Anda di halaman 1dari 11

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT PADA

TANAMAN PADI MENGGUNAKAN METODE


CERTAINTY FACTOR

OLEH :
FITRI ADITIYA
310114022667

PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA


SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER
(STMIK) BANJARBARU
BANJARBARU
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Berdasarkan data Badan Penyuluhan Pertanian produksi padi pada tahun 2016
sebanyak 18.125 ton atau mengalami penurunan sebesar 1.487 ton (8,20 persen)
dibandingkan tahun 2015. Penurunan produksi padi tahun 2016 terjadi di Kelurahan
Sido Makmur sebesar 12 ton, sedangkan produksi padi di Kelurahan Ulu Benteng
mengalami kenaikan sebanyak 286 ton. Penurunan produksi padi tahun 2016 sebanyak
1.487 ton (8,20 persen) terjadi pada subround Oktober-Maret, yang dikarenakan
serangan penyakit dan bencana alam.
Kendala peningkatan produksi akan semakin kompleks akibat perubahan iklim
global yang menyebabkan produksi tidak stabil. Di Kecamatan Marabahan hasil padi
rata-rata 4,08 ton/ha, padahal hasil yang biasa dicapai 4,42 ton/ha. Senjang hasil
tersebut disebabkan oleh penyakit sebesar 12,6% dan hama 15,2%. Di Indonesia
potensi hasil varietas padi yang dilepas berkisar antara 5-9 ton/ha, sementara hasil
nasional baru mencapai rata-rata 5,32 ton/ha.
Proses identifikasi masalah mengalami kesulitan dalam mendeteksi banyaknya
gejala sehingga butuh waktu yang cukup lama, minimnya pengetahuan atau wawasan
seorang petani tentang pengetahuan penyakit padi, besarnya biaya yang harus
dikeluarkan dikarenakan membutuhkan seorang ahli pertanian.
Permasalahan yang dihadapi petani akibat dari penyakit ini, maka dibutuhkan
suatu layanan yang bisa membantu para petani untuk mendiagnosis lebih awal
penyakit pada tanaman padinya yaitu berupa suatu sistem pakar (expert system).
Sistem pakar dengan metode Certainty Factor ini diterapkan dengan bahasa
pemrograman PHP (Hypertext Preprocessor).
Pengambilan keputusan pada sistem pakar dapat menggunakan Certainty
Factor. Pada metode Certainty Factor pengambilan keputusan dimulai dari
penelurusan semua data dan aturan untuk mencapai tujuan. Metode Certainty Factor
cocok untuk mengakomodasi ketidakpastian pemikiran seorang Pakar terhadap
penyakit dengan adanya ciri dari gejala-gejala yang diderita. Dari penjelasan ini maka
sistem pakar ini dapat diterapkan untuk membantu petani menyelesaikan
permasalahannya yang dihadapi akibat dari penyakit yang menjangkit tanaman
padinya. Karena dengan sistem pakar dapat mengidentifikasi penyakit tanaman padi
dari gejala-gejala yang ada serta memberikan solusi berdasarkan jenis penyakit
layaknya seorang pakar.

1.2. Permasalahan Penelitian


1.2.1. Identifikasi Masalah
Dari uraian latar belakang diatas, dapat ditemukan identifikasi masalah yang
mengalami kesulitan dalam mendeteksi banyaknya gejala sehingga butuh waktu yang
cukup lama, minimnya pengetahuan atau wawasan seorang petani tentang
pengetahuan penyakit padi, besarnya biaya yang harus dikeluarkan dikarenakan
membutuhkan seorang ahli pertanian.

1.2.2. Ruang Lingkup Masalah


Adapun ruang lingkup masalah tersebut adalah jenis penyakit yang digunakan
sebagai studi kasus adalah penyakit yang menyerang padi di Kecamatan Marabahan.

1.2.3. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang diatas, dapat diketahui rumusan masalah yaitu
bagaimana membangun aplikasi sistem pakar yang dapat digunakan untuk mengetahui
jenis penyakit pada tanaman padi berdasarkan gejala yang muncul dan yang dapat
memberikan solusi penanganan terhadap penyakit yang menyerang tanaman padi.

1.3. Tujuan dan Manfaat Penelitian


1.3.1. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah membuat aplikasi sistem pakar diagnosa
penyakit pada tanaman padi berbasis web yang mampu memberikan diagnosis yang
tepat dan akurat dalam menentukan jenis penyakit berdasarkan gejala yang muncul
serta bagaimana cara pengendalian penyakit pada tanaman padi tersebut.
1.3.2. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat membantu memudahkan penyuluh
pertanian dan petani dalam mendiagnosa jenis penyakit lebih dini dan cara
pengendaliannya secara cepat, sehingga mengurangi kerugian pada saat panen.
BAB II
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka


Adapun tinjauan pustaka mengacu pada beberapa hasil penelitian sebagai
berikut :
Penelitian yang mengembangkan sistem pakar juga dilakukan pada penelitian
lain yaitu Sistem Pakar Diagnosa Hama dan Penyakit Tanaman Cabai Besar
Menggunakan Metode Certainty Factor. Pada penelitian ini metode certainty factor
diterapakan untuk mengakomodasi tingkat keyakinan pakar sehingga dapat diterapkan
untuk membuat Sistem Pakar Diagnosa Hama dan Penyakit Tanaman Cabai Besar
Menggunakan Metode Certainty Factor dan didapatkan presentase nilai keyakinan
serangan hama atau penyakit beserta solusi pengendaliannya. (Tomi Winanto dkk,
2017).
Sedangkan pada penelitian lain, yang membahas tentang Sistem Pakar Untuk
Mendiagnosis Hama dan Penyakit Pada Tanaman Padi Dengan Metode Bayesian.
Dalam penelitian ini memiliki tujuan yaitu membuat perangkat lunak yang user
friendly dan dapat digunakan oleh masyarakat luas serta dapat sebagai pembelajaran
atau sosialisasi hama dan penyakit pada tanaman padi sekaligus memberikan solusi
penanganannya. (Wafa dan Rahayu, 2015).

2.2. Landasan Teori


2.2.1. Sistem Pakar
Sistem Pakar merupakan cabang dari Artificial Intelligence (AI) yang cukup tua
karena sistem ini mulai dikembangkan pada pertengahan 1960. Sistem pakar yang
muncul pertama kali adalah General-purpose problem solver (GPS) yang
dikembangkan oleh Newel Simon.
Istilah sistem pakar berasal dari istilah knowledge-based expert system. Istilah
ini muncul karena untuk memecahkan masalah, sistem pakar menggunakan
pengetahuan seorang pakar yang dimasukkan ke dalam komputer. Seseorang yang
bukan pakar menggunakan sistem pakar untuk meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah, sedangkan seorang pakar menggunakan sistem pakar untuk knowledge
assistant.
Sedangkan pengertian sistem pakar menurut para ahli :
1. Menurut Durkin : Sistem Pakar adalah suatu program komputer yang dirancang
untuk memodelkan kemampuan penyelesaian masalahyang dilakukan oleh
seorang pakar.
2. Menurut Ignizio : Sistem Pakar adalah suatu model dan prosedur yang berkaitan,
dalam suatu domain tertentu, yang mana tingkat keahliannya dapat dibandingkan
dengan keahlian seorang pakar.
3. Menurut Giarrantano dan Riley : Sistem Pakar adalah suatu sistem komputer yang
bisa menyamai atau meniru kemampuan seorang pakar.

2.2.2. Ciri-Ciri Sistem Pakar


Ciri-ciri Sistem Pakar adalah sebagai berikut :
a. Terbatasnya pada domain keahlian tertentu.
b. Dapat diberikan penalaran untuk data-data yang tidak lengkap atau tidak pasti.
c. Dapat menjelaskan alasan-alasan dengan cara yang dapat dipahami.
d. Bekerja berdasarkan kaidah rule tertentu.

2.2.3. Manfaat Sistem Pakar


Sistem pakar menjadi sangat populer karena sangat banyak kemampuan dan manfaat
yang diberikannya, diantaranya :
a. Meningkatkan produktivitas, karena sistem pakar dapat bekerja lebih cepat
daripada manusia
b. Membuat seorang yang awam bekerja seoerti layaknya seorang pakar.
c. Meningkatkan kualitas, dengan memberi nasehat yang konsisten dan mengurangi
kesalahan.

2.2.4. Pakar (Expert)


Pakar adalah seseorang yang mempunyai pengetahuan, pengalaman, dan metode
khusus, serta mampu menerapkannya untuk memecahkan masalah atau memberi
nasihat. Seorang pakar harus mampu menjelaskan dan mempelajari hal-hal baru yang
berkaitan dengan topik permasalahan, jika perlu harus perlu menyusun kembali
pengetahuan-pengetahuan yang didapatkan, dan dapat memecahkan aturan-aturan
serta menentukan relevansi kepakarannya.

2.2.5. Pengertian Penyakit Padi


Tanaman padi merupakan cekaman biotis yang dapat mengurangi hasil dan bahkan
menyebabkan gagal panen. Oleh karena itu untuk mendapatkan hasil panen yang
optimum dalam budidya padi, perlu dilakukan usaha pengendalian penyakit. Penyakit
dikendalikan dengan pendekatan pengelolaan Penyakit Terpadu (PHT) yang
diintegrasikan ke dalam model PTT.
Penggunaan pestisida didasarkan pada pemantauan lapangan agar dicapai efisiensi
yang tinggi dan pencemaran lingkungan dapat di minimalisasi. Komponen
pengendalian diterapkan sesuai dengan tahapan budidaya tanaman.

2.2.6. Jenis Penyakit Pada Tanaman Padi


1. Penyakit Tungro
Penyakit tungro disebabkan oleh dua jenis virus yang berbeda yaitu virus bentuk
batang Rice Tungro Bacilliform Virus (RTBV) dan virus bentuk bulat Rice Tungro
Spherical Virus (RTSV). Kedua jenis virus tersebut tidak memiliki kekerabatan
serologi dan dapat menginfeksi tanaman secara bersama-sama. Virus tungro hanya
ditularkan oleh wereng hijau (sebagai vektor) tidak terjadi multiplikasi dalam
tubuh wereng dan tidak terbawa pada keturunananya. Sejumlah spesies wereng
hijau dapat menularkan virus tungro, namun Nephotettix virescens merupakan
wereng hijau yang paling efisien sehingga perlu diwaspadai keberadaannya.
Penularan virus tungro dapat terjadi apabila vektor memperoleh virus setelah
mengisap tanaman yang terinfeksi virus kemudian berpindah dan mengisap
tanaman sehat tanpa melalui periode laten dalam tubuh vektor.
Pengendalian yang dianjurkan :
1. Waktu tanam tepat
2. Tanam serempak
3. Menanam varietas tahan
4. Memusnahkan (eradikasi) tanaman terserang
5. Pemupukan yang tepat
6. Penggunaan pestisida

2. Penyakit Busuk Leher Padi (Blast)


Penyakit blas disebabkan oleh jamur Pyricularia grisea. Awalnya penyakit ini
berkembang di pertanaman padi gogo, tetapi akhir-akhir ini sudah menyebar di
lahan sawah irigasi. Jamur P. grisea dapat menginfeksi pada semua fase
pertumbuhan tanaman padi mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Pada
fase bibit dan pertumbuhan vegetatif tanaman padi, P. grisea menginfeksi bagian
daun dan menimbulkan gejala penyakit yang berupa bercak coklat berbentuk belah
ketupat yang disebut blas daun. Pada fase pertumbuhan generatif tanaman padi,
gejala penyakit blas berkembang pada tangkai/leher malai disebut blas leher.
Perkembangan parah penyakit blas leher infeksinya dapat mencapai bagian gabah
dan patogennya dapat terbawa gabah sebagai patogen tular benih (seed borne).
Penyakit blas leher juga sering disebut busuk leher, patah leher, tekek (jawa
Tengah), kecekik (Jawa Barat). Penyakit blas juga dapat berkembang pada
tanaman selain padi seperti gandum, sorgum dan spesies rumput-rumputan. Pada
lingkungan yang kondusif, blas daun berkembang pesat dan kadang-kadang dapat
menyebabkan kematian tanaman. Penyakit blas leher dapat menurunkan hasil
secara nyata karena menyebabkan leher malai mengalami busuk atau patah
sehingga proses pengisian malai terganggu dan banyak terbentuk bulir padi hampa.
Pengendalian yang dianjurkan :

1. Gunakan varietas tahan sesuai dengan sebaran ras yang ada di daerah setempat.
2. Gunakan benih sehat.
3. Hidarkan penggunaan pupuk nitrogen diatas dosis anjuran.
4. Hindarkan tanam padi dengan varietas yang sama terus menerus sepanjang
tahun.
5. Sanitasi lingkungan harus intensif karena inang alternatif patogen dapat berupa
rerumputan.
6. Hindari tanam padi terlambat dari tanaman petani di sekitarnya.
7. Pengendalian secara dini dengan perlakuan benih sangat dianjurkan untuk
menyelamatkan persemaian sampai umur 30 hari setelah sebar.
8. Penyemprotan fungisida sistemik sebaiknya 2 kali pada saat stadia tanaman
anakan maksimum dan awal berbunga untuk mencegah penyakit blas daun dan
blas leher terutama di daerah endemik.
9. Hindarkan jarak tanam rapat (sebar langsung).
10. Pemakaian kompos sebagai sumber bahan organik.

