Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMEN ANALITIK

PENGGUNAAN SPEKTOFOTOMETRI SINAR UV


Dosen Pembimbing: Budi Santoso , Drs .,Apt ., M.T.

Kelompok / Kelas : VII / 1A- TKPB


Nama

Tanggal Praktikum

: 1.

Rozan Nugraha

NIM 151424026

2.

Salma Liska

NIM. 151424027

3.

Shabrina Ghasani

NIM. 151424028

: 14 Maret 2016

Tanggal Pengumpulan Laporan : 21 Maret 2016

PROGRAM STUDI DIPLOMA III TEKNIK KIMIA


JURUSAN TEKNIK KIMIA
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG
TAHUN 2016
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI 1
BAB I PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang .2

1.2.

Tujuan Percobaan ....3

BAB II LANDASAN TEORI


2.1.

Dasar Teori ......4

BAB III METODOLOGI PERCOBAAN


3.1 Alat Dan Bahan ..........................................7
3.2

Metode Kerja.... .............................7

BAB IV PEMBAHASAN
4.1.

Pembahasan Oleh Rozan Nugraha....12

4.2.

Pembahasan Oleh Salma Liska ........14

4.3

Pembahasan Oleh Shabrina Ghasani .........................................................15

BAB V KESIMPULAN
5.1

Simpulan ........................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA.18

Lampiran .............................................................................................................19

BAB I
1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Spektrofotometri adalah suatu metode analisis yang berdasarkan pada pengukuran
serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombang yang
spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dan detector vacuum
phototube atau tabung foton hampa. Alat yang digunakan adalah spektrofotometer, yaitu sutu
alat yang digunakan untuk menentukan suatu senyawa baik secara kuantitatif maupun kualitatif
dengan mengukur transmitan ataupun absorban dari suatu cuplikan sebagai fungsi dari
konsentrasi. Pada titrasi spektrofotometri, sinar yang digunakan merupakan satu berkas yang
panjangnya tidak berbeda banyak antara satu dengan yang lainnya, sedangkan dalam kalorimetri
perbedaan panjang gelombang dapat lebih besar. Dalam hubungan ini dapat disebut juga
spektrofotometri adsorpsi atomic (Harjadi, 1990).
Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan
spectrometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih
terseleksi dan ini diperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada
fotometer filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang
benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm. Sedangkan
pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar terseleksi dapatdiperoleh dengan
bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber
spektrum tampak yang kontiniu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau
blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding (Khopkar, 2002).
Sinar yang melewati suatu larutan akan terserap oleh senyawa-senyawa dalam larutan
tersebut. Intensitas sinar yang diserap tergantung pada jenis senyawa yang ada, konsentrasi dan
tebal atau panjang larutan tersebut. Makin tinggi konsentrasi suatu senyawa dalam larutan, makin
banyak sinar yang diserap (Anonim, 2011).
Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang tertentu dan
fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau diabsorbsi. Kelebihan
2

spectrometer dibandingkan fotometer adalah panjang gelombang dari sinar putih dapat lebih
terseleksi dan ini ndiperoleh dengan alat pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada
fotometer filter berbagai filter dari berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan
trayek panjang gelombang tertentu. Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang
gelombang yang benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40
nm. Sedangkan pada spektrofotometer, pnjang gelombang yang benar-benar terseleksi
dapatdiperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma. Suatu spektrofotometer
tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontinyu, monokromator, sel pengabsorbsi untuk
larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan
blanko ataupun pembanding. Pengertian spektrofotometri lebih spesifik atau pengertiannya lebih
sempit karena ditunjukan pada interaksi antara materi dengan cahaya (baik yang dilihat maupun
tidak terlihat), sedangkan pengertian spektroskopi lebih luas misalnya cahaya maupun medan
magnet termasuk gelombang elektromagnetik ( Eka, 2007 ).
Spektrometri molekular (baik kualitatif dan kuantitatif) bisa dilaksanakan di daerah sinar
tampak, sama halnya seperti di daerah yang sinar ultraviolet dan daerah sinar inframerah.
Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang
lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai
panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang
khas untuk komponen yang berbeda ( Mathias, 2005 ).

