Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PRAKTIKUM

MIKROBIOLOGI 1

TEKNIK PEWARNAAN BAKTERI

Disusun Oleh :
Dewinta Putri Purba
F1D017047

Diketahui,
Asisten Praktikum Praktikan

Yuni K. Serlyani Sihotang Dewinta Putri Purba


F1D016029 F1D017047

LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2019
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Mikroorganisme yang ada di alam ini mempunyai morfologi, struktur dan
sifat-sifat yang khas begitu pula dengan bakteri. Salah satu cara unutk mengamati
bentuk sel bakteri sehingga mudah di identifikasi adalah dengan cara metode
pengenceran atau pewarnaan. Hal tersebut berfungsi untuk mengetahui sifat
fisiologisnya  yaitu mengetahui reaksi dinding sel bakteri melalui serangkaian
pengecetan atau pewarnaan. Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu basil
(tongkat), kokus, spirilum. Bakteri yang berbentuk tongkat maupun kokus dibagi
menjadi beberapa macam. Pada bentuk basil pembagiannya yaitu basil tunggal,
diplobasil, dan tripobasil. Sedangkan pada kokus dibagi menjadi monokokus,
diplokokus, sampai stafilokokus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu
setengah melengkung dan melengkung (Dwidjoseputro, 2005).
Pewarna gram atau metode gram adalah salah satu teknik pewarnaan yang
paling penting dan luas yang digunakan untuk mengidentifikasikan bakteri. Dalam
proses ini, olesan bakteri yang sudah erfiksasi dikenai larutan-larutan berikut :zat
pewarna kristal violet, larutan iodium, larutan alkohol, dan zat pewarna tandingan
berupa zat warna safranin. Metode ini diberi nama berdasarkan penemunya,
ilmuan Denmark Hans Christian Gram (1853-1938) yang mengembangkan teknik
ini pada tahun 1884, untuk membedakan antara pneumokokus dan klebsiella
pneumonieae. Bakteri yang terwarnai dengan metode ini dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram
positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet dan karenanya akan
tampak berwarna ungu tua dibawah mikroskop. Adapun gram negatif akan
kehilangan zat pewarna kristal violet setelah dicuci dengan alkohol. Perbedan
warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam struktur kimiawi dinding selnya
(Plezar, 1986).
Mikroorganisme sulit dilihat dengan mikroskop cahaya, karena tidak
mengabsorbsi ataupun membiaskan cahaya. Alasan inilah yang menyebabkan zat
warna digunakan untuk mewarnai mikroorganisme atau latar belakangnya
(Lay,1994).
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat kita ketahui bahwa pewarnaan pada
mikroorganisme ini perlu untuk dilakukan agar untuk dapat kita ketahui bakteri
dari isolate yang dipraktikumkan itu merupakan bakteri gram positif ataupun
negatif dari pewarnaan ini juga agar mempermudah dalam melihat morfologi
bakteri tersebut.

1.1. Tujuan
a. Untuk mengetahui bentuk-bentuk dan penataan sel pada bakteri.
b. Untuk membedakan karakter bakteri gram positive dan bakteri negatif.
c. Untuk mengaplikasikan teknik-teknik pewarnaan bakteri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Zat Warna


