Anda di halaman 1dari 3

Ordo Anostraca Sars, 1867

Familia Chirocephalidae Daday, 1910


Spesies Eubranchipus bundyi Forbes, 1876
Berdasarkan tabel karakter Eubranchipus bundyi memiliki setae
berjumlah 11 pasang. Spesies ini juga memiliki mandibula dan antenna.
Panjang antenna pada telsonnya tidak melebihi panjang tubuhnya.
Struktur mata facet/jamak serta tidak memiliki furcula dan struktur oviger.
Subphylum Hexapoda Latreille, 1825
Berdasarkan tabel karater, Subphylum Hexapoda memiliki antenna dan 3 pasang
kaki jalan, serta tidak memiliki fase nauplius. Panjang antenna pada telsonnya
tidak melebihi panjang tubuh. Hexapoda juga memiliki 4 sel kerucut di tiap
ommatidia. Eksoskeleton pada subphylum ini tersusun oleh kitin (chitineous).
Struktur matanya facet/jamak dan tidak memiliki struktur oviger. Menurut Ariesta
(2013), ciri khas dari bentuk dewasa Hexapoda yaitu tubuhnya terdiri dari tiga
segmen yaitu kepala, thorax, dan perut, serta pada bagian dadanya terdapat tiga
pasang tungkai dan satu atau dua pasang sayap. Subphylum ini memiliki sistem
pencernaan makanan berbentuk tabung, sistem peredaran darah terbuka, sistem
pernapasan melalui trakea dan terbuka pada bagian luar melalui spirakel, dan
biasanya mengalami proses metamorphosis.
Classis Collembola Lubbock, 1871
Collembola termasuk kelompok mesofauna karena mempunyai ukuran tubuh
berkisar antara 0.25 mm sampai 8.00 mm. Warna tubuh bervariasi, putih,
hitam, abu-abu, warna lain, dan bercorak. Selain itu, tubuh pada classis ini
juga dilengkapi seta. Collembola dikenal dengan istilah ekor pegas karena di
bagian ekor terdapat struktur tambahan yakni furcula yang berfungsi sebagai
alat pelompat dengan cara kerja mirip pegas, sehingga mampu melompat
hingga 75-100 mm. Collembola berperan secara tidak langsung dalam
perombakan bahan organik dan sebagai indikator perubahan keadaan tanah
(Warino et al., 2017).
Ordo Collembola Lubbock, 1871
Familia Entomobryidae Schaffer, 1896
Spesies Orchesella villosa Linnaeus, 1767
Orchesella villosa memiliki sistem pernapasan cutaneous. Selain itu,
pesies ini juga memiliki furcula. Panjang tubuhnya 2 mm, memiliki ekor
yang berfungsi sebagai alat gerak. Tubuhnya berwarna abu-abu dengan
corak hitam (Ma’arif et al., 2014).
Classis Insecta Linnaeus, 1758
Insecta memiliki sistem pernapasan trakeal. Classis ini berlokomosi dengan
kaki dan sayap serta tidak memiliki furcula. Menurut Dadang (2016), Insecta
memiliki kerangka luar (eksoskeleton) yang pada periode tertentu harus
ditinggalkan dan digantikan dengan kulit baru melalui proses ganti kulit untuk
pertumbuhan dan perkembangan serangga tersebut. Selain itu, classis ini juga
memiliki tubuh beruas-ruas, sehingga dapat membantu dalam pergerakan.
Ordo Lepidoptera Linnaeus, 1758
Familia Nymphalidae Rafinesque, 1815
Spesies Aglais urticae Linnaeus, 1758
Aglais urticae memiliki sayap dengan tekstur bersisik. Warna sayapnya
cerah dan berwarna-warni. Tubuhnya simetri bilateral Spesies ini
mengalami perubahan bentuk dengan metamorfosis lengkap, siklus hidup
ini meliputi bentuk dewasa-telur-larva-pupa.
Ordo Coleoptera Linnaeus, 1758
Familia Chrysomelidae Latreille, 1802
Spesies Aspidimorpha miliaris Fabricius, 1775
Aspidimorpha miliaris memiliki sayap dengan struktur keras (elytra).
Spesies ini umumnya dikenal sebagai kumbang kura-kura. Tubuhnya
berbentuk oval dengan sisi pipih yang memberikan penampilan kura-kura
miniatur. Kumbang ini memiliki tubuh berwarna cerah meliputi sayap dan
semua tubuh, termasuk bagian kepala. Pada beberapa spesies kumbang
(beetle) ini ada yang memiliki bintik-bintik atau garis-garis pada kulit luar
mereka, yang sering dikacaukan dengan kepik (ladybugs). Aspidimorpha
miliaris memiliki metamorfosa sempurna (holometabola) dengan siklus
hidup 40-85 hari. Stadia larva terdiri dari enam instar masing-masing
berlangsung selama 6-14 hari, dan stadia pupa berlangsung selama 10-18
hari (Ganjari, 2016).
Dapus

Ariesta, R. K., 2013. Inventarisasi Jenis-Jenis Serangga Pada Bunga Kelapa Sawit di


Perkebunan Kelapa Sawit PT. Agri Andalas (PERSERO) Pasar Ngalam
kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma. Bengkulu: Universitas Bengkulu.
Dadang. 2016. Konsep Hama dan Dinamika Populasi. Bogor: IPB.
Ganjari, L. E., 2016. Keanekaragaman dan Aktivitas Kumbang Kura-Kura (Tortoise) pada
Tanaman Kangkung Pagar (Ipomea carnea) di Madiun. Widya Warta, 40(2),
pp.270-282.
Ma’arif, S., Ni M. S. & I Ketut G., 2014. Diverstas Serangga Permukaan Tanah pada
Pertanian Hortikultura Organik di Banjar Titigalar, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti,
Kabupaten Tabanan-Bali. Jurnal Biologi, 18(1), pp.28-32.
Warino, J., Rahayu, W., Yayuk, R. S. & Budi, N., 2017. Keanekaragaman dan Kelimpahan
Collembola pada Perkebunan Kelapa Sawit di Kecamatan Bajubang, Jambi.
Jurnal Entomologi Indonesia, 14(2), pp.51–57.

Anda mungkin juga menyukai