Anda di halaman 1dari 17

TINGKAH LAKU

Nama : 1. Dhiatama Tauhida Nisa (F1D017037)

2. Herlina Giban (FID017065)

3. Izul Miftakhul Jannah (F1D017061)

4. Okta Putra Arista Siboro (F1D017043)

5. Jefri Novriansyah (F1D013045)

Dosen : 1. Drs. Welly Darwis, M.S

2. Choirul Muslim, Ph.D.

3. Dra. Novia Duya, M.Si

Asisten : 1. Hariyadi (F1D012008)

2. M Teguh Tandayu (F1D013023)

3. Dhea Laras (F1D014014)

4. Diah Andriyani (F1D014049)

JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2017
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tumbuhan sebagai mahluk hidup juga melakukan gerak. Namun, gerak
yang dilakukan oleh tumbuhan tidak seperti yang dilakukan oleh hewan maupun
manusia. Gerakan pada tumbuhan sangat terbatas. Gerakan yang dilakukan oleh
tumbuhan hanya dilakukan pada bagian tertentu. Misalnya bagian ujung tunas,
bagian ujung akar, ataupun pada bagian lembar daun tertentu. Pada prinsipnya,
gerakan tumbuhan terjadi karena adanya proses pertumbuhan dan adanya
kepekaan terhadap rangsang atau irritabilitas yang dimiliki oleh tumbuhan
tersebut. Sebagai tanggapan terhadap rangsang terebut, tumbuhan melakukan
gerakan yangmungkin menuju kearah rangsang atau menjauhi, atau melakukan
gerak tanpa menunju ke arah tertentu.
Sedangkan pada hewan, sebagai komponen biotik dari ekosistem
mempunyai karakteristik yang khas. Struktur tubuh yang sangat lentur khususnya
pada hewan invertebrate memungkinkan hewan ini memiliki kemampuan
mobilitas yang cukup tinggi. Dengan daya mobilitas yang tinggi, hewan tersebut
dapat bergerak bebas sesuai dengan kemampuan dan nalurinya, apakah untuk
mencari makan, menghindari dari predator, menjauhi keadaan lingkungan yang
kurang menguntungkan, mencari pasangan untuk kawin dan lain sebagainya.
Selain dari beberapa faktor tersebut juga terdapat faktor yang menyebabkan
hewan melakukan gerak yang dapat berupa menjauhi sebuah rangsangan.

1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum tingkah laku ini adalah untuk mengenal 3 macam
gerak tropis pada tumbuhan, selain itu juga dapat mengenal 3 bentuk reaksi atau
perilaku hewan terhadap berbagai rangsangan, serta mengenal reaksi hewan yang
bersifat phototaksis, positif dan negatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gerak pada Tumbuhan


