Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNIK LABORATORIUM
“PENGENCERAN DAN PENGGUNAAN SPEKTROFOTOMETER”

Disusun Oleh :
Nama : Dewinta Putri Purba (F1D017047)
Kelompok : V (Lima)
Dosen Pengampu : Drs. Hery Haryano, S.Si., M.Si.
Hari/Tanggal : Selasa, 10 Maret 2020
Asisten Dosen : 1. Cahya Nurkharimah (F1D016005)
2. Indah Amelia (F1D016032)
3. Made Dewi Sri Wahyuni (F1D016047)
4. Yuniarti Dwi Astuti (F1D016054)

JURUSAN S1 BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS BENGKULU
2020
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang mengandung lebih
dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah yang besar disebut
pelarut atau solvent, sedang komponen yang terdapat dalam jumlah yang kecil
disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi suatu larutan didefinisikan sebagai
jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat
dinyatakan dalam beberapa cara, antara lain molaritas, molalitas normalitas dan
sebagainya (Bororoh, 2004).
Proses pengenceran adalah mencampurkan larutan pekat (konsentrasi
tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume air yang lebih
besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang
sejumlah panas dilepaskan (Brady, 1999).
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada
pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada
panjang gelombang yang spesifik dengan menggunakan monokromator prisma
atau kisi difraksi dan detector vacum phototube atau tabung foton hampa.  Alat
yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu alat yang digunakan untuk
menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif dengan
mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi (Harjadi, 1990).
Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan agar praktikan dapat mengetahui
cara menentukan konsentrasi larutan CoCl2.6H2O dengan menggunakan
spektrofotometer, serta mengetahui cara kerja dari spektrofotometer.
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum mengenai pengenceran dan penggunaan
spektrofotometer ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui metode pengenceran larutan
2. Mengetahui prinsip kerja spektrofotometer
3. Menentukan panjang gelombang maksimum larutan CoCl2.6H2O
menggunakan metode spektrofotometri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengenceran
Proses pengenceran adalah mencampurkan larutan pekat (konsentrasi
tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume air yang lebih
besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang
sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat.
Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat harus
ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air yang ditambahkan ke
dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat
menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik
(Brady,1999).
Pada umumnya zat yang digunakan sabagai larutan adalah air. Selain air,
yang berfungsi sebagai pelarut adalah alkohol amoniak, kloroform, benzene,
minyak, asam asetat, akan tetapi kalau menggunakan air biasanya tidak
disebutkan (Gunawan, 2004).
Larutan pada dasarnya adalah fase yang homogen yang mengandung lebih
dari satu komponen. Komponen yang terdapat dalam jumlah yang besar disebut
pelarut atau solvent, sedang komponen yang terdapat dalam jumlah yang kecil
disebut zat terlarut atau solute. Konsentrasi suatu larutan didefinisikan sebagai
jumlah solute yang ada dalam sejumlah larutan atau pelarut. Konsentrasi dapat
dinyatakan dalam beberapa cara, antara lain molaritas, molalitas normalitas dan
sebagainya (Bororoh, 2004).
2.2 Spektrofotometer
Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur
konsentrasi suatu senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut
mengabsorbsi berkas sinar atau cahaya. Spektrofotometri adalah alat yang terdiri
dari spektrofotometer dan fotometer. Spektrofotometer menghasilkan sinar dari
spektrum dengan panjang gelombang tertentu, sementara fotometer adalah alat
pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Istilah
spektrofotometri berhubungan dengan pengukuran energi radiasi yang diserap
oleh suatu sistem sebagai fungsi panjang gelombang dari radiasi maupun
