Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN HASIL METAPLAN

PROGRAM GIZI DAN EVALUASI


Posyandu Kartini VI A Kelurahan Mojo Kota Surabaya

KELOMPOK 9
Nama Anggota :

Amelliya Nur Heriyana 101611233011

Afifah Nurma Sari 101611233024

Martha Ria Wijayanti 101611233035

Kus Aisya Amira 101611233046

Belinda Widya Rendra 101611233058

PROGRAM STUDI S1 ILMU GIZI


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sumber daya manusia yang sehat dan berkualitas, merupakan modal utama atau
investasi dalam pembangunan kesehatan. Bentuk upaya pembangunan masyarakat yaitu
dengan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan salah
satunya adalah dengan menumbuh-kembangkan posyandu. Posyandu (Pos Pelayanan
Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan Bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar, utamanya untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi. Upaya
pengembangan kualitas sumber daya manusia dengan mengoptimalkan potensi tumbuh
kembang anak dapat dilaksanakan secara merata, apabila sistem pelayanan kesehatan
berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien serta
dapat menjangkau semua sasaran yang membutuhkan layanan tumbuh kembang anak,
ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu nifas.
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin (Hb) dalam darah kurang
dari normal. Anemia ditandai dengan kadar hemoglobin (Hb) pada pada balita dan ibu
hamil < 11 gr/dL, wanita dewasa < 12 gr/dL, dan laki-laki dewasa <13 gr/dL. Penyebab
utama seseorang mengalami anemia adalah kekurangan zat besi, namun anemia juga bisa
disebabkan hal-hal lain seperti pendarahan.
Berdasarkan data World Health Organization (WHO) tahun 2008, secara global
prevalensi anemia gravidarum di seluruh dunia adalah sebesar 41,8% dan di Asia sebesar
48,2%. Pada negara berkembang, sebanyak 40% kematian ibu berkaitan dengan anemia
gravidarum. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, di
Indonesia terdapat 37,1% ibu hamil yang mengalami anemia dengan proporsi yang
hampir sama antara di kawasan perkotaan sebesar 36,4% dan di pedesaan sebesar 37,8%
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2013). Di Propinsi Jawa Timur pada tahun
2009, angka kejadian anemia sebesar 4,88% dan kota Surabaya sebesar 12,65%.
Menurut data di atas, peran posyandu sangatlah penting untuk dapat membantu
menurunkan angka kematian ibu dan menjaga kesehatan balita. Posyandu Kartini VI A
merupakan salah satu posyandu di Kelurahan Mojo, Kota Surabaya. Selama kegiatan
berlangsung, Posyandu Kartini VI A selalu didampingi oleh pihak Puskesmas Mojo.
Kegiatan di Posyandu Kartini meliputi penimbangan balita, pemeriksaan kehamilan,
penyuluhan dari pihak Puskesmas, dan sebagainya. Kegiatan posyandu dilaksanakan pada
minggu pertama dan minggu ketiga disetiap bulan. Kami sebagai mahasiswa gizi
melakukan kegiatan metaplan di Posyandu Kartini VI A untuk menggali pendapat
masyarakat mengenai anemia.

1.2. Tujuan

1. Mengetahui kegiatan yang dilakukan oleh Posyandu Kartini VI A.


2. Mengetahui pemahaman ibu mengenai anemia.
3. Mengetahui pendapat ibu mengenai upaya pencegahan yang dapat dilakukan diri
sendiri dan upaya yang telah dilakukan pemerintah.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pelaksanaan Metaplan


2.1.1. Pembagian Tugas
Kegiatan metaplan yang dilaksanakan di Posyandu Kartini VI A ini
dilaksanakan oleh 5 mahasiswa. Pembagian tugas yang dilaksanakan pada
kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :
1. Fasilitator : Belinda Widya Rendra
2. Co-Fasilitator : Amelliya Nur Heryana
3. Notulen I : Kus Aisya Amira
4. Notulen II : Afifah Nurma Sari
5. Dokumentasi : Martha Ria Wijayanti
Pada saat pelaksanaan metaplan, fasilitator bertugas untuk memandu
jalannya FGD, co-fasilitator bertugas untuk membantu fasilitator dalam
memandu jalannya FGD, notulen bertugas untuk mencatat jalannya metaplan,
dan dokumentasi bertugas untuk mendokumentasikan jalannya kegiatan
metaplan.