Gerak pada tumbuhan merupakan suatu resapan terhadap rangsangan
(stimulus) baik yang berasal dari dalam maupun dari luar individu. Jadi timbulnya
gerak pada tumbuhan merupakan bukti adanya iritabilitas. Gerak pada tumbuhan
terjadi karena tekanan turgor, tumbuh atau pindah tempat yang disebabkan karena
adanya rangsangan. Menurut penyebabnya gerak pada tumbuhan dibedakan
menjadi :
1. Gerak ethionom
Gerak ethionom dalah gerak tumbuhan yang disebabkan oleh rangsangan
dari luar. Berdasarkan sifatnya gerak ethionom dibedakan menjadi :
Gerak pada tumbuhan terjadi karena tekanan turgor, tumbuh atau pindah tempat
yang disebabkan karena adanya rangsangan. Menurut penyebabnya gerak pada
tumbuhan dibedakan menjadi :
A. Tropi atau tropisme
Gerak Tropisme adalah gerak bagian tumbuhan yang arah geraknya
dipengaruhi oleh arah datangnya rangsangan. Tropisme berasal dari bahasa
Yunani, yaitu trope, yang berarti membelok. Bila gerakannya mendekati arah
rangsangan disebut tropisme positif sedangkan jika gerak responnya menjauhi
arah datangnya rangsangan disebut tropisme negatif (Wirakusuma , 2003).
Berdasarkan jenis rangsangannya, tropisme dibedakan menjadi beberapa
macam, yakni :
a) Geotropisme atau gravitropisme
Geotropisme merupakan gerak tropisme yang disebabkan rangsangan gaya
gravitasi bumi. Geotropisme ada dua yaitu geotropisme positif dan geotropisme
negatif. Geotropisme positif adalah gerak organ tumbuhan mendekati inti bumi.
Sedangkan geotropisme negatif adalah gerak berlawanan arah gravitasi bumi,
menjauhi inti bumi.
b) Fototropisme
Fototropisme merupakan gerak tropisme yang disebabkan oleh pengaruh
rangsangan cahaya. Fototropisme terbagi dua yaitu fototropisme positif dan
fototropisme negatif. Pada umumnya, bagian tumbuhan di atas tanah bersifat
fototropisme positif, misalnya bunga matahari akan mekar dan batangnya
mengikuti arah sinar matahari. Dan akar bersifat fototropisme negatif .
c) Tigmotropisme
Tigmotropisme merupakan gerak tropisme yang disebabkan karena rangsangan
sentuhan. Pada umumnya tigmotropisme terjadi pada tumbuhan pemanjat
(tumbuhan yang memiliki sulur) seperti anggur, ubi jalar, melon, dan tumbuhan
pemanjat lainnya. Apabila sulurnya menyentuh benda keras seperti tonggak kayu,
maka akan terjadi kontak sehingga sulur akan melilit kayu tersebut. Adanya
sentuhan merangsang sel-sel tumbuh dengan kecepatan yang berbeda.
Pertumbuhan sel-sel pada daerah yang bersentuhan lebih lambat daripada sel-sel
pada bagian lainnya sehingga memungkinkan sulur dapat tumbuh melilit.
Tigmotropisme memungkinkan tumbuhan memanjat dengan bantuan objek lain
sebagai penyangga pada waktu tumbuh ke arah cahaya matahari (Dwijosaputro,
1983).
d) Hidrotropisme
Hidrotropisme merupakan gerak tropisme yang disebabkan karena
rangsangan air. Contohnya gerak pertumbuhan akar menuju ke air.
e) Termotropisme
Termotropisme merupakan gerak tropisme yang disebabkan karena
rangsangan suhu.
f) Kemotropisme
Kemotropisme merupakan gerak tropisme yang disebabkan karena
rangsangan zat kimia. Contohnya gerak akar menuju pupuk.
g) Reotropisme
Reotropisme merupakan gerak tropisme yang disebabkan oleh aliran air
sehingga mempengaruhi arah gerak tumbuhan. Contohnya eceng gondok.

B. Taksis (gerak pindah tempat)


Taksis dapat diartikan sebagai pergerakan suatu organism sebagai respon
terhadap adanya stimulus eksternal yang mengenainya secara langsung.
Pergerakan organism ini dapat berlangsung ke arah stimulus (respon positif);
berupa respon menjauhi arah stimulus (respon negative) maupun bergerak kea rah
tertentu dengan sudut tertentu dari stimulus (Kikkawa, 1971).
Berdasarkan jenis rangsangannya, taksis dibedakan menjadi beberapa
macam, meliput:
a) Fototaksis
Fototaksis merupakan gerak yang disebabkan karena adanya rangsangan
cahaya. Contohnya adalah Cloroplas bergerak ke sisi sel yang mendapatkan
cahaya matahari, euglena viridis selalu bergerak menuju tempat yang terkena
cahaya, spora jamur Pilobolusakan bergerak menuju tempat yang terkena cahaya.
b) Kemotaksis
Kemotaksis merupakan gerak rangsangannya adalah zat kimia. Contohnya
adalah Bacteri aerob selalu berkumpul pada tempat yang banyak oksigen,
spermatozoid bergerak menuju sel telur pada peristiwa pembuahan lumut.
Rangsangan penyebabnya adalah zat gula atau protein.
C. Nasti
Nasti sdalah gerak bagian tubuh tumbuhan sebagai tanggapan terhadap
rangsangan yang datangnya dari luar. Gerak nasti disebabkan oleh perubahan
tekanan turgor pada jaringan tertentu. Berdasarkan jenis rangsangannya nasti
dibedakan menjadi beberapa macam, yakni:
a) Seismonasti
Seismonasti merupakan gerak nasti yang terjadi akibat rangsangan
sentuhan. Contohnya adalah gerak menutupnya daun putri malu(Mimosa pudica)
ketika disentuh. b) Niktinasti
Niktinasti merupakan gerak nasti yang terjadi akibat pengaruh gelap.
Contohnya adalah gerak menutupnya daun majemuk pada daun petai cina waktu
malam.
c)Termonasti
Termonasti merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh
rangsangan suhu. Contohnya mekarnya bunga tulip ketika suhu udara naik.
d) Fotonasti
Fotonasti merupakan gerak nasti yang disebabkan oleh
rangsangan cahaya. Contohnya adalah mekarnya bunga pukul empat (Mirabilis
jalapa) pada saat sore hari di saat terkena sinar matahari.

e) Nasti kompleks
Nasti kompleks merupakan gerak nasti yang disebabkan lebih dari satu
rangsangan. Contohnya gerak membuka dan menutupnya stomata.