pengukuran panjang absorpsi terisolasi pada suatu panjang gelombang tertentu
(Underwood, 1988).
            Secara umum spektrofotometri dibedakan menjadi empat macam, yaitu :
a)Spektrofotometer ultraviolet
b) Spektrofotometer sinar tampak
c) Spektrofotometer infra merah
d) Spektrofotometer serapan atom
            Spektrum elektromagnetik terdiri dari urutan gelombang dengan sifat-sifat
yang berbeda. Kawasan gelombang penting di dalam penelitian biokimia adalah
ultra lembayung (UV, 180-350 nm) dan tampak (VIS, 350-800 nm). Cahaya di
dalam kawasan ini mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron
valensi di dalam molekul tersebut (Harjadi, 1990).
            Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional atau
gugus kromofor yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi
rendah. Tiga jenis elektron yang terlibat adalah sigma, phi, dan elektron bebas.
Kromofor-kromofor organik seperto karbonil, alkena, azo, nitrat, dan karboksil
mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang
maksimumnya dapat berubah sesuai dengan pelarut yang digunakan. Auksokrom
adalah gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas nseperti hidroksil,
metoksi, dan amina. Terkaitnya gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran
pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar dan disertai dengan
peningkatan intensitas. Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi
dua kemungkinan. Kemungkinan pertama adalah cahaya ditangkap dan
kemungkinan kedua adalah cahaya discattering. Bila energi dari cahaya (foton)
harus sesuai dengan perbedaan energi dasar dan energi eksitasi dari molekul
tersebut. Proses inilah yang menjadi dasar pengukuran absorbansi dalam
spektrofotometer (sutopo, 2006).
            Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya
monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet
(tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap
oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar
pembaca (Sastrohamidjojo, 1992)
            Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter kuantitas kimia, dapat
dilihat berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang dihasilkan.Akurasi
menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Untuk
menentukan tingkat akurasi perlu diketahui nilai sebenarnya dari parameter yang
diukur dan kemudian dapat diketahui seberapa besar tingkat akurasinya. Presisi
menunjukkan tingkat reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat
dari standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan
memberikan standar deviasi yang kecil dan bias yang rendah. Jika diinginkan
hasil pengukuran yang valid, maka perlu dilakukan pengulangan, misalnya dalam
penentuan nilai konsentrasi suatu zat dalam larutan larutan dilakukan pengulangan
sebanyak n kali. Ilmu yang mempelajari interaksi radiasi dengan materi sedangkan
spektrofotometri adalahpengukuran kuantitatif dari intensitas radiasi
elektromagnetik pada satu atau lebih panjanggelombang dengan suatu transduser
(detektor). Spektrofotometri adalah analisis kuantitatif yang paling sering
digunakan karena mempunyai sensitivitas yang baik yaitu 10-4 sampai 10-6.
Analisis jenis ini juga relatif selektif dan spesifik, ketepatannya cukup tinggi,
relatif sederhana, dan murah ( Mathias, 2005 ).
            Spektofotometri adalah metode dalam kimia analisis yang digunakan
untuk menentukan komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif
yang didasarkan pada interaksi antara materi dengan cahaya. Peralatan yang
digunakan dalam spektrofotometri disebut spektrofotometer. Cahaya yang
dimaksud dapat berupa cahaya visibel, UV dan inframerah, sedangkan materi
dapat berupa atom dan molekul namun yang lebih berperan adalah elektron
valensi ( Sutopo, 2006 ).
Interaksi materi dengan cahaya atau radiasi elektromagnetik, radiasi
elektromagnetik kemungkinanan dihamburkan, diabsorbsi atau dihamburkan
sehingga dikenal adanya spektroskopi hamburan, spektroskopi absorbsi ataupun
spektroskopi emisi. Interaksi antara materi dengan cahaya disini adalah terjadi
penyerapan cahaya, baik cahaya Uv, Vis maupun Ir oleh materi sehingga
spektrofotometri disebut juga sebagai spektroskopi absorbsi ( Eka, 2007 ).