Bakteri atau mikroba lainya dapat dilihat dengan mikroskop biasa tanpa
yaitu dengan cara-cara khusus, misalnya dengan cara tetesan bergantung,
menggunakan kondensor medan gelap dan lain-lain. Tetapi pengamatan dari
pewarnaan ini lebih sukar dan tidak dipakai untuk melihat bagian-bagian sel
dengan teliti, karena sel bakteri dan mikroba lainya transparan. Melihat dan
mengamati bakteri dalam keadaan hidup sangat sulit, karena selain bakteri itu
tidak berwarna  juga transparan dan sangat kecil untuk mengatasi hal tersebut
maka di kembangkan suatu teknik pewarnaan bakteri, sehingga sel dapat terlihat
jelas dan mudah di amati. Oleh karena itu teknik pewarnaan sel bakteri ini
merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian
mikrobiologi (Dwijoseputro, 2005).
Pewarnaan yang digunakan untuk melihat salah satu sel disebut pewarnaan
khusus, sedangkan pewarnaan yang digunakan untuk memilahkan atau
membedakan mikrooorganisme disebut pewarnaan diferensial. Pewarnaan gram
merupakan contoh pewarnaan diferensial yang memilahkan bakteri menjadi
kelompok gram positif dan gram negatif, pewarnaan diferensial lainnya ialah
pewarnan Ziehl-Nellsen yang memilahkan bakteri menjadi kelompok tahan asam
dan tidak tahan asam. Zat warna yag digunakan dalam pewarnaan bersifat basa
atau asam. Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna
disebut kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya, pada zat warna
asam bagian yang berperan memberikan zat warna mempunyai muatan negatif.
Zat warna basa lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak ditemukan
pada dinding sel, membrane sel dan sitoplasma sewaktu proses pewarnaan.
Muatan positif pada zat warna basa akan berikatan dengan muatan negatif dalam
sel, sehingga mikroorganisme lebih jelas terlihat. Zat warna asam yang bermuatan
negatif lazimnya tidak digunakan untuk mewarnai mikroorganisme namun
biasanya dimanfaatkan untuk mewarnai latar belakang sediaan pewarnaan zat
warna asam yang bermuatan negatif ini tidak dapat berikatan dengan muatan
negatif yang terdapat pada struktur sel. Kadangkala zat warna negatif ini
digunakan untuk mewarnai bagian sel yang bermuatan positif. Perlu diperhatikan
bahwa muatan dan daya ikat zat warna terhadapa struktur sel dapat berubah
tergantung pada pH sekitarnya sewaktu proses pewarnaan. Untuk pewarnaan yang
mengamati morfologi sel mikroorganisme maka seringkali setelah pembuatan
preparat ulas dilakukan fiksasi diikuti oleh pewarnaan. Fiksasi dapat dilakukan
dengan cara melewatkan preparat diatas api atau merendamnya dengan metanol.
Fiksasi digunakan untuk :
1.      Mengamati bakteri oleh karena sel bakteri lebih jelas terlihat setelah
diwarnai
2.      Melekatkan bakteri pada glass objek
3.      Mematikan bakteri
Pada pewarnaan sederhana hanya digunakan satu macam zat warna untuk
meningkatkan kontras antara mikroorganisme dan sekelilingnya. Lazim, prosedur
pewarnaan ini menggunakan zat warna basa seperti seperti crystal violet, biru
metilen, karbol fuchsin basa, safranin atau hijau malakit. Kadang kala digunakan
zat warna negatif untuk pewarnaan sederhana: zat warna asam yang sering
digunakan adalah nigrosin dan merah kongo. Prosedur Pewarnaan sederhana
mudah dan cepat, sehingga pewarnaan ini sering digunakan untuk melihat bentuk
ukuran dan penataan pada mikoorganisme bakteri pada bakteri dikenal bentuk
yang bulat (coccus), batang (basil), dan spiral (Lay, 1994).
Tujuan dari pewarnaan adalah untuk mempermudah pengamatan bentuk sel
bakteri, memperluas ukuran jazad, mengamati struktur dalam dan luar sel bakteri,
dan melihat reaksi jazad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik atau
kimia jazad dapat diketahui (Hadiutomo, 1990).
2.2 Teknik Pewarnaan Gram
Pemberian nama metode ini didasarkan pada nama Hans Christian Gram,
seorang dokter Denmark yang mengembangkan suatu teknik pada akhir tahun
1800-an, untuk membedakan antara dua jenis dinding sel bakteri yang berbeda.
Bakteri diwarnai dengan suatu zat warna violet dan iodium, dibilas dengan
alkohol, dan kemudian diwarnai sekali lagi dengan zat warna merah. Struktur
dinding sel akan menentukan respon pewarnaan. Bakteri gram positif (bagian
atas) yang sebagian besar dinding selnya mengandung peptidoglikan akan
menjerat warna violet (LM). Bakteri gram negatif (bagian bawah) memiliki lebih
sedikit pepetidoglikan, yang terletak di suatu gel periplasmik antara membran
plasma dan suatu membran bagian luar. Zat warna violet yang digunakan dalam
