Tanggal Praktikum
: 1.
Rozan Nugraha
NIM 151424026
2.
Salma Liska
NIM. 151424027
3.
Shabrina Ghasani
NIM. 151424028
: 14 Maret 2016
DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang .2
1.2.
BAB IV PEMBAHASAN
4.1.
4.2.
4.3
BAB V KESIMPULAN
5.1
Simpulan ........................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.18
Lampiran .............................................................................................................19
BAB I
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum
phototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu
alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif
dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang
panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri
perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga
spektrofotometri adsorpsi atomic (Harjadi, 1990).
Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan
spectrometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih
terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada
fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang
benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan
pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapatdiperoleh dengan
bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber
spektrum tampak yang kontiniu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau
blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding (Khopkar, 2002).
Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa dalam larutan
tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa yang ada, konsentrasi dan
tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin
banyak sinar yang diserap (Anonim, 2011).
Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan
2
spectrometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih
terseleksi dan ini ndiperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada
fotometer filter berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan
trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang
gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40
nm. Sedangkan pada spektrofotometer, pnjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapatdiperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer
tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk
larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan
blanko ataupun pembanding. Pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih
sempit karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun
tidak terlihat), sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya maupun medan
magnet termasuk gelombang elektromagnetik ( Eka, 2007 ).
Spektrometri molekular (baik kualitatif dan kuantitatif) bisa dilaksanakan di daerah sinar
tampak, sama halnya seperti di daerah yang sinar ultraviolet dan daerah sinar inframerah.
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang
lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai
panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang
khas untuk komponen yang berbeda ( Mathias, 2005 ).
BABII
3
LANDASAN TEORI
2.1 Dasar Teori
Spektrofotometri UV-VIS adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet(200 350
nm) dan sinar tampak (350 800 nm) oleh suatu senyawa. Prinsip dasar dari suatu
spektrofotometer adalah penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu. Serapan
cahayaUV atau VIS (cahaya tampak) mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektronelektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi
lebih tinggi.Panjang gelombang cahaya UV-VIS bergantung pada mudahnya promosielektron.
Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosielektron, akan menyerap
pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yangmemerlukan energi lebih sedikit akan
menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang.Prinsip dari spektrofotometri UV-VIS
senyawa yang menyerap cahaya dalamdaerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron
yang lebih mudah dipromosikandari pada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang
lebih pendek. Jika radiasielektromagnetik dilewatkan pada suatu media yang homogen, maka
sebagian radiasi ituada yang dipantulkan, diabsorpsi, dan ada yang transmisikan. Radiasi yang
dipantulkandapat diabaikan, sedangkan radiasi yang dilewatkan sebagian diabsorpsi dan
sebagianlagi ditransmisikan. Jenis-jenis spektrofotometer:
- berdasarkan pada daerah spektrum yang akan dieksporasi, terdiri dari :
a) Spektrofotometer sinar tampak (Vis)
b) Spektrofotometer sinar tampak (Vis) dan ultraviolet (UV)
- berdasarkan teknik optika sinar, terdiri dari :
a) Spektrofotometer optika sinar ganda (double beams optic).
b) Spektrofotometer optika sinar tunggal (single beams optic).
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak kontinyu, monokromator,
sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur
perbedaan absorbansi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, S.M,
2002).
