Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROTEKNIK

PRAKTIKUM XI
PARAFIN TUMBUHAN

OLEH :

NAMA : SITTI RAMDANI ASHAF


STAMBUK : F1D1 18 018
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN PEMBIMBING : MUH. DJUMADIL AKBAR

PROGRAM STUDI BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2019
I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Metode parafin termasuk metode sayatan yang banyak digunakan, karena

hampir semua jaringan dapat dipotong dengan metode ini. Pengamatan secara

mikroskopis dari suatu jaringan dalam berbagai kondisi dan berbagai elemen

jaringan dapat diamati atau diteliti melalui preparat permanen yang dibuat dengan

metode parafin. Pembuatan preparat dengan metode parafin adalah metode yang

paling umum digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik pada

tumbuhan ataupun pada hewan.

Pembuatan preparat dengan metode parafin adalah metode yang paling

umum digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik pada tumbuhan

maupun pada hewan. Proses pembutan preparat dengan metode parafin

membutuhkan waktu yang lama. Metode ini memiliki tahapan-tahapan yang

berawal dari proses pengambilan organ, fiksasi, pencucian, dehidrasi, penjernihan,

penanama, penyayatan, penempelan pewarnan dan penutupan.

Pewarnaan yang digunakan pada metode parafin yaitu dengan menggunakan

pewarnaan umum. Pewarnaan umum yang dimaksud adalah pewarnaan yang

hanya untuk membedakan antara bagian inti dan sitoplasmanya. Jenis pewarna

yang biasa digunakan adalah Hematoksilin-Eousin (HE). Pewarnaan bertujuan

agar dapat mempertajam dan memperjelas berbagai elemen jaringan terutama sel-

selnya, sehingga dapat diamati dan dibedakan dengan mikroskop. Penyedian

irisan tumbuhan menggunakan paraffin memiliki prinsip untuk menggantikan air

yang ada dalam jaringan menggunakan medium paraffin, sehingga jaringan tetap
utuh dan terlihat sama mendekati aslinya saat dilakukan pengamatan pada

mikroskop. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan praktikum Preparat

Parafin Tumbuhan.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana cara mengetahui teknik pembuatan preparat tumbuhan dengan

metode parafin ?

2. Bagaimana mengetahui komponen penyusun jaringan atau organ

tumbuhan dengan metode parafin ?

C. Tujuan Praktikum

Tujuan yang ingin dicapai pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui teknik pembuatan preparat tumbuhan dengan metode

parafin.

2. Untuk mengetahui komponen penyusun jaringan atau organ tumbuhan yang

dengan metode parafin.

D. Manfaat Praktikum

Manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini adalah sebagai berikut :

1. Dapat mengetahui teknik pembuatan preparat tumbuhan dengan metode

parafin.

2. Dapat mengetahui komponen penyusun jaringan atau organ tumbuhan dengan

metode parafin.
II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Parafin

Parafin adalah nama umum untuk hidrokarbon alkana dengan formula

CnH2n+2. Alkana paling sederhana adalah metana (CH4), yang merupakan

komponen utama gas alam. Metana, etana, propane dan butane adalaha gas-gas

hidrokarbon pada temperatur kamar dengan tekanan atmosfer. Parafin atau

hidrokaron parafin juga merupakan teknis untuk sebuah alkan pada umumnya,

tetapi dalam beberapa hal kata ini merujuk pada suatu linear atau alkan normal.

Minyak bumi jenis parafin adalah senyawa hidrokarbon rantai terbuka. Minyak

bumi jenis ini dimanfaatkan untuk bahan bakar karena merupakan sumber

penghasil gasoline (Nugrahaningtyas, 2015).

B. Metode Parafin

Metode parafin adalah suatu cara pembutan sediaan baik tumbuhan ataupun

hewan menggunakan parafin. Pembuatan preparat dengan metode parafin adalah

metode yang paling umum digunakan untuk pembuatan preparat permanen, baik

pada tumbuhan ataupun pada hewan. Metode parafin termasuk metode irisan yang

merupakan metode rutin atau standar. Pengamatan secara mikrokopis dari sesuatu

jaringan yang normal sifatnya maupun yang mengidap sesuatu penyakit

(patologis). Kelebihan metode ini ialah irisan jauh lebih tipis daripada

menggunakan metode beku atau metode seloidin. Kelemahan dari metode ini ialah

jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah (Sari, 2016).


C. Prosedur Pembuatan Parafin Tumbuhan

Proses pembuatan sediaan parafin tumbuhan, langkah pertama yang

disiapkan yaitu materi segar dalam pengamatan mikroskopis yaitu fiksasi. Tujuan

dilakukannya fiksasi adalah untuk mencegah kerusakan jaringan, menghentikan

proses metabolisme secara cepat dan agar jaringan-jaringan dapat di warnai

sehingga bisa diketahui bagian-bagian jaringan tersebut. Proses selanjutnya

washing dengan alkohol 70%. Proses dehidrasi merupakan serangkaian proses

dengan cara memasukan sampel ke dalam larutan dehidrasi secara berseri dari

konsentrasi rendah sampai konsentrasi tinggi dengan mengurangi konsentrasi air.

Dealkoholisasi adalah menarik sisa alkohol dengan menggunakan clearing agent

seperti xilol atau toluol, kemudian infiltrasi dengan infiltrasi kedalam larutan

xylol-parafin, kemudian pewarnaan. Pewarna yang umum digunakan dalam

mewarnai jaringan tumbuhan adalah safranin (Syarif, 2015).

D. Larutan FAA

Fiksasi adalah tahap awal dalam pengolahan jaringan yang merupakan

proses yang krusial agar dapat membuat sediaan histopatologi yang layak untuk

dibaca. Larutan FAA merupakan larutan untuk memfiksasi daun yang terdiri dari

campuran formaldehid, asam asetat glasial dan alkohol 70% dengan perbandingan

5 : 5 : 90. Larutan fiksatif farmer biasanya digunakan untuk memfiksasi organ

tanaman. Fiksasi bertujuan untuk mematikan sel tanaman tanpa merusak struktur

jaringan. Fiksasi dilakukan selama 24 jam setelah itu di dibias dengan aquades

(Aliah, 2015).
E. Kersen (Muntingia calabura) dan Jagung (Zea mays)

Kersen (Muntingia calabura) merupakan tanaman yang memiliki buah

yang kecil dan manis. Buah kersen (Muntingia calabura) berbentuk bulat, jika

masak buah berwarna merah sedangkan saat belum masak berwarna hijau dan

keras. Biji kersen (Muntingia calabura) terdapat di dalam buah dan berukuran 0,5

mm berwarna kuning. Daun pada kersen (Muntingia calabura) mengandung

beberapa zat metabolit di antaranya flavonoid, tannin, saponin dan minyak esesial.

Jagung (Zea mays) merupakan tanaman rumput-rumptan yang berbiji tunggal atau

yang sering disebut monkotil. Biji jagung (Zea mays) dikenal sebagai kernel

dimana terdiri atas dinding sel , endosperm dan embrio. Daun jagung (Zea mays)

terbentuk dari pelepah daun dan menutupi hampir semua batang jagung. Akar

jagung (Zea mays) terdiri atas akar-akar seminal, koronal dan akar udara (Zahara,

2018).
III. METODE PRAKTIKUM

A. Waktu dan Tempat

Praktikum ini dilaksanakan pada hari Kamis, 28 November 2019

pukul pukul 16.00 WITA dan di lanjutkan secara berkala hingga pada hari

Senin, 9 Desember 2019 pukul 17.00 WITA. Bertempat di Laboratorium

Biologi Unit Zoologi, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Halu Oleo.

B. Bahan Praktikum

Bahan yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Bahan dan kegunaan


No. Bahan Kegunaan
1 2 3
1. Akar jagung (Zea mays) Sebagai obyek pengamatan
2. Batang (Zea mays) Sebagai obyek pengamatan
3. Daun (Zea mays) Sebagai obyek pengamatan
4. Buah jagung (Zea mays) Sebagai obyek pengamatan
5. Akar kersen (Muntingia calabura) Sebagai obyek pengamatan
6. Batang kersen (Muntingia calabura) Sebagai obyek pengamatan
7. Daun Kersen Sebagai obyek pengamatan
8. Buah kersen (Muntingia calabura) Sebagai obyek pengamatan
9. Larutan fiksatif FAA Untuk memfikasai organ
10. Alkohol 70 % Sebagai larutan washing dan dehidran
11. Alkohol 80 %,90 % dan absolute Sebagai larutan dehidran
12. Xyolol Sebagai larutan penjernih
13. Parafin cair Sebagai larutan infiltran
14. Parafin padat Sebagai media penanaman (embeedding)
15. Aquades Sebagai larutan pembersih
16. Canada balsam Sebagai larutan perekat
17. Etanol absolute Sebagai larutan dehidran
18. Hemaktosilin Eosin Sebagai larutan pewarna
19. Es batu Untuk mempertahankan titik beku
paraffin
20. Tissue Untuk menghisap larutan
21. Kertas label Untuk menadai organ
C. Alat Praktikum