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari Selasa, 03 Maret 2020, pada pukul
14:00 wib-selesai di Basic Science, Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Bengkulu.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan pada praktikum mengenai konsentrasi
dan spektrofotometer yaitu 1) ball pipet, 2) pipet ukur, 3) erlenmeyer, 4)
spektrofotometer 20 D, 5) spektrofotometer genesis, 6) kuvet, 7) botol semprot
aquadest, 8) gelas ukur, 9) pipet tetes, 10) timbangan analitik, 11) kaca arloji,
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan yaitu 1) larutan CoCl2.6H2O, 2) aquadest, 3)
larutan blanko, dan 4) tissu.
3.3 Prosedur Kerja
3.3.1 Pembuatan larutan standar
Dibuat 5 seri larutan 0,1 M CoCl2 dengan 10 ml 6H2O dengan konsentrasi
0, 4, 8, 12, 16 ppm, masing-masing 100 ml dengan mengencerkan larutan induk
CoCl2 100 ppm, kemudian Ditambahkan 10 ml 6H2O 10-3 M, lalu Ditambahkan 10
ml HCl 4 M
3.3.2 Spektrofotometer 20D+
Dinyalakan alat dengan memutar tombol kontrol nol searah jarum jam,
sampai berbunyi "klik", dan didiamkan selama 20 menit. Kemudian, diatur tombol
kontrol nol hingga indikator meter pada posisi O% T. kemudian, diambil 2 tabung
kuvet Spectronic 20, satu tabung kuvet digunakan untuk blanko pelarut, tabung
kedua sebagai tabung cuplikan. Lalu, dibersihkan tabung tersebut dengan kertas
tissue lembut dan dapat menyerap. bagian bawah tabung tidak boleh disentuh
dengan jari, berkas sidik jari akan menyerap dan menyebarkan cahaya. Lalu,
diputar tombol pengatur cahaya (disebelah kanan) searah jarum jam, sejauh
tombol dapat berputar, tetapi tidak boleh dipaksa. Kemudian, dimasukkan tabung
blanko berisi pelarut dan diatur hingga indikator meter pada posisi 0% T
kemudian diatur skala panjang gelombang sesuai dengan yang dikehendaki dan
dipasang penutup tempat tabung lalu diputar tombol pengontrol cahaya searah
jarum jam, sampai indikator meter pada posisi 100% T. Kemudian, diambil dan
dikeluarkan tempat tabung/kuvet beserta kuvet belangko pelarut dan dimasukkan
kuvet cuplikan dan ditutup. Kemudian, dibaca serapan dengan memutar tombol
pengatur panjang gelombang. Pembacaan serapan dilakukan dari panjang
gelombang= 400 nm sd 600 nm. Diulangi setiap tahapan untuk setiap panjang
gelombang dirubah.
3.3.3 Spektrofotometer Genesys
Digunakan stabilizer untuk catu daya listrik. Lalu dihidupkan alat dengan
menekan tombol ON, dibiarkan minimal 15 menit. Kemudian, ditekan tombol
A/T/C untuk memilih Absorbance/Transmitance/ Concentration. Lalu, ditekan
tombol nm▲ atau nm▼ untuk memilih panjang gelombang yang diinginkan.
Lalu, dimasukan kuvet berisi larutan blanko ke dalam KOMPARMENT SAMPEL
(diperhatikan arah kuvet, dipegang kuvet pada sisi buram), dibersihkan sisi bening
dengan kertas tissue, dihindari adanya sidik jari atau noda yang lain pada sisi
jernih. Kemudian, ditekan tombol 0 ABS/100% untuk mengkalibrasi
Transmitance 100% atau Absorbance 0. Lalu, diganti kuvet berisi larutan blanko
dengan kuvet berisi larutan sampel. Pengukuran Absorbance atau Transmitance
akan muncul pada layar LCD. Nilai absorbansi dicatat dari panjang gelombang =
400 nm sd 600 nm.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Adapun hasil yang didapat pada praktikum mengenai pengenceran dan
penggunaan spektrofotometer dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1. Panjang gelombang maksimum larutan CoCl2.6H2O pada
spektrofotometer 20 D dan spektrofotometer genesys
Panjang Absorbansi Absorbansi
Gelombang Spektrofotometer 20D Spektrofotometer genesys
No. (λ) (10 Mm) (70 mM)
1 400 nm 0,03 0,023
2 410 nm 0,05 0,033
3 420 nm 0,06 0,044
4 430 nm 0,08 0,063
5 440 nm 0,16 0,095
6 450 nm 0,21 0,139
7 460 nm 0,28 0,187
8 470 nm 0,31 0,22
9 480 nm 0,35 0,245
10 490 nm 0,41 0,268
11 500 nm 0,42 0,298
12 510 nm 0,44 0,315
13 520 nm 0,42 0,307
14 530 nm 0,36 0,273
15 540 nm 0,34 0,212
16 550 nm 0,22 0,148
17 560 nm 0,15 0,097
18 570 nm 0,14 0,062
19 580 nm 0,09 0,039
20 590 nm 0,08 0,029
21 600 nm 0,07 0,025
rata-rata 10500 4,67 3,122
Berdasarkan data pada tabel 1, maka diperoleh grafik panjang gelombang
maksimum CoCl2.6H2O pada spektrofotometer 20 D dan spektrofotometer
genesys yang ditunjukkan pada gambar 1.
Grafik Absorbansi Larutan CoCl2.6H2O

0.5

0.45

0.4

0.35

0.3
spektrofotometer
0.25 20D (10mM)

0.2 spektrofotometer
genesys (70 mM)
0.15

0.1

0.05

0
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
40 41 4 2 43 4 4 45 4 6 4 7 48 4 9 50 5 1 52 5 3 5 4 55 5 6 57 5 8 59 60

Gambar 1. Grafik hubungan panjang gelombang dengan absorbansi spektrum


CoCl2.6H2O dengan menggunakan spektrofotometer 20 D dan
spektrofotometer genesys
4.2 Pembahasan
Praktikum kali ini membahas tentang pengenceran dan penggunaan
spektrofotometer. Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan  sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator
prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometri dapat
dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih
mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada
berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan
spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda. Bahan yang
digunakan yaitu cobalt klorin. Warna komplementer dari bahan tersebut adalah
merah, dimana panjang gelombangnya 400-600 nm. Bahan yang digunakan pada
kelompok dengan konsentrasinya yaitu 10 Mm dan 70 Mm.
Hasil data kita masukkan dalam persamaan garis lurus yaitu y = mx + c
dan diperoleh hasil absorbansi terbesar pada panjang gelombang 510 sebesar 0,44
dan 0,315. Umumnya, semakin besar konsentrasi maka semakin besar
absorbansinya. Hal ini sesuai dengan (Mentari, 2012) bahwa dalam penentuan
absorbansi larutan jika suatu larutan terlalu pekat, maka akan diperoleh absorbansi
yang sangat tinggi karena ada banyak molekul yang berinteraksi dengam sinar.
Akan tetapi, dalam larutan yang sangat encer, sangat sulit untuk melihat
warnanya. absorbansinya sangat rendah.
Pengenceran merupakan salah satu hal yang sering dilakukan dalam
pengujian sampel menggunakan spektrofotometer. Pengenceran dilakukan agar
bahan atau sampel tidak terlalu pekat sehingga memudahkan dalam pembacaan
pada spektrofotometer. Reagen yang digunakan dalam pengenceran sampel
biasanya aquadest karena mudah untuk didapatkan. Hal ini sesuai dengan Mathias
(2005) yang menyatakan bahwa Aquades atau biasa di sebut air suling merupakan
air hasil penyulingan (diuapkan dan disejukan kembali). Aquadest juga biasa
digunakan dilaboratorium sebagai zat pelarut.
Larutan standar merupakan salah satu bahan yang digunakan saat uji
spektrofotometer. Larutan standar merupakan larutan yang mendapat perlakuan
yang sama dengan larutan yang dianalisis. Hal ini sesuai dengan menurut Brady
(1999) bahwa, Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya
sudah diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga
ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan
baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur
volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer.
Warna yang dimiliki sampel saat uji spektrofotometer akan berkaitan
dengan panjang gelombang cahaya tertentu yang diterima. Salah satu contohnya
adalah sampel tomat rebus yang berwarna kemerahan sehingga saat diuji dengan
spektrofotometer maka diperoleh panjang gelombang sebesar 650 nm. Hal ini
sesuai dengan Eka (2007), bahwa, panjang gelombang sinar tampak untuk warna
warna merah berada dalam kisaran 610-680 nm.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun yang dapat disimpulkan pada praktikum mengenai pengenceran
dan penggunaan spektrofotometer ini yaitu sebagai berikut:
1. Proses pengenceran adalah mencampurkan larutan pekat (konsentrasi tinggi)
dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume air yang lebih
besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-
kadang sejumlah panas dilepaskan.
2. Prinsip kerja alat spektrofotometer yakni berdasarkan absorbsi cahaya oleh
komponen yang akan dianalisa. Sebagian dari cahaya tersebut akan diserap
oleh komponen yang akan dianalisa dan sisanya dipancarkan kembali.
3. Larutan yang digunakan yaitu CoCl2.6H2O dengan panjang gelombang
maksimum terletak pada panjang gelombang 510 dengan absorbansi 0,44
pada spektrofotometer 20D dan absorbansi 0,315 pada spektrofotometer
genesis. Prinsip absorbansi yaitu semakin besar konsentrasi larutan  maka
semakin besar absorbansinya.

5.2 Saran
Sebaiknya pada percobaan penentuan kadar pada suatu senyawa dalam
sampel, tidak hanya terfokus pada satu unsur saja seperti Co, tetapi dapat dicari
konsentrasi atau kadar pada unsur yang lain seperti Mn atau Pb, sehingga hasil
yang didapat beragam dan dapat dibandingkan.

DAFTAR PUSTAKA
Bororoh, A. 2004. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : UI Press
Brady, W. 1999. Kimia Analisa Semi Makro dan Mikro. Jakarta: Erlangga.
Eka, A. 2007. Metode Analisa Kimia-Spektrofotometri. Jakarta: Gramedia.
Gunawan, I. 2004. Buku Teks Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Jakarta:
EGC.
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: Gramedia.
Mathias, Ahmad. 2005. Spektrofotometri. Solo: Exacta.
Mentari, S. 2012. Absorbansi. http://www.scribd.com/doc/95126973/Absorbansi.
Diakses pada tanggal 2 November 2012. Makassar.
Sastrohamidjojo, H. 1992. Spektroskopi Inframerah. Yogyakarta : Liberty
Yogyakarta.
Sutopo. 2006. Kimia Analisa. Exacta: Solo.
Underwood, dkk. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Jakarta : Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai