Anda di halaman 1dari 23

ACARA 3

ARTHROPODA

Oleh :
Nama : Berliana Ameylia
NIM : B1A019082
Rombongan : B II
Kelompok :3
Asisten : Cikal Ramadhanti Arisantika

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2021
A. TUJUAN

Tujuan praktikum acara Arthropoda adalah :

1. Menyebutkan karakter penting untuk identifikasi spesies Arthropoda.

2. Mengidentifikasi jenis-jenis Arthropoda yang telah disiapkan.

3. Melakukan determinasi Arthropoda yang telah disiapkan.

B. HASIL

1. Spesimen

Phylum : Arthropoda
Subphylum : Chelicerata
Classis : Pycnogonida
Ordo : Pantopoda
Familia : Acheliidae
Genus : Ammothea
Species : Ammothea australiensis

(Nickoshaw, 2020)

Phylum : Arthropoda
Subphylum : Chelicerata
Classis : Euchelicerata
Ordo : Ixodida
Familia : Ixodidae
Genus : Ixodes
Species : Ixodes scapularis

(Beeboy, 2021)

Phylum : Arthropoda
Subphylum : Chelicerata
Classis : Arachnida
Ordo : Scorpiones
Familia : Scorpionidae
Genus : Opistophthalmus
Species : Opistophthalmus glabrifrons

(Jouberth, 2021)
Phylum : Arthropoda
Subphylum : Myriapoda
Classis : Chilopoda
Ordo : Scolopendromorpha
Familia : Scolopendridae
Genus : Scolopendra
Species : Scolopendra polymorpha

(Hernandez, 2021)

Phylum : Arthropoda
Subphylum : Myriapoda
Classis : Chilopoda
Ordo : Scutigeromorpha
Familia : Scutigeridae
Genus : Scutigera
Species : Scutigera smithii
(Jacqui, 2019)

Phylum : Arthropoda
Subphylum : Myriapoda
Classis : Diplopoda
Ordo : Polydesmida
Familia : Rhachodesmidae
Genus : Pararhachistes
Species : Pararhachistes potosinus

(Marcozozaya, 2021)

Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Classis : Maxillopoda
Ordo : Sessilia
Familia : Balanidae
Genus : Balanus
Species : Balanus trigonus

(Susanhewitt, 2021)

Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Classis : Branchiopoda
Ordo : Diplostraca
Familia : Daphniidae
Genus : Daphnia
Species : Daphnia magna
(Azmi, 2021)

Phylum : Arthropoda
Subphylum : Crustacea
Classis : Branchiopoda
Ordo : Anostraca
Familia : Chirocephalidae
(Hobiecat, 2021) Genus : Eubranchipus
Species : Eubranchipus bundyi

Phylum : Arthropoda
Subphylum : Hexapoda
Classis : Collembola
Ordo : Collembola
Familia : Entomobryidae
Genus : Orchesella
Species : Orchesella villosa
(Mews, 2021)

Phylum : Arthropoda
Subphylum : Hexapoda
Classis : Insecta
Ordo : Lepidoptera
Familia : Nymphalidae
Genus : Aglais
Species : Aglais urticae

(Masha, 2021)

Phylum : Arthropoda
Subphylum : Hexapoda
Classis : Insecta
Ordo : Coleoptera
Familia : Chrysomelidae
Genus : Aspidimorpha
Species : Aspidimorpha miliaris

(Desai, 2021)
2.Tabel Karakter
3. Matriks Similaritas

Rombongan : B2 Kelompok : 3

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

Matriks Similaritas
0 Sp1 Sp2 Sp3 Sp4 Sp5 Sp6 Sp7 Sp8 Sp9 Sp10 Sp11 Sp12
Sp1
Sp2 0,87
Sp3 0,90 0,95
Sp4 0,61 0,68 0,68
Sp5 0,61 0,68 0,68 0,95
Sp6 0,63 0,71 0,71 0,93 0,88
Sp7 0,51 0,51 0,51 0,59 0,88 0,61
Sp8 0,56 0,51 0,51 0,63 0,59 0,68 0,76
Sp9 0,54 0,51 0,51 0,63 0,59 0,66 0,76 0,95
Sp10 0,59 0,61 0,61 0,73 0,68 0,51 0,66 0,71 0,71
Sp11 0,59 0,66 0,66 0,78 0,73 0,80 0,66 0,71 0,71 0,85
Sp12 0,59 0,66 0,71 0,78 0,73 0,80 0,66 0,71 0,71 0,85 0,95

4. Fenogram
5. Kunci Identifikasi

Kunci Identifikasi Phylum Arthropoda

1 a. Memiliki chelicerae…………………………………………………………... 2
b. Memiliki mandibula………………………………………………………….. 4
2 a. Sistem pernapasan dengan insang/gills……………………………… Ammothea australiensis
b. Sistem pernapasan trakeal………………………………………………… 3
3 a. Memiliki scutum.......................................................................................... Ixodes scapularis
b. Memiliki struktur stinger dan pincer…………………………………. Opistophthalmus glabrifrons
4 a. Memiliki fase hidup sebagai nauplius…………………………………. 5
b. Tidak memiliki fase nauplius……………………………………………... 7
5 a. Appendages berupa thoraxic limb (cirri)……………………………. Balanus trigonus
b. Appendages berupa setae………………………………………………….. 6
6 a. Setae berjumlah 5-6 pasang……………………………………………….. Daphnia magna
b. Setae berjumlah 11 pasang………………………………………………… Eubranchipus bundyi
7 a. Memiliki lebih dari 5 pasang kaki jalan………………………………. 8
b. Memiliki 3 pasang kaki jalan…………………………………………….... 10
8 a. Memiliki dua pasang kaki per ruas tubuh………………………….... Pararhachistes potosinus
b. Memiliki satu pasang kaki per ruas tubuh…………………………… 9
9 a. Panjang antenna pada telson melebihi panjang tubuh…………. Scutigera smithii
b. Panjang antenna pada telson tidak melebihi panjang tubuh…. Scolopendra polymorpha
10 a. Sistem pernapasan cutaneous……………………………………………. Orchesella villosa
b. Sistem pernapasan trakeal....................................................................... 11
11 a. Memiliki sayap dengan tekstur bersisik………………………………. Aglais urticae
b. Memiliki sayap dengan struktur keras (elytra)…………………….. Aspidimorpha miliaris
C. PEMBAHASAN