1.2 Tujuan Percobaan :


1. Untuk menentukan kadar kafein dalam sampel
2. Dapat menggunakan spektrofotometer UV 1700 dengan benar
3. Membuat kurva kalibrasi

BABII
3

LANDASAN TEORI
2.1 Dasar Teori
Spektrofotometri UV-VIS adalah pengukuran serapan cahaya di daerah ultraviolet(200 350
nm) dan sinar tampak (350 800 nm) oleh suatu senyawa. Prinsip dasar dari suatu
spektrofotometer adalah penyerapan cahaya pada panjang gelombang tertentu. Serapan
cahayaUV atau VIS (cahaya tampak) mengakibatkan transisi elektronik, yaitu promosi elektronelektron dari orbital keadaan dasar yang berenergi rendah ke orbital keadaan tereksitasi berenergi
lebih tinggi.Panjang gelombang cahaya UV-VIS bergantung pada mudahnya promosielektron.
Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosielektron, akan menyerap
pada panjang gelombang yang lebih pendek. Molekul yangmemerlukan energi lebih sedikit akan
menyerap pada panjang gelombang yang lebih panjang.Prinsip dari spektrofotometri UV-VIS
senyawa yang menyerap cahaya dalamdaerah tampak (senyawa berwarna) mempunyai elektron
yang lebih mudah dipromosikandari pada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang
lebih pendek. Jika radiasielektromagnetik dilewatkan pada suatu media yang homogen, maka
sebagian radiasi ituada yang dipantulkan, diabsorpsi, dan ada yang transmisikan. Radiasi yang
dipantulkandapat diabaikan, sedangkan radiasi yang dilewatkan sebagian diabsorpsi dan
sebagianlagi ditransmisikan. Jenis-jenis spektrofotometer:
- berdasarkan pada daerah spektrum yang akan dieksporasi, terdiri dari :
a) Spektrofotometer sinar tampak (Vis)
b) Spektrofotometer sinar tampak (Vis) dan ultraviolet (UV)
- berdasarkan teknik optika sinar, terdiri dari :
a) Spektrofotometer optika sinar ganda (double beams optic).
b) Spektrofotometer optika sinar tunggal (single beams optic).
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spectrum tampak kontinyu, monokromator,
sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat untuk mengukur
perbedaan absorbansi antara sampel dan blanko ataupun pembanding (Khopkar, S.M,
2002).
4

Absorpsivitas hanya tergantung pada suhu, pelarut, struktur molekul dan panjanggelombang atau
frekuensi radiasi yang digunakan. Spektrum absorpsi (kurva absorpsi)adalah kurva yang
menggambarkan hubungan antara absorban atau transmitan suatularutan terhadap panjang
gelombang atau frekuensi radiasi.Pemilihan panjang gelombang untuk analisis kuantitatif
dilakukan berdasarkan pada spektrum absorpsi yang diperoleh pada percobaan. Pengukuran
absorpsi harusdilakukan pada panjang gelombang absorban maksimum maks karena :
1. Kepekaan

maksimum

dapat

diperoleh

jika

larutan

dengan

konsentrasi

tertentumemberikan signal yang kuat pada panjang gelombang tersebut.