4
Absorpsivitas hanya tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul dan panjanggelombang atau
frekuensi radiasi yang digunakan. Spektrum absorpsi (kurva absorpsi)adalah kurva yang
menggambarkan hubungan antara absorban atau transmitan suatularutan terhadap panjang
gelombang atau frekuensi radiasi.Pemilihan panjang gelombang untuk analisis kuantitatif
dilakukan berdasarkan pada spektrum absorpsi yang diperoleh pada percobaan. Pengukuran
absorpsi harusdilakukan pada panjang gelombang absorban maksimum maks karena :
1. Kepekaan
maksimum
dapat
diperoleh
jika
larutan
dengan
konsentrasi
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat Dan Bahan
6
Alat
Bahan
1. Spektofotometri UV-1700 Shimadzu
1. larutan induk 100 ppm
2. Corong gelas
2. HCl 0,1 N
3. Pipet tetes (2 buah)
3. Aquades
4. Pipet ukur 5 ml
5. Pipet ukur 10 ml (2 buah)
6. Labu takar 25 ml (6 buah)
7. Gelas kimia 50 ml (3 buah)
8. Gelas kimia 100 ml
9. Gelas kimia 500 ml
10. Bola hisap (2 buah)
11. Batang pengaduk
12. Botol semprot
Tabel 1. Daftar alat dan bahan yang digunakan
3.2 Metode Kerja
A. Pembuatan Larutan Standar dan Penentuan Panjang Gelombang Maksimum
A. Menyalakan Alat
B.Pengukuran Spektrum
Muncul table:
photometric
D. Pengukuran Quantitative
a) Pembuatan Kurva Kalibrasi
Atur parameter:
-meas, 1 lamda: isikan nilai panjang
gelombang; tekan enter
-method; multi point (3); isi jumlah
larutan standar yang digunakan; orde
1; zero interept NO
-no of meas, 1
-unit ppm
-data print NO
Muncul tampilan NO
Conc ABS
F. Pengukuran Konsentrasi
BAB IV
PEMBAHASAN
unit; 0,295unit;
0,396unit; dan 0,469 . Data absorbansi ini selanjutnya diinterpolarisasikan ke dalam bentuk
kurva dan didapatkan kurva kalibrasi. Untuk mendapatkan kurva kalibrasi dalam
spektrofotometri UV-1700 Shimadzu, dilakukan dengan menekan tombol cal.curve F1
dan akan muncul dengan otomatis. Sedangkan jika menggunakan cara manual data
absorbansi deret larutan standar dimasukkan juga secara manual, baik dalam millimeter
blok maupun dalam Ms. Excel. Jika diamati, antara konsentrasi kafein dalam larutan
standar dengan data absorbansi secara berurutan, diketahui bahwa semakin besar
konsentrasi larutan standar maka semakin besar juga nilai absorbansi larutan tersebut. Hal
ini sesuai dengan hukum Lambert-Beer yang menyatakan bahwa absorbansi berbanding
lurus dengan konsentrasi.
Dan langkah terakhir, yaitu menentukan konsentrasi kafein dalam 5 sampel yang
diuji. Hal ini dilakukan dengan cara mengganti isi kuvet bagian depan dengan larutan
sampel secara bergantian. Alat akan mengukur daya absorbansi dan konsentrasi kafein
larutan sampel tersebut pada panjang gelombang 276,0 nm. Setelah pengukuran, diketahui
bahwa ketiga sampel mengandung absorbannya 0,222. Untuk membandingkan metode
penentuan konsentrasi kafein dalam sampel, praktikan membuat kurva kalibrasi secara
manual dalam millimeter blok, seperti yang tertera pada Lampiran (Kurva ), dan kurva
kalibrasi dalam Ms.Excel (Kurva .). Dalam kurva kalibrasi di millimeter blok diketahui
konsentrasi kafein dalam sampel berurutan, yaitu 12,763 ppm Persamaan linier yang
didapat, yaitu y = 0.047x + 0.091.
4.2 Pembahasan Menurut Salma Liska (151424027)
Pada praktikum ini digunakan spektrofotometri UV untuk mengukur panjang gelombang
maksimum dan nilai absorban. Pengukuran panjang gelombang maksimum dilakukan dengan
menggunakan enam larutan standar kafein dengan konsentrasi 0 ppm, 2 ppm, 4 ppm , 6 ppm, 8
ppm dan 10 ppm. Pada percobaan ini dibuat larutan standar berdasarkan pengenceran dari larutan
baku standar 100 ppm. Dalam percobaan ini harus sangat teliti karena nilai absorbansi yang
didapatkan dari hasil pengamatan akan dijadikan kurva kalibrasi. Larutan kafein yang diambil
dari larutan baku 100 ppm dilarutkan pada HCl 0,1 N untuk pembuatan larutan deret standar,
digunakan larutan HCL karena HCL dapat lebih melarutkankan kafein dibandingkan dengan
aquades. Sebelum memasukan larutan standar yang telah dibuat tadi, pertama masukan terlebih
13
dahulu larutan blanko (larutan HCL 0,1 N dan tidak mengandung kafein) ke dalam kuvet
kemudian masukan ke dalam spektrofotometri. Hal ini bertujuan untuk mengatur nilai absorbansi
larutan yang tidak mengandung kafein menjadi 0. Dan berhatihatilah saat memegang kuvet,
karena yang boleh dipegang oleh tangan hanya kuvet bagian buramnya dan kuvet tidak boleh
digosok dengan menggunakan tisu tetapi harus menggunakan kertas gosok khusus.