2. Gerak endonom atau autonom (spontan)


Gerak ini merupakan gerak tumbuhan yang tidak disebabkan rangasangan
dari luar. Di duga gerak yang terjadi disebabkan oleh rangsangan yang berasal
dari dalam tumbuhan itu sendiri. Macam-macam gerak endonom yaitu:
a) Nutasi
Nutasi merupakan gerak spontan dari tumbuhan yang tidak disebabkan
adanya rangsangan dari luar. Contohnya adalah gerakan aliran sitoplasma pada
tanaman air Hydrilla verticillata.
b) Higroskopis
Gerak bagian tumbuhan yang terjadi karena adanya perubahan kadar air
pada tumbuhan secara terus menerus, akibatnya kondisi menjadi sangat kering
pada kulit buah atau kotak spora sehingga kulit biji atau kotak spora pecah.
Contohnya adalah pecahnya kulit buah polong-polongan (lamtoro, kembang
merak, kacang buncis, kacang kedelai). Hal ini disebabkan berkurangnya air pada
kulit buah. Kulit buah menjadi kering, retak dan akhirnya pecah sehingga bijinya
terpental ke luar. Pecahnya kulit buah dan terpentalnya biji sebenarnya merupakan
cara tumbuhan tersebut memencarkan alat perkembangbiakannya. Gerak
higroskopis juga terjadi pada membukanya kotak spora (sporangium) tumbuhan
paku ( Pteridophyta ) dan lumut (Bryophyta).

2.2 Gerak pada Hewan


Hewan sebagai komponen biotic dari ekosistem mempunyai karakteristik
yang khas. Struktur tubuh yang sangat lentur khususnya pada hewan invertebrate
memungkinkan hewan ini memiliki kemampuan mobilitas yang cukup tinggi.
Dengan daya mobilitas yang tinggi, hewan tersebut dapat bergerak bebas sesuai
dengan kemampuan dan nalurinya, apakah untuk mencari makan, menghindari
dari predator, menjauhi keadaan lingkungan yang kurang menguntungkan,
mencari pasangan untuk kawin dan lain sebagainya.
Cacing tanah adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok
Oligochaeta, yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam filum
Annelida. Ciri-cirinya bentuk tubuh panjang silindris, bersegmen-segmen, simetri
bilateral, bernafas dengan kulit, dan bersifat hemaphrodit. Permukaan tubuh
cacing tanah berwarna merah sampai biru kehijauan. Bentuk tubuh panjang
silindris, dengan 2/3 bagian posteriornya sedikit memipih kearah dorsoventral.
Permukaan bagian bawah berwarna lebih pucat, umumnya berwarna merah
jambu dan kadang-kadang putih mulut terdapat di ujung anterior yang bukan
merupakan segmen yang sebenarnya, anus terletak pada segmen terakhir
(Kastawi, 2003).
Terdapat 3 tipe organ sensorik pada caing tanah yaitu reseptor epidermal,
reseptor pada rongga mulut (buccal), dan reseptor cahaya. Reseptor epidermal
dan reseptor buccal merupakan organ yang merespon stimulus kimiawi. Reseptor
epidermal terdistribusi pada bagian epidermis, terutama pada sisi lateral dan
pemukaan ventral tubuh. Sedangkan reseptor buccal terletak dirongga mulut,
organ ini berfungsi untuk merespon stimulus kimia yang berasal dari makanan
(Susilowati, 2007).
Cacing tanah menghasilkan cairan mukus yang dihasilkan oleh kelenjar
mucus epidermal. Cairan mucus memiliki banyak fungsi, fungsi yang utama yaitu
untuk menjaga kelembaban tubuh. Pertukaran gas O2 dan CO2 pada cacing tanah
terjadi melalui difusi pada permukaan tubuhnya, kondisi permukaan tubuh yang
lembab membantu cacing tanah untuk lebih mudah mengikat oksigen dari
lingkungan dan berdifusi masuk ke dalam tubuh, sedangkan karbondioksida diikat
untuk dikeluarkan dari tubuh. Selain itu, cairan mucus juga berfungsi untuk
membantu pergerakan cacing tanah. Karena kondisi tanah yang lembab dan licin
menyebabkan cacing tanah lebih mudah untuk bergerak dan mendeteksi keadaan
sekitar, misalnya kondisi pH lingkungan. Cairan mucus pada cacing tanah juga
berfungsi sebagai sarana komunikasi cacing tanah, misalnya digunakan untuk
menunjukkan suatu tempat dan berperan ketika cacing tanah mencari pasangan
untuk melakukan proses reproduksi
(Riyanto, 2005).
Lendir (mucus) ini terus diproduksi untuk melapisi seluruh tubuhnya,
supaya lebih mudah bergerak ditempat-tempat yang kasar, misalnya pada daun-
daun dan ranting-ranting tanaman yang gugur. Lendir dipakai untuk memperlicin
saluran atau lubang didalam tanah, sehingga leluasa bergerak didalam lubang.
Selom adalah rongga yang berisi cairan yang terbentuk di dalam
mesoderm. Selom terbentuk pada fase triploblas tetapi akan hilang setelah
beberapa fase berikutnya. Hilangnya selom berkaitan erat dengan penurunan
besaran badan. Selom hanya terdapat pada fase triploblas binatang, walaupun
kadangkala istilah selom juga digunakan untuk merujuk kepada pembentukan
saluran pencernaan.
Alat komunikasi lain dari cacing tanah adalah cairan selom yang
dihasilkan oleh korpuskula selom. Cairan selom bersifat alkaline, tidak berwarna,
mengandung air, garam, dan beberapa. Diduga cairan selom ini dihasilkan oleh sel
kloragogen yang berfungsi mengekskresikan produk dari cairan selom. Senyawa
kimia ini berfungsi sebagai alat komunikasi dan dapat bertahan aktif pada suatu
tempat dalam waktu yang lama. Selain itu, sifat dari senyawa tersebut sangat
spesifik dan karena setiap cacing memiliki kemoreseptor yang sangat sensitif,
maka senyawa tersebut dapat dideteksi oleh cacing tanah jenis lain dengan mudah.
Seorang cendekiawan terkenal, Charles Darwin, telah menghabiskan
waktunya selama hampir 40 tahun untuk mengamati kehidupan cacing tanah. la
menyebut cacing tanah sebagai mahluk penentu keindahan alam dan pemikat
bumi. Para petani pun telah mengetahui secara turun-temurun, bahwa cacing tanah
dapat meningkatkan kesuburan tanah pertanian
(Pearce, 1989).
BAB III
METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat


Praktikum biologi dasar bab tingkah laku ini dilaksanakan pada hari Kami,
26 oktober 2017, tepatnya pada pukul 14.00 WIB sampai dengan selesai dan
berlokasi di laboratorium biologi dasar gedung basic sains Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu.
3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Adapun beberapa alat yang digunakan selama praktikum biologi dasar
tentang tingkah laku ini, yang berupa: kotak yang berukuran 20x20 cm, gelas
plastik (9 buah), gelas atau cawan petri, kertas karbon, dan pisau.

3.2.2 Sedangkan beberapa bahan yang digunakan dalam praktikum tingkah laku
ini adalah: tanah yang kering, air, tepung sagu. Sedangkan untuk komponen
biotiknya: cacing tanah (Pontoscolex sp.) dan kacang hijau (Vigna radiata).

3.3 Prosedur Kerja


3.3.1 Pengamatan Tingkah Laku Hewan
Disediakan sebuah cawan petri dan selembar kertas karbon dengan bentuk
setengah lingkaran pada masing-masing kelompok, kemudian cawan petri ditutup
sebagian menggunakan kertas karbon sehingga setengah ruang dari cawan petri
menjadi gelap. Setelahnya, cacing (Pontoscolex sp.) dimasukkan ke dalam cawan
petri yang telah dipersiapkan tadi pada bagian yang terkena cahaya, kemudian
diamati pergerakan pada cacing. Setelah cacing sampai pada tempat yang gelap
pada cawan petri tersebut, cacing kemudian diangkat, dan pada cawan petri
ditaburi dengan sagu. Setelahnya akan terlihat jejak pergerakan pada cacing
setelah cawan petri dibalik dan diamati.
3.3.2 Pengamatan Tingkah Laku Tumbuhan
A. Foto Tropisme
Sebelum memulai praktikum, biji kacang hijau (Vigna radiata) direndam
dengan air selama semalaman sebanyak kurang lebih 15 biji. Saat praktikum
sudah berlangsung biji kacang hijau barulah ditanam sebanyak kurang lebih 3 biji
ke dalam tanah yang telah disiapkan pada wadah gelas plastik. Gelas plastik
dimasukkan ke dalam kotak yang telah dilubangi dan dibiarkan selama beberapa
hari dengan waktu pengamatan dihari ke 3,4, dan 5.

B. Geotropisme
Biji kacang hijau (Vigna radiata) direndam selama semalaman, setelahnya
barulah dimasukkan ke dalam tanah yang lembab sebnayak kurang lebih 3 biji.
Pada hari kedua gelas plastik yang berisi tanaman dimiringkan dengan kemiringan
kurang lebih 45 derajad, kemudian diamati pada hari ke 2, 3, dan 4.

C. Hidrotropisme
Gelas plastik diisi dengan tanah basah pada setengah sisinya saja, setengah
sisi yang lainnya diberi tanah yang kering. Biji kacang hijau (Vigna radiata)
ditanam sebanyak 3 biji di permukaan tanah, disimpan dan diamati pada hari ke 2,
3 ,dan 4.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Pengamatan Tingkah Laku Hewan


Dari hasil pengamatan yang di lakukan saat praktikum di dapatkan hasil
seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil pengamatan tingkah laku hewan
No Pengulangan Waktu
1. 1 10 sekon
2. 2 3 sekon
3. 3 3.8 sekon

Pada percobaan pertama Pontoscolex sp. memiliki ukuran yang lebih kecil
sehingga memerlukan waktu yang sedikit lebih lama untuk menghindari
rangsangan cahaya, sedangkan pada pengulangan percobaan ke dua dan tiga objek
memiliki ukuran tubuh yang lebih besar hingga memungkinkan pergerakan yang
lebih cepat.
Gerak yang menyebabkan Pontosclex sp. melakukan perpindahan adalah
gerak reaksi hewan akibat rangsangan, gerak ini disebut sebagai gerak taksis pada
hewan (Tim Praktikum biologi, 2017)
Seperti yang sudah dijelaskan gerak taksis adalah gerakan hewan untuk
menjauhi suatu rangsangan tertentu. Pada Pontoscolex sp. dilakukan gerakan
berpindah dari sisi wadah yang terkena rangsangan cahaya matahari menuju
tempat yang tertutup kertas karbon, hal tersebut disebabkan oleh rentannya kulit
pada Pontoscolex sp. terhadap cahaya matahari yang menyebabkan hewan
tersebut menjauhi tempat yang terkena paparan cahaya matahari secara langsung.
Hal tersebut diawali dengan objek yang akan merasa terganggu terhadap
rangsangan cahaya matahari sehingga terjadilah gerak taksis yang bertujuan untuk
menjauhi rangsangan yang mengganggu. Pada Pontoscolex sp. gerakan akan
diawali dengan berkelilingnya objek menyusuri pinggiran wadah sehingga
ditemukan tempat yang lebih gelap. Hal tersebut berguna sebagai salah satu cara
hewan agar dapat beradaptasi dari lingkungan yang tidak sesuai.
4.2 Hasil Pengamatan Tingkah laku Tumbuhan
Dari hasil pengamatan tingkah laku tumbuhan yang di lakukan saat
praktikum di dapatkan hasil seperti pada Tabel 2.
Tabel 2. Hasil pengamatan tingkah laku Tumbuhan
Waktu
No Gerak Pada Tumbuhan
Hari ke-2 Hari ke-3 Hari ke-4
1. Fototropisme 4 cm 10 cm 16 cm
2. Geotropisme 3 cm 6 cm 13 cm
3. Hidrotropisme 2 cm 5 cm 11 cm

Pada percobaan pertama, gerak tumbuhan fototropisme disebabkan oleh


rangsangan cahaya matahari. Tumbuhan tumbuh pada hari ke dua dan mulai
menunjukkan pergerakan mendekati rangsangan pada hari ke tiga dan empat, hal
tersebut disebabkan oleh kebutuhan tanaman akan cahaya matahari untuk
berfotosistesis sehingga memungkinkan tumbuhan dapat beradaptasi di tempat
yang tidak terjangkau cahaya matahari. Menurut Wirakusuma (2003), gerakan
fototropisme merupakan bagian dari gerakan tropisme dimana tumbuhan bergerak
mengikuti ke arah datangnya ransangan.
Pada percobaan kedua, gerak tumbuhan yang terjadi adalah geotropisme.
Gerak geotropisme merupakan gerakan pada tumbuhan akibat gaya gravitasi
bumi, gerakan tersebut terjadi pada akar-akar tumbuhan. Dapat dilihat pada hari
kedua setelah tumbuhan mulai berkecambah, wadah tumbuhan dimiringkan
dengan kemiringan tertentu. Setelah dilakukan pengujian dan diamati pada hari
ketiga dan empat ditemukan bahwa akar yang semua vertikal terhadap wadah
mulai berganti arah menjadi lurus terhadap gaya gravitasi ke bawah, hal tersebut
membuktikan bahwa tumbuhan memiliki gaya gerak geotrospisme yang
memungkinkan untuk tumbuhan berganti arah menuju dimana gaya gravitasi
berada.
Pada percobaan ketiga dilakukan percobaan gerak hidrotropisme, dimana
gerak hidrotropisme merupakan kemampuan pada tumbuhan untuk bergerak
menuju sumber air. Pada percobaan ini dapat dilihat pada hari kedua, tiga, dan
empat bahwa akar tumbuhan tidak bergerak secara vertikal terhadap wadah
melainkan menuju sisi tanah di samping yang memiliki kandungan air. Hal
tersebut bertujuan supaya tumbuhan mampu beradaptasi di lingkungan yang
memiliki kandungan air yang sedikit.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Dari percobaan praktikum biologi dasar tentang tingkah laku, dapat ditarik
beberapa kesimpulan sebagai berikut:
1. Terdapat 3 macam gerak tumbuhan yang ditandai dengan tumbuhan mendekati
arah datangnya rangsangan, yang berupa: fototropisme, geotropisme, dan
hidrotropisme. Fototropisme adalah gerak tumbuhan ke arah rangsangan
cahaya. Geotropisme adalah gerak tumbuhan ke arah gaya gravitasi bumi.
Hidrotropisme adalah gerak tumbuhan ke arah rangsangan air.
2. Pada hewan ditemukan pula 3 macam gerak terhadap rangsangan, yaitu:
tropisme, taksis, dan kinetis.
3. Pada cacing tanah (Pontoscolex sp.) ditemukan gerak tropisme dimana cacing
berputar arah untuk menjauhi rangsangan cahaya.

5.2 Saran

Pada praktikum biologi dasar bab tingkah laku ini, praktikan seharusnya
selalu melakukan pengamatan selama tujuh hari berturut-turut agar dapat melihat
perkembangan dari tumbuhan tersebut agar praktikan bisa mendapatkan hasil
pengamatan yang maksimal. Selain itu pada percobaan tingkah laku hewan
sebaiknya digunakan lebih dari satu jenis hewan agar dapat diketahui lebih
banyak tingkah laku hewan akibat suatu rangsangan.
DAFTAR PUSTAKA

Dwijosaputro, D. (1983). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia. Jakarta.

Kastawi, Yusuf. 2003. Zoologi Avertebrata. FMIPA UM. Malang.

Pearce, E. (1989). Anatomi Cacing Tanah. Gramedia. Jakarta.

Susilowati, Rahayu Sofia Ery. 2007. Petunjuk Kegiatan Praktikum Tingkah Laku
Hewan. FMIPA UM. Malang.

Tim Pengampu Pratikum Biologi Umum. 2007. "Penuntun Pratikum Biologi


Umum," FMIPA UNIB. Bengkulu.

Wirakusumah, Sambas (2003). Gerak Pada Tumbuhan. UI Press. Jakarta.


LAMPIRAN

1. Gerak Fototropisme

Hari ke-2 Hari ke-3

Hari ke-4

2. Gerak Geotropisme

Hari ke-2 Hari ke-3

Hari ke-4

3. Gerak Hidrotropisme

Hari ke-2 Hari ke-3

Hari ke-4
 COVER OK
 KATA PENGANTAR DAN DAFTAR ISI DAK USAH
 LAMPIRAN DI TAMBAH, MASUKKAN JUGA FOTO KEGIATAN.
 YANG KK KASIH BLOK KUNING ITU BELUM ADA MASUK DI
DAFTAR PUSTAKA, CARI DEDEG, TRUS TAMBAHKAN KE
DAPUS
 LAPORANNYA SECARA UMUM UDAH KK EDIT

Anda mungkin juga menyukai