2. Perbedaan absorban sangat minimal dengan berubahnya panjang gelombangdisekitar
panjang gelombang absorban maksimum sehinggakesalahan pengukuran sangat kecil.
Pelarut yang digunakan untuk spektrofotometri harus memenuhi persyaratantertentu agar
diperoleh hasil pengukuran yang tepat. Pertama-tama, pelarut harus dipilihyang
melarutkan komponen analat, tetapi sesuai dengan bahan kuvet.
Kafein adalah suatu senyawa organik yang mempunyai nama lain yaitu kafein, tein, atau 1,3,7trimetilxantin. Kristal kafein dalam air berupa jarum-jarum bercahaya. Bila tidak mengandung
air, kafein meleleh pada suhu 2340C 2390C dan menyublim pada suhu yang lebih rendah.
Kafein mudah larut dalam air panas dan kloroform, tetapi sedikit larut dalam air dingin dan
alkohol (Abraham, 2010).
Kafein merupakan jenis alkaloid yang secara alamiah terdapat dalam biji kopi, daun teh, daun
mete, biji kola, biji coklat dan beberapa minuman penyegar. Kafein memiliki berat molekul
194,19 gram/mol. Dengan rumus kimia C8H10N8O2 dan pH 6,9 (larutan kafein 1 % dalam air ).
Secara ilmiah, efek kafein terhadap kesehatan sebetulnya tidak ada, tetapi yang ada adalah efek
tak langsungnya seperti menstimulasi pernafasan dan jantung, serta memberikan efek samping
berupa rasa gelisah (neuroses), tidak dapat tidur (insomnia) dan denyut jantung tak beraturan
(tachycardia). Kopi dan teh banyak mengandung kafein dibandingkan jenis tanaman lain, karena
tanaman kopi dan teh menghasilkan biji kopi dan daun teh yang sangat cepat, sementara
penghancurannya sangat lambat (Hermanto, 2007:1)

BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Alat Dan Bahan
6

Alat
Bahan
1. Spektofotometri UV-1700 Shimadzu
1. larutan induk 100 ppm
2. Corong gelas
2. HCl 0,1 N
3. Pipet tetes (2 buah)
3. Aquades
4. Pipet ukur 5 ml
5. Pipet ukur 10 ml (2 buah)
6. Labu takar 25 ml (6 buah)
7. Gelas kimia 50 ml (3 buah)
8. Gelas kimia 100 ml
9. Gelas kimia 500 ml
10. Bola hisap (2 buah)
11. Batang pengaduk
12. Botol semprot
Tabel 1. Daftar alat dan bahan yang digunakan
3.2 Metode Kerja
A. Pembuatan Larutan Standar dan Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Buat sederetan larutan standar


kafein dengan konsentrasi 0, 2, 4,
8, 10 ppm dalam HCL 0,1 N dari
larutan induk, masing-masing
dalam labu takar 25 ml

Buat 100 ml larutan induk


kafein (100 pppm)dalam
larutan HCL 0,1 N

Ukur serapan berbagai


konsentrasi larutan standar
pada panjang gelombang yang
SPEKTROFOTOMRTER
UV-1700 SHIMADZU
sudah ditentukan pada langkah
sebelumnya

A. Menyalakan Alat

Nyalakan alat UV-1700


(tombolberada disamping
kanan)

Keluarkan silica gel dari


sample compartement

Tunggu sampai proses


inisialisasi selesai dan
akan keluar tampilan
mode menu

Tentukan panjang gelombang


maksimum, dengan cara: ukur
serapannya (ambil larutan standar
8 ppm) dari berbagai panjang
gelombang

Buka monitor perlahan-lahan.


Bila layer tampak biru putar
tombol sebelah kanan hingga
pada layer monitor tampak
initialization

B.Pengukuran Spektrum

Pilih menu spectrum (jika dari menu


photometric, tekan tombol return
terlebih dahulu)

Tekan angka 2, atur parameter, setting


meas mode; scanning range; rec.
range; speed; no. of. Scan; display
mode

Masukan kurvet yang berisi larutan


blanko pada reference sample pada
sample compartement (keduanya
larutan blanko)

Tekan tombol data procc F2; Peak


(3) untuk mengetahui panjang
gelombang maksimum dan
absorbansi
Muncul wavelength and
absorbance, tampilan kurva A vs
lambda

Tekan tombol start, maa aan muncul


spectrum antara Abs dengan
wavelength

Ganti kuvet blanko pada posisi


sample dengan kuvet isi larutan
standar yg diinginkan

Tekan tombol Base corr F1, tunggu


C. Pengukuran
Photometric
sampai dengan
0,000A (alat akan
berbunyi bip-bip)

Pilih menu Photometric, yaituMasukkan


tekan
kuvet yang berisi larutan
1, Go To WI, isikan nilai panjang
blanko (kedua-duanya) pada sample
gelombang
compartement

Ganti kuvet isi blanko denganTekan


kuvettombol auto zero. Tungggu
sampai dengan A: 0,000A (alat
yg berisi larutan sampel yang akan
berbunyi bip-bip)
dianalisis
Tekan tombol
start

Ganti kuvet sampel dengan larutan


sampel yang lain dan tekan start
8

Muncul table:
photometric

D. Pengukuran Quantitative
a) Pembuatan Kurva Kalibrasi
Atur parameter:
-meas, 1 lamda: isikan nilai panjang
gelombang; tekan enter
-method; multi point (3); isi jumlah
larutan standar yang digunakan; orde
1; zero interept NO
-no of meas, 1
-unit ppm
-data print NO

Pilih menu Quantitative dengan cara


tekan (3) (jika dari menu spectrum,
tekan tombol return terlebih dahulu)

Masukkan kuvet isi larutan blanko


pada kedua sisi reference sample

Tekan tombol Auto


zero, tungggu sampai
dengan 0,000A

Tekan start, masukan nilai


konsentrasi lautan standar,
tekan enter (ulangi sampai
pekerjaan selesai)

Muncul tampilan NO
Conc ABS

Tekan start maka akan


keluar nilai ABS

Ganti kuvet (bagian depan)


dengan larutan standar yang
pertama

Tekan meas (2)

Ganti kuvet dengan larutan standar


yang berikutna tekan start demikian
seterusnya sampai pengukuran
selesai

Tekan cal. Curve F1


untuk melihat tampilan
kurva kalibrasi

E. Pengukuran Konsentrasi Sampel

Tekan return sampai kembali ke


menu utama Quantitative

Ulangi pekerjaan tersebut


jika larutan
Tekan
start sampel
lebih dari satu, maka akan muncul tmpilan
konsentrasi sampel pada sampel table

F. Pengukuran Konsentrasi

Kosongkan Putar tombol Masukan


sebelah kembali
silica
10
compartement cellkanan hingga layar gel
monitor tampak biru

Ganti kuvet isi larutan standar


(bagian depan) dengan lautan
sampel yang akan dianalisis

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Pembahasan Menurut Rozan Nugraha (151424026)


Pada praktikum ini, dilakukan penentuan konsentrasi kafein dalam suatu sampel
menggunakan spektrofotometri UV-1700 Shimadzu.
Langkah pertama yang dilakukan adalah membuat larutan induk kafein 100 ppm
dari larutan kafein 1000 ppm dengan cara pengenceran, dimana HCl sebagai pelarutnya.
HCl digunakan karena kafein cenderung mudah larut dalam HCl dibandingkan dengan
aquades (air dingin). Kemudian dibuat larutan standar dengan 6 variasi konsentrasi, yaitu 0
ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, dan 10 ppm. Dalam pembuatan larutan standar ini
haruslah tepat dan teliti karena data absorbansi deret larutan standar ini akan
diinterpolarisasikan menjadi kurva kalibrasi, untuk penentuan konsentrasi kafein dalam
11

sampel (meskipun tidak menggunakan cara manual, menggunakan alat spektofotometer


UV-1700 Shimadzu, kurva kalibrasi ini juga masih dibutuhkan). Jika pada pembuatan
larutan standar terdapat kesalahan maka pada penentuan konsentrasi kafein dalam sampel
pun akan terjadi kesalahan (HIMKA POLBAN, t.t.).
Kemudian, larutan blanko (berupa HCl 0,1 N dan tidak mengandung kafein)
dimasukkan kedalam kedua kuvet dan dimasukkan ke dalam alat. Hal ini bertujuan untuk
mengatur absorbansi larutan yang tidak mengandung kafein menjadi 0 atau semua sinar
diteruskan menuju detektor sehingga % Transmitansi nya menjadi 100%. Sehingga pada
saat pengukuran, alat akan membandingkan absorbansi, baik deret larutan standar maupun
sampel, dengan larutan blanko yang memiliki absorbansi 0.
Selanjutnya, menentukan panjang gelombang maksimum atau daya serap paling
tinggi dari suatu senyawa (dalam hal ini kafein). Kegunaan mengetahui panjang gelombang
maksimum suatu senyawa adalah untuk mempermudah mengatur range panjang
gelombang yang akan digunakan. Selain itu, penentuan panjang gelombang maksimum
dilakukan untuk membuat absorpsi larutan terhadap sinar menjadi maksimal (Rohman
dalam Febrianto, 2013). Penentuan panjang gelombang maksimum dilakukan dengan
menggunakan larutan standar dengan konsentrasi kafein 6 ppm. Kuvet pada bagian depan
yang berisi blanko, isinya diganti dengan larutan dengan konsentrasi kafein 6 ppm.
Konsentrasi kafein 6 ppm digunakan untuk mencari panjang gelombang maksimum karena
konsentrasi ini berada pada bagian tengah-tengah deret larutan standar, sehingga dianggap
mewakili deret larutan standar. Setelah dilakukan pengukuran, panjang gelombang
maksimum dapat diketahui dan langsung tertera pada alat. Pada alat penentuan panjang
gelombang maksimum digambarkan pada sebuah kurva. Pada Kurva . dapat diamati bahwa
terdapat puncak. Puncak ini menunjukkan absorbansi tertinggi dari larutan standar 6 ppm.
Panjang gelombang 276,0 nm (dengan absorbansi 0,295) dipilih karena absorbansi nya
paling tinggi, . Panjang gelombang 276,0 nm ini selanjutnya digunakan sebagai panjang
gelombang untuk pengukuran absorbansi deret larutan standar dan sampel.
Langkah selanjutnya adalah mengukur absorbansi larutan standar, 2 ppm, 4 ppm, 6
ppm, 8 ppm, dan 10 ppm, dengan cara mengganti isi kuvet pada bagian depan dengan
setiap larutan standar secara bergantian. Setelah dilakukan pengukuran, didapatkan
absorbansi larutan standar secara berurutan, yaitu 0,098 unit; 0,218
12

unit; 0,295unit;

0,396unit; dan 0,469 . Data absorbansi ini selanjutnya diinterpolarisasikan ke dalam bentuk
kurva dan didapatkan kurva kalibrasi. Untuk mendapatkan kurva kalibrasi dalam
spektrofotometri UV-1700 Shimadzu, dilakukan dengan menekan tombol cal.curve F1
dan akan muncul dengan otomatis. Sedangkan jika menggunakan cara manual data
absorbansi deret larutan standar dimasukkan juga secara manual, baik dalam millimeter
blok maupun dalam Ms. Excel. Jika diamati, antara konsentrasi kafein dalam larutan
standar dengan data absorbansi secara berurutan, diketahui bahwa semakin besar
konsentrasi larutan standar maka semakin besar juga nilai absorbansi larutan tersebut. Hal
ini sesuai dengan hukum Lambert-Beer yang menyatakan bahwa absorbansi berbanding
lurus dengan konsentrasi.
Dan langkah terakhir, yaitu menentukan konsentrasi kafein dalam 5 sampel yang
diuji. Hal ini dilakukan dengan cara mengganti isi kuvet bagian depan dengan larutan
sampel secara bergantian. Alat akan mengukur daya absorbansi dan konsentrasi kafein
larutan sampel tersebut pada panjang gelombang 276,0 nm. Setelah pengukuran, diketahui
bahwa ketiga sampel mengandung absorbannya 0,222. Untuk membandingkan metode
penentuan konsentrasi kafein dalam sampel, praktikan membuat kurva kalibrasi secara
manual dalam millimeter blok, seperti yang tertera pada Lampiran (Kurva ), dan kurva
kalibrasi dalam Ms.Excel (Kurva .). Dalam kurva kalibrasi di millimeter blok diketahui
konsentrasi kafein dalam sampel berurutan, yaitu 12,763 ppm Persamaan linier yang
didapat, yaitu y = 0.047x + 0.091.
4.2 Pembahasan Menurut Salma Liska (151424027)
Pada praktikum ini digunakan spektrofotometri UV untuk mengukur panjang gelombang
maksimum dan nilai absorban. Pengukuran panjang gelombang maksimum dilakukan dengan
menggunakan enam larutan standar kafein dengan konsentrasi 0 ppm, 2 ppm, 4 ppm , 6 ppm, 8
ppm dan 10 ppm. Pada percobaan ini dibuat larutan standar berdasarkan pengenceran dari larutan
baku standar 100 ppm. Dalam percobaan ini harus sangat teliti karena nilai absorbansi yang
didapatkan dari hasil pengamatan akan dijadikan kurva kalibrasi. Larutan kafein yang diambil
dari larutan baku 100 ppm dilarutkan pada HCl 0,1 N untuk pembuatan larutan deret standar,
digunakan larutan HCL karena HCL dapat lebih melarutkankan kafein dibandingkan dengan
aquades. Sebelum memasukan larutan standar yang telah dibuat tadi, pertama masukan terlebih
13

dahulu larutan blanko (larutan HCL 0,1 N dan tidak mengandung kafein) ke dalam kuvet
kemudian masukan ke dalam spektrofotometri. Hal ini bertujuan untuk mengatur nilai absorbansi
larutan yang tidak mengandung kafein menjadi 0. Dan berhatihatilah saat memegang kuvet,
karena yang boleh dipegang oleh tangan hanya kuvet bagian buramnya dan kuvet tidak boleh
digosok dengan menggunakan tisu tetapi harus menggunakan kertas gosok khusus.
Setelah larutan blanko selesai diuji, selanjutnya digunakan larutan kafein yang
konsentrasinya 6 ppm untuk menentukan panjang gelombang maksimum, karena konsentrasi 6
ppm terletak pada bagian tengah yang mewakili deret larutan kafein sehingga digunakanlah
larutan kafein dengan konsentrasi 6 ppm dan dari larutan dengan konsentrasi 6ppm ini
didapatkan nilai panjang gelombang maksimum sebesar 276nm, selanjutnya nilai panjang
gelombang maksimum tersebut digunakan untuk pengukuran absorbansi deret larutan standar
dan sampel(campuran 5 larutan standar). Setelah melakukan percobaan pengukuran nilai
absorbansi terhadap larutan deret standar yang konsentrasinya 2ppm, 4ppm, 6ppm, 8ppm, dan
10ppm didapatkan nilai absorban 0,098; 0,218; 0,295; 0,396; 0,496 dan pada larutan
sampel(campuran dari ke 5 larutan standar) dengan konsentrasi 2,763713(yang dihitung
menggunakan persamaan garis dari kurva) diperoleh nilai absorban 0,222. Pada panjang
gelombang maksimum, kepekaan maksimum dapat diperoleh jika larutan dengan konsentrasi
tertentu memberikan signal yang kuat pada panjang gelombang tersebut dan perbedaan absorban
sangat minimal dengan berubahnya panjang gelombang disekitar panjang gelombang absorban
maksimum sehingga kesalahan pengukuran sangat kecil.
Dari hasil pengamatan, semakin tinggi nilai konsentrasi larutannya maka semakin tinggi
pula nilai absorbannya, begitupun sebaliknya semakin rendah nilai konsentrasi larutannya maka
nilai absorbannya pun semakin rendah, hal ini sesuai dengan hukum Lambert-Beer yang
menyatakan bahwa absorbansi berbanding lurus dengan konsentrasi. Setelah nilai absorban
diperoleh, barulah kita bisa membuat kurva kalibrasi dengan menggunakan microsoft excel dari
data yang telah didapatkan dari hasil pengamatan tadi. Persamaan linier yang didapatkan dari
kurva(teletak pada lampiran) adalah y = 0,0474x + 0,0091.
4.3 Pembahasan Menurut Shabrina Ghassani (151424028)

14

Praktikum kali ini digunakan alat spektrofotometri UV, bertujuan untuk menentukan
panjang gelombang serta absorban dari larutan induk kafein yang memiliki 5 konsentrasi
berbeda, yaitu dengan konsentrasi 0 ppm, 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm, 10 ppm dengan cara
dilakukan pengenceran dari larutan baku induk standar kafein kengan konsentrasi 100 ppm yang
dilarutkan dengan pelarut HCl 0,1N dalam volume 100 ml. larutan HCl digunakan sebagai
pelarut karena HCL dapat lebih melarutkankan kafein dibandingkan dengan aquades, HCl juga
bersifat asam sehingga dapat membuat suasana kafein menjadi asam, kafein dibuat pada suasana
asam karena pada suasana asam panjang gelombang yang dihasilkan kafein maksimum.
Pengukuran panjang gelombang maksimum dan absorban dlakukan dengan alat spektrofotometer
sinidzhu. Sebelum proses pengukuran dilakukan kuvet yang digunakan sebagai tempat sampel
dibilas terlebih dahulu menggunakan sampel yang akan diukur, hal ini bertujuan agar tidak ada
pengotor yang menempel pada dinding kuvet. Kemudian kedua kuvet diisi pertama kali dengan
larutan blanko (tidak mengandung analit). Hal ini bertujuan untuk mengatur nilai absorban
larutan yang tidak mengandung kafein menjadi 0. Berhati-hatilah saat memegang kuvet karena
kuvet tidak boleh dipegang pada bagian yang bening supaya tidak ada pengotor dari tangan
seperti minyak, lemak yang dapat mempengaruhi absorpsi sampel, kemudian bagian kuvet yang
basah di gosok dengan tisu, tetapi bagian yang bening di gosok dengan tisu khusus. Lalu
dimasukan kedua kuvet ang berisi blanko kedalam spektrofotometer.
Setelah larutan blanko selesai diukur, sampel berikutnya yang diukur adalah larutan
dengan konsentrasi 6 ppm, kuvet yang diganti hanya salah satunya, sedangkan sampel blanko
digunakan sebagai pembanding, larutan dengan konsentrasi 6 ppm dipilih untuk menentukan
panjang gelombang, maksimum karena konsentrasi 6 ppm terletak pada bagan tengan yang
mewakili konsentrasi larutan yang lain, panjang gelombang maksimum yang didapat dari
pengukuran adalah 276 nm, selanjutnya panjang gelombang tersebut digunakan untuk mengukur
absorban dari 5 sampel larutan standar. Setelah seluruh sampel larutan standar diukur didapat
niai absorban dari larutan standar dengan konsentrasi 2 ppm, 4 ppm, 6 ppm, 8 ppm 10 ppm,
secara berurutan adalah 0,098; 0,218; 0,295; 0,396; 0,496 kemudian dilakukan pengukuran
dengan campuran dari kelima sampel larutan standar dan diperoleh konsentrasi 2,763713 (yang
dihitung menggunakan persamaan garis dari kurva) diperoleh nilai absorban 0,222.

15

Pengukuran kurva larutan deret standar yang digunakan pada panjang gelombang 276 nm
menghasilkan kurva yang memiliki persmaan y = 0.0474x + 0.0091 dan regresi sebesar 0.9952
(didapat dari persamaan kurva kalibrasi pada lampiran) yang artinya kurva standar ini layak
sebagai kurva standar untuk penentuan konsentrasi/kadar sampel karena kurva yang linear.
Kurva yang terbentuk adalah linear sehingga absorbansi memiliki korelasi dengan konsentrasi
dan merupakan suatu fungsi.

BAB V
KESIMPULAN
5.1 Simpulan
1.

Spektofotometri adalah metode dalam kimia analisis yang digunakan untuk menentukan
komposisi suatu sampel baik secara kuantitatif dan kualitatif yang didasarkan pada interaksi

2.
3.
4.
5.
6.

antara materi dengan cahaya.


Alat untuk mengukur absobansi adalah spektrofotometer uv 1700
Secara garis besar spektrofotometer terdiri dari bagian-bagian yang penting, yaitu sumber
cahaya, monokromator, cuvet, detektor, amplifier, dan indikator.
Semakin besar konsentrasi larutan maka semakin besar absorbansinya.
Pada percobaan, didapatkan panjang gelombang maksimum larutan kafein sebesar 276,0nm,
Konsentrasi kafein dalam sampel yang didapatkan pada percobaan yaitu 2,763 ppm, dan
absorbannya 0,22

16

DAFTAR PUSTAKA
Ernawaty, Evi.. 2011. Spektofotometri UV-Vis
. http://catatan kimia.com/catatan/ spektofotometri-uv-vis.html [diakses tanggal Maret 2016]
http://www.academia.edu/9970694/Makalah_Ultra_Violet_-_Visible_Spektrofotometer
http:www.scribd.com/analisa_kafein_ metoda_spektrofotometri [diunduh tanggal 13 Otkober
2013].
http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2007/Yunia%20Sumartini%20(050452)/derajat
%20keasaman.html

17

Febrianto, Dwi Nugraha. 2013. Tugas Penkom http://dwinf11s.student.ipb.ac.id/ [20 Maret


2016 ].
HIMKA

POLBAN.

T.t..

Laporan

Kadar

Kafein

Spektofotometer

Shimadzu

https://himka1polban.wordpress.com/laporan/spektrofotometri/laporan-kadar-kafeinspektrofotometer-shimadzu/ [16 Maret 2015].


Seran,

Emel.

2011.

Pengertian

Dasar

Spektofotometer

Vis,

UV,

UV-Vis

https://wanibesak.wordpress.com/2011/07/04/pengertian-dasar-spektrofotometer-visuv-uv-vis/ [15 Maret 2016].


Wikipedia. 2015. Kafeina http://id.wikipedia.org/wiki/Kafeina [15 Maret 2016].

LAMPIRAN
Perhitungan :
a. Perhitungan pembuatan larutan HCL 0,1 N 1000ml dari larutan HCL 1 N :
N1 . V 1 = N2. V 2
0,1 N . 1000 ml=1. V 2
V 2=100 ml
b. Perhitungan pembuatan larutan kafein 1000ppm pada HCL 0,1 N sebanyak 50 ml :
1000
ppm=

mg massa induk kafein


=
l
0,05 l

massa mg
=
volume l
Massa induk kafein = 50 mg
18

c. Perhitungan pembuatan larutan kafein 100ppm 100ml dari larutan kafein 1000ppm :
N1 . V 1 = N2. V 2
100 ppm .100 ml=1000 ppm .V 2
V 2=10 ml
d. Perhitungan untuk larutan standar dan penentuan panjang gelombang maksimum, dengan
mengencerkan larutan dengan konsentrasi 100 ppm menjadi :
1. Konsentrasi 0 ppm
N1 . V 1 = N2. V 2
0 ppm .25 ml=100 ppm. V 2
V 2=0 ml
2. Konsentrasi 2 ppm
N1 . V 1 =

N2. V 2

2 ppm. 25 ml=100 ppm .V 2


V 2=2 ml
3. Konsentrasi 4 ppm
N1 . V 1 =

N2. V 2

4 ppm .25 ml=100 ppm .V 2


V 2=4 ml
4. Konsentrasi 6 ppm
N1 . V 1 =

N2. V 2

6 ppm . 25 ml=100 ppm. V 2


V 2=6 ml
5. Konsentrasi 8 ppm
N1 . V 1 =

N2. V 2

8 ppm .25 ml=100 ppm. V 2


V 2=8 ml
6. Konsentrasi 10 ppm
N1 . V 1 =

N2. V 2

10 ppm .25 ml=100 ppm .V 2

19

V 2=10 ml

Data Pengamatan
Nilai lamda maksimum = 276 nm

No

Konsentrasi (ppm)

Absorban

1.

2.

0,098

3.

0,218

4.

0,295

5.

0,396

6.

10

0,496

7.

Sampel (campuran 5 larutan standar)

0,222

2,763713

20

Kurva Kalibrasi Larutan Standar Kafein pada Panjang Gelombang 276 nm


f(x) = 0.05x + 0.01
R = 1

absorban
Linear (absorban)
Linear (absorban)
Linear (absorban)

Kurva kalibrasi

Kurva kalibrasi pada micosoft excel

21

Larutan kafein 0 ppm, 2 ppm , 4ppm, 6 ppm ,8 ppm dan 10 ppm

22

Pada 0 ppm

Pada 2 ppm

23

Pada 4 ppm

Pada 8 ppm

24

Pada 10 ppm

Sample campuran

25

26

Anda mungkin juga menyukai