Setelah larutan blanko selesai diuji, selanjutnya digunakan larutan kafein yang
konsentrasinya 6 ppm untuk menentukan panjang gelombang maksimum, karena konsentrasi 6
ppm terletak pada bagian tengah yang mewakili deret larutan kafein sehingga digunakanlah
larutan kafein dengan konsentrasi 6 ppm dan dari larutan dengan konsentrasi 6ppm ini
didapatkan nilai panjang gelombang maksimum sebesar 276nm, selanjutnya nilai panjang
gelombang maksimum tersebut digunakan untuk pengukuran absorbansi deret larutan standar
dan sampel(campuran 5 larutan standar). Setelah melakukan percobaan pengukuran nilai
absorbansi terhadap larutan deret standar yang konsentrasinya 2ppm, 4ppm, 6ppm, 8ppm, dan
10ppm didapatkan nilai absorban 0,098; 0,218; 0,295; 0,396; 0,496 dan pada larutan
sampel(campuran dari ke 5 larutan standar) dengan konsentrasi 2,763713(yang dihitung
menggunakan persamaan garis dari kurva) diperoleh nilai absorban 0,222. Pada panjang
gelombang maksimum, kepekaan maksimum dapat diperoleh jika larutan dengan konsentrasi
tertentu memberikan signal yang kuat pada panjang gelombang tersebut dan perbedaan absorban
sangat minimal dengan berubahnya panjang gelombang disekitar panjang gelombang absorban
maksimum sehingga kesalahan pengukuran sangat kecil.
Dari hasil pengamatan, semakin tinggi nilai konsentrasi larutannya maka semakin tinggi
pula nilai absorbannya, begitupun sebaliknya semakin rendah nilai konsentrasi larutannya maka
nilai absorbannya pun semakin rendah, hal ini sesuai dengan hukum Lambert-Beer yang
menyatakan bahwa absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi. Setelah nilai absorban
diperoleh, barulah kita bisa membuat kurva kalibrasi dengan menggunakan microsoft excel dari
data yang telah didapatkan dari hasil pengamatan tadi. Persamaan linier yang didapatkan dari
kurva(teletak pada lampiran) adalah y = 0,0474x + 0,0091.
4.3 Pembahasan Menurut Shabrina Ghassani (151424028)
14
Praktikum kali ini digunakan alat spektrofotometri UV, bertujuan untuk menentukan
panjang gelombang serta absorban dari larutan induk kafein yang memiliki 5 konsentrasi
berbeda, yaitu dengan konsentrasi 0 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm dengan cara
dilakukan pengenceran dari larutan baku induk standar kafein kengan konsentrasi 100 ppm yang
dilarutkan dengan pelarut HCl 0,1N dalam volume 100 ml. larutan HCl digunakan sebagai
pelarut karena HCL dapat lebih melarutkankan kafein dibandingkan dengan aquades, HCl juga
bersifat asam sehingga dapat membuat suasana kafein menjadi asam, kafein dibuat pada suasana
asam karena pada suasana asam panjang gelombang yang dihasilkan kafein maksimum.
Pengukuran panjang gelombang maksimum dan absorban dlakukan dengan alat spektrofotometer
sinidzhu. Sebelum proses pengukuran dilakukan kuvet yang digunakan sebagai tempat sampel
dibilas terlebih dahulu menggunakan sampel yang akan diukur, hal ini bertujuan agar tidak ada
pengotor yang menempel pada dinding kuvet. Kemudian kedua kuvet diisi pertama kali dengan
larutan blanko (tidak mengandung analit). Hal ini bertujuan untuk mengatur nilai absorban
larutan yang tidak mengandung kafein menjadi 0. Berhati-hatilah saat memegang kuvet karena
kuvet tidak boleh dipegang pada bagian yang bening supaya tidak ada pengotor dari tangan
seperti minyak, lemak yang dapat mempengaruhi absorpsi sampel, kemudian bagian kuvet yang
basah di gosok dengan tisu, tetapi bagian yang bening di gosok dengan tisu khusus. Lalu
dimasukan kedua kuvet ang berisi blanko kedalam spektrofotometer.