pewarnaan Gram sangat mudah dibilas dari bakteri gram negatif, akan tetapi
selnya tetap menahan zat warna merah (LM) ( Campbell, dkk., 2003).
Pengecatan gram dilakukan dalam 4 tahap yaitu :
1. Pemberian cat warna utama (cairan kristal violet) berwarna ungu.
2. Pengintesifan cat utama dengan penambahan larutan mordan JKJ.
3. Pencucian (dekolarisasi) dengan larutan alkohol asam.
4. Pemberian cat lawan yaitu cat warna safranin.
Sifat bakteri terhadap pewarnaan Gram merupakan sifat penting untuk membantu
determinasi suatu bakteri. Beberapa perbedaan sifat yang dapat dijumpai antara
bakteri Gram positif dan bakteri Gram negatif yaitu:
1. Fiksasi
Fiksasi perlu dilakukan sebelum pewarnaan bakteri karena berguna
merekatkan sel bakteri pada gelas objek, membunuh bakteri, melepaskan granula
(butiran) protein menjadi gugusan reaktif (NH3+) membuat sel-sel lebih kuat,
mencegah terjadinya otolisis sel, mengubah afinitas, fiksasi dapat dilakukan
secara fisik atau dengan bahan kimia.
2. Peluntur zat warna
Peluntur zat warna berguna untuk menghasilkan kontras yang lebih baik pada
bayangan mikroskop. Pada umumnya, sel-sel yang mudah diwarnai akan lebih
mudah pula dilunturkan warnanya. Sedangkan sel-sel yang sukar diwarnai akan
lebih sukar dilunturkan warnanya.
3. Substrat
Merupakan zat warna asam atau basa dapat bereaksi dengan senyawa-senyawa
tertentu. Oleh karena itu, senyawa-senyawa organik seperti protein, karbohidrat,
lemak dan asam nukleat akan mempengaruhi pewarnaan. Berdasarkan jenis zat
warna yang diserap oleh sel, maka dapat dibedakan tiga macam sel yaitu: sel-sel
asidofil, basodill dan sudanofil.
4. Intensifikasi warna
Zat warna dapat diintensifikasikan dengan cara menambahkan mordan, yaitu
zat kimia yang dapat menyebabkan sel-sel bakteri dapat diwarnai lebih intensif
karena zat warna terikat lebih kuat daripada jaringan sel. Mordan dibagi atas dua
macam, yaitu mordan asam dan mordan basa. Mordan asam adalah mordan yang
bereaksi dengan zat-zat warna basa. Sedangkan mordan basa adalah mordan yang
bereaksi dengan anion zat warna asam.
5. Zat warna penutup atau zat warna lawan
Zat warna lawan adalah suatu zat warna basa yang berbeda warnanya dengan zat
warna mula-mula yang digunakan. Gunanya adalah untuk memberikan warna
pada sel-sel yang berbeda warnanya dengan zat warna mula-mula. Zat warna
penutup diberikan pada akhir pewarnaan dengan tujuan untuk memberikan
kontras pada sel-sel yang tidak menyerap zat warna utama (Sutedjo, 1991).
Beberapa bakteri tidak terwarnai dengan pewarnaan gram, misalnya
Mycobacterium spp., karena dinding selnya mengandung banyak lipid, sehingga
digunakan pewarnaan tahan asam untuk mengidentifikasinya. Pada pewarnaan ini
sel bakteri akan berwarna merah muda tetapi sel jaringan akan berwarna hijau
(James, dkk., 2006).
Identifikasi bakteri dengan metode konvensional meliputi uji morfologi, uji
fisiolagi, dan uji biokimia. Uji morfologi dilakukan dengan melakukan pewarnaan
Gram. Pewarnaan gram bertujuan untuk menentukan karateristik mikroskopik
isolat uji, baik reaksinya terhadap pewarnaan gram, bentuk sel dan ukurannya. Uji
Fisiologis dilakukan dengan uji motilitas untuk mengetahui apakah bakteri yang
diuji dapat melakukan pergerakan atau tidak (Christita et al., 2018).
Sebelum dilakukan pewarnaan dibuat ulasan bakteri di atas kaca objek.
Ulasan ini kemudian difiksasi. Jumlah bakteri yang terdapat pada ulasan haruslah
cukup banyak sehingga dapat terlihat bentuk dan penataanya sewaktu diamati.
Kesalahan yang sering kali dibuat adalah menggunakan suspensi bakteri yang
terlalu padat terutama bila suspensi tersebut berasal adari bukan media padat
(Sutedjo, 1991).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum mengenai teknik pewarnaan bakteri ini dilakukan pada hari Selasa,
tanggal 05 Maret 2019, pukul 13:00-16.00 WIB di Laboratorium Mikrobiologi,
Gedung Basic Sciense, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Imu
Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan dalam praktikum teknik pemurnian bakteri
ini adalah hot plate, kaca objek, kaca penutup, penjepit, inkubator, tabung reaksi,
lampu spritus, jarum ose, pipet tetes, marker, dan gelas beaker.
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan dalam praktikum teknik pemurnian bakteri
ini adalah isolat bakteri, kertas label, kristal violet, malachite green, media NA,
media PDA, safranin, lugol, akuades, minyak emersi dan alkohol 96 %.

3.3 Prosedur Kerja


A. Teknik Pewarnaan Gram
Prosedur pertama dari pewarnaan gram ini adalah lakukan fiksasi diatas
lampu spritus dengan peletakan bakteri menggunakan teknik inokulasi oleh jarum
ose. selanjutnya memberi pewarna kristal violet selama 30 detik, dilanjutkan
dengan pemberi larutan mordan yaitu lugol selama 1 menit lalu dekolorisasi oleh
alkohol 96 % selama 30 detik, kemudian diberi warna safranin selama 80 detik.
Setiap pergantian zat warna harus dibilas selama 5 detik. Terakhir, jika zat warna
berlebih preparat diusakan dengan tisu agar mudah diamati.
B. Teknik Pewarnaan Spora
Prosedur pertama dari pewarnaan spora adalah lakukan fikasasi diatas
lampu spritus dengan peletakan bakteri menggunakan teknik inokulasi oleh jarum
ose. Lalu memberi pewarna malachite green selama 15 menit pada preparat yang
sudah ditemukan bakteri jenis bacillus dengan dibiarkan sambil dipanaskan diatas
lampu spritus sambil beruap. Kemudian diberi pewarna safranin selama 1 menit.
Setiap pergantian zat warna dilakukan pencucian selama 30 detik dengan aquades.
Selanjutnya diamati endospora dan sel vegetative pada bakteri bacillus yang
memiliki spora. Terakhir, jika zat warna berlebih preparat diusakan dengan tisu
agar mudah diamati.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang diperoleh dari praktikum teknik pewarnaan bakteri,
adalah sebagai berikut:
Tabel 1. Bentuk dan penataan bakteri hasil pada pewarnaan Gram.

Kelompok Bakteri Bentuk sel Penataan sel Gram +/-


Kelompok 1 Sp 1 Basil Streptobasil Gram +
Sp 2 Kokus Monokokus Gram +
Kelompok 2 Sp 1 Basil Sterptobasil Gram +
Sp 2 Basil Monobasil Gram -
Kelompok 3 Sp 1 Kokus Stafilokokus Gram +
Sp 2 Kokus Monokokus Gram +
Sp 3 Kokus Streptokokus Gram +
Kelompok 4 Sp 1 Basil Streptobasil Gram +
Sp 2 Kokus Stapilokokus Gram +

(A) (B)
Gambar 1. Hasil pewarnaan Gram pada bakteri (A) Sp 1 berbentuk basil dan (B)
Sp 2 berbentuk kokus yang diamati dibawah mikroskop binokuler
dengan perbesaran10 X 100.

Gambar 2. Bakteri pewarnaan spora Sp 1 yang berbentuk basil yang diamati


dibawah mikroskop binokuler dengan perbesaran 10 X 100.

4.2 Pembahasan
Pada praktikum mikrobiologi kali ini dilakukan percobaan yaitu teknik
pewarnaan dan pengamatan morfologi pada bakteri. Praktikum dilakukan dengan
2 jenis pewarnaan yaitu pewarnaan gram dan pewarnaan spora. Pewarnaan
merupakan salah satu cara paling sering digunakan untuk membedakan
mikroorganisme, khususnya bakteri yaitu bakteri gram positif dan gram negatif.
Kedua jenis bakteri dibedakan berdasarkan komponen penyusun dinding sel.
Pewarnaan Gram merupakan salah satu teknik pewarnaan yang dikerjakan di
laboratorium mikrobiologi untuk kepentingan identifikasi mikroorganisme
tersebut.  Morfologi mikroskopik mikroorganisme yang diperiksa dan sifatnya
yang khas terhadap pewarnaan tertentu (pewarnaan gram) dapat digunakan untuk
identifikasi awal. Pewarnaan gram dibagi menjadi dua hasil yaitu gram positif dan
gram negative, tergantung dari reaksi dinding sel terhadap tinta safranin atau
kristal violet. Selain itu, pewarnaan spora dapat membedakan ada/tidaknya spora
dan letak dari spora tersebut didalam sel.
Kristal violet dipakai sebagai zat warna primer dikarenakan kristal violet
mampu melekatkan bakteri pada kaca mencegah autolisis pada sel, membuat sel-
sel lebih kuat atau keras, mencegah mengkerutnya globula-globula protein sel,
mempertinggi sifat reaktif gugusan-gugusan, membunuh bakteri secara cepat
dengan tidak mengubah bentuk dan strukturnya, dan mengubah afinitas cat.
Sel bakteri dapat teramati dengan jelas jika digunakan mikroskop dengan
perbesaran 10x100 yang ditambah minyak imersi. Jika dibuat preparat ulas tanpa
pewarnaan, sel bakteri sulit terlihat. Pewarnaan bertujuan untuk memperjelas sel
bakteri dengan menempelkan zat warna ke permukaan sel bakteri. Zat warna
dapat mengabsorbsi dan membiaskan cahaya, sehingga kontras sel bakteri dengan
sekelilingnya ditingkatkan. Zat warna yang digunakan bersifat asam atau basa.
Pada zat warna basa, bagian yang berperan dalam memberikan warna disebut
kromofor dan mempunyai muatan positif. Sebaliknya pada zat warna asam bagian
yang berperan memberikan zat warna memiliki muatan negatif. Zat warna basa
lebih banyak digunakan karena muatan negatif banyak banyak ditemukan pada
permukaan sel. Contoh zat warna asam antara lain Crystal Violet, Methylene Blue,
Safranin, Base Fuchsin, Malachite Green, dan lain-lain. Sedangkan zat warna
basa antara lain Eosin dan Congo Red.
Menurut Sutedjo (1991), Tujuan dari pewarnaan tersebut adalah
pewarnaan untuk :
1.            Mempermudah melihat bentuk jasad baik bakteri, ragi ataupun fungi.
2.            Memperjelas ukuran dan bentuk jasad
3.            Melihat struktur luar dan kalau memungkinkan juga struktur dalam jasad.
4.            Melihat reaksi jasad terhadap pewarna yang diberikan sehingga sifat fisik
dan kimia yang ada akan dapat diketahui.
Pewarna yang digunakan pada umumnya berbentuk senyawa kimia khusus yang
akan memberikan reaksi kalu mengenai bagian tubuh jasad. Karena pewarnaan
tersebut berbentuk ion yang bermuatan positif ataupun negatif. Sel bakteri
bermuatan mendekati negatif kalau dalam keadaan pH mendekati netral. Sehingga
kalau kita memberikan pewarnaan yang bermuatan positif ataupun negatif.
Pada pewarnaan gram yang telah dilakukan, didapatkan 2 bentuk bakteri
yang berbeda yaitu berbentuk basil dengan penataan streptobasil dan berbentuk
kokus dengan penataan stapilokokus yang berwarna biru keunguan, dimana
bakteri ini tergolong bakteri gram postif. Pewarnaan gram ini merupakan
pewarnaan yang digunakan untuk mengelompokan bakteri gram positif dan gram
negatif. Bakteri gram positif akan mempertahankan zat warna crystal violet dan
akan tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Adapun bakteri gram
negatif akan kehilangan zat warna crystal violet setelah dicuci dengan alkohol,
dan sewaktu diberi zat pewarna air fucsin atau safranin akan tampak berwarna
merah.
Hal ini sejalan dengan Lay (1994), Pengecatan Gram merupakan salah satu
teknik pewarnaan yang digunakan untuk mengidentifikasi bakteri
(mikroorganisme). Perbedaan zat warna ini disebabkan oleh perbedaan dalam
struktur kimiawi dinding selnya. Pewarna yang digunakan dalam pewarnaan gram
antara lain : kristal violet, alkohol, safranin, dan iodium.
Percobaan terakhir adalah pewarnaan spora. Pada percobaan ini digunakan
larutan malachite green dan safranin serta bahan yang digunakan yaitu bakteri
yang didapat dari pewarnaan gram yang berbentuk basil dengan penataan
streptobasil. Pewarnaan spora merupakan pewarnaan dengan menggunakan
malachite green dan safranin, yang dalam hasil pewarnaannya akan muncul warna
hijau pada sporanya, serta warna merah pada sel vegetatifnya dimana bakteri hasil
pewarnaan yang didapatkan yaitu Bacillus sp karena bakteri yang digunakan
berbentuk basil dengan penataan streptobasil. Tujuan dari pewarnaan spora yaitu
mengenal dasar-dasar kimiawi pada pewarnaan spora dan kinerja dari prosedur
untuk membedakan spora bakteri dan bentuk vegetatif. 
Larutan malachite green yang berwarna hijau dan larutan safranin yang
berwarna kemerahan akan diserap oleh bakteri sehingga pengamatan menjadi
lebih mudah. Dalam pengamatan, terdapat warna kehijauan yang terletak di ujung
bakteri dan warna kemerahan yang terletak diantaranya. Warna kehijauan ini lah
yang dinamakan spora, sedangkan warna kemerahannya adalah sel vegetatif dari
bakteri. Hasil pengamatan dari percobaan terakhir ini menunjukkan bahwa letak
spora pada bakteri bacillus adalah terminal (di ujung).
Prinsip pada pewarnaan ini pemanasan akan mengembangkan lapisan luar
spora sehingga berwarna hijau. Melalui pendinginan utama akan terperangkap di
dalam spora dengan pencucian zat warna utama yang ada pada sel vegetatif akan
terlepas, sehingga pada pewarnaan yang kedua (safranin) sel vegetatif akan
berwarna merah. Fungsi zat warna malachite green merupakan pewarna yang kuat
yang dapat berpenetrasi kedalam endospora (Dwidjoseputro, 2005).

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari praktikum teknik pewarnaan bakteri ini adalah
sebagai berikut :
1. Pada bakteri dikenal berbagai bentuk seperti kokus (bulat), basil (batang)
dan spiral. Dengan pewarnaan sederhana dapat juga terlihat penataan
bakteri. Pada kokus dapat terlihat penataan seperti rantai (streptokokus),
pasangan (diplokokus), pada basil penataannya streptobasil, pada spiral
penataannya stafilokokus.
2. Bakteri gram positif memiliki dinding sel yang tebal dan membran sel
selapis serta berwarna biru keunguan, sedangkan bakteri gram negatif
mempunyai dinding sel tipis yang berada diantara dua lapis membran sel
berwarna merah.
3. Pewarnaan Gram pada praktikum pewarnaan gram dilakukan pada bakteri
Bacillus. Bacillus adalah bakteri gram positif, karena bakteri tersebut tetap
mempertahankan zat warna kristal violet sewaktu proses pewarnaan gram,
sehingga koloni bakteri tampak berwarna ungu atau biru.

5.2 Penutup
Adapun saran untuk praktikum selanjutnya digunakan berbagai teknik
pewarnaan seperti pewarnaan flagel, pewarnaan kapsul dan lain sebagainya agar
bakteri yang diwarnai lebih bervariasi jenis, bentuk, dan penataannya.
DAFTAR PUSTAKA

Campbell, A., Reece J., dan Mitchell L. 2003. Biologi. Jakarta: Erlangga.
Christita, M., Iwanuddin, K., Tabba, Y., dan Hendra, S. 2018. Identifikasi Bakteri
Pada Air Dari Lahan Bekas Tambang Nikel di Halmahera Timur.
Jurnal Lingkungan. Vol (4): No. 3.
Dwidjoseputro. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta : Djambatan.
Hadiutomo. 1990. Mikrobiologi Dasar Jilid I. Jakarta: Erlangga.
James, J., Baker, C., dan Swain, H. 2006. Prinsip-prinsip Sains untuk
Keperawatan. Jakarta: Erlangga.
Lay, B. 1994. Analisis Mikroba di laboratorium. Jakarta. PT Raja Grafindo.
Pelczar, M. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi 1. Jakarta : UI Press.
Sutedjo, M. 1991. Mikrobiologi Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.
Waluyo, L. 2004. Mikrobiologi Umum. Malang : UMM Press.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai