Anda di halaman 1dari 5

Kegiatan transpirasi terpengaruh oleh banyak faktor, baik faktor-faktor

dalam maupun faktor-faktor luar. Faktor-faktor dalam ialah besar kecilnya daun,
tebal tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya permukaan daun, banyak
sedikitnya bulu pada permukaan daun, banyak sedikitnya stoma, bentuk dan
lokasi stomata; hal-hal ini mempengaruhi kegiatan transpirasi. Untuk faktor-faktor
luar seperti radiasi, temperatur, kebasahan udara, takanan udara, angin, keadaan
air dalam tanah. Lubang stoma yang tidak bundar, melainkan oval itu ada sangkut
paut dengan intensitas pengeluaran air. Juga letaknyasatu sama lain diperantarai
oleh suatu jarak yang tertentu itu pun mempengaruhi intensitas penguapan. Suatu
penguapan yang tidak ditutup sama sekali lebih lambat dari pada air yang di atas
permukaannya diberi selaputyang berlubang-lubang halus. Di dalam batas-batas
tertentu, maka makin banyak porinya, makin cepatlah penguapan. Jika lubang-
lubang terlalu berdekatan, maka penguapan melalui lubang yang satu malah
terhambat oleh penguapan dari lubang yang berdekatan. Jalan yang ditempuh oleh
molekul-molekul air yang lewat lubang itu tiada lurus, melainkan membelok
sebagai akibat dari pengaruh tepi (sudut) sel-sel penutup. Bentuk stoma yang oval
lebih memudahkan mengeluarkan air dari pada bentuk yang bundar. Mekanisme
membuka dan menutupnya stoma itu berdasarkan suatu perubahan turgor, dan
perubahan turgor itu ialah akibat dari perubahan nilai osmosis dari isi sel-sel
penutup. Sel-sel penutup pada umumnya mengandung amilum, pada waktu
malam persenannya lebih tinggi dari pada waktu siang, dimana sebagian telah
berubah menjadi glukosa. Faktor-faktor luar yang mempengaruhi transpirasi, yaitu
1). Sinar matahari, sinar menyebabkan membukanya stoma dan gelap
menyebabkan menutupnya stoma, jadi banyak sinar akan mempergiat transpirasi.
2). Temperatur, kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam daun. 3).
Kebasahan udara, jika kebasahan udara lebih tinggi dari pada di dalam daun,
maka hal demikian tidak melancarkan berdifusinya uap air dari dalam daun ke
luar daun (Dwidjiseputro, 1980).
Transpirasi berbeda dengan penguapan/evaporasi sederhana karena
berlangsung pada jaringan hidup dan dipengaruhi oleh fisiologi tumbuhan. Air
diserap ke dalam akar secara osmosis melalui rambut akar, sebagian besar
bergerak menurut gradien potensial air melalui xilem. Air dalam pembuluh xilem
mengalami tekanan besar karena molekul air polar menyatu dalam kolom
berlanjut akibat dari penguapan yang berlangsung di bagian atas. Sebagian besar
ion bergerak melalui simplas dari epidermis akar ke xilem, dan kemudian ke atas
melalui arus transportasi. Laju transpirasi dipengaruhi oleh ukuran tumbuhan,
kadar CO2, cahaya, suhu, aliran udara, kelembaban, dan tersedianya air tanah.

Faktor-faktor ini mempengaruhi perilaku stoma yang membuka dan menutupnya


dikontrol oleh perubahan tekanan turgor sel penjaga yang berkorelasi dengan

kadar ion kalium (K+) di dalamnya. Selama stoma terbuka, terjadi pertukaran gas
antara daun dengan atmosfer dan air akan hilang ke dalam atmosfer. Untuk
mengukur laju transpirasi tersebut dapat digunakan potometer. Transpirasi pada
tumbuhan yang sehat sekalipun tidak dapat dihindarkan dan jika berlebihan akan
sangat merugikan karena tumbuhan akan menjadi layu bahkan mati. Sebagian
besar transpirasi berlangsung melalui stomata sedang melalui kutikula daun dalam
jumlah yang lebih sedikit. Transpirasi terjadi pada saat tumbuhan membuka
stomatanya untuk mengambil karbon dioksida dari udara untuk berfotosintesis.
Lebih dari 20 % air yang diambil oleh akar dikeluarkan ke udara sebagai uap air.
Sebagian besar uap air yang ditranspirasi oleh tumbuhan tingkat tinggi berasal
dari daun selain dari batang, bunga dan buah. Transpirasi menimbulkan arus
transpirasi yaitu translokasi air dan ion organik terlarut dari akar ke daun melalui
xilem. Tumbuhan seperti pohon cemara, jati dan akasia mengurangi penguapan
dengan cara menggungurkan daunnya di musim panas. Pada tumbuhan padi-
padian, liliacea dan jahe-jahean, tumbuhan jenis ini mematikan daunnya pada
musim kemarau. Pada musim hujan daun tersebut tumbuh lagi. Contoh kaktus
(Melocactus curvispinus). Tumbuhan yang hidup di gurun pasir atau lingkungan
yang kekurangan air (daerah panas) misalnya kaktus, mempunyai struktur
adaptasi khusus untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Pada tumbuhan
yang terdapat di daerah panas, jika memiliki daun maka daunnya berbulu,
bentuknya kecil-kecil dan kadang-kadang daun berubah menjadi duri dan sisik.
Kulit luar daunnya tebal, mempunyai lapisan lilin yang tebal dan mempunyai
sedikit stomata untuk mengurangi penguapan. Beberapa tumbuhan di gurun pasir
daunnya menutup (mengatup) pada siang hari dan membuka pada malam hari
untuk menghindari penguapan yang berlebih. Sistem perakaran tumbuhan di
daerah panas memiliki akar yang panjang-panjang sehingga dapat menyerap air
lebih banyak (Anonim, 2009).
Secara alamiah tumbuhan mengalami kehilangan air melalui penguapan.
Proses kehilangan air pada tumbuhan ini disebut transpirasi. Pada transpirasi, hal
yang penting adalah difusi uap air dari udara yang lembab di dalam daun ke udara
kering di luar daun. Kehilangan air dari daun umumnya melibatkan kekuatan untuk
menarik air ke dalam daun dari berkas pembuluh yaitu pergerakan air dari sistem
pembuluh dari akar ke pucuk, dan bahkan dari tanah ke akar. Ada banyak langkah
dimana perpindahan air dan banyak faktor yang mempengaruhi pergerakannya.
Besarnya uap air yang ditranspirasikan dipengaruhi olh beberapa faktor, antara lain:
(1) Faktor dari dalam tumbuhan (jumlah daun, luas daun, dan jumlah stomata); (2)
Faktor luar (suhu, cahaya, kelembaban, dan angin). Ruang interseluler udara dalam
daun mendekati keseimbangan dengan larutan dalam fibrill sel pada dinding sel. Hal
ini berarti sel-sel hampir jenuh dengan uap air, padahal banyaknya udara di luar daun
hampir kering. Difusi dapat terjadi jika ada jalur yang memungkinkan adanya
ketahanan yang rendah. Kebanyakan daun tertutup oleh epidermis yang berkutikula
yang memiliki resistansi (ketahanan) tinggi untuk terjadinya difusi air. Namun
stomata memiliki resistansi rendah ketika membuka dan uap air berdifusi ke luar
melalui stomata. Jumlah difusi keluarnya uap air dari stomata tergantung pada tingkat
kecuraman gradien konsentrasi uap air. Lapisan pembatas yang tebal memiliki
gradien yang lebih rendah, dan lapisan pembatas yang tipis memiliki gradien yang
lebih curam. Oleh karena itu, transpirasi melalui lapis pembatas yang tebal lebih
lambat dari pada yang tipis. Angin membawa udara dekat ke daun dan membuta
pembatas lebih tipis. Hal ini menunjukkan mengapa laju transpirasi pada tumbuhan
lebih tinggi pada udara yang banyak hembusan angin. Struktur anatomi daun
memungkinkan penurunan jumlah difusi dengan menstabilkan lapis pembatas tebal
relatif. Misalnya rapatnya jumlah trikoma pada permukaan daun cenderung
meyebabkan lapisan pembatas udara yang reltif tidak bergerak. Stomata yang
tersembunyi menekan permukaan daun sehingga stomata membuka. Udara memiliki
efek penting dalam penjenuhan jumlah udara. Udara hangat membaewa lebih banyak
air dari pada udara dingin. Oleh karena itu, pada saat panan volume udara akan
memberikan sedikit uapa air dengan kelembaban relatif yang lebih rendah daripada
saat dingin. Untuk alasan ini, tumbuhan cenderung kehilangan air lebih cepat pada
udara hangat dari pada udara dingin. Hilangnya uap air dari ruang interseluler daun
menurunkan kelembaban relatif pada ruang tersebut. Air yang menguap dari daun
(stomata) ini menimbulkan kekuatan kapiler yang menarik air dari daerah yang
berdekatan dalam daun. Beberapa penggantian air berasal dari dalam sel daun melalui
membran plasma. Ketika air meninggalkan daun, molekul air menjadi lebih kecil. Hal
ini akan mengurangi tekanan turgor. Jika banyak air yang dipindahkan, tekanan
turgor akan menjadi nol. Oleh karena itu, sel menjadi lunak dan kehilangan
kemampuan untuk mendukung daun. Hal ini dapat terlihat ketika tanaman layu.
Untuk mengetahui tingkat efisiensi tumbuhan dalam memanfaatkan air, sering
dilakukan pengukuran terhadap laju transpirasi. Tumbuhan yang efisien akan
menguapakan air dalam jumlah yang lebih sedikit untuk membentuk struktur
tubuhnya (bahan keringnya) dibandingkan dengan tumbuhan yang kurang efisien
dalam memanfaatkan air (Anonim, 2009).
Di suatu cara yang mirip dengan pengendalian stomata dari fotosintesis, peran
dari mulut daun di dalam mengendalikan keadaan analogy yanag dapat digambarkan
sejalan seperti perubahan-perubahan yang relatif tingkat keadaan analogy untuk suatu
perubahan relatif yang diberi di konduktan stomata. Meski pengamatan khusus dari
mulut daun dan peran mereka yang jelas nyata di dalam pengaturan pengurangan air
telah dikenal selama bertahun-tahun. Studi di masa decade lalu atau kira-kira seperti
itu tidak berlaku teori bahwa lubang stomata dikendalikan oleh status air daun,
dengan bukti yang luas yang mengumpulkan bahwa mulut daun dapat bereaksi
terhadap status akar atau air tanah tidak terikat pada setiap pengaruh di daun (Jones,
1998).
Daun pada kebanyakan spesies tidak terpengaruh pertumbuhan dan
perkembangannya jika kadar airnya berkisar antara 90% - 100%, tetapi jika kadar air
turun (<90%), maka pembesaran sel daun menjadi terhambat, dan pembesaran sel
daun akan terhenti sama sekali jika kadar air turun sampai 70-75%. Pada kondisi
kekurangan air yang berlangsung lama, pembesan sel juga secara tidak langsung
terhambat karena penurunan laju fotosintesis, penurunan ketersediaan unsur hara,
hambatan terhadap sintesis protein, peningkatan sintesis sukrosa (sebagai hasil
penguraian pati), dan gangguan metabolisme lainnya (Lakitan, 1996).

Anda mungkin juga menyukai