Alat yang digunakan pada praktikum ini tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Alat dan kegunaan


No. Alat Kegunaan
1 2 3
1. Pisau bedah Untuk memotong dan menyayat organ
2. Silet Untuk memotong dan menyayat organ
3. Cutter Untuk memotong dan menyayat organ
4. Pinset Untuk menjepit organ
5. Pipet tetes Untuk memipet organ
6. Botol balsam Sebagai tempat merendam organ
7. Spatula Untuk mengaduk paraffin
8. Gelas kimia Sebagai wadah parafin
9. Gelas ukur Untuk menakar larutan
10. Inkubator Untuk menginkubasi organ dan
mencairkan paraffin
11. Hot plate Untuk mencairkan parafin
12. Bakul paraffin Sebagai wadah parafin dan organ
13. Slide warmer Untuk mengeringkan organ
14 Kaca obyek Sebagai tempat meletakkan sayatan organ
15. Kaca penutup Untuk menutup kaca obyek
16 Kulkas (Freezer) Untuk membekukan parafin
17 Tissue Untuk mengisap larutan
18. Stopwatch Untuk mencataat waktu
19. Mikroskop Untuk melihat hasil pengamatan
20. Kamera Untuk mendokumentasikan hasil
pengamatan
21. Alat tulis Untuk mencatat hasil pengamatan

D. Prosedur Kerja

Prosedur kerja pada praktikum ini yaitu sebagai berikut:

1. Menyiapkkan alat dan bahan.

2. Memisahkan akar, batang, daun dan buah tumbuhan kersen (Muntingia

calaburan) dan jagung (Zea mays).

3. Memfiksasi organ dengan menggunakan larutan FAA selama 24 jam.

Komposisi larutan FAA yaitu:

- Etanol 90 %
- Formaldehid 5 %

- Asam asetat glasial 5 %

4. Washing dengan alkohol 70 % selama 1 jam.

5. Dehidrasi dengan alkohol bertingkat :

- Alkohol 70 %

- Alkohol 80 % Masing-masing selama 1 jam

- Alkohol 90 %

- Alkohol absolut selama 2 jam

6. Dealkoholisasi menggunkan Alkohol-Xylol

- Alkohol-Xylol 3:1

- Alkohol-Xylol 1:1 Masing-masing selama 30 menit

- Alkohol-Xylol 1:3

7. Cleaning menggunakn xylol murni selama 1 jam.

8. Infiltrasi organ dengan merendam di dalam larutan xylol-parafin

perbandingan 1:9 di dalam oven pada suhu 57˚C selama 24 jam.

9. Embeeding organ dengan menggunakan parafin di dalam bakul yang

sebelumnya telah diisi oleh parafin sebagai alas.

10.Membekukan parafin di dalam freezer.

11.Menyayat parafin yang berisi organ setipis mungkin, kemudian diletakkan

di kaca obyek lalu meneteskan gliserin albumin selama 15 menit.

12.Perwarnaan, proses ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu:

- Merendam menggunakan xylol selama 15 menit.

- Hindrasi dengan etanol absolute selama 10 menit.


13.Hidrasi dengan alkohol bertingkat:

- Alkohol 96 %

- Alkohol 70 %
Masing-masing selama 3 menit
- Alkohol 50 %

- Alkohol 30 %

14.Mencuci dengan aquades selama 2 menit.

15.Memberikan larutan Hemaktosilin Eiosin selama 5 menit.

16.Mencuci dengan aquades selama 2 menit.

17.Dehidrasi bertingkat dengan menggunakan larutan sebagai berikut:

- Alkohol 30 %

- Alkohol 50 %
Masing-masing selama 3 menit
- Alkohol 70 %

- Alkohol 96 %

- Etanol absolut selama 6 menit

- Xylol selama 10 menit

18.Melakukan mounting dengan menggunakan canada balsam.