1. Deskripsi Spesimen
Phylum Arthropoda Latreille, 1829
Arthopoda berasal dari bahasa Yunani yaitu arthos, sendi dan podos, kaki
oleh karena itu cir-ciri utama hewan yang termasuk dalam phylum ini adalah
kaki yang tersusun atas ruas-ruas. Jumlah spesies anggota phylum ini adalah
terbanyak dibandingkan dengan phylum lainnya yaitu lebih dari 800.000
spesies. Habitat hewan anggota Phylum Arthropoda yaitu di air dan di darat
(Jasin, 1992). Arthropoda berperan sebagai makrodekomposer yang
membantu siklus nutrient di hutan dengan cara menguraikan (dekomposisi)
serasah daun di dasar hutan dan menguraikan kayu-kayu atau pohon yang
telah mati, sehingga nutrien yang terkandung dalam serasah daun atau
tumbuhan mati dilepaskan atau dibebaskan kembali ke dalam ekosistem
hutan untuk mengalami daur ulang selanjutnya (Toly, 2019).
Subphylum Chelicerata Heymons, 1901
Hewan pada Subphylum Chelicerata memiliki karakter diagnostik yaitu
memiliki chelicerae dan memiliki empat pasang kaki jalan. Menurut Farley
(2012), Chelicerata berasal dari bahasa Yunani chele berarti capit dan keros
yang artinya tanduk. Chelicerata meliputi berbagai jenis laba-laba,
kalajengking, dan tungau. Kebanyakan anggotanya berukuran kecil dan
terdapat di daerah yang kering dan hangat, namun beberapa hidup di perairan.
Chelicerata termasuk dalam Phylum Arthropoda. Banyak jenis Chelicerata
yang mempunyai kelenjar racun yang terdapat di rahang atau taring racun
sebagai sarana untuk membunuh mangsa, kemudian menghisap cairan tubuh
atau jaringan lunaknya. Gigitan atau sengatan berbagai jenis laba-laba atau
kalajengking menimbulkan kesakitan bahkan kematian. Beberapa jenis
tungau merupakan hama tumbuhan dan jenis lainnya, juga sebagai parasit
pada manusia dan ternak atau menjadi inang perantara berbagai protozoa dan
virus yang menyebabkan penyakit tertentu.
Classis Pycnogonida Latreille, 1810
Pycnogonida berasal dari bahasa Yunani pykno yang artinya banyak atau
tebal dan gony artinya lutut. Pycnogonida memiliki tubuh bagian perut
yang tereduksi karena hampir hilang, sementara kakinya panjang dan
mencakar. Kepalanya memiliki belalai panjang dengan mulut terminal
yang tidak biasa dan beberapa mata sederhana pada pusat tuberkulum.
Bagian kepala juga terdapat sepasang cakar dan sepasang ovigers, tempat
telur dibawa. Secara keseluruhan, sulit untuk membedakan ujung hewan
pada classis ini, mana yang merupakan kepala. Pycnogonida memakan
Invertebrata bertubuh lunak, khususnya Cnidaria, menghisapnya dengan
proboscesnya, dan Pycnogonida larva sering hidup sebagai parasit di
dalam jaringan Cnidarian. Usus Pycnogonida memiliki divertikula yang
sangat panjang yang meluas ke ujung kaki (Hedgpeth, 1960).
Ordo Pantopoda Gerstaecker, 1863
Familia Acheliidae Semper, 1874
Spesies Ammothea australiensis Flynn, 1919
Menurut tabel data karakter spesies Ammothea australiensis memiliki
chelicerae, memiliki 4 pasang kaki jalan, tidak memiliki fase
Nauplius, tidak memiliki antenna, eksoskeleton tersusun terutama
oleh kitin, lokomosi hanya dengan kaki, struktur mata ocelli/tunggal,
system pernapasan dengan insang, tidak memiliki furcula, dan
memiliki struktur oviger. Menurut data dari website koleksi Museum
Victoria, Ammothea australiensis memiliki badan berwarna kuning
pucat hingga coklat muda, biasanya tanpa tanda. Bagian mulut di
depan tubuh (belalai) lebih panjang dari badan. Delapan kaki berjalan
beruas-ruas yang menempel di sisi-sisi bagasi. Rentang kaki hingga 2
cm. Spesies ini adalah laba-laba laut yang paling sering diamati di
sepanjang garis pantai selatan. Di pantai terbuka dengan gelombang
energi tinggi, mereka berlindung di celah-celah, parit atau daerah
yang jauh dari gelombang pasang utama. Jantan membawa telur,
memegangnya di antara bagian tubuh yang disebut ovigers yang
menggantung di bawah hewan.
Classis Euchelicerata Weygoldt & Paulud, 1979
Karakter yang dimiliki hewan Classis Euchelicerata yaitu tidak memiliki
antena, memiliki sepasang chelicerae, memiliki sepasang pedipalp,
memiliki empat pasang kaki jalan, memiliki dua tagmata yang terdiri dari
prosoma (cephalothorax) dan opisthosoma (abdomen) (Haug et al.,
2012).
Ordo Ixodida Koch, 1844
Familia Ixodidae Koch, 1844
Spesies Ixodes scapularis Say, 1821
Berdasarkan data yang ada pada tabel data karakter, karakter yang
membedakan spesies Ixodes scapularis dengan spesies lainnya yaitu
spesies ini memiliki scutum. Menurut Patterson (2017), spesies
Ixodes scapularis memiliki kaki berwarna hitam, memiliki scutum
yang berbentuk bulat, memiliki palp yang panjang dan ramping.
Classis Arachnida Lamarck, 1801
Arachnida berasal dari bahasa Yunani, yaitu arachne yang artinya laba-
laba, akan tetapi, bukan berarti anggota classis ini hanya laba-laba.
Umumnya anggota classis ini hidup di darat. Tubuhnya terdiri atas dua
bagian, yaitu tubuh depan dan tubuh belakang (Suwignyo, 2005). Ukuran
Arachnida bervariasi dari 0,08 mm hingga 21 cm bahkan lebih.
Arachnida memiliki tubuh yang tersegmentasi, kerangka tubuh yang
keras, dan kebanyak merupakan predator. Arachnida tidak memiliki
rahang, tubuhnya dibagi menjadi prosoma (cephalothorax) dan
opisthosoma (abdomen). Cephalothorax di bagian punggungnya ditutupi
oleh karapas (Culin et al., 2018).
Ordo Scorpiones C. L. Koch, 1837
Familia Scorpionidae Latreille, 1802
Spesies Opistophthalmus glabrifrons Peters, 1861
Berdasarkan tabel data karakter, spesies Opistophthalmus glabrifrons
memiliki chelicerae, memiliki empat pasang kaki jalan, tidak
memiliki fase Nauplius, tidak memiliki antena, eksoskeleton tersusun
terutama oleh kitin, lokomosi hanya dengan kaki, struktur mata ocelli
atau tunggal, sistem pernapasan trakeal, tidak memiliki furcular, tidak
memiliki oviger, memiliki struktur stinger dan pincer. Menurut Gaban
(1997), spesies Opistophthalmus glabrifrons dikenal dari daerah
kering dengan rezim suhu berbeda (di daerah dengan cuaca beku
sampai daerah dengan suhu di atas 40 derajat). Distrubusinya
tampaknya lebih ditentukan oleh kekerasan tanah daripada jenis tanah.
Tanah berpasir tampaknya harus dihindari karena jenis tanah yang
sangat subur dapat menyulitkan spesies tersebut untuk menggali.
Warnanya bervariasi, tetapi biasanya kuning kecokelatan hingga
kecokelatan. Pedipalp, tungkai, metasoma (ekor) dan telson berwarna
lebih terang dari pada batang dan bagian posterior karapas. Ukuran
dewasa spesies ini adalah 9-11,5 cm. Jantan dalam spesies ini
memiliki metasoma (ekor) yang lebih panjang dan tebal serta tangan
pedipalp yang lebih memanjang.

Subphylum Myriapoda Latreille, 1802


Myriapoda memiliki tubuh beruas-ruas dan setiap ruas mempunyai satu
pasang atau dua pasang kaki. Tubuhnya dapat dibagi menjadi dua bagian
yaitu kepala dan abdomen (perut). Hewan ini banyak dijumpai di daerah
tropis dengan habitat di darat terutama tempat yang banyak mengandung
sampah, misal kebun dan di bawah batu-batuan. Di bagian kepala terdapat
kelopak mata, antena dan mulut. Myriapoda memiliki susunan saraf tangga
tali, sistem pernapasan dengan trakea, sistem peredaran darahnya terbuka,
dan berkembang biak dengan bertelur (Larson et al., 2001).
Classis Chilopoda Latreille, 1817
Chilopoda disebut juga centipedes, tubuh agak pipih dorsoventral,
bersegmen 15-173 segmen, hidup di darat, bernafas dengan trakea,
terdapat antena satu pasang pada daerah kepala, seluruh tubuh bersegmen
agak pipih dan memanjang, kaki satu pasang untuk setiap segmen,
beberapa memiliki racun contohnya Scolopendra sp. (Syulasmi, 2016).
Ordo Scolopendromorpha
Familia Scolopendridae Leach, 1815
Spesies Scolopendra polymorpha Wood, 1861
Berdasarkan tabel data karakter, spesies Scolopendra polymorpha
memiliki mandibular, memiliki lebih dari lima pasang kaki jalan,
tidak memiliki fase nauplius, memiliki satu pasang kaki per ruas
tubuh, memiliki antenna, memiliki antena tambahan pada telson,
panjang antena pada telson tidak melebihi panjang tubuh,
eksoskeleton tersusun terutama oleh kitin, lokomosi hanya dengan
kaki, struktur mata facet atau jamak, memiliki lebih dari empat sel
kerucut di tiap ommatidia, sistem pernapasan trakeal, tidak memiliki
furcular, dan tidak memiliki struktur oviger. Menurut Ahmed &
Hussen (2016), Scolopendra polymorpha tersebar di daerah tropis dan
subtropis. Kaki pada spesies ini terdiri dari lima podomer (prefemur,
femur, tibia, tarsus 1, tarsus 2), dan pretarsus. Spesies Scolopendra
polymorpha dewasa memiliki panjang sekitar 18-19 cm, berwarna
coklat muda hingga coklat bata.

Ordo Scutigeromorpha Pocock, 1895


Familia Scutigeridae Leach, 1814
Spesies Scutigera smithii Newport, 1844
Berdasarkan dari data tabel karakter, yang membedakan Scutigera
smithii dengan spesies lainnya adalah antenna yang dimiliki oleh
Scutigera smithii terdapat tambahan pada bagian telson dan panjang
antenna pada telson ini melebihi panjang tubuh spesies Scutigera
smithii. Selain itu, pada bagian kakinya memiliki satu pasang kaki di
setiap ruas tubuh spesies tersebut serta tidak memiliki struktur furcula.
Menurut Ansari, dkk (2016), struktur furcula berfungsi sebagai alat
pelompat dengan cara kerja yang mirip dengan pegas sehingga dapat
melompat hingga mencapai 75-100 mm tetapi struktur furcula
tersebut tidak dimiliki oleh spesies Scutigera smithii.

Classis Diplopoda Blainville in Gervais, 1844


Berdasarkan dari data tabel karakter, classis Diplopoda tidak memiliki
fase nauplius dan tidak memiliki struktur oviger. Menurut Suwandi
(2019), Diplopoda ini memiliki kaki sekitar 30 atau lebih dari 30 pasang
maupun tungkai. Ruas-ruas pada Diplopoda kebanyakan terdiri dari 2
pasang. Bentuk tubuh yang dimiliki oleh classis tersebut seperti tabung
dan memiliki sungut yang pendek dimana terdapat tujuh ruas. Namun,
pada classis Diplopoda yang baru saja menetas hanya memiliki tiga
pasang kaki.
Ordo Polydesmida Leach, 1815
Familia Rhachodesmidae Carl, 1903.
Spesies Pararhachistes potosinus Chamberlin, 1943
Berdasarkan dari data tabel karakter, yang membedakan spesies
Pararhachistes potosinus dengan spesies lainnya adalah memiliki dua
pasang kaki yang terdapat di setiap bagian ruas tubuh. Antenna pada
telson yang dimiliki oleh spesies Pararhachistes potosinus ini
panjangnya tidak melebihi panjang tubuhnya
Subphylum Crustacea Brünnich, 1772
Crustacea yang terdiri dari hewan-hewan laut seperti kepiting dan lobster
yang dimana memiliki masing-masing fungsi ekologis yang sangat penting
(Khoo et al., 2019). Berdasarkan data tabel karakter, subphylum Crustacea
memiliki fase hidup yang dimana sebagai nauplius. Lalu, terdapat sel kerucut
pada setiap ommatidia yang berjumlah 4 sel. Menurut Hasly, dkk (2019),
Crustacea memiliki mata majemuk yang didalamnya terdapat sistem visual
yang melibatkan banyak komponen sehingga mata majemuk tersebut terdiri
dari unit reseptif individu yang disebut dengan ommatidia.
Classis Maxillopoda Dahl, 1956
Maxillopoda memiliki tubuh dengan ukuran yang kecil dan pendek.
Bagian tubuh yang terdapat pada classis Maxillopoda ini pendek yang
dimana terdiri dari kepala, dada, perut, dan sebuah telson. Kepala pada
Maxillopoda memiliki ruas sebanyak 5 ruas, dada sebanyak 6 ruas, dan
perut sebanyak 4 ruas (Hardiyanti, 2018). Berdasarkan data tabel
karakter, classis Maxillopoda memiliki appendages yang berupa thoraxic
limb dan panjang antenna pada telson yang melebihi panjang tubuhnya.
Ordo Sessilia Lamarck, 1818
Familia Balanidae Leach, 1817
Spesies Balanus trigonus Darwin, 1854
Berdasarkan data tabel karakter, yang membedakan spesies Balanus
trigonus dengan spesies lainnya adalah spesies tersebut tidak memiliki
lokomosi atau sessil. Balanus trigonus memiliki sistem pernapasan
filtrasi dengan organ cirri. Lalu, terdapat mulut yang berupa rongga
bukkal. Menurut Thiyagarjan, dkk (2006), Balanus trigonus
merupakan suatu spesies yang dikenal sebagai teritip segitiga. Selain
itu, habitatnya berada di laut yang beriklim hangat.
Classis Branchiopoda Latreille, 1817
Berdasarkan data tabel karakter, Branchiopoda memiliki appendages
berupa setae dimana setae yang dimiliki oleh Branchiopoda sebanyak 5-6
pasang, Hal ini sesuai dengan referensi dari Hardiyanti (2018), classis
Branchiopoda merupakan hewan yang hidup berada di air tawar serta
memiliki jumlah segmen tubuh dan appendage yang sangat bervariasi.
Selain itu, terdapat maksila yang tereduksi atau tidak dan memiliki kaki
yang bentuknya seperti daun contohnya Lepidocaris rhyniensis.

Ordo Diplostraca Gerstaecker, 1866


Familia Daphniidae Straus, 1820
Spesies Daphnia magna Straus, 1820
Berdasarkan data tabel karakter, yang membedakan spesies Daphnia
magna dengan spesies lainnya adalah memiliki sistem pernapasan
dengan insang dan terdapat bagian mulut yang berupa filter. Menurut
Canton (1978), tubuh bagian utama yang dimiliki oleh Daphnia
magna adalah chitin shell carapace. Cangkangnya tersebut transparan
sehingga mudah untuk diamati. Spesies Daphnia magna pada saat
masih muda dengan bertambah besar, bagian cangkangnya tidak dapat
tumbuh. Lalu, Daphnia magna dapat menghasilkan shell yang disebut
dengan instar dimana cangkang dari tubuh induknya dilepaskan ke
dalam air hingga melewati 4-6 instar sebelum bereproduksi.

Ordo Anostraca Sars, 1867


Familia Chirocephalidae Daday, 1910.
Spesies Eubanrchipus bundyi Forbes, 1876
Berdasarkan tabel karakter Eubranchipus bundyi memiliki setae
berjumlah 11 pasang. Spesies ini juga memiliki mandibula dan antena.
Panjang antena pada telsonnya tidak melebihi panjang tubuhnya.
Struktur mata facet/jamak serta tidak memiliki furcula dan struktur
oviger.

Subphylum Hexapoda Latreille, 1825


Berdasarkan tabel karater, Subphylum Hexapoda memiliki antenna dan 3
pasang kaki jalan, serta tidak memiliki fase nauplius. Panjang antenna
pada telsonnya tidak melebihi panjang tubuh. Hexapoda juga memiliki 4
sel kerucut di tiap ommatidia. Eksoskeleton pada subphylum ini tersusun
oleh kitin (chitineous). Struktur matanya facet/jamak dan tidak memiliki
struktur oviger. Menurut Ariesta (2013), ciri khas dari bentuk dewasa
Hexapoda yaitu tubuhnya terdiri dari tiga segmen yaitu kepala, thorax,
dan perut, serta pada bagian dadanya terdapat tiga pasang tungkai dan
satu atau dua pasang sayap. Subphylum ini memiliki sistem pencernaan
makanan berbentuk tabung, sistem peredaran darah terbuka, sistem
pernapasan melalui trakea dan terbuka pada bagian luar melalui spirakel,
dan biasanya mengalami proses metamorphosis.
Classis Collembola Lubbock, 1871
Collembola termasuk kelompok mesofauna karena mempunyai ukuran
tubuh berkisar antara 0.25 mm sampai 8.00 mm. Warna tubuh bervariasi,
putih, hitam, abu-abu, warna lain, dan bercorak. Selain itu, tubuh pada
classis ini juga dilengkapi seta. Collembola dikenal dengan istilah ekor
pegas karena di bagian ekor terdapat struktur tambahan yakni furcula
yang berfungsi sebagai alat pelompat dengan cara kerja mirip pegas,
sehingga mampu melompat hingga 75-100 mm. Collembola berperan
secara tidak langsung dalam perombakan bahan organik dan sebagai
indikator perubahan keadaan tanah (Warino et al., 2017).
Ordo Collembola Lubbock, 1871
Familia Entomobryidae Schaffer, 1896
Spesies Orchesella villosa Linnaeus, 1767
Orchesella villosa memiliki sistem pernapasan cutaneous. Selain itu,
pesies ini juga memiliki furcula. Panjang tubuhnya 2 mm, memiliki
ekor yang berfungsi sebagai alat gerak. Tubuhnya berwarna abu-abu
dengan corak hitam (Ma’arif et al., 2014).
Classis Insecta Linnaeus, 1758
Insecta memiliki sistem pernapasan trakeal. Classis ini berlokomosi
dengan kaki dan sayap serta tidak memiliki furcula. Menurut Dadang
(2016), Insecta memiliki kerangka luar (eksoskeleton) yang pada periode
tertentu harus ditinggalkan dan digantikan dengan kulit baru melalui
proses ganti kulit untuk pertumbuhan dan perkembangan serangga
tersebut. Selain itu, classis ini juga memiliki tubuh beruas-ruas, sehingga
dapat membantu dalam pergerakan.
Ordo Lepidoptera Linnaeus, 1758
Familia Nymphalidae Rafinesque, 1815
Spesies Aglais urticae Linnaeus, 1758
Aglais urticae memiliki sayap dengan tekstur bersisik. Warna
sayapnya cerah dan berwarna-warni. Tubuhnya simetri bilateral
Spesies ini mengalami perubahan bentuk dengan metamorfosis
lengkap, siklus hidup ini meliputi bentuk dewasa-telur-larva-pupa.

Ordo Coleoptera Linnaeus, 1758


Familia Chrysomelidae Latreille, 1802
Spesies Aspidimorpha miliaris Fabricius, 1775
Aspidimorpha miliaris memiliki sayap dengan struktur keras (elytra).
Spesies ini umumnya dikenal sebagai kumbang kura-kura. Tubuhnya
berbentuk oval dengan sisi pipih yang memberikan penampilan kura-
kura miniatur. Kumbang ini memiliki tubuh berwarna cerah meliputi
sayap dan semua tubuh, termasuk bagian kepala. Pada beberapa
spesies kumbang (beetle) ini ada yang memiliki bintik-bintik atau
garis-garis pada kulit luar mereka, yang sering dikacaukan dengan
kepik (ladybugs). Aspidimorpha miliaris memiliki metamorfosa
sempurna (holometabola) dengan siklus hidup 40-85 hari. Stadia larva
terdiri dari enam instar masing-masing berlangsung selama 6-14 hari,
dan stadia pupa berlangsung selama 10-18 hari (Ganjari, 2016).
2. Fenogram
Berdasarkan hasil fenogram yang didapat melalui aplikasi NTSYS
dapat dilihat bahwa 12 spesies dari Phylum Arthropoda tersebut dibagi
menjadi Chelicerata dan Mandibulata. Chelicerata artinya hewan tersebut
memiliki chelicerae, terdiri atas spesies Ammothea australiensis sebagai
outgroup, Ixodes scapularis, dan Opistophthalmus glabrifrons sebagai sister
taxa. Spesies lainnya masuk ke dalam Mandibulata karena memiliki
mandibula. Kelompok Mandibulata dibagi lagi menjadi tiga subphylum yaitu
Subphylum Crustacea, Subphylum Myriapoda, dan Subphylum Hexapoda.
Ketiga subphylum tersebut disebut dengan uniramia. Subphylum Crustacea
terdiri dari spesies Balanus trigonus sebagai out group, Daphnia magna dan
Eubranchipus bundyi sebagai sister taxa. Subphylum Myriapoda terdiri dari
spesies Scolopendra polymorpha dan Scutigera smithii sebagai sister taxa,
dan Pararhachistes potosinus sebagai out group. Subphylum Hexapoda
terdiri dari spesies Orchesella villosa sebagai out group, Aglais urticae dan
Aspidimorpha miliaris sebagai sister taxa. Jika dibandingkan dengan
referensi dari Eyun et al. (2017), Phylum Arthropoda dibagi menjadi dua
yaitu Chelicerata dan Mandibulata. Namun, pada referensi terdapat perbedaan
dengan hasil fenogram yang diperoleh yaitu Mandibulata dibagi lagi menjadi
Myriapoda dan Pancrustacea, Pancrustacea dibagi lagi menjadi Crustacea
dan Hexapoda. Berdasarkan referensi tersebut justru Myriapoda memiliki
kekerabatan yang lebih dekat dengan Chelicerata dibandingkan dengan
Crustacea dan Hexapoda. Perbedaan-perbedaan antara hasil fenogram dengan
referensi disebabkan karena hasil fenogram diurutkan hanya berdasarkan 41
karakter fenetik, sedangkan karakter fenetik yang digunakan pada referensi
tentunya lebih banyak dari 41 karakter yang digunakan pada praktikum kali
ini. Selain itu, hasil referensi juga didasarkan berdasarkan dua karakter yaitu
karakter fenetik dan molekuler sedangkan pada fenogram yang diperoleh
hanya berdasarkan satu karakter saja yaitu karakter fenetik sehingga hasil
referensi tentunya lebih akurat.
D. KESIMPULAN

Berdasarkan tujuan praktikum dapat disimpulkan bahwa:


1. Karakter penting untuk identifikasi spesies Arthropoda dibagi menjadi
memiliki chelicerae atau memiliki mandibula, sistem pernafasannya, ada
tidaknya fase hidup Nauplius, ada tidaknya scutum, bentuk appendages,
jumlah setae, banyaknya kaki jalan, banyaknya kaki per ruas tubuh, panjang
antena, dan tekstur pada sayap.
2. Spesies Ammothea australiensis, Ixodes scapularis, dan Opistophthalmus
glabrifrons berada dalam satu Subphylum Chelicerata. Balanus trigonus,
Daphnia magna, dan Eubranchipus bundyi berada dalam Subphylum
Crustacea. Spesies Scolopendra polymorpha, Scutigera smithii, dan
Pararhachistes potosinus berada dalam Subphylum Myriapoda. Spesies
Orchesella villosa, Aglais urticae, dan Aspidimorpha miliaris berada dalam
Subphylum Hexapoda.
3. Kunci determinasi menunjukkan bahwa Phylum Arthropoda dibagi menjadi
Chelicerata dan Mandibulata. Keduanya memiliki perbedaan karakter yang
sangat menonjol.
DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, T. N., 2018. Studi Keanekaragaman dan Kelimpahan Arthropoda Di


Hutan Pinus Jayagiri Lembang Kabupaten Bandung Barat Sebagai Sumber
Belajar Biologi. Bandung : Universitas Pasundan.
Ahmed, S.T., Hussen, F, S., 2016. First Record of Two Scolopendromorph
centipedes; Scolopendra subspinipes Leach, (1815) and Scolopendra
polymorpha Wood, (1861) with Additional Notes on Scolopendra cingulata
Latreille, (1829) in Iraq. ZANCO Journal of Pure and Applied Sciences,
28(6), pp. 174-182.
Ansari., Awawin, I. A., Nurmi. & Firman, R. A., 2016. Jenis-Jenis Collembola Di
Kawasan Rinon Pulo Aceh. Banda Aceh : UIN Ar-Raniry.
Ariesta, R. K., 2013. Inventarisasi Jenis-Jenis Serangga Pada Bunga Kelapa Sawit
di Perkebunan Kelapa Sawit PT. Agri Andalas (PERSERO) Pasar
Ngalam kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma. Bengkulu:
Universitas Bengkulu.
Azmi, A., 2021. iNaturalist. https://www.inaturalist.org/photos/81827961 [Diakses
pada 5 April 2021].
Beeboy., 2021. iNaturalist. https://www.inaturalist.org/photos/42758332 [Diakses
pada 5 April 2021].
Canton, J. H. & Adema, D. M. M., 1978. Reproducibillity Of Short-Term and
Reproduction Toxicity Experiments With Daphnia magna and Comparison
Of The Sensitivity Of Daphnia magna With Daphnia pulex and Daphnia
cucullata In Short-Term Experiments. Hydrobiologis, 59(2), pp. 135-140.
Culin, J., Goodnight, M.L., Lotha, G., Pallardy, R., Rogers, K., Setia, V., Singh, S.,
Tikkanen, A., Young, G., 2018. Arachnid. Encyclopedia Britannica
https://www.britannica.com/animal/arachnid [Diakses pada 6 April 2021].
Dadang. 2016. Konsep Hama dan Dinamika Populasi. Bogor: IPB.
Desai, R., 2021. iNaturalist https://www.inaturalist.org/photos/9696410 [Diakses
pada 5 April 2021].
Eyun, S., Soh, H.Y., Posavi, M., Munro, J.B., Hughes, D.S.T., Murali, S.C., Qu, J.,
Dugan, S., Lee, S.L., Chao, H., Dinh, H., Han, Y., Doddapaneni,H.V.,
Worley, K.C., Muzny, D.M., Park, E.O., Silva, J.C., Gibbs, R.A., Richards,
S., Lee, E.C., 2017. Evolutionary History of Chemosensory-Related Gene
Families Across The Arthropoda. Molecular Biology and Evolution, 34(8),
pp. 1838-1862.
Farley, R.D., 2012. Ultrastruktur Pembangunan Buku Insang di Embrio dan Instar
Pertama Kepiting Tapal Kuda Limulus Polyphemus L. (Chelicerata,
Xiphosura). Farley Frontiers in Zoology, 8(9), pp. 1-22.
Gaban, D., Opistophthalmus glabrifrons (Peters). Forum American Tarantula
Society, 6(6), pp. 196.
Ganjari, L. E., 2016. Keanekaragaman dan Aktivitas Kumbang Kura-Kura (Tortoise)
pada Tanaman Kangkung Pagar (Ipomea carnea) di Madiun. Widya Warta,
40(2), pp.270-282.
Hardiyanti, S., 2018. Kelimpahan Arthropoda Pada Formasi Pantai Karangsong
Kabupaten Indramayu Sebagai Sumber Belajar Biologi. Bandung :
Universitas Pasundan.
Hasly, I. R. J., Wazir, M. & Roza, Y., 2019. Pola Pergerakan Blue Swimming Crab
(Poratunus pelagicus) Terhadap Cahaya. Jurnal Teknologi Perikanan dan
Kelautan, 10(1), pp. 1-14.
Haug, C., Sallam, W.S., Maas, A., Waloszek, D., Kutschera, V., Haug, J.T., 2012.
Tagmatization in Stomatopoda Reconsidering Functional Units of Modern-
day Mantis Shrimps (Verunipeltata, Hoplocarida) and Implications for The
Interpretation of Fossils. Frontiers in Zoology, 9(1), pp. 31.
Hedgpeth, J.W., 1960. Treatise on Invertebrate Paleontology. Kansas: Geological
Society of America and University of Kansas Press.
Hernandez., 2021. iNaturalist. https://www.inaturalist.org/photos/562084 [Diakses
pada 5 April 2021].
Hobiecat., 2021. iNaturalist. https://www.inaturalist.org/photos/39420191 [Diakses
pada 5 April 2021].
Jacqui., 2019. iNaturalist. https://www.inaturalist.org/photos/1201894 [Diakses pada
5 April 2021].
Jasin, M., 1992. Zoologi Invertebrata. Surabaya: Sinar Wijaya.
Jouberth., 2021. iNaturalist. https://www.inaturalist.org/photos/1015032 [Diakses
pada 5 April 2021].
Khoo, M. D. Y., Tiong, N. J. L., & Cai, Y., 2019. The Freshwater Decapod
Crustaceans Of Bukit Timah Nature Reserve, Singapore. Gardens Bulletin
Singapore, 71(1), pp. 575-581.
Larson, H.C.P., Roberts, L., Allan., 2001. Integarted Principles Of Zoology,
Eleventh Edition. New York: The McGraw-Hill Companies.
Ma’arif, S., Ni M. S. & I Ketut G., 2014. Diverstas Serangga Permukaan Tanah pada
Pertanian Hortikultura Organik di Banjar Titigalar, Desa Bangli,
Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan-Bali. Jurnal Biologi, 18(1), pp.28-
32.
Marcozozaya., 2021. iNaturalist. https://www.inaturalist.org/photos/5797218
[Diakses pada 5 April 2021].
Masha., 2021. iNaturalist. https://www.inaturalist.org/photos/460765 [Diakses pada
5 April 2021].
Mews., 2021. iNaturalist. https://www.inaturalist.org/photos/3900384 [Diakses pada
5 April 2021].
Nickoshaw., 2020. iNaturalist. https://www.inaturalist.org/photos/116935175
[Diakses pada 5 April 2021].
Patterson, J.W., Duncan, A.M., Mclntyre, K.C., Lloyd, V.K., 2017. Evidence for
Genetic Hybridization Between Ixodes scapularis and Ixodes cookie.
Canadian Journal of Zoology, 95(8), pp. 527-537.
Patullo, B., 2017. Ammothea australiensis Pycnogonid in Museums Victoria
Collections. https://collections.museumsvictoria.com.au/species/8736
[Diakses pada 5 April 2021].
Prasetiyo, D. H., 2014. Keanekaragaman Arthropoda Permukaan Tanah Pada
Cagar Alam Manggis Gadungan dan Perkebunan Kopi Mangli Di
Kecamatan Puncu Kabupaten Kediri. Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim.
Susanhewitt., 2021. iNaturalist. https://www.inaturalist.org/photos/27012521
[Diakses pada 5 April 2021].
Suwandi, A. E., 2019. Keanekaragaman Makrofauna Tanah dan Kandungan C-
Organik Pada Tempat Pemrosesan Akhir Bakung. Bandar Lampung.
Lampung : UIN Raden Intan.
Suwignyo, S., 2005. Avertebrata Air Jilid I. Jakarta: Penebar Swadaya.
Syulasmi, A., 2016. Evolusi dan Sistematika Makhluk Hidup. Tanggerang Selatan :
Universitas Terbuka.
Thiyagarajan, V., Stanley, C. K., Sam, C. K., Cheung. &Pei, Y. Q., 2006. Cypris
Habitat Selection Facilitated by Microbial Films Influences The Vertical
Distribution Of Subtidal Barnacle Balanus trigonus. Microbial Ecology, 51,
pp. 431-440.
Toly, S.R., 2019. Keragaman dan Kelimpahan Komunitas Arthropoda Permukaan
Tanah dan Kanopi Tumbuhan di Hutan Taman Wisata Alam Baumata. Jurnal
Biotropikal Sains, 16(1), pp. 93-105.
Warino, J., Rahayu, W., Yayuk, R. S. & Budi, N., 2017. Keanekaragaman dan
Kelimpahan Collembola pada Perkebunan Kelapa Sawit di Kecamatan
Bajubang, Jambi. Jurnal Entomologi Indonesia, 14(2), pp.51–57.

Anda mungkin juga menyukai