2.1.2. Persiapan Perlengkapan Metaplan


Pada saat dilaksanakannya metaplan, perlengkapan yang dibutuhkan adalah :
1. Papan untuk menempel hasil metaplan
2. 8 buah spidol
3. Kertas jawaban
4. Jarum pentul
5. Gunting
6. Kamera handphone
7. Bingkisan berupa minyak botol dan kecap sachet

2.1.3. Waktu dan Lokasi Metaplan


Kegiatan metaplan ini dilaksanakan pada hari Sabtu, 2 Juni 2018 pada pukul
08.30-11.00 WIB di Posyandu Kartini VI A Kelurahan Mojo, Kota Surabaya.
2.1.4. Hasil Pelaksanaan Metaplan
Dalam kegiatan ini, pelaksanaan metaplan dibagi menjadi tiga sesi diskusi.
Sebelum diskusi dimulai, fasilitator memperkenalkan diri dan rekan-rekannya serta
menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan metaplan. Setelah itu, fasilitator
menjelaskan prosedur pelaksaan kegiatan metaplan seperti cara penulisan jawaban
menggunakan huruf balok, menjawab satu jawaban pada satu kertas, tidak boleh saling
mencontek dan mengikuti diskusi dengan tertib. Lalu, fasilitator juga memberitahu
peserta bahwa materi yang disampaikan terkait anemia. Kemudian, co-fasilitator
membagikan kertas dan spidol hitam kepada ibu-ibu relawan.
Pada sesi pertama kegiatan metaplan, fasilitator memberi pertanyaan “Apa
penyebab dari anemia?”. Lalu setelah diberikan pertanyaan, ibu-ibu diberikan waktu
beberapa menit untuk menjawab pertanyaan tersebut sebisa mungkin. Setelah semua ibu
selesai menjawab, co-fasilitator mengumpulkan jawaban dan menempelkan jawaban
tersebut pada dinding sesuai hasil diskusi. Hal yang didiskusikan terkait dengan
pengelompokkan hasil jawaban ibu-ibu. Dalam pengelompokkan jawaban, fasilitator
menanyakan terlebih dahulu apakah jawaban temasuk dalam salah satu kategori atau
masuk ke dalam kategori baru. Lalu fasilitator menanyakan persetujuan peserta terkait
kategori yang dibuat. Jawaban yang terumpul pada sesi pertama yaitu sebagai berikut :
1. Pola makan (100% atau 8 orang dari 8 peserta)
2. Kurang tidur (50% atau 4 orang dari 8 peserta)
3. Kecelakaan (12,5% atau 1 orang dari 8 peserta)
4. Kurang darah (50% atau 1 dari 8 peserta)
5. Kurang Zat Besi (37,5% atau 3 orang dari 8 peserta)
6. Kecapekan (37,5% atau 3 orang dari 8 peserta)
7. Kurang gizi (12,5% atau 1 orang dari 8 peserta)

Pada sesi kedua kegiatan metaplan, fasilitator memberi pertanyaan “Apa upaya
masyarakat untuk mencegah anemia?”. Setelah itu, fasilitator memberikan waktu bagi
ibu-ibu untuk menjawab pertanyaan tersebut. Fasilitator meyakinkan ibu agar percaya
diri dengan jawaban masing-masing dan tidak perlu malu karena tidak ada pendapat
yang salah namun semuanya benar. Co-fasilitator mengumpulkan jawaban yang sudah
dituliskan ibu-ibu di kertas. Kemudian, fasilitator memulai untuk mendiskusikan
jawaban untuk dikelompokkan. Setiap jawaban akan ditanyai apakah masuk kategrori
yang sama atau kategori yang baru. Co-fasilitator membantu untuk menempelkan kertas
dan Fasilitator menanyakan persetujuan peserta terkait kategori yang dibuat. Jawaban
yang terkumpul pada sesi kedua sebagai berikut:
1. Menjaga pola makan (100% atau 8 orang dari 8 peserta)
2. Minum suplemen (62,5% atau 5 orang dari 8 peserta)
3. Makan makanan gizi tinggi (50% atau 4 orang dari 8 orang)
4. Istirahat yang cukup (37,5% atau 3 dari 8 peserta)
5. Minum susu (25% atau 2 dari 8 peserta)
6. Cek kesehatan sesering mungkin (25% atau 2 dari 8 peserta)
7. Olahraga (s12,5% atau 1 orang dari 8 peserta)

Pada sesi ketiga, co-fasilitator membagikan kertas kosong lagi untuk pertanyaan
ketiga. Pertanyaan ketiga yang akan ditanyakan ialah “Apakah upaya pemerintah
untuk menanggulangi anemia?”. Lalu, fasilitator memberikan waktu bagi ibu-ibu
untuk menjawab. Kemudian, co-fasilitator mengumpulkan lembaran yang sudah
dijawab. Setelah dikumpulkan, fasilitator membuka sesi diskusi bagi tiap-tiap
jawaban. Setelah itu, fasilitator menanyakan semua jawaban untuk mengelompokkan
jawaban. Satu persatu jawaban dibahas dan ditanyakan apakan masuk kategori ini
dan itu. Jawaban yang terkumpul pada sesi ketiga sebgai berikut:
1. Penyuluhan (37,5% atau 3 orang dari 8 peserta)
2. Pemberian PMT (25% atau 2 orang dari 8 peserta)
3. Pemberian Vitamin (25% atau 2 orang dari 8 peserta)
4. Fasilitas Puskesmas (25% atau 2 oang dari 8 peserta)
5. Makan sayur-sayuran (12,5% atau 1 orang dari 8 peserta)
6. Pemberian obat (12,5% atau 1 orang dari 8 peserta)

2.2. PELAKSANAAN WALKING SEMINAR


2.2.1. Waktu dan Lokasi Walking Seminar
Walking seminar ini diadakan pada hari Kamis, 7 Juni 2018 pukul
08.30 sampai 10.30 WIB di Aula Soemarto FKM UNAIR.
2.2.2. Hasil Walking Seminar
Walking seminar metaplan ini dilaksanakan empat sesi, sesi pertama membahas
tentang penyebab anemia, sesi kedua membahas tentang upaya yang dilakukan
masyarakat untuk mencegah anemia, sesi ketiga adalah upaya yang telah dilakukan
pemerintah untuk mencegah anemia, dan sesi terakhir adalah testimoni. Pada sesi satu
sampai tiga dilaksanakan dua pembahasan, yaitu tanya jawab tentang perbedaan hasil
metaplan dan persamaan dari hasil metaplan.
Pada walking seminar sesi satu yang membahas tentang penyebab anemia, dari
hasil yang didapatkan, terdapat satu perbedaan yang menjadi pertanyaan oleh kelompok
lain, yaitu “mengapa kecelakaan dikategorikan sebagai salah satu penyebab anemia?”
Dari pertanyaan tersebut kami memberikan tanggapan bahwa sebagaimana yang
dikatakan oleh peserta metaplan bahwa kecelakaan dapat menyebabkan pendarahan yang
pada akhirnya mengakibatkan anemia atau kekurangan darah.
Selanjutnya pada pembahasan kedua mengenai persamaan penyebab anemia,
mendapatkan hasil sebagai berikut :
1. Kecapekan (100% atau 6 kelompok dan 6 kelompok anemia)
2. Kurang gizi (66,7% atau 4 kelompok dari 6 kelompok anemia)
3. Kurang zat besi (66,7% atau 4 kelompok dari 6 kelompok anemia)
4. Kurang tidur (50% atau 3 kelompok dari 6 kelompok anemia)
Jadi, kecapekan merupakan salah satu penyebab anemia yang banyak diketahui
oleh masyarakat, sedangkan kurang tidur merupakan penyebab anemia yang tidak
banyak diketahui oleh masyarakat.
Kemudian pada sesi kedua, yang membahas tentang upaya pencegahan anemia
dari diri sendiri, dilakukan dua kali pembahasan. Yang pertama membahas tentang
perbedaan hasil yang kami dapatkan dengan kelompok lain. Salah satu hasil yang
berbeda dan menjadi pertanyaan yaitu “mengapa jamu udek dijadikan salah satu upaya
pencegahan anemia dari diri sendiri?”
Tanggapan yang kami berikan sebagaimana yang dikatakan oleh peserta
metaplan bahwa jamu udek memang dijadikan salah satu obat apabila gejala anemia
seperti pusing mulai dirasakan.
Selanjutnya pada pembahasan kedua mengenai persamaan upaya pencegahan
anemia dari diri sendiri, mendapatkan hasil sebagai berikut :
1. Istirahat (83% atau 5 kelompok dari 6 kelompok anemia)
2. Minum tablet tambah darah (83% atau 5 kelompok dari 6 kelompok anemia)
3. Makan sayur (83% atau 5 kelompok dari 6 kelompok anemia)
4. Makan makanan bergizi (66,7% atau 4 kelompok dari 6 kelompok anemia)
5. Makan daging (33,3% atau 2 kelopok dari 6 kelompok anemia)
Jadi, istirahat, minum tablet tambah darah dan makan sayur merupakan upaya
pencegahan anemia yang banyak dilakukan oleh masyarakat, sedangkan makan daging
merupakan upaya pencegahan anemia yang tidak banyak dilakukan oleh masyarakat.
Pada sesi ketiga, yang membahas tentang upaya dari pemerintah untuk mencegah
anemia, tidak ada perbedaan hasil yang menimbulkan pertanyaan.
Selanjutnya pada pembahasan kedua mengenai persamaan upaya dari pemerintah
untuk mencegah anemia, mendapatkan hasil sebagai berikut :
1. Penyuluhan di posyandu (83% atau 5 kelompok dari 6 kelompok anemia)
2. Pemberian PMT (50% atau 3 kelompok dari 6 kelompok anemia)
3. Pemberian tablet tambah darah (50% atau 3 kelompok dari 6 kelompok anemia)
4. Pemberian vitamin (66,7% atau 4 kelompok dari 6 kelompok anemia)
Jadi, penyuluhan di posyandu merupakan upaya pemerintah dalam mencegah
anemia yang menurut masyarakat telah banyak dilakukan oleh pemerintah, sedangkan
pemberian PMT dan pemberian tablet tambah darah merupakan upaya pemerintah dalam
mencegah anemia yang menurut masyarakat tidak banyak dilakukan.
Pada sesi keempat, dilakukan penyampaian testimoni oleh fasilitator mengenai
jalannya metaplan. Pada sesi ini, 11 orang fasilitator dari tiap kelompok maju kedepan
dan menyampaikan testimoni mereka mengenai jalannya metaplan di posyandu. Isi
testimoni yang disampaikan diantaranya waktu dan tempat pelaksanaan, jumlah peserta
dan kader yang memfasilitasi, serta latar belakang peserta, selain itu kendala-kendala
yang terjadi. Kendala-kendala yang dihadapi seperti peserta tidak menggunakan huruf
balok di kertas jawaban, fasilitator tidak memiliki toa sehinga suara tidak cukup
terdengar, ibu-ibu datang terlambat dan agak terlambat.

2.2.3. Perbandingan Hasil Walking Seminar dengan Textbook Terkait Masalah Gizi
Buruk
1. Menurut hasil seminar metaplan, persepsi masyarakat mengenai penyebab
anemia adalah kurang gizi, kecapekan, kurang zat besi, dan kurang tidur. Sedangkan
hasil textbook menyatakan bahwa..................
2. Menurut hasil seminar metaplan, tindakan pencegahan anemia yang dilakukan
oleh masyarakat adalah beristirahat dengan cukup, minum tablet tambah darah, makan
sayur, makan makanan bergizi, dan makan daging. Sedangkan menurut .............
3. Menurut hasil seminar metaplan, upaya pencegahan yang elah dilakukan oleh
pemerintah adalah penyuluhan posyandu, pemberian makanan tambahan, minum tablet
tambahan darah, dan minum vitamin. Sedangkan menurut ..............
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
3.2. Saran
DAFTAR PUSTAKA

Masrizal. 2007. Anemia Defisiensi Besi. Junal Kesehatan Masyarakat Vol. 2, no. 2

Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat. 2006. Pedoman Umum Pengenalan Posyandu.
Departemen Kesehatan RI. Jakarta

http://www.depkes.go.id/resources/download/promosi-kesehatan/buku-saku-
posyandu.pdf
LAMPIRAN
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai