Spesies Eubranchipus bundyi Forbes, 1876 Berdasarkan tabel karakter Eubranchipus bundyi memiliki setae berjumlah 11 pasang. Spesies ini juga memiliki mandibula dan antenna. Panjang antenna pada telsonnya tidak melebihi panjang tubuhnya. Struktur mata facet/jamak serta tidak memiliki furcula dan struktur oviger. Subphylum Hexapoda Latreille, 1825 Berdasarkan tabel karater, Subphylum Hexapoda memiliki antenna dan 3 pasang kaki jalan, serta tidak memiliki fase nauplius. Panjang antenna pada telsonnya tidak melebihi panjang tubuh. Hexapoda juga memiliki 4 sel kerucut di tiap ommatidia. Eksoskeleton pada subphylum ini tersusun oleh kitin (chitineous). Struktur matanya facet/jamak dan tidak memiliki struktur oviger. Menurut Ariesta (2013), ciri khas dari bentuk dewasa Hexapoda yaitu tubuhnya terdiri dari tiga segmen yaitu kepala, thorax, dan perut, serta pada bagian dadanya terdapat tiga pasang tungkai dan satu atau dua pasang sayap. Subphylum ini memiliki sistem pencernaan makanan berbentuk tabung, sistem peredaran darah terbuka, sistem pernapasan melalui trakea dan terbuka pada bagian luar melalui spirakel, dan biasanya mengalami proses metamorphosis. Classis Collembola Lubbock, 1871 Collembola termasuk kelompok mesofauna karena mempunyai ukuran tubuh berkisar antara 0.25 mm sampai 8.00 mm. Warna tubuh bervariasi, putih, hitam, abu-abu, warna lain, dan bercorak. Selain itu, tubuh pada classis ini juga dilengkapi seta. Collembola dikenal dengan istilah ekor pegas karena di bagian ekor terdapat struktur tambahan yakni furcula yang berfungsi sebagai alat pelompat dengan cara kerja mirip pegas, sehingga mampu melompat hingga 75-100 mm. Collembola berperan secara tidak langsung dalam perombakan bahan organik dan sebagai indikator perubahan keadaan tanah (Warino et al., 2017). Ordo Collembola Lubbock, 1871 Familia Entomobryidae Schaffer, 1896 Spesies Orchesella villosa Linnaeus, 1767 Orchesella villosa memiliki sistem pernapasan cutaneous. Selain itu, pesies ini juga memiliki furcula. Panjang tubuhnya 2 mm, memiliki ekor yang berfungsi sebagai alat gerak. Tubuhnya berwarna abu-abu dengan corak hitam (Ma’arif et al., 2014). Classis Insecta Linnaeus, 1758 Insecta memiliki sistem pernapasan trakeal. Classis ini berlokomosi dengan kaki dan sayap serta tidak memiliki furcula. Menurut Dadang (2016), Insecta memiliki kerangka luar (eksoskeleton) yang pada periode tertentu harus ditinggalkan dan digantikan dengan kulit baru melalui proses ganti kulit untuk pertumbuhan dan perkembangan serangga tersebut. Selain itu, classis ini juga memiliki tubuh beruas-ruas, sehingga dapat membantu dalam pergerakan. Ordo Lepidoptera Linnaeus, 1758 Familia Nymphalidae Rafinesque, 1815 Spesies Aglais urticae Linnaeus, 1758 Aglais urticae memiliki sayap dengan tekstur bersisik. Warna sayapnya cerah dan berwarna-warni. Tubuhnya simetri bilateral Spesies ini mengalami perubahan bentuk dengan metamorfosis lengkap, siklus hidup ini meliputi bentuk dewasa-telur-larva-pupa. Ordo Coleoptera Linnaeus, 1758 Familia Chrysomelidae Latreille, 1802 Spesies Aspidimorpha miliaris Fabricius, 1775 Aspidimorpha miliaris memiliki sayap dengan struktur keras (elytra). Spesies ini umumnya dikenal sebagai kumbang kura-kura. Tubuhnya berbentuk oval dengan sisi pipih yang memberikan penampilan kura-kura miniatur. Kumbang ini memiliki tubuh berwarna cerah meliputi sayap dan semua tubuh, termasuk bagian kepala. Pada beberapa spesies kumbang (beetle) ini ada yang memiliki bintik-bintik atau garis-garis pada kulit luar mereka, yang sering dikacaukan dengan kepik (ladybugs). Aspidimorpha miliaris memiliki metamorfosa sempurna (holometabola) dengan siklus hidup 40-85 hari. Stadia larva terdiri dari enam instar masing-masing berlangsung selama 6-14 hari, dan stadia pupa berlangsung selama 10-18 hari (Ganjari, 2016). Dapus
Ariesta, R. K., 2013. Inventarisasi Jenis-Jenis Serangga Pada Bunga Kelapa Sawit di
Perkebunan Kelapa Sawit PT. Agri Andalas (PERSERO) Pasar Ngalam kecamatan Air Periukan Kabupaten Seluma. Bengkulu: Universitas Bengkulu. Dadang. 2016. Konsep Hama dan Dinamika Populasi. Bogor: IPB. Ganjari, L. E., 2016. Keanekaragaman dan Aktivitas Kumbang Kura-Kura (Tortoise) pada Tanaman Kangkung Pagar (Ipomea carnea) di Madiun. Widya Warta, 40(2), pp.270-282. Ma’arif, S., Ni M. S. & I Ketut G., 2014. Diverstas Serangga Permukaan Tanah pada Pertanian Hortikultura Organik di Banjar Titigalar, Desa Bangli, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan-Bali. Jurnal Biologi, 18(1), pp.28-32. Warino, J., Rahayu, W., Yayuk, R. S. & Budi, N., 2017. Keanekaragaman dan Kelimpahan Collembola pada Perkebunan Kelapa Sawit di Kecamatan Bajubang, Jambi. Jurnal Entomologi Indonesia, 14(2), pp.51–57.