesehatanlingkungan. Penyerapan pangan (food utilization)
Subsistem ketersediaan pangan dalam jumlah dan jenis yang cukup untukseluruh
penduduk distribusi pangan yang lancar dan merata konsumsi pangansetiap individu
yang memenuhi kecukupan gizi seimbang, yang berdampak pada status gizi
masyarakat.
Konsep ketahanan pangan yang sempit meninjau sistem ketahanan pangan daristatus
gizi masyarakat aspek masukan yaitu produksi dan penyediaan pangan. Seperti
banyak diketahui, baikstatus gizi masyarakat secara nasional maupun global,
ketersediaan pangan yang melimpah melebihistatus gizi masyarakat kebutuhan
pangan penduduk tidak menjamin bahwa seluruh penduduk terbebas daristatus gizi
masyarakatstatus gizi masyarakatkelaparan dan gizi kurang. Konsep ketahanan
pangan yang luas bertolak pada tujuan akhir dari ketahanan pangan yaitu tingkat
kesejahteraan manusia. Oleh karena itu,sasaran pertama Millenium Development
Goals (MGDs) bukanlah tercapainya produksiatau penyediaan pangan, tetapi
menurunkan kemiskinan dan kelaparan sebagaiindikator kesejahteraan masyarakat.
MDGs menggunakan pendekatan dampak bukan masukan.
PERTEMUAN KE-7
1). Indikator untuk pemetaan situasi pangan dan gizi 1 tahun di kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi maupun nasional dengan menggunakan 3 indikator
yang digabungkan secara komposit yaitu :
a) luas tanam
b) luas kerusakan
c) luas panen dan produktivitas
3). Indikator untuk pengamatan gejala kerawanan pangan dan gizi, yaitu :
a) Mengumpulkan dan menyajikan data pangan dan gizi dari sektor terkait
b) Menyiapkan analisis hasil kajian data pemetaan,peramalan dan pemantauan
pangan dan gizi
c) Menyampaikan hasil analisis pada setiap kesempatan pertemuan koordinasi
F.Kewenangan SKPG
Kewenangan daerah dalam pelaksanaan SKPG yaitu :
a) SKPG adalah salah satu system surveilens yang menjadi kewenangan
pemerintah dan daerah dalam bidang kesehatan dan pertanian
b) SKPG merupakan kegiatan yang wajib tetap dilaksanakan prov/kab
c) Daerah berwenang menyesuaikan SKPG sesuai keadaan setempat .
G.Keluaran SKPG
Keluaran SKPG disuatu Kabupaten/Kota adalah sebagai berikut :
Tersedianya Peta kecamatan daerah rawan pangan dan gizi
Adanya ramalan produksi dan ketersediaan makanan pokok
Diketahuinya perkembangan pola konsumsi dan status gizi
Adanya rumusan kebijakan bidang pangan dan gizi
H. Pengertian Kerawanan Pangan
Rawan pangan didefinisikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan untuk
memperoleh pangan yang cukup dan sesuai utnuk hidup sehat dan beraktivitas
dengan baik untuk sementara waktu dalam jangka panjang. Kondisi ini dapat saja
sedang terjadi atau berpotensi untuk terjadi (Kompas, 2004).
Rawan pangan juga didefinisikan kondisi didalamnya tidak hanya mengandung unsur
yang berhubungan dengan state of poverty saja seperti masalah kelangkaan sumber
daya alam, kekurangan, modal, miskin motivasi, dan sifat malas yang disebabkan
ketidakmampuan mereka mencukupi konsumsi pangan. Namun, juga mengandung
unsur yang bersifat dinamis yang berkaitan dengan proses bagaimana pangan yang
diperlukan didistribusikan dan dapat diperoleh setiap individu/rumah tangga melalui
proses pertukaran guna mempengaruhi kebutuhan pangannya.
Istilah “Rawan Pangan” (food insecurity) merupakan kondisi kebalikan dari
ketahanan pangan (food security). Istilah ini sering diperhalus dengan istilah
“terjadinya penurunan ketahanan pangan”, meskipun pada dasarnya pengertiannya
sama. Ada dua jenis kondisi rawan pangan, yaitu yang bersifat kronis (chronical food
insecurity) dan bersifat sementara (transitory food insecurity).
Rawan pangan kronis merupakan kondisi kurang pangan (untuk tingkat rumah
tangga, berarti kepemilikan pangan lebih sedikit dari pada kebutuhan dan untuk
tingkat individu, konsumsi pangan lebih rendah dari pada kebutuhan biologis) yang
terjadi sepanjang waktu. Sedangkan pengertian rawan pangan akut atau transitory,
mencangkup rawan pangan musiman. Rawan pangan ini terjadi karena adanya
kejutan yang sangat membatasi kepemilikan pangan oleh rumah tangga, terutama
mereka yang berada di pedesaan. Bagi rumah tangga diperkotaan rawan pangan
tersebut disebabkan oleh pemutusan hubungan kerja dan pengangguran.
Tanda-tanda rawan pangan yang erat kaitannya dengan usaha individu/rumah tangga
untuk mengatasi kerawanan pangan (Sapuan, 2001) yaitu :
a) Ketersediaan Pangan
b) Akses Pangan
c) Kesehatan dan Gizi
d) Kerentangan Pangan
Dimensi ini mencerminkan kondisi rawan pangan sementara (transient) dan resiko
yang disebabkan oleh faktor lingkungan, yang mengancam kelangsungan kondisi
tahan pangan baik pada jangka pendek maupun jangka panjang.
L. Kerentangan Pangan
Indikator yang digunakan adalah fluktuasi curah hujan, persentase penutupan hutan
terhadap luas total wilayah, persentase lahan yang rusak terhadap luas total wilayah,
dan persentase luas panen tanaman padi yang rusak akibat kekeringan, banjir, longsor
dan hama (daerah puso).
Deforestasi hutan melalui eksploitasi sumber daya alam, fluktuasi curah hujan,
persentase daerah “puso”dan persentase daerah yang terkena banjir dan tanah longsor,
merupakan beberapa indikator yang digunakan dalam bab ini untuk menjelaskan
kerawanan pangan sementara di Indonesia.
1. Tidak adanya kasus secara fisik maupun ekonomi bagi individu/rumah tangga
untuk memperoleh pangan yang cukup
2. Tidak terpenuhinya pangan secara cukup dalam jumlah, mutu, beragam, aman
dan terjangkau
3. Tidak tercukupnya pangan untuk kehidupan yang produktif individu/rumah
tangga.
Secara konseptual, terdapat 2 jenis kondisi Rawan Pangan yaitu :
Suatu keadaan rawan pangan yang bersifat mendadak dan sementara yang disebabkan
oleh kejadian berbagai musibah yang tidak dapat diduga sebelumnya, seperti:
bencana alam (gempa bumi, gunung meletus, banjir bandang, tsunami) dan konflik
sosial.
Melihat masih adanya kerawanan pangan di Tanah Air, untuk mencegah dan
menanggulanginya perlu strategi yang tepat dan komprehensif. Beberapa hal yang
dapat dilakukan antara lain :
O. Revitalisasi Kelembagaan SKPG dan Kelembagaan Masyarakat Lainnya
Hal tersebut sangat penting dilakukan, karena SKPG merupakan suatu sistem
pendeteksian secara dini dalam pengelolaan informasi tentang situasi pangan dan gizi
yang berjalan terus menerus. Hal ini harus menjadi tugas utama pemerintah daerah.
Informasi yang dihasilkan sangat penting sebagai dasar dalam perencanaan,
penentuan kebijakan, koordinasi pelaksanaan program dan kegiatan penang-gulangan
kerawanan pangan dan gizi.
Kelembagaan lain yang tidak kalah pentingnya untuk direvitalisasi adalah pusat
kesehatan masyarakat, kegiatan posyandu dan sebagainya yang peranannya dalam
memberikan pelayanan kesehatan sangat dekat dengan masyarakat, terutama bagi
wanita hamil, ibu-ibu menyusui dan balita. Kegiatan pemberian makanan tambahan
anak sekolah (PMTAS) pun perlu terus dilakukan, terutama terhadap anak-anak
sekolah dasar dan pra sekolah.
P. Pemberdayaan Masyarakat
Kelembagaan nonformal yang tumbuh dan berkembang dengan baik sampai di
pedesaan seperti kelompok wanita (pemberdayaan kesejahteraan keluarga, kelompok
wanita tani, dan lainnya) sangat penting dilibatkan dalam memperbaiki tingkat
kesehatan dan gizi masyarakat/keluarga. Oleh karena itu, kegiatan-kegiatan seperti
pemanfaatan lahan pekarangan dengan pertanian terpadu, tanaman obat, sayur-
sayuran dan buah-buahan perlu terus dikembangkan. Dengan begitu, tentu dapat
meningkatkan pendapatan dan ekonomi rumah tangga.
Hal yang tidak kalah penting dalam pemberdayaan masyarakat ini adalah pentingnya
tokoh-tokoh masyarakat dan pemuka agama untuk dilibatkan dalam pemantapan
ketahanan pangan rumah tangga. Melalui ceramah yang ditujukan terutama kepada
bapak-bapak diharapkan pemahaman tentang pangan dan gizi masyarakat akan
meningkat, sehingga anak-anak yang masih dalam proses pertumbuhan dan ibu-ibu
hamil atau menyusui mendapat prioritas dalam mengonsumsi makanan yang lebih
beragam dan bergizi seimbang.