19.Menyimpan organ di slide warmer selama 48 jam dengan suhu 42˚C.

20.Mengamati di bawah mikroskop.


DAFTAR PUSTAKA

Aliah, N.U., Liliek, S. dan Anton, M, 2015, Hubungan Ketebalan Lapisan


Epidermis Daun Terhadap Serangan Jamur Penyebab Penyakit Bercak
Daun Sigatoka pada Sepuluh Kultivar Pisang, Jurnal HPT, 3(1): 37
Nugrahaningtyas, K.D., Eko, C. dan Dian, M.W, 2015, Reaksi Perengkahan
Parafin dengan Katalis NiMo/Zeolit Alam Aktif (ZAA): Efek
Temperatur pada Aktivitas Katalitik, Jurnal Penelitian Kimia, 11(2): 112
Sari, D.P., Umi, F. dan Resky, M.P, 2016, Profil Hands On Activitypada Mata
Kuliah Mikroteknik di Prodi Pendidikan Biologi FKIP UNS, Proceeding
Biology Education Conference,13(1): 477
Syarif, E.J., 2015, Visualisasi Deposit Logam Berat Timbal (Pb) pada Organ Hati
Ikan Bandeng (Chanos-chanos) dengan Pewarnaan Rhodizonate melalui
Metode Histoteknik, Skripsi, Universitas Hasanuddin, Makassar
Zahara, M, 2018, Kajian Morfologi dan Review Sitokinosis Tumbuhan Kersen
(Muntingia calabura L.), Jurnal Ilmiah Pendidikan dan Pembelajaran,
5(2): 70
B. Pembahasan

Metode parafin merupakan suatu metode permbuatan preparat dengan

melakukan penanaman jaringan di dalam blok parafin untuk menghasilkan

preparat jaringan hewan ataupun tumbuhan yang tipis. Parafin tumbuhan

merupakan suatu metode pembuatan preparat dengan memnanam organ tumbuhan

kedalam blok parafin untuk mengamati jaringan-jaringan yang terdapat di dalam

tumbuhan. Pembuatan preparat dengan metode parafin digunakan tumbuhan

kersen (Muntingia calabura) dan jagung (Zea mays).

Kersen (Muntingia calabura) digunakan untuk mewakili kelas dikotil,

sedangkan jagung (Zea mays) digunakan untuk mewakili kelas monokotill.

Metode parafin tumbuhan terdiri dari beberapa tahap, yaitu tahap pertama yaitu

pengambilan organ. Organ tumbuhan yang digunakan adalah akar, batang, daun,

buah dan biji. Organ-organ tersebut digunakan untuk mewakili organ generatif

dan vegetatif. Tahap kedua, yaitu fiksasi dengan menggunakan larutan fiksatif

berupa FAA yang terdiri dari formaldehid, asam astetat glasial dan alkohol.

Proses fiksasi bertujuan untuk mempertahankan elemen-elemen sel atau jaringan

sehingga tidak mengalami perubahan bentuk maupun ukuran, mematikan sel dan

memberhentikan aktivitas seluler.

Tahap ketiga, yaitu melakukan pencucian (washing) dengan menggunakan

alkohol 70% sebanyak dua kali selama masing-masing 1 jam. Washing dilakukan

untuk menghilangkan sisa-sisa larutan fiksatif dari organ. Tahap selanjutnya yaitu

dehidrasi dengan menggunakan alkohol bertingkat yang terdiri dari alkohol 70%,

80%, 90%, alkohol absolut I dan alkohol absolut II yang masing-masing selama 1
jam berfungsi sebagai zat untuk mendehidrasi atau menghilangkan kadar air yang

terkandung dalam sel atau jaringan pada organ. Penggunaan alkohol 70% pada

tahap ini yaitu untuk mengimbangi tahap sebelumnya diharapkan dengan

mengulangi penggunaan alkohol dengan konsentrasi tersebut dapat lebih efektif

menghilangan kandungan air pada jaringan. Penggunaan alkohol bertingkat

bertujuan agar pengeluaran kadar air pada organ tidak secara drastis namun secara

bertahap, mengingat tumbuhan memiliki dinding sel yang sangat kuat. Tahap

kelima, yaitu dealkoholisasi dengan menggunakan alkohol-xylol 3:1, 1:1 dan 1:3

selama masing-masing 30 menit.

Larutan alkohol-xylol berfungsi sebagai zat untuk dealkoholisasi kadar

alkohol yang masih tersisa atau terserap di dalam sel atau jaringan tumbuhan.

Tahap keenam, yaitu clearing dengan menggunakan xylol murni selama 1 jam.

Tahap ketujuh, yaitu infiltrasi dengan menggunakan campuran xylol-parafin 9:1

dan dioven dengan suhu 57˚C selama 24 jam, kemudian campuran xylol-parafin

diganti dengan parafin murni selama 24 jam. Tahap kedelapan, yaitu penanaman

atau embedding pada bakul parafin dengan posisi tertentu. Sayatan yang

digunakan adalah sayatan melintang dan membujur. Tahap kesembilan, yaitu

penyayatan dengan menggunakan silet.

Tahap kesepuluh, yaitu pewarnaan dengan menggunakan safranin selama 24

jam. Safranin berfungsi sebagai larutan pewarna yang memberi warna merah pada

sel atau jaringan sehingga bentuk sel atau jaringan dapat terlihat fokus dan lebih

cerah. Tahap kesebelas, yaitu pengamatan dengan mengunakan mikroskop.

Berdasarkan hasil pengamatan, didapatkan sayatan buah kersen (Muntingia


calabura) yang terdiri dari biji (semen), endosperm dan sekat-sekat pada buah.

Batang pada kersen (Muntingia calabura) terdapat epidermis, cortex, endodermis,

xylem dan floem. Pengamatan pada akar pada kersen (Muntingia calabura) terdiri

dari epidermis, kortex, xylem, floem dan pith.

Hasil pengamatan selanjutnya yaitu pada jagung (Zea mays) yang bagian-

bagiannya terdiri dari batang, akar dan biji. Pengamatan pada batang jagung (Zea

mays) terdiri dari epidermis, endodermis, korteks, jaringan pembuluh dan

parenkim. Pengamatan pada akar jagung (Zea mays) terdiri dari epidermis,

korteks, stele, xylem, floem dan pith. Biji jagung (Zea mays) terlihat hanya

memiliki epidermis pada pengamatan yang telah dilakukan. Menurut Lamahal

(2018), jaringan histologi yang terdapan pada batang jagung (Zea mays) berbeda-

beda, tergantung dari letak dan cara penyatannya. Jaringan yang terlihat pada

pengamatan histologi batang jagung (Zea mays) dengan sayatan melintang terdiri

dari floem, xylem, parenkim emplur, kolenkim dan epidermis, sedangkan pada

pengamatan dengan sayatan membujur hanya terlihat inti sel dan bagian

epidermis.
V. PENUTUP

A. Simpulan

Simpulan yang dapat diambil pada praktikum ini adalah sebagai berikut:

1. Teknik pembuatan preparat dengan metode parafin dilakukan dengan

beberapa tahap yaitu, pengambilan organ, fiksasi, washing, dehidrasi,

dealkoholisasi, clearing, infiltrasi, embedding, pewarnaan dan penyayatan.

2. Komponen penyusun pada buah kersen (Muntingia calabura) yang terdiri

dari daun dan batang. Daun kersen (Muntingia calabura) memiliki epidermis

dan stomata. Batang pada kersen (Muntingia calabura) memiliki kambium,

xylem dan floem. Sedangkan pada jagung (Zea mays) yang bagian-bagiannya

terdiri dari daun, batang, akar dan biji. Daun jagung (Zea mays) memiliki

epidermis dan palisade. Batang jagung (Zea mays) memiliki korteks,

endodermis, xylem, floem dan pith. Akar jagung (Zea mays) memiliki

epidermis, korteks, stele, xylem, floem dan pith. Biji jagung (Zea mays)

terlihat hanya memiliki epidermis pada pengamatan yang telah dilakukan.

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan pada praktikum ini yaitu :

1. Untuk laborotorium agar menyediakan alat pratikum yang lebih memadai,

seperti peralatan bedah dan mikroskop.

2. Untuk asisten terimakasih telah membimbing praktikan dengan baik dan

menjelaskan materi yang dipraktikumkan.


3. Untuk praktikan agar memperhatikan kebersihan laboratorium sebelum

praktikum maupun setelah praktikum.

Anda mungkin juga menyukai