Setelah larutan blanko selesai diukur, sampel berikutnya yang diukur adalah larutan
dengan konsentrasi 6 ppm, kuvet yang diganti hanya salah satunya, sedangkan sampel blanko
digunakan sebagai pembanding, larutan dengan konsentrasi 6 ppm dipilih untuk menentukan
panjang gelombang, maksimum karena konsentrasi 6 ppm terletak pada bagan tengan yang
mewakili konsentrasi larutan yang lain, panjang gelombang maksimum yang didapat dari
pengukuran adalah 276 nm, selanjutnya panjang gelombang tersebut digunakan untuk mengukur
absorban dari 5 sampel larutan standar. Setelah seluruh sampel larutan standar diukur didapat
niai absorban dari larutan standar dengan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm 10 ppm,
secara berurutan adalah 0,098; 0,218; 0,295; 0,396; 0,496 kemudian dilakukan pengukuran
dengan campuran dari kelima sampel larutan standar dan diperoleh konsentrasi 2,763713 (yang
dihitung menggunakan persamaan garis dari kurva) diperoleh nilai absorban 0,222.
15
Pengukuran kurva larutan deret standar yang digunakan pada panjang gelombang 276 nm
menghasilkan kurva yang memiliki persmaan y = 0.0474x + 0.0091 dan regresi sebesar 0.9952
(didapat dari persamaan kurva kalibrasi pada lampiran) yang artinya kurva standar ini layak
sebagai kurva standar untuk penentuan konsentrasi/kadar sampel karena kurva yang linear.
Kurva yang terbentuk adalah linear sehingga absorbansi memiliki korelasi dengan konsentrasi
dan merupakan suatu fungsi.
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Simpulan
1.
Spektofotometri adalah metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan
komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi
2.
3.
4.
5.
6.
16
DAFTAR PUSTAKA
Ernawaty, Evi.. 2011. Spektofotometri UV-Vis
. http://catatan kimia.com/catatan/ spektofotometri-uv-vis.html [diakses tanggal Maret 2016]
http://www.academia.edu/9970694/Makalah_Ultra_Violet_-_Visible_Spektrofotometer
http:www.scribd.com/analisa_kafein_ metoda_spektrofotometri [diunduh tanggal 13 Otkober
2013].
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Yunia%20Sumartini%20(050452)/derajat
%20keasaman.html
17
POLBAN.
T.t..
Laporan
Kadar
Kafein
Spektofotometer
Shimadzu
Emel.
2011.
Pengertian
Dasar
Spektofotometer
Vis,
UV,
UV-Vis
LAMPIRAN
Perhitungan :
a. Perhitungan pembuatan larutan HCL 0,1 N 1000ml dari larutan HCL 1 N :
N1 . V 1 = N2. V 2
0,1 N . 1000 ml=1. V 2
V 2=100 ml
b. Perhitungan pembuatan larutan kafein 1000ppm pada HCL 0,1 N sebanyak 50 ml :
1000
ppm=
massa mg
=
volume l
Massa induk kafein = 50 mg
18
c. Perhitungan pembuatan larutan kafein 100ppm 100ml dari larutan kafein 1000ppm :
N1 . V 1 = N2. V 2
100 ppm .100 ml=1000 ppm .V 2
V 2=10 ml
d. Perhitungan untuk larutan standar dan penentuan panjang gelombang maksimum, dengan
mengencerkan larutan dengan konsentrasi 100 ppm menjadi :
1. Konsentrasi 0 ppm
N1 . V 1 = N2. V 2
0 ppm .25 ml=100 ppm. V 2
V 2=0 ml
2. Konsentrasi 2 ppm
N1 . V 1 =
N2. V 2
N2. V 2
N2. V 2
N2. V 2
N2. V 2
19
V 2=10 ml
Data Pengamatan
Nilai lamda maksimum = 276 nm
No
Konsentrasi (ppm)
Absorban
1.
2.
0,098
3.
0,218
4.
0,295
5.
0,396
6.
10
0,496
7.
0,222
2,763713
20
absorban
Linear (absorban)
Linear (absorban)
Linear (absorban)
Kurva kalibrasi
21
22
Pada 0 ppm
Pada 2 ppm
23
Pada 4 ppm
Pada 8 ppm
24
Pada 10 ppm
Sample campuran
25
26