3. Penyakit Kerdil Rumput


Gejala utama penyakit kerdil rumput adalah tanaman yang terinfeksi sangat kerdil
dan banyak anakannya sehingga menyerupai rumput. Daunnya sempit, pendek,
kaku, hijau pucat dan kadang-kadang mempunyai bercak seperti karat. Kadangkala
terdapat percabangan anakan dari buku batang tanaman padi yang terinfeksi.
Tanaman yang terinfeksi biasanya bertahan sampai dewasa, tetapi hanya
menghasilkan sedikit malai yang kecil berwarna coklat dan bulirnya hampa. Bila
infeksi terjadi saat tanaman dewasa biasanya gejalanya tidak akan berkembang
sebelum panen tetapi muncul pada singgangnya setelah panen. Penyebab penyakit
kerdil rumput adalah virus Kerdil Rumput. Virus ini disebarkan oleh hama wereng
coklat (Nilaparvata lugens).
Pengendalian yang dianjurkan :
Untuk mengendalikan penyakit kerdil rumput cukup dengan mengendalikan
vektor penularnya yaitu wereng coklat. Untuk mengendalikan wereng coklat
Gerbang Pertanian telah menulis cara tepat mengendalikan hama wereng coklat
dan insektisida terbaik untuk mengendalikan wereng coklat. Selain mengendalikan
hama wereng coklat, jika penyakit kerdil rumput sudah terlihat gejalanya segera
lakukan pemusnahan pada tanaman padi yang sudah terserang.

4. Penyakit Hawar Pelepah Daun


Penyakit Hawar Pelepah Daun disebabakan oleh jamur Rhizoctonia solani Kuhn.
Banyak ditemukan di dataran tinggi sampai rendah. Penyakit ini merusak pelepah,
sehingga untuk menemukan penyakit perlu dibuka kanopinya. Tanaman yang
terserang mudah rebah, makin awal terjadi kerebahan, makin besar kehilangan
hasil. Kehilangan hasil yang disebabkan oleh penyakit ini dapat mencapai 30%.
Penyakit ini menyebabkan gabah tidak berisi penuh atau bahkan hampa. Hawar
pelepah umumnya terjadi pada saat tanaman mulai membentuk anakan sampai
menjelang panen. Tetapi, penyakit ini juga dapat terjadi pada tanaman muda.
Pengendalian yang dianjurkan :
Pengaturan jarak tanam yang tidak terlalu rapat
Pemupukan berimbang
Pengairan berselang
Sanitasi sisa tanaman dan gulma di sekitar sawah
Aplikasi fungisida berbahan aktif benomyl, difenoconazol, mankozeb, dan
validamycin

5. Penyakit Kresek
Penyakit kresek (penyakit hawar daun bakteri) adalah penyakit padi yang penting
dan umum ditemukan di Kecamatan Padang Gelugur, di lahan beririgasi dan sawah
tadah hujan. Di sawah yang terinfeksi ini kehilangan hasil panen dapat berkisar
antara 6-60%. Serangan penyakit kresek (penyakit hawar daun bakteri) pada
tanaman padi yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv. Oryzae dapat
mengakibatkan kerusakan tanaman dan menurunkan produksi. Bahkan, dalam
serangan berat, dapat mengakibatkan terjadinya puso. Serangan penyakit ini dapat
terjadi pada fase bibit, tanaman muda dan tanaman tua.
Pengendalian yang dianjurkan :
Belum ditemukan cara pengendalian yang dapat dianjurkan, namun pengeringan
berkala (satu hari digenangi, tiga hari dikeringkan) dan penggunaan pupuk kalium
(KCl) dapat menurunkan keparahan penyakit. Usaha pengendalian perlu
memanfaatkan varietas tahan, dan juga manajemen pupuk (N yang tidak berlebih,
P dan K yang cukup). Penyakit ini dapat ditekan dengan menanam dalam larikan
(Legowo). Sistem tanam legowo dapat memperbaiki iklim di sekitar tanaman
melalui perbaikan aerasi dan penetrasi sinar matahari dan menekan pertumbuhan
penyakit kresek. Pemupukan berimbang yang lengkap dapat meningkatkan
kemampuan bertahan tanaman terhadap penyakit. Pergiliran varietas dan tanaman,
sanitasi (pertahankan sawah bersihbuang atau bajak gulma, jerami yang
terinfeksi), eradikasi (pemusnahan) pada tanaman padi yang terserang dapat
dilakukan untuk mengendalikan penyakit kresek pada suatau daerah tertentu.
Perlakukan benih padi secara khusus, yakni dengan melakukan perendaman
selama 12-24 jam dengan larutan hypoclorit dengan dosis 1:300 terhadap benih
padi. Tujuannya, untuk pencegahan sejak dini dengan membersihkan benih dari
bakteri yang menyebabkan penyakit kresek. Setelah dilakukan perendaman, perlu
dilakukan penyemprotan dengan menggunakan agensi hayati corinebacterium (5
cc per liter) atau pestisida dengan bahan aktif agrimicin (2 cc per liter) pada saat
14 hari setelah tanam (HST), 24 HST dan 48 HST. Tujuannya untuk melindungi
bakal daun muda yang akan tumbuh, setelah daun yang ada terserang kresek.
Keringkan sawah setelah panen dan biarkan bera (tidak ditanami) beberapa minggu
untuk membunuh bakteri yang mungkin bertahan dalam tanah atau sisa tanaman.

2.3. Kerangka Pemikiran

Anda mungkin juga menyukai